Anda di halaman 1dari 6

ESSAI ISU LINGKUNGAN DI KABUPATEN SUMEDANG

(MASALAH SAMPAH DAN RUANG TERBUKA HIJAU)

Tugas Ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Mata Kuliah Analisis Sumberdaya
Lingkungan dan Pesisir

Disusun Oleh :

Rio Diandra 213060004

PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PASUNDAN
Sampah menjadi permasalahan serius di Kabupaten Sumedang yang merupakan
tempat saya tinggal. Beberapa permasalahan yang timbul dalam sistem
penanganan sampah yang terjadi selama ini adalah dari segi pengumpulan sampah
dirasa kurang efisien karena mulai dari sumber sampah sampai ke tempat
pembuangan akhir, sampah tidak dipilah-pilah sehingga kalaupun akan diterapkan
teknologi lanjutan berupa komposting maupun daur ulang perlu tenaga untuk
pemilahan menurut jenisnya sesuai dengan yang dibutuhkan, dan hal ini akan
memerlukan dana serta menyita waktu. Dan pembuangan akhir ke TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) dapat menimbulkan masalah, antara lain : Perlu lahan yang
besar bagi Tempat Pembuangan Akhir sehingga hanya cocok bagi kota yang
masih mempunyai banyak lahan yang tidak terpakai. Apabila penduduk di kota
semakin bertambah jumlahnya maka sampah akan semakin bertambah baik
jumlah dan jenisnya. Hal ini akan semakin bertambah juga luasan lahan bagi TPA.

Selain itu, Berbagai masalah lingkungan hidup yang diakibatkan oleh


pembangunanpembangunan baik secara langsung maupun tidak langsung di
Kabupaten Sumedang secara garis besar adalah sebagai berikut : 1) Pencemaran
udara yang diakibatkan oleh polusi udara dari kendaraan bermotor dan industri-
industri; 2) Pencemaran air yang diakibatkan oleh limbah cair yang berasal dari
sumber-sumber potensial seperti sektor bisnis (industri, hotel, restoran, pasar
tradisional), rumah sakit, dan rumah tangga/domestik; 3) Pencemaran tanah,
terutama di daerah-daerah pertanian yang disebabkan karena penggunaan pupuk
buatan secara terus menerus serta sampah dari masyarakat kota, yang
mengakibatkan tanah menjadi asam, kurang bahan organik, mematikan hewan air,
dan membahayakan perikanan; 4) Permasalahan pengelolaan sampah yang
diakibatkan oleh keterbatasan sarana dan prasarana persampahan yang tidak
sejalan dengan peningkatan laju timbunan sampah, 5) seperti timbunan sampah di
Pasar Impres Sumedang, Pasar Tanjungsari dan Pasar Cimanggung; 6)
Penebangan-penebangan liar yang masih terjadi di Kabupaten Sumedang yang
membuat ekosistem alam terganggu dan menjadi penyebab timbulnya bencana-
bencana alam; 7) Permasalahan banjir di berbagai daerah di Wilayah Kabupaten
Sumedang seperti di wilayah Kecamatan Cimanggung, Kecamatan Jatinangor,
sebagian di Wilayah Sumedang Kota. Salah satu dari masalah lingkungan hidup
yang paling terlihat adalah masalah sampah. Sampah yang tidak dikelola dengan
baik jelas sangat mengganggu, merusak pandangan, bahkan membahayakan
kesehatan. Namun bila dikelola dengan baik, sampah dapat bermanfaat banyak.
Karena dampak negatif lebih banyak dirasakan, banyak masyarakat enggan bila
wilayahnya dijadikan tempat pembuangan akhir. Namun apabila semua menolak,
persoalan pengelolaan sampah ini tidak akan terselesaikan. Sementara volume
sampah setiap hari terus bertambah dan harus dibuang ke suatu tempat
pembuangan. Ruang Terbuka Hijau yang teridentifikasi Dinas Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Kabupaten Sumedang seluas 102,88 HA. Capaian kinerjanya
sangat tinggi. Perbandingan dari capaian kinerja tahun sebelumnya sebesar
99,88% di tahun 2018 terdapat kenaikan namun dilihat dari capaian tahun 2017
sebesar 101,01% terdapat penurunan. Hal tersebut karena pada tahun 2019
kegiatan pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau dititik beratkan pada perbaikan
ornamen taman dan peningkatan kualitas tanaman. Beberapa permasalahan
pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Sumedang diantaranya adalah :
1) Upaya peningkatan luasan lahan Ruang Terbuka Hijau selalu terkendala
ketersediaan lahan. 2) Seringkali terkendala dengan kepentingan publik yang lain
misalnya PLN, misalnya tajuk perindang jalur hijau dianggap menganggu
perkabelan listrik.

Tujuan dari pengelolaan sampah adalah kota yang bersih dalam pengertian
lingkungan bersih dan sehat. Untuk mencapai tujuan tersebut, subsistem
pengelolaan persampahan kota seyogyanya tidak mengabaikan sistem-sistem
pengelolaan itu sendiri, yaitu sistem kelembagaan sebagai unsur penyelenggara,
sistem hukum sebagai unsur pengatur. Unsur pembiayaan yang tidak lain unsur
pendorong. Unsur penyelenggara yang tersendiri dari tiga komponan yatu pemda
sastra, lsm-lsm yang bergerak di bidang lingkungan sebagai pemerhati dan
pengamat lingkungan. Unsur pengatur yakni pengaturan dan penerapannya. Unsur
pendorong yaitu sumber dana dan retribusi. Unsur pengaruh yakni pengaturan dan
penerapannya. Unsur pendorong yaitu sumber dana dan retribusi. Unsur
pemotivator yang terdiri dari pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan
akhir. Unsur penggerak yaitu recycle, reuse dan reduce. Unsur-unsur semestinya
berjalan serentak sebagai suatu kesatuan gerak, tidak bergerak sendiri-sendiri.
Kebijakan yang dilakukan yang selama ini perencanaan biasanya top down, bukan
bottom up. Karena masalah sampah perkotaan adalah melibatkan warga kota,
seharusnya perencanaan dilakukan dengan sistem partisipatif. Sistem pengelolaan
sampah yang baik tidak akan pernah terjadi, bila hanya menyoroti salah satu aspek
saja, padahal masalah sampah selalu bergerak sesuai dengan perkembangan kota
dan dinamisasi masyarakat. Jika terjadi ketidak keharmonisan, maka kita
kembaikan kepada subsistem yang ada kelembagaan, hukum, pembiayaan,
operaisonal dan peran serta masyarakat. Jika kelembagaanya berjalan kurang baik,
kita semestinya menyoroti unsur penyelenggara ini. Jika hukumnya tidak berjalan
maka unsur pengatur ini yang masih dilihat lagi. Demikian juga jika
pembiayaannya tidak pas, maka unsur pendorong ini akan macet. Sistem
pengelolaan sampah yang baik tidak akan pernah terjadi, bila kita hanya
menyoroti salah satu aspek saja, padahal masalah sampah selalu bergerak sesuai
dengan perkembangan kota dan dinamisasi masyarakat. Jika terjadi ketidak
harmonisan, maka kita kembalikan kepada subsistem yang ada kelembagaan,
hukum pembiayaan, operasional, peranserta masyarakat. Jika kelembagaannya
berjalan kurang baik, kita semestinya menyoroti unsur penyelenggara ini. Jika
hukumnya tidak berjalan, maka unsur pengatur ini yang masih dilihat lagi.
Demikian juga jika pembiayaannya tidak pas, maka unsur pendorong ini akan
macet. Demikian juga sub-sub sistem yang lain dapat dilihat sebagaimana telah
dijelaskan. Sistem pengelolaan sampah yang baik akan menjadi dampak pada
kebersihan kota atau lingkungan hidup bersih yang sehat. Jika seluruh sistem
pengelolaan sampah perkotaan dilihat sebagai kesatuan gerak. Pengalaman
pengelolaan sampah perkotaan menjadi acuan untuk menilai pelaksanaan
pelaksanaan subsistem yang telah dijelaskan. Demikian juga kebijakan yang akan
diambil termasuk prioritas penanganan dan pelaksanaan. Tidak boleh dilupakan
bahwa sebab akibat dari pelaksanaan masing-masing subsistem saling berinteraksi
secara erat dan mempengaruhi secara keseluruhan. Seberapa besar prosentase dari
masing-masing penyelenggaraan subsistem tergantung dari kepemimpinan dari
kota tersebut untuk memutuskan tentunya Kepala Daerah Bupati atau walikota.

Strategi Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang dalam pengelolaan sampah dan


ruang terbuka hijau menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten
Sumedang belum konsisten untuk menangani masalah sampah dan ruang terbuka
hijau. Pemerintah Kabupaten Sumedang perlu menata kembali Ruang Terbuka
Hijau. Pengelolaan sampah di wilayah perkotaan Kabupaten Sumedang masih
secara parsial belum mengintegrasikan aspek pengelolaan sampah secara
menyeluruh. Masyarakat belum dilibatkan dalam pengambilan keputusan untuk
mengelola sampah. Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang
diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah Kebijakan
pemberian Adipura pernah berhenti karena berbagai faktor salah satunya faktor
politis. Dampak dari kebijakan tersebut menyebabkan pengelolaan sampah dan
penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayah perkotaan Kabupaten
Sumedang menjadi tidak serius, sehingga banyak sarana prasarana pendukung
yang masih sangat jauh dari optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Hafsiah, Ipa. “Strategi Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang Dalam


Pengelolaan Sampah dan Ruang Terbuka Hijau Untuk Meraih
Penghargaan Adipura.” Jurnal DIALEKTIKA : Jurnal Ilmu Sosial, Vol
19 No. 2 2021

Anda mungkin juga menyukai