Anda di halaman 1dari 5

ANSIETAS

Posted: Juni 19, 2010 in Uncategorized


0

ANSIETAS

A. PENGERTIAN

Ansietas adalah suatu gejala yang tidak menyenangkan, sensasi cemas, takut dan terkadang panik akan suatu bencana yang

mengancam dan tidak terelakkan yang dapat atau tidak berhubungan dengan rangsang eksternal (Fracchione, 2004).

Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut yaitu adanya obyek dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan

oleh individu.

Kecemasan adalah respon emosi tanpa obyek yang spesifik dialami, di komunikasi secara interpersonal. Kecemasan adalah

kebingungan, kekhawatiran yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan di hubungkan dengan perasaan tidak

menentu dan tidak berdaya (Kaplan dan sadock, 1997).

B. ETIOLOGI

1. Ancaman terhadap intregitas biologi ; Kebutuhan dasar ( makan , minum ), Kehangatan (sex).

2. Ancaman terhadap keselamatan diri : Tidak menemukan status dan prestise, tidak memperoleh pengakuan dari orang lain,

ketidaksesuaian pandangan diri dengan lingkungan nyata.

3. Stresor Predisposisi

Adalah semua keteganggan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Contoh ;

 Konsep diri yg terganggu akan menimbulkan ketidak mampuan individu berpikir secara realistis sehingga menimbulkan

kecemasan.

 Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap intregitas fisik yang dapat mempengaruhi

konsep diri.

 Frustasi.

4. Stresor Presipitasi

Adalah semua ketenggangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan.

a) Ancaman terhadap intregitas fisik meliputi :

 Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis, perubahan biologis normal (hamil).

 Sumber ekternal, ancaman infeksi virus, kecelakaan, kekurangan nutrisi,tidak adekuatnya tempat tinggal (Cameroon, 2004).
b) Ancaman terhadap harga diri meliputi :

 Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan interpersonal, penyesuaian peran baru, berbagai ancaman terhadap harga diri.

 Sumber ekternal, kehilangan orang yang sangat dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok.

c) Sumber dan Mekanisme Koping

Kemampuan individu menanggulangi kecemasan scr konstruktip merupakan factor utama yang membuat klien berprilaku adaptip

atau mal adaptip. Individu yg mengalami kecemasan akan mencoba menetralisasi, mengikari atau meniadakan kecemasan dengan

pola koping.

 Mekanisme koping kecemasan ringan : Menangis , tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, minum beralkohol,

olah raga, berlibur.

 Mekanisme koping pada kecemasan , Sedang, Berat dan panic:

- Task Oriented Reaktion (reaksi orientasi pada tugas)

- Tujuan yg ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi kenyataan dan menilai realita

untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan tuntutan.

- Ego Oriented Reaction (orientasi pada ego), koping ini tidak slalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme sering di

gunakan melindungi diri dan tidak membantu menyelesaikan masalah (devens mekanisme Contoh ; Menyerang (rasa marah,

bermusuhan); Menarik diri (menjauhi sumber); Kompromi (mengubah cara, cari cara penyelesaian , mengganti tujuan)

C. GAMBARAN KLINIS

Ditinjau dari aspek klinis, dikenal 5 jenis gangguan ansietas : Gangguan panik, gangguan fobik, gangguan ansietas menyeluruh,

obsesif-kompulsif, dan stress paska trauma(House cit Stark, 2002) Ansietas dapat timbul primer disebut gangguan ansietas

umum, sedangkan ansietas sekunder dapat timbul dari gangguan fisik atau timbul dari depresi. Ansietas patologis ditunjukkan

dengan gejala-gejala dan tingkah laku disfungsi yang nyata atau gangguan kehidupan sehari-hari.

Gambaran klinis bervariasi, namun dapat berkembang menjadi gejala-gejala panik, histeria, fobia, somatisasi, hipokondriasis, dan

obsesif kompulsif. Diagnosis gangguan ansietas ditegakkan apabila dijumpai gejala-gejala antara lain keluhan cemas, khawatir,

was-was, ragu untuk bertindak, perasaan takut yang berlebihan, gelisah, takut mati, takut menjadi gila, yang mana perasaan-

perasaan tersebut mempengaruhi hampir diseluruh aspek kehidupannya, sehingga fungsi pertimbangan akal sehat, perasaan dan

perilaku terpengaruh. Selain itu dijumpai pula keluhan atau gejala-gejala fisik atau fisiologis tubuh. Untuk lebih jelasnya gejala-

gejala somatik dari ansietas dapat dilihat dari table berikut.

Tabel 1. Gejala-gejala somatik ansietas

GEJALA MEKANISME
PALPITASI TAKIKARDIA

SESAK NAFAS TAKIPNEA

NYERI DADA Keteganagan otot interkostal

NYERI KEPALA Ketegangan otot frontal

PARASTESIA HIPERVENTILASI

GEMETAR Tremor meningkat

LESU Ketegangan otot yang meningkat

BERKERINGAT Peningkatan aktivitas kelenjar keringat

SEMU MERAH Ketidakstabilan vasomotor

MULUT KERING Salivasi berkurang

SERING KENCING Peningkatran tonus kandung kemih

Source: http://www.bmj.com

D. TINGKAT KECEMASAN

Tingkat kecemasan ada 4 yaitu : Ringan , Sedang, Berat dan Panik

1. Kecemasan Ringan adalah ketegangan yang dialami sehari – hari, individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas.

Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektip.

Contoh : Seseorang yg menghadapi ujian akhir, Pasangan dewasa yang mau menikah, Individu yang mau melanjutkan kuliah.

2. Kecemasan Sedang adalah Individu terfokus pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapang persepsi,

masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain. Contoh : Pasangan suami/istri yg menghadapi kelahiran anak pertama

dengan resiko tinggi, keluarga yg menghadapi perpecahan, indivgidu yg mengalami konflik dalam pekerjaan

3. Kecemasan Berat adalah Persepsi semakin sempit, perhatian pada detail semakin kecil, tidak dapat berfikir tentang hal hal lain.

Seluruh prilaku dimaksudkan mengurangi kecemasan perlu banyak perintah dan arahan. Contoh : Individu yg mengalami

kebakaran atau kehilangan orang yang dicintai, Individu dalam kondisi penyanderaan.

4. Panik adalah Individu kehilangan kendali diri, hilang control diri, perhatiannya hilang, tidak mampu melakukan apapun

walaupun dengan perintah. Peningkatan aktivitas motorik, penyimpangan persepsi, hilangnya pikiran rasional, tidak mampu

berfikir secara efektip (Brust, 2007).


E. TERAPI

Terapi pada ansietas pada umumnya dapat dilakukan dengan 2 cara yakni terapi psikologis (psikoterapi) atau terapi dengan obat-

obatan (farmakoterapi). Angka-angka keberhasilan terapi yang tinggi dilaporkan pada kasus-kasus dengan diagnosis dini.

Psikoterapi sederhana sangat efektif, khususnya dalam konteks hubungan pasien dan dokter yang baik, sehingga dapat membantu

mengurangi farmakoterapi yang tidak perlu.

1. Terapi Psikologis

Penyuluhan psikiatrik atau psikologis dan manipulasi lingkungan tidak jarang pula dibutuhkan. Biasanya terapi-terapi psikologis

pada ansietas tersebut merupakan bagian dari manajemen untuk mengatasi kebanyakan kondisi medis. Namun untuk melakukan

psikoterapi semacam itu tidak selalu mungkin dapat dilakukan, khususnya yang ada dalam rumah sakit. Jangkauan dari

ketersediaan pelayanan seringkali terbatas, dan tidak semua pasien siap untuk menyetujui sebuah skenario tertentu.

