Kalimantan Tengah adalah salah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di pulau
Kalimantan. Ibukotanya adalah Kota Palangka Raya. Kalimantan Tengah memiliki luas
157.983 km² dan berpenduduk sekitar 2.202.599 jiwa, yang terdiri atas 1.147.878 laki-
laki dan 1.054.721 perempuan (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010).
Sebelum abad XIV, daerah Kalimantan Tengah termasuk daerah yang masih murni,
belum ada pendatang dari daerah lain. Saat itu satu-satunya alat transportasi adalah
perahu. Tahun 1350 Kerajaan Hindu mulai memasuki daerah Kotawaringin. Tahun
1365, Kerajaan Hindu dapat dikuasai oleh Kerajaan Majapahit. Beberapa kepala suku
diangkat menjadi Menteri Kerajaan. Tahun 1520, pada waktu pantai di Kalimantan
bagian selatan dikuasai oleh Kesultanan Demak, agama Islam mulai berkembang di
Kotawaringin. Tahun 1615 Kesultanan Banjar mendirikan Kerajaan Kotawaringin, yang
meliputi daerah pantai Kalimantan Tengah. Daerah-daerah tersebut ialah : Sampit,
Mendawai, dan Pembuang. Sedangkan daerah-daerah lain tetap bebas, dipimpin
langsung oleh para kepala suku, bahkan banyak dari antara mereka yang menarik diri
masuk ke pedalaman. Di daerah Pematang Sawang Pulau Kupang, dekat Kapuas, Kota
Bataguh pernah terjadi perang besar. Perempuan Dayak bernama Nyai Undang
memegang peranan dalam peperangan itu. Nyai Undang didampingi oleh para satria
gagah perkasa, diantaranya Tambun, Bungai, Andin Sindai, dan Tawala Rawa Raca. Di
kemudian hari nama pahlawan gagah perkasa Tambun Bungai, menjadi nama Kodam
XI Tambun Bungai, Kalimantan Tengah. Tahun 1787, dengan adanya perjanjian antara
Sultan Banjar dengan VOC, berakibat daerah Kalimantan Tengah, bahkan nyaris
seluruh daerah, dikuasai VOC. Pada tanggal 1 Mei 1859 pemerintah Hindia Belanda
membuka pelabuhan di Sampit.[8] Tahun 1917, Pemerintah Penjajah mulai
mengangkat masyarakat setempat untuk dijadikan petugas-petugas pemerintahannya,
dengan pengawasan langsung oleh para penjajah sendiri. Sejak abad XIX, penjajah
mulai mengadakan ekspedisi masuk pedalaman Kalimantan dengan maksud untuk
memperkuat kedudukan mereka. Namun penduduk pribumi, tidak begitu saja mudah
dipengaruhi dan dikuasai. Perlawanan kepada para penjajah mereka lakukan hingga
abad XX. Perlawanan secara frontal, berakhir tahun 1905, setelah Sultan Mohamad
Seman gugur sebagai kusuma bangsa di Sungai Menawing dan dimakamkan di Puruk
Cahu. Tahun 1835, Agama Kristen Protestan mulai masuk ke pedalaman. Hingga
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, para penjajah tidak mampu
menguasai Kalimantan secara menyeluruh. Penduduk asli tetap bertahan dan
mengadakan perlawanan. Pada Agustus 1935 terjadi pertempuran antara suku Dayak
Punan yaitu Oot Marikit dengan kaum penjajah.Pertempuran diakhiri dengan
perdamaian di Sampit antara Oot Marikit dengan menantunya Pangenan atau
Panganon dengan Pemerintah Belanda. Menurut Hermogenes Ugang , pada abad ke
17, seorang misionaris Roma Katholik bernama Antonio Ventimiglia pernah datang ke
Banjarmasin. Dengan perjuangan gigih dan ketekunannya hilir-mudik mengarungi
sungai besar di Kalimantan dengan perahu yang telah dilengkapi altar untuk
mengurbankan Misa, ia berhasil membaptiskan tiga ribu orang Ngaju menjadi Katholik.
Tari Manasai
sumber : mmc.kalteng.go.id
Tari Manasai merupakan tarian khas Kalimantan Tengah yang lahir sebagai salah satu
produk seni tradisi suku Dayak Ngaju. Tarian pergaulan yang sarat nuansa
kegembiraan ini dapat diikuti dan ditarikan oleh siapa saja. Gerakannya cukup
sederhana, mudah diikuti dan dipelajari oleh orang dewasa maupun anak-anak.
Tarian ini dilakukan bersama-sama dalam formasi melingkar. Formasi ini bisa semakin
membesar ketika banyak orang yang ikut menarikannya. Di tengah lingkaran biasanya
diletakkan guci atau media lain seperti bambu hias yang diikat selendang. Tari ini
dimulai ketika semua penari telah menghadap media tersebut.
Dengan diiringi oleh irama lagu, para penari berputar ke kanan sambil bergerak maju.
Selanjutnya mereka menghadap ke luar lingkaran, berputar lagi ke kiri, bergerak maju
sambil mengayunkan tangan perlahan. Begitulah seterusnya. Irama lagu dari tarian ini
berjudul Manari Manasai yang diciptakan oleh Wolten Rudji.
Tari Giring-Giring
sumber : kebudayaan.kemdikbud.go.id
Tari Giring-Giring atau disebut juga Tari Tolang Totai atau Tari Ganggareng merupakan
tarian dari budaya suku Dayak Ma’anyan. Seperti halnya Manasai, tarian Kalimantan
Tengah yang satu ini juga mengekspresikan kegembiraan. Difungsikan sebagai
penyambut tamu serta sebagai tari pergaulan muda-mudi.
Keistimewaan dari tari ini terletak pada properti tarian berupa tongkat yang biasa
disebut Giring-Giring atau Gangareng. Tongkat ini terbuat dari bambu tipis. Di dalamnya
diisi dengan biji “piding” sehingga mampu menghasilkan suara ritmis dengan alunan
kangkanong (gamelan) oleh para penarinya.
Bentuknya tongkat ada dua, pendek dan panjang. Perpaduan keduanya menghasilkan
suara yang unik. Yang pendek dipegang tangan kanan dan dimainkan dengan cara
diayunkan. Adapun yang panjang dipegang tangan kiri untuk dihentakkan ke lantai.
Sekilas tari ini mirip Tari Gantar di Kalimantan Timur.
Tari Mandau
sumber : egofitrah.wordpress.com
Tarian Daerah Kalimantan Tengah selanjutnya adalah Tari Mandau, tarian Dayak di
Palangkaraya. Tari ini menggambarkan semangat juang prajurit Dayak dalam
mempertahankan tanah air, harkat dan martabat. Meskipun lebih mewakili keperkasaan
laki-laki, tari ini sering juga dimainkan oleh perempuan.
Seperti layaknya prajurit Dayak, para penari menari dengan menggenggam Mandau
(senjata tradisional khas Dayak) serta Talawang (perisai). Mereka mengenakan baju
berupa rompi kulit. Bagian bawahnya mengenakan cawat dan bagian atasnya
dilengkapi penutup kepala berbentuk burung tingang.
Tari Mandau identik dengan gerakan yang energik, ada unsur teatrikal di dalamnya.
Gerakan yang bersemangat didukung oleh alunan musik menghentak dari Garantung.
Alat musik tradisional Dayak ini terbuat dari logam. Konon, Garantung diturunkan
langsung dari kahyangan sebagai alat komunikasi para leluhur.
Tari Balean Dadas
sumber : allaboutborneo.wordpress.com
Suku Dayak dikenal memiliki kearifan lokal yang tinggi. Mereka memiliki banyak tradisi
yang bersifat transenden demi mengupayakan keberkahan kepada Tuhan. Tarian kerap
menjadi bagian dari upacara tradisi Dayak. Salah satunya adalah Tari Balean Dadas,
tarian adat Kalimantan Tengah.
Dalam fungsi aslinya, Balean Dadas merupakan tarian untuk memohon kesembuhan
ketika ada salah seorang warga yang sakit. Nama tari ini merujuk pada dukun
perempuan yang memimpin permohonan kepada Ranying Hatala Langit (Tuhan). Dia
juga ikut menari bersama beberapa penari lainnya.
