Anda di halaman 1dari 16

STUDI TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH DI PASAR MODERN

(STUDI KASUS: PASAR AGUNG DEPOK 2 TIMUR)


Reza.M.Toufany
Civil Engineering Departement, Faculty of Engineering
University of Indonesia, Depok 16424, Indonesia
Email : reza_mt@hotmail.com

Abstrak
Pasar modern adalah tempat pertemuan orang dalam kegiatan jual beli, oleh karena banyak terjadi kegiatan di
pasar modern maka akan dihasilkan sampah yang cukup banyak. Pasar modern pada umumnya memiliki
pengelolaan yang teratur termasuk pengelolaan sampah yang baik. Pada penelitian ini akan dicari volume
timbulan dan komposisi sampah di Pasar Agung Depok 2 Timur sebagai data referensi untuk melakukan
pengelolaan yang baik nantinya. Untuk mengetahui timbulan dan komposisi sampah di pasar tersebut digunakan
Metode pengukuran menggunakan analisa load-count berdasarkan SNI 19-3964-1994 dan klasifikasi komposisi
berdasarkan ASTM D 5231-92. Pada pasar ini dilakukan penelitian secara terpisah di lantai basement dan lantai
1 (mewakili lantai 2). Dari hasil penelitian didapat volume timbulan sampah di Pasar Agung Depok 2 Timur,
pada lantai 1 memiliki rata-rata volume timbulan 0,698 m3/hari dan lantai basement memiliki volume timbulan
3,564 m3/hari. Komposisi sampah di lantai 1 didominasi oleh sampah Plastik sebanyak 46,4%, Kertas 17%,
Kayu 2,2%, Sisa Makanan dan Kebun 12%. Sedangkan di lantai basement didominasi oleh sampah Sisa
Makanan dan Kebun sebanyak 73%, Plastik 7,7%, Kertas 6%. Pada lantai 1 seluas 13.100 m 2 yang memiliki
rata-rata volume timbulan sebesar 0,698 m3/hari diperlukan 5 tong sampah yang berkapasitas 120 L. Pada lantai
basement seluas 48.725 m2 yang memiliki rata-rata volume timbulan sebesar 3,564 m 3/hari diperlukan 30 tong
sampah yang berkapasitas 120 L. Pada Pengangkutan di lantai 1 digunakan gerobak pengangkut berkapasitas
0,88 m3 untuk mengangkut volume timbulan sampah sebesar 0,698 m 3/hari, sehingga mampu mengangkut semua
sampah di lantai 1 dalam sekali pengangkutan ke TPS. Pada Pengangkutan di lantai basement digunakan
gerobak pengangkut berkapasitas 0,88 m3 untuk mengangkut volume timbulan sampah sebesar 3,564 m 3/hari,
sehingga gerobak tidak akan muat untuk mengangkut semua sampah dilantai tersebut oleh karena itu dilakukan
4-5 kali pengangkutan. setelah dilakukan proses pengolahan berupa 60% sampah kertas dan plastik didaur ulang
dan 30% sampah sisa makanan dan kebun diolah menjadi kompos terjadi pengurangan timbulan sampah yang
akan diangkut ke TPA sebesar 31,67%
Kata Kunci : Timbulan Sampah, Komposisi Sampah, Pasar Modern, Pewadahan dan Pengangkutan Sampah,
Pengurangan Timbulan Sampah

SOLID WASTE GENERATION AND COMPOSITION STUDIES IN THE MODERN


MARKET (CASE STUDY: PASAR AGUNG DEPOK 2 TIMUR)
Abstract
The use of appropriate construction methods is one of major factor that determind projects success.Wrong
construction method selection will have bad effect to projects target such as schedule, cost, quality, and
environmental effect.Therefore, factors that affecting the determination of Balanced Cantilever Method at
Kampung Melayu-Tanah Abang non toll highways need to be identified.The result shows the dominant factor
that affecting methods choice in this project is there are main/important utilities around the construction site.So,
only Balanced Cantilever method is suitable for this project.The other factors include traffic consideration,
construction time, and construction cost. The modern market is a meeting place of people in the buying and
selling activities, so many activities going on in the modern market it will produce quite a lot of solid waste.
Modern market in general have regular management including waste management is good. In this study will be
sought generation volume and composition of solid waste in Pasar Agung Depok 2 Timur as reference data to
perform proper management later. To determine the composition and waste generation on the market used
measurement method using load-count analysis based on SNI 19-3964-1994 and classification of compositions

