Anda di halaman 1dari 33

KALIMANTAN TENGAH

Kalimantan Tengah

Provinsi

Kalteng

Dari kiri ke kanan, atas ke bawah: Rumah Betang, Tugu


Ikan Jelawat Sampit, Bundaran Besar Kapuas, Lawang
sakepeng, Kota Palangka Raya, Gereja GKE
Hampatung, Masjid Raya Darussalam Palangka Raya.
Lambang

Julukan: 
Bumi Pancasila, Bumi Tambun Bungai
Motto: 
Isen mulang
(Dayak Ngaju/Sangen) Pantang mundur

Wikimedia | © OpenStreetMap
Peta

Negara  Indonesia

Dasar hukum UU Darurat RI No.10 Tahun 1957[1]


pendirian
Hari jadi 23 Mei 1957; 65 tahun lalu

Ibu kota Kota Palangka Raya


Jumlah tampil
satuan Daftar
pemerintaha
n

Pemerintahan
 • Gubernur H. Sugianto Sabran
 • Wakil H. Edy Pratowo S.Sos., M.M.
Gubernur
 • Sekretaris Drs. H. Nuryakin, M.Si (Pj)
Daerah
 • Ketua Wiyatno, S.P.
DPRD

Luas
 • Total 153.564,50 km2 (59,291,58 sq mi)

Populasi
 (2020)[2]
 • Total 2.670.000
 • Kepadatan 17/km2 (40/sq mi)
Demografi
 • Agama Islam 74,11%
Kristen 19,90%
- Protestan 16,67%
- Katolik 3,23%
Hindu/Kaharingan 5,84%
Buddha 0,11%
Konghucu 0,01%
Lainnya 0,03%[2][3]
 • Bahasa Indonesia (resmi)
Dayak (dominan)
—Dayak Bakumpai
— Dayak
Ngaju, Banjar, Bugis, Jawa, Madura, Mela
yu
— Melayu Kotawaringin
 • IPM  71,25 (2021)
tinggi[4]

Zona waktu UTC+07:00 (WIB)

Kode pos 73xxx-74xxx


Kode area tampil
telepon Daftar
Kode ISO ID-KT
3166
Pelat KH
kendaraan

Kode 62 
Kemendagri
APBD Rp 4.412.108.656.900,- (2018)
PAD Rp 1.400.710.256.900,- (2018)
DAU Rp 1.614.203.045.000,- (2020)[5]
Lagu daerah  "Kalayar"
 "Naluya"
 "Palu Cempang Pupoi"
 "Saluang Kitik-kitik"
 "Manasai"
 "Tumpi Wayu"
Rumah adat Huma Betang (Rumah Betang)
Senjata Mandau
tradisional
Flora resmi Kapulasan
Fauna resmi Kuau-kerdil kalimantan

Situs web kalteng.go.id


Peta Administrasi Provinsi Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah (disingkat Kalteng) adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di
Pulau Kalimantan. Ibu kotanya adalah Kota Palangka Raya. Berdasarkan sensus tahun 2010, provinsi ini
memiliki populasi 2.202.599 jiwa, yang terdiri atas 1.147.878 laki-laki dan 1.054.721 perempuan. Data BPS
Kalimantan Tengah tahun 2021 menunjukkan penduduk provinsi ini tahun 2020 bertambah menjadi
2.670.000 (Laki-laki 1.385.700 jiwa dan perempuan 1.284.300 jiwa). [2] Kalimantan Tengah mempunyai
13 kabupaten dan 1 kota.[2]