Terapi pada ansietas tidak harus dilakukan oleh seorang psikiatri, namun seharusnya dapat diterapkan oleh semua dokter yang

berkompeten, sehingga keterbatasan pelayanan dapat diatasi(House cit Stark, 2002). Memberikan informasi selalu menjadi

langkah awal dalam menolong pasien ansietas, yang mana informasi yang diberikan harus sesuai dengan kadarnya dan selalu

memberikan harapan yang besar bagi setiap individu untuk sembuh. Kebanyakan pasien menginginkan sebuah kejelasan dan

informasi mengenai kondisi yang sedang ia alami, dengan melakukan tindakan tadi, menunjukkan kepada pasien bahwa mereka

benar-benar diperdulikan dan dirawat.

Komunikasi yang efektif adalah esensial dalam pemberian informasi, dokter-dokter terlatih dalam menghadapi pertanyaan-

pertanyaan terbuka dari pasien, mampu memahami kondisi psikis, dan kemampuan memberikan nasehat-nasehat yang baik

sangat dibutuhkan, sehingga akan tercipta komunikasi yang efektif. Yang mana akan mampu membantu pasien dalam

mengurangi beban psikisnya(House cit Stark, 2002)

2. Terapi Religi

Terapi ini sering digolongkan sebagai sebuah terapi psikis, namun sayangnya tidak semua dokter berkompeten mampu

melakukannya, dan terapi ini biasanya hanya dapat dilakukan oleh seorang yang memang ahli dalam bidang spiritual. Terapi

religi biasanya membantu pasien untuk lebih tenang dan memberi waktu pasien untuk memahami dirinya sendiri, sehingga

menciptakan sebuah kesadaran dalam diri sendiri. Hal ini cenderung lebih efektif karena kesadaran tersebut muncul dari diri sang

pasien sendiri.

Terapi ini dilakukan melalui sharing kepada ahli religi yang dipercaya oleh penderita, dan kemudian ahli religi tersebut memberi

nasehat-nasehat untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, namun tak jarang juga terapi semacam ini dilakukan secara invidual

tanpa seorang agamawan yang membimbing. Terapi semacam ini terkadang pada akhirnya juga membentuk sebuah karakteristik

atau watak yang baru dari penderita.


3. Terapi farmakologi

Beberapa jenis obat-obatan biasanya dapat digunakan untuk mengatasi dan mengurangi ansietas, dan masing-masing obat

memiliki keuntungan dan kekurangan masing-masing. Penggunaan suatu zat dalam jangka waktu yang lama pun tidak akan

membuahkan hasil yang baik untuk kesehatan fisik sang pasien sendiri

Obat-obatan yang paling sering digunakan dalam mengatasi ansietas adalah benzodiazepine(BDPs)(Fracchione, 2004). Adapun

beberapa jenis obat yang lazim digunakan adalah :

- Diazepam

- Lorazepam

- Alprazolam

- Propanolol

- Amitriptilin

Penghentian suatu konsumsi zat tertentu juga dapat membantu mengurangi ansietas, biasanya penggunaan beberapa zat yang

mengandung analgesik dan alkohol yang mana telah disinggung diatas tadi, bahwa konsumsi zat-zat tersebut sebenarnya

merupakan sebuah pelarian dari gejala-gejala ansietas namun pada akhirnya pada situasi tertentu, penghentian zat-zat tersebut

malah menjadi bagian yang penting untuk program manajemen ansietas. Karena ketergantungan terhadap zat-zat tersebut dapat

memicu timbulnya ansietas yang lebih, meskipun pada awal penggunaannya terasa membantu meringankan gejala-gejala ansietas

penderita.

DAFTAR PUSTAKA

Brust, J.C.M.2007.Current Diagnosis and Treatment. New York. A large medical book.

Cameroon, Alasdair D.2004.CrashCourse Psychiatry. London. Mosby

Fricchione, Gregory.2004.Generalized Anxiety Disorder. N England J Med.351:675-82

Harold, I. Kaplan & Benjamin, J. Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Jakarta : Binarupa Aksara.

House, A.,Stark, D.2002. Anxiety In Medical Patient. BMJ.

http://www.bmj.com. Last updated : July 27, 2002.

http://nurseprofesional.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai