Anda di halaman 1dari 3

10.

DATUK RI BANDANG

BIOGRAFI, PEMIKIRAN, LEM. PEND POL, PENINGGALAN – NOW

Datuk Ri Bandang merupakan penyebar Islam di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel), atas
jasanya Islam menjadi agama mayoritas rakyat Gowa- Tallo pada awal abad ke 17.

Nama asli Abdul Makmur dengan gelar Khatib Tunggal adalah seorang ulama dari Koto
Tangah, Minangkabau yang menyebarkan agama Islam ke kerajaan-kerajaan di wilayah
timur nusantara, yaitu Kerajaan Luwu, Kerajaan Gowa, Kerajaan Tallo dan Kerajaan
Gantarang (Sulawesi) serta Kerajaan Kutai (Kalimantan) dan Kerajaan Bima (Nusa
Tenggara).

Dakwah Islam

Pada awalnya, Datuk ri Bandang berdakwah di Makassar (Kerajaan Gowa, Sulawesi), tapi
karena situasi masyarakat yang belum memungkinkan dia pergi ke Kutai (Kerajaan Kutai,
Kalimantan), dan melaksanakan syiar Islam bersama temannya, Tuan Tunggang Parangan di
kerajaan tersebut. Namun akhirnya dia kembali lagi ke Gowa karena melihat kondisi yang
juga belum kondusif. Temannya, Tuan Tunggang Parangan tetap bertahan di Kutai, dan
akhirnya berhasil mengajak Raja Kutai (Raja Mahkota) beserta seluruh petinggi kerajaan
masuk Islam.

Setelah kembali lagi ke Makassar, Datuk ri Bandang bersama dua saudaranya Datuk


Patimang dan Datuk ri Tiro menyebarkan agama Islam dengan cara membagi wilayah syiar
mereka berdasarkan keahlian yang mereka miliki dan kondisi serta budaya masyarakat
Sulawesi Selatan atau Bugis/Makassar ketika itu. Datuk ri Bandang yang ahli fikih
berdakwah di Kerajaan Gowa dan Tallo, sedangkan Datuk Patimang yang ahli tentang tauhid
melakukan syiar Islam di Kerajaan Luwu, sementara Datuk ri Tiro yang ahli tasawuf di
daerah Tiro dan Bulukumba.
Pada mulanya Datuk ri Bandang bersama Datuk Patimang melaksanakan syiar Islam di
wilayah Kerajaan Luwu, sehingga menjadikan kerajaan itu sebagai kerajaan pertama di
Sulawesi Selatan, Tengah dan Tenggara yang menganut agama Islam. Kerajaan Luwu
merupakan kerajaan tertua di Sulawesi Selatan dengan wilayah yang meliputi Luwu, Luwu
Utara, Luwu Timur serta Kota Palopo, Tana Toraja, Kolaka (Sulawesi Tenggara) hingga
Poso (Sulawesi Tengah).

Dengan pendekatan dan metode yang sesuai, syiar Islam yang dilakukan Datuk ri Bandang
dan Datuk Patimang dapat diterima Raja Luwu dan masyarakatnya. Bermula dari masuk
Islam-nya seorang petinggi kerajaan yang bernama Tandi Pau, lalu berlanjut dengan masuk
Islam-nya raja Luwu yang bernama Datu' La Pattiware Daeng Parabung pada 4-5 Februari
1605, beserta seluruh pejabat istananya setelah melalui dialog yang panjang antara sang
ulama dan raja tentang segala aspek agama baru yang dibawa itu. Setelah itu agama Islam-
pun dijadikan agama kerajaan dan hukum-hukum yang ada dalam Islam-pun dijadikan
sumber hukum bagi kerajaan.

Para Raja pemeluk Islam pertama

Datuk Ri Bandang merupakan ulama yang pertama kali memperkenalkan orang Makassar
dengan Islam. Pada sejumlah literatur disebutkan, Datuk Ri B andang, Datuk
Patimang dan Datuk Tiro menyebarkan Islam di daerah berbeda di Sulawesi Selatan.