Sejarah awal
Menurut legenda suku Dayak yang berasal dari Panaturan Tetek Tatum yang ditulis oleh Tjilik Riwut
mengisahkan orang pertama yang menempati bumi atau menginjakan kakinya di Kalimantan adalah Raja
Bunu. Pada abad ke-14 Maharaja Supayaryanata, gubernur Majapahit memerintah di Kerajaan Negara
Dipa (Amuntai) yang berpusat di Candi Agung dengan wilayah mandalanya dari Tanjung
Silat sampai Tanjung Puting dengan daerah-daerah yang disebut Sakai, yaitu daerah batang sungai
Barito, Tabalong, Balangan, Pitap, Alai, Amandit, Labuan Amas, Biaju Kecil (Kapuas-Murung), Biaju
Besar (Kahayan), Sebangau, Mendawai, Katingan, Sampit dan Pembuang dengan kepala-kepala daerahnya
masing-masing yang disebut Mantri Sakai (Kepala Distrik), sedangkan wilayah Kotawaringin pada masa itu
merupakan kerajaan tersendiri. [6] Kerajaan Negara Dipa dilanjutkan oleh Kerajaan Negara Daha dengan raja
pertamanya Miharaja Sari Babunangan Unro miharaja= maharaja. Raja tersebut telah mengantar salah
seorang puteranya yang bernama Raden Sira Panji Kesuma alias Uria Gadung (Uria= Aria) untuk memegang
kekuasaan wilayah Tanah Dusun [atau Barito Raya] yang berkedudukan di JAAR – SANGGARWASI.
Sebelum abad XIV, daerah Kalimantan Tengah termasuk daerah yang masih murni, belum ada pendatang
dari daerah lain. Saat itu satu-satunya alat transportasi adalah perahu. Tahun 1350 Kerajaan Hindu mulai
memasuki daerah Kotawaringin. Tahun 1365, Kerajaan Hindu dapat dikuasai oleh Kerajaan  Majapahit.
Beberapa kepala suku diangkat menjadi Menteri Kerajaan.
Tahun 1520, pada waktu pantai di Kalimantan bagian selatan dikuasai oleh Kesultanan Demak,
agama Islam mulai berkembang di Kotawaringin. Tahun 1615 Kesultanan Banjar mendirikan Kerajaan
Kotawaringin, yang meliputi daerah pantai Kalimantan Tengah. Daerah-daerah tersebut ialah: Sampit,
Mendawai, dan Pembuang. Sedangkan daerah-daerah lain tetap bebas secara otonom menjalankan hukum
adat Dayak-Kaharingan, dipimpin langsung oleh para kepala suku, bahkan banyak dari antara mereka yang
menarik diri masuk ke pedalaman. Di daerah Pematang Sawang Pulau Kupang, dekat Kapuas, Kota Bataguh
pernah terjadi perang besar. Perempuan Dayak bernama Nyai Undang memegang peranan dalam
peperangan itu. Nyai Undang didampingi oleh para satria gagah perkasa, di antaranya Tambun, Bungai,
Andin Sindai, dan Tawala Rawa Raca. Di kemudian hari nama pahlawan gagah perkasa Tambun Bungai,
menjadi nama Kodam XI Tambun Bungai, Kalimantan Tengah.
Wilayah Kesultanan
Pada abad ke-16, Kalimantan Tengah masih termasuk dalam wilayah mandala Kesultanan Banjar, penerus
Negara Daha yang telah memindahkan ibu kota ke hilir sungai Barito tepatnya di  Banjarmasin, dengan
wilayah mandalanya yang semakin meluas meliputi daerah-daerah dari Tanjung Sambar sampai Tanjung
Aru. Pada abad ke-16, berkuasalah Raja Maruhum Panambahan yang beristrikan Nyai Siti Biang Lawai,
seorang puteri Dayak anak Patih Rumbih dari Biaju. Tentara Biaju kerapkali dilibatkan dalam revolusi di
istana Banjar, bahkan dengan aksi pemotongan kepala (ngayau) misalnya saudara muda Nyai Biang Lawai
bernama Panglima Sorang yang diberi gelar Nanang Sarang membantu Raja Maruhum menumpas
pemberontakan anak-anak Kiai Di Podok. Selain itu orang Biaju (sebutan Dayak pada zaman dulu) juga
pernah membantu Pangeran Dipati Anom (ke-2) untuk merebut takhta dari Sultan Ri'ayatullah.
Raja Maruhum menugaskan Dipati Ngganding untuk memerintah di negeri Kotawaringin. Dipati Ngganding
digantikan oleh menantunya, yaitu Pangeran Dipati Anta-Kasuma putra Raja Maruhum sebagai raja
Kotawaringin yang pertama dengan gelar Ratu Kota Waringin. Pangeran Dipati Anta-Kasuma adalah suami
dari Andin Juluk binti Dipati Ngganding dan Nyai Tapu binti Mantri Kahayan. Di Kotawaringin Pangeran
Dipati Anta-Kasuma menikahi wanita setempat dan memperoleh anak, yaitu Pangeran Amas dan Putri
Lanting.[6] Pangeran Amas yang bergelar Ratu Amas inilah yang menjadi raja Kotawaringin, penggantinya
berlanjut hingga Raja Kotawaringin sekarang, yaitu Pangeran Ratu Alidin Sukma Alamsyah. Kontrak pertama
Kotawaringin dengan VOC-Belanda terjadi pada tahun 1637. [7] Menurut laporan Radermacher, pada tahun
1780 telah terdapat pemerintahan pribumi seperti Kyai Ingebai Suradi Raya kepala daerah Mendawai, Kyai
Ingebai Sudi Ratu kepala daerah Sampit, Raden Jaya kepala daerah Pembuang dan kerajaan Kotawaringin
dengan rajanya yang bergelar Ratu Kota Ringin[8]
Pendudukan Portugis dan Misionaris Kristen
Orang-orang Portugis dari Makau sudah berdagang ketika VOC-Belanda tiba di Banjarmasin pada tahun
1679 dengan maksud mengamankan perdagangan itu dan mengusir pedagang negara Makao dari pasar itu.
Ambisi para pedagang negara Portugis yang terlibat dalam pasar ini lebih besar daripada yang dibayangkan
oleh VOC-Belanda. Kompeni mengetahui bahwa karena perebutan kekuasaan internal, Sultan Dipati Anom
(Raden Kasuma Lelana) ditantang oleh kedua keponakannya, dua putra Sultan Ratu Anom (Raden Kasuma
Alam gelar Sultan Saidullah 1), yakni Suria Angsa dan Suria Negara, dan bantuan Portugis tersebut telah
didaftar sebagai pemberontak melawan Sultan Dipati Anom (Raden Kasuma Lelana gelar Pangeran Suria
Nata 2). Portugis dari Macao memulai upaya pertama mereka untuk memonopoli produksi lada
Banjarmasin. Kebijakan intervensi Portugis dan mendukung penggulingan Sultan Dipati Anom akhirnya
berhasil dengan Suria Angsa menjadi Sultan dan Portugis memperoleh hak-hak komersial. Hak-hak
komersial ini tidak sama dengan monopoli tetapi cukup mengecewakan VOC-Belanda, yang sudah tidak
senang dengan kerusuhan politik Banjarmasin yang tak berkesudahan, bahwa Perusahaan (Kompeni)
berhenti berdagang di Banjarmasin pada tahun 1681; VOC-Belanda yakin bahwa dapat mengamankan stok
lada tambahan dari peningkatan produksi lada di Palembang dan Banten. [9] Pada masa kekuasaan Sultan
Saidillah sekitar tahun 1685, Portugis mengirim seorang pastur bernama Ventigmilia. [10]
Jenderal Macau seperti Andrea Coelo Viera, Aloysius Francesco Cottigno, maupun Kapten Kapal
Emmanuelle Araugio Graces, sama-sama ingin menjadi sponsor perjalanan pastor Antonio Ventimiglia ke
tanah Borneo. Penjelajahannya dimulai per tanggal 16 Januari 1688 dari Macau. Pada tanggal 2 Februari
1688, Antonio Ventimiglia tiba di Banjarmasin dengan kapal Potugis (sekutu Sultan Suria Angsa dari Banjar),
untuk mengembangkan agama Katolik di udik negeri Banjar di sepanjang sungai Barito dan akhirnya ia
meninggal di udik pada tahun 1691. [11][12] Cay Deponattee (Kiai Dipanata), seorang pria dengan karakter
kejujuran terbesar di antara mereka, mengatakan kepada Daniel Beeckman, bahwa beberapa tahun yang
lalu datang ke bagian-bagian itu seorang pendeta Portugis, atau biarawan, yang dengan perilakunya yang
sopan dan cara-caranya yang menawan telah memperoleh banyak manfaat bagi agama Kristen, tetapi tidak
puas untuk berkhotbah di antara mereka, dia harus pergi ke pedesaan di antara orang-orang pedalaman
yang kasar, yang disebut Byajos, yang oleh mereka dia dibunuh dengan kejam. [13][14]
Perusahaan Hindia Timur Belanda
Penyerahan Sunan Batu
Berdasarkan traktat 13 Agustus 1787, Sunan Nata Alam (sunan batu) dari Banjarmasin menyerahkan
daerah-daerah di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, sebagian Kalimantan Barat dan sebagian
Kalimantan Selatan (termasuk Banjarmasin) kepada VOC, sedangkan Kesultanan Banjar sendiri dengan
wilayahnya yang tersisa sepanjang daerah Kuin Utara, Martapura, Hulu Sungai sampai Distrik Pattai, Distrik
Sihoeng dan Mengkatip menjadi daerah protektorat VOC, Belanda. Sesuai traktat 1 Januari 1817,
Sultan Sulaiman dari Banjar menyerahkan Kalimantan Timur, Kalimatan Tengah, sebagian Kalimantan Barat
dan sebagian Kalimantan Selatan (termasuk Banjarmasin) kepada Hindia Belanda. CONTRACT MET DEN
SULTAN VAN BANDJERMASIN 4 Mei 1826. / B 29 September 1826 No. 10, Sultan Adam al-Watsiq Billah dari
Banjar menegaskan kembali penyerahan wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, sebagian
Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Selatan kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda. [15][16]
de facto
Semenjak Perjanjian Tumbang Anoi pada tahun 1894, secara de facto wilayah pedalaman Kalimantan
Tengah tunduk kepada Hindia Belanda. Selanjutnya kepala-kepala daerah di Kalimantan Tengah berada di
bawah Hindia Belanda.[17] Sekitar tahun 1850, daerah Tanah Dusun (Barito Raya) terbagi dalam beberapa
daerah pemerintahan yaitu: Kiaij Martipatie, Moeroeng Sikamat, Dermawijaija, Kiaij Dermapatie, Ihanjah
dan Mankatip.[18][19]
Sejak tahun 1845, Hindia Belanda membuat susunan pemerintahan untuk daerah zuid-ooster-afdeeling van
Borneo [meliputi daerah sungai Kahayan, sungai Kapuas Murung, sungai Barito, sungai Negara serta Tanah
Laut] selain Residen terdapat juga Rijksbestierder alias Kepala Pemerintahan Pangeran Ratoe Anom
Mangkoeboemi Kentjana. Di dalam hierarki pemerintahan tersebut terdapat nama kepala suku Dayak
seperti Tumenggung Surapati dan Toemenggoeng Nicodemus Djaija Negara.[20][21]
Berdasarkan Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, daerah-daerah di wilayah ini termasuk dalam
zuid-ooster-afdeeling menurut Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-
Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8. [22] Daerah-daerah di Kalteng tergolong sebagai negara dependen dan
distrik dalam Kesultanan Banjar.[23]
Tahun 1787, dengan adanya perjanjian antara Sultan Banjar dengan VOC, berakibat daerah Kalimantan
Tengah, bahkan nyaris seluruh daerah, dikuasai VOC. Sekitar tahun 1835 misionaris Kristen mulai
beraktivitas secara leluasa di selatan Kalimantan. Pada 26 Juni 1835, Barnstein, penginjil pertama
Kalimantan tiba dan mulai menyebarkan agama Kristen di Banjarmasin. Pemerintah lokal Hindia Belanda
malahan merintangi upaya-upaya misionaris [24] Pada tanggal 1 Mei 1859 pemerintah Hindia Belanda
membuka pelabuhan di Sampit.[25]
Pemerintahan dan Organisasi Sosial
Tahun 1917, Pemerintah Hindia Belanda mulai menerapkan sistem pemerintahan Inlands Bestuur, dimana
orang-orang Belanda mengangkat masyarakat pribumi untuk dijadikan petugas-petugas pemerintahannya,
dengan pengawasan langsung oleh para penjajah sendiri. Sejak abad XIX, penjajah mulai mengadakan
ekspedisi masuk pedalaman Kalimantan dengan maksud untuk memperkuat kedudukan mereka. Namun
penduduk pribumi, tidak begitu saja mudah dipengaruhi dan dikuasai. Perlawanan kepada para penjajah
mereka lakukan hingga abad XX. Perlawanan secara frontal, berakhir tahun 1905, setelah Sultan Mohamad
Seman gugur sebagai kusuma bangsa di Sungai Menawing dan dimakamkan di Puruk Cahu.
Pada masa penjajahan, suku Dayak di daerah Kalimantan Tengah, sekalipun telah bersosialisasi dengan
pendatang, namun tetap berada dalam lingkungannya sendiri. Tahun 1919, generasi muda Dayak yang telah
mengenyam pendidikan formal, mengusahakan kemajuan bagi masyarakat sukunya dengan mendirikan
Serikat Dayak dan Koperasi Dayak, yang dipelopori oleh Hausman Babu, M. Lampe, Philips Sinar, Haji
Abdulgani, Sian, Lui Kamis, Tamanggung Tundan, dan masih banyak lainnya. Serikat Dayak dan Koperasi
Dayak, bergerak aktif hingga tahun 1926. Sejak saat itu, Suku Dayak menjadi lebih mengenal keadaan
zaman dan mulai bergerak.
Tahun 1928, kedua organisasi tersebut dilebur menjadi Pakat Dayak, yang bergerak dalam bidang sosial,
ekonomi dan politik. Mereka yang terlibat aktif dalam kegiatan tersebut ialah Hausman Babu, Anton Samat,
Loei Kamis. Kemudian dilanjutkan oleh Mahir Mahar, C. Luran, H. Nyangkal, Oto Ibrahim, Philips Sinar, E.S.
Handuran, Amir Hasan, Christian Nyunting, Tjilik Riwut, dan masih banyak lainnya. Pakat Dayak meneruskan
perjuangan, hingga bubarnya pemerintahan Belanda di Indonesia.
Tahun 1945, Persatuan Dayak yang berpusat di Pontianak, kemudian mempunyai cabang di seluruh
Kalimantan, dipelopori oleh Johanes Chrisostomus Oevaang Oeray, F.C. Palaunsuka, A. Djaelani, T. Brahim,
F.D. Leiden. Pada tahun 1959, Persatuan Dayak bubar, kemudian bergabung dengan PNI dan Partindo.
Akhirnya Partindo Kalimantan Barat meleburkan diri menjadi IPKI. Di daerah Kalimantan Timur berdiri
Persukai atau Persatuan Suku Kalimantan Indonesia di bawah pimpinan Kamuk Tupak, W. Bungai, Muchtar,
R. Magat, dan masih banyak lainnya.
Tahun 1942, Kalimantan Tengah disebut Afdeeling Kapoeas-Barito yang terbagi 6 divisi. [26]

Provinsi Borneo saat masa awal kemerdekaan, tahun 1945.


