Anda di halaman 1dari 16

Kesultanan Banjar

-dirangkai oleh kelompok6-


Islam masuk ke Kalimantan Selatan pada
Masuknya Islam ke Nusantara atau Indonesia yang masa jauh lebih belakang

dibawa oleh

dibanding, misalnya, Sumatera Utara atau


para pedagang Gujarat, ulama sufi dan mubaligh
Avej. Diperkirakan telah ada

pada sekitar abad

XVII menurut Nurcholis Madjid sudah mengalami sejumlah muslim di wilayah ini sejak awal
apa yang disebut
abad ke-15, tetapi Islamisasi

asimilasi nilai kultural. Di mana proses Islamisasi mencapai momentumnya baru setelah
tersebut lebih
pasukan kesultanan Demak di

menekankan upaya adaptasi ajaran Islam dengan Jawa datang ke Banjarmasin untuk membantu
budaya setempat.
Pangeran Samudra dalam

Salah satu di antara adanya adaptasi itu, lenturnya perjuangannya dengan kalangan elit istana
pemahaman Islam

kerajaan Daha. Setelah

dan pengaruh ajaran agama terdahulu atas Islam,


kemenangannya, Pangeran Samudra
sehingga “Islam

lembek” sebagai ungkapan adanya celah-celah memenuhi janjinya untuk beralih

campuraduknya ajaran
memeluk agama Islam pada sekitar tahun 936
Islam yang orisinil dengan agama nenek moyang ( H/1526 M dan diangkat

sebagai sultan yang pertama di Kasultanan


Banjar. Dia diberi gelar
ssku maayan
Menurut mitologi suku Maanyan (suku tertua di Kalimantan

Selatan), kerajaan pertama di Borneo Selatan adalah Kerajaan Nan

Sarunai yang diperkirakan wilayah kekuasaannya terbentang luas mulai

dari daerah Tabalong hingga ke daerah Pasir. Keberadaan mitologi

Maanyan yang menceritakan tentang masa-masa keemasan Kerajaan

Nan Sarunai sebuah kerajaan purba yang dulunya mempersatukan etnis

Maanyan di daerah ini dan telah melakukan hubungan dengan pulau

Madagaskar.
Menurut Hikayat Sang Bima, wangsa yang menurunkan raja-raja

Banjar adalah Sang Dewa bersaudara dengan wangsa yang menurunkan

raja-raja Bima (Sang Bima), raja-raja Bali (Sang Kuala), raja-raja

Dompu(Darmawangsa), raja-raja Gowa (Sang Rajuna) yang merupakan

lima bersaudara putera-putera dari Maharaja Pandu Dewata. (


Sesuai Tutur Candi (Hikayat Banjar versi II), di Kalimantan telah

berdiri suatu pemerintahan dari dinasti kerajaan (keraton) yang


terus

menerus berlanjut hingga daerah ini digabungkan ke dalam


Hindia

Belanda pada 11 Juni 1860, yaitu :

1. Keraton awal disebut Kerajaan Kuripan

2. Keraton I disebut Kerajaan Negara Dipa

3. Keraton II disebut Kerajaan Negara Daha

4. Keraton III disebut Kesultanan Banjar


5. Keraton IV disebut Kerajaan Martapura/Kayu Tangi

6. Keraton V disebut Pagustian


Maharaja Sukarama, Raja Negara Daha telah
berwasiat agar

penggantinya adalah cucunya Raden Samudera,


anak dari putrinya

Puteri Galuh Intan Sari. Ayah dari Raden


Samudera adalah Raden

Manteri Jaya, putra dari Raden Begawan, saudara


Maharaja Sukarama.

Wasiat tersebut menyebabkan Raden Samudera


terancam

keselamatannya karena para putra Maharaja


Sukarama juga berambisi

sebagai raja yaitu Pangeran Bagalung, Pangeran


Mangkubumi dan

Pangeran Tumenggung.

Dibantu oleh Arya Taranggana, Pangeran Samudra


melarikan diri

dengan sampan ke hilir sungai Barito.


Perekonomian dan masa kejayaan
Kesultanan Banjar mulai mengalami masa kejayaan pada
dekade

pertama abad ke-17 dengan lada sebagai komoditas


dagang, secara

praktis barat daya, tenggara dan timur pulau Kalimantan


membayar

upeti pada kerajaan Banjarmasin.


Wilayah Kesultanan Banjar Raya adalah negeri-negeri

Wilayah kekuasaan yang

menjadi wilayah pengaruh mandala Kesultanan Banjar


khususnya

sampai pertengahan abad ke-17 dan abad sebelumnya.


(Willem Adrian,

1865: 2).

Kesultanan Banjar merupakan penerus dari kerajaan


Hindu di

Kalimantan Selatan dengan wilayah inti meliputi 5 distrik


besar di

Kalimantan Selatan yaitu Kuripan (Amuntai), Daha


(Nagara�Margasari), Gagelang (Alabio), Pudak Sategal
(Kalua) dan Pandan

Arum (Tanjung) (Bondan, 1953).


daerah taklukan pal�ing barat adalah negeri Sambas
(Kerajaan Sambas kuno) sedangkan

wilayah taklukan paling timur adalah negeri Karasikan


(Banjar Kulan/

Buranun).
Sistem Pemerintahan

1. Raja : bergelar Sultan/Panambahan/Ratu/Susuhunan

2. Putra Mahkota : bergelar Ratu Anum/Pangeran Ratu/Sultan Muda

3. Perdana Menteri : disebut Perdana Mantri/Mangkubumi/Wazir,

dibawah Mangkubumi : Mantri Panganan, Mantri Pangiwa, Mantri

Bumi dan 40 orang Mantri Sikap, setiap Mantri Sikap memiliki 40

orang pengawal.

4. Lalawangan : kepala distrik, kedudukannya sama seperti pada masa

Hindia Belanda.

5. Sarawasa, Sarabumi dan Sarabraja : Kepala Urusan keraton

6. Mandung dan Raksayuda : Kepala Balai Longsari dan Bangsal dan

Benteng

7. Mamagarsari : Pengapit raja duduk di Situluhur

8. Parimala : Kepala urusan dagang dan pekan (pasar). Dibantu

Singataka dan Singapati.

9. Sarageni dan Saradipa : Kuasa dalam urusan senjata (tombak,

ganjur), duhung, tameng, badik, parang, badil, meriam dll.

10.Puspawana : Kuasa dalam urusan tanaman, hutan, perikanan, ternak,

dan berburu

11.Pamarakan dan Rasajiwa : Pengurus umum tentang keperluan


p
12.Kadang Aji : Ketua Balai petani dan Perumahan. Nanang sebagai

Pembantu

13.Wargasari : Pengurus besar tentang persediaan bahan makanan dan

lumbung padi, kesejahteraan

14.Anggarmarta : Juru Bandar, Kepala urusan pelabuhan

15.Astaprana : Juru tabuh-tabuhan, kesenian dan kesusasteraan.

16.Kaum Mangkumbara : Kepala urusan upacara

17.Wiramartas : Mantri Dagang, berkuasa mengadakan hubungan agang

dengan luar negeri, dengan persetujuan Sultan.

18.Bujangga : Kepala urusan bangunan rumah, agama dan rumah

ibadah

19.Singabana : Kepala ketenteraman umum.


Peninggalan

Makam sultan sulaiman


Mesjid sultan suriansyah

Kitab sabilal muhtadin


Candi agung
F.Y.I Soeltan Soeriân Allâh atau Sultan Suryanullah[1][14]

[15][16][17] atau Sulthan Soerian Sjach atau Sultan

Suriansyah (Panembahan Batu Habang)[18][19]

atau Sultan Suria Angsa[20][21][22] adalah Raja

Banjarmasin pertama yang memeluk Islam. Ia

memerintah tahun 1500-1540.[4][23] Pangeran Jaya

Sutera atau Jaya Samudera merupakan raja Banjar

pertama sekaligus raja Kalimantan pertama yang

bergelar Sultan yaitu Sultan Suryanullah. Gelar

Sultan Suryanullah tersebut diberikan oleh seorang

Arab yang pertama datang di Banjarmasin,

beberapa waktu setelah Pangeran Samudera

diislamkan oleh utusan Kesultanan Demak.[1]


Kesultanan Banjar mengalami kemunduran karena intervensi

pemerintahan kolonial Belanda. Wilayah Kesultanan Banjar yang

kaya akan batu bara menjadi incaran pemerintah kolonial apalagi

batu bara menjadi komoditas strategis di masa revolusi industri.

Runtuhnya kerajaan.
Sekian sedikit penjelasan materi tentang kesultanan banjar
MMhon di pahami kembali karna pemahaman setiap orang akan

berbeda, terima kasih sudah menyimak dengan baik semoga

semesta memberikan balasan kepada orang baik.


Kami :

1. Fitri Nuraulia
2.Farel Muhammad Pasya
3.Imelda Agustina Yuliawanda
4.Muhammad Rafael B
5.Nazma Aulia Rizqi R

-sekian dan mohon izin untuk pamit-

Anda mungkin juga menyukai