Anda di halaman 1dari 4

1

Kesultanan Banjar berdiri diawali dengan perebutan tanah antara anggota kerajaan Negara Daha yang
saat itu dimpimpin oleh Maharaja Sukarama.

Sebelum wafat, Maharaja Sukarama berwasiat agar kelak penggantinya adalah Raden Samudera, yakni
cucu dari perkawinan putrinya Galuh Intan Sari dan Raden Manteri Jaya.

Dilansir dari buku Hikayat Banjar oleh Ras Johannes Jacobus, Raden Samudera adalah Raja Banjarmasin
pertama yang memeluk Islam dan bergelar Sultan Suriansyah.

Namun, pada saat penunjukan takhta waris oleh Maharaja Sukarama, Raden Samudera masih berusia
dini sehingga kedudukan raja diambil oleh para putra Maharaja Sukarama.

Maharaja Sukarama memiliki tiga putra yakni Pangeran Mangkubumi, Pangeran Tumenggung, dan
Pangeran Bagalung. Naik takhtanya Pangeran Mangkubumi sebagai Raja Negara Daha membuat posisi
Raden Samudera terancam.

Bersama pengasuhnya, mereka melarikan diri ke hilir Sungai Barito. Mengetahui Raden Samudera kabur,
Pangeran Mangkubumi melakukan pengejaran.

Raden Samudera dan pengikutnya menyamar sebagai nelayan meski penyamarannya terbongkar oleh
Patih Masih. Patih Masih merupakan anggota Kerajaan Bandar Masih.

Patih Masih menyarankan Raden Samudera untuk meminta bantuan kepada Kerajaan Demak karena
armada perang Kerajaan Bandar Masih tidak begitu kuat. Raden Samudera bersama pengikutnya lalu
pergi ke Kerajaan Demak.

Dalam buku Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara oleh
Slamet Muljana, kembalinya Raden Samudera ke Kerajaan Bandar Masih membawa puluhan ribu prajurit
dan ribuan armada.

Penyerangan Kerajaan Negara Daha saat itu dipimpin oleh Pangeran Tumenggung yang juga Raja Negara
Daha menggantikan Pangeran Mangkubumi. Dengan bantuan dari Kesultanan Demak tersebut
penyerangan yang dilakukan oleh Kerajaan Negara Daha berhasil diredam.

Dengan bantuan bala tentara yang demikian banyak, Raden Samudera berhasil mengalahkan Kerajaan
Daha Negara yang dipimpin oleh Pangeran Tumenggung.

Kekalahan Kerajaan Negara Daha sekaligus mengakhiri masa kerajaan bercorak Hindu di Kalimantan.
Sebagai pemenang, Sultan Suriansyah kemudian mengambil wilayah bekas kekuasaan Kerajaan Negara
Daha.

Raden Samudera kemudian memeluk Islam dan menjadi pendiri sekaligus raja pertama di Kerajaan
Banjar yang beragama Islam dan bergelar Sultan Suriansyah.
2.

Penguasa Kota Banjarmasin:

1. Patih Masih, kepala kampung Banjarmasih (Kuin Utara)


2. Sultan Suriansyah, Sultan ke-1, berkedudukan di Kuin
3. Sultan Rahmatullah, Sultan ke-2, berkedudukan di Kuin
4. Sultan Hidayatullah, Sultan ke-3, berkedudukan di Kuin
5. Sultan Mustain Billah, berkedudukan di Kuin
6. Sultan Agung, berkedudukan di Sungai Pangeran
7. Pangeran Abdullah bin Sultan Muhammadillah, Putra Mahkota
8. Pangeran Dupa, Putra Mahkota
9. Jan van Suchtelen (1747-1752), residen Belanda di Tatas
10.Bernard te Lintelo (1752-1757), residen Belanda di Tatas
11.R. Ringholm (1757-1764), residen Belanda di Tatas
12.Lodewijk Willem de Lile (1760-1764), residen Belanda di Tatas
13.Willem Adriaan Palm (1764-1777), residen Belanda di Tatas
14.Piter Waalbek (1777-1784), residen Belanda di Tatas
15.Barend van der Worm (1784-1787), residen Belanda di Tatas
16.Alexander Hare (1812), Resident-Comissioner Inggris di Tatas
17.C. L. Hartmann
18.A. M. E. Ondaatje (1858), residen Belanda di Banjarmasin.
19.I.N. Nieuwen Huyzen (1860), residen Belanda di Tatas
20.C.C. Tromp. (mulai 11 November 1870).
21.Ronggo 1860: Pangeran Toemenggoeng Tanoe Karsa
22.Ronggo 1898-1905: Kiahi Mas Djaja Samoedra
23.Ronggo 1913: Raden Toemenggoeng Soeria Kasoema
24.C.A. Kroesen (1898), residen Belanda di Tatas
25.C.J. Van Kempen (1924), residen Belanda di Tatas. Mulai tahun 1919
Banjarmasin memiliki Burgemester (Wali kota)
26.J. De Haan (1924-1929), residen Belanda di Tatas
27.R. Koppenel (1929-1931), residen Belanda di Tatas
28.W.G. Morggeustrom (1933-1937), residen Belanda di Tatas

3.

Raden Samudera yang kemudian diberi gelar Sultan Suriansyah ini pun mengukuhkan dirinya sebagai
penguasa Kerajaan Banjarmasin.
Masa kejayaan Kerajaan Banjarmasin ini diketahui berlangsung pada masa pemerintahan Sultan
Mustain Billah (1695-1638 M).

Kerajaan Banjarmasin mengalami masa kejayaan pada dekade pertama abad ke-17 Masehi
dengan lada sebagai komoditas dagang.

Perdagangan lada ini menjadi ramai di Banjarmasin dan menarik Inggris unutk berpindah dari
Banten ke Banjarmasin.

Kerajaan Banjarmasin mendapat keuntungan besar karena daerah barat daya, tenggara, dan timur
Kalimantan membayar upeti pada mereka.

Eksistensi Kerajaan Banjar ini semakin kuat ketika pada 1636 berhasil menaklukan banyak
daerah lain.

4.

pada abad ke- 16. Perkembangan Islam di Banjarmasin


didukung oleh kerajaan Banjar, yang menganut agama Islam
dan memberikan pengaruh kepada masyarakatnya untuk
menganut agama Islam. Sultan Suriansyah sebagai Sultan
Banjar yang pertama mengupayakan penyebaran Islam dengan
pengkaderan ulama, yaitu dengan mengirim Syekh Arsyad Al-
Banjary, yang kemudian dikenal sebagai ulama Banjar yang
tersohor, bahkan di luar Nusantara. Dengan buku-buku beliau
yang ada, ajaran beliau sampai sekarang masih berkembang,
ajaran yang dinamis, yang memberikan adaptasi budaya Islam
yang sesuai dengan kekhasan corak daerah Banjar yang
sangat kaya dan bervariasi.

5.

Perlawanan rakyat Banjar terhadap Pemerintah Kolonial Belanda di Kalimatan, yang dipimpin Pangeran
Antasari pecah pada tahun 1859. Penyebab perang ini adalah karena pihak Belanda ikut campur dalam
urusan keraton dan membuat kericuhan, selain itu rakyat Banjar merugi atas praktik monopoli
perdagangan Belanda di Kalimatan Selatan. Perang Banjar mulai meredup ketika Pangeran Antasari
terserang penyakit, namun ia tetap menginginkan dan menuntut pada Belanda agar Kerajaan Banjar
menjadi kerajaan yang berdaulat, tidak berada di bawah pemerintah kolonial

Anda mungkin juga menyukai