Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

KESULTANAN BANJAR

GURU PEMBIMBING:

Aneu Meilina Kusmayanti, S. Pd.

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

 Azwa Atha R (04)


 Farel Resqi Kustiana (10)
 Natia Indraliana (21)
 Nizar Muhammad Faturrahman (24)
 Sheira Erli Chatlina (33)

SMA NEGERI 11 GARUT

X MIPA 6

2021/2022

Jl. Siliwangi No.2, Pakuwon, Kec. Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat 44114

5
KATA PENGANTAR

  Syukur Alhamdulilah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menmyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata pelajaran Sejarah Indonesia.

           Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

           kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna di
karenakan keterbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan serta kritik yamg membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini daapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia pendidikan.

5
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

DAFTAR ISI

1. Peta dan lokasi Kesultanan Banten


2. Kehiduan Pemerintahan / Politik
3. Kehidupan Sosial dan Budaya
4. Kehidupan Perekonomian
5. Bukti-Bukti Peninggalan

5
A. PETA & LOKASI KESULTANAN
 Lokasi Kesultanan Banjar
Kesultanan Banjar atau Kesultanan Banjarmasin atau Kerajaan Banjar adalah
sebuah kesultanan yang wilayahnya saat ini termasuk ke dalam provinsi Kalimantan
Selatan, Indonesia. Wilayah Banjar yang lebih luas terbentang dari Tanjung
Sambar sampai Tanjung Aru. Kesultanan ini semula beribu kota
di Banjarmasin kemudian dipindahkan ke beberapa tempat dan terkahir di Martapura.
Ketika beribu kota di Martapura disebut juga Kerajaan Kayu Tangi.

Kesultanan Banjar berdiri pada Tahun 1520 dan Lalu dihapuskan sepihak oleh Belanda
pada 11 Juni 1860. Namun rakyat Banjar tetap mengakui ada pemerintahan
darurat/pelarian yang baru berakhir pada 24 Januari 1905. Namun sejak 24 Juli 2010,
Kesultanan Banjar hidup kembali dengan dilantiknya Sultan Haji Khairul Saleh Al-
Mu'tashim Billah 
Wilayah terluas kerajaan ini pada masa kejayaannya disebut empire/kekaisaran Banjar
membawahi beberapa negeri yang berbentuk kesultanan, kerajaan, kerajamudaan,
kepengeranan, keadipatian dan daerah-daerah kecil yang dipimpin kepala-kepala suku
Dayak.

Ketika ibu kotanya masih di Banjarmasin, maka kesultanan ini disebut Kesultanan


Banjarmasin. Kesultanan Banjar merupakan penerus dari Kerajaan Negara Daha yaitu
kerajaan Hindu yang beribu kota di kota Negara, sekarang merupakan ibu kota
kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan.

 Peta Kesultanan Banjar

5
B. KEHIDUPAN PEMERINTAH/POLITIK
Bentuk pemerintahan Banjar sejak berdirinya sudah di pengaruhi oleh Demak.Walaupun
dalam bentuk pemerintahan dibangun menurut model Jawa, raja dalam kekuasaannya
tidaklah semutlak (seabsolut) raja-raja jawa. Disamping keturunan, kekayaan juga faktor
yang menentukan dalam kedudukan raja. Pada hakekatnya pemerintah bersifat
aristokratis, yang dikuasai oleh para bangsawan, yang mana raja hanya sebagai simbol
pemersatu belaka.Sultan dalam Kerajaan Banjar merupakan penguasa tertinggi , yang
mempunyai kekuasaan dalam masalah politik dan keagamaan. Dibawah sultan ada Putera
Mahkota yang dikenal dengan sebutan Sultan Muta. Ia tidak mempunyai jabatan tertentu
tetapi pembantu Sultan. Disamping Sultan, terdapat sebuah lembaga Dewan Mahkota
yang terdiri dari kaum bangsawan dan Mangkubumi.
Mangkubumi adalah pembantu sultan yang mempunyai peranan besar dalam roda
pemerintahan. Mangkubumi di dalam pemerintahan didampingi menteri Panganan,
Menteri Pangiwa dan Menteri Bumi dan dibantu lagi oleh 40 orang menteri Sikap. Tiap-
tiap menteri Sikap mempunyai bawahan sebanyak 100 orang.Dilingkungan Kraton
terdapat banyak pegawai atau petugas.Aantara lain sebagai berikut:

