Anda di halaman 1dari 23

Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Efisiensi

SDA Dengan Teknologi

FAWAZ
1206181036

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2013

TUGAS UAS MATA KULIAH


EFISIENSI SDA DENGAN TEKNOLOGI

1. Pendahuluan
Saat ini, persoalan lingkungan yang menjadi isu besar di hampir seluruh
wilayah perkotaan adalah masalah sampah. Sejak dari sumber hingga tiba di
lokasi pembuangan akhir, isu sampah memiliki problematikanya masing-masing
dalam banyak hal. Laju pertumbuhan ekonomi di kota menjadi daya tarik luar
biasa bagi penduduk untuk hijrah ke kota (urbanisasi). Akibatnya jumlah
penduduk semakin membengkak, konsumsi masyarakat perkotaan melonjak, yang
pada akhirnya akan mengakibatkan jumlah sampah juga meningkat. Permasalahan
seperti ini hampir pasti dapat ditemui di kota-kota besar di seluruh dunia, dan
terutama di negara-negara berkembang.
Pertambahan jumlah sampah yang tidak diimbangi dengan pengelolaan
yang ramah lingkungan akan menyebabkan terjadinya perusakan dan pencemaran
lingkungan. Cukup banyak permasalahan lingkungan yang dapat ditimbulkan
akibat dari penanganan sampah perkotaan yang kurang baik, mulai dari gangguan
kesehatan, pencemaran air dan udara hingga dari sudut etika dan estetika. Lebih
jauh lagi, penanganan sampah yang tidak komprehensif akan memicu terjadinya
masalah sosial, seperti amuk massa, bentrok antar warga, pemblokiran fasilitas
TPA. Kasus-kasus seperti ini pernah terjadi di beberapa tempat sehingga butuh
penanganan khusus untuk menyelesaikannya.
Pada tugas kali ini, akan dilakukan simulasi pengelolaan limbah terpadu
dengan menggunakan perangkat lunak Integrated Waste Management 2 (IWM 2).
Simulasi menggunakan perangkat lunak IWM 2 ini bertujuan untuk mengetahui
sistem pengelolaan limbah terpadu yang paling baik dari berbagai skenario yang
memungkinkan untuk dilakukan. Tentu saja harapannya agar ditemukan formula
yang tepat dalam pengelolaan limbah perkotaan terpadu agar dapat diterapkan di

berbagai tempat, agar permasalahan-permasalahan yang ada pada sistem


pengelolaan sampah perkotaan dapat teratasi.
Perangkat lunak IWM 2 telah memiliki beberapa skenario pengelolaan
limbah perkotaan. Dalam tugas ini penulis mencoba untuk membandingkan
skenario Happyville 1, Happyville 2 dan Happyville 5, dari komparasi yang
dilakukan kemudian dipilih salah satu dari ketiga skenario yang ada yang dirasa
paling baik untuk diterapkan kedepannya, komparasi dilakukan dengan
mempertimbangkan beberapa variabel penting dalam pengelolaan limbah,
variabel-variabel itulah yang menentukan skenario mana yang pada akhirnya akan
dipilih.

2. Skenario Pengelolaan Limbah


Perangkat lunak IWM 2 telah memiliki beberapa skenario pengelolaan
limbah perkotaan. Skenario tersebut telah tersedia sebagai bahan untuk contoh
dan dipelajari, kemudian skenario yang telah tersedia tersebut juga bisa digunakan
untuk dibandingkan mana dari beberapa skenario yang telah tersedia yang
dianggap paling baik dengan berbagai pertimbangan yang ditentukan.
Seperti yang telah disebutkan di atas, pada tugas ini akan dibandingkan 3
skenario untuk dipilih mana yang terbaik untuk diterapkan, ketiga skenario itu
adalah Happyville 1, Happyville 2 dan Happyville 5. Berikut akan dijabarkan
ketiga skenario tersebut.

