Anda di halaman 1dari 12

Tentang

Kesultanan Banjar
Di susun oleh Kelompok 10
Anggota Kami

Reyhan
alfredo
Amelia Srii
sawitre winarsih

Rizki laksamana Monica


saputri
Letak
Kerajaan Banjar berada di Kalimantan Selatan
dengan luas wilayah yang membentang dari Tanjung
Sambar hingga Tanjung Aru. Selama berdiri, pusat
pemerintahan Kesultanan Banjar sempat beberapa
kali berpindah
Berdiri abad
kerajaan Banjar berdiri pada Tahun 1520 dan menjadi
Kesultanan Banjar sejak 1526 Lalu dihapuskan
sepihak oleh Belanda pada 11 Juni 1860. Namun
rakyat Banjar tetap mengakui ada pemerintahan
darurat/pelarian yang baru berakhir pada 24 Januari
1905.
• Sultan Suriansyah (1520-1545 M)
• Sultan Rahmatullah (1545-1570 M)
• Sultan Hidayatullah (1570-1595 M)
• Sultan Mustain Billah (1595-1638 M)
• Sultan Inayatullah (1642-1647 M)
• Sultan Saidullah (1647-1660 M)
• Sultan Ri'ayatullah/Adipati Halid (1660-1663 M)
• Sultan Amirullah Bagus Kesuma (1663-1679 M)
• Sultan Agung/Pangeran Suryanata II (1663-1679 M)


Sultan Amarullah Bagus Kasuma (1679-1708 M)
Sultan Tahmidullah I (1708-1717 M) Raja raja yang
• Panembahan Kusuma Dilaga (1717-1730 M)


Sultan Hamidullah/Sultan Kuning (1730-1734 M)
Sultan Tamjidullah I (1734-1759 M)
memimpin
• Sultan Muhammadillah (1759-1761 M)
• Sultan Tahmidullah II/Sultan Nata Alam (1761-1801 M)
• Sultan Sulaiman al-Mutamidullah (1801-1825 M)
• Sultan Adam Al-Watsiq Billah (1825-1857 M)
• Sultan Tamjidullah II al-Watsiqu Billah (1857-1859 M)
• Pangeran Antasari (1859-1862 M)
• Sultan Muhammad Seman (1862-1905 M)
Masa Kejayaan

Masa Kejayaan dari Kesultanann Banjar terletak pada abad ke-17


pada masa kepemimpinan Sultan Mustain Bilah (1595 sampai
dengan tahun 1620), Sultan Inayatullah (1620 sampai dengan
tahun 1637), dan juga Sultan Saidullah (1637 sampai dengan tahun
1642). Dimana pada masa Sultan Baitullah pusat pemerintahan
dari Kesultanan Banjar dipindah ke Kayuwangi, Martapura.
Kehidupan politik
Kerajaan Banjar merupakan kerajaan yang berdiri akibat bantuan dari Kerajaan Demak. Kesultanan Banjar
menentukan kedudukan raja berasal dari keturunan dan juga kekayaan. Sehingga pemerintahan pada
kesultanan ini bersifat aristokratis, yakni dikuasi oleh para bangsawan dengan raja yang hanya digunakan
sebagai simbol pemersatu.
Penguasa tertinggi yang ada di kerajaan Banjar yakni Sultan, dimana ia mempunyai kekuasaan baik itu
dalam bidang politik dan juga keagamaan. Sedangkan dibawah Sultan ada Putera Mahkota atau biasanya
disebut dengan Sultan Muta.
Putera Mahkota tidak memiliki jabatan khusu, melainkan hanya pembantu dari Sultan. Selanjutnya di
samping Sultan ada yang disebut dengan kaum bangsawan dan Mangkubumi, yang merupakan sebuah
lembaga Dewan Mahkota.
Pembantu Sultan yang mempunyai peran besar dalam roda pemerintahan adalah Mangkubumi. Dimana ia
didampingi oleh menteri Panganan, menteri Pangiwa, dan juga menteri Bumi, bukan hanya itu, ia juga
dibantu oleh 40 orang dari menteri Sikap. Masing-masing tersebut mempunyai bawahan sebanyak 100
orang
Kesultanan Banjar mempunyai peranan sosial yang berbentuk segi tiga piramid. Dimana pada lapisan teratas
ditempati oleh golongan penguasa uang terdiri dari kaum bangsawan, dan juga keluarga raja.
Lapisan kedua ditempati oleh para pemuka agama yang mempunyai tugas dalam bidang hukum keagamaan
dan juga Kerajaan. Dan lapisan yang terakhir yakni ditempati oleh golongan mayoritas yang merupakan para
petani, nelayan, pedagang dan masih banyak lagi.
Pada abad ke-16 sampai dengan abad ke-17 perekonomian yang ada di Kalimantan Selatan mengalami
perkembangan yang pesat. Pada wilayah Banjarmasin masih menjadi kota dagang sehingga bisa menjamin
kemakmuran kerajaan.
Bukan hanya itu, wilayah Kalimantan Selatan juga merupakan wilayah yang strategis, dimana terdapat perairan
yang bisa digunakan sebagai lalu lintas perdagangan.
Sedangkan untuk bidang industri, Kesultanan Banjar merupakan penghasil besi dan logam. Mereka memiliki
kemampuan dan juga keahlian dalam mengecor logam, baik itu berupa perunggu yang bisa menghasilkan
barang-barang dan bisa di ekspor.
Pada abad ke-17 kesultanan terkenal dengan pembuatan kaos dan juga peralatan senjata lainnya, meliputi holo,
kapak, cangkul dan masih banyak lagi. Keahlian kendi yang bisa dijadikan kerajinan juga terus berkembang
secara turun-temurun dan Kesultanan juga dikenal sebagai usaha pertukangan.

Sosial dan ekonomi


Kesultanan Banjar terbagi menjadi 3 golongan, yakni Kelompok Banjar Muara (Suku Ngaju), Kelompok
Banjar Batang Banyu (Suku Maanyan), dan yang terakhir Kelompok Banjar Buku (Suku Bukit).

Budaya Banjar juga mengalami perubahan pada setiap tahunnya, hal tersebut merupakan hasil dari manifestasi
cara berpikir sekelompok manusia dari kurun waktu tertentu.

Masyarakat Banjar merupakan pencampuran dari budaya Melayu dengan budaya bukit dan juga maanyan,
sehingga membentuk sebuah kerajaan Tanjungpura yang menganut agama Buddha.

Pencampuran yang kedua yakni pencampuran dari kebudayaan pertama dengan kebudayaan dari Jawa,
sehingga menghasilkan Kerajaan Negara Dipa yang memiliki agama Buddha.
Kehidupan
Pecampuran yang ketiga adalah perpaduan dengan kebudayaan Jawa dan membentuk kerajaan zmegafa Daha budaya
yang memiliki agama Hindu. Dan yang terakhir merupakan kelanjutan dari Kerajaan Daha yang membentuk
Kerajaan Banjar Islam dan perpaduan suku Ngaku, Maanyan dan Bukit. Perpaduan tersebut menghasilkan
kebudayaan yang ada di dalam Kerajaan Banjar
Peninggalan banjar

Kerajaan Banjar meninggalkan warisan


sejarah yang masih berdiri sampai sekarang
ini. Berikut peninggalan Kerajaan Banjar:
• Candi Agung
• Makam Sultan Suriansyah
• Masjid Sultan Suriansyah
Keruntuhan banjar
Keruntuhan Kerajaan Banjar dimulai sejak kedatangan Belanda ke pulau Kalimantan. Berikut adalah 2 alasannya :

1. Serangan dan Usaha Monopoli dari Belanda dan VOC


Pada awalnya Kerajaan Banjar memiliki hubungan yang baik dengan pemerintah Hindia-Belanda, tapi pihak Belanda
berambisi untuk memonopoli perdagangan lada. Usaha untuk mendekati pemerintah Banjar gagal membuat pihak
Belanda menggunakan jalan kekerasan. Selain itu, mereka juga mulai menyerang internal Kesultanan Banjar dengan
mengadu domba para raja.

2. Perebutan Kekuasaan Penerus Sultan Adam


Setelah meninggalnya Sultan Adam, kekuatan Banjar terbagi menjadi 3, yaitu Prabu Anom, Tamjidillah,
dan Hidayatullah. Karena pada saat itu pihak Belanda menguasai pemerintahan maka Tamjidilah yang
diangkat sebagai raja. Padahal, masyarakat berpihak pada Hidayatullah untuk menjadi penerus Sultan
Adam.
Terima Kasih
Semoga apa yang telah kami
sampaikan dapat dipahami dengan
mudah.

Anda mungkin juga menyukai