Anda di halaman 1dari 14

KERAJAAN KERAJAAN ISLAM DI

KALIMANTAN
Sejarah Indonesia
X M I PA 2
01 DANI HARSONO

02 DIEGO AGUSTINUS SIGIRO

03 FEBI RAHMADITHA

KELOMPOK3
04 SALSABILA ISRIYONO.

05 SILVIA AGUSTIN

06 ROSSI MIZAN TALAOHU


KERAJAAN ISLAM
01 KERAJAAN PONTIANAK

DI KALIMANTAN
02 KERAJAAN BANJAR
01 KERAJAAN PONTIANA
Kesultanan Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie, putra dari Habib Husein Alkadrie yang merupakan ulama dari
Hadramaut, Yaman. Pemerintahan Kesultanan Pontianak awalnya berpusat di daerah muara simpang tiga Sungai Kapuas Kecil dan
Sungai Landak. Barulah pada 1778, pusat pemerintahan dipindah ke Pontianak.
PUNCAK KEJAYAAN KERAJAAN PONTIANAK
pada saat Syarif Muhammad Alkadrie (1895-1944) yang dinobatkan sebagai Sultan Pontianak pada 6
Agustus 1895. Pada masa ini, hubungan kerjasama Kesultanan Pontianak dengan Belanda semakin
erat dan kuat. Masa pemerintahan Sultan Syarif Muhammad merupakan masa pemerintahan
terpanjang dalam sejarah Kesultanan Pontianak. Ia sangat berperan dalam mendorong terjadinya
pembaruan dan moderenisasi di Pontianak. Dalam bidang sosial dan kebudayaan, dia adalah sultan
Melayu di Kalimantan Barat yang pertama kali berpakaian kebesaran Eropa di samping pakaian
M e l a y u , Te l u k B e l a n g a , s e b a g a i p a k a i a n r e s m i . D i a j u g a o r a n g y a n g m e n y o k o n g m a j u n y a b i d a n g
pendidikan serta kesehatan. Selain itu, ia juga mendorong masuknya modal swastaEropa dan Cina,
serta mendukung bangsa Melayu dan Cina mengembangkan perkebunan karet, kelapa, dan kopra
serta industri minyak kelapa di Pontianak. Sementara dalam aspek politik, Sultan memfasilitasi
berdiri dan berkembangnya organisasiorganisasi politik, baik yang dilakukan oleh kerabat
kesultanan maupun tokoh-tokoh masyarakat
Kehidupan sosial

Masyarakat Pontianak dikelompokkan secara sosial


berdasarkan identitas kesukuan, agama, dan ras.
Pengelompokan berdasarkan suku, yaitu: pertama,
komunitas suku Dayak yang tinggal di daerah
pedalaman. Komunitas ini dikenal tertutup, lebih
mengutamakan kesamaan dan kesatuan sosio-kultural.
Kedua, komunitas Melayu, Bugis, dan Arab, yang dikenal
sebagai penganut Islam terbesar di daerah ini yang
lebih menekankan aspek sosio-historis sebagai kelas
Masa runtuh

Era kekuasaan Sultan Syarif Muhammad redup seketika seiring kedatangan


bala tentara kekaisaran Jepang ke Pontianak pada tahun 1942. Pada januari
1994, karena dianggap memberontak dan bersekutu dengan Belanda,
Jepang menghancurkan Kesultanan Pontianak dan beberapa kesultanan-
kesultanan Melayu di Kalimantan Barat.
02 KERAJAAN BANJAR
KERA JAAN BANJAR

Kesultanan Banjar adalah kerajaan


Islam di Kalimantan yang didirikan oleh
Raden Samudera atau Sultan
Suriansyah. Kerajaan Banjar berdiri
pada abad ke-16 hingga abad ke-20,
lebih tepatnya dari tahun 1520 hingga
1905. Selama hampir empat abad
berdiri, kesultanan ini mengalami
beberapa kali perpindahan ibu kota
pemerintahan, hingga yang terakhir di
Kayu Tangi atau sekarang dikenal
sebagai Martapura, Kalimantan Selatan.
Kesultanan Banjar dapat dikatakan
sebagai penerus kerajaan bercorak
Hindu di Kalimantan, yaitu Negara
Puncak kejayaan Kerajaan Banjar

Puncak kejayaan Kerajaan Banjar berlangsung pada masa


pemerintahan Sultan Mustain Billah (1595-1638 M). Di bawah
pemerintahan Sultan Mustain Billah, Banjar menjadi bandar
perdagangan besar dengan komoditas utamanya terdiri dari
lada hitam, madu, rotan, emas, intan, damar, dan kulit binatang.
Sedangkan wilayahnya berhasil diperluas hingga Sambas, Lawai,
Sukadana, Kotawaringin, Pembuang, Sampit, Mendawai, Kahayan
Hilir, Kahayan Hulu, Kutai, Pasir, Pulau Laut, Satui, Asam Asam,
Kintap, dan Swarangan.
Dalam kehidupan sosial dan budaya

Dalam masyarakat Banjar terdapat susunan dan peranan sosial yang


berbentuk segi tiga piramid. Lapisan teratas adalah golongan penguasa
yang merupakan golongan minoritas. Golongan ini terdiri dari kaum
bangsawan, keluarga raja. Lapisan tengah diisi oleh para pemuka agama
yang mengurusi masalah hukum keagamaan dalam kerajaan. Sementara
golongan mayoritas diisi oleh para petani, nelayan, pedagang dan lain
sebagainya.

Orang-orang Banjar terdiri dari tiga golongan, yaitu kelompok Banjar


Muara (Suku Ngaju), Kelompok Banjar Batang Banyu (Suku Maanyan), dan
Kelompok Banjar Hulu (Suku Bukit). Dalam setiap kurun Sejarah,
Kebudayaan Banjar mengalami pergeseran dan perubahan-perubahan
hingga coraknya berbeda dari zaman ke zaman. Ini merupakan manifestasi
dari cara berpikir sekelompok manusia di daerah ini dalam suatu kurun
Masa runtuh
Karena adanya serangan Belanda, Banjar memindahkan
ibu kota ke Martapura. Kemudian ke Sungai Pangeran,
Kayu Tangi, Bumi Kencana, dan daerah-daerah lain di
kawasan Kalimantan Selatan. Pemindahan ibukota ini
dilakukan agar pusat pemerintahan dan perlawanan
terhadap Belanda tetap berjalan. Kerajaan Banjar
akhirnya runtuh ketika ibu kota berada di Baras Kuning
pada tahun 1905.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai