Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH KEHIDUPAN RM.

SAID (ADIPATI MANGKUNEGORO I); SEBUAH


BIOGRAFI

Oleh: Aura Nur Aprilia

NIM: 225221103

A. Pendahuluan

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I yang memiliki nama kecil
Raden Mas Said dilahirkan pada tanggal 7 April 1725 dan wafat pada 23 Desember 1795.
Beliau adalah pendiri Kadipaten Mangkunegara yang terletak di Surakarta, Jawa Tengah
dan dinobatkan juga sebagai pahlawan nasional. Mangkunegara I memiliki ayah Pangeran
Arya Mangkunegara dan ibunya RA. Wulan.
Pada masa RM. Said dilahirkan, Kesultanan Mataram mengalami masa transisi
setelah Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Kesultanan Mataram dibagi menjadi 2 yakni
Kesultanan Yogyakarta yang memiliki raja Sultan Hamengkubuwono I dan Kesultanan
Surakarta yang dipimpin oleh Sunan Pakubuwono III. Pada saat itu, RM. Said masih berada
di bawah pengaruh Kesultanan Mataram dan keluarga ayahnya masih berkuasa di
Kesultanan Mangkunegaran.
Pada tahun 1757, ia memutuskan untuk memisahkan wilayah Mangkunegaran dari
Kesultanan Mataram dan mendirikan Kadipaten Mangkunegaran yang menjadi wilayah
kekuasaannya sendiri. Sejak saat itu, wilayah Mangkunegaran menjadi sebuah kadipaten
yang diakui secara resmi oleh Kesultanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Hingga
saat ini, Mangkunegaran masih merupakan salah satu kecamatan di Kota Surakarta dan
dikenal sebagai salah satu pusat kebudayaan dan sejarah di Jawa Tengah.
Setelah ayahnya mangkat pada tahun 1749, RM. Said diangkat sebagai Adipati
Mangkunegaran pada usia 24 tahun. Pada tahun 1757, ia memutuskan untuk memisahkan
wilayah Mangkunegaran dari Kesultanan Mataram dan mendirikan Kadipaten
Mangkunegaran yang menjadi wilayah kekuasaannya sendiri. RM. Said dikenal sebagai
penguasa yang adil dan bijaksana serta aktif memajukan perekonomian dan kebudayaan di
wilayahnya.
Selama masa pemerintahannya, RM. Said juga terlibat dalam perjuangan melawan
penjajahan Belanda. Ia bergabung dengan pasukan Pangeran Diponegoro dan berhasil
merebut Benteng Vredeburg dari tangan Belanda pada tahun 1812, meskipun ia sendiri
telah wafat sebelum peristiwa tersebut terjadi. Atas jasa-jasanya, RM. Said kemudian
dihormati sebagai pahlawan nasional Indonesia.
Setelah wafat pada tanggal 23 Desember 1795, RM. Said dimakamkan di kompleks
makam Kadipaten Mangkunegaran yang menjadi salah satu objek wisata sejarah di
Surakarta hingga saat ini. Dari latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai
berikut:
a. Jelaskan silsilah keluarga RM Said!
b. Apa saja peran RM Said di Indonesia?
B. Pembahasan

Silsilah Keluarga RM Said

Nglaroh adalah sebuah tempat di Wonogiri, Jawa Tengah, yang memiliki makna
sejarah penting. Tempat ini menjadi basis perjuangan Raden Mas Said dalam merebut
kekuasaan dari Pangeran Purbaya dan membangun Kasunanan Surakarta pada tahun 1746.
Nglaroha dalahh salah satu dusun atau dukuh yang secara administratif termasuk bagian
dari desa Pule. Desa Pule berlokasi di kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Dusun ini
berada di Barat Kecamatan Selogiri dan memiliki jarak 2,3 km yang mampu ditempuhh 5
menit 1
Pertempuran Raden Mas Said di kota Nglaroh dapat dibagi menjadi 3 fase. Fase
pertama saat dia melarikan diri dari Benteng Kartasura, untuk menolong Raden Mas
Garend atau Sunan Kuning dan bergabung dengan perlawanan Cina pada tahun 1742-1743.
Fase kedua berlangsung antara tahun 1743 dan 1743 ketika Pangeran Mangkubum
berhadapan dengan Sunan Pakubuwono II dan Sunan Pakubuwono III. 1755 Fase ketiga
terjadi setelah Nagari Paliyan menghadapi tiga lawan sekaligus pada tahun 1755-1757 yaitu
Sunan Paku Buwono III, Sultan Hamengku Buwono I (Pangeran Mangkubumi) dan VOC
2

