Anda di halaman 1dari 11

KERAJAAN BANJAR

A. Berdirinya Kerajaan Banjar


Kerajaan Banjar merupakan kelanjutan dari Kerajaan Daha yang beragama
Hindu. Pada akhir abad ke-15, Kalimantan Selatan masih dibawah pimpinan
Kerajaan Daha, yang pada saat itu dipimpin oleh Pangeran Sukarama, ia
mempunyai tiga orang anak yaitu Pangeran Mangkubumi, Pangeran Tumenggung,
dan Putri Galuh. Peristiwa kelahiran Kerajaan Banjar bermula dari konflik yang
dimulai ketika terjadi pertentangan dalam keluarga istana. Konflik terjadi antara
Pangeran Samudera dengan pamannya Pamengaran Tumenggung, yang mana
Pangeran Samudera adalah pewaris sah Kerajaan Daha.
Dikisahkan dalam Hikayat Banjar, ketika raja Kerajaan Daha yaitu Raja
Sukarama merasa sudah hampir tiba ajalnya, ia berwasiat agar yang
menggantikannya nanti adalah cucunya Raden Samudera. Mengetahui keputusan
ayahnya ini tentu saja ketiga puteranya tidak menyetujuinya. Dalam peperangan,
kerajaan banjar memiliki sokongan politik oleh kerajaan demak dengan syarat,
kalau saja pangeran Samudera memperoleh kemenangan, ia beserta seluruh kerabat
kraton dan rakyat Banjar bersedia untuk menyatakan diri masuk Islam.
Setelah masuk Islam pada tahun 1526 M, seketika itu Kerajaan Daha
berubah menjadi Kerajaan Islam Banjar dan Pangeran Samudera pun diberi gelar
Sultan Suryanullah atau Sultan Suriansyah, yang dinobatkan sebagai raja pertama
dalam Kerajaan Islam Banjar. Kerajaan Negara Daha adalah salah satu kerajaan
Hindu yang pernah berdiri di Kalimantan Selatan. Kekuasaan di Wilayah Kerajaan
Negara Daha kemudian diambil alih oleh Kerajaan Banjar pada tanggal 24
September 1526. Ulama yang berperan penting dalam islamisasi banjar, yaitu
khatib dayan dan syekh muhammad arsyad al banjari. 
B. Keadaan Geografis
Secara geografis, Kerajaan Banjar berada di Provinsi Kalimantan Selatan
dengan luas wilayah yang membentang dari Tanjung Sambar hingga Tanjung Aru.
Ibu kota atau pusat pemerintahan Kesultanan Banjar terakhir berada di Kayu Tangi
atau yang disebut Martapura masa kini. Pusat kerajaan ini diperkirakan terletak di
hulu sungai nagara.
Sungai nagara berperan penting dalam perkembangan kerajaan banjar,
sungai ini juga dijadikan sebagai sumber kehidupan bagi hampir seluruh
masyarakat di kalimantan, baik di banjarmasin, balikpapan, kandangan, dan
amutasi. Daerah sungai nagara merupakan salah satu wilayah paling subur di
kalimantan, kondisi ini yang menyebabkan wilayah sungai nagara berkembang
sebagai pusat kerajn banjar.
C. Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi kerajaan banjar berfokus pada sektor pertanian dan
perdagangan. Kegiatan perdagangan kerajaan banjar cukup berkembang
dikarenakan letaknya berada di tepi sungai nagara. Komoditas dagang utama
kerajaan banjar yang diperjualbelikan oleh pedagang dari demak dan gowa adalah
lada. Pada tahun 1697, kedatangan imigran dari jawa dan perang makasar yang
terjadi antar kerajaan gowa talo dan voc mengakibatkan kegitan perdagangan di
banjar semakin ramai dikarenakan banyak pedagang yang memindahkan
perdagangannya dari somba opu ke banjar.
D. Kehidupan Agama
Pada saat pemerintahan sultan suryanullah, islam menjadi agama resmi
kerajaan banjar. Perhatian raja terhadap agama islam cukup besar yang dibuktikan
dengan pembangun masjid kerajaan banjar sebagai pusat ibadah. Hubungan baik
antara ulama dan sultan suryanulla dijeleskan dalam kitab sabilul muthadin dan
parukunan yang di tulis atas permintaan sultan suryanulah, dalam
perkembangannya kedua kitab ini menjadi pedoman hukum kerajaan banjar.
 
