Anda di halaman 1dari 28

1

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Sampah merupakan masalah umum yang hingga kini dihadapi oleh seluruh

dunia khususnya Indonesia. Jambeck et al, (2015) menyatakan bahwa Indonesia

menduduki urutan kedua setelah China sebagai negara penyumbang sampah laut

di dunia dengan estimasi jumlah sampah yang dihasilkan adalah 0.48 - 1.29 juta

ton per tahun. Pada saat ini sampah laut merupakan masalah yang sangat serius

dan menarik untuk diteliti, dikarenakan dampak yang ditimbulkan oleh sampah

laut dapat mengancam kelangsungan dan keberlanjutan hidup biota yang

terdapat di perairan.

Permasalahan sampah berkaitan erat dengan adanya peningkatan jumlah

penduduk, yang dapat meningkatkan jumlah sampah antara lain sisa makanan,

kertas, kardus, plastik, tekstil, kulit, sampah kebun, kayu, kaca, logam, barang

bekas rumah tangga, limbah berbahaya dan sebagainya (Taufiqurrahman, 2016).

Walau banyak komposisi sampah yang ditemukan, sampah jenis plastik

mendominasi jumlah sampah laut hingga 75% dari sampah yang terakumulasi di

garis pantai, permukaan laut dan dasar laut dan jumlah sampah plastik terus

meningkat (UNEP, 2005). Kantong plastik, peralatan memancing, wadah

makanan dan minuman adalah komponen yang paling umum dan lebih dari 80%

terdampar di pantai (Thiel et.al., 2013).

Kawasan pantai merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan.

Perubahan lingkungan pantai dapat terjadi secara lambat hingga cepat, tergantung

pada imbang daya antara topografi, batuan dan sifat-sifatnya dengan gelombang,
2

pasut, dan angin (Supratman et al., 2014). Sampah di daerah pesisir merupakan

salah satu permasalahan kompleks yang dihadapi oleh suatu daerah yang berada

dekat dengan wilayah pantai atau pesisir.

Berbagai masalah yang muncul akibat adanya sampah laut (marine debris)

antara lain berkurangnya keindahan wilayah pesisir dan wisata pantai dari segi

estetika dengan adanya timbulan sampah yang bau dan berserakan, menimbulkan

berbagai macam penyakit, mempengaruhi jejaring makanan, berkurangnya

produktifitas ikan, serta mempengaruhi metabolisme tanaman laut seperti lamun,

mangrove dan lainnya (Citasari et al., 2012).

Sampah yang terdapat di permukaan perairan juga akan menimbulkan

masalah serupa, dikutip dari laporan CBD atau Convention on Biological

Diversity (2012) yang menjelaskan bahwa banyaknnya sampah di laut membuat

beberapa hewan atau biota masuk dalam kategori terancam punah akibat terjebak

sampah, seperti kura-kura dan anjing laut. Cauwenberghe dan Janssen (2014)

juga menyatakan bahwa kerang- kerangan yang merupakan organisme bentik

mengandung microplastic didalam organ pencernaannya. Selain itu sampah yang

ada di laut bukan hanya menyebabkan kerusakan bagi ekosistem akan tetapi

banyaknya sampah dapat berdampak pada sektor pariwisata, keselamatan

pelayaran dan juga kesehatan manusia (Lippiat et al., 2013). Hal tersebut

semakin mempertegas bahwa sampah yang terdapat di perairan dapat

menimbulkan masalah yang serius pada ekosistem.

Menurut Djaguna et al. (2019) sampah laut atau marine debris adalah

semua material berbentuk padatan yang tidak dijumpai secara alami

(merupakan produk kegiatan manusia) di wilayah perairan (samudra, lautan,


3

pantai) dan dapat memberikan ancaman secara langsung terhadap kondisi dan

produktivitas wilayah perairan serta memerlukan aksi spesifik tertentu untuk

mencegah dan meminimalisir efek negatifnya. Sampah lautan dapat diangkut

dan didistribusikan oleh arus laut dan angin dari satu tempat ke tempat lainnya,

bahkan dapat menempuh jarak yang sangat jauh dari sumbernya

Pantai Pandan adalah pantai yang terletak di Kota Sibolga, Sumatera Utara

yang berada dekat dengan pemukiman masyarakat serta aktivitas nelayan. Pantai

Pandan juga tidak terlepas dari kegiatan wisatawan sehingga diduga banyak

sampah-sampah yang masuk ke perairan Pantai Pandan secara sengaja ataupun

tidak sengaja. Adanya fenomena sampah laut akan menimbulkan keresahan di

masyarakat dengan keberadan sampah yang telah mencemari wilayah pesisir dan

lautan.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi maka perlu dilakukan suatu kajian

eksploratif untuk mengetahui jenis dan kelimpahan sampah di Pantai Pandan,

Sibolga, Sumatera Utara.

