Disusun Oleh
Kelompok III
TP.2021/2022
Pendahuluan
Sampah laut merupakan benda padat persistent yang dihasilkan oleh manusia secara langsung atau
tidak langsung dengan cara dibuang atau ditinggalkan di laut. Jumlah dari keberadaan sampah laut
semakin meningkat dan hampir 60-80% sampah laut terdiri sampah plastik (Mooreet al., 2008).
Presentase yang cukup tinggi membuat sampah plastik menjadi salah satu cemaran yang dapat
memberikan dampak buruk, tidak hanya pada lingkungan saja, melainkan dapat memberikan dampak
untuk biota yang ada pada lingkungan tersebut. Plastik merupakan salah satu jenis sampah yang
sangat dominan. Penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari saat ini dapat mencapai angka yang
cukup tinggi yaitu berkisar 75-80 juta ton (Browneet al., 2008).
Berdasarkan data yang ada, sampah plastik yang dapat diproduksi diperairan Indonesia mencapai 1,65
juta ton/tahun.Jambeck et al.,(2015) menjabarkan mengenai sebaran limbah plastik yang ada di
beberapa negara, salah satu diantaranya adalah Indonesia. Dalam survei yang dilakukan, Indonesia
merupakan negara pada posisi kedua setelah China dengan jumlah limbah plastik tidak dikelola
dengan baik yang tinggi. Pada data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia dapat menghasilkan
limbah plastik sebanyak 0,48 – 1,29 juta ton/tahun yang tersebar dilaut. Meningkatnya jumlah limbah
plastik yang dihasilkan Dapat disebabkan karena semakin tingginya jumlah populasi penduduk dan
aktivitas Masyarakat.
Limbah plastik yang dihasilkan dari kegiatan perkotaan dan industri yang dibuang ke kawasan pantai
disekitar lokasi tambak berpeluang menyebabkan terjadinya cemaran di wilayah tersebut. Adanya
cemaran tersebut menyebabkan ikan bandeng menjadi salah satu biota yang berisiko mendapatkan
dampak negatif dari adanya proses degradasi limbah Plastik menjadi mikroplastik.
Dampak dari sampah plastik yang berada di laut secara kimia akan terus meningkat dengan semakin
kecilnya ukuran partikel plastik (mikroplastik). Selain dampak secara kimia, sampah laut juga dapat
memberikan dampak secara fisik seiring tingginya ukuran makrodebris yang ada (UNEP, 2011). Salah
satu sifat pada mikroplastik yaitu dapat menyerap racun yang dihasilkan dari bahan-bahan kimia yang
ada pada air laut serta lingkungan sekitarnya. Dengan sifat yang demikian, bahan-bahan kimia secara
tidak langsung dapat ditransfer ke dalam rantai makanan (Avio et al., 2016; Carr et al., 2016).
Sampah merupakan produk sisa kegiatan manusia yang mempunyai potensi dalam memperbesar
dampak pemanasan global. Timbuknya sampah merupakan permasalahan besar di Indonesia,
khususnya di Anowoi. Peningkatan jumlah timbunan sampah berbanding lurus dengan pertambahan
jumlah penduduk setiap tahunnya. Permasalahan sampah merupakan fakta bukan opini karena dapat
dilihat secara nyata dampaknya, adapun pnyebab masalah ini terjadi yaitu kurangnya kesadaran
masyarak dalam mengelolah smpah, dan tidak tersedianya lahan untuk pembunangan sampah
mnyebabkan warga membuang sampah disembarang tempat yang tidak seharusnya seperti dipesisir
laut sehingga mncemari lingkungan, hal ini bisa dilihat dari jumlah sampah yang dihasilkan perharinya
yang menyebabkan munculnya dampak pencemaran sperti pencemaran laut dan penyemaran udara,
air laut terlihat kotor dan mengganggu pengguna jalan karena adanya aroma tidak sedap yang
dihasilkan sampah trsebut
Masalah tersebut merupakan fakta bukan opini karena dapat dilihat secara nyata dampaknya seperti
di Kelurahan Anaiwoi ini. Adapun penyebab masalah ini terjadi yaitu kurangnya kesadaran masyarakat
dalam mengelolah sampah, dan tidak tersedianya lahan untuk pembuangan sampah mnyebabkan
warga membuang sampah disembarang tempat yang tidak seharusnya seperti dipesisir laut sehingga
mncemari lingkungan, hal ini bisa dilihat dari jumlah sampah yang dihasilkan perharinya yang
menyebabkan munculnya dampak pencemaran sperti pencemaran laut dan penyemaran udara, air
laut terlihat kotor dan mengganggu pengguna jalan karena adanya aroma tidak sedap yang dihasilkan
sampah tersebut.
Contoh kasus :
• Penyebab terjadi nya kasus tersebut ialah adanya sekelompok masyarakat yang sering
membuang sampah tanpa melihat adanya laut yang nantinya akan menyebabkan
Tercemarnya lingkungan di sekitarnya.
• Kurangnya lahan untuk tempat pengelohan akhir (TPA) sehingga sampah dibiarkan
berserahkan begitu saja tanpa ada pengolahan lebih.
• Kurangnya sosialisasi dari pemerintah desa maupun. Pemerintah kecamatan tentang
pentingnya menjaga kebersihan di sekitar pesisir dan laut sehingga masyarakat masih
membuang sampah dilaut.
1. Dihimbau agar setiap rumah memiliki persiapan kantong yang di gantung di depan rumah
masing-masing. Serta Membuat bank sampah yang disimpan di setiap Dusun.
2. Sampah organik, bisa di daur ulang. Dan untuk sampah plstik dan semacamnya bisa di lakukan
atau diadakan lahan tempat penimbunan sampah.
3. Pemerintah mengadakan sosialisasi terkait kebersihan lingkungan dari tumpukan sampah
serta memberi himbauan kepada tidak boleh buang sampah disembarangan tempat.
Menurut kelompok Kami, berdasarkan apa yang telah kami paparkan di atas permasalahan ini sangat
cocok dengan teori dari Salusu yakni :
Model Brinckloe
Menurut Brinckloe (1977), seorang eksekutif dapat membuat keputusan dengan menggunakan satu
atau beberapa pendekatan sebagai berikut.
• Fakta
Seorang eksekutif yang selalu bekerja secara Sistematis akan mengumpulkan semua fakta mengenai
suatu masalah dan hasilnya ialah kemungkinan keputusan akan lahir dengan sendirinya.