Setelah berhasil merebut kekuasaan, Raden Mas Said memperluas wilayah


kekuasaan Kasunanan Surakarta dengan menaklukkan daerah-daerah di sekitarnya. Salah
satu daerah yang berhasil ditaklukkan oleh Kasunanan Surakarta adalah daerah Wonogiri.
Raden Mas Said kemudian memerintahkan penggalian sumur di daerah Nglaroh untuk
membantu menyediakan air bersih bagi masyarakat. Seiring dengan perkembangan
Kasunanan Surakarta, daerah Wonogiri juga mengalami perkembangan pesat. Pada tahun
1900, daerah Wonogiri dijadikan sebagai salah satu wilayah kabupaten di Jawa Tengah
dengan pusat pemerintahan di kota Wonogiri. Dalam sejarah Kabupaten Wonogiri,
Nglaroh dianggap sebagai cikal bakal berdirinya kabupaten tersebut.
Namun, tidak hanya sebagai cikal bakal berdirinya kabupaten Wonogiri, Nglaroh
juga menjadi sebuah simbol penting dalam sejarah perjuangan rakyat Indonesia. Tempat
ini menunjukkan semangat perjuangan yang tinggi dalam memperjuangkan kemerdekaan
dari penjajahan Belanda pada masa lalu. Sebagai sebuah tempat bersejarah, Nglaroh patut
dijaga dan dilestarikan sebagai warisan budaya yang berharga bagi bangsa Indonesia.
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I, yang memiliki nama lahir
Raden Mas Said, adalah seorang bangsawan Jawa dan pendiri Kasunanan Surakarta,
sebuah kerajaan kecil di Jawa Tengah, Indonesia. R.M Said adalah cucu dari Mangkurat
IV di Kartasura (Mangkurat Jawi), yang merupakan anak laki-laki dari pasangan P.A.
Mangkunegara dan puteri Ka-Blitaran, yang lahir pada hari Minggu Manis dalam wuku
Senggani Praba, bulan Ruwah tahun 1850 (Masehi 1725). Wuku Senggani Praba ialah
wuku yang termulia “kata neneknda Baginda”. Beliau dapat dipastikan akan menjadi
seorang prajurit yang gagah perkasa kelak!” Maka diberinya nama Said. Makna dari nama

1
Ilham Galih Pambudi, ‘Dusun Nglaroh , Wonogiri : Basis Perjuangan Politik Raden Mas
Said 1742-1757’, Jurnal Sejarah Dan Budaya, 12.2 (2018), 200–210.
2
Pambudi.
Said adalah Baginda memberi kesaksian. Waktu itu Prabu Hamangkurat sedang mengidap
penyakit, sebab umur telah lanjut 3
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I memiliki dua istri. Istri
yang pertama yaitu Ratu Ayu Retno Dumilah, putri dari Sultan Hamengkubuwana I dan
Ratu Ayu Srenggara, putri dari Pangeran Danurejo IV.
Dari pernikahan pertamanya, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya
Mangkunegara I memiliki seorang putra yang bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati
Arya (KGPAA) Mangkunegara II. Sedangkan dari pernikahan keduanya, ia memiliki lima
orang putra diantaranya :
 Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara III
 Kanjeng Gusti Pangeran Puger, yang kemudian menjadi Raja Mangkunegaran dari
tahun 1830-1853
 Raden Mas Said (dalam bahasa Belanda: Raden Mas Soerjodiningrat), yang
dikenal sebagai Pangeran Sambernyowo, ayah dari Ki Hadjar Dewantara, pendiri
Taman Siswa dan pelopor pendidikan di Indonesia
 Pangeran Tumenggung Wiryokusumo
 Pangeran Arya Mataram
Ketika Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I wafat pada tahun
1795, tahta Kasunanan Surakarta diwariskan kepada putranya, Kanjeng Gusti Pangeran
Adipati Arya Mangkunegara II. Sedangkan putra-putranya dari pernikahan keduanya,
termasuk Raden Mas Said, menerima wilayah-wilayah kecil di sekitar Surakarta sebagai
penghasilan untuk keluarga mereka.

Peran RM Said di Indonesia


Politik kolonial Belanda yang telah menduduki Keraton Kartasura, menimbulkan
ketidak stabilnya kenyamanan kerajaan. Gembong-gembong negara,bahkan Mahapatih,
tidak menemukan rasa jika sesunggguhnya mereka diperbudak oleh penjajah. Mereka
dijanjikan pangkat dan perluasan kekuasaan. Semakin tinggi pangkat, maka semakin tinggi
kekuasaan orang tersebut yang menimbulkan sifat sombong.
Seringkali Mahapatih Pringgalaya menggunakan jabatannya guna bertindak sesuai
apa yang dia inginkan. Salah satunya dalam hal aturan pengangkatan petinggi negara.
Dalam masalah pengangkatan atau penggantian pejabat, sering terjadi pelanggaran bahkan
sampai membuat bibit permusuhan di lingkungan kepunggawaan negara. Tanpa disadari
Mahapatih Pringgalaya, yang sangat besar kekuasaannya, telah menjadi alat buta si
penjajah. Politk pecah belah penjajah ini sering disebut divide et impera 4.
Kekuatan Raden Mas Said yang pada awalnya berkuasa di daerah Magetan,
Ponorogo, dan Madiun, yang sekarang justru berdiri di depan benteng Keraton Yogyakarta.
Momen tersebut menimbulkan Pangeran Sambernyawa berhasil merusak bahkan
membobol benteng Sultan Hamengkubuwana I pada tahun 1757 M. Hingga pada akhirnya
di tahun yang sama Sunan Pakubuwana III, yang merupakan teman dekat Raden Mas Said
merasa jika perang bukanlah solusi untuk menundukkan Raden Mas Said. Diadakanlah
perjanjian untuk memukul mundur kekuatan Raden Mas Said. Perjanjian ini juga disetujui

3
R.Ng. Dwidjasusana, R.I.W., Sastradihardja, Dwidjasaputra, and R.M.F.H., ‘Sejarah
Perjuangan R.M. Sahid (K.G.P.A.A. Sambernyawa) Seorang Tokoh Nasional Sangat Disegani Oleh
Belanda’, K.S Sala, 19770.
4
S Hadidjojo, ‘Sambernyawa Pemberontak Tanah Jawa’, Javanica, 2015.
oleh kolonial Belanda dan Kasultanan Yogyakarta, karena mereka juga sama-sama rugi
dan lelah dengan peperangan. Pada tahun 1757 M, perjanjian damai dilakukan di Desa
Kalicacing, Salatiga dan menghasilkan kesepakatan beberapa hal, yakni Raden Mas Said
diberi kekuasaan wilayah sebagian tanah Jawa yang meliputi, Wonogiri, Karangayar,
Sragen, sebagian Gunung Kidul, dan sebagian Kota Surakarta 5

1. Pendiri Kasunanan Surakarta


Raden Mas Said adalah pendiri Kasunanan Surakarta pada tahun 1746, yang
kemudian menjadi salah satu kerajaan di Jawa Tengah. Ia memimpin kerajaan ini selama
hampir 50 tahun dan melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan kemerdekaan dan
otonomi kerajaannya dari kekuasaan Belanda.
Raden Mas Said, yang kemudian dikenal sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati
Arya Mangkunegara I, mendirikan Kasunanan Surakarta pada tahun 1746 setelah ia
berhasil merebut kekuasaan dari saudaranya sendiri, Pangeran Purbaya. Hal pertama di
awali saat masa muda dan pendidikan Raden Mas Said lahir pada tanggal 7 September
1726 di Kerajaan Mataram, yang saat itu dikuasai oleh Kesultanan Mataram. Ia adalah
putra dari Susuhunan Pakubuwana II, raja Mataram yang berkuasa pada masa itu. Raden
Mas Said dididik dengan baik dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam ilmu
agama, seni, budaya, dan militer.
Selanjutnya, perseteruan dengan saudara kandung Setelah Susuhunan Pakubuwana
II mangkat pada tahun 1749, kekuasaan di Kesultanan Mataram jatuh ke tangan putra
sulungnya, yaitu Pangeran Purbaya. Namun, Pangeran Purbaya tidak bisa menjaga
kesatuan kerajaan, dan justru memperburuk perseteruan di antara para pangeran dan para
bangsawan. Akibatnya, Raden Mas Said dan saudaranya, Pangeran Arya Mataram,
memutuskan untuk memberontak dan merebut kekuasaan dari Pangeran Purbaya.
Kemudian merebut kekuasaan Pada tanggal 13 Februari 1746, Raden Mas Said dan
Pangeran Arya Mataram berhasil merebut istana di Pleret, dekat dengan Solo (Surakarta).
Mereka kemudian memindahkan pusat kekuasaan ke Solo dan memproklamasikan diri
sebagai penguasa baru Kasunanan Surakarta. Raden Mas Said menjadi raja pertama dari
Kasunanan Surakarta, dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara
I.
Lalu membangun kerajaan baru Setelah merebut kekuasaan, Raden Mas Said mulai
membangun kerajaan baru di Solo. Ia memindahkan banyak orang dari Mataram ke Solo
untuk membantu membangun infrastruktur dan ekonomi kerajaan. Ia juga memperluas
wilayah kekuasaan Kasunanan Surakarta dengan cara menaklukkan daerah-daerah di
sekitarnya, termasuk Yogyakarta.
Membuat peraturan dan kebijakan baru Raden Mas Said membuat berbagai
peraturan dan kebijakan baru dalam memerintah kerajaannya. Ia menetapkan undang-
undang yang melindungi hak-hak rakyat dan memberikan sanksi yang tegas terhadap para
pejabat yang korupsi atau melanggar hukum. Ia juga memperkenalkan mata uang baru,
yaitu uang Kepeng, yang menjadi mata uang resmi di Kasunanan Surakarta.
Dalam sejarah Indonesia, Raden Mas Said dikenal sebagai salah satu raja yang
berjasa dalam memperjuangkan kemerdekaan dari kekuasaan Belanda. Pangeran Arya