2.1 Skenario Happyville 1


Pada skenario pengelolaan limbah happyvile 1, sistem pengelolaan limbah
masih sangat sederhana, semua limbah yang dikumpulkan langsung dikirim ke
lokasi pembuangan akhir (Landfill), di landfill, limbah hanya disimpan saja tanpa
ada pengolahan dengan berbagai macam metode yang tersedia, tanpa ada

pengumpulan gas yang dihasilkan landfill dan juga tanpa pengolahan air lindi
yang dihasilkan landfill.
2.1.1 Input Limbah
Pada skenario happyville 1, populasi penghasil limbah yang disimulasikan
berjumlah 500.000 jiwa, seperti yang tertera pada gambar 1.1.

Gambar 2.1 Input populasi untuk simulasi program IWM 2 Happyville 1 & 2
Pada simulasi skenario happyville 1, populasi per kepala keluarga
berjumlah 2 orang, sehingga terdapat 250.000 kepala keluarga yang menghasilkan
limbah. Selanjutnya dari populasi yang telah ditentukan didapat data limbah yang
dihasilkan oleh rumah tangga tersebut.

Gambar 2.2 Data limbah yang dihasilkan pada simulasi program IWM 2
Happyville 1 & 2

Dari simulasi didapatkan data sebert pada gambar 1.2. Limbah rumah
tangga yang dikumpulkan dirata-ratakan berjumlah 340 kg/orang/tahun, dengan
perincian presentase komposisi limbah yang dihasilkan berupa kertas 37%, kaca
9%, besi 7%, plastik 10%, limbah tekstil 2 %, limbah organik 19% dan lain-lain
16%.
Untuk delivered household waste, data input yang dihasilkan ditunjukkan pada
gambar 1.3.

Gambar 2.3 Input delivered household waste Happyville 1 & 2


Limbah rumah tangga yang dihasilkan berupa kaca 5 kg/orang/tahun, besi
ferrous 10 kg/orang/tahun, besi non-ferrous 5 kg/orang/tahun, plastik film 1
kg/orang/tahun dan plastik rigid 1 kg/orang/tahun.
Selain limbah yang dihasilkan oleh rumah tangga, simulasi ini juga
memperhitungkan limbah yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik atau industri
lainnya, limbah yang dihasilkan ini dikelompokkan dalam limbah komersil.

Gambar 2.4 Input limbah komersil pada simulasi program IWM 2


Limbah komersil yang dihasilkan industri pertahunnya sebanyak 10 ton,
komposisi limbah industri yang dihasilkan berupa kertas 20%, kaca 10%, besi
20%, plastik 10%, limbah tekstil 5%, limbah organik 25% dan lain-lain 10%.
Secara keseluruhan limbah yang diolah pada simulasi di happyville 1
berjumlah 186 ton dengan komposisi: kertas 65 ton, kaca 18 ton, besi ferrous 15
ton, besi non-ferrous 3 ton, plastik film 9 ton, plastik rigid 9 ton, tekstil 4 ton,
organik 35 ton dan lain-lain 28 ton.

Gambar 2.5 Total limbah yang diolah pada skenario happyville 1


Dari data yang tertera di atas jelas terlihat bahwa limbah kertas
mendominasi dengan sumbangan limbah terbanyak, selanjutnya limbah organik di
tempat kedua. Komposisi limbah ini sangat tergantung pada wilayah, tingkat

ekonomi penduduk dan juga pola hidup masyarakatnya. Biasanya untuk negaranegara berkembang komposisi limbah didominasi oleh limbah organik.

2.1.2 Pengumpulan Limbah


Pengumpulan limbah pada simulasi program IWM 2 menggunakan sistem
pengumpulan Kerbside Collection System. Pada sistem pengumpulan limbah ini
material limbah dikumpulkan sejak dari rumah tangga. Penyortiran sudah
dilakukan pada tingkat rumah tangga secara terpusat. Material yang dikumpulkan
dapat berupa material yang terpisah sesuai dengan jenis limbahnya atau material
yang masih bercampur. Tempat penampungan limbah terpisah untuk masingmasing individu. Sistem transportasi pengumpulan limbah oleh petugas
membutuhkan sistem yang baik karena harus menjemput limbah di tiap rumah.

Gambar 2.6 Data pengumpulan limbah rumah tangga Happyville 1 & 2


Gambar 2.6 menunjukkan data hasil pengumpulan limbah rumah tangga pada
simulasi program IWM 2 skenario happyville 1. Data bahan bakar yang tertera
murni digunakan untuk kendaraan yang mengangkut limbah ke lokasi

penampungan akhir. Total limbah rumah tangga yang berhasil dikumpulkan


dengan sistem ini berjumlah 571,2 kg/rumahtangga/tahun. Komposisi limbah
didominasi oleh limbah kertas dan limbah organik. Biaya yang dibutuhkan untuk
sistem pengumpulan limbah dengan metode kerbside sebanyak 6.000.000.
Selain limbah rumah tangga, pengumpulan limbah juga dilakukan untuk
limbah komersil, data limbah komersil yang dikumpulkan pada simulasi kali ini
dapat dilihat pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Data pengumpulan limbah komersil Happyville 1 & 2


Ketiadaan biaya pada pengumpulan limbah komersil sepertinya karena biaya
pengangkutan dibebankan kepada pihak industri yang menghasilkan limbah. Total
limbah yang tersedia yang dapat didaur ulang sebanyak 7 ton per tahun,
sedangkan limbah organik yang dihasilkan memiliki komposisi kertas 2 ton/tahun
dan limbah organik lainnya 3 ton/tahun.
Dari limbah rumah tangga dan limbah komersil yang berhasil dikumpulkan
dengan sistem pengumpulan kerbside, limbah kemudian dikirim langsung ke
landfill, total limbah yang berhasil dikumpulkan dan dikirim ke landfill dapat
dilihat pada gambar 2.8.

Gambar 2.8 Data total limbah yang dikumpulkan Happyville 1 & 2

2.1.3 Landfilling
Pada skenario happyville 1, semua limbah yang berhasil dikumpulkan
langsung dikirim ke landfill, tak ada pengolahan dan pengelolaan sebelum limbah
dikirim ke landfill, sehingga keseluruhan limbah yang dikumpulkan langsung
dikirim ke landfill.
Limbah yang dihasilkan diasumsikan keseluruhannya bukan limbah
beracun. Kemudian di landfill limbah dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu limbah
tidak beracun dan limbah yang tidak diolah sama sekali yang masih tersisa pada
lokasi. Input landfill untuk limbah tak beracun yaitu kaca 1 ton, besi ferrous 3 ton
dan besi non-ferrous 1 ton. Sedangkan input dari limbah sisa potensial tak terolah
lainnya yaitu kertas 65 ton, kaca 16 ton, besi ferrous 13 ton, besi non-ferrous 1
ton, plastik film 9 ton, plastik rigid 9 ton, tekstil 4 ton, limbah organik 35 ton dan
lain-lain 28 ton. Total keseluruhan berjumlah 186 ton.

Gambar 2.9 Data input limbah ke landfill Happyville 1 & 2


Sistem manajemen landfill non-hazarduos pada simulasi skenario ini
memiliki data seperti pada gambar 2.10. manajemen landfill yang terbilang masih
cukup sederhana karena didalamnya tak ada operasi pengelolaan apapun.

