Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Faisal Ariyan Chandra

Kelas : X MIPA 4

Absen : 24

Kerajaan Banjar

Menurut Hikayat Banjar, sebelum menjadi kerajaan bercorak Islam, Banjar merupakan kerajaan
bercorak Hindu di bawah kekuasaan Kerajaan Daha. Seperti islamisasi di wilayah Kalimantan lainnya,
islamisasi di wilayah Kalimantan bagian selatan, khususnya Banjar juga dilakukan oleh beberapa
ulama dari Jawa. Ulama yang berperan penting dalam islamisasi di Banjar yaitu Khatib Dayan dan
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari.
1) Kondisi Geografis

Pusat Kerajaan Banjar diperkirakan terletak di hulu Sungai Nagara, Banjarmasin. Sungai Nagara
berperan penting dalam perkembangan Kerajaan Banjar. Sungai Nagara digunakan sebagai sumber
kehidupan bagi hampir seluruh masyarakat di Kalimantan, baik di Banjarmasin maupun di wilayah
lainnya seperti Balikpapan, Kandangan, dan Amuntai. Daerah sekitar Sungai Nagara merupakan
wilayah paling subur di Kalimantan. Kondisi inilah yang menyebabkan wilayah Sungai Nagara
berkembang menjadi pusat Kerajaan Banjar.
2) Kehidupan Politik

Pada akhir abad XV Kalimantan Selatan masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Daha yang
pada saat itu dipimpin oleh Pangeran Sukarama. la mempunyai tigaorang anak, yaitu Pangeran
Mangkubumi, Pangeran Tumenggung, dan Putri Galuh. Berdirinya Kerajaan Banjar bermula dari
konflik dalam keluarga istana.
Kerajaan Banjar merupakan kelanjutan dari Kerajaan Daha yang beragama Hindu. Berdirinya
Kerajaan Banjar tidak lepas dari adanya konflik internal di keluarga Kerajaan Daha. Konflik terjadi
antara Pangeran Samudera dengan pamannya Pangeran Tumenggung. Dalam Hikayat Banjar
dikisahkan ketika Raja Daha, yaitu Raja Sukarama merasa hampir tiba ajalnya, ia berwasiat agar yang
menggantikan kedudukannya adalah cucunya, yaitu Raden Samudera. Mengetahui keputusan tersebut
Pangeran Tumenggung dari Kerajaan Daha berambisi menjadi penerus Kerajaan Daha. Sepeninggal
Raja Sukarama terjadi perselisihan antara Raden Samudra dan Pangeran Tumenggung.
Perselisihan ini terjadi karena Raden Samudra merasa lebih berhak atas takhta Kerajaan Daha.
Dalam perselisihan ini Raden Samudra meminta bantuan Kesultanan Demak yang berujung
kemenangan. Sesuai perjanjian apabila memperoleh kemenangan Raden Samudra dan seluruh
pengikutnya harus menganut agama Islam. Oleh karena itu, sejak kemenangan atas Daha, Raden
Samudra dan seluruh pengikutnya menjadi pemeluk Islam. Selanjutnya, Raden Samudra dinobatkan
oleh Sunan Kudus menjadi Sultan pertama Banjar dengan gelar Sultan Suryanullah atau Sultan
Suryansyah. Ia menjalankan pemerintahan di Banjar pada 1526–1545.
Di bawah pemerintahan Sultan Suryanullah Kerajaan Banjar berhasil memperluas wilayah
kekuasaannya hingga Sambas, Batanglawai, Sukadana, Kotawaringin, Sampit, Madawi, dan
Sambangan. Sebagai bentuk ketaatan terhadap Kerajaan Banjar, Sultan Suryanullah meminta daerah-
daerah bawahan tersebut mengirimkan upeti. Setelah Sultan Suryanullah wafat, Kerajaan Banjar di
bawah pemerintah Sultan Rahmatullah. Pada masa pemerintahan Sultan Rahmatullah Kerajaan Banjar
masih menjalin hubungan baik dengan Kerajaan Demak yang ditandai dengan pengiriman upeti.
Sepeninggal Sultan Rahmatullah, Kerajaan Banjar diperintah Sultan Hidayatullah. Tidak banyak
sumber sejarah Kerajaan Banjar yang menjelaskan pemerintahan Sultan Hidayatullah. Pengganti
Sultan Hidayatullah adalah Sultan Mustain Billah. Pada masa ini Sultan Mustain Billah memindahkan
ibu kota Kerajaan Banjar dari hulu Sungai Nagara ke Martapura. Sultan Mustain Billah dianggap
sebagai raja terbesar Banjar karena memiliki kekuatan militer cukup besar dengan 50.000 prajurit.
Kekuatan Kesultanan Banjar tersebut mampu membendung pengaruh politik dari Tuban, Arosbaya,
dan Mataram. Berbekal kekuatan militer tersebut, Sultan Mustain Billah berhasil memperluas wilayah
Kesultanan Banjar hingga wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan
Kalimantan Utara.

