KESULTANAN BANJAR
GURU PEMBIMBING:
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
X MIPA 6
2021/2022
Jl. Siliwangi No.2, Pakuwon, Kec. Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat 44114
5
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulilah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menmyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata pelajaran Sejarah Indonesia.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna di
karenakan keterbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan serta kritik yamg membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini daapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia pendidikan.
5
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
5
A. PETA & LOKASI KESULTANAN
Lokasi Kesultanan Banjar
Kesultanan Banjar atau Kesultanan Banjarmasin atau Kerajaan Banjar adalah
sebuah kesultanan yang wilayahnya saat ini termasuk ke dalam provinsi Kalimantan
Selatan, Indonesia. Wilayah Banjar yang lebih luas terbentang dari Tanjung
Sambar sampai Tanjung Aru. Kesultanan ini semula beribu kota
di Banjarmasin kemudian dipindahkan ke beberapa tempat dan terkahir di Martapura.
Ketika beribu kota di Martapura disebut juga Kerajaan Kayu Tangi.
Kesultanan Banjar berdiri pada Tahun 1520 dan Lalu dihapuskan sepihak oleh Belanda
pada 11 Juni 1860. Namun rakyat Banjar tetap mengakui ada pemerintahan
darurat/pelarian yang baru berakhir pada 24 Januari 1905. Namun sejak 24 Juli 2010,
Kesultanan Banjar hidup kembali dengan dilantiknya Sultan Haji Khairul Saleh Al-
Mu'tashim Billah
Wilayah terluas kerajaan ini pada masa kejayaannya disebut empire/kekaisaran Banjar
membawahi beberapa negeri yang berbentuk kesultanan, kerajaan, kerajamudaan,
kepengeranan, keadipatian dan daerah-daerah kecil yang dipimpin kepala-kepala suku
Dayak.
5
B. KEHIDUPAN PEMERINTAH/POLITIK
Bentuk pemerintahan Banjar sejak berdirinya sudah di pengaruhi oleh Demak.Walaupun
dalam bentuk pemerintahan dibangun menurut model Jawa, raja dalam kekuasaannya
tidaklah semutlak (seabsolut) raja-raja jawa. Disamping keturunan, kekayaan juga faktor
yang menentukan dalam kedudukan raja. Pada hakekatnya pemerintah bersifat
aristokratis, yang dikuasai oleh para bangsawan, yang mana raja hanya sebagai simbol
pemersatu belaka.Sultan dalam Kerajaan Banjar merupakan penguasa tertinggi , yang
mempunyai kekuasaan dalam masalah politik dan keagamaan. Dibawah sultan ada Putera
Mahkota yang dikenal dengan sebutan Sultan Muta. Ia tidak mempunyai jabatan tertentu
tetapi pembantu Sultan. Disamping Sultan, terdapat sebuah lembaga Dewan Mahkota
yang terdiri dari kaum bangsawan dan Mangkubumi.
Mangkubumi adalah pembantu sultan yang mempunyai peranan besar dalam roda
pemerintahan. Mangkubumi di dalam pemerintahan didampingi menteri Panganan,
Menteri Pangiwa dan Menteri Bumi dan dibantu lagi oleh 40 orang menteri Sikap. Tiap-
tiap menteri Sikap mempunyai bawahan sebanyak 100 orang.Dilingkungan Kraton
terdapat banyak pegawai atau petugas.Aantara lain sebagai berikut:
> Lima puluh orang Sarawisa di bawah pimpinan Sarabraja bertugas menjaga kraton
> Lima puluh orang Mandung dibawah Raksayuda bertugas menjaga istana bangsal
> Empat puluh orang Menagarsari dibawah Sarayuda bertugas mengawal raja
> Empat puluh orang Singabana atau Parawila dibawah Singataka dan Singapati bertugas
sebagai polisi
> Empat puluh orang Sarageni di bawah Saradipa bertugas menjaga alat senjata
> Empat puluh orang Tuha Buru di bawah Puspawana bertugas mengawal raja bila
sedang berburu
> Lima puluh orang Pangadapan atau Pamarakan dibawah Rasawija melakukan ber aneka
ragam tugas di istana
Golongan kedua adalah pejabat kerajaan, ulama-ulama, mufti, dan penghulu. Golongan
ini langsung berhubungan dengan penduduk. Segala macam barang yang mereka beli dari
masyarakat dan di bayar dengan uang. Mufti sebagai pejabat formal mengurus segala
perkara hukum pada tingkat tinggi. Sementara ulama-ulama menyampaikan ajaran agama
islam.
5
Golongan ketiga merupakan golongan terbesar, yaitu rakyat biasa. Mereka itu adalah
golongan yang hidup dari bertani dan perdagangan kecil-kecilan, nelayan, kerajinan,
industri, dan pertukangan.
Berkaitan dengan kehidupan budaya, telah berkembang beberapa corak seni dan sastra.
saat
itu, Banjar telah memiliki gamelan yang dipukul dengan lemah lembut, seni sastra
berkembang dengan menggunakan huruf Arab Melayu (Jawi), dan kemungkinan, ju
ga telah berkembang suatu seni, hasil perpaduan antara tonil
Melayu dan cerita Seribu Satu Malam.
Seni ukir berkembang karena adanya kebiasaan para bangsawan dan orang kaya un
tukmembuat rumah secara mewah, yang dipenuhi dengan ukiran indah. Corak seni lain
yang jugatelah berkembang dan amat kuat dipengaruhi kebudayaan Islam adalah mahidin
dan balamut.
Ini semua menunjukkan bahwa, di Kerajaan Banjar telah berkembang suatu seni b
udaya dengan coraknya yang khas
D. KEHIDUPAN PEREKONOMIAN
•AWAL MULA
Orang Banjar merupakan nama untuk
orang yang mendiami daerah Kalimantan Selatan. Kalimantan merupakan lintas
perdagangan khususnya di Banjarmasin, yang diperdagangkan pada saat itu adalah lada,
karena lada pada saat itu merupakan komoditi eksport terbesar dalam Kerajaan Banjar.
Salah satu yang membentuk kultur dagang orang Banjar adalah letak yang strategis yaitu
jalur perairan pada masa itu. Dan membuat orang Banjar mendapat kehidupan ekonomi
yang lebih baik.
•KONSEP PERDAGANGAN
Orang Banjar banyak berhubungan dagang dengan orang diluar Kalimantan seperti Jawa,
Sumatera dan Sulawesi. Konsep perdangan orang Banjar adalah konsep ekonomi syariah,
karena mayoritas orang Banjar adalah beragama Islam. Dan orang Banjar pada masa dulu
dan sampai saat ini apabila terjadi sengketa, apalagi terkait sengketa dagang, maka
dilakukan dengan adat orang banjar yaitu berdamai. Perpaduan antar suku lama kelamaan
menimbulkan perpaduan kultural, dan yang paling dominan adalah unsur melayu
ditambah unsur dayak ngaju yang
5
sekarang menjadi kampun kuin cerucuk. Kesejahteraan sosial dalam Islam dapat
dimaksimalkan jika sumber daya ekonomi juga di alokasikan sedemikian rupa, bahkan
lebih dari 140 tahun lalu islam mengusahakan keseimbangan yang langgeng antara
pendapatan dan pembelanjaan guna mencapai keuntungan yang maksimum. Islam selalu
mengajarkan agar mencari nafkah di laut, atau di darat, bekerja berbagai macam jenis
pekerjaan dengan cara yang halal, karena jika didapat dengan cara yang salah maka akan
binasa.
5
berkepanjangan, kegiatan perkebunan nyiur (kelapa) ini mengalami penurun pendapatan.
Ekspor kelapa dari Kalimantan ini cukup besar, namun pada tahun 1934 ekspor di
hentikan akibat kemarau panjang yang menyebabkan nyiur (kelapa) kekeringan
dan tidak berbuah. Dan disamping itu banyak pohon kelapa yang mati dengan sendirinya
ataupun banyak pohon nyiur (kelapa) yang terbakar. Lain dengan karet, karet ditanam di
Kalimantan Selatan sejak 1904, harga karet dipasaran melonjak tinggi. Dan masyarakat
hulu sungai tetarik sehingga mereka merombak sawah pertanian menjadi perkebunan
karet. Dengan mengusahakan perkebunan karet menjadikan salah satu pencarian
disamping menjadi petani, menangkap ikan serta mengumpulkan hasil hutan. Namun
sejak 1926 telah banyak melakukan perluasan kebun karet, tetapi harga karet berangsur-
angsur menurun dan defresi dunia terjadi pada tahun 1930an. Banyak milik warga atau
perusaan karet yang tiutup kecuali milik Cina dan
Jepang yang terus bertahan.
5
oleh para pedagang Banjar kedaerah pedalaman menggunakan perahu (Jukung) melalui
didaerah hulu sungai dan kemudian ditukarkan dengan barang-barang atau makanan yang
ada dipedalaman, dilakukan pertukaran barang dengan barang.
Candi Agung adalah situs peninggalan bersejarah yang diperkirakan berusia 740 tahun. Candi
Agung merupakan sebuah situs candi Hindu-Budha yang terletak di wilayah Sungai Malang,
Kecamatan Amuntai Tengah, Kota Amuntai, Kalimantan Selatan. Candi Agung dibangun
oleh Empu Jatmika pada abad ke-16 pada masa kerajaan Dipa, yang merupakan cikal bakal
terbentuknya kerajaan Banjar. Kehadiran candi yang memiliki dimensi sekitar 40 meter x 50
meter tersebut memang cukup menarik bagi para arkeolog dan pakar sejarah. Konon, di
sekitar lokasi candi tersebut juga ditemukan beberapa benda peninggalan sejarah berusia
sekitar 200 tahun SM.
Peninggalan kerajaan Banjar lainnya yang masih berdiri kokoh hingga saat ini adalah Masjid
Sultan Suriansyah atau dikenal juga dengan nama Masjid Kuin yang terletak di Jalan Kuin
Utara, Kelurahan Kuin Utara, Kota Banjarmasin. Masyarakat sendiri mengenal wilayah
tersebut sebagai Banjar Lama. Dahulu kala, wilayah tersebut merupakan pusat ibu kota
kerajaan kesultanan Banjar. Mesjid yang dibangun antara rentang tahun 1526-1550 di masa
pemerintahan Sultan Suriansyah ini merupakan salah satu masjid tertua yang ada di
Kalimantan Selatan.
5
Salah satu keberadaan makam yang juga menyimpan sejarah panjang dari kerajaan
kesultanan Banjar adalah makam Pangeran Ratu Sultan Sulaiman. Ia adalah seorang raja
yang bergelar Sultan Sulaiman Saidullah II. Makamnya terletak di Desa Lihung, Kecamatan
Karang Intan, Banjar, Kalimantan Selatan.Sultan Sulaiman diketahui telah memerintah
kerajaan Banjar dari tahun 1801-1825. Sultan Sulaiman sendiri diketahui wafat pada 3
Juni 1825 atau 4 Rabiul Awal 1240. Sultan Sulaiman mendapatkan gelar kesultanan sejak
usianya masih belia, yaitu pada saat usianya menginjak 6 tahun pada tahun 1767. Karena hal
tersebut ia pun pada akhirnya dijuluki juga sebagai Sultan Muda.
Peninggalan lain dari kerajaan Islam yang di provinsi Kalimantan adalah makan Sultan
Suriansyah atau Jaya Samudera yang terletak di Komplek Makam Sultan Suriansyah
di kecamatan Banjarmasin Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Jaya Samudera adalah
Raja Banjar pertama yang diketahui memeluk agama Islam. Ia dikenal dengan gelar Sultan
Suriansyah atau Sultan Suryanulloh. Gelar tersebut merupakan pemberian dari bangsa Arab
yang pertama datang ke Banjarmasin. Sultan Suriansyah sendiri diketahui memerintah
kerajaan Banjar dari tahun 1500-1540.