Gambar 2.10 Non-hazardous Landfill Management and Costs Happyville 1

Pada gambar 2.10 juga terdapat informasi biaya pengelolaan limbah di


landfill, biaya yang dibutuhkan untuk mengelola limbah sebesar 24 per ton. Gas
yang dihasilkan di landfill sebanyak 25.900 Nm3 dan air lindi sebanyak 28 m3.
Akan tetapi pada skenario ini, gas dan air lindi tidak dimanfaatkan sama sekali.
Dan untuk skenario ini, gambaran diagram alir simulasi pengelolaan limbah
dengan program IWM 2 dapat dilihat pada gambar 2.11

Gambar 2.11 Diagram alir pengelolaan limbah Happyville 1 & 2

2.2 Skenario Happyville 2


Skenario happyville 2 secara garis besar memiliki kesamaan dengan
skenario happyville 1, yang membedakan keduanya adalah, jika pada skenario
happyville 1 gas dan air lindi yang dihasilkan di landfill didiamkan saja, tidak ada
pengelolaan sama sekali, pada skenario happyville 2 gas dan air lindi yang
dihasilkan diolah. Oleh karena itu mulai dari input limbah dan komposisinya,
metode pengumpulan limbah dan komposisi yang dihasilkan hingga pada proses
landfilling dan diagram akhir simulasi pengelolaan limbah, skenario happyville 1
dan 2 sama persis, yang membedakan adalah energy recovery yang dihasilkan dari

pemanfaatan gas dan air lindi yang dihasilkan pada landfill happyville 2.
Perbedaan itu akan tampak jelas jika kita membandingkan gambar 2.10 dengan
gambar 2.12 di bawah ini.

Gambar 2.12 Non-hazardous Landfill Management and Costs Happyville 2


Pada gambar 2.10 energy recovery dari gas kosong dan pengelolaan air
lindi juga kosong dikarenakan tidak dilakukan apapun terhadap keduanya, sedang
pada gambar 2.12 energy recovery dari gas mencapai 100% dengan efisiensi
penggunaan listrik sebesar 30% dan efisiensi pengelolaan air lindi sebesar 95%.

2.3 Skenario Happyville 5


Pada skenario kali ini, limbah yang dikumpulkan tidak langsung dikirim
ke landfill, tetapi sejak awal sudah dilakukan penyortiran dan dipilah-pilah limbah
yang masih dapat digunakan atau didaur ulang, selanjutnya juga ada pengelolaan
secara biologis lewat pengomposan.

Input data yang digunakan pada skenario ini sama dengan input data 2
skenario sebelumnya. Namun sejak pengumpulan limbah hingga seterusnya
banyak yang berbeda dari 2 skenario sebelumnya.

2.3.1 Pengumpulan Limbah


Yang membedakan skenario ini dengan 2 skenario sebelumnya adalah
pada proses pengumpulan limbah. Jika pada kedua skenario sebelumnya limbah
yang berhasil dikumpulkan langsung dikirim ke landfill, pada skenario happyville
5 limbah yang dikumpulkan disortir terlebih dahulu, limbah-limbah yang masih
layak digunakan tidak dikirim ke landfill, akan tetapi dijual atau digunakan
kembali.

Gambar 2.13 Data pengumpulan limbah rumah tangga happyville 5


Seperti terlihat pada gambar 2.13 pada kolom dry recyclables adalah kolom data
yang menerangkan jumlah limbah hasil penyortiran yang tidak dikirim ke landfill
tetapi digunakan kembali. Sehingga data total hasil pengumpulan limbah pada

happyville 5 berbeda dengan happyville 1 dan 2 yang terdapat pada gambar 2.8.
Untuk data total pengumpulan limbah di happyville 5 terdapat pada gambar 2.14.

Gambar 2.14 Data total limbah yang dikumpulkan happyville 5

2.3.2 MRF & RDF Sorting


Tujuan MRF adalah untuk memisahkan bahan yang memiliki nilai jual dan
harga yang masih menjanjikan. Pengelolaan dengan metode MRF relatif murah
bila dibandingkan dengan sebagian besar proses pengolahan limbah lainnya
(misalnya insinerasi) dan secara teknis layak untuk memulihkan hampir semua
fraksi dari aliran limbah secara manual atau mekanis. Sayangnya hal ini sering
mendorong pendekatan di mana banyak bahan daur ulang karena mereka dapat
didaur ulang, bukan karena alasan lingkungan atau alasan ekonomis. Ada sedikit
manfaat yang bisa diperoleh dari bahan daur ulang yang tidak memiliki nilai.
Biaya ekonomi dan beban lingkungan yang terkait dengan praktek-praktek
tersebut merusak keberlanjutan sistem pengelolaan sampah secara keseluruhan
sebagai keuntungan pemulihan dan daur ulang bahan berharga sering diabaikan.

