Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa selesaikan makalah
mengenai kerajaan Banjar ini.
Dan kita semua berharap semoga makalah ini mampu menambah pengalaman serta
ilmu kepada para pembaca. Sehingga ke depannya sanggup memperbaiki bentuk maupun
isian makalah sehingga menjadi makalah yang memiliki wawasan yang luas dan lebih baik
lagi.
Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman kami, kami percaya tetap banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat berharap saran dan kritik yang
membangun berasal dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Kerajaan atau Kesultanan Banjar berdiri pada tahun 1520 . Kesultanan Banjar semula
berada di Kampung Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kesultanan Banjar kemudian
dipindah ke Martapura, Kabupaten Banjar yang disebut juga Kerajaan Kayu Tangi.
Kesultanan Banjar masuk Islam pada 24 September 1526. Kesultanan Banjar dihapuskan
oleh pemerintah Belanda pada 11 Juni 1860. Pemerintahan darurat/pelarian berakhir
1905).
Ketika ibu kotanya masih di Banjarmasin, Kesultanan Banjar disebut Kesultanan
Banjarmasin. Kesultanan Banjar merupakan penerus dari Kerajaan Negara Daha yaitu
kerajaan Hindu yang beribukota di Kota Negara, sekarang merupakan ibukota Kecamatan
Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan.Kerajaan Banjar menaungi hingga ke wilayah Sungai
Sambas dari awal abad ke-15 M hingga pertengahan abad ke-16 M yaitu pada masa
Kerajaan Melayu Hindu Sambas yang menguasai wilayah Sungai Sambas. Kerajaan Melayu
Hindu Sambas runtuh pada pertengahan abad ke-16 M dan dilanjutkan Panembahan
Sambas Hindu yang merupakan keturunan bangsawan Majapahit dari
Wikramawadhana.Kesultanan Banjar mulai me¬ng¬alami masa kejayaan pada dekade
pertama abad ke-17 dengan lada sebagai komoditas dagang. Secara praktis, barat daya,
tenggara dan timur pulau Kalimantan membayar upeti pada Kerajaan Banjarmasin.
Sebelumnya Kesultanan Banjar membayar upeti kepada Kesultanan Demak, tetapi pada
masa Kesultanan Pajang penerus Kesultanan Demak, Kesultanan Banjar tidak lagi
mengirim upeti ke Jawa
2. Rumusan masalah
3. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
B. MASUKNYA PENGARUH HINDU-BUDHA (PERKEMBANGAN KERAJAAN HINDU-
BUDHA)
Dalam sebuah sejarah Banjar, sekitar abad XII berdirilah sebuah kerajaan yang bernama
Negara Dipa. Kerajaan ini dibangun oleh Empu Jatmika. Ia datang ke Pulau Hujung Tanah
(Kalimantan) dengan rombongannya memakai kapal Prabajaksa, dalam rangka memenuhi
wasiat almarhum ayahnya, Mangkubumi. Sepeninggalan ayahnya Empuh Jatmika disuruh
meninggalkan Negeri Keeling, dan mencari tempat tinggal baru yang tanahnya panas dan
berbau harum. Maka sampailah disuatu tempat yang bernama Pulau Hujung Tanah. Di
daerah inilah ia kemudian menemukan tanah yang panas dan berbau harum seperti yang
diwasiatkan oleh ayahnya, maka kemudian ia membuat Candi Agung dan Empuh Jatmika
menyebut dirinya Maharaja di Candi tersebut.
Sebagai tokoh pimpinan yang kemudian diakui oleh penduduk daerah tersebut, maka ia
memerintahkan Tumenggung Tatah Jiwa dan Arya Megatsari menaklukan orang-orang
Batang Tabalong, Batang Balang, Batang Petap, Batang Alai dan Amandit serta Labuhan
Amas dan orang-orang bukit. Dengan penaklukan ini, maka Negara Dipa semakin kuat dan
wilayahnya bertambah luas. Sari Kaburungan sebagai raja ketiga dalam kerajaan Negara
Dipa memindahkan pusat kerjaannya ke sebelah selatan. Pusat kerajaan yang baru ini
dikenal dengan kerajaan Negara Daha. Pada saat itu pula Bandar Daha dipindahkan ke
Muara Rampiu, kemudian ke Muara Bahan dan terakhir pindah ke Banjarmasin. Akhirnya
Banjarmasin berfungsi sebagai Bandar baru. Maharaja Sukarama menjadi raja keempat
dikerajaan Nagara Dipa menggantikan ayahnya Sari keburungan. Sukarama mempunyai
tiga orang anak; Pangeran Mangkubumi, Pangeran Tumenggung dan Putri Galuh. Setelah
wafatnya Sukarama, Pangeran Mangkubumi menggantikan kedudukannya sebagai raja,
pada saat itu pula pecahnya perang saudara dimulai. Pangeran Tumenggung membunuh
saudaranya sendiri Pangeran Mangkubumi lalu Pangeran Tumenggung menggantikan
kekuasaan di Nagara Dipa.
