Anda di halaman 1dari 11

KESULTANAN BANJAR

SEJARAH SINGKAT

Kerajaan Islam yang berdiri


antara 1526 hingga 1900
Masehi di Banjarmasin.

kesultanan Banjar sangat


berpengaruh meliputi
Kalimantan Selatan,
Kalimantan Tengah, hingga
sebagian Kalimantan
Timur.

Masjid sultan suriansyah Kerajaan Banjar


Didirikan oleh pangeran samudera, pewaris
Nagara Daha
Pada masa pemerintahan Raja Sukarama (raja
keempat), terjadi konflik perebutan tahta
Nagara Daha antara dua orang anaknya yaitu
Pangeran Mangkubumi dan Pangeran
Tumenggung.
namun, Raja Sukarama justru
berwasiat pengganti tahtanya ialah Pangeran
Samudera, anak dari Putri Galuh.

Pangeran Tumenggung tidak terima dengan


wasiat tersebut. Pangeran Samudera kemudian
memilih meninggalkan istana dan menyamar
menjadi nelayan di pesisir Pantai Serapat, Kuin,
Belandian dan Banjar.

Patih masih mengangkat pangeran samudera


menjadi raja banjar 1526
Mendapat bantuan armada perang dari Demak dengan syarat
menerima Islam sebagai agama resmi kerajaan

Pangeran Tumenggung yang mendengar kabar ada kerajaan baru yang berdiri itu, menjadi marah dan tak
mau tinggal diam. Ia segera berencana mengirim armada perang ke Sungai Barito dan ujung Pulau Alalak
untuk menyerang Pangeran Samudera
Atas saran Patih Masih, Ia kemudian memutuskan untuk meminta
bantuan kepada Kerajaan Demak yang saat itu dipimpin oleh
Sultan Trenggana. Kerajaan Demak mau membantu, dengan syarat
Raja Banjar beserta rakyatnya bersedia memeluk agama Islam.
Pangeran Samudera pun menerima syarat tersebut dan Kerajaan
Demak mengirimkan seribu pasukan bersenjata beserta penghulu
bernama Khatib Dayyan untuk mengislamkan Kerajaan Banjar.
Dengan bantuan tersebut, Kerajaan Daha dapat dikalahkan dan
Pangeran Tumenggung mengakui Pangeran Samudera sebagai Raja
Banjar. Sejak saat itu, Kesultanan Banjar berdiri dan daerah-daerah
lain mulai tunduk. Pangeran Samudera pun kemudian bergelar
menjadi Sultan Suriansyah.
Banjarmasin, ibukota Kesultanan Banjar berkembang menjadi bandar
perdagangan yang besar

Banjarmasin yang saat itu


merupakan Ibukota kerajaan
berkembang menjadi bandar
perdagangan yang besar.

Pedagang dari berbagai suku


datang untuk mencari barang
dagangan. Mulai dari lada
hitam, rotan, dammar, emas,
intan, madu dan kulit binatang.
Khususnya lada hitam, yang
saat itu memiliki nilai tinggi di
pasaran internasional.
Bermula dari hubungan dagang, Belanda turut
campur Kesultanan Banjar

Perang banjar
• Belanda menjadi sangat berambisi untuk menjalin hubungan dagang dan
menguasai Kesultanan Banjar. Berkali-kali ekspedisi yang dikirimkan
Belanda pada tahun 1606 dan 1612 selalu gagal menjalin hubungan
dagang. Meski Belanda sempat berhasil meluluhlantakkan pusat
pemerintahan Kesultanan Banjar hingga harus memindahkan ibukotanya ke
Martapura.
• Ambisi Belanda mulai menemukan titik temu ketika terjadi konflik
perebutan tahta antara Pangeran Aminullah dengan Hamidullah. Melihat
peluang untuk menanamkan pengaruh, Belanda mendekati Sultan
Tamjidillah I untuk memberikan bantuan.
• Berkatnya, Sultan Tamjidillah I berhasil membuat Pangeran Aminullah
keluar dari Istana Banjar. Atas bantuan dan jasanya, Belanda membuat
Sultan Tamjidillah I menandatangani perjanjian perdagangan lada hitam
pada tahun 1747 dan mendirikan kota di tabanio
Dihapuskan secara sepihak oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda
pada 11 Juni 1860
• Seiring dengan semakin kuatnya cengkeraman kekuasaan Pemerintah
Kolonial Hindia Belanda di Istana Banjar. Serta konflik perebutan
kekuasaan antara Pangeran Hidayatullah, dan Pangeran Tamjidillah,
membuat Belanda memiliki celah untuk menghapuskan kesultanan ini
secara sepihak pada 11 Juni 1860.
Lagu
Alat musik
daerah

Kintung (seperti
Anak pipit
angklung)

Ampar-ampar
pisang Kalang kupak
(pembuatan (seperti calung)
pisang rimpi)

Panting (seperti
Paris berantai
gambus)

Saputangan
Kurung-kurung
bapuncu ampat

Anda mungkin juga menyukai