RDF adalah proses pemisahan secara mekanis antara fraksi yang mudah
terbakar dan yang tidak mudah terbakar dari limbah yang dihasilkan. Produksi
RDF demikian merupakan bagian dari sistem pengolahan termal, yang bertujuan
untuk mewujudkan bagian dari aliran limbah dengan memulihkan konten energi.
Tahap kedua, RDF pembakaran, bisa juga terjadi pada situs yang sama, atau RDF
dapat diangkut untuk pembakaran di tempat lain.
Pada skenario happyville 5 proses MRF dan RDF sorting telah dilakukan,
untuk data MRF dapat dilihat pada gambar 2.15 dan untuk data RDF pada gambar
2.16.

Gambar 2.15 Data MRF Sorting happyville 5


Dari data MRF yang terjadi pada skenario happyville 5, biaya transportasi, biaya
proses pengolahan dan juga konsumsi energi selama proses diperhiungkan, residu
yang dihasilkan dari proses MRF dikirim ke landfill. Dari data dapat dilihat
bahwa proses daur ulang berjalan dengan baik dengan proses MRF terhadap
limbah input hasil penyortiran bisa mencapai lebih dari 50%.

Gambar 2.16 Data RDF sorting happyville 5


2.3.3 Pengolahan Biologis
Pada tahap ini pengolahan biologis terdiri dari 2 proses, yaitu proses
pengomposan dan proses biogasifikasi. Input limbah yang masuk pada proses:

Gambar 2.17 Input Limbah pada pengolahan biologis happyville 5

Total limbah yang masuk ke pengolahan biologis sebanyak 32 ton dengan


komposisi kertas 15 ton, limbah organik 15 ton dan plastik 2 ton. Dari
keseluruhan input yang ada, pada skenario happyville 5 ini kesemuanya diolah
dengan pengomposan, tidak ada pengolahan dengan biogasifikasi.

Gambar 2.18 Data pengomposan pada skenario happyville 5


Dari 32 ton input, kompos yang dihasilkan pada proses pengomposan ini
sebanyak 15 ton, keseluruhan kompos yang dihasilkan dapat dijual dengan layak.
Biaya yang dibutuhkan untuk proses pengomposan sebesar 2/ton. Energi yang
dibutuhkan selama proses pengomposan sebanyak 30 kWh/ton.

2.3.4 Landfilling
Pada skenario happyville 5, proses landfilling tentu saja berbeda dengan 2
skenario sebelumnya. Karena pada skenario ini ada 2 proses yang terjadi sebelum
limbah dikirim ke landfill. Selain itu pada skenario ini, gas dan air lindi yang
dihasilkan di landfill juga dimanfaatkan dengan beberapa macam pengolahan.
Data yang dihasilkan pada landfill di skenario ini terdapat pada gambar 2.19.

Gambar 2.19. Input pada landfill skenario happyville 5


Dua proses yang terjadi pada skenario ini sebelum limbah dikirim ke landfill
membuat input limbah pada landfill skenario ini berbeda dengan 2 skenario
sebelumnya.

Gambar 2.20 Non-hazardous Landfill Management and Costs Happyville 5

Pada data di gambar 2.20, energy recovery bisa mencapai 100% dan efisiensi
pengolahan air lindi mencapai 95%.
Dan berikut adalah data total dari proses recycling yang terjadi pada skenario
happyville 5.

Gambar 2.21 Data daur ulang limbah happyville 5


Daur ulang terjadi pada saat tahap penyortiran dan juga pengolahan biologis
dengan metode pengomposan. Dari proses tersebut didapatkan beberapa
keuntungan seperti yang terlihat pada gambar 2.21.

