Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH KERAJAAN


SUMATERA BARAT & SUMATERA SELATAN

NAMA : RAHMA RIZALMI


NIM : 18231057
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN IPA

DOSEN : SERLI MARLINA,S.Pd.,M.Pd.

MATA KULIAH UMUM


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH
KERAJAAN SUMATERA BARAT

1. KERAJAAN PAGARUYUNG

Pada masa pemerintahan Adityawarman memperkenalkan sistem pemerintahan


kerajaan. Adityawarman juga menyebarkan agama Budha yang pernah berpengaruh di
Minangkabau, contoh nya terbukti dari beberapa nama nagari di Sumatera Barat
seperti Saruaso, Pariangan, Padang Berhalo, Candi, Biaro, Sumpur, dan Selo.
Pada masa Adityawarman cukup intensif dengan Aceh, seiring dengan
intensifnya hubungan masuklah suatu nilai baru yang menjadi suatu fundamen yang
begitu kukuh melandasi kehidupan sosial budaya masyarakat Sumatera Barat nilai
baru tersebut adalah agama islam, Syekh Burhanuddin dianggap sebagai penyebar
agama islam pertama di Sumatera Barat.

2. KESULTANAN BARUS

Dalam menjalankan pemerintahannya, Kesultanan Barus lebih bersifat


demokratis seperti halnya nagari-nagari di Minangkabau, dengan “Balai” sebagai
tempat permusyawaratan dan mufakat setiap masyarakat berperan dalam pengambilan
keputusan di kerajaan.

3. KERAJAAN PASUMAYAN KOTO BARU

Batu batikam adalah salah satu benda cagar budaya bersejarah di Jorong
Dusun Tuo, Nagari Lima Kaum, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat.
Jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia, Batu Batikam berarti batu yang tertusuk.
Menurut sejarah, lubang atau tusukan yang ada di tengah batu itu merupakan bekas
dari tusukan keris Datuak Parpatiah Nan Sabatang. Luas situs cagar budaya Batu
Batikam adalah 1.800 meter persegi, dulu berfungsi sebagai medan nan bapaneh atau
tempat bermusyawarah kepala suku. Susunan batu disekeliling batu batikam seperti
sandaran tempat duduk, berbentuk persegi panjang melingkar. Batu batikam
merupakan batu tertusuk yang melambangkan pentingnya perdamaian dan
musyawarah-mufakat dalam kehidupan masyarakat Sumatera Barat.

Datuak Parpatiah menginginkan masyarakat diatur dalam semangat yang


demokratis, atau dalam tatanannya, "Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi". Namun
Datuak Katumanggungan menginginkan rakyat diatur dalam tatanan yang hierarki
"berjenjang sama naik, bertangga sama turun". Dan karena perbedaan tersebut mereka
berdua bertengkar hebat. Untuk menghindari pertikaian dan tidak saling melukai,
Datuak Parpatiah dan Datuak Katumanggungan kemudian menikam batu tersebut
dengan keris sebagai pelampiasan emosinya. Maka dari itu Batu Batikam memiliki
sebuah lubang yang menembus dari arah sisi depan dan belakang. Batu ini dinilai
mengandung unsur pelajaran, pengetahuan dan hikmah tentang pentingnya
perdamaian.

4. KERAJAAN MINANGA

Politik Minangkabau sejak berabad-abad lampau berlandaskan demokrasi


egalitarian dan keadilan sosial. Politik ini digunakan oleh Kerajaan Minanga yang
dipimpin oleh Raja Melewar. Adanya sistem politik “Datuk empat suku” dimana
musyawarah para Datuk tersebut yang akan menentukan para sultan dan pemimpin
kerajaan.

PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH


KERAJAAN SUMATERA SELATAN

1. KERAJAAN SRIWIJAYA

Abad ke VII munculnya kerajaan Sriwijaya dibawah kekuasaan bangsa


Syailendra dimana kerajaan ini merupakan kerajaan maritim yang mengandalkan
kekuatan lautnya. Pada zaman itu kerajaan sriwijaya merupakan kerajaan besar yang
sangat disegani dikawasan Asia Selatan. Perdagangan disebut juga Tuhan An
Vatakvurah bertujuan untuk menyatukan pedagang dan pegawai raja agar mudah
dalam memasarkan dagangannya. Sistem pemerintahan juga terdapat pengurus pajak,
harta benda, kerajaan rokhaniawan yang menjadi teknis pembangunan gedung-gedung
dan patung-patung suci sehingga pada saat itu tidak dapat dilepaskan dengan nilai
ketuhanan.
Pada hakekatnya nilai-nilai budaya bangsa semasa kejayaan Sriwijaya telah
menunjukkan nilai-nilai pancasila, yaitu :
1. Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya umat agama Budha dan Hindu
hidup berdampingan secara damai. Pada kerajaan sriwijaya terdapat pusat
kegiatan pembinaan dan pengembangan agama Budha.
2. Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti
Harsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar di India. Telah tumbuh nilai-
nilai politik luar negeri yang bebas dan aktif.
3. Nilai sila ketiga, sebagai negara muslim, Sriwijaya telah menerapkan konsep
negara kepulauan sesuai dengan nilai konsepsi Wawasan Nusantara.
4. Nilai sila keempat, Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat luas,
meliputi (Indonesia saat ini) Siam, Semenanjung melayu.
5. Nilai sila kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan,
sehingga kehidupannya sangat ,akmur.

2. KERAJAAN INDERAPURA

Organisasi pemerintahan Kesultanan Inderapura memakai sistem kabinet


parlementer, dipimpin tertinggi Sultan (Raja), dilaksanakan Perdana Mentri
(Mangkubumi) dibantu Menteri Nan-20 dari para penghulu ( 6 di Hulu, 8 di tengah, 6
di Hilir ). Raja-raja Kesultanan Inderapura banyak sekali, di antaranya keturunan asli
Inderapura dan dianggap keturunan Iskandar Zulkarnaini.

3. KESULTANAN PALEMBANG

Kesultanan Palembang mengakui islam sebagai agama resmi pada abad ke-17. Islam juga
menjadi agama seluruh penduduk pusat kerajaan, karena pada umumnya di negeri kita ini
agama raja adalah agama rakyat. Agama islam juga mengalami penyebaran karena adanya
hubungan dagang kesultanan Palembang dengan Samudera Pasai.

Anda mungkin juga menyukai