Anda di halaman 1dari 7

Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.

php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

PERANCANGAN DETAIL PENINGKATAN KINERJA TPST 3R BOJONGBATA


KECAMATAN PEMALANG DENGAN MATERIAL RECOVERY FACILITY
(MRF)
Samsul Aripin*), Wiharyanto Oktiawan**), Irawan Wisnu Wardhana**)
Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
e-mail : samsularipin38@gmail.com

Abstrak
Meningkatnya jumlah penduduk dan semakin beragamnya aktivitas penduduk Kabupaten Pemalang
berdampak pada meningkatnya laju timbulan sampah. Timbulan sampah yang semakin bertambah
membutuhkan pengelolaan sampah yang tepat. Salah satu alternatif fasilitas pengelolaan sampah
yaitu Material Recovery Facility (MRF). MRF merupakan fasilitas yang menggabungkan beberapa
teknik pengolahan sampah, seperti proses pemisahan, komposting, ataupun daur ulang. Perencanaan
MRF di TPST 3R Bojongbata meliputi: metode dan peralatan yang digunakan, luas lahan yang
dibutuhkan, kebutuhan SDM, dan analisis ekonomi. Timbulan sampah pada tahun perencanaan
(2025) adalah sebesar 658,82 m3/hari atau setara dengan 152.846,77 ton/hari. Pemilahan yang
digunakan dalam perencanaan ini adalah secara manual dengan bantuan belt conveyor dan trommel
screen dengan recovery factor untuk kertas sebesar 83%, plastik 76%, logam 100%, karet 54%, kain
0%, kayu 0%, kaca/botol 100%. Pemanfaatan sampah basah dilakukan dengan pengomposan sebesar
%. Lahan yang dibutuhkan sebesar 2.269m2. Produksi kompos yang dihasilkan sebesar
110,68m3/hari. Barang lapak yang dihasilkan sebesar 40,65 ton/hari, dan residu yang dihasilkan
241,13 m3/hari. Rencana anggaran biaya yang diperlukan untuk pembangunan Plant MRF adalah
sebesar Rp 1.878.603.740,00.

Kata Kunci : Sampah, MRF, TPST 3R Bojongnangka.

Abstract
[Desain Detail Performance Upgrade Integrated Waste Treatment Plant 3R Bojongbata
Kecamatan Pemalang With Material Recovery Facility (MRF)] Increasing population and
increasingly diverse population activity of Pemalang impact on the increasing rate of waste
generation.Waste generation is growing requiring proper waste management. One alternative waste
management facilites that Materials Recovery Facility (MRF).
MRF is a facilitiy that combines several garbage processing techniques, such as process separation,
composting, or recycling. Planning MRF at the Bojongnangka while disposal include : methods and
aquipment used, the area of land required, the needs of Human Resources, and economic analysis.
Waste in the Bojongnangka TPST in planing (2025) amounted to 658,82m3/day, equevalent
152.846,77 tons/day. Sorting used in this plan is manually with the help of belt conveyor adn trommel
screen with a recovery factor to the paper by 83%, 76% plastic, metal 100%, 100% rubber, cloth 0%,
0% wood, glass/bottel 100%. Utilization of wet waste for composting is done by 64.33%. Total land
required is 2.269m2. Production of compost produced at 110,68 m3/day. Plan budget needed for the
construction of MRF plant approximately Rp 1.878.603.740,00.

Key word : Solid waste, MRF, Integrated Waste Treatment Plant 3R Bojongbata.
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

