Anda di halaman 1dari 2

.3.

Kerajaan di Kalimantan

Selain di Sumatra dan di Jawa, di Kalimantan terdapat juga beberapa kerajaan yang bercorak
Islam. Kerjaan-kerajaan Islam yang ada di Kalimantan, antara lain Kesultanan Pasir, Kesultanan Banjar,
Kesultranan Kota Waringin, Kerajaan Pagatan, Kesultanan Sambas, Kesultanan Kutai Kartanegara,
Kesultanan Berau, Kesultanan Sambaliung, Kesultanan Gunung Tabur, Kesultanan Pontianak, Kesultanan
Tidung, dan Kesultanan Balungan. Berikut beberapa kerajaan di Kailmanyanm yang bercorak Islam.

a. Kerajaan Pontianak
Kerajaan yang terletak di Kalimantan Barat, antara lain Tanjungpura dan Lawe. Menurut
berita musafir Portugis, Tanjungpura dan Lawe sudah mempunyai kegiatan dalam perdagangan,
baik dengan malaka maupun jawa. Bahkan kedua daerah yang diperintahkan oleh Pate tunduk
kepada kerajaan di jawa yang diperintah oleh Pati Unus.
Pada abad ke-17 Kerajaan Tanjungpura dan Lawe berada di bawah pengaruh kekuasaan
kerajaan mataram terutama dalam upaya perluasan politik dalam menghadapi ekspansi politik
VOC.
Walaupun tidak diketahui dengan pasti kehadiran islam di Pontianak, ada
pemberitahuan bahwa sekitar abad ke 18 atau tahun 1720 ada rombongan pendakwah dari
Tarim (Hadramaut) yang diantaranya datang ke Kalimantan barat untuk mengajarkan membaca
alquran, ilmu fiqih dan ilmu hadis. Salah satu pendakwah itu adalah syarif idrus bersama anak
buahnya pergi ke mempawah, kemudian menelusuri sungai kea rah laut memasukai Kapuas
Kecil dan samlailah ke suatu tempat yang menjadi cikal bakal kota Pontianak. Selanjutnya , syarif
idrus diangkat menjadi pemimpin dengan gelar syarif idrus bin Abdurrahman al-aydrus.

Berita lain mengatakan bahwa pendakwah dari tarim (hamdramaut) yang


mengajarkan islam dan datang ke Kalimantan bagian barat terutama di sukadana adalah habib
husin al-gadri. Semula habib husin al-gadri singgah di aceh. Kemudian ke jawa. Sampai di
semarang bertemu dengan pedagang arab yang bernama syekh. Habib husin al gadri, kemudian
berlayar ke sukadana. Habib husin al-gadri mendapatkan banyak simpati dari raja (sultan
matan) dan rakyatnya. Selanjutnya, habib husin al-gadri pindah dari matan ke mempawah untuk
meneruskan syiar islam.
Setelah beliau wafat digantikan putranya yang bernama pangeran sayid Abdurrahman
nurul alam. Beliau pergi dengan sejumlah rakyatnya ke tempat yang kemudian dinamakan
Pontianak. Di tempat inilah didirikan keratin dan masjid agung.

b. Kerajaan Banjar (Banjarmasin)


1) Letak Kerajaan
Kerajaan Banjar terletak di daerah Kalimantan selatan, pusatnya di daerah hulu
sungai nagara di amuntai. Diperkirakan kerajaan banjar berdiri pada pertengahan
abad le-16.
2) Sumber Sejarah
a) Hikayat Banjar dan kronik Banjarmasin, menceritakan tentang kehidupan di
kerajaan banjar.
b) Negarakertagama, menceritakan mengenai hubungan kerajaan dha sebagai
kerajaan sebelum kerajaan banjar dengan majapahit.
3) Kehidupan Politik
Berikut adalah raja-raj yang pernah memerintahkan di kerajaan banjar.
a) Sultan Suryanullah atau Raden Samudra (1520-1546 M)
Sultan Suryanullah merupakan raja banjar pertama. Pada masa
pemerintahannya, Sultan Suryanullah meluasakan kekuasaan kerajaan banjar
hingga ke sambas, batanglawai, sukadana, kotawaringin, sampit, madawi, dan
sambangan.
b) Sulatan Hidayatullah (1546-1570M)
Sultan Rahmatullah adalah anak tertua Sultan Suryanullah. Pada masa
pemerintahan sultan ini, Sultan Rahmatullah masih membayar upeti kepada
Demak yang pada saat itu sudah menjadi kerajaan pajang.
c) Sultan Hidayatullah (1570-1595 M)
Sultan Hidayatullah adlah anak Sultan Rahmatulaah. Pada masa pemerintahan
nya didampingi oleh patih kiai anggadipa.
d) Sultan Marhum Panembahan atau Sultan Mustain Billah (1595-1641M)
Pada masa pemerintahannya, ibu kota kerajaan dipindahkan ke amuntai. Nama
sultan mustain sangat disegani oleh kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Sulatan
Marhum mempunyai 50.000 prajurit sehingga dengan kekuatannya tersebut,
kerajaan banjar dapat membendung pengaruh mataram dan dapat menguasai
kerajaan-kerajaan yang ada di Kalimantan tenggara, tengah, dan barat.
Akibat terbunuhnya penguasa Belanda (Gillis Michielse-Zoon), pada
tanggal 7 Juni 1607 terjadi perselisihan antara Banjar dan Belanda. Belanda
menyerang Banjar dan Sultan Mustain memindahkan pusat kerajaan ke Kayu
Tangi.
e) Sultan Adam (1825-1857 M)
Pada masa pemerintahan sulatan adam terjadi berbagai perselisihan, baik di
kalangan intern kerajaan maupun dengan pihak Belanda dan Inggris. Sejak
Sulatan Adam wafat, belanda selalu mencampuri urusan kerajaan. Pergantian
kekuasaan banyak ditentukan oleh belanda. Hal tersebut menimbulkan
pertengahan di antara anggota keluarga kerajaan serta keresahan di antara para
tokoh dan masyarakat banjar sehingga timbullah berbagai perlawanan terhadap
belanda. Antar tahun 1859-1863 merupakan puncak perjuangan banjar. Dari
perlawanan tersebut muncul tokoh-tokoh perlawanan, seperti pangeran
antasari, pangeran demang leman, dan haji nasrun.

Anda mungkin juga menyukai