5
M C Ricklefs, ‘Sumber Sejarah Dan Karya Agung Sastra Jawa.’, Jumantara: Jurnal
Manuskrip Nusantara, 2019, 11–25 <https://doi.org/https://doi.
org/10.37014/jumantara.v5i2.155>.
Mangkunegara di lempar ke daerah Srilanka yang disebabkan oleh permainan politik. Patih
Danureja memfitnahnya dan menuduhnya berzina dengan selir Pangeran Prabasuyasa.
Selain itu, Pangeran Arya Mangkunegara juga terlibat dengan para pemberontak yaitu
Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya. Mereka menentang Keraton Kartasura karena dekat
dengan jajahan Belanda. 6
Pada hampir akhir abad ke-17 sampai awal abad ke-18, Kerajaan Mataram Islam
ialah kerajaan yang bersih dan bersahaja. Daerahnya mencangkup Jawa bagian tengah dan
timur, memiliki ibu kota di Kartasura. Daerah tersebut masuk dalam bagian Vorstenlanden,
daerah yang dibawah otoritas 4 monarki pecahan Kerajaan Mataram Islam, yakni
Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Kadipaten Mangkunegaran, dan Kadipaten
Pakualaman. Wilayah Vorstenlanden membentang di sepanjang sisi selatan mulai dari
sekitaran Gunung Slamet, Jawa Tengah hingga sekitar Gunung Kelud di Jawa Timur 7

2. Pemberontak terhadap VOC


Raden Mas Said aktif dalam perjuangan melawan kekuasaan Belanda dan sering
kali memimpin pemberontakan bersenjata terhadap VOC (Vereenigde Oostindische
Compagnie), perusahaan dagang Belanda di Nusantara. Pada tahun 1757, ia memimpin
pemberontakan besar melawan VOC yang dikenal sebagai Pemberontakan Trunojoyo di
Madura.
Situasi politik Keraton Kartasura yang didominasi oleh kepentingan VOC
menyebabkan R. Mas Said hengkang dari benteng keraton. “Bisa dikatakan masa
pemerintahan Mataram di bawah Paku Buwono II mengakhiri sejarahnya dengan tinggal
nama saja. Hal itu karena ketika sakit ia hendak menandatangani perjanjian penyerahan
Mataram kepada kompeni dengan syarat keturunannya yang benar-benar berhak atas tahta
akan dinobatkan menjadi raja-raja pada saat kepergian R. Mas Said meninggalkan keraton
bersamaan dengan berlangsungnya peristiwa Geger Pacinan pada tahun 1942 8
Sebuah peristiwa penting yang diawali dengan pembantaian kaum Tionghoa di
Batavia oleh VOC, kemudian sampai di Istana Kartasura dan mengubah situasi politik di
tanah air. sebuah istana Pada tahun 1940 pecah perang antara orang Tionghoa di Batavia
dengan Kompeni karena Kompeni Batavia memperlakukan orang Tionghoa di Batavia
dengan seenaknya dan melakukan pembantaian pada tanggal 10 Oktober 1740 yang
memakan korban 7.000 sampai 10.000 orang Tionghoa. Peristiwa itu sampai ke Kartasura.
Sudah pada tahun 1742 ia berhasil menaklukan Keraton Kartasura, hingga Paku Buwono
II mengungsi ke Ponorogo, lebih tepatnya ke desa Tegalsar. Peristiwa Geger di Pacina
kemudian mendorong para bangsawan Kartasura yang menentang VOC dan Paku Buwono
II untuk memanfaatkan situasi ini dengan bergabung dengan pasukan Cina dalam
mengalahkan VOC dan Sunan Paku Buwono II. Bangsawan Jawa yang membuat orang
Jawa bergabung dengan kekuatan militer Cina adalah Raden Mas Garendi atau Sunan
Kuning. Ia adalah cucu Sunan Amangkurat III yang dideportasi ke Sri Lanka oleh VOC
terkait dengan Sunan Pakubuwono I (kakek Sunan Pakubuwono II) yang sebenarnya tidak
berhak untuk meneruskan tahta di Mataram. Tentara Cina di bawah Raden Mas Garend

6
Daradjadi., ‘Geger Pacinan Persekutuan Tionghoa-Jawa Melawan VOC’, Kompas, 2013.
7
Wahid A, ‘Dualisme Pajak Di Jawa: Administrasi Pajak Tanah Di Wilayah Vorstenlanden
Pada Masa Kolonial, 1915–1942’, Lembaran Sejarah, 13(1), 28-47., 2018, 28–47
<https://doi.org/https://doi.org/10.22146/lembaran-sejarah.33510>.
8
Dwidjasusana, R.I.W., Sastradihardja, Dwidjasaputra, and R.M.F.H.
atau Sunan Kuning berhasil menaklukkan istana. Sekitar waktu kejadian ini, Raden Mas
Said yang sudah lama menyimpan dendam terhadap perlakuan keluarga kerajaan sebagai
anak bangsawan yang dituduh memberontak dan diasingkan ke Afrika Selatan,
meninggalkan istana dan mendukung pasukan militer China. . . Raden Mas tidak
melewatkan kesempatan ini karena memiliki perasaan yang sama, kebencian terhadap
VOC dan ketidakpuasan terhadap pemerintahan Sunan Paku Buwono II yang begitu dekat
dengan VOC. Mengambil kesempatan itu, ia pergi ke Desa Nglaroh di Wonogiri bersama
teman-temannya, yang kemudian menjadi pimpinan pasukan nuklir Panji Kudanawarsa
dan Rangga Panambangan.
Telah disebutkan bahwaRaden Mas Said setelah lolos dari istana Kartasura
sewaktu geger Pacinan tahun 1742, bersama para pembantu setianya kemudian menyusun
strategi di Nglaroh, Wonogiri. Raden Mas Said memusatkan pasukannya untuk berlatih
perang di Nglaroh sehingga berhasil menundukkan Madiun dan Ponorogo. Oleh karena
kepandaiannya mengatur siasat dan selalu berhasil dalam pertempuran 9

3. Pendukung Perjuangan Diponegoro


Raden Mas Said juga mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro melawan
Belanda pada tahun 1825-1830. Ia membantu memasok senjata dan persediaan kepada
pasukan Diponegoro dan memobilisasi dukungan dari kerajaan-kerajaan Jawa lainnya
untuk bergabung dalam perjuangan tersebut. kata Raden Mas disebut juga dengan strategi
militer. Dia bergabung dengan pangeran Mangkubum yang juga seorang pangeran yang
sangat cerdas dalam taktik militer. Dia tahu bagaimana mengatur gelar Yuda (strategi
pembentukan formasi pertempuran). Keduanya juga merasa tidak nyambung dengan
penjajahan Belanda, mereka memiliki kesamaan dalam berjuang melawan penjajah
Belanda yang termasuk dalam periode perjuangan kedua Raden Mas Said. Pada usia 18
tahun, Raden Mas Said diangkat sebagai panglima perang yang memiliki gelar Pangeran
Prangwedana Pamot Besu 10. Kekuatan gabungan Raden Mas Said dan Pangeran
Mangkubumi semakin tidak terbendung, berbagai macam pertempuran berhasil
dimenangkan, dan banyak wilayah yang berhasil ditaklukan 11

Gambar 3.1 Ilustrasi Perang Diponegoro.

9
S. Sudijono, ‘Raden Mas Said Perjuangan Serta Pemikirannya’, 11 (2006).
10
I Santosa, ‘Legiun Mangkunegaran (1808-1942) Tentara Jawa-Perancis Warisan
Napoleon Bonaparte’, Kompas, 2011.
11
Nushrotul Khofifah Kuncoro Catur Setyo Atmojo and Devi Nur Maharani, ‘Strategi
Pertempuran Raden Mas Said Di Vorstenlanden: Sikap Patriotisme Dalam Menegakkan Keadilan’,
Journal of Multidisciplinary Studies, 5.1 (2021).
Raden Mas Said, pendiri Kasunanan Surakarta, memiliki peran penting sebagai
pendukung perjuangan Pangeran Diponegoro, salah satu pahlawan nasional Indonesia,
dalam perang Jawa pada masa penjajahan Belanda di awal abad ke-19. Peran Raden Mas
Said dalam mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Memberikan dukungan finansial Raden Mas Said memberikan dukungan finansial
kepada Pangeran Diponegoro dalam perjuangannya melawan Belanda. Selain itu,
ia juga membantu membiayai perjalanan para prajurit yang terlibat dalam perang
melawan Belanda.
2. Memberikan dukungan logistik Selain dukungan finansial, Raden Mas Said juga
memberikan dukungan logistik seperti senjata, amunisi, dan perlengkapan perang
lainnya untuk pasukan Pangeran Diponegoro.
3. Menyediakan tempat perlindungan Raden Mas Said juga menyediakan tempat
perlindungan bagi Pangeran Diponegoro dan pasukannya di wilayah Kasunanan
Surakarta. Hal ini menjadi penting karena Pangeran Diponegoro seringkali harus
berpindah-pindah tempat untuk menghindari serangan Belanda.
4. Memfasilitasi pertemuan dengan pemimpin lain Raden Mas Said memfasilitasi
pertemuan Pangeran Diponegoro dengan pemimpin lain seperti Sultan
Hamengkubuwono V dari Yogyakarta dan Pangeran Mangkubumi. Pertemuan ini
bertujuan untuk membahas strategi perang melawan Belanda dan memperkuat
solidaritas antar pihak yang terlibat dalam perjuangan.
Peran Raden Mas Said dalam mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro
menunjukkan semangat persatuan dan perjuangan rakyat Jawa melawan penjajahan
Belanda. Ia menjadi salah satu tokoh penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan
Indonesia dan patut dihargai sebagai pahlawan nasional.
4. Membangun Kerajaan Baru
Peperangan kembali terjadi di Sitakepyak di Rembang pada tahun 1756. Dalam
pertempuran ini Raden Mas Said menjadi murka dan benar-benar berperang seperti setan.
Kekuatan gabungan dari Sunanat Surakarta, Kesultanan Yogyakarta dan unit Belanda yang
dipimpin oleh Kapten Van Der Pol mengejutkan Raden Mas Said. Pasukan Raden Mas
Said yang sakti dan sigap mampu mengalahkan pasukan gabungan tersebut bahkan berhasil
mengalahkan Kapten Van Der Pol. 12
Raden Mas Said, pendiri Kasunanan Surakarta, merupakan tokoh penting dalam
sejarah pembentukan kerajaan baru di Jawa pada abad ke-18. Raden Mas Said mendirikan
kerajaan baru yang kemudian dikenal dengan nama Kasunanan Surakarta. Berikut adalah
penjelasan tentang bagaimana Raden Mas Said membuat kerajaan baru tersebut:
1. Berjuang untuk merebut kekuasaan Pada awalnya, Raden Mas Said adalah putra
dari Pangeran Purbaya, raja kerajaan Mataram yang berpusat di Kartasura. Namun,
ketika Pangeran Purbaya mangkat, kekuasaan kerajaan Mataram jatuh ke tangan
adiknya, yaitu Pangeran Mangkubumi. Raden Mas Said tidak menerima keputusan
ini dan memilih untuk berjuang merebut kekuasaan dari Pangeran Mangkubumi.
2. Membentuk pasukan dan basis perjuangan Raden Mas Said membentuk pasukan
yang terdiri dari para pengikutnya untuk membantunya dalam merebut kekuasaan
dari Pangeran Mangkubumi. Ia memilih Nglaroh, sebuah desa di Wonogiri,

12
M. C. Ricklefs, ‘Samber Nyawa Kisah Perjuangan Seorang Pahlawan Nasional Indonesia
Pangeran Mangkunegara I (1726-1795)’, Kompas, 2021.
sebagai basis perjuangannya. Di sana, ia memperoleh dukungan dari sejumlah
tokoh penting dan membentuk pasukan yang kuat untuk melawan kekuasaan
Pangeran Mangkubumi.
3. Memenangkan pertempuran dan membangun kerajaan baru Setelah berjuang
selama beberapa tahun, Raden Mas Said berhasil merebut kekuasaan dari Pangeran
Mangkubumi. Ia kemudian membangun kerajaan baru yang disebut Kasunanan
Surakarta, yang menjadi salah satu kerajaan besar di Jawa pada masa itu. Ia juga
memindahkan ibu kota kerajaan dari Kartasura ke Surakarta.
4. Menyusun aturan dan membangun kekuasaan Setelah membangun kerajaan baru,
Raden Mas Said menyusun aturan-aturan yang mengatur kehidupan sosial,
ekonomi, dan politik di Kasunanan Surakarta. Ia juga membangun kekuasaan di
wilayah-wilayah sekitar Kasunanan Surakarta dengan menaklukkan beberapa
kerajaan kecil di Jawa.
Dengan demikian, Raden Mas Said memainkan peran penting dalam pembentukan
kerajaan baru di Jawa. Kasunanan Surakarta yang didirikannya merupakan salah satu
kerajaan besar di Jawa pada masa itu dan menjadi simbol kekuasaan dan kemakmuran bagi
rakyat Jawa. Raden Mas Said dihormati sebagai pendiri kerajaan dan pahlawan nasional
yang memperjuangkan kemerdekaan dan kemakmuran rakyat Jawa.
Kehidupan yang semula dikira bangsawan terpandang, ternyata sama
mengerikannya dengan kepala pelayan Keraton Kartasura di pinggiran kota. Bahkan,
nyawa Raden Mas Said tersiksa dengan ancaman pembunuhan terus menerus dari Patih
Danureja yang ingin membunuh seluruh keturunan Pangeran Arya Mangkunegara. 13
Dalam pertempuran besar, Raden Mas Said menggunakan jurus Hantu,
Wewelutan, dan Jejemblungan, yaitu jurus yang memungkinkan untuk melakukan stealth,
berdasarkan kecepatan gerak, seperti hantu atau hantu yang berkeliaran, dan belut yang
sangat licin saat ditangkap. 14
Dalam pertempuran besar, Raden Mas Said menggunakan jurus Hantu,
Wewelutan, dan Jejemblungan, yaitu jurus yang memungkinkan untuk melakukan stealth,
berdasarkan kecepatan gerak, seperti hantu atau hantu yang berkeliaran, dan belut yang
sangat licin saat ditangkap. 15
Melihat kezaliman yang semakin merajalela, Dalam pertempuran besar, Raden
Mas Said menggunakan jurus Hantu, Wewelutan, dan Jejemblungan, yaitu jurus yang
memungkinkan untuk melakukan stealth, berdasarkan kecepatan gerak, seperti hantu atau
hantu yang berkeliaran, dan belut yang sangat licin saat ditangkap. 16

13
S Hadidjojo, ‘Sambernyawa Banjir Darah Bumi Mataram.’, Javanica, 2016.
14
Hendro, ‘Strategi Kebudayaan Perjuangan Pahlawan Nasional Pangeran
Sambernyowo.’, Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi, 1(1, 2017, 42–54
<https://doi.org/https://doi.org/10.14710/endogami.1.1.42-54>.
15
Ahmad SW, ‘Palihan Nagari Dan Perjanjian Salatiga.’, Araska, 2016.
16
Y. K Pambudi, I. G. & Raharjo, ‘Dusun Nglaroh, Wonogiri : Basis Perjuangan Politik
Raden Mas Said 1742-1757’, Jurnal Sejarah Dan Budaya, 12(2), 2018, 200–210
<https://doi.org/http://dx.doi.org/10.17977/um020v12i22017p200>.
C. Penutup

Kesimpulan

Raden Mas Said, juga dikenal sebagai Pangeran Sambernyawa, adalah tokoh
penting dalam sejarah Indonesia karena perjuangannya untuk merdeka dan membangun
kerajaan baru di Jawa. Raden Mas Said mengumpulkan kekuatan dan basis perjuangan di
Nglaroh, Wonogiri, dan berhasil merebut kekuasaan dari Pangeran Mangkubumi. Setelah
memperoleh kekuasaan, Raden Mas Said membangun kerajaan baru yang kemudian
dikenal dengan nama Kasunanan Surakarta. Ia memindahkan ibu kota kerajaan dari
Kartasura ke Surakarta dan menyusun aturan-aturan untuk mengatur kehidupan sosial,
ekonomi, dan politik di kerajaannya.
Selain itu, Raden Mas Said juga terlibat dalam perjuangan Diponegoro untuk
melawan penjajahan Belanda. Ia memberikan dukungan dan bantuan kepada Diponegoro,
termasuk dalam bentuk pasukan dan persenjataan. Dengan perjuangan dan jasa-jasanya,
Raden Mas Said dihormati sebagai pahlawan nasional dan pendiri kerajaan Kasunanan
Surakarta. Kerajaan ini kemudian menjadi salah satu kerajaan besar di Jawa pada masa itu
dan menjadi simbol kekuasaan dan kemakmuran bagi rakyat Jawa.
Kesimpulannya, Raden Mas Said adalah tokoh penting dalam sejarah Indonesia
yang memiliki peran besar dalam perjuangan untuk merdeka dan membangun kerajaan
baru di Jawa. Ia memberikan inspirasi dan motivasi bagi generasi selanjutnya untuk terus
berjuang demi kemerdekaan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Raden Mas Said lahir pada
tahun 1726 di Kartasura, Jawa Tengah. Ayahnya adalah Pangeran Pekik, salah satu putra
dari Susuhunan Pakubuwono I. Saat masih muda, Raden Mas Said memulai perjuangannya
melawan penjajahan Belanda. Ia membentuk basis perjuangannya di Nglaroh, Wonogiri,
dan berhasil merebut kekuasaan dari Pangeran Mangkubumi.
Setelah memperoleh kekuasaan, Raden Mas Said membangun kerajaan baru yang
kemudian dikenal dengan nama Kasunanan Surakarta. Ia memindahkan ibu kota kerajaan
dari Kartasura ke Surakarta dan menyusun aturan-aturan untuk mengatur kehidupan sosial,
ekonomi, dan politik di kerajaannya. Selama masa pemerintahannya, Raden Mas Said
mengembangkan kebudayaan dan seni di kerajaannya. Ia juga memperkuat hubungan
diplomatik dengan kerajaan-kerajaan di sekitarnya, seperti Mataram dan Yogyakarta. Hal
ini membuat Kasunanan Surakarta menjadi salah satu kerajaan besar di Jawa pada masa
itu.
Selain itu, Raden Mas Said juga terlibat dalam perjuangan Diponegoro untuk
melawan penjajahan Belanda. Ia memberikan dukungan dan bantuan kepada Diponegoro,
termasuk dalam bentuk pasukan dan persenjataan. Namun, perjuangan tersebut akhirnya
kandas dan Diponegoro ditangkap oleh Belanda. Dalam sejarah Indonesia, Raden Mas Said
dihormati sebagai pahlawan nasional dan pendiri kerajaan Kasunanan Surakarta. Ia
memberikan inspirasi dan motivasi bagi generasi selanjutnya untuk terus berjuang demi
kemerdekaan dan kemakmuran rakyat Indonesia.
Kesimpulannya, Raden Mas Said adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah
Indonesia yang memiliki peran besar dalam perjuangan untuk merdeka dan membangun
kerajaan baru di Jawa. Ia memperlihatkan keberanian dan ketegasannya dalam menghadapi
penjajahan Belanda. Selain itu, Raden Mas Said juga dikenal sebagai salah satu pendukung
utama perjuangan Diponegoro dalam melawan penjajahan Belanda. Prestasi Raden Mas
Said dalam membangun Kasunanan Surakarta dan memperkuat kebudayaan serta seni di
kerajaannya merupakan bukti nyata dari kontribusinya bagi sejarah Indonesia.
Kehadirannya juga memberikan inspirasi bagi generasi selanjutnya untuk terus berjuang
demi kemerdekaan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Oleh karena itu, Raden Mas Said
pantas dihormati sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia yang berjasa bagi bangsa
dan negara.
Daftar Pustaka