based on ASTM D 5231-92. In this market research conducted separately at the basement and first floor
(representing the 2nd floor). The result is the volume of waste generated in Pasar Agung Depok 2 Timur, on the
1st floor which has an average generation volume 0.698 m3/day and the basement which has a generation volume
of 3,564 m3/day. on the 1st floor has an average generation volume 0.698 m 3 / day and the basement has a
generation volume 3,564 m3 / day. Waste composition on the 1st floor is dominated by plastic garbage as much
as 46.4%, Paper 17%, Wood 2,2%, rest of the food and Gardens 12%. While in the basement floor is dominated
by the rest of the junk food and garden as much as 73%, 7.7% Plastic, Paper 6%. On the 1st floor area of 13,100
m2 which has an average generation volume of 0.698 m3 / day is required 5 trash cans with a capacity of 120 L.
On the basement floor area of 48 725 m 2 which has an average generation volume of 3,564 m 3 / day required 30
garbage can Cargo capacity of 120 L. in the 1st floor is used carts carrying capacity of 0.88 m 3 to transport the
generation volume of 0.698 m3 / day, so it is able to carry all the trash on the 1st floor in a single transport to the
polls. In Transportation in the basement used carts carrying capacity of 0.88 m 3 to transport the generation
volume of 3,564 m3 / day, so that the cart would not fit to carry all the trash on the floor is therefore carried out
4-5 times a carriage. after processing in the form of 60% waste paper and plastic is recycled and 30% junk food
scraps and garden compost is processed into a reduction of waste to be transported to the landfill by 31.67%
Keywords : Waste generation, Waste Composition, Modern Market, Lug and Transport of Waste, Reduction of
Waste Generation

Pendahuluan
Kehidupan manusia tidak terlepas dari pemenuhan kebutuhan masing-masing. Di
kota-kota baik besar maupun kecil sedikit sekali yang bisa memenuhi kebutuannya secara
langsung tanpa melalui proses jual beli. Proses pemenuhan kebutuhan tersebut pada umumnya
dimulai dengan jual beli. Untuk itu selalu terjadi pertemuan orang-orang dalam rangka
melakukan transaksi jual beli tersebut. Tempat berkumpulnya antara penjual pembeli tersebut
adalah pasar. Keberadaan pasar setidaknya memiliki dua fungsi penting dalam kawasan suatu
wilayah, pertama untuk menyediakan kebutuhan masyarakat dan kedua untuk menggerakkan
perekonomian. Meskipun pada prinsipnya karakteristiknya adalah sama tetapi karena
keberagaman situasi wilayah sehingga keadaan pasar menjadi beragam pula baik dalam hal
ukuran, jangkauan maupun jenis barang yang diperjual belikan.
Masing-masing pasar yang beroperasi di bebagai tempat dengan bermacam-macam
barang yang dijual sangat dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat yang berbeda di satu
wilayah lainnya. Pasar modern menyediakan kebutuhan sehari-sehari dan barang siap pakai,
pasar modern memiliki sistem pengelolaan yang baik serta tersedia barang-barang yang
bertahan lebih lama. Barang-barang di pasar modern disajikan dengan teratur dengan hargaharga yang jelas dan jarang terjadi proses tawar menawar. Ciri lain dari pasar modern adalah
lebih terjamin kebersihannya sebagai dampak positif dari adanya sistem pengelolaan limbah
yang cukup teratur serta penanganannya yang lebih serius. Bila pengunjung masuk ke dalam
pasar modern akan menyaksikan dan merasakan keadaan yang relatif rapi, bersih dan teratur