Kondisi dan sumber daya alam
Kondisi alam
Provinsi Kalimantan Tengah memiliki luas wilayah sebesar 153.564,5 km² yang menjadikannya sebagai
provinsi terluas kedua di Indonesia setelah Provinsi Papua. Secara astronomis, Kalimantan Tengah terletak
di antara 0°46' lintang utara hingga 3°33' lintang selatan dan 110°51' hingga 115°50' bujur timur. Bagian
utara provinsi Kalimantan Tengah terdiri dari Pegunungan Muller Schwaner yang terdiri atas 52 bukit
dengan ketinggian bervariasi, yaitu dari ketinggian 343 mdpl seperti Bukit Ancah sampai 2278 mdpl
seperti Bukit Raya. Bukit Batu Tatau dengan ketinggian 1652 mdpl berada di paling ujung timur berbatasan
dengan Kalimantan Timur. Titik tertinggi wilayah Kalimantan Tengah terdapat di Gunung Batu Sambang
dengan ketinggian 1660 mdpl. Sementara itu, bagian selatan Kalimantan Tengah terdiri atas dataran
rendah, rawa, dan paya-paya. Provinsi Kalimantan Tengah memiliki sebelas sungai besar dan tidak kurang
dari 33 sungai kecil atau anak sungai. Keberadaan dari sungai-sungai tersebut menjadi salah satu ciri khas
Provinsi Kalimantan Tengah. Sungai Barito dengan panjang mencapai 900 km dan berkedalaman mencapai
delapan meter tersebut merupakan sungai terpanjang di Kalimantan Tengah sehingga dapat dilayari hingga
sejauh 700 km.[27] Secara administratif, Kalimantan Tengah berbatasan dengan beberapa wilayah Indonesia
lainnya, yaitu
Utara Kalimantan Barat & Kalimantan Timur
Timur Kalimantan Timur & Kalimantan Selatan
Selata
Laut Jawa
n
Barat Kalimantan Barat
Oleh karena wilayahnya yang dilalui garis khatulistiwa, Kalimantan Tengah beriklim tropis dengan tipe iklim
tropis ekuatorial (Af) yang curah hujannya cenderung tinggi sepanjang tahun dengan reratanya >2.400 mm
per tahun dan suhu udaranya cenderung konstan antara 24°C hingga 33°C.
Keanekaragaman hayati
Banyak yang belum diketahui, dengan ragam wilayah pantai, gunung/bukit, dataran rendah dan  paya,
segala macam vegetasi tropis mendominasi alam daerah ini. Orangutan merupakan hewan endemik yang
masih banyak di Kalimantan Tengah, khususnya di wilayah Taman Nasional Tanjung Puting yang memiliki
areal mencapai 300.000 ha di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Seruyan. Terdapat beruang, landak, owa-
owa, beruk, kera, bekantan, trenggiling, buaya, kukang, paus air tawar (tampahas), arwana, manjuhan,
biota laut, penyu, bulus, burung rangkong, betet/beo dan hewan lain yang bervariasi tinggi.
Sumber daya alam
Hutan mendominasi wilayah 80%. Hutan primer tersisa sekitar 25% dari luas wilayah. Lahan yang luas saat
ini mulai didominasi kebun Kelapa Sawit yang mencapai 700.000 ha (2007). Perkebunan karet dan rotan
rakyat masih tersebar hampir diseluruh daerah, terutama di Kabupaten Kapuas, Katingan, Pulang Pisau,
Gunung Mas dan Kotawaringin Timur.
Banyak ragam potensi sumber alam, antara lain yang sudah diusahakan berupa tambang batubara, emas,
zirkon, besi. Terdapat pula tembaga, kaolin, batu permata dan lain-lain.
Demografi
Suku Bangsa

Sebuah acara pengukuhan dalam adat Dayak Maanyan.


Balai Basarah Induk Intan Kaharingan, rumah ibadah Hindu Kaharingan di Muara Teweh.
Data Sensus Penduduk Indonesia 2010, dari 2.207.367 jiwa yang didata, tiga etnis dominan di Kalimantan
Tengah yaitu Jawa sebanyak 21,68%, Banjar sebanyak 21,03% dan Dayak 20,42%. Sementara suku
asal Kalimantan lainnya di luar Dayak sebanyak 26,67%.[28][29] Kawasan utama etnis Dayak yaitu daerah hulu
dan pedalaman, Kawasan utama etnis Jawa yaitu daerah transmigrasi dan Kawasan utama etnis Banjar yaitu
daerah pesisir, perbatasan Kalimantan Selatan dan perkotaan.
Suku Dayak adalah suku terbesar di Kalteng. Beberapa subetnis Dayak yang terdapat di Kalteng
yaitu Ngaju (mendiami daerah aliran sungai Kapuas, Kahayan, Rungan Manuhing, Barito dan
Katingan. ), Bakumpai (mendiami tepian daerah aliran sungai Barito ), Maanyan (mendiami bagian timur
Kalteng seperti Barito Timur dan Barito Selatan), Ot Danum (mendiami daerah utara Kalteng), Siang
Murung (mendiami Timur Laut Kalteng/Kabupaten Murung Raya), Taboyan (mendiami sepanjangan tepian
aliran Sungai Teweh), Lawangan (mendiami bagian timur Kalteng/Barito Timur), Dusun (mendiami wilayah
aliran sungai Barito dari Barito Selatan sampai Murung Raya), dan subetnis lainnya. Orang Dayak di Kalteng
umumnya berprofesi sebagai petani dan pegawai pemerintahan.
Suku Jawa merupakan suku terbesar kedua di Kalteng . Di beberapa kabupaten, seperti  Kotawaringin
Barat, Seruyan dan Pulang Pisau, etnis Jawa adalah penduduk mayoritas. Orang Jawa di Kalteng umumnya
berprofesi sebagai petani, pegawai, TNI/Polri, pedagang makanan dan pekerja tambang/sawit. Kesenian
Jawa seperti kuda lumping, reog, wayang kulit dan bahasa Jawa masih bertahan di kantong-kantong
transmigrasi di Kalteng. Besarnya proporsi orang Jawa di Kalteng karena banyaknya transmigrasi asal Jawa
Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur yang masuk ke Kalteng.
Suku Banjar merupakan suku terbesar ketiga di Kalteng. Di Kalteng, orang Banjar banyak berada di wilayah
perkotaan seperti Palangka Raya, Kotawaringin Timur, Kabupaten Barito Timur dan Kapuas yang berbatasan
langsung dengan Kalimantan Selatan. Orang Banjar di Kalteng umumnya bekerja sebagai pedagang dan
wiraswasta, sehingga kuliner, masakan dan bahasa Banjar cukup dominan di Kalteng. Berbagai upacara adat
Banjar, seperti pada upacara pernikahan, kelahiran (tasmiyah), batamat Al Qur'an, baayun mulud dan
sebagian kesenian Banjar, seperti sinoman hadrah dan maulid habsyi masih sering ditampilkan di Kalteng.
Suku Melayu merupakan suku terbesar keempat di Kalteng yang menempati
pesisir Sukamara dan Kotawaringin Barat, perbatasan Kalimantan Barat juga sebagian wilayah di Kabupaten
Lamandau. Melayu di Kalteng biasa disebut Melayu Kotawaringin atau Teringin yang adat budayanya tidak
jauh berbeda dengan orang Melayu di Kalbar & Suku Banjar di Kalimantan Selatan.
Suku Madura merupakan suku terbesar kelima di Kalteng. Di Kalteng, orang Madura yang juga banyak
berprofesi sebagai pedagang di pasar tradisional banyak mendiami daerah Kotawaringin
Barat dan Kotawaringin Timur. Setelah konflik etnis tahun 2001, sebagian warga Madura sudah berangsur-
angsur kembali ke Kalteng.

Rumah Betang, rumah adat Dayak di Tamiang Layang, Kabupaten Barito Timur.