Hingga saat ini tarian ini masih tetap lestari, namun lebih sebagai tari profan yang
difungsikan untuk penyambutan tamu atau peresmian. Perubahan terjadi seiring
banyaknya cara penyembuhan secara ilmiah. Fungsi penyembuhan masih
dipraktekkan, namun di lingkup suku Dayak pedalaman.
Tari Kayau
sumber : beritagar.id
Kayau merupakan tradisi yang mewarnai sejarah masa lalu suku Dayak. Ini merupakan
tradisi memenggal kepala musuh untuk menunjukkan, salah satunya bahwa orang-
orang Dayak merupakan petarung yang tak kenal rasa takut. Senjata Mandau
memegang peranan penting dalam tradisi ini.
Saat ini, tradisi Kayau hanya dipelihara dengan dirupakan dalam bentuk tarian. Tarian
Kayau ada, termasuk di Kalimantan Tengah. Meski demikian, keberadaan tari ini masih
dianggap tabu dan tidak bisa sembarangan memainkannya. Sebagai ganti kepala
manusia, dipenggallah kepala babi.
sumber : sebentarsaja.com
Dua nama tersebut benar-benar melegenda. Selain juga sebagai julukan provinsi
Kalimantan Tengah, Tambun Bungai juga diabadikan menjadi nama Kodam XI Tambun
Bungai dan sekolah tinggi STIH Tambun Bungai. Termasuk juga dirupakan dalam
bentuk tarian yang mengisahkan perjuangan keduanya, khususnya dalam mengusir
musuh yang akan merampas panen rakyat.
Tari Manganjan
Tari Manganjan merupakan salah satu jenis tarian adat Kalimantan Tengah. Sebuah
tari ritual sebagai bagian dari Upacara Tiwah yang dilaksanakan Suku Dayak Ngaju.
Tiwah sendiri bertujuan untuk mengantarkan roh leluhur mencapai lewu liau atau sorga
sehingga keluarga dapat terlepas dari pali belum atau pantangan yang masih terikat
akibat kematian.
Tarian Hugo dan Huda merupakan tarian dari Kalimantan Tengah yang termasuk dalam
tarian ritual. Tari ini ditujukan sebagai permohonan kepada para dewa agar berkenan
menurunkan hujan ke bumi. Biasanya tarian Hugo dan Huda dilakukan apabila telah
berlangsung musim kemarau yang cukup lama.
Tari Deder
Tarian Deder merupakan tari pergaulan. Deder berarti menyanyi menurut pengertian
dalam bahasa Dayak Ngaju. Sehingga menari Deder adalah menari sambil bernyanyi.
Penarinya membawakan tari sambil melantunkan pantun-pantun secara bersahut-
sahutan. Tidak jarang tari ini merupakan ajang percintaan di kalangan muda-mudi.
3. Rumah Adat Kalimantan Tengah
Sumber: http://3.bp.blogspot.com/
Rumah Betang adalah rumah adat yang berasal dari Kalimantan Tengah.
Rumah ini dibuat tidak hanya sebagai tempat tinggal, melainkan memiliki nilai adat yang
dijunjung tinggi oleh masyarakatnya.
Rumah Betang memiliki beberapa fungsi, di antaranya untuk melindungi penghuni dari
binatang buas, menghindari dari terjadinya banjir, dan melindungi penghuni dari serangan
musuh.
Bentuknya yang memanjang memungkinkan agar rumah tersebut bisa menampung banyak
orang. Biasanya satu Rumah Betang ditinggali 5 sampai 30 kepala keluarga. Jumlah
maksimal yang bisa ditampung Rumah Betang adalah 150 orang.Banyaknya kepala
keluarga yang bisa ditampung memudahkan mereka untuk saling berkomunikasi dan
membantu.Umumnya, Rumah Betang dibangun dengan meghadap timur dan hilir
menghadap barat. Hal ini menjadi simbol masyarakat Dayak dengan filosofi hulu
menghadap timur yang bermakna kerja keras sedini mungkin. Sedangkan hilir menuju barat
bermakna tidak akan berhenti bekerja sebelum matahari tenggelam.
Ruangan pada Rumah Betang bisa dibagi menjadi 3 bagian, yaitu ruang utama, ruang
bunyi gong, serta ruang ragawi yang tidak terlihat.