PENDAHULUAN mengurangi timbulan sampah dari


Sampah merupakan produk sumbernya salah satunya dengan
samping setelah berakhirnya suatu proses pengomposan di rumah kompos dan TPST
atau kegiatan manusia. Pesatnya 3R Desa Bojongbata.
pertumbuhan penduduk dan perubahan TPST 3R Bojongbata dengan
pola konsumsi di masyarakat membawa volume bangunan 10 x 5 x 3 m di desain
dampak besar terhadap peningkatan untuk pengomposan dan pemilahan
volume sampah. Permasalahan dalam sampah anorganik secara manual namun
penanganan sampah terjadi karena sampai sekarang tidak ada kegiatan
ketidakseimbangan antara produksi dengan pengomposan, bangunan TPST 3R yang
kemampuan dalam pengelolaannya, ada hanya untuk menampung sampah
volume sampah terus meningkat sejalan anorganik hasil pemilahan seperti botol,
dengan pertambahan penduduk, perubahan plastik dan kertas. Volume bangunan yang
kualitas hidup dan dinamika kegiatan kecil dan tidak adanya pengolahan sampah
masyarakat. Berdasarkan data BPS, tingkat organik seperti komposting sehingga tidak
pelayanan sampah nasional saat ini hanya dapat mengolah sampah secara optimal.
mencapai kurang labih 40%, dengan Dengan timbulan sampah yang cukup
kualitas pelayanan yang belum memadai. besar dan untuk mengurangi beban TPA
Kondisi tersebut masih jauh dari standar yang sudah tidak mampu menampung
pelayanan minimal yang telah ditetapkan. sampah lagi diperlukan pengurangan
timbulan sampah dari sumber dan tempat
Tingginya pertumbuhan penduduk pengolahan sampah yang lebih besar
di Kabupaten Pemalang membawa dampak dengan manajemen yang lebih baik agar
besar terhadap peningkatan volume dapat berjalan sesuai dengan apa yang
sampah, tercatat menurut data BPS direncanakan di awal.
Kabupaten Pemalang jumlah penduduk Untuk itu diperlukan peningkatan
tahun 2015 sebesar 1.279.596 jiwa. kinerja dan me-redesain TPST 3R
Sedangkan tingkat pelayanan sampah di Bojongbata menjadi (Material Recovery
Kabupaten Pemalang masih rendah kurang Facility) MRF diharapkan sampah yang
lebih 39%, berdasarkan data BPS Provinsi ada di daerah tersebut dapat diolah dengan
Jawa Tengah Tahun 2015 jumlah timbulan maksimal.
sampah di Kabupaten Pemalang sebesar
1.300 m3 /harinya namun hanya terangkut TINJAUAN PUSTAKA
sebesar 508,83 m3 /harinya. Dengan tingkat
presentase 3R yang sangat kecil 1,12% 1. Perencanaan MRF dan
sebesar 6,94m3 /hari. Komposisi sampah Pengomposan
terbesar di Kabupaten Pemalang adalah Ketentuan umum tentang
sampah organik dengan prosentase 42% pengoperasian unit daur ulang dan
kemudian diikuti sampah plastik 20%. produksi kompos (Petunjuk Teknis Tata
Menurut data dari Dinas Pekerjaan Cara Pengoperasian UDPK, CT/S/Op-
Umum Kabupaten Pemalang, Kecamatan TC/003/98) sebagai berikut :
Pemalang adalah penyumbang sampah a) Lokasi tempat pengolahan sampah
terbesar yaitu kurang lebih 445m3 /hari. harus sedekat mungkin dengan
Selain sebagai pusat pemerintahan daerah pelayanan.
Kecamatan Pemalang juga merupakan b) Luas lahan yang dibutuhlan minimal
pusat perekonomian Kabupaten Pemalang, 500m2
yang menyebabkan semakin besarnya c) Amankan lahan dengan cara
jumlah timbulan sampah yang dihasilkan. memagarnya
Kecamatan Pemalang dalam usaha
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

d) Tersedianya bahan baku sampah 1. Helm kerja


organik dan anorganik minimal 2. Sepatu kedap air (boot)
30m3 /hari. 3. Kaus tangan plastik
Manajemen pengoperasian perlu didukung 4. Pakaian kerja
oleh: 5. Masker kain
a) Instansi pengelola tempat 6. Perlengkapan P3K
pengolahan sampah yang memadai B. Peralatan Produksi
(lembaga masyarakat, dinas 1. Alat tulis dan kantor
kebersihan, atau swasta). 2. Termometer alkohol
b) Biaya pengolahan yang memadai, 3. Cangkul
baik untuk biaya modal kerja, biaya 4. Ember plastik
operasi, maupun pemeliharaan). 5. Golok
c) Adanya aspek pengaturan yang 6. Garu
mendukung, khususnya dalam 7. Sekop
kaitannya dengan masalah pemsaran 8. Selang air
kompos. 9. Saringan putar
d) Peran serta masyarakat yang 10. Timbangan
diharapkan dalam pemilahan sampah 11. Plastik kedap air untuk
di sumber. pengemasan – ukuran 30 cm x 15
Prosentase luas yang akan digunakan cm untuk kompos halus seberat 3
untuk kegiatan adalah sebagai berikut kg
(Petunjuk Teknis Tata Cara Pengoperasian - Ukuran 35 cm x 29 cm untuk
UDPK, CT/S/Op-TC/003/98): kompos halus seberat 5 kg
a) Areal pengomposan : 50-60% - Ukuran 90 cm x 60 cm untuk
b) Areal pemeliharaan : 10% kompos halus, kasar maupun
c) Gudang dan kantor : 10% sedang seberat 40 kg
d) Areal penumpukan residu : 5% - Ukuran 1,5 x 2,0 m (kapasitas
e) Tempat barang lapak : 5% 100 kg)
f) Kantor : 5% 12. Karung ukuran 50 kg
C. Mesin
Peruntukan areal disesuaikan dengan 1. Mesin pemilah
bentuk lahan dan sirkulasi kerja keluar 2. Mensin pencacah (cruser)
masuknya sampah serta pengoperasian 3. Mesin penggiling
tempat pengolahan sampah. Sedangkan 4. Mesin penyaring (pengayak)
luas bangunan disesuaikan dengan rencana 5. Mesin jahit karung
kapasitas sampah yang akan diolah. Tidak D. Sarana produksi atau Bangunan
ada cara yang baku mengenai peletakan 1. Tempat bahan baku
unit-unit pada tempat pengolahan sampah, Tempat ini harus telindung dari air
semua disesuaikan dengan kondisi hujan, luasnya disesuaikan dengan
lapangan yang ada. kapasitas bahan baku.
2. Sarana dan Prasarana 2. Tempat pemilahan
Sarana dan prasarana yang dimiliki Tempat pemilahan beruoa belt
oleh sebuah tempat pengolahan sampah conveyor sortasi, yang berfungsi
mencakup perlengkapan kerja, perlatan untuk tahap sortasi dari sampah
produksi, dan sarana produksi (Sudrajat, asal. Dalam proses proses
2006). pemilahan ini, sampah organik
dipisahkan dengan cara di ambil
A. Perlengkapan Kerja secara manual dari belt conveyor
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

oleh petugas untuk dibawa keruang 10. Tempat parkir


daur ulang. Sedangkan untuk Tempat yang luasnya diperkirakan
sampah organik bahan kompos cukup untuk bongkar muat.
akan dilewatkan menuju conveyor
penghantar (feeder). Bahan-bahan METODOLOGI PERENCANAAN
yang tidak diinginkan juga di ambil
dari belt conveyor agar tidak masuk Terdapat beberapa langkah dalam
ke mesin pencacah (crusher), perencanaan MRF 3R Bojongbata.
karena dapat merusak crusher. Tahapan tersebut adalah :
3. Tempat mesin pencacah Mesin 1. Tahap Persiapan
pencacah memerlukan ruang Segala sesuatu yang dilakukan
sekitar 2m x 2m. Mesin ini dapat sebelum memulai kegiatan yang
ditempatkan di salah satu sudut mendukung pengerjaan Tugas Akhir ini,
tempat bahan baku dan terbebas seperti perizinan, persetujuan judul (UGB),
dari hembusan angin. dan pengajuan proposal.
4. Tempat yang berfungsi untuk
menyimpan material sisa dari 2. Tahap survei dan Pengumpulan
pemilahan sampah organik dan data
anorganik. Data-data yang diperlukan berupa data
5. Ruang komposting primer dan sekunder sebagai berikut :
Ruang ini memerlukan penyinaran
matahari yang tidak terlalu terik Tabel 1. Data Primer Perencanaan
sehingga harus memiliki atap dari Data S umber Metode
fiberglass atau plastik berwarna Pola operasi Lokasi TPST Observasi
hijau atau biru. Tempat ini terbuka pembuangan 3R Bojongbata
Kondisi Lokasi TPST Observasi/
dan dapat dibuat seperti bak dengan operasional 3R Bojongbata Interview
tinggi dinding 1m. Luasnya sarana dan
disesuaikan dengan kebutuhan. prasarana
Kegiatan Lokasi TPST Interview
6. Ruang pengeringan kompos pemulungan 3R Bojongbata
Ruang pengeringan seluas ruang
komposting.
Tabel 2. Data Sekunder Perencanaan
7. Ruang penyaringan (pengayakan)
Ruang ini digunakan untuk No. Data Instansi
Terkait
menyaring kompos yang telah 1. Timbulan DPU,
kering. Sampah Diskimtaru
8. Ruang pengemasan (gudang) 2. Komposisi DPU,
Sampah Diskimtaru
Luas gudang disesuaikan dengan 3. Kependudukan BPS
kapasitas produksi yang dikalikan 4. PDRB BPS
tujuh. Tujuannya untuk 5. Pengelolaan BPS,
sampah BAPPEDA
mengantisipasi kemungkinan 6. Kondisi eksisting BAPPEDA
produk menumpuk selama 1 TPST 3R
minggu. 7. Peta Topografi BAPPEDA
8. Peta
9. Kantor Administrasi
Luas kantor sekitar 3m x 3m.
Ruangan tersebut diperkirakan
cukup untuk memuat 1 buah 3. Analisis Timbulan Sampah
lemari, 1 buah meja, 1 buah kursi Kabupaten Pemalang
dan 1 buah bangku.
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

Jumlah timbulan sampah Kabupaten Dalam proses pengolahan pertama-


Pemalang didapatkan dari profil tama harus diketahui jumlah sampah
pengelolaan kebersihan yang disusun oleh masuk. Selanjutnya adalah menghitung
Dinas Pekerjaan Umum. Analisis tersebut loading rate, luas lahan dan jumlah SDM
meliputi : yang diperlukan. Sampah anorganik yang
a. Analisis timbulan sampah Kabupaten masuk plant MRF akan dipilah
Pemalang pada tahun eksisting dan berdasarkan jenisnya, yaitu kertas, plastik,
tahun perencanaan. logam, karet, kain, kayu dll. Sedangkan
b. Analisis karakteristik sampah sampah organik akan diolah dengan
Kabupaten Pemalang. pengomposan.

4. Tahap Perencanaan dengan Konsep


MRF
Konsep yang direncanakan adalah a. Loading Rate
perencanaan teknis operasional, meliputi Loading rate merupakan jumlah/
perencanaan luas lahan, peralatan yang kapasitas sampah yang akan diolah pada
digunakan, sarana dan prasarana, dan MRF tiap jam nya. Dari tabel 5.10 diketahi
jumlah kebutuhan tenaga kerja. bahwa sampah yang harus diolah tiap
a. Penentuan volume setiap gundukan harinya sebesar 527,06 m. Waktu
Volume (m3 ) = P x L x T operasional MRF direncanakan 7 jam,
b. Penentuan jumlah gundukan dimulai pukul 08.00-12.00 : 13.00-16.00
Jumlah gundukan (istirahat pukul 12.00-13.00).
=volume total bahan baku (m3 )
volume gundukan (m3 ) Loading Rate = 75,2 m 3 /jam
c. Penentuan luas ruang pengomposan
Total area gundukan = jumlah b. Ruang Penerimaan (tipping floor)
gundukan x area per gundukan Ruang penerimaan adalah lokasi pertama
d. Luas ruang pengomposan = total araa yang dituju oleh kendaraaan pengangkut
gundukan + luas moving area sampah yang masuk ke ruang MRF untuk
e. Penghitungan luas ruang pengayakan menurunkan muatan sampah. Area
dan pengemasan penerimaan harus cukup untuk
Luas ruang pengayakan dan pengemasan menampung timbulan sampah yang
diperoleh dari dimensi alat pengayak masuk sesuai dengan proyeksi timbulan
kompos dan luas moving area. Peruntukan sampah sampai dengan tahun 2025.
area disesuaikan dengan bentuk lahan dan Setelah sampah dibongkar, petugas
keluar masuknya sampah serta memindahkan sampah ke ruang
pengoperasian MRF dan pengomposan. pemilahan dengan menggunakan backhoe
Sedangkan luas bangunan MRF dan loader.
pengomposan disesuaikan dengan rencana - Volume sampah masuk per jam =
kapasitas sampah yang akan diolah. Tidak 75,2 m3
ada tata cara yang baku mengenai - Direncanakan sampah akan
peletakan unit-unit MRF dan ditumpuk setinggi 1,5m, sehingga :
pengomposan, semua disesuaikan dengan Panjang = Lebar = √ =
kondisi lapangan yang ada. 7m
- Kebutuhan tenaga pemilah = 3
HASIL DAN PEMBAHASAN orang
1. Pengkajian Unit-Unit Pengolahan -
c. Ruang Pemilahan dan Pencacahan
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