Saat Raden Sukarama memerintah Negara Daha, menjelang akhir kekuasaannya dia
mewasiatkan tahta kekuasaan Negara Daha kepada cucunya yang bernama Raden
Samudera. Akan tetapi, wasiat tersebut ditentang oleh ketiga anak Raden Sukarama yaitu
Mangkubumi, Tumenggung dan Bagulung. Karena hal itu dan Raden Samudra baru
berumur 7 tahun maka yang menggantikan Sukarama saat ia wafat ialah anak tertuanya
yaitu Mangkubumi namun ia tidak berkuasa lama karna ia terbunuh oleh pegawai istana
atas hasutan Tumenngung setelah Mangkubumi wafat maka Temenggung lah yang menjadi
raja.
Raden Samudera sebagai pihak yang kalah melarikan diri dan bersembunyi di daerah
hilir Sungai Barito. Dia dilindungi oleh kelompok orang melayu yang menempati wilayah
itu. Kampung orang melayu itu disebut Kampung Oloh Masih yang artinya kampung orang
melayu pimpinan Pati Masih. Lama kelamaan kampung ini berkembang menjadi Kota
Banjarmasih karena ramainya perdagangan di tempat ini dan banyaknya pedagang yang
menetap. Dalam pelarian politiknya, Raden Samudera melihat potensi Banjarmasih dengan
sumber daya manusianya dapat dijadikan kekuatan potensial untuk melawan kekuatan
pusat, yaitu Negara Daha. Dalam serangan pertamanya Raden Samudra berhasil menguasai
Pelabuhan Muara Bahan yang mana pelabuhan ini sering di kunjungi oleh pedagang dari
Jawa, Malaka bahkan Gujarat. Setelah beberapa serangan selalu seimbang maka Patih
menyarankan kepada Raden Samudra agar meminta bantuan ke Demak. Dan yang menjadi
Sultan Demak waktu itu ialah Sultan Trenggono, dimana ia bersedia membantu Raden
3
Samudra tetapi Raden Samudra harus masuk agama islam, kemudian Raden Samudrapun
menyanggupi sarat yang di berikan Demak tersebut. Kemudian Demak mengirim seribu
tentara untuk membantu Raden Samudra dan mengirim seorang penghulu (Khatib Dayan)
untuk mengislamkann rakyat Banjar. Maka sejak saat itu Pangeran Samudra dinobatkan
sebagai Sultan banjar pertama yang berkedudukan di ibukota Banjarmasih (Banjarmasin).
Sejak beliaulah, Islam berkembang secara resmi dan menjadi Agama kerajaan didaerah ini.
4
Tanjungpuri. Pada bagian llain Mpu Prapanca menyebutkan nama Bakulapura adalah nama
lain dari bahasa Sanskerta untuk menyebutkan nama Tanjungpura. Kalau kerajaan
Tanjungpura merupakan migrasi Orang Melayu Sriwijaya, hal ini berarti puela ahwa ke
daerah ini telah masuk unsur kebudayaan agama Budha sebagai agama dari kerajaan
Sriwijaya. Migrasi Melayu ke Kalimantan diperkirakan antara abad ke 12-13 Masehi. Dalam
abad ke-16 muncul perkembangan baru dengan lahirnya kerajaan Banjar yang bercorak
Islam di Kalimantan Selatan. Kerajaan Banjar berkembang pesat sampai abad ke-19
merupakan kerajaan Islam merdeka dengan nation baru bangsa Banjar sebagai
warganegara dari sebuah kerajaan (1859-1915) maka bangsa Banjar sebagai warganegara
dari sebuah kerajaan merdeka juga ikut lenyap, dan turun derajatnya menjadi bangsa
jajahan dan kemudian dikenal sebagai Urang Banjar atau Orang Banjar.
5
Nama kecilnya Raden Kasuma Alam. Pemerintahannya dibantu mangkubumi
pamannya Panembahan di Darat, dilanjutkan pamannya Pangeran Dipati Anta
Kasuma, dilanjutkan paman tirinya Pangeran Dipati Mangkubumi (Raden Halit).
Gelar lain Saidullah adalah Wahidullah/Ratu Anum/Ratu Anumdullah.
6. Sultan Ri’ayatullah/Tahalidullah bin Sultan Mustainbillah (1660-1663).
Nama kecilnya Raden Halit. Dia menjadi pelaksana tugas bagi Raden Bagus Kasuma,
putra mahkota yang belum dewasa. Sebagai Penjabat Sultan dengan gelar resmi
dalam khutbah Sultan Rakyatullah (Rakyat Allah). Pemerintahannya dibantu
mangkubumi keponakan tirinya Pangeran Mas Dipati. Tahun 1663 dia dipaksa
menyerahkan tahta kepada kemenakannya Pangeran Dipati Anom II/Sultan Agung
yang berpura-pura akan menyerahkan tahta kepada Putra Mahkota Raden Bagus
Kesuma, tetapi ternyata untuk dirinya sendiri yang hendak menjadi sultan.\
7. Sultan Amrullah bin Sultan Saidullah (1663-1679).
Nama kecil Raden Bagus Kasuma. Masa pemerintahannya sering ditulis tahun 1660-
1700. Pada tahun 1660-1663 dia diwakilkan oleh Sultan Rakyatullah dalam
menjalankan pemerintahan karena dia belum dewasa. Tahun 1663 paman tirinya
Pangeran Dipati Anom II/Sultan Agung merampas tahta dari Sultan Rakyatullah
yang semestinya dirinyalah sebagai ahli waris yang sah sebagai Sultan Banjar
berikutnya. Tahun 1663-
1679 sebagai raja pelarian dia memerintah dari pedalaman (Alay).
8. Sultan Agung/Pangeran Suryanata II bin Sultan Inayatullah (1663-1679).
Nama kecil Raden Kasuma Lalana. Mengkudeta kemenakannya Raden Bagus
Kasuma sebagai Sultan Banjar. Dengan bantuan suku Biaju, memindahkan pusat
pemerintahan ke Sungai Pangeran (Banjarmasin). Pemerintahannya dibantu
sepupunya Pangeran Aria Wiraraja, putera Pangeran Ratu. Sebagai raja muda
ditunjuk adik kandungnya, Pangeran Purbanagara. Dia berbagi kekuasaan dengan
paman tirinya Pangeran Ratu (Sultan Rakyatullah) yang kembali memegang
pemerintahan Martapura sampai mangkat pada 1666. Gelar lain Pangeran Dipati
Anom II
9. Sultan Amrullah (Raden Bagus Kasuma) bin Sultan Saidullah (1679-1700).
Sempat lari ke daerah Alay (1663-1679) kemudian menyusun kekuatan dan
berhasil membinasakan pamannya tirinya Sultan Agung/Ratu Lamak beserta
anaknya Pangeran Dipati/Ratu Agung (Raja Negeri Nagara), kemudian naik tahta
kedua kalinya. Saudara tirinya Pangeran Dipati Tuha (Raden Basus) diangkat
sebagai Raja Negeri Tanah Bumbu dengan wilayah dari Tanjung Silat sampai
Tanjung Aru
10. Sultan Tahmidullah I/Sultan Tahlilullah/Sultan Surya Alam bin Sultan
Amrullah (1700-1717).
Gelar lain Panembahan Kuning. Mangkubumi dijabat adiknya Panembahan Kasuma
Dilaga
11. Sultan Hamidullah/Sultan Ilhamidullah bin Sultan Tahlilullah/Sultan
Tahmidullah I (1730-1734).
Gelar lain Sultan Kuning atau Pangeran Bata Kuning. Panglima perang dari La
Madukelleng yang menyerang Banjarmasin pada tahun 1733.
6
12. Sultan Tamjidullah I bin Sultan Tahlilullah/Sultan Tahmidullah I (1734-
1759).
Gelar lain Sultan Sepuh/Panembahan Badarulalam. Bertin¬dak sebagai wali Putra
Mahkota Pangeran Mu¬hammad Aliuddin Aminullah yang bergelar Ratu Anom yang
belum dewasa. Tamjidullah I yang bergelar Sultan Sepuh berusaha Sultan Banjar
tetap dipegang pada dinasti garis keturunannya. Adiknya Pangeran Nullah dilantik
sebagai mangkubumi. Tamjidullah I mangkat 1767.
13. Sultan Muhammadillah/Muhammad Aliud¬din Aminullah bin Sultan
Hamidullah (1759-1761).
Menggantikan mertuanya Sultan Sepuh/Tamjidullah I sebagai Sultan Banjar. Setelah
itu Sultan Sepuh tidak lagi memakai gelar sultan tetapi hanya sebagai panembahan.
Gelar lain Sultan Muhammadillah/Sul¬tan Aminullah/Muhammad Iya’uddin
Aminullah/Muhammad Iya’uddin Amir Ulatie ketika mangkat anak-anaknya masih
belum dewasa tahta kerajaan kembali di bawah kekuasaan Tamjidillah I tetapi
dijalankan oleh anaknya Pangeran Nata Dilaga sebagai wali Putra Mahkota.
14. Sultan Tahmidullah II/Sultan Nata bin Sultan Tamjidullah I (1761-1801)
Semula sebagai wali Putra Mahkota dengan gelar Panembahan Kaharuddin
Halilullah. Pemerintahan di¬bantu oleh Perdana Menteri/mangkubumi Ratu Anom
Ismail. Gelar lain Susuhunan Nata Alam (1772) Pangeran Nata Dilaga/Pangeran
Wira Nata/Pangeran Nata Negara/Akamuddin Saidullah(1762)/Amirul Mu’¬mi¬nin
Abdullah
(1762) Sulaiman Sai¬dullah I (1787) Panembahan Batu (1797) =Panembahan
Anom. Mendapat bantuan VOC untuk menangkap Pangeran Amir bin Sultan
Muhammad Aliuddin Aminullah yang menuntut tahta dengan bantuan suku Bugis-
Paser yang gagal. Dia kemudian menjalin hubungan dengan suku Bakumpai dan
akhirnya ditangkap Kompeni Belanda 14 Mei 1787 dan diasingkan ke Srilangka.
15. Sultan Sulaiman al-Mutamidullah/Sultan Sulaiman Saidullah II bin
Tahmidullah II (1801-1825).
Mendapat gelar Sultan Muda atau Pangeran Ratu Sultan Sulaiman sejak tahun 1767
ketika berusia 6 tahun. Dibantu adiknya Pangeran Mangku Dilaga dengan gelar Ratu
Anum Mangku Dilaga sebagai mangkubumi (dihukum bunuh karena merencanakan
kudeta), dilanjutkan puteranya Pangeran Husin Mangkubumi Nata bin Sultan
Sulaiman. Sultan Sulaiman digantikan anaknya Sultan Adam. Trah keturunannya
menjadi raja di Kerajaan Kusan, Batoe Litjin dan Poelau Laoet. Hindia Belanda yang
jatuh ke tangan Inggris dan melepaskan kekuasaannya di Banjarmasin. Hindia
Belanda datang kembali ke Banjarmasin menegaskan kekuasaannya.
16. Sultan Adam Al-Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman al-Mutamidullah (1825-
1857). Baginda mendapat gelar Sultan Muda sejak tahun 1782. Pemerintahannya
dibantu adiknya Pangeran Noh dengan gelar Ratu Anum Mangkubumi Kencana
sebagai mangkubumi yang dilantik Belanda pada 7 September 1851, dan Pangeran
Abdur Rahman sebagai Sultan Muda. Ketika mangkat terjadi krisis suksesi dengan
tiga kandidat penggantinya yaitu Pangeran Prabu Anom, Pangeran Tamjidullah II
dan Pangeran Hidayatullah II. Belanda sebelumnya sudah mengangkat Tamjidullah
II sebagai Sultan Muda sejak 8 Agustus 1852 yang juga merangkap jabatan
mangkubumi dan kemudian menetapkannya sebagai sultan Banjar. Sehari
7
kemudian Pangeran Tamjidillah II menandatangani surat pengasingan. Kandidat
sultan lainnya pamannya Pangeran Prabu Anom yang diasingkan ke Bandung pada
23 Februari 1858. Sebelumnya Sultan Adam sudah mengutus surat ke Batavia agar
pengangkatan Tamjidullah II dibatalkan. Sultan Adam sempat membuat surat wasiat
yang menunjuk cucunya Hidayatullah II sebagai Sultan Banjar sebagai penggantinya.
Inilah yang menjadi dasar perlawanan segenap bangsawan terhadap Hindia
Belanda.
17. Sultan Tamjidullah II al-Watsiq Billah bin Pangeran Sultan Muda Abdur
Rahman bin Sultan Adam (1857-1859).
Pada 3 November 1857 Tamjidullah II diangkat Belanda menjadi Sultan Banjar,
padahal dia anak selir meskipun sebagai anak tertua. Belanda kemudian
mengangkat Hidayatullah II sebagai mangkubumi. Pengangkatan Tamjidullah II
ditentang segenap bangsawan karena menurut wasiat semestinya Hidayatullah II
sebagai Sultan, karena dia anak permaisuri. Pada 25 Juni 1859, Belanda
memakzulkan Tamjidullah II sebagai Sultan Banjar dan mengirimnya ke Bogor.
18. Sultan Hidayatullah II bin Pangeran Sultan Muda Abdur Rahman bin Sultan
Adam (1859-1862).
Hidayatullah II satu-satunya pemimpin negeri Banjar sesuai wasiat Sultan Adam.
Sebelumnya sebagai mangkubumi dia diam-diam menjadi oposisi Tamjidullah II,
misalnya dengan mengangkat Adipati Anom Dinding Raja (Jalil) sebagai tandingan
Raden Adipati Danu Raja yang berada di pihak Belanda/Sultan Tamjidullah II.
Perjuangan Hidayatullah II dibantu oleh Demang Lehman. Ketika mengunjungi
Banua Lima, dia dilantik oleh rakyat Banua Lima sebagai Sultan Banjar, dan
Pangeran Wira Kasuma sebagai mangkubumi. Pada 11 Juni 1860, Residen I.N.
Nieuwen Huyzen mengumumkan penghapusan Kesultanan Banjar. Hidayatullah II
pada 2 Maret 1862 dibawa dari Martapura dan diasingkan ke Cianjur.
19. Pangeran Antasari bin Pangeran Masohut bin Pangeran Amir bin Sultan
Muhammad Aliuddin Aminullah (1862).
Pada 14 Maret 1862 atau 11 hari setelah Pangeran Hidayatullah II diasingkan ke
Cianjur, diproklamasikan pengangkatan Pangeran Antasari sebagai pimpinan
tertinggi kerajaan Banjar dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul
Mukminin. Antasari dibantu Tumenggung Surapati sebagai panglima perang. Pusat
perjuangan di Menawing, pedalaman Barito, Murung Raya, Kalteng. Antasari
dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional dan wafat 11 Oktober 1862 di kampung
Sampirang, Bayan Begak, Puruk Cahu karena penyakit cacar. Jenazahnya
dimakamkan kembali 11 November 1958 di Kompleks Makam Pangeran Antasari,
Banjarmasin.
20. Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari Panembahan Amiruddin
Khalifatul Mukminin (1862-1905).
Sebagai kepala Pemerintahan Pagustian meneruskan perjuangan ayahnya Pangeran
Antasari melawan kolonial Belanda dibantu kakaknya Panembahan Muda/Gusti
Muhammad Said sebagai mangkubumi dan Panglima Batur sebagai panglima
perang. Dia melantik menantunya Pangeran Perbatasari bin Pangeran Muhammad
Said sebagai Sultan Muda. Dia sempat mengirim Bukhari ke Kandangan untuk
mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Muhammad Seman gugur pada 24
8
Januari 1905 ditembak Belanda yang mengakhiri Perang Banjar. Perlawanan
terhadap kolonial dilanjutkan oleh Gusti Berakit, putera Sultan Muhammad Seman.
Negeri Banjar menjadi sepenuhnya di bawah pemerintahan Residen Belanda
dilanjutkan Gubernur Haga, Pimpinan Pemerintahan Civil, Pangeran Musa Ardi
Kesuma (Ridzie Zaman Jepang). Ir H Muhammad Noor (Gubernur Kalimantan
I/sekarang menjadi Provinsi Kalimantan Selatan), juga sempat dinobatkan sebagai
pangeran untuk menduduki dan menghidupkan jabatan Kesultanan Banjar, namun
perjuangan fisik melawan Belanda/NICA di masa revolusi serta kesibukannya
sebagai menteri PPU di Jakarta di masa Presiden Soekarno tidak memungkinkan
beliau untuk membangkitkan kembali Kesutanan Banjar.
21. Pangeran Khairul Saleh, trah Sultan Sulaiman (2010-sekarang).
Setelah lama mengalami kevakuman, para zuriat Kesultanan Banjar bertekad untuk
menghidupkan kembali Kesultanan Banjar. Maka melalui musyawarah Tinggi Adat
para zuriat yang tergabung dalam Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan
Banjar (LAKKB), pada 24 Juli 2010 resmi menganugerahkan gelar Pangeran dan
menobatkan Gusti Khairul Saleh (Bupati Kabupaten Banjar 2005-2015) sebagai Raja
Muda.
E. MASA KEJAYAAN
Pada abad ke-17 kerajaan Banjar mengalami masa kejayaannya dan pada waktu itu
dipimpin oleh tiga sultan secara berurutan yaitu Sultan Mustain Billah (1595-1620 M),
Sultan Inayatullah (1620-1637 M) dan Sultan Saidullah (1637 – 1642 M) dan paling
terkenal ketika masa Sultan Mustain Billah.
Pada masa Sultan Mustain Billah juga pusat pemerintahan kerajaan Banjar ini dipindah ke
Kayuwangi di Martapura. Satelah itu ibu kota kesultanan Banjar ini berpindah lagi ke
Amuntai karena adanya gangguan dari bangsa asing yaitu Belanda yang ingin memonopoli
perdagangan di kerajaan ini.
Belanda mulai datang dan memonopoli perdagangan lada di kerajaan ini pada tahun 1606
tapi belum membuahkan hasil karena pemerintah kerajaan dan rakyat Banjar menolak dan
melawan VOC Belanda. Namun pada akhirnya Belanda dapat memonopoli perdagangan di
sini pada tahun 1635 setelah adanya perjanjian antara Belanda dengan Syahbandar dan
Sultan Banjar.
9
F. KEHIDUPAN DI KERAJAAN BANJAR
1. Kehidupan Politik
Jika dilihat dari awal mula berdirinya kerajaan Banjar ini sudah ada campur tangan dari
pihak luar. Pada saat itu adalah kerajaan Demak yang membantu kerajaan Banjar dalam
merebut tahta kerajaan Daha dengan syarat raja dan rakyat Banjar memeluk agama Islam.
Sehingga ketika kerajaan ini benar-benar berdiri, sistem pemerintahan yang ada dalam
kesultanan Banjar dan bentuk pemerintahannya ada pengaruh dari Jawa.
Maka dari itu kesultanan Banjar ini bentuk pemerintahan yang milikinya adalah seperti
kerajaan-kerajaan yang ada di pulau Jawa. Meskipun bentuknya menyerupai kerajaan di
Jawa tapi kekuasaan raja Banjar ini bisa dibilang tidak semutlak raja Jawa yang bersifat
absolut akan tetapi dipengaruhi oleh para bangsawan.
Ibu kota kerajaan ini pernah pindah ke Martapura disebabkan oleh serangan VOC pada
masa pemerintahan Sultan Mustain Billah bin Sultan Hidayatullah I antara tahun 1595-
1636/1642 M.
2. Kehidupan Ekonomi
Kehidupan masyarakat kerajaan Banjar ini secara garis besar dibagi menjadi tiga lapisan
dan jika digambar bentuknya akan menyerupai segi tiga piramid. Lapisan teratas dipegang
oleh para Bangsawan dan keluarga kerajaan. Sedangkan dibawahnya adalah para pemuka
agama dan yang mengusrusi tentang hukum kerajaan ini.
Kemudian lapisan paling bawah adalah kaum mayoritas dari masyarakat kesultanan Banjar
ini dan mereka adalah para pedagang, nelayan, petani, pengrajin dan lain sebagainya.
Meskipun seakan ada kasta dalam tingkat perekonomian di kerajaan ini tidak menjadi
penghalang untuk kemakmuran masyarakatnya di berbagai bidang.
Posisi kerajaan ini juga berada di lalu lintas perdagangan pada abad ke-16 dan 17 M
sehingga menjadikan kegiatan dagang sebagai pendukung kemakmuran di kesultanan
Banjar apalagi hasil pertanian yang dimiliki oleh kerajaan ini yang beruba lada menjadi
komoditas ekspor di kerajaan Banjar selain industri besi dan logam.
3. Kehidupan Budaya
Suku utama yang ada di wilayah kerajaan Banjar ada tiga kelompok yaitu Kelompok Banjar
Batang Banyu disebut dengan Suku Maanyan, Banjar Muara yang disebut dengan Suku
Ngaju dan Kelompok Banjar Hulu yang disebut dengan Suku Bukit.
Suku Maanyan, Ngaju dan Bukit sebagai suku inti kemudian bercampur dengan suku
Melayu juga peradaban dari Jawa yang berupa Hindhu dan Buddha yang melahirkan
peradaban kerajaan Tanjung Pura dan Kerajaan Daha.
10
Kerajaan Daha yang merupakan percampuran dari Maanyan, Ngaju dan Bukit juga budaya
Jawa Hindu berpadu dengan Islam menghasilkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan
kesultanan atau kerajaan Banjar.
Perang Banjar berlangsung antara 1859 -1905 (menurut sumber Belanda 1859-1863).
Konflik dengan Belanda sebenarnya sudah mulai sejak Belanda memperoleh hak monopoli
dagang di Kesultanan Banjar. Dengan ikut campurnya Belanda dalam urusan kerajaan,
kekalutan makin bertambah. Pada tahun 1785, Pangeran Nata yang menjadi wali putra
mahkota, mengangkat dirinya menjadi raja dengan gelar Sultan Tahmidullah II (1785-
1808) dan membunuh semua putra almarhum Sultan Muhammad. Pangeran Amir, satu-
11
satunya pewaris tahta yang selamat, berhasil melarikan diri lalu mengadakan perlawanan
dengan dukungan pamannya Gusti Kasim (Arung Turawe), tetapi gagal. Pangeran Amir
(kakek Pangeran Antasari) akhirnya tertangkap dan dibuang ke Ceylon (kini Sri Langka).
Pangeran Antasari juga menggalang kerja sama dengan Kesultanan Kutai Kertanegara
melalui kerabatnya di Tenggarong. Pangeran Antasari menyurati pangeran-pangeran
lainnya dari Kutai seperti Pangeran Nata Kusuma, Pangeran Anom, dan Kerta. Mereka
semua adalah mata rantai penyelundupan senjata api dari Kutai ke Tanah Dusun (Banjar).
Namun, ketika Perang Banjar dilanjutkan oleh keturunan Pangeran Antasari, Sultan Kutai
Aji Muhammad Sulaiman tidak merespons positif permintaan bantuan dari Pangeran
Perbatasari. Bahkan, Pangeran Perbatasari diserahkan kepada Belanda pada 1885.
Setelah Pangeran Hidayatullah tertangkap dan Pangeran Antasari wafat, perjuangan tetap
berlanjut yang di pimpin oleh Gusti Mat Seman, Gusti Acil, Gusti Muhammad Arsyad, dan
Antung Durrahman. Oleh pemimpin-pemimpin tersebut, rakyat masih bergerilya dengan
se-sekali melakukan serangan kepada Belanda sampai awal abad ke-20. Akibat Dari perang
ini dalam bidang politik adalah daerah kalimantan selatan sepenuhnya dikuasai oleh
pemerintah kolonial belandadan dibubarkannya negara kesultanan banjar. dan untuk
bidang ekonomi adalah dikuasainya tambang batubara dan perkebunan di daerah
kalimantan selatan.
12
akhirnya dihapuskan tentara Belanda Melayu Marsose, sedangkan Sultan Muhammad
Seman yang menjadi pemimpinnya gugur dalam pertempuran. Sejak itu Kalimantan
Selatan dikuasai sepenuhnya oleh Belanda. Pengganti Pangeran Antasari adalah puteranya
yang bernama Muhammad Seman. Di mata rakyat, beliau merupakan sultan Kesultanan
Banjar terakhir yang mendapatkan tugas utama untuk menggantikan sang ayah dalam
menjaga nyala api perlawanan dalam Perang Banjar. Perang Banjar merupakan
peperangan yang diadakan kerajaan Banjar untuk melawan kolonialisasi Belanda.
Perlawanan Muhammad Seman terpaksa harus terhenti karena beliau meninggal dunia
dalam suatu pertempuran melawan Belanda di sungai Manawing pada tahun 1905. Beliau
dimakamkan di puncak gunung di Puruk Cahu Dengan meninggalnya Muhammad Seman,
berarti riwayat Kesultanan Banjar juga telah berakhir. Setelah Perang Banjar (1859-1905),
Belanda membuat beberapa keputusan, antara lain Kesultananan Banjar dihapuskan dan
seluruh bekas daerah Kesultanan Banjar dimasukkan ke dalam tatanan baru Residentie
Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo . Dengan demikian berakhirlah riwayat Kesultanan
Banjar yang telah berlangsung selama 379 tahun (1526-1905).