I.2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan dalam penelitian ini adalah :

1. Apa jenis sampah yang terdapat di Pantai Pandan, Sibolga, Sumatera Utara?

2. Berapakah kelimpahan sampah di Pantai Pandan, Sibolga, Sumatera Utara?

3. Apakah terdapat perbedaan kelimpahan sampah pada stasiun dengan

aktivitas antropogenik berbeda ?


4

I.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi jenis sampah yang terdapat di Pantai Pandan,

Sibolga, Sumatera Utara.

2. Untuk menganalisis kelimpahan sampah di Pantai Pandan, Sibolga,

Sumatera Utara.

3. Untuk menganalisis perbedaan kelimpahan sampah antar stasiun dengan

aktivitas antropogenik berbeda.

I.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi dasar dalam

mengetahui jenis dan jumlah kelimpahan sampah di Pantai Pandan, Sibolga,

Sumatera Utara.
5

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pengertian Sampah

Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang

oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai

jika dikelola dengan prosedur yang benar (Nugroho, 2013). Sampah merupakan

bahan pencemar yang proporsinya saat ini terbesar di lautan dunia, sampah yang

berasal dari daratan ini masuk ke laut kemudian mengikuti arus dan terbawa

kembali ke daratan (Opfer et al., 2012). Menurut definisi World Health

Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak

dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan

manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). Undang- Undang

Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah adalah sisa

kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.

II.2. Sampah Laut (Marine Debris)

Sampah laut pada umumnya dihasilkan dari kegiatan antropogenik, hal ini

merupakan ancaman langsung terhadap habitat laut, kesehatan manusia, dan

keselamatan navigasi, sehingga mengakibatkan kerugian aspek sosial-ekonomi

yang serius. Penyebaran sampah laut sangat memprihatinkan yaitu sekitar 14

miliar ton sampah dibuang setiap tahunnya di lautan (Hetherington et al., 2005).

Menurut CSIRO (2014), sampah laut atau sering disebut dengan istilah

marine debris di definisikan sebagai bahan padat persisten yang diproduksi atau

diproses secara langsung atau tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja, dibuang

atau ditinggalkan ke dalam lingkungan laut seperti barang-barang yang


6

digunakan misalnya kaca atau botol plastik, kaleng, tas, balon, karet, logam,

fiberglass, puntung rokok, dan bahan-bahan lainnya yang berakhir di laut dan di

sepanjang pantai.

II.3. Karakteristik Sampah Laut

Pada prinsipnya sampah dibedakan menjadi sampah padat, cair, dan gas.

Namun, untuk sampah laut pada marine debris survey monitoring of NOAA

(2015) telah membagi jenis-jenis sampah ke dalam beberapa tipe/jenis yang

mewakili semua jenis sampah laut yang sering didapatkan pada tabel di berikut:

Tabel 1. Jenis-jenis sampah laut (NOAA, 2015).


No. Jenis Sampah Laut Contoh
1. Plastik Kantong plastik, botol plastik, kemasan
makanan dan partikel plastik lainnya
Logam
2. Kaleng minuman, kaleng aerosol
Kaca
3.
Botol minuman kaca dan bola lampu
4. Kayu Olahan
5. Papan kayu, palet, dan krat/peti
Kertas
6.
Karton
Karet
7. Ban, balon, dan sarung tangan
Tekstil
8. Pakaian, sepatu dan handuk

Karakteristik sampah laut juga dibagi berdasarkan ukuran dan

lokasi persebarannya seperti yang dikemukakan oleh Lippiatt et al., (2013)

ukuran sampah diklasifikasikan menjadi 5 bagian yaitu:

Tabel 2. Karakteristik sampah laut berdasarkan ukuran.