> Lima puluh orang Sarawisa di bawah pimpinan Sarabraja bertugas menjaga kraton
> Lima puluh orang Mandung dibawah Raksayuda bertugas menjaga istana bangsal
> Empat puluh orang Menagarsari dibawah Sarayuda bertugas mengawal raja
> Empat puluh orang Singabana atau Parawila dibawah Singataka dan Singapati bertugas
sebagai polisi
> Empat puluh orang Sarageni di bawah Saradipa bertugas menjaga alat senjata
> Empat puluh orang Tuha Buru di bawah Puspawana bertugas mengawal raja bila
sedang berburu
> Lima puluh orang Pangadapan atau Pamarakan dibawah Rasawija melakukan ber aneka
ragam tugas di istana

C. KEHIDUPAN SOSIAL & BUDAYA


Dalam  kehidupan  masyarakat  Banjar  terdapat  susunan
dan  peranan  sosial  yang  berbentuk limas
(lapisan).  Lapisan  paling  atas  adalah  golongan  penguasa  yang  merupakan golongan
minoritas.  Mereka  adalah  kaum  bangsawan  atau  “bubuhan  raja-raja”.  Penghargaan
masyarakat  terhadap  golongan  bangsawan  ini  sesuai  dengan  derajat  kebangasawanan
nya. Mereka, secara turun-temurun, menjadi golongan terhormat dan berdarah
bangsawan, serta mempunyai gelar-
gelar seperti sultan, pangeran, ratu, gusti, andin, antung, dan nanang. Golongan ini
mempunyai hak memungut cukai dari hasil bumi, hasil pertanian, perikanan dan lain-lain.

Golongan kedua adalah pejabat kerajaan, ulama-ulama, mufti, dan penghulu. Golongan
ini langsung berhubungan dengan penduduk. Segala macam barang yang mereka beli dari
masyarakat dan di bayar dengan uang. Mufti sebagai pejabat formal mengurus segala
perkara hukum pada tingkat tinggi. Sementara ulama-ulama menyampaikan ajaran agama
islam.

5
Golongan ketiga merupakan golongan terbesar, yaitu rakyat biasa. Mereka itu adalah
golongan yang hidup dari bertani dan perdagangan kecil-kecilan, nelayan, kerajinan,
industri, dan pertukangan.

Golongan  bawah  adalah  golongan pandeling. Golongan pandeling adalah  mereka  yang


kehilangan  setengah  kemerdekaan  akibat  hutang-hutang  yang  tak  dapat  mereka  baya
r.
Biasanya,  merekalah  yang  menjalankan  perdagangan  dari  golongan  bangsawan  atau
pedagang-pedangan  kaya.  Golongan  ini  berakhir  pada  abad  ke-19,   seiring  dengan
dihapuskannya Kerajaan Banjar oleh Belanda.

Berkaitan dengan kehidupan budaya, telah berkembang beberapa corak seni dan sastra.
saat
itu,  Banjar  telah  memiliki  gamelan  yang  dipukul  dengan  lemah  lembut,  seni  sastra
berkembang  dengan  menggunakan  huruf  Arab  Melayu  (Jawi),  dan  kemungkinan,  ju
ga  telah berkembang  suatu  seni,  hasil  perpaduan  antara  tonil
Melayu  dan  cerita  Seribu  Satu  Malam.
Seni  ukir  berkembang  karena  adanya  kebiasaan  para  bangsawan  dan  orang  kaya  un
tukmembuat rumah secara mewah, yang dipenuhi dengan ukiran indah. Corak seni lain
yang jugatelah berkembang dan amat kuat dipengaruhi kebudayaan Islam adalah mahidin
dan balamut.
Ini  semua  menunjukkan  bahwa,  di  Kerajaan  Banjar  telah  berkembang  suatu  seni  b
udaya dengan coraknya yang khas

D. KEHIDUPAN PEREKONOMIAN
•AWAL MULA
Orang Banjar merupakan nama untuk
orang yang mendiami daerah Kalimantan Selatan. Kalimantan merupakan lintas
perdagangan khususnya di Banjarmasin, yang diperdagangkan pada saat itu adalah lada,
karena lada pada saat itu merupakan komoditi eksport terbesar dalam Kerajaan Banjar.
Salah satu yang membentuk kultur dagang orang Banjar adalah letak yang strategis yaitu
jalur perairan pada masa itu. Dan membuat orang Banjar mendapat kehidupan ekonomi
yang lebih baik.