Komposisi Suku Bangsa di Kalimantan Tengah selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :[28]
Nomor Suku bangsa Jumlah (2010)[28] Konsentrasi (2010)
Asal Kalimantan (di
1 588.650 26,67%
luar Dayak)
2 Jawa 478.434 21,68%
3 Banjar 464.260 21,03%
4 Dayak 450.682 20,42%
5 Melayu 86.322 3,91%
6 Madura 42.668 1,93%
7 Sunda 28.565 1,29%
8 Asal NTT 15.370 0,70%
9 Batak 12.324 0,56%
10 Bugis 8.040 0,36%
11 Bali 7.362 0,33%
12 Tionghoa 5.130 0,23%
13 Suku-suku lainnya 19.560 0,89%
Total 2.207.367 100,00%
Pada dasarnya bahasa yang digunakan secara luas di Kalimantan Tengah adalah Bahasa Dayak dan Bahasa
Indonesia. Persebaran Bahasa Banjar ke Kalimantan Tengah karena besarnya jumlah perantauan Suku
Banjar asal Kalimantan Selatan sehingga Bahasa Banjar digunakan sebagai bahasa perdagangan dan bahasa
sehari-hari.[30] Masyarakat Suku Jawa di lokasi transmigrasi umumnya menuturkan Bahasa Jawa sebagai
bahasa sehari-hari.
Bahasa Dayak yang dominan digunakan oleh Suku Dayak di Kalimantan Tengah, di antaranya Bahasa
Ngaju yang digunakan di daerah sungai Kahayan dan Kapuas. [31] Bahasa Bakumpai dan Bahasa
Maanyan dituturkan oleh penduduk di sepanjang daerah aliran sungai Barito dan sekitarnya dan Bahasa Ot
Danum yang digunakan oleh suku Dayak Ot Danum di hulu sungai Kahayan dan sungai Kapuas.
Agama
Agama yang dipeluk masyarakat Kalimantan Tengah berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kalimantan
Tengah 2010 dan 2020, yaitu:[32][33]
Jumla Jumla
Konsentr Konsentr
Nom h h
Agama asi asi Keterangan
or (2010 (2020
(2010) (2020)
) )
dipeluk oleh Suku Banjar,
1.643.7 1.951.7 Jawa, Melayu, Madura,
1 Islam 74,31% 74,11%
15 86 Sunda, serta sebagian Kecil
Suku Dayak dan Batak.
dipeluk oleh sebagian
Kristen
2 353.353 15,97% 439.018 16,67% besar Suku Dayak, Batak,
Protestan
Minahasa, Flores, Papua
dipeluk oleh sebagian
3 Kristen Katolik 58.279 2,63% 85.044 3,23% besar Suku Dayak, Batak,
Minahasa, Flores, Papua
Kaharingan adalah
kepercayaan suku Dayak
Hindu/ Kalimantan Tengah yang
4 11.149 0,50% 153.846 5,84%
Kaharingan pada Sensus 2010
digabungkan dalam
kelompok Lainnya.
Jumla Jumla
Konsentr Konsentr
Nom h h
Agama asi asi Keterangan
or (2010 (2020
(2010) (2020)
) )
Penganut Agama
Kaharingan tersebar di
daerah Kalimantan Tengah
dan banyak terdapat di
bagian hulu sungai, antara
lain hulu sungai Kahayan,
sungai Katingan dan hulu
sungai lainnya.
[34]
 Dan Kaharingan sudah
masuk kedalam
agama Hindu yang
umumnya dianut oleh
orang Bali
dipeluk oleh orang
5 Buddha 2.301 0,10% 2.795 0,11%
Tionghoa
dipeluk oleh orang
6 Konghucu 414 0,02% 179 0,01%
Tionghoa
Pada sensus tahun
2010, Kaharingan sebagai
kepercayaan asli suku
Dayak dimasukkan pada
kategori lainnya. Namun,
7 Lainnya 142.878 6,45% 890 0,03% sensus 2020
memasukkan Kaharingan d
alam kategori
agama Hindu yang
umumnya dianut oleh
masyarakat Bali.
2.212.0 2.633.5
Total 100% 100%
89 58
Pendidikan

Aula Palangka Universitas Palangka Raya, Kalimantan Tengah


Geliat dunia pendidikan di Kalimantan Tengah sekarang sedang berkembang dengan pesat. Hal tersebut
ditandai dengan bermunculannya berbagai lembaga pendidikan serta keberadaan beberapa Universitas dan
Sekolah Tinggi.
Universitas Negeri Palangka Raya dan Untama merupakan Universitas-universitas Negeri yang ada di
Kalimantan Tengah, selain itu terdapat Universitas Muhammadiyah serta beberapa perguruan tinggi lainnya
yang ikut memberikan sumbangan dalam meningkatkan mutu pendidikan di Kalimantan Tengah,
seperti Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Tambun Bungai serta Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan
Komputer Palangka Raya. Tak lupa pula berbagai Universitas maupun Sekolah Tinggi rintisan yang terdapat
di Kabupaten yang ada di Kalimantan Tengah.
Potensi perikanan
Potensi perikanan di Kalimantan Tengah sangat besar, khususnya perikanan air tawar. Hal itu dikarenakan
luasnya wilayah perairan tawar seperti sungai, danau dan rawa di Kalimantan Tengah. Potensi laut
Kalimantan Tengah 94.500 km2 dengan panjang garis pantai ± 750 km memiliki berbagai jenis ikan pelagis,
udang, rajungan, dan lainnya. Pantai laut di selatan Kalimantan Tengah merangkai 7 (tujuh) kabupaten;
yaitu Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Kapuas, Kabupaten
Sukamara, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Katingan, dan Kabupaten Pulang Pisau, dengan panjang garis
pantai ± 750 km. Sedangkan perairan umum dengan luas ± 2.29 juta Ha dengan potensi sumberdaya
ikannya yang cukup besar perlu pengelolaan dan pemanfaatan secara baik. Produksi perikanan tangkap
tahun 2013 sebesar 101.891,8 ton meningkat sebesar 7,31 % dibandingkan produksi perikanan tangkap
tahun 2012 sebesar 94.954,1 ton. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) Tangkap adalah sebanyak 21.770
RTP yang terdiri dari 5.340 RTP Perikanan Laut dan 16.430 RTP Perikanan Darat. Jumlah produksi perikanan
budidaya pada tahun 2013 sebesar 53.519,43 ton mengalami peningkatan sebesar 20,70 % dari produksi
tahun 2012 sebesar 42.441,28 ton dengan luas lahan budidaya seluas 6.960,8 Ha. Jumlah Rumah Tangga
Perikanan (RTP) Budidaya pada tahun 2013 sebanyak 20.312 RTP. Pengembangan usaha pengolahan
perikanan skala kecil dilakukan melalui peningkatan sarana dan prasarana pengolahan kepada Kelompok
Pengolah dan Pemasar (POKLAHSAR). Pada tahun 2013, jumlah produksi olahan hasil perikanan sebesar
6.149,9 ton meningkat sebesar 0,73 % dari total produksi tahun 2012 sebesar 6.104,8 ton. Tingkat Konsumsi
Ikan di Kalimantan Tengah cukup tinggi yaitu 46,03 kg/kapita/tahun, lebih besar daripada Tingkat Konsumsi
Ikan Nasional sebesar 35,62 kg/kapita/tahun. Jumlah Unit Pengolahan di Kalimantan Tengah sebanyak
2.837 UPI sedangkan Unit Pemasaran sebanyak 7.994 UPI.
Pertambangan
Sebagian besar penduduk di wilayah Katingan, Khususnya Kecamatan Katingan Tengah bermata
pencaharian sebagai petani dan penambang. Hasil tambang utama yang diperoleh adalah emas dan puya
(pasir zirkon) yang berwarna merah. Masyarakat dalam melakukan penambangan masih bersifat tradisional
sehingga hasil yang diperoleh tidak optimal.
Transportasi
Bandar udara Tjilik Riwut Palangka Raya melayani penerbangan dari dan ke Surabaya dan Jakarta direct,
menggunakan pesawat jet jenis Boeing 737-200, 737-300 dan 737-400. Penerbangan ini dilayani oleh 4
maskapai, yaitu: Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air, Batik Air, dan Wings Air. Bandar udara kesayangan
masyarakat Palangka Raya ini memiliki pcn 29 fczu, bisa dilintasi dengan mobil maupun taksi.
Jarak Palangka Raya dengan ibu kota kabupaten
Berikut adalah beberapa jarak antar kota di kabupaten Kalimantan Tengah; [51]
Darat
ibu kota kabupaten Keterangan
(km)

Batas Kalteng-Kalsel – (Anjir Serapat)

KLK 142 km

TML 276 km 418 km (via Kalsel)

BNT 183 km 511 km (via Kalsel)

MTW 326 km 605 km (via Kalsel)

PRC 411 km 702 km (via Kalsel)

KKN 180 km –

KSN 88 km –

SPT 227 km –

KLP 457 km –

PBU 449 km –

SKR 686 km –

Batas Kalteng-Kalbar – (Kudangan)


Seni dan budaya
Seni musik

Arsitektur Rumah Betang (Huma Betang) di Tumbang Anoi merupakan rumah panjang hunian komunal
masyarakat suku Dayak Ot Danum di perhuluan sungai Kahayan.