No. Jenis Skala Lokasi Persebaran


1 Mega >1 m laut
2 Makro >2.5 cm – 1 m bentik
3 Meso >5 mm – 2.5 cm garis pantai
4 Mikro 1 μm – 5 mm permukaan air
5 Nano <1 μm tidak terlihat
7

1. Mega-debris merupakan ukuran sampah yang panjangnya lebih besar 1

meter yang pada umumnya didapatkan di perairan lepas.

2. Macro-debris merupakan ukuran sampah yang panjangnya berkisar >2,5

cm sampai < 1 m. Pada umumnya sampah ini ditemukan di daerah pesisir,

di dasar maupun permukaan perairan.

3. Meso-debris merupakan sampah laut yang berukuran >5 mm sampai <

2,5 cm. Sampah ini pada umumnya terdapat di permukaan perairan

maupun tercampur dengan sedimen.

4. Micro-debris merupakan jenis sampah yang sangat kecil dengan kisaran

ukuran 0,33 sampai 5,0 mm. Sampah yang berukuran seperti ini sangat

mudah terbawa oleh arus, selain itu sangat berbahaya karena dapat dengan

mudah masuk ke organ tubuh organisme laut seperti ikan dan kura-kura.

5. Nano-debris merupakan jenis sampah laut yang ukurannya dibawah <1

μm. Sama halnya dengan micro-debris sampah jenis ini sangat berbahaya

karena dapat dengan mudah masuk kedalam organ tubuh organisme.

II.4. Jenis-Jenis Sampah di Laut

Menurut United States Agency for International Development (2011) setiap

hari manusia menghasilkan sampah yang jenisnya tergantung dari aktivitasnya.

Adapun jenis-jenis sampah terjadi menjadi:

 Sampah organik atau sampah yang mudah busuk

Sampah organik atau sering disebut sampah basah adalah jenis sampah yang

berasal dari jasad hidup sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara

alami. Contohnya adalah sayuran, daging, ikan, nasi, dan potongan

rumput/daun/ranting dari kebun. Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari


8

sampah organik setiap harinya. Pembusukan sampah organik terjadi karena proses

biokimia akibat penguraian materi organik sampah itu sendiri oleh

mikroorganisme dengan dukungan faktor lain yang terdapat di lingkungan.

 Sampah non organik atau sampah yang tidak mudah busuk

Sampah anorganik adalah sampah yang tersusun dari senyawa non-organik

yang berasal dari sumber daya alam tidak terbaharui seperti mineral dan minyak

bumi, atau proses industri. Contohnya adalah botol gelas, plastik, tas plastik,

kaleng, dan logam. Sebagian sampah non-organik tidak dapat diuraikan oleh alam

sama sekali, dan sebagian lain dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama.

Menurut Nugroho (2013), jenis-jenis sampah dapat digolongkan menjadi

beberapa jenis, antara lain:

1. Berdasarkan sumbernya

 Sampah alam yaitu sampah yang ada oleh proses alam yang dapat di daur

ulang alami, seperti halnya daun-daunan kering di hutan yang terurai

menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini menjadi masalah

misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.

 Sampah manusia (human waste) adalah istilah yang biasa digunakan

terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah

manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat

digunakan sebagai vektor penyakit yang disebabkan virus dan bakteri.

 Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh manusia dengan

kata lain adalah sampah hasil konsumsi sehari-hari.

2. Berdasarkan bentuknya
9

a. Sampah padat

Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine,

dan sampah cair. Dapat berupa sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal,

gelas, dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi

sampah organik dan sampah anorganik.

b. Sampah cair

Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan

kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.

1) Limbah hitam yaitu sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini

mengandung patogen yang berbahaya.

2) Limbah rumah tangga seperti sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar

mandi, dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.

II.5. Sumber Sampah Laut

Berdasarkan data The World Bank tahun 2018, sebanyak 87 kota di pesisir

Indonesia memberikan kontribusi sampah ke laut diperkirakan sekitar 1,27 juta

ton. Dengan komposisi sampah plastik mencapai 9 juta ton dan diperkirakan

sekitar 3,2 juta ton adalah sedotan plastik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

Jenna R Jambeck dari University of Georgia, pada 2010 ada 275 juta ton sampah

plastik yang dihasilkan di seluruh dunia. Sekitar 4,8-12,7 juta ton diantaranya

terbuang dan mencemari laut. Data itu juga mengungkapkan bahwa Indonesia

merupakan negara dengan jumlah pencemaran sampah plastik ke laut terbesar

kedua di dunia. China memimpin dengan tingkat pencemaran sampah plastik ke

laut sekitar 1,23-3,53 juta ton/tahun. (Jambeck et al., 2015).