Ruang utama adalah ruangan yang menghubungkan manusia dengan alam surgawi.
Ruangan kedua adalah ruangan yang menghubungkan manusia dengan penghuni surgawi.
Sedangkan ruangan ketiga adalah ruangan surgawi itu sendiri yang juga digunakan
sebagai ruangan ragawi.
Melalui indetifikasi ruangan-ruangan yang ada pada Rumah Betang dan memahami bagian-
bagian bangunannya secara arsitektural, serta menghubungkannya dengan cara
berangkatnya roh ke alam surgawi dalam ritual tabuh pada upacara Tiwah dapat dipahami
bahwa makna ruang pada arsitektur Rumah Betang Suku Dayak di Kalimantan Tengah
merupakan gambaran akan dua ruang yaitu ruang manusia dan ruang surgawi, yang tidak
mengenal ruang bagi pendosa.
Nama, Ciri Khas, Dan Gambar Rumah Adat Kalimantan Tengah
S
umber: https://pbs.twimg.com/
Rumah Betang Muara Mea terletak di Gunung Purei, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan
Tengah.
Rumah ini dibangun dengan tujuan melestarikan budaya yang ada di daerah tersebut.
Rumah Betang Muara Mea awalnya sangat sederhana, tetapi memiliki nilai budaya yang
sudah semestinya dilestarikan oleh masyarakat.
Kini, pemerintah sudah menambahkan bangunan dapur di Rumah Betang Muara Mea
supaya isinya lebih lengkap.
S
umber: http://berjalanjalan.com/
Di wilayah Barito Utara terdapat rumah adat yang dinamai Rumah Betang Tambaba.
Rumah ini juga merupakan rumah adat yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Bahan
utama pembuatan bangunan rumah ini berasal dari alam, yaitu kayu ulin.
Tiang yang digunakan untuk menyangga Rumah Betang Tambaba juga terbuat dari kayu
ulin.
Pembagian ruangan dalam Rumah Betang Tambaba tidak pernah berubah sejak dahulu
hingga sekarang.Hal tersebut selalu dilestarikan oleh masyarakat Dayak.
3. Rumah Betang Toyoi
S
umber: https://services.sportourism.id/
Upacara adat ini berguna untuk mengusir roh jahat sebelum masuk ke dalam Rumah
Betang Toyoi.
Rumah ini diberi nama sesuai dengan pendirinya, yaitu Toyoi Panji.
Seperti Rumah Adat Kalimantan Tengah pada umumnya yang dibangun dengan kayu ulin,
Rumah Betang Toyoi pun demikian.
Kayu ulin yang digunakan untuk membangun rumah ini usianya bisa mencapai 150 tahun.
Rumah Betang Toyoi telah mengalami pemugaran sampai beberapa kali, tapi keasliannya
masih tetap terjaga.
Bagian dalam Rumah Betang Toyoi dibuat menggunakan kayu ulin, sedangkan bagian
luarnya dilapisi dengan kulit kayu ulin.
Rumah Betang Toyoi juga menggunakan tiang dengan bentuk bulat persegi yang semakin
menambah keunikan rumah tersebut karena tiang yang bisa dibentuk sedemikian rupa
hanya dengan alat yang sederhana tanpa paku sekalipun.
Sumber: http://sejarah.dapobud.kemdikbud.go.id/
Karakteristik Rumah Adat Kalimantan Tengah ini hampir sama seperti Rumah Betang lain,
yaitu menghadap ke Sungai Kahayan.
Rumah ini dibangun pada tahu 1868 oleh Tamanggung Runjan yang merupakan penduduk
Tehwan.
Saat situs Rumah Betang Damang Batu ditemukan, ia hanya berbentuk persegi empat
memanjang, namun sekarang hanya tersisa tiang-tiangnya saja karena termakan usia.
Sumber: http://3.bp.blogspot.com/
Sekarang ini sudah jarang ditemukan Rumah Betang yang merupakan tempat tinggal Suku
Dayak asli.
Banyak Rumah Betang ditemukan telah mengalami pemugaran dan dibangun kembal.
Berbeda dengan fakta tersebut, Rumah Betang Desa Tumbang Bukoi justru masih
dibangun dengan menyesuaikan dengan rumah struktur aslinya.
