Anda di halaman 1dari 4

Sejarah Kerajaan Banjar dan Jejak Peninggalannya

Kerajaan Banjar adalah kerajaan bercorak Islam yang merupakan kelanjutan dari Kerajaan

Negara Daha. Berikut sejarah singkat Kerajaan Banjar dan peninggalannya.

Foto Masjid Sultan Suriansyah (Terlihat dari bagian luar gedung mesjidnya)

Kerajaan Banjar merupakan kerajaan bercorak Islam sehingga dapat disebut juga sebagai

Kesultanan Banjar. Kerajaan Banjar merupakan kelanjutan dari Kerajaan Negara Daha.

Pada waktu itu sebagian besar wilayah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Negara Daha

yang menganut Hindu. Kerajaan Daha diyakini di kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai

Selatan.

Secara geografis, Kerajaan Banjar berada di Provinsi Kalimantan Selatan dengan luas

wilayah yang membentang dari Tanjung Sambar hingga Tanjung Aru.

Selama berdirinya Kesultanan Banjar ibu kota atau pusat pemerintahan sempat beberapa kali

berpindah.

Ibu kota atau pusat pemerintahan Kesultanan Banjar terakhir berada di Kayu Tangi atau yang

disebut Martapura masa kini.


Sejarah Berdirinya Kerajaan Banjar

Foto Masjid Sultan Suriansyah (dari dalam gedung mesjidnya) menjadi bukti peninggalan

berdirinya Kerajaan Banjar pada 1520 hingga 1905

Berdirinya Kesultanan Banjar diawali dengan drama perebutan tanah antara anggota Kerajaan

Negara Daha yang saat itu dipimpin oleh Maharaja Sukarama.

Sebelum wafat, Maharaja Sukarama berwasiat agar kelak penggantinya adalah Raden

Samudera. Raden Samudera merupakan cucu dari perkawinan putrinya Galuh Intan Sari dan

Raden Manteri Jaya.

Menurut Ras Johannes Jacobus dalam Hikayat Banjar (1990), Raden Samudera merupakan

Raja Banjarmasin pertama yang memeluk Islam.

Setelah memeluk Islam, Raden Samudera bergelar Sultan Suriansyah. Namun pada saat

penunjukan takhta waris oleh Maharaja Sukarama, Raden Samudera masih berusia dini

sehingga kedudukan raja diambil oleh para putra Maharaja Sukarama.

Maharaja Sukarama memiliki tiga orang putra yakni Pangeran Mangkubumi, Pangeran
Tumenggung, dan Pangeran Bagalung. Naik takhtanya Pangeran Mangkubumi sebagai Raja

Negara Daha membuat posisi Raden Samudera terancam.

Bersama pengasuhnya, mereka melarikan diri ke hilir Sungai Barito. Mengetahui Raden

Samudera kabur ke sana, Pangeran Mangkubumi pun melakukan pengejaran.

Raden Samudera dan pengikutnya bahkan harus menyamar sebagai nelayan meski

penyamarannya terbongkar oleh Patih Masih.

Patih Masih merupakan anggota Kerajaan Bandar Masih. Patih Masih menyarankan Raden

Samudera untuk meminta bantuan kepada Kerajaan Demak karena armada perang Kerajaan

Bandar Masih tidak begitu kuat.

Raden Samudera bersama pengikutnya lalu pergi ke Kerajaan Demak.

Menurut Slamet Muljana dalam bukunya Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya

negara-negara Islam di Nusantara, kembalinya Raden Samudera ke Kerajaan Bandar Masih

membawa puluhan ribu prajurit dan ribuan armada.

Penyerangan Kerajaan Negara Daha saat itu dipimpin oleh Pangeran Tumenggung yang juga

Raja Negara Daha menggantikan Pangeran Mangkubumi. Dengan bantuan dari Kesultanan

Demak tersebut penyerangan yang dilakukan oleh Kerajaan Negara Daha berhasil diredam.

Dengan bantuan bala tentara yang demikian banyak, Raden Samudera bahkan berhasil

mengalahkan Kerajaan Daha Negara yang dipimpin oleh Pangeran Tumenggung.

Kekalahan Kerajaan Negara Daha sekaligus mengakhiri masa kerajaan bercorak Hindu di

Kalimantan.

Raden Samudera kemudian memeluk Islam dan menjadi pendiri sekaligus raja pertama di

Kerajaan Banjar yang beragama Islam dan bergelar Sultan Suriansyah.

Sebagai pemenang, Sultan Suriansyah kemudian mengambil wilayah bekas kekuasaan

Kerajaan Negara Daha.


Puncak Kejayaan dan Penyebab Kemunduran Kerajaan Banjar

Menang perang menguntungkan Kesultanan Banjar. Sebagai kesultanan yang seumur jagung,

Kerajaan Banjar banyak mendapatkan upeti dari dari wilayah kekuasaan dan wilayah yang

ditaklukannya.

Tidak bisa dimungkiri, berdirinya Kesultanan Banjar berkat supremasi Jawa terhadap

Banjarmasin. Terlebih setelah Kesultanan Demak runtuh dan digantikan oleh Kesultanan

Pajang, Kesultanan Banjar tidak lagi mengirim upeti ke tanah Jawa.

Hal ini berdampak pada upaya penyerangan Kesultanan dan Kerajaan di Jawa ke

Banjarmasin. Sampai akhirnya, kabar soal kemakmuran hasil alam Kesultanan Banjar

terdengar oleh Belanda.

Selain supremasi Jawa, kehadiran Belanda di tanah Kalimantan turut menjadi pemicu

runtuhnya Kesultanan Banjar.

Usai wafatnya Sultan Suriansyah, kepimpinan Kerajaan Banjar mengalami beberapa kali

pergantian pemimpin. Perebutan kekuasaan internal dimanfaatkan Belanda untuk

menancapkan dominasinya di tanah Kalimantan.

Pada 11 Juni 1860 Belanda menghapuskan keberadaan Kesultanan Banjar dan menggantinya

dengan kerajaan di bawah pengawasan Belanda. Meski demikian, masyarakat Banjar tetap

ada dan berakhir pada 24 Januari 1905.

Peninggalan Kesultanan Banjar

Sebagai sebuah Kesultanan besar di Kalimantan, Kerajaan Banjar meninggalkan warisan

sejarah yang masih berdiri sampai saat ini, yakni Masjid Sultan Suriansyah dan makam para

raja.

Anda mungkin juga menyukai