Gambar 2.22 Diagram Alir pengelolaan limbah happyville 5

3. Perbandingan Skenario Happyville 1, 2 dan 5


3.1 Biaya

Gambar 3.1 Grafik Perbandingan biaya ketiga skenario

Grafik di atas menggambarkan perbedaan biaya yang dikeluarkan untuk


operasional skenario 1, 2 dan 5. Biaya awal yang digunakan untuk skenario 1 dan
2 sebanyak 10.637.500, sedangkan untuk skenario 5, biaya yang dikeluarkan
sebanyak 9.673.425. Kemudian setelah melihat aspek pengolahan di landfill dan
pengolahan-pengolahan limbah lainnya sebelum masuk landfill, total biaya yang
dikeluarkan untuk skenario 1 adalah 10.637.500, untuk skenario 2 sebanyak
8.537.922 dan untuk skenario 5 sebanyak 8.677.578.
Sehingga dari ketiga skenario yang ada, biaya paling murah terdapat pada
skenario 2 dan biaya termahal ada pada skenario 1.

3.2 Keperluan Bahan Bakar

Gambar 3.2 Grafik Perbandingan penggunaan bahan bakar dari ketiga skenario
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa untuk skenario 1 membutuhkan
biaya bahan bakar sebesar 28.203, untuk skenario 2 menghasilkan surplus bahan
bakar dari recovery energy sebesar 323.373, dan untuk skenario 5, surplus bahan
bakar dari recovery energi dan daur ulang sebesar 1.253.489. dari ketiga skenario
di atas, yang paling menguntungkan dari segi bahan bakar adalah skenario 5, dan
yang paling boros adalah skenario 1.

3.3 Hasil Akhir Limbah

Gambar 3.3 Grafik hasil akhir limbah yang dihasilkan


Hasil akhir dari limbah yang masuk landfill seperti yang terlihat pada
gambar di atas adalah, untuk skenario 1, limbah yang masuk landfill sejumlah
185,503 ton, untuk skenario 2 sejumlah 183,956 ton, dan untuk skenario 5
sejumlah 67,802 ton. Dari data yang dihasilkan tentu saja skenario 5 menjadi yang
terbaik dari ketiga skenario yang ada.

3.4 Emisi Udara

Gambar 3.4 Grafik emisi CO2 dari ketiga skenario yang ada

Pada skenario 1 menghasilkan emisi CO2 sebanyak 24.586 ton, skenario 2


menghasilkan emisi CO2 sebanyak 34.762 ton dan skenario 5 menghasilkan emisi
sebanyak 3.751 ton. Dari ketiga skenario yang ada, skenario 5 yang paling baik
karena emisi CO2 yang dihasilkan paling rendah.

Gambar 3.5 grafik emisi CH4 dari ketiga skenario yang ada
Untuk emisi CH4, skenario 1 menghasilkan emisi sebanyak 10.177 ton,
skenario 2 sebanyak 984 ton dan skenario 5 sebanyak 429 ton. Untuk emisi CH4,
skenario 5 adalah skenario terbaik karena menghasilkan emisi yang rendah.
Begitu pula pada emisi udara lainnya, selain amonia, skenario 5
merupakan skenario yang menghasilkan emisi udara yang rendah, maka untuk
emisi udara skenario 5 adalah skenario yang terbaik diantara 3 skenario yang ada.

4. Kesimpulan
Melihat data yang dijabarkan di atas, terutama pada data perbandingan 3 skenario
yang diberikan pada tugas ini, maka dengan menggunakan pertimbangan di subbab 3.1 terkait biaya hingga sub-bab 3.4 terkait emisi udara, maka disimpulkan
untuk memilih skenario HAPPYVILLE 5 sebagai skenario terbaik yang dipilih dan
layak diterapkan dari 3 skenario yang ada.

Anda mungkin juga menyukai