1. Candi Agung
Candi ini sebenarnya dibangun tidak pada masa kerajaan Banjar berkuasa tapi jauh
sebelum kerajaan ini berdiri. Diperkirakan dibangun sekitar 740 tahun yang lalu dan
terletak di Amuntai yang merupakan daerah kekuasaan kesultanan Banjar.
Meskipun Candi Agung ini tidak dibangun pada masa kerajaan Banjar tapi candi ini masih
ada sangkut pautnya dengan kesultanan Banjar dengan melihat awal mula sejarah
berdirinya kerajaan Banjar ini.
13
Masjid bersejarah ini dibangun di daerah Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin Utara,
Banjarmasin pada masa Sultan Suriansyah yaitu raja pertama termasuk pendiri dari
kerajaan Banjarmasin. Daerah ini dikenal juga sebagai Banjar Lama karena ibu kota dari
kesultanan Banjar pada pertama kalinya.
Masjid yang dibangun pada tahun pada masa Sultan pertama kerajaan ini merupakan
masjid tertua dan masjid pertama yang berdiri di pulau Kalimantan Selatan. Masjid yang
berada di tepi sungai Kuin ini memiliki arsitektur bergaya Banjar Tradisional dengan
bentuk panggung dan memiliki atap yang terpisah dengan bangunan induknya.
Makam para raja yang pernah memimpin kerajaan dengan sistem pemerintahan
Kesultanan ini masih ada sampai sekarang dan menjadi bukti sejarah tentang keberadaan
kerajaan ini dan penyebaran agama Islam di Kalimantan Selatan. Para raja yang
dimakamkan di komplek makam ini diantaranya adalah makam Sultan Suriansyah, Sultan
Mustaibillah, Sultan Inayatullah dan lain sebagainya.
4. Perkakas Kerajaan
Peninggalan sejarah dari kesultanan Banjar yang sekarang disimpan di Museum Lambung
Mangkurat ini diantaranya adalah beberapa buku, senjata yang pernah dipakai oleh
kerajaan Banjar, stempel kerajaan dan perkakas kerajaan lainnya.
14
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
Kita wajib mensyukuri keberadaan Kerajaan Banjar di masa lalu yang menjadikan suatu
sumber ilmu pengetahuan dari sejarah masuknya islam di nusantara. Rasa syukur tersebut
dapat diwujudkan dalam perilaku dengan hati yang tulus dan rasa bertanggung jawab yang
tinggi untuk terus melestarikan budaya kita. Jika kita ikut dalam melestarikannya maka
kita juga akan ikut mengangkan derajat dan jati diri bangsa.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan
http://kerajaanbanjar.wordpress.com/2007/04/06/sistem-politik-dan-pemerintahan-
kerajaan-banjar/
http://kesultananbanjar.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=80:penobatan-raja-muda-kesultanan-
banjar&catid=38:berita-lakkb
http://kesultananbanjar.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=78:keraton-banjar-dibangun-di-telok-selong-
dananya-dari-provinsi-dan-sumbangan-perantau&catid=38:berita-lakkb
http://library.utem.edu.mye-melakakoleksi%20melakasejarahmn2008.pdf (online),
diakses tanggal 16 April 2013.
http://www.al-khilafah.org/2011/06/kesultanan-banjar-bagian-khilafah-yang.html
(online), diakses tanggal 15 April 2013
http://kadahakunjua.blogspot.com/2009/02/cikal-bakal-kerajaan-banjar-di.html(online)
diakses tanggal 16 April 2013
http://new.kesultananbanjar.com/sejarah-kesultanan-banjar/sejarah-kesultanan-banjar-
bagian-2/
http://new.kesultananbanjar.com/sejarah-kesultanan-banjar/kesultanan-banjar-1520-1860-
part1/
http://handikap60.blogspot.com/2013/01/sejarah-perlawanan-rakyat-banjar.html
https://sriwatiblogs.wordpress.com/2013/07/03/nan-sarunai-negara-dipa-dan-negara-
daha-fase-sebelum-kerajaan-banjar-historiografi-tradisional-kalimantan-selatan/
16