Conveyor input (feeder) digunakan Fasilitas gudang digunakan untuk


untuk mengantarkan sarana untuk memilah menyimpan kompos dan hasil pemilahan
sampah kertas, sampah plastik, dan sampah anorganik. Sehingga gudang
sampah lainnya. Dalam proses pemilahan disesuaikan dengan jumlah keluaran
ini, sampah anorganik yang masih laku produk dari komposting dan pemilahan
dijual akan diambil secara manual oleh sampah organik.
petugas, lalu ditampung dalam boks
plastik warna biru, merah dan kuning yang KESIMPULAN
bertuliskan masing-masing jenis sampah. 1. Kegiatan pemilahan sampah
Kertas akan menggunakan boks warna anorganik di TPST 3R Bojongbata
biru, plastik akan menggunakan warna dilakukan oleh pekerja secara manual.
merah, dan logam akan menggunakan Proses pengomposan sempat berjalan
warna kuning. Sedangkan residu akan beberapa saat dengan menggunakan
ditampung dalam boks warna abu-abu. EM4 tetapi tidak berjalan dengan
Sampah anorganik yang masih memiliki lancar dan sampai saat ini tidak ada
nilai ekonomi akan dibawa ke gudang lagi proses pengomposan.
untuk kemudian dijual. Residu akan 2. Peningkatan dalam pengolahan
ditampung pada mobil pick up untuk sampahnya sebesar 1.317% dari 40
diangkut menuju TPA Pesalakan m3 /hari menjadi 527,064 m3 /hari dan
Pemalang. wilayah pelayanan sebesar 2.000%
dari sebelumnya hanya satu desa
d. Ruang Pengomposan menjadi 20 desa.
Metode pengomposan yang digunakan 3. Volume sampah pada tahun
adalah pengomposan dengan bantuan perencanaan (2025) adalah 658,82
EM4. Metode ini dipilih karena waktu m3 /hari dengan komposisi bahan
yang diperlukan untuk pengomposan kompos %, sampah plastik %, dan %
cukup cepat, yaitu sekitar 14 hari. berupa kertas, serta sisanya adalah
bahan anorganik lainnya.
e. Ruang Pengayakan dan 4. Perencanaan Plant MRF meliputi
Pengemasan Kompos perencanaan ruang penerimaan, ruang
Penyusutan sampah organik saat pemilihan, ruang pengomposan, ruang
diolah menjadi kompos adalah sekitar 40- pengemasan dan pengayakan, serta
50 % (Harsono, 2007). Pada perecanaan gudang dengan luas lahan seluruhnya
ini, diambil presentase penyusutan 50%. adalah 2.269 m2 .
Maka produk kompos yang dihasilkan 5. Total biaya yang dibutuhkan untuk
= 50% x 221,36 m3/hari pembangunan adalah Plant MRF
= 110,68 m3/hari Bojongbata Rp 1.878.603.740,00.