Sumber sampah laut berdasarkan aktivitas antropogenik maupun pengaruh


10

alam yaitu (NOAA, 2015):

1. Wisata Pantai

Meningkatnya pengunjung yang berwisata di daerah pesisir, menjadi salah

satu faktor meningkatnya sampah laut. Hal ini dibarengi banyaknya pengunjung

yang tidak bertanggung jawab yang membuang secara sembarangan sampah

seperti makanan, botol, puntung rokok, dan lain sebagainya. Sehingga sampah

yang dibuang nantinya terbawa arus laut dan selanjutnya meningkatkan jumlah

dan volume sampah di perairan.

2. Nelayan

Aktifitas nelayan merupakan salah satu faktor meningkatnya sampah di

perairan laut. Hal ini dikarenakan banyaknya nelayan dengan sengaja membuang

alat tangkap yang tidak terpakai di laut. Berdasarkan laporan NOAA (2015),

bahwa pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan larangan untuk membuang

sampah di laut, hal ini dikarenakan banyaknya sampah laut dari aktifitas

nelayan mengganggu navigasi di perairan.

3. Daratan

Sampah pemukiman atau dari daratan yang dibuang secara sembarangan

dapat berakhir di laut, hal ini dikarenakan sampah akan terbawa oleh aliran

hujan yang kemudian masuk ke sungai dan akan terbawa ke laut.

4. Industri

Salah satu sampah yang dihasilkan oleh berbagai aktifitas manusia plastik

khususnya sebagai kemasan. Plastik merupakan salah satu bahan yang banyak

digunakan dalam kegiatan industri. Dalam pengelolaannya, tidak semuanya

digunakan. Jika tidak adanya tanggung jawab terhadap sisa bahan baku, maka
11

pada akhirnya plastik akan berakhir di perairan dan menjadi sampah laut.

II.6. Dampak Sampah Laut

Sampah laut yang terdapat di suatu perairan dapat menimbulkan dampak

yang cukup serius bagi organisme laut. Berikut beberapa dampak yang

ditimbulkan oleh sampah laut menurut NOAA (2016) :

1. Potongan Sampah Mengapung

Pada umumnya tipe sampah ini terbuat dari plastik sehingga sangat sukar

untuk terurai. Kertas, kayu, dan karet pada awalnya juga merupakan jenis sampah

yang mengapung namun seiring dengan waktu akan tenggelam ke dasar perairan.

Potongan-potongan sampah laut yang mengapung sering dijumpai di perairan

karena ukurannya yang tidak begitu besar sehingga sangat mudah terbawa oleh

arus laut. Jenis sampah ini juga termasuk yang berbahaya sebab dapat bersentuhan

langsung dengan biota/organisme laut seperti kura-kura dan ikan yang menyangka

bahwa micro-debris tersebut merupakan makanannya.

2. Kerugian Ekonomi

Sampah laut yang terdapat di daerah pesisir akan mengganggu

pemandangan pengunjung atau wisatawan di daerah tersebut. Ini merupakan

dampak secara tidak langsung yang ditimbulkan kepada manusia sehingga dapat

mengurangi keuntungan ekonomi akibat puing-puing sampah yang terdapat pada

garis pantai di daerah tersebut. Selain itu, sampah laut yang menempel di badan

suatu organisme misalnya ikan, akan mengurangi nilai jual ikan komersil

sehingga akan berpengaruh terhadap perikanan dan merugikan nelayan.