Daradjadi., ‘Geger Pacinan Persekutuan Tionghoa-Jawa Melawan VOC’, Kompas, 2013


Dwidjasusana, R.I.W., Sastradihardja, R.Ng., Dwidjasaputra, and R.M.F.H., ‘Sejarah
Perjuangan R.M. Sahid (K.G.P.A.A. Sambernyawa) Seorang Tokoh Nasional
Sangat Disegani Oleh Belanda’, K.S Sala, 19770
Hadidjojo, S, ‘Sambernyawa Banjir Darah Bumi Mataram.’, Javanica, 2016
———, ‘Sambernyawa Pemberontak Tanah Jawa’, Javanica, 2015
Hendro, ‘Strategi Kebudayaan Perjuangan Pahlawan Nasional Pangeran Sambernyowo.’,
Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi, 1(1, 2017, 42–54
<https://doi.org/https://doi.org/10.14710/endogami.1.1.42-54>
Kuncoro Catur Setyo Atmojo, Nushrotul Khofifah, and Devi Nur Maharani, ‘Strategi
Pertempuran Raden Mas Said Di Vorstenlanden: Sikap Patriotisme Dalam
Menegakkan Keadilan’, Journal of Multidisciplinary Studies, 5.1 (2021)
Pambudi, I. G. & Raharjo, Y. K, ‘Dusun Nglaroh, Wonogiri : Basis Perjuangan Politik
Raden Mas Said 1742-1757’, Jurnal Sejarah Dan Budaya, 12(2), 2018, 200–210
<https://doi.org/http://dx.doi.org/10.17977/um020v12i22017p200>
Pambudi, Ilham Galih, ‘Dusun Nglaroh , Wonogiri : Basis Perjuangan Politik Raden Mas
Said 1742-1757’, Jurnal Sejarah Dan Budaya, 12.2 (2018), 200–210
Ricklefs, M. C., ‘Samber Nyawa Kisah Perjuangan Seorang Pahlawan Nasional Indonesia
Pangeran Mangkunegara I (1726-1795)’, Kompas, 2021
Ricklefs, M C, ‘Sumber Sejarah Dan Karya Agung Sastra Jawa.’, Jumantara: Jurnal
Manuskrip Nusantara, 2019, 11–25 <https://doi.org/https://doi.
org/10.37014/jumantara.v5i2.155>
Santosa, I, ‘Legiun Mangkunegaran (1808-1942) Tentara Jawa-Perancis Warisan
Napoleon Bonaparte’, Kompas, 2011
Sudijono, S., ‘Raden Mas Said Perjuangan Serta Pemikirannya’, 11 (2006)
SW, Ahmad, ‘Palihan Nagari Dan Perjanjian Salatiga.’, Araska, 2016
Wahid A, ‘Dualisme Pajak Di Jawa: Administrasi Pajak Tanah Di Wilayah
Vorstenlanden Pada Masa Kolonial, 1915–1942’, Lembaran Sejarah, 13(1), 28-47.,
2018, 28–47 <https://doi.org/https://doi.org/10.22146/lembaran-sejarah.33510>
Mangkunegara I. (2020). Diakses pada 14 Mei 2023 dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Mangkunegara_I

Anda mungkin juga menyukai