ditambah dengan penerangan yang memadai dan sirkulasi udara yang membuat pengunjung
merasa lebih nyaman berada di dalamnya (Tamaddun edisi 26 2013 : 43).
Pasar selalu berpotensi menjadi sumber limbah baik berupa sampah maupun limbah
cair. Oleh karena itu, pasar dan tempat perdagangan lainnya merupakan sumber sampah
domestik ke dua setelah sampah rumah tangga atau pemukiman (Tchobanoglous et al., 1993).
Dengan demikian, betapa buruknya dampak yang akan timbul jika pengelolaan sampah di
pasar-pasar tidak dilakukan dengan baik.
Timbulan sampah di kota Depok adalah 2,65 lt/org/hari, maka jumlah timbulan
sampah yang dihasilkan 3.764 m3 /hari dengan jumlah penduduk 1.420.480 jiwa, sedangkan
sampah yang terangkut 1281 m3 /hari, sampah yang tidak terangkut 2.483 m3 /hari. Tingkat
pelayanan persampahan saat ini sebesar 34.03% (Bappeda.depok. go.id. 19 Agustus 2014.).
Mengenai daya tampung Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung yang diperkirakan
hanya mampu menampung sampah warga satu bulan ke depan saja. Hal itu membuat Dinas
Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Depok terus melakukan upaya pencegahan untuk
mengantisipasi menumpuknya sampah di TPA tersebut. Untuk saat ini masih dilakukan upaya
perluasan dan pembangunan pabrik pengolahan sampah di Kelurahan Pengasinan, Kecamatan
Sawangan. Selain melakukan penjajakan dengan pengelola TPA Nambo di Kabupaten Bogor,
untuk pengalihan sampah yang biasa masuk ke TPA Cipayung. Menurut Zambrowi (19
Agustus 2014), idealnya untuk sebuah TPA ditingkat kota, luasnya adalah 20 sampai 30
hektar. Akan tetapi TPA Cipayung itu hanya memiliki luas 11 hektar saja.
Pada studi kasus pasar Agung Depok 2 Timur proses pengelolaan sampah tergolong
belum cukup maksimal yang dikendalai oleh kekurangan aspek pembiayaan dari Pemerintah
kota Depok. Hal tersebut mengakibatkan sedikitnya fasilitas pengelolaan sampah di pasar
tersebut yang hanya melakukan proses pemilahan sampah organik dan non organik sebelum
diangkut ke TPA. Pasar tersebut juga melakukan proses komposting yang belum sempurna
seperti yang diharapkan karena kekurangan sumber daya dan pengetahuan tentang
komposting. Pasar Agung juga belum memiliki data timbulan dan komposisi sampah di TPS
pasar tersebut
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin meneliti dan mempelajari timbulan
dan komposisi sampah di pasar modern yang nantinya data tersebut bisa menjadi reverensi
pengelolaan yang baik di Pasar Agung. Jika pengelolaan sampah dilakukan seoptimal
mungkin, misalnya adanya pemilahan sampah untuk dijual kembali dan dilakukannya proses

komposting maka sampah sisa yang akan dibuang ke TPA akan berkurang dan hal tersebut
baik untuk mengurangi beban TPA Cipayung.

Tinjauan Teoritis

Timbulan Sampah
Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang maupun di masa mendatang
merupakan dasar dariperencanaan, perancangan, dan pengkajian sistem pengelolaan
persampahan. Prakiraan rerata timbulan sampah akan merupakan langkah awal yang biasa
dilakukan dalam pengelolaan persampahan. Rata-rata timbulan sampah biasanya akan
bervariasi dari hari ke hari, antara satu daerah dengan daerah lainnya, dan antara satu negara
dengan negara lainnya. Variasi ini terutama disebabkan oleh perbedaan, antara lain
(Damanhuri dan Padmi, 2010 : 14) :
a. Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya
b. Tingkat hidup: makin tinggi tingkat hidup masyarakat, makin besar timbulan
sampahnya
c. Musim: di negara Barat, timbulan sampah akan mencapai angka minimum pada
musim panas
d. Cara hidup dan mobilitas penduduk
e. Iklim: di negara Barat, debu hasil pembakaran alat pemanas akan bertambah pada
musim dingin
f. Cara penanganan makanannya.
Komposisi Sampah
Pengelompokan

sampah

yang

juga

sering

dilakukan

adalah

berdasarkan

komposisinya, misalnya dinyatakan sebagai % berat (biasanya berat basah) atau % volume
(basah) dari kertas, kayu, kulit, karet,plastik, logam, kaca, kain, makanan, dan lain-lain.
Dengan mengetahui komposisi sampah dapat ditentukan cara pengolahan yang tepat dan yang
paling efisien sehingga dapat diterapkan proses pengolahanya. Tipikal komposisi sampah
didasarkan atas tingkat pendapatan yang dapat mempengaruhi pola hidup masyarakatnya.
Tambah sederhana pola hidup masyarakatnya, tambah banyak komponen sampah organik
(sisa makanan, dsb). Komposisi sampah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor:

a. Cuaca: di daerah yang kandungan airnya tinggi, kelembaban sampah juga akan cukup
tinggi
b. Frekuensi pengumpulan: semakin sering sampah dikumpulkan maka semakin tinggi
tumpukan sampah terbentuk. Tetapi sampah organik akan berkurang karena
membusuk, dan yang akan terus bertambah adalah kertas dan sampah kering lainnya
yang sulit terdegradasi
c. Musim: jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang
berlangsung
d. Tingkat sosial ekonomi: Daerah ekonomi tinggi pada umumnya menghasilkan sampah
yang terdiri atas bahan kaleng, kertas, dan sebagainya
e. Pendapatan per kapita: masyarakat dari tingkat ekonomi rendah akan menghasilkan
total sampah yang lebih sedikit dan homogen dibanding tingkat ekonomi lebih tinggi.
f. Kemasan produk: kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan
mempengaruhi. Negara maju cenderung tambah banyak yang menggunakan kertas
sebagai pengemas, sedangkan negara berkembang seperti Indonesia banyak
menggunakan plastik sebagai pengemas.
Pasar Modern
Pada pasar modern barang yang dijual bukan hanya bahan makanan, namun dijual
juga barang yang dapat bertahan lama. Pasar Modern sudah banyak diminati pengembang
pasar dengan cara merevitalisasi pasar tradisional dengan cara peningkatan cara dan citra
penjualan barang dengan pelayanan pasar yang modern. Pasar modern juga terjamin
kebersihannya dan pengelolaannya yang teratur

Metode Penelitian

Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Tipe penelitian deskriptif
pada umumnya tidak memerlukan hipotesis sehingga dalam langkah penelitianya tidak perlu
merumuskan hipotesis. Dalam penelitian deskriptif terdapat dua kelompok data yaitu data
kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat
sedangkan data kuantitatif berwujud angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran.

(Arikunto, 1998). Data kuantitatif diambil sebagai pilihan untuk bahan analisis. Data kualitatif
diupayakan untuk dikuatitatifkan.

Populasi dan Sampel


Populasi penelitian ini adalah seluruh timbulan dan komposisi sampah yang dihasilkan
di Pasar Agung Depok 2. Sampel pada penelitian ini akan diambil dari timbulan sampah di
TPS sebelum diangkut ke TPA. Pengambilan dan pengukuran sampel dilakukan dengan
berpedoman pada SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh
Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan serta penentuan komposisinya berdasarkan
ASTM D 5231-92 tentang Standard Test Method for Determining of the Composition of
Unprocessed Municipal Solid Waste. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini ialah simple random sampling, dimana anggota populasi diambil secara acak
dan homogen. Simple random sampling adalah cara penggambilan sampel dari anggota
populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota
populasi tersebut Hal ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen (Riduwan,
2010). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan bak pengukur sebesar 60L.
Pengambilan sampah dilakukan sampai berat sampel kurang lebih sebesar 100 kg. Sampel
diambil dari sampah yang berasal dari lantai 1 dan basement secara terpisah. Sampah
kemudian dipilah sesuai klasifikasi ASTM D5231-92.
Tabel 1. Klasifikasi sampel sampah untuk sampling
No.
I.

Klasifikasi
Plastik

II.

Kertas

III.

Elektronik

IV.

Logam

V.

Tekstil

VI.

Sisa makanan

VII.

Kayu

No.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
1.
2.
1.

Sampel
Kantong dan bungkus plastik
Gelas dan botol kemasan
Karung plastic
Perabot plastik, ember dll.
Kertas Koran
Kertas Majalah
Kertas Putih
Komponen
Kabel
CD
Besi
Baja
Timah
Kuningan
Tembaga
Kain
Karung kain
Sisa makanan dan lau
Sisa sayuran
Potongan bekas peti

VIII.

Karet

IX.

Penyerap

Kaca

XI

Hazardous (B3)

2.
1.
2.
1.
2.
1.
2.
1.
2.
3.

Patahan kayu
Ban
Karet pengikat
Pempers
Pembalut
Botol
Pecahan kaca
Baterai
Obat-obatan
Bekas cat/Pylox

Sumber : ASTM D5321-92

Metode pengamilan dan pengukuran sampel


Pada pengambilan sampel digunakan bak pengukur sebesar 60L. Bak pengukur
tersebut tersebut digunakan untuk menimbang sampah yang telah di kuartering dari container
di TPS. Penimbangan sampah dilakukan sampai berat sampah mencapai kurang lebih 100 kg.
Sampah yang telah ditimbang kemudian dipilah sesuai klasifikasi jenis sampah yang sesuai
dengan ASTM D 5321-92 untuk mendapatkan presentase komposisinya. Pengambilan sampel
dilakukan selama 8 hari berturut-turut seperti yang dijelaskan didalam SNI 19-3964-1994.
Pengolahan data
1. Volume Timbulan Sampah
Volume Timbulan sampah didapat menggunakan metode load-count analysis, yaitu
volume gerobak pengangkut dikali dengan jumlah ritase pengangkutan sampah oleh gerobak
tersebut dari pasar ke TPS:
Volume timbulan (m3 ) =

(lebar gerobak x panjang gerobak x tinggi sampah x jumlah

pengangkutan)

2. Menghitung Densitas Sampah


Pengukuran densitas diperlukan untuk mengetahui perbandingan berat sampah dengan
volumenya yang didapat dari persamaan berikut:
Densitas =

Berat sampah dan Bak Pengukur Berat Bak Pengukur (kg)


Volume Bak Pengukur (m3 )

3. Menghitung Berat Timbulan Sampah di Area Pasar Agung


Berat sampah didapat dari mengkalikan volume timbulan sampah dengan
densitasnyayang didapat dari persamaan berikut:

Kg
hari

Berat Timbulan Sampah = Volume timbulan x Densitas (

4. Menghitung Presentase Komposisi Sampah


Komposisi sampah didapat dengan mengukur berat masing-masing klasifikasi sampah
(yang terdaftar di

Tabel 4.1) dan membaginya dengan berat total sampah yang telah

ditimbang:
berat masing-masing komponen (kg)
% Komposisi =

x 100%
berat sampah total (kg)

Hasil Penelitian
Volume timbulan sampah
Gambar 1. Grafik Fluktuasi Perbandingan Volume Timbulan Lantai 1 dan Basement

Perbandingan Volume Timbulan


6
5
4

Volume Timbulan
Basement

Volume timbulan (m3/hari)3

Volume Timbulan
Lantai 1

2
1
0
Selasa
Sumber : Hasil Olahan

Pada hasil perhitungan didapat pula volume timbulan sampah rata-rata. lantai 1
sebesar 0,698 m3/hari dan basement sebesar 3,565 m3/hari. Kontainer pengangkut sampah
yang disimpan di TPS berkapasitas 6 m3 sehingga akan mampu menampung sampah yang ada
di TPS yang dari perhitungan didapat volume sampah yang terbesar ada pada hari minggu
yaitu sebesar 4,9 m3/hari. Dari Grafik fluktuasi perbandingan volume timbulan di atas dapat
dilihat bahwa volume timbulan sampah pada lantai basement lebih besar dibanding lantai 1.
Perbedaan volume timbulan lantai 1 dan basement cukup besar dikarenakan di basement yang
notabene sebagian besar menjual bahan pokok seperti bahan makanan yang merupakan

kebutuhan hidup sehari-hari dan lebih dibutuhkan oleh masyarakat dibanding barang-barang
kebutuhan sekunder yang banyak dijual di lantai 1 Berhubungan dengan kepadatan kios dan
pengunjung pada lantai basement maka sampah dan residu hasil aktifitas mereka akan lebih
besar tiap harinya sehingga akan menghasilkan lebih banyak limbah. Dari grafik di atas
diketahui pula bahwa pada hari sabtu dan minggu pasar lantai 1 dan basement menghasilkan
volume timbulan sampah yang lebih besar dari hari-hari lainnya, hal tersebut dikarenakan
jumlah kepadatan pengunjung di pasar pada hari tersebut lebih besar daripada hari-hari biasa
sehingga akan menghasilkan limbah yang banyak pula.
Densitas sampah
Gambar 2. Grafik Fluktuasi Perbandingan Densitas Sampah Lantai 1 dan Basement

Perbandingan Densitas
250
200
150
Densitas Basement
Densitas (Kg/m3)

Densitas Lantai 1

100
50
0

Sumber : Hasil Olahan

Pada lantai 1 penimbangan sampah total di bak pengukur tidak pernah mencapai berat
100 kg dikarenakan volume sampah yang lebih sedikit dari basement. Setelah dilakukan
perhitungan didapat rata-rata densitas lantai 1 sebesar 104,83 kg/m3 dan rata-rata densitas
basement sebesar 192,07 kg/m3. Dari Grafik fluktuasi perbandingan densitas sampah di atas
dapat dilihat bahwa densitas sampah pada lantai basement lebih besar dibanding lantai 1, hal
tersebut dikarenakan pada lantai basement banyak dijual bahan-bahan yang memiliki kadar air
yang tinggi seperti sampah sisa sayuran dan limbah hasil pemotongan hewan, dibandingkan
dengan lantai 1 yang kebanyakan menghasilkan sampah kering yang kadar airnya rendah.Dari
grafik di atas diketahui pula bahwa pada hari sabtu dan minggu pasar lantai 1 dan basement
menghasilkan densitas sampah yang lebih besar dari hari-hari lainnya, hal tersebut

diakibatkan oleh banyaknya sampah yang dihasilkan pada hari tersebut.Disini juga terlihat
pada hari selasa di lantai 1 densitas sampahnya cukup besar dan hampir menyamai densitas
pasar pada hari minggu, hal tersebut dikarenakan pada hari tersebut banyak terdapat limbah
kayu sisa pohon tumbang.
Berat sampah
Gambar 3. Grafik Fluktuasi Perbandingan Berat Sampah Lantai 1 dan Basement