Arsitektur Rumah Baanjung tipe Rumah Balai Bini di Kumai, yang merupakan hunian keluarga inti dalam
rumah sendiri-sendiri pada masyarakat pesisir Kalimantan Tengah.

Perpaduan Rumah Betang dengan Rumah Baanjung menghasilkan Rumah Betang Ba'anjung (Huma


Gantung) di Desa Buntoi.
Seni musik yang dikenal di daerah ini antara lain:
Chordophone
 Kacapi
 Rebab
 Dambus
 Sampe
Idiophone
 Berbagai jenis Gong
 Kangkanung
Membranophone
 Berbagai jenis Kendang (Gandang)
 Katambung
Seni vokal
Seni vokal yang populer di wilayah ini adalah:
 Pantun Seloka
 Karungut
 Kandan
 Mansana
 Kalalai Lalai
 Ngendau
 Barayah
 Natum
 Dodoi
 Marung
Tarian
Jenis-jenis tarian yang terdapat di daerah ini antara lain:
 Tari Hugo dan Huda
 Tari Putri Malawen
 Tari Tuntung Tulus dari Barito Timur
 Tari Giring-giring
 Tari Manasai
 Tari Balian Bawo
 Tari Balian Dadas
 Manganjan
 Tari Kanjan Halu
 Tari Deder
 Tari Mandau
 Tari Kinyah
 Tari Jepen Kotawaringin dan Sukamara
Seni Kriya
Seni kriya yang berkembang di wilayah ini adalah:
 Seni pahat patung Sapundu
 Seni lukis
 Rajah
 Anyaman
 Seni dari bahan Getah Nyatu
 Topeng Sababuka
Upacara adat
 Wadian
 Tampung Tawar (upacara menolak bala)
 Marumpak Kutamara (upacara menggiring pengantin lelaki menuju kediaman pengantin wanita)
 Upacara Tiwah (upacara memindahkan tulang belulang keluarga yang telah meninggal)
 Wara (upacara pemindahan tulang belulang keluarga yang telah meninggal)
 Balian (upacara pengobatan)
 Lawang Sekepeng (hampir serupa dengan Marumpak Kutamara)
 Potong Pantan (upacara peresmian atau penyambutan tamu kehormatan)
 Mapalas (upacara membuang sial atau membersihkan diri dari malapetaka)
 Ijambe (upacara pemindahan tulang belulang keluarga yang telah meninggal)
Pakaian pengantin
 Busana Pengantin Dayak
Busana pengantin pria Dayak Kalimantan Tengah memakai celana panjang sampai lutut, selempit perak
atau tali pinggang dan tutup kepala. Perhiasan yang dipakai adalah inuk atau kalung panjang, cekoang atau
kalung pendek dan kalung yang terbuat dari gigi binatang. Pengantin wanita memakai kain berupa rok
pendek, rompi, ikat kepala dengan hiasan bulu enggang gading, kalung dan subang.
 Busana Pengantin Kotawaringin
Dalam motif pakaian, Busana pengantin Kotawaringin tampak memiliki kemiripan dengan Busana Pengantin
Banjar.
Bengkulu
Bengkulu
 Bangkahulu
 Bencoolen
 Kulau

Provinsi

Transkripsi bahasa Rejang dan Melayu Bengkulu


 • Aksara Rejang ꤷꥍꥏꤰꥈꤾꥈ
 • Abjad Jawi ‫بڠكولو‬

Dari atas searah jarum jam: Padma raksasa, Tabot, Rumah


Pengasingan Soekarno, Benteng Marlborough

Lambang

Julukan: 
Bumi Rafflesia
Motto: 
Sekundang Setungguan Seiyo Sekato
(Bengkulu) Seberat Apapun Pekerjaan Jika Dikerjakan Bersama-sama
Akan Terasa Ringan Juga

Wikimedia | © OpenStreetMap
Peta

Negara  Indonesia

Dasar hukum pendirian UU No. 9 Tahun 1967[1]


Hari jadi 18 November 1968

Ibu kota Kota Bengkulu


Kota besar lainnya Curup
Jumlah satuan tampil
pemerintahan Daftar

Pemerintahan
 • Gubernur Rohidin Mersyah
 • Wakil Gubernur Rosjonsyah Syahili
 • Sekretaris Daerah Hamka Sabri
 • Ketua DPRD Ihsan Fajri

Luas
 • Total 19.919,33 km2 (7,690,90 sq mi)

Populasi
 (2021)[2]
 • Total 2.091.314
 • Kepadatan 105/km2 (270/sq mi)

Demografi
 • Agama Islam 96,29%
Kristen 3,04%
— Protestan 2,37%
— Katolik 0,67%
Hindu 0,52%
Buddha 0,14%
Lainnya 0,01%
 • Bahasa Indonesia (resmi/utama)
Melayu Bengkulu (dominan)
Minangkabau
Besemah
Kaur
Rejang
Lembak
Enggano
Batak
Pekal
 • IPM  71,64 (2021)
Tinggi[3]

Zona waktu UTC+07:00 (WIB)

Kode pos 38xxx-39xxx


Kode area telepon tampil
Daftar
Kode ISO 3166 ID-BE
Pelat kendaraan BD

Kode Kemendagri 17 


DAU Rp 1.350.729.863.000,- (2020) [4]
Rumah adat Pusako Bubung Limo
Senjata tradisional Rudus
Flora resmi Bunga bangkai raksasa
Fauna resmi Beruang madu

Situs web bengkuluprov.go.id

Bengkulu (Jawi: ‫بڠكولو‬ Aksara Ulu: ) adalah sebuah provinsi yang berada di


pulau Sumatera, Indonesia. Ibu kota provinsi Bengkulu adalah kota Bengkulu. Provinsi ini
terletak di bagian Barat Daya Pulau Sumatera dan pantai barat di bagian Selatan Pulau
Sumatra yang berbatasan langsung dengan provinsi Sumatera Barat, Jambi, Sumatera
Selatan dan Lampung di wilayah sekitarnya. Pada tahun 2020, jumlah penduduk provinsi
ini sebanyak 2.091.314 jiwa, dengan kepadatan 105 jiwa/km².[2][5]

Geografi[sunting | sunting sumber]
Provinsi Bengkulu terletak di bagian Barat Daya Pulau Sumatera dan berada di pantai
barat bagian Selatan Pulau Sumatera yang berhadapan langsung dengan garis pantai
Samudera Hindia di sisi barat provinsi tersebut. Dengan luas wilayah yang hanya sebesar
19.919,33 km2, Provinsi Bengkulu merupakan provinsi terkecil urutan pertama di daratan
Pulau Sumatera dan provinsi terkecil urutan kesepuluh di Indonesia. Namun, apabila di
tambah dengan provinsi yang berbentuk kepulauan yang terpisah dari daratan Pulau
Sumatera, Provinsi Bengkulu merupakan provinsi terkecil urutan ketiga dari sepuluh
provinsi yang terdapat di Pulau Sumatera, setelah Provinsi Kepulauan Riau dan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
Batas wilayah[sunting | sunting sumber]
Berikut merupakan batas-batas wilayah dari Provinsi Bengkulu:

Utara Provinsi Sumatera Barat

Timur Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan

Selatan Provinsi Lampung

Barat Samudera Hindia

Sejarah[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Sejarah Bengkulu
Di wilayah Bengkulu pernah berdiri kerajaan-kerajaan yang berdasarkan etnis
seperti Kerajaan Sungai Serut, Kerajaan Selebar, Kerajaan Pat Petulai, Kerajaan Balai
Buntar, Kerajaan Sungai Lemau, Kerajaan Sekiris, Kerajaan Gedung Agung, dan Kerajaan
Marau Riang. Di bawah Kesultanan Banten, mereka menjadi vazal.
Sebagian wilayah Bengkulu, juga pernah berada di bawah kekuasaan Kerajaan
Inderapura semenjak abad ke-17.
British East India Company (EIC) sejak 1685 mendirikan pusat
perdagangan lada. Bencoolen/Coolen yang berasal dari bahasa Inggris Cut Land yang
berarti tanah patah wilayah ini adalah wilayah patahan gempa bumi yang paling aktif di
dunia dan kemudian gudang penyimpanan di tempat yang sekarang menjadi Kota
Bengkulu. Saat itu, ekspedisi EIC dipimpin oleh Ralph Ord dan William Cowley untuk
mencari pengganti pusat perdagangan lada setelah Pelabuhan Banten jatuh ke
tangan VOC, dan EIC dilarang berdagang di sana. Traktat dengan Kerajaan Selebar pada
tanggal 12 Juli 1685 mengizinkan Inggris untuk mendirikan benteng dan berbagai gedung
perdagangan. Benteng York didirikan tahun 1685 di sekitar muara Sungai Serut.
Sejak tahun 1713, dibangun benteng Marlborough (selesai 1719) yang hingga sekarang
masih tegak berdiri. Namun, perusahaan ini lama kelamaan menyadari tempat itu tidak
menguntungkan karena tidak bisa menghasilkan lada dalam jumlah mencukupi.
Sejak dilaksanakannya Perjanjian London pada tahun 1824, Bengkulu diserahkan
ke Belanda, dengan imbalan Malaka sekaligus penegasan atas kepemilikan
Tumasik/Singapura dan Pulau Belitung).  Sejak perjanjian itu Bengkulu menjadi bagian
[6]