3. Merusak Ekosistem
12

Sampah laut yang sangat mudah terbawa oleh aliran air akan tersebar di

perairan, sehingga dapat merusak habitat suatu organisme. Misalnya, terumbu

karang yang organisme simbiosisnya (zooxanthellae) memerlukan cahaya untuk

berfotosintesis, dengan adanya sampah yang menutupi badan karang akan

menyebabkan intensitas cahaya yang masuk akan berkurang. Selain itu sampah

yang terdapat di permukaan perairan juga akan menimbulkan masalah serupa,

seperti laporan dari Convention on Biological Diversity (2012) yang menjelaskan

bahwa banyaknya sampah di laut membuat beberapa hewan/biota masuk dalam

kategori terancam punah akibat terjebak sampah, seperti kura-kura dan anjing

laut. Sedangkan Cauwenberghe dan Janssen (2014) juga menyatakan bahwa

kerang-kerangan yang merupakan organisme bentik mengandung micro plastic di

dalam organ pencernaannya. Hal tersebut semakin mempertegas bahwa sampah

yang terdapat di perairan dapat menimbulkan masalah yang serius pada ekosistem.

4. Konsumsi Organisme

Saat ini banyak organisme laut seperti kura-kura, mamalia laut, dan burung

laut mengkonsumsi sampah. Hal tersebut dikarenakan mereka mengira bahwa

sampah laut merupakan makanannya sebab memiliki bentuk yang sama. Selain itu

organisme laut yang memakan telur-telur ikan juga dapat menelan sampah laut

secara tidak sengaja, sebab sampah-sampah yang berukuran kecil (micro-nano)

dapat menempel di telur ikan. Dari kejadian tersebut dapat menyebabkan cedera

internal seperti penyumbatan usus, penyumbatan aliran nafas dan hingga

kematian.

2.6. Parameter Kualitas Perairan

Oseanografi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang ilmu lautan


13

dan segala aspeknya. Sifat-sifat fisika dan kimia ait laut, dinamika air laut yang

dipengaruhi oleh gaya astronimos, meteorologis, dan geologis, zat-zat yang

terlarut dan kehidupan organisme yang hhidup di dalam laut, dan lain-lain di

antaranua merupakan cakupan dalam ilmu ini (Rasyid et al., 2014).

1. Pasang Surut

Pasang surut air laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik dan

turunnya permukaan air laut. Peristiwa pasang surut terjadi secara berkala yang

diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-

benda astronomi terutama oleh matahari, bumi, dan bulan (Surbakti, 2007). Ketika

kondisi air laut pasang, maka salinitas di daerah muara akan naik. Hal ini

disebabkan air muara sungai bercampur dengan air laut. Begitu pula ketika

kondisi air laut surut, maka salinitas muara sungai akan menjadi rendah, hal ini

disebabkan air di muara sungai di dominasi oleh air tawar.

2. Arah dan kecepatan Arus

Arus merupakan salah satu faktor yang mendukung perpindahan sampah

laut di perairan dengan jarak yang cukup jauh (NOAA, 2016). Pergerakan massa

air laut ini disebabkan oleh adanya hembusan atau tiupan angin di

permukaan air dan juga disebabkan oleh gerakan gelombang yang panjang

yang disebabkan oleh pasang surut yang terjadi (Nontji, 1987). Gerakan massa

air tersebut dapat membawa sampah yang berada dipinggir pantai terbawa dan

masuk ke dalam laut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hutabarat dan Evans

(1986), bahwa arus merupakan suatu peristiwa pergerakan massa air yang

dipengaruhi oleh tegangan permukaan, angin, dan beberapa faktor lainnya atau

perpindahan massa air secara horizontal maupun secara vertikal.


14

3. Gelombang

Pada umumnya gelombang terbentuk dan ditimbulkan oleh angin, pasang

surut, dan terkadang oleh gempa bumi. Gerakan gelombang yang naik turun

dapat menjadi sarana “transportasi” sampah laut di perairan. Brunner (2014)

menyatakan bahwa besarnya gelombang yang terjadi di perairan dapat

menimbulkan pengadukan, sehingga sampah yang terdapat di dasar perairan

akan terangkat ke permukaan dan pada gilirannya akan membentuk akumulasi

sampah pada suatu daerah/kawasan.

III. METODE PENELITIAN


15

III.1. Waktu dan Tempat

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret 2021, bertempat di Perairan

Pantai Pandan, Sibolga (Lampiran 1).

III.2. Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan yaitu kantong sampah (trash bag) untuk

menyimpan sampel sampah yang dikarakterisasi sesuai jenis dan ukuran.