Perbandingan Berat Sampah


1200
1000
800
600
Berat Sampah (Kg/hari)

400

Berat Sampah
Basement
Berat Sampah
Lantai 1

200
0

Sumber : Hasil Olahan

Pada hasil perhitungan didapat pula berat timbulan sampah rata-rata lantai 1 sebesar
78,09 kg/hari dan basement sebesar 689,32 kg/hari. Dari Grafik fluktuasi perbandingan berat
sampah di atas dapat dilihat bahwa berat sampah pada lantai basement berbeda cukup besar
dibanding lantai 1.Perbedaan besar berat sampah lantai 1 dan basement cukup besar
dikarenakan lebih banyaknya volume timbulan dan densitas sampah pada lantai basement.
Rata-rata timbulan sampah perkios di lantai 1 (mewakili lantai 2) adalah 78,09 kg : 131 =
0,59 kg/kios/hari dan rata-rata timbulan sampah di basement per kios/counter/los adalah
689,32 kg : 308 = 2,24 kg/(kios/counter/los)/hari
Komposisi sampah
Gambar 4. Komposisi Sampah lantai 1

Komposisi Sampah Lantai 1

12%
0% 3%
7%
2%
46%
17%
4%5% 4%

Plastik

Logam

Karet

Kaca

Kertas

Elektronik

Kayu

Tekstil

Sisa Makanan dan


Kebun

Adsorben

B3

Lainnya

Sumber : Hasil Olahan

Gambar 5. Komposisi Sampah Basement

Komposisi Sampah Basement


1%
2%
8% 2%
6%
73%

1%

Plastik

Logam

Karet

Kaca

Kertas

Elektronik

Kayu

Tekstil

Sisa Makanan dan


Kebun

Adsorben

B3

Lainnya

6%
2%

Sumber : Hasil Olahan

Dari gambar di atas bisa dilihat bahwa komposisi sampah pada pasar lantai 1
didominasi oleh sampah plastik dengan presentase 46% kemudian presentase terbesar adalah
sampah kertas yang sebesar 17%, sedangkan sampah sisa makanan dan perkebunan pada
lantai 1 hanya 12%. Hal tersebut disebabkan oleh kebanyakan pedagang di lantai 1 hanya
menyediakan barang kebutuhan sekunder seperti alat-alat dapur, kelengkapan rumah, alat
listrik dan sejenisnya dan yang berjualan bahan pokok seperti makanan dan sayuran yang
notabene sebagai penyumbang sampah sisa makanan dan perkebunan sangat jarang.
Kemudian komposisi sampah pada lantai basement didominasi oleh sampah sisa makanan dan

perkebunan, hal tersebut berbanding terbalik dengan lantai 1.