dari Hindia Belanda.
Penemuan deposit emas di daerah Rejang Lebong pada paruh kedua abad ke-19
menjadikan tempat itu sebagai pusat penambangan emas hingga abad ke-20. Saat ini,
kegiatan penambangan komersial telah dihentikan semenjak habisnya deposit.
Pada tahun 1930-an, Bengkulu menjadi tempat pembuangan sejumlah aktivis pendukung
kemerdekaan, termasuk Sukarno. Pada masa inilah Sukarno berkenalan
dengan Fatmawati yang kelak menjadi istrinya.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Bengkulu menjadi keresidenan dalam provinsi Sumatra
Selatan. Wilayah Bengkulu dahulu juga meliputi Kawedanan Krui yang meliputi Kabupaten
Lampung Barat dan Pesisir Barat saat ini. Akan tetapi, berdasarkan hasil plebisit pada
tahun 1951, Krui menjadi bagian dari Lampung[7]. Pada tanggal 18
November 1968 Bengkulu menjadi provinsi Indonesia ke-26 (termuda sebelum Timor
Timur).

Demografi[sunting | sunting sumber]

Suku Kaur tempo dulu dalam buku Sejarah Sumatra Karya Wilham Marsden

Suku bangsa[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Suku Bengkulu
Tari Gandai, khas masyarakat suku Mukomuko.

Seorang pria suku Enggano memperagakan tarian perang.

Provinsi Bengkulu merupakan daerah yang heterogen dari segi suku bangsa.
Penduduknya terdiri dari suku-suku asli dan masyarakat pendatang. Suku-suku asli
Bengkulu meliputi suku Suku
Rejang[a], Serawai, Mukomuko, Enggano, Kaur, Lembak, Pekal, Merpas, Nasal dan Melayu
. Di antara suku-suku asli, Rejang dan Serawai adalah dua suku dengan populasi tertinggi,
masing-masing dengan persentase 20,60% dan 18,91%.[25] Ada pula masyarakat
pendatang meliputi Suku Jawa dengan persentase 22,64% sekaligus sebagai populasi
etnis tunggal terbesar di Provinsi Bengkulu,[25] Serawai, suku lokal
lainnya, Melayu, Minangkabau, Batak, Sunda, Lampung, dan lainnya. [26]

Berdasarkan data dari Sensus Penduduk Indonesia 2010, berikut ini komposisi etnis atau
suku bangsa di provinsi Bengkulu:[26]

Jumlah 201
No Suku %
0

1 Jawa 387.281 22,64%

2 Rejang 352.500 20,60%

3 Serawai 323.500 18,91%

4 Pribumi lainnya 266.027 15,55%

5 Melayu 195.941 11,45%

6 Minangkabau 71.472 4,18%

7 Sunda 52.665 3,08%

8 Batak 32.972 1,93%

9 Lampung 14.071 0,82%

10 Bali 3.687 0,22%


Jumlah 201
No Suku %
0

11 Suku lainnya 10.581 0,62%

Provinsi Bengkulu 1.710.697 100%

Catatan:* Dalam Sensus Penduduk Indonesia 2010, pribumi lainnya sudah termasuk


suku-suku lokal lainnya, seperti:
suku Lembak, Kaur, Mukomuko, Pekal, Enggano, Merpas, dan Nasal. Sedangkan suku
lainnya sudah termasuk semua suku-suku pendatang lainnya,
seperti: Bugis, Kerinci, Madura, Aceh, Mentawai, dan Nias.

Seni dan budaya[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Budaya Bengkulu

Tiga wanita Belanda berpakaian sarong kebaya jalan-jalan di depan Fort Marlborough (awal abad ke-20).

Bengkulu memiliki kerajinan tradisional batik besurek, yakni kain batik yang dihiasi huruf-


huruf Arab gundul dan diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sebagi salah satu
bagian warisan budaya Republik Indonesia serta turut memperkaya khazanah budaya di
Indonesia. Kebudayaan Bengkulu sangat kental bercirikan dengan budaya Pribumi di
Bengkulu yang memiliki beberapa ciri berbeda karena dipengaruhi oleh suku-suku
berbeda yakni
kebudayaan Rejang, Serawai, Melayu, Kaur, Mukomuko, Pekal, Lembak, Enggano, Merpa
s, & Nasal. Budaya tabut merupakan satu kultur unik yang memadukan tradisi lokal
dengan Islam Syiah secara kultural.
Makanan tradisional[sunting | sunting sumber]
Kue Bay Tat

Makanan tradisional dari Bengkulu antara lain:

 Bay Tat
 Godok-godok
 Kelicuk
 Keripik ikan beledang
 Lema
 Lempok durian
 Pendap
Tari tradisional[sunting | sunting sumber]
Tari-tarian tradisional dari Bengkulu antara lain:

 Tari Tombak Kerbau


 Tari Gandai
 Tari Putri Gading Cempaka
 Tari Pukek
 Tari Andun
 Tari Kejei
 Tari Penyambutan
 Tari Bidadari Menimang Anak
Seni musik[sunting | sunting sumber]
Seni musiknya adalah:

 Geritan, cerita sambil berlagu.


 Serambeak, seni yang berupa patatah-petitih.
 Andei-andei, seni sastra yang berupa nasihat.
 Sambei, seni vokal khas suku Rejang yang biasanya untuk pesta perkawinan.
 Doll, seni musik yang di mainkan dengan cara di pukul yang terbuat dari
bongkol kelapa. Dan biasa di mainkan dalam acara festival Tabot(bulan
Muharram)atau acara penyambutan
Wisata alam[sunting | sunting sumber]

 Pantai Panjang
Lokasi pantai Panjang sekitar 3 km dari kota Bengkulu. Sekitar 7 km panjang pantai
dengan 50 meter lebar dari jalan raya. Banyak transportasi umum yang menuju
ataupun pergi dari Pantai Panjang. Pohon cemara yang rindang menghiasi
sepanjang pantai. Hotel dan restoran juga banyak terdapat di sana. Pantai ini juga
memiliki fasilitas area parkir, kolam renang, cottage dan lainnya yang mendukung
wisata di sana.

 Pantai Pasir Putih


Pantai ini terletak di arah selatan bagian Pantai Panjang. Ada patung Gajah Putih
yang menandai daerah ini. banyak hotel dan penginapan yang tersedia. Jarak
sekitar 19 km dari pusat kota Bengkulu. Kondisi jalan menuju kesana sangat baik.
Bisa melewati jalan Jenggalu Lingkar Barat. Tempat ini dapat dicapai dengan
kendaraan roda empat jenis apapun. Kondisi pantai sangat bersih dengan pasir
pantainya yang putih dan pohon cemara yang tumbuh di sekitarnya.

 Pantai Laguna Samudra


Pantai yang berlokasi di ujung selatan provinsi Bengkulu menjelang perbatasan
dengan Lampung. Lokasi ini bisa ditempuh melalui Jalan Lintas Barat Sumatra yang
menghubungkan Lampung dan Bengkulu hingga Sumatra Barat. Tepatnya terletak
di desa Merpas, Kecamatan Nasal, Kabupaten Kaur. Pantai yang
memiliki laguna sangat luas ini berkonsep hutan pantai. Pengunjung bisa berenang
dengan aman hingga berperahu di dalam laguna ini.

 Pulau Tikus
Pulau ini terdiri dari satu pulau induk dan beberapa pulau-pulau kecil lainnya yang
mengitari dan dengan karang-karang yang indah. Pulau tikus sangat cocok untuk
wisata laut. Pulau ini dapat dicapai sekitar 1 jam dari kota Bengkulu dengan
menggunakan kapal boat.

 Danau Dendam Tak Sudah

Danau Dendam Tak Sudah


Danau ini dikelilingi oleh perbukitan kecil, dengan bukit barisan sebagai latar
belakangnya. Jaraknya sekitar 8 km dari pusat kota Bengkulu. Anggrek air Vanda
Hookeriana tumbuh sepanjang danau. Ketika musim bunga anggrek tersebut
membuat danau menjadi indah dan lebih sejuk.

 Tapak Padri dan Pantai Jakat


Terletak sangat dekat dengan Benteng Marlborough dengan pemandangan laut
yang indah. Tapak Padri dataran yang cukup tinggi sehingga kita dapat melihat
matahari terbenam.

 Taman Hutan Hujan Tropis (Tahura)


Lokasinya sekitar 16 km dari pusat kota Bengkulu yang dapat dicapai oleh berbagai
jenis kendaraan roda empat. Tempat ini biasanya digunakan sebagai tempat untuk
area observasi dan tempat kemah dengan keadaan alam yang indah.
 Taman Berburu Seblat
Terletak di wilayah kabupaten Bengkulu Utara, taman berburu ini merupakan tempat
ideal bagi kita yang hobi berburu. Adapun hewan buruan yaitu babi, kancil, kelinci,
kijang, tupai, rusa, dll. Selain hewan tersebut ada juga hewan-hewan lain yang hidup
di sana antara lain monyet dan kera.

 Taman Wisata Konak


Taman terpadu dengan konsep alami dan modern yang berlokasi di wilayah
Kepahiang. Taman ini memiliki banyak koleksi satwa berukuran kecil hingga sedang
serta memiliki banyak wahana permainan keluarga.

 Danau Tes
Danau terbesar di Bengkulu, danau yang memiliki pemandangan dengan latar bukit
bukit yang menghijau. Di tengah danau terletak persawahan penduduk dan sebuah
gunung pasir.

 Danau Gedang dan Bukit Menghijau


Danau yang masih sangat asri di wilayah Bengkulu Utara.

 Danau Mas Harun Bastari


Terletak di kecamatan Selupu Rejang, Rejang Lebong. Danau yang unik dengan pulau
kecil dari rerumputan liar di tengahnya. Danau ini telah memiliki fasilitas-fasilitas yang
sangat lengkap dan bagus.

 Danau Musi
Danau di kabupaten Kepahiang yang terletak di sekitar Suro Ilir.

 Taman Nanua
Taman ini berada di pulau terluar Indonesia, yakni Enggano. Ini merupkan taman burung
dan reptil mini.

 Tanah Lot Lais


Formasi batu-batu karang di pinggir pantai Lais, Bengkulu Utara yang sungguh indah.
Cocok untuk melihat sunset yang indahnya luar biasa,karena keindahannya itulah tempat
ini dinamai Tanah Lot Lais karena mirip dengan Tanah Lot yang asli di Bali

 Danau Picung
Ialah danau disekitar Tubei,ibu kota kabupaten Lebong. Danau ini terletak di pusat kota
dengan akses akomodasi yang lancar. Rumah dinas bupati juga menghadap kedanau
indah ini. Pinggiran danau dibuka untuk umum sebagai wilayah pemancingan

 Taman Wisata Dio Bagite


Ialah kebun binatang mini dengan koleksi cukup banyak satwa. Taman ini terletak sangat
strategis dipenggkolan jalan Curup-Lubuk Linggau.

 Danau Tujuh Warna


Terletak di daerah Rimbo Pengadang, ialah telaga dengan 7 kawah yang masing-masing
berbeda warnanya. Ada kawah berwarna putih, biru dan lainnya. Jalan menuju kesana
cukup baik, bisa menggunakan roda empat. Namun alangkah menariknya kalau dilakkan
dengan berjalan kaki secara beramai-ramai. Pada saat akan menuju kawah, kita pertama
kali akan menjumpai kawah biru dan harus melewati jalan setapak yang cukup terjal.
Banyak pepohonan yang berdiameter satu meter lebih yang menghiasi pemandangan di
kiri kanan jalan setapak. Matahari akan terlihat cahayanya saja karena terhalang
pepohonan. Suhu yang cukup tinggi sehingga bisa untuk memasak telur atau menanak
nasi. Beberapa kawah bersuhu 70 derajat celsius cocok untuk terapi penyakit kulit dan
reumatik.
Wisata budaya dan peninggalan sejarah[sunting | sunting sumber]

 Benteng Marlborough
Benteng Marlborough dibangun oleh perusahaan india timur di bawah kepemimpinan
Gubernur Joseph Callet. The fort constitutes the strong fort,
Benteng Marlborough berdiri menghadap selatan dan memiliki
luas 44,100 meter persegi. Benteng ini mempunyai bentuk
bangunan abad 18, menyerupai kura-kura. Pintu utamanya
dikelilingi parit yang luas dan dapat dilalui oleh jembatan.
Menurut masyarakat di sekitar benteng itu juga terdapat pintu
keluar bawah tanah yang dulu digunakan pada waktu perang.

 Rumah Pengasingan Bung Karno


Pada zaman koloni Belanda(1939-1942), Soekarno (Yang kemudian menjadi Presiden
RI yang pertama) pernah diasingkan di Bengkulu. Selama dalam
pengasingan Soekarno tinggal di rumah yang beralamat di
Anggut Atas dan sekarang dikenal dengan jalan Soekarno-Hatta.
Beberapa peralatan, sepeda, perpustakaan buku-buku, dan yang
lainnya yang pernah dimiliki oleh soekarno disimpan di dalam
rumah ini. Selama tinggal di Bengkulu, Soekarno mendesain
masjid, yang sekarang dikenal dengan Masjid Jamik (Jamik
Mosque).

 Parr and Hamilton Monuments


Parr Monuments terletak di depan Pasar Barukoto diseberang benteng Marlborough,
sedangkan Hamilton Monuments terletak di Jalan Soekarno-
Hatta. Monument ini dibangun oleh Inggris untuk memperingati
kekalahan mereka di Bengkulu.

 Museum Provinsi Bengkulu


Museum Bengkulu terletak di bagian selatan dari jalan utama kota Bengkulu, yaitu di
jalan Pembangunan. Disini kita dapat melihat berbagai macam
benda benda bersejarah. dan juga baju batik buatan Bengkulu
yang dinamakan kain Besurek.

 Rejang Lebong
Air Panas dan Air Terjun Suban. Terletak 6 km dari Curup yang dihubungkan oleh jalan
aspal dan terdapat air panas serta dua air terjun. oleh pemerintah
dibangun berbagai macam fasilitas umum untuk menunjang
pariwisata di sana.

 Danau Pematang
Terletak 16 km dari Curup dan dapat dicapai dengan mudah dengan transportasi
umum. Danau ini dikelilingi oleh perbukitan. Bukit Kabal Terletak
19 km dari Curup dengan jalan aspal yang menghubungkannya.
Dengan tinggi sekitar 1,936 m di atas permukaan laut dengan
keindahan alam yang menakjubkan.
 Danau Tes
Terletak 51 km dari Curup di Kecamatan Lebong Selatan, Danau ini adalah danu
terbesar di provinsi Bengkulu dengan jarak 3 km. dan digunakan
juga sebagai pembangkit listrik tenaga air. Tempat ini juga
biasanya sebagai tempat peristirahatan bagi turis untuk melihat
panorama yang indah dan matahari terbenam.

 Kolam Renang Tabarena


Terletak 4 km dari Curup yang dihubungkan oleh jalan aspal. Tabarena adalah kolam
renang alam yang berada di sungai dengan airnya yang bersih
dan dingin.

 Air Terjun Kepala Curup


Terletak 29 km dari Curup dengan tinggi 100 meter dengan airnya yang segar dan
sering dikunjungi oleh wisatawan.

 Sungai Air Putih


Terletak di Tambang Sawah, sekitar 15 km dari Muara Aman atau 80 km dari Curup,
sungainya terdiri dari air panas dan air dingin.

 Makam Sentot Alibasyah


Terletak di Desa Bajak, Kecamatan Teluk Segara, Bengkulu. Sentot Alibasyah
merupakan salah satu Panglima Pangeran Dipenegoro yang
dikirim ke Bonjol sewaktu Perang Padri.

 Pusat Pelatihan Gajah


Terletak di Seblat, kecamatan Napal Putih - Bengkulu Utara.

 Gunung Kaba
Terletak di Curup, Gunung ini dijadikan tempat rekreasi alam terfavorit bagi pendaki
baik dari wilayah Bengkulu, Sumatra Selatan, dan sekitarnya.

 Suban
Curup, Tempat pemandian air panas ini terletak d kaki gunung kaba. Disini anda bisa
mandi dengan air panas yang asli dari alam dan anda juga bisa
menikmati keindahan alam yang masih alami dan segar.
Objek wisata andalan[sunting | sunting sumber]

 Padma Raksasa
Pada masa pemerintahan Inggris, bunga ini dipopulerkan secara ilmiah oleh Sir
Thomas Raffles dan Dr. Arnoldy pada tahun 1818 di wilayah hutan yang
lokasinya terletak di antara Kabupaten Kepahiang dan Bengkulu Tengah. Bunga
ini adalah bunga terbesar di dunia dengan diameter 100 cm. Bunga ini
membutuhkan 6 sampai 8 bulan untuk tumbuh dan 15 hari setelah itu untuk
berbunga. Keunikan dari bunga ini adalah tidak adanya akar, daun dan batang.
Tumbuhan ini termasuk parasit kerena tidak adanya klorofil dan haustoria. Bunga
ini sering tumbuh dan ditemukan di Taba Penanjung I dan Taba Penanjung III
(Bengkulu Tengah), daerah di wilayah kabupaten Kepahiang, dan daerah di
wilayah kabupaten Rejang Lebong.

 Bunga Kibut (Amorphopalus Titanuum)


Bunga ini sangat menarik dan cantik. Tidak memiliki batang dengan tetapi memiliki
bunga yang tinggi sekitar 3 m dan kuat. Bunga ini tumbuh di sekitar Rejang Lebong
mengelilingi Kepahiang, Bengkulu Utara, dan Bengkulu Selatan.
Berdasarkan ahli tanaman yang datang ke Bengkulu, anggrek air ini hanya terdapat
di Danau Dendam Tak Sudah yang terletak sekitar 5 km dari kota Bengkulu.
Beberapa macam anggrek liar dan alami lainnya dapat pula ditemukan di Provinsi
Bengkulu.

Berbagai macam kekayaan hutan yang dapat ditemukan di Bengkulu seperti Kayu
Medang, Meranti, Rattan, Damar. Tanaman lainnya yang dibudidayakan oleh
masyarakat adalah Minyak sawit, getah karet, kopi, durians, jeruk, sayuran, dan
lainnya.
Beberapa macam hewan seperti macan, kijang, gajah, monyet, rangkong adalah
hewan yang menempati hutan di provinsi Bengkulu.
Tabut adalah upacara tradisional tentang kepahlawanan Hasan dan Husen, Mereka
mati dalam peperangan melawan orang-orang Yazid. Perayaan pertama kali
dilaksanakan oleh Syekh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo pada
abad ke 15. Syekh Burhanuddin (Imam Senggolo) Menikah dengan wanita
Bengkulu kemudian anak mereka, cucu mereka dan keturunan mereka disebut
sebagai keluarga pewaris Tabut. upacara ini dilaksanakan dari 1 sampai 10
Muharam (berdasar kalender Islam) setiap tahun.
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur

Provinsi

NTT
Dari kiri ke kanan, atas ke bawah: Komodo, Pulau Padar, Pantai
Pink, Kampung Adat Praijing Sumba, Alat Musik Sasando, Gunung
Kelimutu, Tari Caci, dan Pantai Walakiri Sumba Timur.

Lambang

Wikimedia | © OpenStreetMap

Peta

Negara  Indonesia

Dasar UU Nomor 64 Tahun 1958


hukum (11 Agustus 1958) [1]

pendirian

Tanggal 20 Desember 1958

Ibu kota Kota Kupang


Jumlah tampil
satuan
pemerintaha Daftar

Pemerintahan

 • Gubernur Viktor Laiskodat

 • Wakil Josef Nae Soi


Gubernur

 • Sekretaris Plt Johanna E. Lisapaly, SH, M.Si


Daerah

 • Ketua Emi Nomleni


DPRD

Luas

 • Total 47.931,54 km2 (18,506,47 sq mi)

Populasi

 (2020)[2]

 • Total 5.325.566

 • Kepadatan 111/km2 (290/sq mi)

Demografi

 • Agama Kristen 91,71%
— Katolik 52,45%
— Protestan 39,26%
Islam 8,09%
Hindu 0,19%
Buddha 0,01%[3][4]

 • Bahasa Indonesia (bahasa resmi)


Uab Meto (Dominan)
Alor, Ende, Kedang, Komodo, Lio, Manggarai, Mela
yu Larantuka, Raijua, Rote, Tetun, Sabu, Sumba, Uab
Meto

 • IPM  65,28 (2021)


 sedang [5]

Zona waktu UTC+08:00 (WITA)

Kode pos 85xxx-87xxx

Kode area tampil


telepon
Daftar

Kode ISO ID-NT


3166

Pelat tampil
kendaraan
Daftar

Kode 53 
Kemendagri

DAU Rp 1.922.975.903.000,- (2020)[6]

Lagu daerah Moree, Bolelebo, Oras Loro Malirin, Es Kaubele,


Aua Ia Mana Lolobanda, Anak Kambing Saya, O
Nina Noi, Potong Bebek Angsa, Desaku, Ie ie,
Lerang Wutun, Orere, Putar - Putar Kopi, Bale Nagi

Rumah adat Musalaki

Senjata Sundu
tradisional

Flora resmi Cendana

Fauna resmi Komodo

Situs web nttprov.go.id

Peta Administrasi Provinsi Nusa Tenggara Timur

Demografi[sunting | sunting sumber]

Tari Caci, tarian tradisional masyarakat Flores


Penduduk[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Kekristenan di Nusa Tenggara Timur
Jumlah penduduk di provinsi ini adalah 4.683.827 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar
2,07%. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.326.487 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak
2.357.340 jiwa (2010). Kepadatan penduduk di Nusa Tenggara Timur sebesar 96 jiwa/km2, dengan
presentasi penduduk yang tinggal di perkotaan kurang lebih 20%, dan sisanya sebesar 80% mendiami
kawasan pedesaan.
Sesuai data Badan Pusat Statistik provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2021, sebagian besar
penduduk beragama Kekristenan yakni 91,71%, dengan rincian persentase Katolik 52,45%
kemudian Protestan 39,26%. Pemeluk agama Islam sebanyak 8,09%, kemudian sebagian kecil lagi
beragama Hindu 0,19% dan Budha 0,01%.[3] Sebagian penduduk di Pulau Sumba masih menjalankan
kepercayaan setempat yakni Marapu.[4]
Tingkat pendaftaran Sekolah Menengah adalah 39% yang jauh di bawah rata-rata Indonesia, yaitu
80.49% tahun 2003/04 (menurut UNESCO). Minuman berupa air bersih, sanitasi dan kurangnya sarana
kesehatan menyebabkan terjadinya kekurangan gizi anak (32%) dan kematian bayi (71 per 1000) juga
lebih besar dari kebanyakan provinsi Indonesia lainnya.

Suku bangsa[sunting | sunting sumber]

Pria dan wanita mengenakan pakaian adat suku Rote.

Henge’do, tradisi cium hidung di Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur


Seorang pendeta prajurit suku Atoni

Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, berikut adalah jumlah penduduk menurut suku bangsa
di provinsi Nusa Tenggara Timur, dari 4.672.648 jiwa penduduk:[21][22]

No Etnis Jumlah Persentasi

1 Suku asli Nusa Tenggara Timur 3.793.242 81,18%

* Atoni 927.753 19,85%

* Manggarai 727.404 15,57%

* Sumba 643.045 13,76%

* Solor 284.105 06,08%

* Ngada 274.870 05,88%

* Timor Leste 246.867 05,28%

* Rote 232.104 04,97%

* Lio 183.479 03,93%

* Alor 182.270 03,90%

* Sawu 172.916 03,70%

* Suku lain NTT 91.345 01,95%

2 Suku asal Kalimantan 678.090 14,51%

3 Jawa 54.511 01,17%

4 Suku asal Sulawesi 41.527 00,89%

5 Bugis 22.481 00,48%

6 Suku asal Nusa Tenggara Barat 18.798 00,40%


No Etnis Jumlah Persentasi

7 Suku asal Papua 14.218 00,30%

8 Suku asal Maluku 11.633 00,25%

9 Tionghoa 8.039 00,17%

10 Bali 6.567 00,14%

11 Batak 3.230 00,07%

12 Suku Lain 20.312 00,44%

Tota
Nusa Tenggara Timur 4.672.648 100%
l

Ekonomi[sunting | sunting sumber]
Menurut berbagai standar ekonomi, ekonomi di provinsi ini lebih rendah daripada rata-rata Indonesia,
dengan tingginya inflasi (15%), pengangguran (30%) dan tingkat suku bunga (22-24%).

Kepulauan[sunting | sunting sumber]
Seperti halnya Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi yang didominasi
oleh kepulauan, tiga pulau utama di wilayah ini adalah Pulau Flores, Pulau Sumba, dan Pulau Timor
bagian Barat. Gugusan kepulauan ini sering disingkat dengan nama "Flobamora"
Sedangkan pulau-pulau lain di antaranya adalah Pulau-
pulau Adonara, Alor, Babi, Besar, Bidadari, Dana, Komodo, Rinca, Lomblen, Loren, Ndao, Palue, Pama
na, Pamana Besar, Pantar, Rusa, Pulau Mules, Raijua, Rote (pulau terselatan di
Indonesia), Sawu, Semau dan Solor.

Pariwisata[sunting | sunting sumber]

Komodo spesies kadal terbesar di dunia


Danau Kelimutu di Flores

Rumah adat di Sumba Timur

Air Terjun Waimarang Sumba Timur

Beberapa tempat wisata yang ada di provinsi Nusa Tenggara Timur yakni:

 Pulau Komodo dengan Komodo
 Danau Kelimutu di Flores, 3 danau kawah dengan warna berbeda
 Gunung Mutis di Timor Tengah Selatan
 Semana Santa di Larantuka
 Rumah adat dan pasola di Pulau Sumba
 Air Terjun Waimarang Sumba Timur
 Penyelaman di Pulau Alor
 Pantai Nemberalla di Rote Ndao
 Pantai Pink di Pulau Padar
 Rumah Adat di Kampung Bena, Bajawa-Kabupaten Ngada
 Taman Wisata 17 Pulau di Riung, Kabupaten Ngada
 Taman Wisata Air Panas Mengeruda Soa, Bajawa- Kabupaten Ngada
 Kelabba Madja di Sabu Raijua
 Tradisi berburu Paus di Lembata
 Rumah Adat Wae Rebo di Manggarai
 Kampung Adat Bena, di Bajawa

Anda mungkin juga menyukai