Datuk Patimang lebih banyak menyebarkan Islam di daerah Suppa, Soppeng, Wajo dan
Luwu, sedangkan Datuk Tiro lebih banyak menyebarkan Islam di selatan Sulawesi meliputi
Bantaeng dan Bulukumba. Datuk Patimang wafat dan dimakamkan di Luwu,
sedangkan Datuk Tiro wafat dan dimakamkan di Tiro, Bulukumba. Datuk Ri Bandang
disebutkan berperan memperkenalkan ajaran Islam kepada Raja Tallo dan Raja Gowa di awal
abad ke 17.

Berkat pengaruhnya, Malingkaan Daeng Manynyonri yang juga Raja Tallo XV,bersedia
memeluk Islam. Dia merupakan orang pertama di Sulsel yang memeluk Islam melalui
pengaruh Datuk Ribandang. Oleh karena itu pula Kerajaan Tallo sering disebut-sebut sebagai
pintu pertama Islam di daerah ini. Penerimaan Islam secara resmi oleh Raja Tallo ini terjadi
pada malam Jum’at 9 Jumadil Awal 1014 H /atau 22 September 1605 M.

Setelah Raja Tallo memeluk Islam, menyusul Raja Gowa XIV Sultan Alauddin yang
mengucapkan dua kalimat syahadat. Setelah proses pengislaman berlangsung di kalangan
istana, Raja Gowa kemudian secara resmi mengumumkan bahwa Kerajaan Gowa dan seluruh
daerah kekuasaannya resmi beragama Islam. Sejak saat itu pula, Datuk Ribandang diberi
keleluasaan untuk mengajarkan Islam kepada rakyat Gowa-Tallo.

Sebelum masuknya agama Islam di Sulsel, masyarakat masih menganut kepercayaan


animisme. Setelah memeluk Islam, Sultan Alauddin juga berusaha menyebarkan Islam ke
kerajaan tetangganya. Kerajaankerajaan yang berhasil diislamkan antara lain, Kerajaan
Soppeng (1607), Wajo (1610), dan Bone (1611). Sultan Alauddin bahkan masih melanjutkan
penyebaran Islam ke Buton, Dompu (Sumbawa), dan Kengkelu (Tambora, Sumbawa).

Wafat

Setelah Raja Luwu, keluarganya beserta seluruh pejabat istana masuk Islam, Datuk ri
Bandang pergi dari Kerajaan Luwu menuju wilayah lain di Sulawesi Selatan dan kemudian
menetap di Makassar sambil melakukan syiar Islam di Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng.
Dakwah Islam yang dilaksanakan Datuk ri Bandang akhirnya juga berhasil mengajak Raja
Gowa, I Manga'rangi Daeng Manrabia dan Raja Tallo, I Malingkang Daeng Manyonri
beserta rakyatnya masuk Islam. Dikemudian hari sang ulama itu-pun akhirnya wafat dan
dimakamkan di wilayah Tallo.

Sementara itu Datuk Patimang menetap di Kerajaan Luwu dan meneruskan syiar Islamnya ke


rakyat Luwu, Suppa, Soppeng, Wajo dan lain-lain yang masih banyak belum masuk Islam.
Dikemudian hari sang penyebar Islam itu-pun akhirnya wafat dan dimakamkan di Desa
Patimang, Luwu. Sedangkan Datuk ri Tiro melakukan syiar Islam di wilayah selatan, yaitu
Tiro, Bulukumba, Bantaeng dan Tanete, yang masyarakatnya masih kuat memegang budaya
sihir dan mantera-mantera. Datuk ri Tiro yang kemudian berhasil mengajak raja Karaeng Tiro
masuk Islam dikemudian hari juga wafat dan dimakamkan di Tiro atau sekarang Bontotiro.

Anda mungkin juga menyukai