Dalam penyebaran dan islamisasi di Kalimantan juga dikenal peranan
seorang ulama yang bernama Khatib Dayyan. Ia adalah seorang utusan dari Jawa,
tepatnya Kerajaan Demak. Tujuan Sultan Demak mengirimnya adalah untuk
mengislamkan orang Banjar.

E. Kehidupan Politik
Bentuk pemerintahan Banjar sejak berdirinya sudah dipengaruhi oleh
Kerajaan Demak. Yang merupakan konsekuensi logis jikalau kerajaan A dapat
mendirikan kerajaan dengan bantuan Kerajaan B, maka Kerajaan B turut
mempengaruhi bentuk dan jalannya pemerintahan Kerajaan A. Kerajaan A adalah
kerajaan demak dan kerajaan B adalah kerajaan demak. Dan berakhir, sistem
pemerintahan Banjar mirip dengan sistem kesultanan di Jawa.
Raja-raja Keranaan Banjar (Sultan Banjar)

1.     Sultan Suriansyah (1520-1546). Nama kecil Raden Samudra. Raja


Banjar pertama yang memindahkan pusat pemerintahan di Kampung Banjarmasih
(Kuin) menggantikan Maharaja Tumenggung (Raden Panjang), Dia ahli waris
yang sah sesuai wasiat kakeknya Maharaja Sukarama (Raden Paksa) dari Kerajaan
Negara Daha dibantu Mangkubumi Aria Taranggana.  Raden Samudera memeluk
Islam pada 24 September 1526. Makamnya di Kompleks Makam Sultan
Suriansyah dengan gelar anumerta Sunan Batu Habang. Dalam agama lama,
Pangeran Samudra dianggap hidup membegawan di alam gaib sebagai sangiang
digelari Perbata Batu Habang.
2.     Sultan Rahmatullah bin Sultan Suriansyah (1546-1570).
Pemerintahannya dibantu mangkubumi Aria Taranggana. Makamnya di Kompleks
Makam Sultan Suriansyah dengan gelar anumerta Panembahan Batu Putih.
3.     Sultan Sultan Hidayatullah I bin Rahmatullah (1570-1595).
Pemerintahannya dibantu mangkubumi Kiai Anggadipa. Makamnya di Kompleks
Makam Sultan Suriansyah dengan gelar anumerta Panembahan Batu Irang. Trah
keturunannya menjadi raja-raja Taliwang dan sultan-sultan Sumbawa.
4.     Sultan Mustain Billah bin Sultan Hidayatullah I (1595-1638).  Nama
kecil Raden Senapati. Dia bukan anak dari permaisuri meskipun merupakan anak
tertua. Pemerintahannya dibantu mangkubumi Kiai Jayanagara dilanjutkan
sepupunya Kiai Tumenggung Raksanagara. Gelar lain  Gusti Kacil/Pangeran
Senapati/Panembahan Marhum/Raja Maruhum dan gelar Marhum Panembahan. 
Sultan Mustain memindahkan ibukota kerajaan ke Martapura. Oleh Suku Dayak
yang menghayati Kaharingan, Mustain dianggap hidup sebagai sangiang di Lewu
Tambak Raja, dan dikenal sebagai Raja Helu Maruhum Usang. Trah keturunannya
menjadi raja-raja Kotawaringin, Tanah Bumbu dan Bangkalaan.
5.     Sultan Inayatullah bin Mustainbillah (1638 -1645). Pemerintahannya
dibantu adiknya Pangeran di Darat sebagai mangkubumi. Gelar lain Ratu
Agung/Ratu Lama dimakamkan di Kampung Keraton, Martapura. Adiknya
Pangeran Dipati Anta Kasuma diangkat menjadi raja muda di wilayah sebelah
barat yang disebut Kerajaan Kotawaringin
6.     Sultan Saidullah bin Sultan Inayatullah (1645-1660). Nama kecilnya
Raden Kasuma Alam. Pemerintahannya dibantu mangkubumi pamannya
Panembahan di Darat, dilanjutkan pamannya Pangeran Dipati Anta Kasuma,
dilanjutkan paman tirinya Pangeran Dipati Mangkubumi (Raden Halit). Gelar lain
Saidullah adalah Wahidullah/Ratu Anum/Ratu Anumdullah.
7.     Sultan Ri’ayatullah/Tahalidullah bin Sultan Mustainbillah (1660-1663).
Nama kecilnya Raden Halit. Dia menjadi pelaksana tugas bagi Raden Bagus
Kasuma, putra mahkota yang belum dewasa. Sebagai Penjabat Sultan dengan gelar
resmi dalam khutbah Sultan Rakyatullah (Rakyat Allah). Pemerintahannya dibantu
mangkubumi keponakan tirinya Pangeran Mas Dipati. Tahun 1663 dia dipaksa
menyerahkan tahta kepada kemenakannya Pangeran Dipati Anom II/Sultan Agung
yang berpura-pura akan menyerahkan tahta kepada Putra Mahkota Raden Bagus
Kesuma, tetapi ternyata untuk dirinya sendiri yang hendak menjadi sultan.
8.     Sultan Amrullah bin Sultan Saidullah (1663-1679). Nama kecil Raden
Bagus Kasuma. Masa pemerintahannya sering ditulis tahun 1660-1700. Pada tahun
1660-1663 dia diwakilkan oleh Sultan Rakyatullah dalam menjalankan
pemerintahan karena dia belum dewasa. Tahun 1663 paman tirinya Pangeran
Dipati Anom II/Sultan Agung merampas tahta dari Sultan Rakyatullah yang
semestinya dirinyalah sebagai ahli waris yang sah sebagai Sultan Banjar
berikutnya. Tahun 1663-1679 sebagai raja pelarian dia memerintah dari pedalaman
(Alay).
9.     Sultan Agung/Pangeran Suryanata II bin Sultan Inayatullah (1663-
1679). Nama kecil  Raden Kasuma Lalana. Mengkudeta kemenakannya Raden
Bagus Kasuma sebagai Sultan Banjar. Dengan bantuan suku Biaju, memindahkan
pusat pemerintahan ke Sungai Pangeran (Banjarmasin). Pemerintahannya dibantu
sepupunya Pangeran Aria Wiraraja, putera Pangeran Ratu. Sebagai raja muda
ditunjuk adik kandungnya, Pangeran Purbanagara. Dia berbagi kekuasaan dengan
paman tirinya Pangeran Ratu (Sultan Rakyatullah) yang kembali memegang
pemerintahan Martapura sampai mangkat pada 1666. Gelar lain  Pangeran Dipati
Anom II.
10.  Sultan Amrullah (Raden Bagus Kasuma) bin Sultan Saidullah (1679-
1700). Sempat lari ke daerah Alay (1663-1679) kemudian menyusun kekuatan dan
berhasil membinasakan pamannya tirinya Sultan Agung/Ratu Lamak beserta
anaknya Pangeran Dipati/Ratu Agung (Raja Negeri Nagara), kemudian naik tahta
kedua kalinya. Saudara tirinya Pangeran Dipati Tuha (Raden Basus) diangkat
sebagai Raja Negeri Tanah Bumbu dengan wilayah dari Tanjung Silat sampai
Tanjung Aru.
11.  Sultan Tahmidullah I/Sultan Tahlilullah/Sultan Surya Alam bin Sultan
Amrullah (1700-1717). Gelar lain Panembahan Kuning. Mangkubumi dijabat
adiknya Panembahan Kasuma Dilaga
12.  Panembahan Kasuma Dilaga bin Sultan Amrullah (1717-1730). Raja
Kayu Tangi. Ia adalah mangkubumi dan adik sultan sebelumnya. Iparnya yang
bernama Raden Jaya Negara dilantik sebagai penguasa daerah Negara
13.  Sultan Hamidullah/Sultan Ilhamidullah bin Sultan Tahlilullah/Sultan
Tahmidullah I (1730-1734). Gelar lain  Sultan Kuning atau Pangeran Bata Kuning.
Panglima perang dari La Madukelleng yang menyerang Banjarmasin pada tahun
1733.
14.  Sultan Tamjidullah I bin Sultan Tahlilullah/Sultan Tahmidullah I (1734-
1759). Gelar lain Sultan Sepuh/Panembahan Badarulalam. Bertindak sebagai wali
Putra Mahkota Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah yang bergelar Ratu
Anom yang belum dewasa. Tamjidullah I yang bergelar Sultan Sepuh berusaha
Sultan Banjar tetap dipegang pada dinasti garis keturunannya. Adiknya Pangeran
Nullah dilantik sebagai mangkubumi. Tamjidullah I mangkat 1767.
15.  Sultan Muhammadillah/Muhammad Aliuddin Aminullah bin Sultan
Hamidullah (1759-1761). Menggantikan mertuanya Sultan Sepuh/Tamjidullah I
sebagai Sultan Banjar. Setelah itu Sultan Sepuh tidak lagi memakai gelar sultan
tetapi hanya sebagai panembahan. Gelar lain Sultan Muhammadillah/Sultan
Aminullah/Muhammad Iya’uddin Aminullah/Muhammad Iya’uddin Amir Ulatie
ketika mangkat anak-anaknya masih belum dewasa tahta kerajaan kembali di
bawah kekuasaan Tamjidillah I tetapi dijalankan oleh anaknya Pangeran Nata
Dilaga sebagai wali Putra Mahkota.
16.  Sultan Tahmidullah II/Sultan Nata bin Sultan Tamjidullah I (1761-
1801). Semula sebagai wali Putra Mahkota dengan gelar Panembahan Kaharuddin
Halilullah. Pemerintahan dibantu oleh Perdana Menteri/mangkubumi Ratu Anom
Ismail. Gelar lain  Susuhunan Nata Alam (1772) Pangeran Nata Dilaga/Pangeran
Wira Nata/Pangeran Nata Negara/Akamuddin Saidullah(1762)/Amirul Mu’minin
Abdullah (1762) Sulaiman Saidullah I (1787) Panembahan Batu (1797)
=Panembahan Anom. Mendapat bantuan VOC untuk menangkap Pangeran Amir
bin Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah yang menuntut tahta dengan bantuan
suku Bugis-Paser yang gagal. Dia kemudian menjalin hubungan dengan suku
Bakumpai dan akhirnya ditangkap Kompeni Belanda 14 Mei 1787 dan diasingkan
ke Srilangka.
17.  Sultan Sulaiman al-Mutamidullah/Sultan Sulaiman Saidullah II bin
Tahmidullah II (1801-1825). Mendapat gelar Sultan Muda atau Pangeran Ratu
Sultan Sulaiman sejak tahun 1767 ketika berusia 6 tahun. Dibantu adiknya
Pangeran Mangku Dilaga dengan gelar Ratu Anum Mangku Dilaga sebagai
mangkubumi (dihukum bunuh karena merencanakan kudeta), dilanjutkan
puteranya Pangeran Husin Mangkubumi Nata bin Sultan Sulaiman. Sultan
Sulaiman digantikan anaknya Sultan Adam. Trah keturunannya menjadi raja di
Kerajaan Kusan, Batoe Litjin dan Poelau Laoet. Hindia Belanda yang jatuh ke
tangan Inggris dan  melepaskan kekuasaannya di Banjarmasin. Hindia Belanda
datang kembali ke Banjarmasin menegaskan kekuasaannya.
18.  Sultan Adam Al-Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman al-Mutamidullah
(1825-1857). Baginda mendapat gelar Sultan Muda sejak tahun 1782.
Pemerintahannya dibantu adiknya Pangeran Noh dengan gelar Ratu Anum
Mangkubumi Kencana sebagai mangkubumi yang dilantik Belanda pada 7
September 1851, dan Pangeran Abdur Rahman sebagai Sultan Muda. Ketika
mangkat terjadi krisis suksesi dengan tiga kandidat penggantinya yaitu Pangeran
Prabu Anom, Pangeran Tamjidullah II dan Pangeran Hidayatullah II. Belanda
sebelumnya sudah mengangkat Tamjidullah II sebagai Sultan Muda sejak 8
Agustus 1852 yang juga  merangkap jabatan mangkubumi dan kemudian
menetapkannya sebagai sultan Banjar.  Sehari kemudian Pangeran Tamjidillah II
menandatangani surat pengasingan. Kandidat sultan lainnya pamannya Pangeran
Prabu Anom yang diasingkan ke Bandung pada 23 Februari 1858. Sebelumnya
Sultan Adam sudah mengutus surat ke Batavia agar pengangkatan Tamjidullah II
dibatalkan. Sultan Adam sempat membuat surat wasiat yang menunjuk cucunya
Hidayatullah II sebagai Sultan Banjar sebagai penggantinya. Inilah yang menjadi
dasar perlawanan segenap bangsawan terhadap Hindia Belanda.
19.  Sultan Tamjidullah II al-Watsiq Billah bin Pangeran Sultan Muda
Abdur Rahman bin Sultan Adam (1857-1859). Pada 3 November 1857
Tamjidullah II diangkat Belanda menjadi Sultan Banjar, padahal dia anak selir
meskipun sebagai anak tertua. Belanda kemudian mengangkat Hidayatullah II
sebagai mangkubumi. Pengangkatan Tamjidullah II ditentang segenap bangsawan
karena menurut wasiat semestinya Hidayatullah II sebagai Sultan, karena dia anak
permaisuri. Pada 25 Juni 1859, Belanda memakzulkan Tamjidullah II sebagai
Sultan Banjar dan  mengirimnya ke Bogor.
20.  Sultan Hidayatullah II bin Pangeran Sultan Muda Abdur Rahman bin
Sultan Adam (1859-1862). Hidayatullah II satu-satunya pemimpin negeri Banjar
sesuai wasiat Sultan Adam. Sebelumnya sebagai mangkubumi dia diam-diam
menjadi oposisi Tamjidullah II, misalnya dengan mengangkat Adipati Anom
Dinding Raja (Jalil) sebagai tandingan Raden Adipati Danu Raja yang berada di
pihak Belanda/Sultan Tamjidullah II. Perjuangan Hidayatullah II dibantu oleh
Demang Lehman. Ketika mengunjungi Banua Lima, dia dilantik oleh rakyat Banua
Lima sebagai Sultan Banjar, dan Pangeran Wira Kasuma sebagai mangkubumi.
Pada 11 Juni 1860, Residen I.N. Nieuwen Huyzen mengumumkan penghapusan
Kesultanan Banjar. Hidayatullah II pada 2 Maret 1862 dibawa dari Martapura dan
diasingkan ke Cianjur.
21.  Pangeran Antasari bin Pangeran Masohut bin Pangeran Amir bin Sultan
Muhammad Aliuddin Aminullah (1862). Pada 14 Maret 1862 atau  11 hari setelah
Pangeran Hidayatullah II diasingkan ke Cianjur, diproklamasikan  pengangkatan
Pangeran Antasari sebagai pimpinan tertinggi kerajaan Banjar dengan gelar
Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. Antasari  dibantu Tumenggung
Surapati sebagai panglima perang. Pusat perjuangan di Menawing, pedalaman
Barito, Murung Raya, Kalteng. Antasari dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional
dan wafat 11 Oktober 1862 di kampung Sampirang, Bayan Begak, Puruk Cahu
karena penyakit cacar. Jenazahnya dimakamkan kembali 11 November 1958 di
