Tugas Ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Mata Kuliah Analisis Sumberdaya
Lingkungan dan Pesisir
Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
Sampah menjadi permasalahan serius di Kabupaten Sumedang yang merupakan
tempat saya tinggal. Beberapa permasalahan yang timbul dalam sistem
penanganan sampah yang terjadi selama ini adalah dari segi pengumpulan sampah
dirasa kurang efisien karena mulai dari sumber sampah sampai ke tempat
pembuangan akhir, sampah tidak dipilah-pilah sehingga kalaupun akan diterapkan
teknologi lanjutan berupa komposting maupun daur ulang perlu tenaga untuk
pemilahan menurut jenisnya sesuai dengan yang dibutuhkan, dan hal ini akan
memerlukan dana serta menyita waktu. Dan pembuangan akhir ke TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) dapat menimbulkan masalah, antara lain : Perlu lahan yang
besar bagi Tempat Pembuangan Akhir sehingga hanya cocok bagi kota yang
masih mempunyai banyak lahan yang tidak terpakai. Apabila penduduk di kota
semakin bertambah jumlahnya maka sampah akan semakin bertambah baik
jumlah dan jenisnya. Hal ini akan semakin bertambah juga luasan lahan bagi TPA.
Tujuan dari pengelolaan sampah adalah kota yang bersih dalam pengertian
lingkungan bersih dan sehat. Untuk mencapai tujuan tersebut, subsistem
pengelolaan persampahan kota seyogyanya tidak mengabaikan sistem-sistem
pengelolaan itu sendiri, yaitu sistem kelembagaan sebagai unsur penyelenggara,
sistem hukum sebagai unsur pengatur. Unsur pembiayaan yang tidak lain unsur
pendorong. Unsur penyelenggara yang tersendiri dari tiga komponan yatu pemda
sastra, lsm-lsm yang bergerak di bidang lingkungan sebagai pemerhati dan
pengamat lingkungan. Unsur pengatur yakni pengaturan dan penerapannya. Unsur
pendorong yaitu sumber dana dan retribusi. Unsur pengaruh yakni pengaturan dan
penerapannya. Unsur pendorong yaitu sumber dana dan retribusi. Unsur
pemotivator yang terdiri dari pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan
akhir. Unsur penggerak yaitu recycle, reuse dan reduce. Unsur-unsur semestinya
berjalan serentak sebagai suatu kesatuan gerak, tidak bergerak sendiri-sendiri.
Kebijakan yang dilakukan yang selama ini perencanaan biasanya top down, bukan
bottom up. Karena masalah sampah perkotaan adalah melibatkan warga kota,
seharusnya perencanaan dilakukan dengan sistem partisipatif. Sistem pengelolaan
sampah yang baik tidak akan pernah terjadi, bila hanya menyoroti salah satu aspek
saja, padahal masalah sampah selalu bergerak sesuai dengan perkembangan kota
dan dinamisasi masyarakat. Jika terjadi ketidak keharmonisan, maka kita
kembaikan kepada subsistem yang ada kelembagaan, hukum, pembiayaan,
operaisonal dan peran serta masyarakat. Jika kelembagaanya berjalan kurang baik,
kita semestinya menyoroti unsur penyelenggara ini. Jika hukumnya tidak berjalan
maka unsur pengatur ini yang masih dilihat lagi. Demikian juga jika
pembiayaannya tidak pas, maka unsur pendorong ini akan macet. Sistem
pengelolaan sampah yang baik tidak akan pernah terjadi, bila kita hanya
menyoroti salah satu aspek saja, padahal masalah sampah selalu bergerak sesuai
dengan perkembangan kota dan dinamisasi masyarakat. Jika terjadi ketidak
harmonisan, maka kita kembalikan kepada subsistem yang ada kelembagaan,
hukum pembiayaan, operasional, peranserta masyarakat. Jika kelembagaannya
berjalan kurang baik, kita semestinya menyoroti unsur penyelenggara ini. Jika
hukumnya tidak berjalan, maka unsur pengatur ini yang masih dilihat lagi.
Demikian juga jika pembiayaannya tidak pas, maka unsur pendorong ini akan
macet. Demikian juga sub-sub sistem yang lain dapat dilihat sebagaimana telah
dijelaskan. Sistem pengelolaan sampah yang baik akan menjadi dampak pada
kebersihan kota atau lingkungan hidup bersih yang sehat. Jika seluruh sistem
pengelolaan sampah perkotaan dilihat sebagai kesatuan gerak. Pengalaman
pengelolaan sampah perkotaan menjadi acuan untuk menilai pelaksanaan
pelaksanaan subsistem yang telah dijelaskan. Demikian juga kebijakan yang akan
diambil termasuk prioritas penanganan dan pelaksanaan. Tidak boleh dilupakan
bahwa sebab akibat dari pelaksanaan masing-masing subsistem saling berinteraksi
secara erat dan mempengaruhi secara keseluruhan. Seberapa besar prosentase dari
masing-masing penyelenggaraan subsistem tergantung dari kepemimpinan dari
kota tersebut untuk memutuskan tentunya Kepala Daerah Bupati atau walikota.