•KONSEP PERDAGANGAN
Orang Banjar banyak berhubungan dagang dengan orang diluar Kalimantan seperti Jawa,
Sumatera dan Sulawesi. Konsep perdangan orang Banjar adalah konsep ekonomi syariah,
karena mayoritas orang Banjar adalah beragama Islam. Dan orang Banjar pada masa dulu
dan sampai saat ini apabila terjadi sengketa, apalagi terkait sengketa dagang, maka
dilakukan dengan adat orang banjar yaitu berdamai. Perpaduan antar suku lama kelamaan
menimbulkan perpaduan kultural, dan yang paling dominan adalah unsur melayu
ditambah unsur dayak ngaju yang

5
sekarang menjadi kampun kuin cerucuk. Kesejahteraan sosial dalam Islam dapat
dimaksimalkan jika sumber daya ekonomi juga di alokasikan sedemikian rupa, bahkan
lebih dari 140 tahun lalu islam mengusahakan keseimbangan yang langgeng antara
pendapatan dan pembelanjaan guna mencapai keuntungan yang maksimum. Islam selalu
mengajarkan agar mencari nafkah di laut, atau di darat, bekerja berbagai macam jenis
pekerjaan dengan cara yang halal, karena jika didapat dengan cara yang salah maka akan
binasa.

• PUNCAK KEMAKMURAN - KERUNTUHAN KESULTANAN BANJAR


Kerajaan Banjar pernah mengalami Zaman keemasan pada abad ke 18, dan pada masa itu
puncaknya perkembangan agama Islam di Kalimantan Selatan. Sebagaimana ditandainya
dengan lahirnya ulama-ulama besar di Kalimantan Selatan.
Salah satunya tokoh karismatik yaitu Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, beliau adalah
seorang tokoh ulama yang terkenal di Kalimantan Selatan, dan beliau terkenal dengan
kitab beliau yang berjudl Kita Sabial Muhtadin. Beliau sangat berpengaruh terhadap
Kerajaan Banjar, atas prakasa Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, diberlakukanlah
hukum Islam diseluruh Kerajaan Banjar dengan segala perangkatnya, diataranya adanya
Mahkamah Syariah Dan Undang-Undang Sultan Adam, dan peran Syekh Muhammad
Arsyad Al-Banjari di Kesultanan Banjar Biasa dilihat ketika beliau berusaha mendirikan
jabatan mufti, mendirikan lembaga pendidikan, pengembangan dakwah keberbagai
pelosok Kerajaan Banjar. Dan lebih utamanya beliau membina langsung kader ulama dan
fuqaha yang turun langsung menegakan hukum Islam kepelosok-pelosok wilayah
Kerajaan Banjar. Disamping itu Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari mendirikan mesjid
dan langgar serta mendirikan pengajian dan sembahyang berjamaah disetiap mesjid dan
langgar. Penetrasi Politik kolonial Belanda dibawah wilayah Kerajaan Banjar
menimbulkan permasalah yang berkepanjangan sehingga terjadi perang pada 1859- 1905.
Dan zaman baru berakhir dengan hancurnya pemerintahan pagustian, ini kelanjutan dari
Kerajaan Banjar di puruk cahu tahun 1905, dan sejak itu Belanda, semakin menancapkan
kekuasaanya diseluruh wilayah Kerajaan Banjar. Dan sejak abad ke 16 abad ke 17
Banjarmasin telah menjadi kota dagang yang amat penting di Kalimantan Selatan.
Perpindahan jalur perdagangan ke Maluku melalui Makassar, yang sebelumnya lewat
Gressik, Bali atau Sunda, menambah ramai perdagangan di kota Banjarmasin.
Pada abad ke 17 yang dihasilkan oleh kesultanan banjar adalah lada, hal ini
menyembabkan orang asing datang ke Banjarmasin. Puncak kemakmuran orang Banjar
pada permulaan abad ke 18, karena pada
setiap tahun nya orang Tiongkok datang ke Banjarmasin untuk membeli lada. Selain
orang Tiongkok ada orang Eropa lainnya. Karena seringnya melakukan perdangangan
antara orang Banjar dengan orang Eropa maka orang Eropa banyak yang memutuskan
tinggal dan menetap di Banjar
dan membentuk perkampungan. Tetapi komoditi bisa berubah-ubah seiring dengan
perubahan kondisi ekonomi dunia. Pada saat perekonomian di Banjarmasin, lebih banyak
dikuasai oleh Belanda, dan tidak hanya itu Belanda juga menguasai pemerintahan daerah,
dan kantor pertahanan militer, dan kehutanan dan lain-lain. Sebelum tahun 1918
perkebunan nyiur (kelapa) sudah sangat meluas tetapi akibat cuaca kemarau