Produk kompos yang dihasilkan SARAN


adalah sebesar 110,68 m3/hari atau 15,81 1. Menggalakkan program pengurangan
m3/jam. Sedangkan kapasitas alat sampah dari sumber seperti yang
pengayak adalah 10 m3/jam. Sehingga tercantum pada Undang-Undang No.
jumlah pengayak yang dibutuhkan. 18 Tahun tentang Pengelolaan
= 15,81 m3/jam = 1,5 Sampah.
10m3 /jam 2. Melibatkan masyarakat secara
= 2 buah menyeluruh sehingga masyarakat
merasa terlibat dan dapat
f. Gudang
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

berpartisipasi aktif dalam pengelolaan Materials of New York City’s


sampah. Municipal Solid Waste. Artikel.
http://www.seas.columbia.edu/earth/wtert/
DAFTAR PUSTAKA sofos/dubanowitz_thesis.pdf Diakses
Badan Litbang Pertanian. Edisi 3-9 tanggal 20 Februari 2017
Agustus 2011 No.3417 “Pupuk Japan International Cooperation Agency
Organik dari Limbah Organik (JICA). 2003. Draft Naskah
Sampah Rumah Tangga” Akademis Rancangan Undang -
http://www.litbang.pertanian.go.id/d Undang Pengelolaan Persampahan.
ownload/one/184/file/Pupuk- Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Organik-dari-Limbah.pdf. Diakses 2008. Statistik Persampahan
tanggal 20 Februari 2017 Indonesia.
Badan Standarisasi Nasional. 1995 SNI Kuncoro, Sejati 2009. Pengolahan
19-3983-1995 Spesifikasi Timbulan Sampah Terpadu dengan Sistem
Sampah untuk Kota Kecil dan Node, Sub Point, Center Point.
Sedang di Indonesia Yogyakarta: Kanisius.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008
(BAPPEDA) Kabupaten Pemalang. Tentang : “Pengelolaan Sampah”.
2014. Penyusunan Rencana Terpadu Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang
dan Program Investasi Nomor 13 Tahun 2012 Tentang :
Infrastruktrur Jangka Mengengah “Pengelolaan Sampah”.
(PRI2-JM) Petunjuk Teknis Cara Pengoperasian
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah UDPK, CT/S/Op-TC/003/98.
(BAPPEDA) Kabupaten Pemalang. Rostiyanti, Susy Fatena. 2012. Alat Berat
2012. Buku Putih Sanitasi Untuk Proyek Konstruksi.
Kabupaten Pemalang. Yogyakarta : Rineka Cipta.
Bahar, Yul, H. 1996. Teknologi Sudrajat. 2006. Mengelola Sampah Kota
Penanganan dan Pemanfaatan Depok : Penebar Swadaya
Sampah. Jakarta : PT Waca Utama Tchobanoglous, George. Theisen, Hilary.
Pramesti. Vigil, Samuel. 1993. Integrated
Damanhuri, Enri. 2010. Pengelolaan Solid Waste Management. New York
Sampah, Bandung : Teknik : McGraw-Hill.
Lingkungan ITB Tjahjo, Nur. 2001. Pengorganisasian
Darmasetiawan, Martin. 2004. Sampah Masyarakat Dalam Hal Pemilihan
dan Sistem Pengelolaanya. Jakarta : dan Daur Ulang Sampah. Bandung :
Ekamitra Engineering. GTZ Indonesia.
Dinas Pekerjaan Umum. 1990. SK SNI T-
13-1990-F Tentang Tata Cara
Pengelolaan Teknik Sampah
Perkotaan. Bandung : Yayasan
Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan
Dinas Pekerjaan Umum. 2015. Profil
Pengelolaan Kebersihan Kabupaten
Pemalang.
Dubanowitz, Alexander J. Design of a
Materials Recovery Facility (MRF)
For Processing the Recyclable

Anda mungkin juga menyukai