Kompleks Makam Pangeran Antasari, Banjarmasin.
22.  Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari Panembahan
Amiruddin Khalifatul Mukminin (1862-1905). Sebagai kepala Pemerintahan
Pagustian meneruskan perjuangan ayahnya Pangeran Antasari melawan kolonial
Belanda dibantu kakaknya Panembahan Muda/Gusti Muhammad Said sebagai
mangkubumi dan Panglima Batur sebagai panglima perang. Dia melantik
menantunya Pangeran Perbatasari bin Pangeran Muhammad Said sebagai Sultan
Muda. Dia sempat mengirim Bukhari ke Kandangan untuk mengadakan
perlawanan terhadap Belanda. Muhammad Seman gugur pada 24 Januari 1905
ditembak Belanda yang mengakhiri Perang Banjar. Perlawanan terhadap kolonial
dilanjutkan oleh Gusti Berakit, putera Sultan Muhammad Seman. Negeri Banjar
menjadi sepenuhnya di bawah pemerintahan Residen Belanda dilanjutkan
Gubernur Haga, Pimpinan Pemerintahan Civil, Pangeran Musa Ardi Kesuma
(Ridzie Zaman Jepang). Ir H Muhammad Noor (Gubernur Kalimantan I/sekarang
menjadi Provinsi Kalimantan Selatan), juga sempat dinobatkan sebagai pangeran
untuk menduduki dan menghidupkan jabatan Kesultanan Banjar, namun
perjuangan fisik melawan Belanda/NICA di masa revolusi serta kesibukannya
sebagai menteri PPU di Jakarta di masa Presiden Soekarno tidak memungkinkan
beliau untuk membangkitkan kembali Kesutanan Banjar.
23.  Pangeran Khairul Saleh, trah Sultan Sulaiman (2010).  Setelah  lama
mengalami kevakuman, para zuriat Kesultanan Banjar bertekad untuk
menghidupkan kembali Kesultanan Banjar. Maka melalui musyawarah Tinggi
Adat para zuriat yang tergabung dalam Lembaga Adat dan  Kekerabatan
Kesultanan Banjar (LAKKB), pada 24 Juli 2010 resmi menganugerahkan gelar
Pangeran dan menobatkan Gusti Khairul Saleh (Bupati Kabupaten Banjar 2005-
2015) sebagai Raja Muda.
F. Kehidupan Social Budaya
Susunan masyarakat kerajaaan banjar berbentuk segitiga piramida, lapisan
paling atas adalah golongan penguasa sebagai golongan minoritas. Golongan ini
terdiri dari kaum bangsawan, keluarga raja. Lapisan tengah diisi oleh para pemuka
agama yang mengurusi masalah hukum keagamaan dalam kerajaan. Sementara
golongan mayoritas terbawah diisi oleh para petani, nelayan, pedagang dan lain
sebagainya.
Kebudayaan banjar berkaitan erat dengan ajaran islam. Sejak Kesultanan
Banjar berdiri, budaya yang diterapkan di kerajaan ini lebih ditekankan pada
budaya Islam dengan tidak meninggalkan unsur budaya tradisionalnya. Hal ini
dapat dilihat pada seni arsitektur rumah bubungan tinggi. Atapnya yang menjulang
tinggi ke langit adalah simbol ikrar keyakinan kepada Allah SWT. Bangunan
bagian atas bersudut lima menandakan jumlah rukun Islam. Unsur hitungan
panjang, lebar dan tinggi harus ganjil karena sesuai dengan sifat dan nama Allah
swt. yang berjumlah ganjil. Belum lagi pada ornamen-ornamen rumah panggung
yang kaya akan makna dan simbol keseimbangan hubungan antara manusia, alam
dan Sang Pencipta.

G. Kejayaan dan kemunduran kerajaan banjar


Kesultanan Banjar mengalami masa kejayaan pada 10 tahun pertama abad
ke-17 Masehi dengan lada sebagai komoditas dagang. Kesultanan Banjar juga
mendapatkan keuntungan besar karena daerah barat daya, tenggara, dan timur
Kalimantan membayar upeti kepada mereka. Eksistensi Kesultanan Banjar
semakin kuat ketika pada 1636 berhasil menaklukkan banyak daerah lain di
Boreno, seperti Sambas, Lawai, Sukadana, Kotawaringin, Pembuang, Sampit,
Mendawai, Kahayan Hilir, Kahayan Hulu, Kutai, Pasir, Pulau Laut, Satui, Asam
Asam, Kintap, hingga Swarangan. Kesultanan Banjar saat itu sempat terancam
diserang oleh Kesultanan Mataram Islam dari Jawa di bawah pimpinan Sultan
Agung Hanyakrakusuma (1613-1645 M) 
Kesultanan Banjar mulai menuai keruntuhan setelah sering terlibat polemik
dengan VOC atau Belanda. Tanggal 11 Juni 1860, Kesultanan Banjar dihapuskan
dan digantikan komisi kerajaan di bawah pengawasan Belanda.
Raja Kayu Tangi. Ia adalah mangkubumi dan adik sultan sebelumnya. Iparnya
yang bernama Raden Jaya Negara dilantik sebagai penguasa daerah Negara.

Peninggalan Kerajaan Banjar


Ketika membahas tentang kerajaan, tentu tidak jauh dari peninggalan kerajaan
tersebut. Berikut adalah beberapa peninggalan Kerajaan Banjar :

1. Masjid Sultan Suriansyah

Masjid Sultan Suriansyah (sumber: Dispar Provinsi Kalsel)

Peninggalan Kerajaan Banjar yang pertama adalah Masjid Sultan Suriansyah. Masjid ini
adalah masjid tertua di provinsi Kalimantan Selatan. Masjid ini berada di kelurahan
Kuin Utara, kota Banjarmasin. Nama dari Masjid ini diambil dari nama raja yang
memerintah saat itu yaitu Sultan Suriansyah, raja pertama Kesultanan Banjar. Situs
candi ini saat ini menjadi lambang daerah dan tempat wisata.
Baca Juga:  Candi Kalasan : Sejarah, Harga, Lokasi, Rute & Jam Buka

2. Candi Agung

Candi Agung (sumber: Wonderful Kalimantan)

Peninggalan kedua adalah Candi Agung. Candi ini berasal dari kerajaan sebelum
Banjar, yaitu Kerajaan Negaradipa. Candi ini dibangun oleh Empu Jatmika pada abad 14
Masehi. Umur dari candi ini diperkirakan sekitar 740 tahun. Bahan dari candi ini adalah
kayu dan batu, sampai saat ini masih terlihat kokoh.

3. Makam Sultan Suriansyah


Makam Sultan Suriansyah (sumber: Banjarmasin Tourism)

Peninggalan Kerajaan Banjar yang ketiga adalah Makam Sultan Suriansyah. Sultan
Suriansyah adalah raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Banjar. Sebuah kompleks
pemakaman dibuat untuk mengenang beliau. Pemakaman Sultan Suriansyah yang ada
saat ini adalah bentuk yang sudah dipugar. Kompleks pemakaman terletak di daerah
Kuin Utara.

Anda mungkin juga menyukai