5
berkepanjangan, kegiatan perkebunan nyiur (kelapa) ini mengalami penurun pendapatan.
Ekspor kelapa dari Kalimantan ini cukup besar, namun pada tahun 1934 ekspor di
hentikan akibat kemarau panjang yang menyebabkan nyiur (kelapa) kekeringan
dan tidak berbuah. Dan disamping itu banyak pohon kelapa yang mati dengan sendirinya
ataupun banyak pohon nyiur (kelapa) yang terbakar. Lain dengan karet, karet ditanam di
Kalimantan Selatan sejak 1904, harga karet dipasaran melonjak tinggi. Dan masyarakat
hulu sungai tetarik sehingga mereka merombak sawah pertanian menjadi perkebunan
karet. Dengan mengusahakan perkebunan karet menjadikan salah satu pencarian
disamping menjadi petani, menangkap ikan serta mengumpulkan hasil hutan. Namun
sejak 1926 telah banyak melakukan perluasan kebun karet, tetapi harga karet berangsur-
angsur menurun dan defresi dunia terjadi pada tahun 1930an. Banyak milik warga atau
perusaan karet yang tiutup kecuali milik Cina dan
Jepang yang terus bertahan.

•PENDAPATAN DARI PAJAK, EKSPOR, DAN SEBAGAINYA


Diketahui bahwa pendapatan ekonomi Kerajaan didapat dari pajak uang kepala, pajak
sewa tanah, pajak perahu, pajak penghasilan emas dan berlian, pajak pertanian, pajak
nelayan dan pajak indusri.
Dalam hal per industrian kerajaan Banjar menghasilkan besi dan logam, industri
penghasil besi dan logan ini terdapat daerah Nagara, urang Nagara sudah ahli membuat
perunggu dari logam dan meolah barang ekspor lainnya dari besi dan logam.
Dan daerah Nagara itu terkenal dengan pembuatan Jukung dan terkenal dalam peralatan
senjata seperti parang, kapak, cangkol, tajak dan lain sebagainya, dan
pekerjaan mereka turun temurun dari nenek moyang mereka adalah petani.
Dan pada abad ke 16 Kesultan Banjar telah mengayomi komintas pedagang orang Banjar.
Dan sekaligus Kerajaan mengandalkan lada sebagai perdagangan lada. Karena para
bangsawan Kesultanan Banjar adalah patron yang sangat diandalkan dalam semua
kegiatan perdagangan.
Kemajuan dari perkebunan dan perdagangan lada, kerajaan Banjar berhasil membentuk
dan mengkoordinat jaringan perdagangan dari pedalaman kemuara sungai, dari muara
sungai hingga kemuara sungai barito yang langsung bersambung
ke laut Jawa.
Beberapa jenis barang yang diekpor keluar negeri, seperti lada, damar, lilin, karet, emas
berlian dan lain-lain tapi yang paling banyak diekspor adalah lada. Karena pada saat itu
jumlah lada yang sangat banyak.
Lada yang dihasikan olen orang Banjar kualitasnya bagus dan harganya mahal,
menyebabkan orang belanda ingin menguasai perkebunan lada. Belanda mengirim sebuah
ekspedisi ke Banjarmasin pada tahun 1607, namun entah apa yang terjadi ekpedisi
tersebut mengalami kegagalan dan berakhir dengan terbunuhnya seluruh pasukan
ekspedisi. Dan Belanda pun merasa kesal, sehingga secara mengejutkan Belanda
menyerang Banjarmasin pada tahun 1912. Penyerangan ini menghancurkan Banjar lama
atau kampung Kraton yang merupakan istana Sultan Banjarmasin.
Barang-barang yang diimpor seperti jenis kain, garam, beras, gula, barang-barang pecah
belah, barang kuningan dan tembaga. Semua barang impor ini akan di didistribusikan

5
oleh para pedagang Banjar kedaerah pedalaman menggunakan perahu (Jukung) melalui
didaerah hulu sungai dan kemudian ditukarkan dengan barang-barang atau makanan yang
ada dipedalaman, dilakukan pertukaran barang dengan barang.

E. BUKTI – BUKTI PENINGGALAN

1. Candi Agung di Amuntai

Candi Agung adalah situs peninggalan bersejarah yang diperkirakan berusia 740 tahun. Candi
Agung merupakan sebuah situs candi Hindu-Budha yang terletak di wilayah Sungai Malang,
Kecamatan Amuntai Tengah, Kota Amuntai, Kalimantan Selatan. Candi Agung dibangun
oleh Empu Jatmika pada abad ke-16 pada masa kerajaan Dipa, yang merupakan cikal bakal
terbentuknya kerajaan Banjar. Kehadiran candi yang memiliki dimensi sekitar 40 meter x 50
meter tersebut memang cukup menarik bagi para arkeolog dan pakar sejarah. Konon, di
sekitar lokasi candi tersebut juga ditemukan beberapa benda peninggalan sejarah berusia
sekitar 200 tahun SM.

2. Masjid Sultan Suriansyah

Peninggalan kerajaan Banjar lainnya yang masih berdiri kokoh hingga saat ini adalah Masjid
Sultan Suriansyah atau dikenal juga dengan nama Masjid Kuin yang terletak di Jalan Kuin
Utara, Kelurahan Kuin Utara, Kota Banjarmasin. Masyarakat sendiri mengenal wilayah
tersebut sebagai Banjar Lama. Dahulu kala, wilayah tersebut merupakan pusat ibu kota
kerajaan kesultanan Banjar. Mesjid yang dibangun antara rentang tahun 1526-1550 di masa
pemerintahan Sultan Suriansyah ini merupakan salah satu masjid tertua yang ada di
Kalimantan Selatan.

3. Makam Sultan Sulaiman

5
Salah satu keberadaan makam yang juga menyimpan sejarah panjang dari kerajaan
kesultanan Banjar adalah makam Pangeran Ratu Sultan Sulaiman. Ia adalah seorang raja
yang bergelar Sultan Sulaiman Saidullah II. Makamnya terletak di Desa Lihung, Kecamatan
Karang Intan, Banjar, Kalimantan Selatan.Sultan Sulaiman diketahui telah memerintah
kerajaan Banjar dari tahun 1801-1825. Sultan Sulaiman sendiri diketahui wafat pada 3
Juni 1825 atau 4 Rabiul Awal 1240. Sultan Sulaiman mendapatkan gelar kesultanan sejak
usianya masih belia, yaitu pada saat usianya menginjak 6 tahun pada tahun 1767. Karena hal
tersebut ia pun pada akhirnya dijuluki juga sebagai Sultan Muda.

4. Makam Sultan Suriansyah

Peninggalan lain dari kerajaan Islam yang di provinsi Kalimantan adalah makan Sultan
Suriansyah atau Jaya Samudera yang terletak di Komplek Makam Sultan Suriansyah
di kecamatan Banjarmasin Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Jaya Samudera adalah
Raja Banjar pertama yang diketahui memeluk agama Islam. Ia dikenal dengan gelar Sultan
Suriansyah atau Sultan Suryanulloh. Gelar tersebut merupakan pemberian dari bangsa Arab
yang pertama datang ke Banjarmasin. Sultan Suriansyah sendiri diketahui memerintah
kerajaan Banjar dari tahun 1500-1540.