Sedangkan peralatan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Alat Penelitian

No Nama Alat Kegunaan Alat


.
1 Current drogue Mengukur kecepatan arus
2 Stopwatch Mengukur waktu
3 Mistar Besi Mengukur panjang sampah
4 Tali Rapiah Untuk membuat plot
5 kamera Dokumentasi
6 Timbangan Menimbang sampel

III.3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian untuk pengambilan data di

lapangan adalah metode survei yaitu melakukan pengambilan data, dokumentasi,

dan observasi secara langsung di lapangan. Pengambilan sampel dilakukan secara

purposive sampling.

III.4. Prosedur Penelitian

3.4.1. Penentuan lokasi Pengambilan Sampel

Penentuan lokasi penelitian, terlebih dahulu mengecek jadwal pasang surut

perairan, hal ini sesuai dengan pendapat Opfer et al. (2012), bahwa tinggi

rendahnya permukaan air (pasang surut) yang terjadi akan mempengaruhi

volume atau jumlah sampah yang terdapat pada suatu daerah pesisir. Lokasi
16

pengambilan sampel terdiri atas 3 stasiun. Stasiun 1 berada di kawasan wisata

Pantai Pandan, Stasiun 2 berada di sekitar dermaga, dan Stasiun 3 berada di

sekitar muara. Masing-masing stasiun diwakili oleh 2 plot yang mana plot 1

terletak di Zona intertidal atas (upper intertidal zone) dan plot 2 terletak di Zona

intertidal bawah (lower intertidal zone). Masing-masing plot memiliki ukuran 10

m x 10 m.

3.4.2.Pengambilan Sampah Laut

Pengambilan sampel dilakukan pada saat weekend (hari Sabtu dan Minggu)

dan weekday (hari Selasa dan Kamis). Pengambilan sampel dilakukan pada

kondisi surut air laut. Data sampah laut dikumpulkan dengan cara menyusuri

masing-masing titik yang telah ditentukan dengan mengikuti skema potential

survey walking patterns yang telah ditetapkan oleh NOAA Marine Debris

Shoreline Survey Field Guide (Opfer et al., 2012) untuk memastikan bahwa

seluruh lokasi garis pantai atau transek tercakup. Jarak yang disarankan antara

jalur berjalan adalah sekitar satu meter (Gambar 1.).

Sampah yang ditemukan kemudian dicatat jenis dan jumlahnya stelah

dilakukan karakterisasi jenis sampah berdasarkan klasifikasi oleh NOAA (2015).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1. Data sampah yang dicatat hanya

sampah yang ditemukan di walking pattern. Sampah yang telah di karakterisasi

tersebut, selanjutnya diukur beratnya dengan menggunakan timbangan lalu dilakukan

penghitungan jumlah dan pengukuran panjang setiap jenis sampah tersebut

menggunakan mistar dan meteran. Kemudian, dilakukan perhitungan kelimpahan

dengan rumus:

Keterangan: K= n/A
17

K = Kelimpahan (potong/m2)

n = Jumlah sampah (potong)

A = Luas transek (m2)

Gambar 1. Skema berjalan/Walking pattern (Opfer et al., 2012)

3.4.3. Parameter Fisika Perairan

3.4.3.1. Kecepatan Arus

Pengukuran arah dan kecepatan arus dilakukan dengan meletakkan current

drogue ke perairan sekitar stasiun pengambilan data. Pada saat bersamaan

stopwatch diaktifkan, hingga tali pada alat tersebut membentang sepanjang 10

m. Kemudian, dicatat berapa lama waktu yang dibutuhkan tali tersebut untuk

membentang.

 Arus
V= s/t
Keterangan:
V = Kecepatan arus (m/detik)

s = Jarak tempuh current drogue (m)

t = Waktu yang digunakan (detik)

3.4.3.2. Gelombang
18

Pengukuran gelombang dilakukan dengan mengukur puncak dan lembah.

Selama pengukuran dihitung waktunya dengan menggunakan stopwatch.

 Gelombang

 Tinggi Gelombang

nH= (Puncak Ombak – Lembah)

 Periode Ombak (T)

nT= t/n

Keterangan:

H = Tinggi ombak (m)

T = Periode gelombang (s)

t = Waktu pengamatan (s)

n = Banyaknya gelombang

III.5. Analisis Data

Data yang dikumpulkan meliputi ukuran, berat, jenis, dan kelimpahan

sampah. Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk gambar, grafik, dan

tabel. Selanjutnya data yang diperoleh akan dianalisis statistik menggunakan

bantuan software SPSS. Uji Anova satu arah akan dilakukan untuk melihat

perbedaan kelimpahan sampah antar stasiun dan Uji-T untuk melihat ada tidaknya

perbedaan kelimpahan sampah pada wilayah upper dan lower tide. Selanjutnya

data yang diperoleh dibahas secara deskriptif dengan mengacu sumber dan

referensi yang ada.

III.6. Asumsi
19

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Penempatan stasiun dan titik pengamatan dianggap mewakili daerah

penelitian

2. Sampel yang diambil dalam penelitian dianggap mewakili kawasan tersebut

3. Parameter lingkungan dan faktor lainnya yang tidak diukur dianggap

memberikan pengaruh yang sama terhadap hasil penelitian

DAFTAR PUSTAKA
20

Amin, B., I. S. Febriani., I. Nurrachmi., dan M. Fauzi. 2020. Microplastics in


Gastrointestinal Track of Some Commercial Fishes from Bengkalis
Waters, Riau Province Indonesia. In Journal of Physics: Conference
Series, 1655(1).

Brunner, K. 2014. Effect of Wind and Wave-Driven Mixing on Subsurface


Plastic MarineDebris Concentration. Thesis. University of Delaware

Cauwenberghe, L. V., a n d C . R . Janssen. 2014. Microplastics In Bivalves


Cultured For Human Co nsumption. Environmental Pollution, 193,
65–70

CBD (Convention on Biological Diversity). 2012. Impacts of Marine Debris On


Biodiversity. Currents Status and Potential Pollution. CBD Technical
Series No.67

Citasari, N. I., O. Nur. dan A. Nuril. 2012. Analisi Laju Timbunan dan Komposisi
Sampah di Pemukiman Pesisir Kenjeran Surabaya. Berkas Penelitian
Hayati.

Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta.

Djaguna, A., W. E. Pelle., J. N. Schaduw., H. W. Manengkey., N. D.


Rumampuk., dan E. L. Ngangi. 2019. Identifikasi sampah laut di pantai
tongkaina dan talawaan bajo. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, 7(3), 174-
182.

Guide NOAA Marine Debris Program. USA: Silver Spring Rustam, A. dan Y.F.
Prabawa. 2015. Kualitas perairan di pantai Punai dan pantai Tambak
Kabupaten Belitung Timur. J. Segara, 11(1):75-84.

Hetherington J., Leous J., Anziano J., Brockett D., Cherson A., Dean E., Dillon
J., Johnson T., Littman M., Lukehart N., Ombac J., Reilly, K., 2005.
The Marine Debris Research, Prevention and Reduction Act: A Policy
Analysis. Columbia University New York, New York.

Hutabarat, S. dan S, Evans. 1986. Pengantar Oseanografi. Jakarta: UI Press

Jambeck, R., J. G. Roland., W. Chris., R. S. Theodore., P. Miriam., A. Anthony.,


N. Ramani. dan R. L. Kara. 2015. Plastic Was Inputs From Land Into
The Ocean. Journal Science.
Lippiat, S., S. Opfer. and C. Arthur. 2012. Marine Debris and Monitoring
Assesment. NOAA.
Mason, C. F. 1981. Biology of Freshwater Pollution Longman. New York.
21

NOAA. 2015. Turning The Tide On Trash. A Learning Guide On Marine Debris.

NOAA. 2016. Marine Debris Impacts on Coastal and Benthic Habitats. NOAA
Marine Debris Habitat Report
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan

Opfer, S., Courtney, A., and Sherry, L. 2012. NOAA Marine Debris Shoreline
Survey Field Guide NOAA Marine Debris Program. USA: Silver Spring.