Rumah Betang Desa Tumbang Bukoi masih dibangun dengan menggunakan kayu ulin,
sama seperti Rumah Adat Kalimantan Tengah pada umumnya.
Rumah inidigunakan secara komunaloleh masyarakat Dayak sehingga mereka lebih mudah
berkomunikasi dan saling membantu.
Sumber: https://i.ytimg.com/
Rumah Betang Sei Pasah berada di Desa Sei Pasah, Kapuas Hilir, Kalimantan Tengah.
Rumah adat ini juga mengalami pemugaran karena saat ditemukan hanya tersisa bagian
tiangnya saja.
Pada awalnya Rumah Betang Sei Pasah dimiliki oleh Talining E. Toepak.
Karena keterbatasan kayu ulin dan kayu besi, ketika dibangun kembali rumah ini
menggunakan bahan-bahan modern.
Meskipun demikian, Rumah Betang Sei Pasah tetap meninggalkan susana Suku Dayak
masa lalu di dalamnya.
Pada bagian belakang rumah adat ini terdapat kuburan atau sanding.
Kepercayaan agama Kaharingan mempercayai bahwa tulang manusia akan dikumpulkan
dan diletakkan pada sadung.
Ada juga patung penjaga seperti sebuah ucapan selamat datang yang sekarang ini sudah
dijadikan museum.
Pada awalnya, pembangunan rumah baru tersebut mengambil contoh dari Rumah Betang
yang ada di Antang Kalang, namun akhirnya tidak jadi dan disesuaikan dengan kondisi
terbatasnya kayu ulin.
Sumber: https://cdn.idntimes.com/
Rumah Betang Pasir Panjang terletak di daerah Pangkalan Bun, ibu kota Kabupaten
Kotawaringin Barat.
Tradisi leluhur masih dipegang dengan teguh oleh masyarakatnya bahkan sampai
sekarang.
Jika berkunjung ke daerah rumah adat tersebut, banyak kegiatan adat istiadat yang
disuguhkan, seperti upacara adat kesenian, hingga tari-tarian.
Rumah Betang Pasir Panjang termasuk masih alami karena bahan baku utama pembuatan
dan struktur rumah masih sama dengan aslinya.
8. Huma Gantung
Sumber: https://folksofdayak.files.wordpress.com/
Huma Gantung juga merupakan salah satu Rumah Adat Kalimantan Tengah.
Dalam bahasa Dayak, huma memiliki arti rumah, sedangkan gantung memiliki arti tinggi
yang digunakan sebagai tempat tinggal bagi Suku Dayak pada zaman dahulu.
Tinggi tiang yang digunakan adalah 4 m, namun ada juga yang lebih tinggi dan dilengkapi
dengan tangga sebanyak 2 atau 3 susun.
Huma Gantung berbeda dengan Rumah Betang baik dari sisi luas maupun struktur
bangunannya.
Huma Gantung tidak terlalu besar, namun tiang penyangganya lebih tinggi dari Rumah
Betang.
Meskipun banyak yang sudah dipugar dengan sentuhan modern karena kurangnya bahan
baku, adat yang dipegang masyarakat membuat nilai filosofis dari rumah tersebut tetap
terasa.
Namun suku Dayak Ngaju merupakan suku yang mendominasi wilayah ini dengan
jumlah sekitar 47%, selebihnya adalah suku banjar serta suku suku lain yang datang
dari luar daerah Kalimantan Tengah.
Salah satu budaya dan peradaban suku Dayak Ngaju adalah pakaian adatnya. Untuk
mengetahui seperti apa keunikan dari pakaian adat ini dan bagaimana makna
filosofisnya. Serta apakah para pengantin suku Dayak Ngaju mengenakan pakaian ini
adat ini.
Baju Sangkarut
Baju Sangkarut adalah pakaian yang desainnya berbentuk rompi, dan pada jaman
dahulu rompi ini kerap digunakan untuk berperang, dan juga dapat di kenakan pada
saat upacara adat perkawinan.
Penggalan kata Sangka yang berarti Batas, memiliki arti filosofi bahwa pakaian ini
memiliki kekuatan magis yang dipercaya dapat melindungi pemakainya dari segala
gangguan roh halus yang jahat.
