1. 1. Kerajaan Banjar Kesultanan Banjar atau Kesultanan Banjarmasin sebuah kesultanan wilayahnya saat
ini termasuk ke dalam provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Pusat Kerajaan Banjar yang pertama
adalah daerah di sekitar Kuin Utara, kemudian dipindah ke martapura setelah keraton di Kuin
dihancurkan oleh Belanda. Ketika ibukotanya masih di Banjarmasin, maka kesultanan ini disebut
Kesultanan Banjarmasin. Kesultanan Banjar merupakan penerus dari Kerajaan Negara Daha yaitu
kerajaan Hindu yang beribukota di kota Negara, sekarang merupakan ibukota kecamatan Daha Selatan,
Hulu Sungai Selatan.
2. 2. Asal Usul Kerajaan Banjar Kemunculan Kerajaan Banjar tidak lepas dari melemahnya pengaruh
Negara Daha sebagai kerajaan yang berkuasa saat itu. Tepatnya pada saat Raden Sukarama
memerintah Negara Daha, menjelang akhir kekuasaannya dia mewasiatkan tahta kekuasaan Negara
Daha kepada cucunya yang bernama Raden Samudera. Akan tetapi, wasiat tersebut ditentang oleh
ketiga anak Raden Sukarama yaitu Mangkubumi, Tumenggung dan Bagulung. Setelah Raden
Sukarama wafat, Pangeran Tumenggung merebut kekuasaaan dari pewaris yang sah yaitu Raden
samudera dan merebut tahta kekuasaan Negara Daha. Berkat pertolongan Arya Taranggana,
mangkubumi kerajaan Daha, Raden Samudera berhasil lolos ke hilir sungai Barito, kemudian ia dijemput
oleh Patih Masih (Kepala Kampung Banjarmasih) dan dijadikan raja Banjarmasih sebagai upaya
melepaskan diri dari Kerajaan Negara Daha dengan mendirikan bandar perdagangan sendiri dan tidak
mau lagi membayar upeti.
3. 3. Setelah menjadi Raja di Banjarmasih, Raden Samudera dianjurkan oleh Patih Masih untuk meminta
bantuan Kerajaan Demak. Permintaan bantuan dari Raden Samudera diterima oleh Sultan Demak,
dengan syarat Raden Samudera beserta pengikutnya harus memeluk agama Islam. Syarat tersebut
disanggupi Raden Samudera dan Sultan Demak mengirimkan kontingennya yang dipimpin oleh Khatib
Dayan. Setibanya di Banjarmasih, kontingen Demak bergabung dengan pasukan dari Banjarmasih untuk
melakukan penyerangan ke Negara Daha di hulu sungai Barito. Setibanya di daerah yang bernama
Sanghiang Gantung, pasukan Bandarmasih dan Kontingen Demak bertemu dengan Pasukan Negara
daha dan pertempuran pun terjadi. Pertempuran ini berakhir dengan suatu mufakat yang isinya adalah
duel antara Raden samudera dengan Pangeran Tumenggung. Dalam duel itu, Raden Samudera tampil
sebagai pemenang dan pertempuran pun berakhir dengan kemenangan banjarmasin.
4. 4. Keadaan Agama dan Sosial Kerajaan Banjar Pembauran penduduk Banjarmasih yang terdiri dari
rakyat Negara Daha, Melayu, Dayak dan orang jawa (kontingen dari Demak) menggambarkan
bersatunya masyarakat di bawah pemerintahan Raden Samudera. Pengumpulan penduduk di
banjarmasih menyebabkan daerah ini menjadi ramai, ditambah letaknya pada pertemuan sungai barito
dan sungai martapura menyebabkan lalu lintas menjadi ramai dan terbentuknya hubungan
perdagangan. Raden Samudera akhirnya menjadikan Islam sebagai agama negara dan rakyatnya
memeluk agama Islam. Gelar yang dipergunakan oleh Raden Samudera sejak saat itu berubah menjadi
Sultan Suriansyah. Kerajaan Banjar pertama kali dipimpin oleh Sultan Suriansyah ini.
5. 5. Wilayah Kerajaan Banjar Kerajaan Banjar semakin berkembang dan lama kelamaan luas wilayahnya
semakin bertambah. Kerajaan ini pada masa jayanya membentang dari banjarmasin sebagai ibukota
pertama, dan martapura sebagai ibukota pengganti setelah banjarmasin direbut belanda, daerah tanah
laut, margasari, amandit, alai, marabahan, banua lima yang terdiri dari Nagara, Alabio, Sungai Banar,
Amuntai dan Kalua serta daerah hulu sungai barito. Kerajaan semakin diperluas ke tanah bumbu, Pulau
Laut, Pasir, Berau dan kutai di panati timur. Kotawaringin, Landak, Sukadana dan sambas di sebelah
barat. Semua wilayah tersebut adalah Wilayah Kerajaan Banjar (yang apabila dilihat dari peta zaman
sekarang, Kerajaan Banjar menguasai hampir seluruh wilayah kalimantan di 4 provinsi yang ada).
Semua wilayah tersebut membayar pajak dan upeti. Semua daerah tersebut tidak pernah tunduk karena
ditaklukkan,tetapi karena mereka mengakui berada di bawah Kerajaan Banjar, kecuali daerah pasir yang
ditaklukkan pada tahun 1663
6. 6. Keadaan Politik Kerajaan Banjar Kerajaan Banjar yang berdiri pada 24 september 1526 sampai
berakhirnya perang Banjar yang merupakan keruntuhan kerajaan Banjar memiliki 19 orang raja yang
pernah berkuasa. Sultan pertama kerajaan Banjar adalah Sultan Suriansyah (1526 - 1545), beliau
adalah raja pertama yang memeluk Agama Islam. Raja terakhir adalah Sultan Mohammad Seman (1862
- 1905), yang meninggal pada saat melakukan pertempuran dengan belanda di puruk cahu. Sultan
Suriansyah sebagai Raja pertama mejadikan Kuin Utara sebagai pusat pemerintahan dan pusat
perdagangan Kerajaan Banjar. Sedangkan Sultan Mohammad Seman berkeraton di daerah manawing -
puruk cahu sebagai pusat pemerintahan pelarian.
7. 7. berikut adalah rincian Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Banjar: 1. Pangeran Samudra
yang kemudian bergelar Sultan Suriansyah, Raja pertama yang memeluk Islam. 2. Sultan Rahmatullah
3. Sultan Hidayatullah 4. Sultan Mustain Billah, Marhum Penambahan yang dikenal sebagai Pangeran
Kecil. Sultan inilah yang memindahkan Keraton Ke Kayutangi, Martapura, karena keraton di Kuin yang
hancur diserang Belanda pada Tahun 1612. 5. Ratu Agung bin Marhum Penembahan yang bergelar
Sultan Inayatullah 6. Ratu Anum bergelar Sultan Saidullah 7. Adipati Halid memegang jabatan sebagai
Wali Sultan, karena anak Sultan Saidullah, Amirullah Bagus Kesuma belum dewasa 8. Amirullah Bagus
Kesuma memegang kekuasaan hingga 1663, kemudian Pangeran Adipati Anum (Pangeran Suriansyah)
merebut kekuasaan dan memindahkan kekuasaan ke Banjarmasin 9. Pangeran Adipati Anum setelah
merebut kekuasaan memindahkan pusat pemerintahan Ke Banjarmasin bergelar Sultan Agung
8. 8. 10. Sultan Tahlilullah berkuasa 11. Sultan Tahmidullah bergelar Sultan Kuning 12. Pangeran Tamjid
bin Sultan Agung, yang bergelar Sultan Tamjidillah 13. Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah 14.
Pangeran Nata Dilaga sebagai wali putera Sultan Muhammad Aliuddin yang belum dewasa tetapi
memegang pemerintahan dan bergelar Sultan Tahmidullah 15. Sultan Suleman Al Mutamidullah bin
Sultan Tahmidullah 16. Sultan Adam Al Wasik Billah bin Sultan Suleman 17. Pangeran Tamjidillah 18.
Pangeran Antasari yang bergelar Panembahan Amir Oeddin Khalifatul Mu'mina 19. Sultan Muhammad
Seman yang merupakan Raja terakhir dari Kerajaan Banjar
9. 9. Masa Keruntuhan Kerajaan Banjar runtuh pada saat berakhirnya Perang Banjar pada tahun 1905.
Perang Banjar merupakan peperangan yang diadakan kerajaan Banjar untuk melawan kolonialisasi
Belanda. Raja terakhir adalah Sultan Mohammad Seman (1862 - 1905), yang meninggal pada saat
melakukan pertempuran dengan belanda di puruk cahu. Setelah dikalahkannya Sultan Muhammad
Seman, praktis seluruh wilayah Kerajaan banjar jatuh ke tangan Belanda dan Kerajaan Banjar runtuh.
10. 10. Peninggalan Sejarah Brikut ini adalah beberapa contoh peninggalan sejarah kerajaan banjar, 1. Batu
nisan, misalnya batu nisan sultan suriansyah. 2. Syair, misalnya syair perang banjarmasin. 3. Masjid,
misalnya masjid sultan suriansyah di Kuin 4. Kaligrafi, misalnya kaligrafi di pintu masjid sultan
suriansyah.
Kerajaan Pontianak
3. Kesultanan Kotawaringin.
Kerajaan Kotawaringin adalah sebuah kerajaan Islam (kepangeranan cabang Kesultanan
Banjar) di wilayah yang menjadi Kabupaten Kotawaringin Barat saat ini di Kalimantan Tengah
yang menurut catatan istana al-Nursari (terletak di Kotawaringin Lama) didirikan pada tahun 1615
atau 1530, dan Belanda pertama kali melakukan kontrak dengan Kotawaringin pada 1637, tahun
ini dianggap sebagai tahun berdirinya sesuai dengan Hikayat Banjar dan Kotawaringin (Hikayat
Banjar versi I) yang bagian terakhirnya saja ditulis tahun 1663 dan di antara isinya tentang
berdirinya Kerajaan Kotawaringin pada masa Sultan Mustain Billah. Pada mulanya Kotawaringin
merupakan keadipatian yang dipimpin oleh Dipati Ngganding.
Kesultanan Gunung Tabur (1820). Kesultanan Gunung Tabur adalah kerajaan yang
merupakan hasil pemecahan dari Kesultanan Berau, dimana Berau dipecah menjadi dua, yaitu
Sambaliung dan Kesultanan Gunung Tabur pada sekitar tahun 1810-an. Kesultanan ini sekarang
terletak dalam wilayah kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau, provinsi Kalimantan Timur.