5. Makam Sultan Mustakimbillah

Pangeran Senapati bergelar Sultan Mustakimbillah adalah Sultan Banjar IV yang telah


memerintah kerajaan Banjar  antara tahun 1595-1642. Sultan Mustakimbillah adalah putra
sulung dari Sultan Banjar III, yaitu Sultan Hidayatullah. Makam Sultan Mustakimbillah
terletak di Desa Tangkas Kecamatan Martapura Barat, Martapura, Kabupaten Banjar,
Kalimantan Selatan. Makam Sultan Mustakimbillah sendiri menjadi makam terakhir dari 5
makam Raja yang telah ditemukan. Konon, saat pertama kali makam tersebut ditemukan

5
berada di bawah kaki pohon kasturi. Nah, makam ini pun menjadi peninggalan selanjutnya
dari kerajaan Banjar.

6. Makam Sultan Inayatullah

Peninggalan kerajaan Banjar selanjutnya adalah makam Sultan Inayatullah yang terletak di
Desa Dalam Pagar, Martapura Timur, Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Sultan
Inayatullah bernama asli Pangeran Dipati Tuhan I. Sultan Inayatullah adalah Raja Banjar
yang memerintah antara tahun 1636/1642-1645. Sultan Inayatullah merupakan gelar resmi
yang kerap digunakan dalam khutbah Jumat di masjid. Sementara gelar lain yang
dipopulerkan bagi dirinya adalah Ratu Agung. Ia sendiri adalah putra dari Sultan
Mustakimbilah yang dilantik sebagai Sultan muda.

7. Masjid Al-Karomah

Masjid Al-Karomah adalah salah satu mesjid peninggalan kerajaan Banjar yang dibangun
pada tahun 1863 Masehi atau 1280 Hijriah. Sebelum dikenal sebagai Masjid Agung Al
Karomah, mesjid ini dahulu kapan bernama Masjid Jami’ Martapura. Meskipun Masjid Al-
Karomah telah mengalami banyak renovasi, namun struktur utama mesjid sendiri masih tetap
dipertahankan. Mesjid Al-Karomah sendiri dahulu kerap digunakan untuk tempat
peribadatan, penyebaran agama Islam, serta sebagai benteng pertahanan bagi para pejuang
dalam melawan penjajah Belanda.

8. Makam Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari

Peninggalan lain yang tak kalah menarik adalah makam dari ulama terkenal bernama Syekh
Muhammad Arsyad al-Banjari yang lahir di Lok Gabang pada tanggal 17 Maret 1710. Ia

5
sendiri adalah ulama Fiqih mazhab Syafi'i yang cukup  berpengaruh pada penyebaran agama
Islam di Banjar. Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari hidup pada masa tahun 1122-1227
hijriah. Sementara wafat pada 3 Oktober 1812 di Dalam Pagar. Salah satu karya terkenal dari
ulama besar yang dikenal dengan julukan Datu Kalampaian ini adalah kitab berjudul Sabilal
Muhtadin.

9. Kitab Sabilal Muhtadin

Sabilal Muhtadin lit-Tafaqquh fi Amrid-din atau dikenal dengan Sabilal Muhtadin adalah
sebuah kita yang ditulis oleh Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Sabilal Muhtadin lit-
Tafaqquh fi Amrid-din sendiri artinya jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk
mendalami urusan agama. Kitab ini adalah salah satu peninggalan kerajaan Banjar yang
masih bisa masyarakat lihat hingga saat ini. Kitab ini ditulis pada tahun 1779 Masehi atau
sekitar 1193 Hijriah, yaitu pada zaman pemerintahan Sultan Tamjidullah. Kitab ini sendiri
berisi ilmu fikih berdasarkan Mazhab Syafi'i

10. Senjata dan Perkakas Kerajaan

Dahulu kala, Kerajaan Banjar dikenal sebagai kerajaan dagang yang cukup terkenal. Kerajaan
Banjar mampu  menghasilkan berbagai perkakas yang terbuat dari besi dan logam yang
berpusat di daerah Negara. Kemampuan kerajaan Banjar, khususnya daerah Negara untuk
menghasilkan bermacam barang-barang yang terbuat dari logam seperti senjata, perkakas,
serta kapal memang cukup baik sejak abad ke-17. Beberapa peninggalan seperti golok,
kapak, cap kerajaan serta perkakas berusia ratusan tahun kini disimpan di Museum Lambung
Mangkurat yang berlokasi di Komet, Kecamatan Banjarbaru Utara, Kota Banjar Baru,
Kalimantan Selatan.

Anda mungkin juga menyukai