5
berada di bawah kaki pohon kasturi. Nah, makam ini pun menjadi peninggalan selanjutnya
dari kerajaan Banjar.
Peninggalan kerajaan Banjar selanjutnya adalah makam Sultan Inayatullah yang terletak di
Desa Dalam Pagar, Martapura Timur, Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Sultan
Inayatullah bernama asli Pangeran Dipati Tuhan I. Sultan Inayatullah adalah Raja Banjar
yang memerintah antara tahun 1636/1642-1645. Sultan Inayatullah merupakan gelar resmi
yang kerap digunakan dalam khutbah Jumat di masjid. Sementara gelar lain yang
dipopulerkan bagi dirinya adalah Ratu Agung. Ia sendiri adalah putra dari Sultan
Mustakimbilah yang dilantik sebagai Sultan muda.
7. Masjid Al-Karomah
Masjid Al-Karomah adalah salah satu mesjid peninggalan kerajaan Banjar yang dibangun
pada tahun 1863 Masehi atau 1280 Hijriah. Sebelum dikenal sebagai Masjid Agung Al
Karomah, mesjid ini dahulu kapan bernama Masjid Jami’ Martapura. Meskipun Masjid Al-
Karomah telah mengalami banyak renovasi, namun struktur utama mesjid sendiri masih tetap
dipertahankan. Mesjid Al-Karomah sendiri dahulu kerap digunakan untuk tempat
peribadatan, penyebaran agama Islam, serta sebagai benteng pertahanan bagi para pejuang
dalam melawan penjajah Belanda.
Peninggalan lain yang tak kalah menarik adalah makam dari ulama terkenal bernama Syekh
Muhammad Arsyad al-Banjari yang lahir di Lok Gabang pada tanggal 17 Maret 1710. Ia
5
sendiri adalah ulama Fiqih mazhab Syafi'i yang cukup berpengaruh pada penyebaran agama
Islam di Banjar. Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari hidup pada masa tahun 1122-1227
hijriah. Sementara wafat pada 3 Oktober 1812 di Dalam Pagar. Salah satu karya terkenal dari
ulama besar yang dikenal dengan julukan Datu Kalampaian ini adalah kitab berjudul Sabilal
Muhtadin.
Sabilal Muhtadin lit-Tafaqquh fi Amrid-din atau dikenal dengan Sabilal Muhtadin adalah
sebuah kita yang ditulis oleh Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Sabilal Muhtadin lit-
Tafaqquh fi Amrid-din sendiri artinya jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk
mendalami urusan agama. Kitab ini adalah salah satu peninggalan kerajaan Banjar yang
masih bisa masyarakat lihat hingga saat ini. Kitab ini ditulis pada tahun 1779 Masehi atau
sekitar 1193 Hijriah, yaitu pada zaman pemerintahan Sultan Tamjidullah. Kitab ini sendiri
berisi ilmu fikih berdasarkan Mazhab Syafi'i
Dahulu kala, Kerajaan Banjar dikenal sebagai kerajaan dagang yang cukup terkenal. Kerajaan
Banjar mampu menghasilkan berbagai perkakas yang terbuat dari besi dan logam yang
berpusat di daerah Negara. Kemampuan kerajaan Banjar, khususnya daerah Negara untuk
menghasilkan bermacam barang-barang yang terbuat dari logam seperti senjata, perkakas,
serta kapal memang cukup baik sejak abad ke-17. Beberapa peninggalan seperti golok,
kapak, cap kerajaan serta perkakas berusia ratusan tahun kini disimpan di Museum Lambung
Mangkurat yang berlokasi di Komet, Kecamatan Banjarbaru Utara, Kota Banjar Baru,
Kalimantan Selatan.