Baju Sangkarut dibuat dari bahan kulit nyamu dari kulit pohon pinang puyu, dan pohon
pinang puyu ini sangat banyak di temukan di hutan-hutan tropis seperti yang ada di
Kalimantan Tengah dan sekitarnya.
Ciri dari kulit nyamu ini yaitu memiliki struktur kulit yang keras sehingga dapat diolah
dan dibentuk menjadi rompi, selain dari bahan kulit pinang puyu pakaian adat
Kalimantan Tengah ini juga dapat dibuat dari bahan serat tenggang dan kulit nanas,
Baju Sangkarut dihias dengan lukisan menggunakan cat warna dari bahan-bahan alam
seperti ;
Untuk warna hitam dibuat dari bahan jelaga, warna kuning dari kunyit, warna putih dari
tanah putih yang dicampur dengan air, dan untuk warna merah dari buah rotan, baju
sangkarut juga diberi aksesoris atau hiasan aneka pernak pernik seperti kulit trenggiling
serta sebagai aksesoris kalung adalah pernak-pernik dari tulang hewan serta uang
logam.
Bagian bawahan pada Baju Sangkarut adalah Ewah atau Cawet, dan dilengkapi
dengan perlengkapan lain berupa senjata tradisional seperti manda, tombak dan
perisai.
Rompi sangkarut akdikan dipakai bersama busana bawahan berupa cawat dan
beragam aksesoris perang lain berupa senjata tradisional misalnya tombak, mandau,
dan perisai. Beraneka ragam jenis kalung dari tulang hewan atau logam juga dikenakan
sebagai aksesoris.
Keberadaan rompi sangkarut pada saat ini sudah semakin langka karena masyarakat
Dayak Ngaju mulai mengenal ilmu tekstil sehingga mulai beralih ke jenis pakaian yang
lebih nyaman dipakai. Walaupun begitu masih tetap ada beberapa masyarakat yang
masih berusaha menjaga kelestarian pakaian adat yang unik ini.
Konon, hiasan ini bukan sembarang hiasan, tetapi memiliki daya kekuatan tersendiri.
Silahkan baca: Daya Magis Rompi Sangkarut
Selain berupa rompi sangkarut, suku Dayak Ngaju sebenarnya mempunyai beberapa
macam pakaian adat lainnya. Diantaranya adalah sebagai berikut:
Baju Pawang
Sesuai dengan sebutannya, baju pawang hanya dupakai oleh dukun atau ulama dalam
kepercayaan Kaharingan saat memanjatkan doa. Dalam kepercayaan asli suku Dayak
ini, sang dukun diyakini bisa menolong mendatangkan hujan, melindungi diri dari roh
jahat, serta menyembuhkan orang sakit. Baju pawang dibuat dari serat kayu dan dihiasi
dengan umbai-umbaian atau manik-manik.
Baju Tenunan
Dengan masuknya suku bangsa lain, misalnya suku Mandar atau Melayu membuat
masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah pada jaman dahulu mengenal seni menenun.
Mereka mulai belajar menenun kain dari bahan serat alami misalnya serat nenas, serat
nyamu, dan serat tumbuhan lain.
Baju Tenunan Kalimantan Tengah
Kain tenunan tersebut juga dilengkapi dengan motif-motif khusus dan cukup unik,
misalnya motif segitiga, motif flora, fauna, motif alam, dan sebagainya. Tetapi, baju
tenunan tersebut pada saat ini sudah punah.
Baju Berantai
Penelitian terkini mendapatkan bahwa suku Dayak Ngaju pada perkembangannya juga
mengenal baju zirah. Baju khusus untuk berperang tersebut terbuat dari untaian besi.
Diperkirakan, keberadaan baju ini disebabkan oleh pengaruh budaya luar, utamanya
dari budaya suku Moro Filiphina.
5. Senjata Tradisional Kalimantan Tengah
1. Senjata Tradisional Kalimantan Tengah – Sumpit / Sipet
Sumber : 3.bp.blogspot.com
Sumpit atau dalam bahasa Kalimantan Tengah disebut Sipet ini merupakan senjata
tradisional yang dipergunakan dalam pertempuran, berburu, hingga sebagai senjata
pembunuh secara diam-diam. Jika disepertikan yaitu seperti sniper tetapi versi
tradisionalnya, hehe.
Cara menggunakan senjata ini yaitu dengan cara ditiup. Layaknya sniper, sumpit ini
dapat digunakan sebagai senjata jarak jauh dan memiliki akurasi tembak mencapai 200
meter. Sumpit yang terdiri dari tabung bambu dan kayu yang panjangnya sekitar 1-3 m,
dilengkapi dengan anak sumpit sebagai peluru yang berbentuk bulat dengan diameter
kira-kira 1 cm.
Anak sumoit atau damek ini bisa terbuat dari bambu yang salah satunya berbentuk
kerucut dan terbuat dari kayu yang massanya ringan (kayu pelawi) yang berfungsi agar
anak sumpit dapat melesat dengan lurus juga sebagai penyeimbang saat lepas
ditiupkan buluh.
Sedangkan ujung lainnya berbentuk runcing dan diberikan racun yang mematikan untuk
berburu binatang buruan. Racunnya pun terbuat dari getah tumbuh-tumbuhan hutan
yang hingga saat ini belum ada penawarnya. Serem juga ya senjata tradisional ini.
Karena cara kerjanya ditiup, untuk menentukan sejauh mana jarak anak sumpit itu
melesat, ditentukan dengan seberapa kuat tidaknya nafas saat ditiupkan. Mungkin
kalau kita yang meniupnya (pemula) hanya akan melesat 1 meter saja. Mau mencoba
senjata tradisional ini? Siapkan nafas yang kuat ya.
Sumber : 1.bp.blogspot.com
Duhung yang merupakan senjata tradisional suku dayak ini dipercaya merupakan
senjata tertua suku dayak. Pemilik awal senjata ini juga memang tidak sembarang
orang, hanya raja-raja dan leluhur orang dayak. Seperti Raja Sangiang, Raja Sangen,
dan Raja Bunu.
Menurut legenda, ketiga raja tersebut mempunyai duhung yang berbeda. Duhung milik
Raja Sangiang dan Raja Sangen terbuat dari besi yang dapat mengapung. Sedangkan
duhung milik Raja Bunu terbuat dari besi yang tidak dapat mengapung. Duhung jenis ini
biasa disebut dengan leteng.
Duhung yang memiliki ukuran sekitar 50-75 cm ini pada jaman dahulu digunakan
sebagai alat untuk berburu dan bercocok tanam. Dalam perkembangannya, untuk saat
ini duhung tidak lagi berfungsi dan dipergunakan sebagai senjata, tetapi dijadikan
sebagai benda pusaka yang dipajang dan disimpan.
Sumber : 2.bp.blogspot.com
Mandau merupakan senjata tradisional yang sudah dikenal sebagai senjata masyarakat
suku dayak dari Kalimantan. Mandau merupakan sejenis parang dengan panjang kira-
kira 1/2 meter. Mandau sendiri berasal dari kata “Man”, yaitu salah satu suku di China
bagian selatan dan ‘Dao’ yang berarti golok dalam bahasa China. Senjata yang berasal
dari Suku Dayak ini rupanya dibuat oleh pandai besi yang mempunyai ilmu gaib.
Mandau juga mempunyai ciri khas, yaitu adanya ukiran-ukiran pada bagian bilahnya
yang tidak tajam. Banyak juga dijumpai ada tambahan lubang-lubang di bilahnya yang
ditutup dengan kuningan atau tembaga dengan maksud untuk memperindah bilah
mandau.
Ternyata, mandau terdiri dari dua macam, yakni mandau tampilan dan mandau biasa.
Biasanya, mandau versi tampilan digunakan untuk perang dan upacara. Sedangkan
mandau biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari.
6. Makanan khas Kalimantan Tengah
1. Umbut Rotan
Umbut rotan adalah makanan dari Kalimantan Tengah yang terbilang sangat unik. Kuliner
asli dari Suku Dayak ini menjadikan rotan sebagai bahan utama dari menu ini. Umbut Rotan
juga dikenal dengan sebutan nama uwut nang’e.
Rotan yang biasanya dijadikan sebagai pengganti kayu namun di Suku Dayak dijadikan
menjadi salah satu dari sajian kuliner. Namun rotan yang dipakai dalam masakan ini adalah
rotan yang masih muda.
Kulit rotan dibuang lalu rotan dipotong kecil-kecil lalu dimasak dengan menggunakan
campuran terong dan ikan baung. Rasa dari masakan ini cukup bercampur dari asam, manis,
gurih, dan terdapat juga rasa pahit.
Bagi suku Dayak makanan ini adalah makanan yang wajib ada saat terdapat perayaan atau
terdapat acara-acara syukuran. Makanan ini juga menjadi makanan yang paling diburu oleh
para turis yang datang ke daerah Kalimantan Tengah.
3. Wadi
Wadi adalah makanan khas Kalimantan Tengah yang sangat khas karena rasanya. Makanan
ini terbuat dari daging ikan atau daging babi namun pada biasanya menggunakan daging
ikan.
Makanan ini memiliki proses pembuatan yang lumayan lama yaitu setidaknya butuh 5 hari
untuk menjadi makanan ini dari bahan mentah menjadi makanan yang siap santap.
Daging yang telah dibersihkan dicampur dengan garam dan didiamkan selama 10 jam lalu
dikeringkan dan dicampur kembali dengan sa’mu dan disimpan didalam tempat yang kedap
udara seperti stoples, atau kotak kaca sampai 5 hari.
Barulah setalah itu baru daging yang disimpan tersebut dapat diolah kembali dengan cara
digoreng dan dicampur dengan berbagai bumbu khusus untuk makanan ini.
4. Kalumpe
Kalumpe adalah sajian kuliner yang sehat dari Suku Dayak. Kalumpe biasa dikenal juga
dengan sebutan karuang. Kalumpe hanya menggunakan daun singkong sebagai bahan
utamanya.
7. Alat Musik Tradisional Kalimantan Tengah
1. Sarun / Saron
Masyarakat suku Dayak sangat tahu tentang alat musik pukul jeni Gendang, alat musik
yang masuk kategori membranophone untuk mengiringi tarian dan lagu daerah yang
dinyanyikan. Maka dari itu, alat musik pukul sangat terkenal pada kalangan mereka
karena bunyi yang dikeluarkan membawa semangat atau memang sesuai dengan
suasana acara adat disana.
Alat musik jenis gendang dari Kalimantan tengah ini adalah pelengkap musik yang
sering dipasangkan dengan instrumen musik lain.
2. Suling Balawung
Selain Suling Balawung, ada juga Suling bahalang yang dibuat dari bambu yang
mempunyai 7 buah lubang. Penggunaan suling ini sedikit mirip dengan memakai suling
lain yang seringnya menggunakan kedua tangan untuk mengatur nada yang akan
dikeluarkan dengan cara menutup lubang di bagian atas.
Untuk menggunakan Serupai anda harus tahu sedikit tentang harmonika dengan teknik
meniup serta menarik udara dengan teratur, agar anda tak perlu berhenti untuk
mengambil nafas. Pemain Serunai hanya pria dan jika dipakai di upacara, pemain alat
musik ini hanya 1 orang saja.
5. Katambung
6. Garantung
Bunyi yang dikeluarkan Garantung mempunyai getaran yang pendek, selain itu teknik
menggunakan dan jumlah alat musik yang dimainkna juga berbeda. Garantung
digunakan dengan menggunakan cara memukul dengan memakai pemukulnya yang
dibuat dengan kayu yang dilapisi kain di bagian ujung agar tidak merusak Garantung.
Hampir di setiap upacara ritual Garantung digunakan, selain untuk alat musik yang
mendominasi saat upacara. Garantung juga dimainkan untuk mengiringi Balian saat
menyanyikan mantra atau saat menari, memanggil masyarakat sampai menandakan
adanya acara yang dilaksanakan pada daerah itu.
7. Japen
Japen adalah alat musik tradisional yang dipetik ini asalnya dari Kalimantan Tengah
dan lumayan populer di pengetahuan masyarakat. Japen mempunyai dawai dan
bentuknya layaknya gitar, dengan hiasan untuk memberikan tanda bahwa alat musik ini
adalah alat musik dari Kalimanatn Tengah.
8. Salung