3) Kehidupan Ekonomi

kehidupan ekonomi Kerajaan Banjar menitikberatkan pada sektor perdagangan dan pertanian.
Kegiatan perdagangan Banjar cukup berkembang karena letaknya berada di tepi Sungai Nagara.
Komoditas dagang utama kerajaan Banjar yang diperjualbelikan oleh pedagang dari Demak dan Gowa
adalah lada. Selain perdagangan, Sungai Nagara berperan penting dalam kegiatan pertanian masyarakat
Banjar Sungai Nagara memilla debit air cukup deras dan membawa endapan aluvial yang berguna bagi
kegiatan pertanian
Pada 1697 terjadi migrasi pedagang Mataram dari lawa aldbat adanya agresi VOC terhadap
Mataram. Kedatangan Imigran dari lawa culap berpengaruh bagi Banjar. Pelabuhan Banjar menjadi
pusat difusi kebudayaan Jawa. Selain itu, Perang Makassar yang terjadi antara kerajaan Gowa Tallo
dan VOC menyebabkan banyak pedagang memindahkan kegiatan perdagangannya dari pelabuhan
Somba Opu ke Banjar. Aldibatnya, kegiatan perdagangan di Banjar semakin ramai
4) Kehidupan Agama

Raja dan ulama memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di Kerajaan Banjar Pada masa
pemerintahan Sultan Suryanullah Islam menjadi agama resmi kerajaan Perhatian sultan terhadap
agama Islam cukup besar yang dibuktikan dengan pembangunan masjid Kerajaan Banjar sebagai pusat
ibadah umat Islam. Sementara itu, ulama sebagai elite religius juga memiliki peran cukup besar bagi
pemerintahan Kerajaan Banjar. Sultan dan ulama merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan
dalam perkembangan Kerajaan Banjar Hubungan baik antara ulama dan Sultan Suryanullah dijelaskan
dalam kitab Sabilul Muhtadin dan Parukunan yang ditulis atas permintaan Sultan Suryanullah. Dalam
perkembangannya, kedua kitab ini menjadi pedoman hukum Kerajaan Banjar
5) Kehidupan Sosial Budaya

Susunan masyarakat Kerajaan Banjar berbentuk segitiga piramida lapisan teratas adalah
golongan penguasa sebagai golongan minoritas. Orang-orang Belanda berada di lapisan kedua karena
jalinan hubungan baik antara sultan dan Belanda dalam aktivitas perdagangan. Hubungan baik ini
ditandai dengan pemberian keleluasaan bagi orang-orang Belanda untuk melakukan kegiatan
perdagangan tanpa campur tangan pihak kerajaan Keleluasaan orang-orang Belanda terlihat dari
perannya dalam menguasai sektor pertambangan, seperti minyak bumi dan batu bara. Adapun lapisan
terbawah merupakan golongan mayoritas yang terdiri atas rakyat jelata, petani, pedagang, dan nelayan.
Tidak banyak catatan sejarah yang menjelaskan kehidupan budaya Kerajaan Banjar Kebudayaan
Banjar berkaitan erat dengan ajaran Islam. Sultan dan ulama merupakan satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan syariat Islam Hubungan baik antara ulama dan
Sultan Suryanullah dijelaskan dalam kitab Sabilul Muhtadin dan Parukunan

Anda mungkin juga menyukai