Rasyid, A. J., Nurdin. N., A. I. Burhanuddin., dan Muh. Hatta. 2014 Karakter
Oseanografi Perairan Makassar Terkait Zona Potensial Penangkapan
Ikan Pelagis Kecil Pada Musim Timur , Jurnal IPTEKS PSP, 1 (1).
Simanjuntak, M.2009. Hubungan faktor lingkungan kimia, fisika terhadap
distribusi plankton di Perairan Belitung Timur, Bangka Belitung,
Journal of Fisheries Sciences, 11(1), 31-45.
Supratman, B., Mubarak., dan Musrifin. 2014.Studi Oseanografi Perairan Pulau
Topang Kecamatan Rangsang Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi
Riau.
Taufiqurrahman. 2016. Optimalisasi Pengelolaan Sampah Berdasarkan Timbulan
dan Karakteristik Sampah di Kecamatan Pujom Kabupaten Malang.
Institut Teknologi Nasional.

Thiel, M., I. A. Hinojosa., L. Miranda., J. F. Pantoja., M. M. Rivadeneira., and N.


Vásquez. 2013. Anthropogenic marine debris in the coastal
environment: A multi-year comparison between coastal waters and
local shores. Marine Pollution Bulletin, 71, 307–316.

UNEP. 2005. Marine litter, an analytical overview. Nairobi, Kenya.

Widiadmoko, W. 2013. Pemantauan Kualitas Air Secara Fisika dan Kimia di


Perairan Teluk Hurun. Bandar Lampung: Balai Besar Pengembangan
Budidaya Laut (BBBPBL) Lampung.
22

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian


23

Lampiran 2. Peta Titik Sampling


24

Lampiran 3. Organisasi Usulan Penelitian


25

1. Peneliti

Nama : Yossy Arimbi Salsabilla. YR

NIM : 1704121972

Pekerjaan : Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau

Jurusan : Ilmu Kelautan

Alamat :Jalan Garuda Sakti, Kec. Tampan - Pekanbaru

2. DOSEN PEMBIMBING I

Nama : Prof. Dr. Ir. Bintal Amin, M.Sc

NIP : 19630403 198803 1 003

Alamat : Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau

Pekerjaan : Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas

3. DOSEN PEMBIMBING II

Nama : Dr. Syahril Nedi, M.Si

NIP : 19660818 199203 1 002

Alamat : Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau

Pekerjaan : Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau

Lampiran 4. Jadwal Penelitian


26

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Februari 2021

Berikut adalah jadwal kegiatan penelitian yang dilakukan, yaitu:

No Kegiatan Des Jan Feb Mar Apr Mei


. 2020 2021 2021 2021 2021 2021
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan * * * *
Proposal

2. Persiapan * *
Seminar
Proposal
Penelitian
3. Seminar *
Proposal

4. Persiapan *
Penelitian
5. Pelaksanaan * * *
Penelitian

6. Penyusunan * * *
Hasil
7. Persiapan * *
Seminar
Hasil
8. Seminar *
Hasil
9. Kompre *

Lampiran 4. Outline Sementara


27

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Perumusan Masalah
I.3 Tujuan Penelitian
I.4 Manfaat Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1Sampah Laut (Marine Debris)


II.2Karakteristik Sampah Laut
II.3Jenis-Jenis Sampah Laut
II.4Sumber Sampah Laut
II.5 Dampak Sampah Laut

III. METODE PENELITIAN

III.1 Waktu dan Tempat


III.2 Alat dan Bahan
III.3 Metode Penelitian
III.4 Prosedur Penelitian
III.4.1 Penetuan Stasiun Pengambilan Sampel
III.4.2 Pengambilan Sampah Laut
III.4.3 Analisis Data
III.4.4 Asumsi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 5. Anggaran Biaya


28

1. Persiapan Penelitian

a. Pembuatan proposal : Rp. 50.000

b. Perbanyak proposal : Rp. 120.000

d. Alat tulis: Rp. 30.000

d. Seminar Proposal : Rp. 250.000 +

Sub total Rp. 450.000

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Transportasi Pekanbaru-Sumut(PP) : Rp. 1.200.000

b. Biaya penginapan dan akomodasi : Rp. 200.000

c. Transportasi dalam kota : Rp. 200.000 +

Sub total Rp. 1.600.000

3. Penyelesaian Hasil

a. Pencetakan Hasil : Rp. 100.000

b. Penjilidan dan perbanyak : Rp. 250.000

c. Seminar : Rp. 250.000 +

Sub total Rp. 600.000

5. Biaya tak terduga : Rp. 265.000

Total Rp. 2.915.000


Terbilang : Dua Juta Sembilan Ratus Lima Belas Ribu Rupiah

Anda mungkin juga menyukai