Komposisi sampah sisa

makanan dan perkebunan di basement mencapai 73% sedangkan komposisi sampah kertas
dan plastic tidak sampai 10%, hal tersebut disebabkan sebagian besar pedagang di lantai
basememnt merupakan pedagang bahan pokok seperti makanan dan sayuran.
Pewadahan dan pengangkutan ke TPS
Setelah dilakukan perhitungan pada luas kios, counter, dan los yang berjumlah 308
yang telah diisi oleh pedagang didapat luas lantai basement sebesar 48.725 m2 sedangkan
pada lantai 1 (mewakili lantai 2) hanya terdapat 131 kios yang terisi oleh pedagang yg total
luasnya sebesar 13.100 m2. Dari perhitungan diketahui pula volume timbulan sampah pada
lantai basement sebesar 3,564 m3/hari dan pada lantai 1 (mewakili latai 2) sebesar 0,698
m3/hari. Jadi volume timbulan per luas seluruh kios yang telah ditempati pada lantai 1
(mewakili lantai 2) adalah adalah 0,053 L/m2/hari dan pada lantai basement adalah 0,073
L/m2/hari.
Menurut SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah sebaiknya untuk
pewadahan daerah pertokoan setiap 3 toko wadah sampah harus mampu memuat sampah
sebesar 120L atau 0,12 m3 jadi pada lantai 1 setelah dihitung hanya memerlukan 6 tong
sampah berkapasitas 120 L jadi atau atau pada proses pewadahan di area lantai 1 (mewakili
lantai 2 yang seluas 13.100 m2 membutuhkan wadah berkapasitas 600 L untuk menanmpung
rata-rata volume timbulan sampah yang sebesar 0,698 m3/hari. Pada lantai basement seluas
48.725 m2 yang memiliki rata-rata volume timbulan sebesar 3,564 m 3/hari diperlukan 30 tong
sampah berkapasitas 120 L.
Pada proses pengangkutan sampah dari pasar ke TPS digunakan gerobak pengangkut
berkapasitas 0,88 m3. Setelah dihitung pada lantai 1 (mewakili lantai 2) yang memiliki ratarata volume timbulan 0,698 m3/hari gerobak akan mampu mengangkut seluruh sampah yang
telah dikumpulkan hanya satu kali saja ke TPS. Sedangkan pada lantai Basement yang
memiliki rata-rata volume timbulan sebesar 3,564 m3/hari gerobak tidak akan muat untuk
mengangkut semua sampah dilantai tersebut oleh karena itu dilakukan 4-5 kali pengangkutan.
Dengan kapasitas sebesar 6 m3 Kontainer dinilai sudah cukup memenuhi untuk penyimpanan
sampah di TPS dikarenakan jumlah volume timbulan pasar hanya Sebesar 4,263 m3/hari.
Pengolahan di TPS dan pengangkutan ke TPA
Total volume timbulan sampah yang akan diangkut ke TPA adalah 4,263 m 3/hari jika
tidak dilakukan proses pengolahan di TPS. Meskipun kapasitas truk sebesar 6 m 3 cukup untuk

membawa semua sampah ke TPA namun purlu adanya pengurangan volume agar mengurangi
beban sampah di TPA.
Pada proses pemilahan diketahui sampah sisa makanan dan kebun pada lantai 1
memiliki komposisi 12% dan lantai basement 73% sehingga didapat rata-rata volume sampah
sisa makanan dan kebun berturut-turut sebesar 0,083 m3/hari dan 2,60 m3/hari. Sedangkan
pada lantai 1 sampah kertas dan plastik memiliki komposisi 63,4% dan lantai basement 13,3%
sehingga didapat rata-rata volume sampah kertas dan plastik berturut-turut sebesar 0,442
m3/hari dan 0,47 m3/hari. Maka setelah ditotal didapat volume timbulan sampah sisa makan
dan kebun di pasar tersebut sebesar 2,683 m 3/hari dan volume timbulan sampah plastik dan
kertas sebesar 0,912 m3/hari.
Sebelum diangkut ke TPA ada baiknya dilakukan proses pengolahan dahulu di TPS
tersebut agar mengurangi timbulan sampah yang ke TPA. Setelah dilakukan proses
pengolahan berupa proses daur ulang dan pengomposan maka volume sampah yang akan
diangkut ke TPA akan berkurang, diasumsikan jika 60% sampah kertas dan plastik didaur
ulang dan 30% sampah sisa makanan dan kebun diolah menjadi kompos maka volume
timbulan sampah plastik dan kertas yang tersisa hanya sebesar 0,365 m 3/hari dan untuk
sampah sisa makanan dan kebun hanya sebesar 1,88 m3/hari
Maka setelah dilakukan proses pengolahan di TPS, volume timbulan total sampah
yang akan diangkut ke TPA hanya sebesar 2,913 m3/hari. Maka dapat disimpulkan setelah
dilakukan proses pengolahan berupa 60% sampah kertas dan plastik didaur ulang dan 30%
sampah sisa makanan dan kebun diolah menjadi kompos terjadi pengurangan timbulan
sampah yang akan diangkut ke TPA sebesar 31,67%. Jika pengolahan di TPS dilakukan
dengan baik maka volume sampah yang akan diangkut ke TPA akan berkurang dan hal
tersebut otamatis akan meringankan beban TPA. Hal tersebut bisa pula untuk menghasilkan
penghasilan tambahan bagi pihak pasar itu sendiri

Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan oleh penulis, maka didapat
kesimpulan sebagai berikut:

1. Rata-rata volume timbulan sampah Pasar Agung Depok 2 Timur adalah 4,263 m 3/hari,
dengan volume timbulan per lantai:
a. Lantai 1, volume timbulan adalah 0,698 m3/hari
b. Lantai basement, volume timbulan adalah 3,564 m3/hari
2. Komposisi Sampah Pasar Agung Depok 2 Timur adalah
a. Lantai 1, didominasi oleh sampah Plastik sebanyak 46,4%, sedangkan sampah
lainnya adalah Logam 4%, Karet 4,7%, Kaca 3,8%, Kertas 17%, Kayu 2,2%,
Tekstil 7%, Sisa Makanan dan Kebun 12%, Limbah B3 0,4% dan Lainnya 2,5%.
b. Lantai basement, didominasi oleh sampah Sisa Makanan dan Kebun sebanyak
73% sedangkan sampah lainnya adalah Plastik 7,7%, Logam 1%, Karet 2%, Kaca
1,5%, Kertas 6%, Elektronik 0,5%, Kayu 6%,Tekstil 2%, Limbah B3 0,1%, dan
Lainnya 0,2%.
3. Pewadahan dan Pengangkutan ke TPS:
a. Pada lantai 1 seluas 13.100 m 2 yang memiliki rata-rata volume timbulan sebesar
0,698 m3/hari diperlukan 5 tong sampah yang berkapasitas 120 L.
b. Pada lantai basement seluas 48.725 m 2 yang memiliki rata-rata volume timbulan
sebesar 3,564 m3/hari diperlukan 30 tong sampah yang berkapasitas 120 L.
c. Pada Pengangkutan di lantai 1 digunakan gerobak pengangkut berkapasitas 0,88
m3 untuk mengangkut volume timbulan sampah sebesar 0,698 m3/hari, sehingga
mampu mengangkut semua sampah di lantai 1 dalam sekali pengangkutan ke TPS
d. Pada Pengangkutan di lantai basement digunakan gerobak pengangkut
berkapasitas 0,88 m3 untuk mengangkut volume timbulan sampah sebesar 3,564
m3/hari, sehingga gerobak tidak akan muat untuk mengangkut semua sampah
dilantai tersebut oleh karena itu dilakukan 4-5 kali pengangkutan
4. Setelah dilakukan pengolahan berupa 60% sampah kertas dan plastik didaur ulang dan
30% sampah sisa makanan dan kebun diolah menjadi kompos terjadi pengurangan
timbulan sampah yang akan diangkut ke TPA sebesar 31,67%.

Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan oleh penulis, maka didapat
kesimpulan sebagai berikut Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan oleh
penulis, ada beberapa hal yang bebrhubungan dengan pengelolaan sampah di Pasar Agung
Kota Depok, yaitu sebagai berikut:
1. Sebaiknya tempat sampah berwarna yang belum diletakkan oleh UPT sesegera
mungkin diletakkan di tiap lantai pada tempat-tempat yang baik untuk mempermudah
proses pengelolaan pada aktifitas pasar.
2. Pihak UPT pasar lebih baik menerapkan sistem denda bagi warga pasar yang masih
membuang sampah tidak pada tempatnya.
3. Pada proses pengumpulan sebaiknya digunakan satu gerobak tambahan agar
menghemat waktu pengerjaan.
4. Perlu diadakan penyuluhan terhadap petugas pengelola pengomposan di pasar tersebut
agar menghasilkan kompos yang baik karena pembuatan kompos selain mengurangi
sampah organic yang di angkut ke TPA juga akan menghasilkan penghasilan tambahan
untuk pasar tersebut.
5. Pemerintah Kota Depok perlu mengganti truk pengangkut sampah dengan yang baru
agar tidak terjadi hal yang diinginkan kepada pengemudi truk dan warga sekitar.

Daftar Referensi
1. Standar Nasional Indonesia 19-3694-1994 mengenai Metode Pengambilan dan
Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan.
2. ASTM International. 2003. Standard Test Method for Determination of The
composition of unprocessed Municipal Solid Waste. In: ASTM D 5321-92. American
Society for Testing and Materials. US.
3. Standar Nasional Indonesia 19-2454-2002 mengenai Tata Cara Teknik Operasional
Pengelolaan Sampah Perkotaan.

4. Tchobanoglous, G., Theisen, H., Vigil, S. 1993. Integrated Solid Waste Management.
Singapore: McGraw-Hill.
5. Fitria Yeni dan Damanhuri, Enri. 2008. Studi Sumber Timbulan Sampah di Pasar
Simpang Dago. Final Project. Program Studi Teknik Lingkungan. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.

Anda mungkin juga menyukai