Kerajaan Banjar adalah kerajaan bercorak Islam yang merupakan kelanjutan dari Kerajaan
Foto Masjid Sultan Suriansyah (Terlihat dari bagian luar gedung mesjidnya)
Kerajaan Banjar merupakan kerajaan bercorak Islam sehingga dapat disebut juga sebagai
Kesultanan Banjar. Kerajaan Banjar merupakan kelanjutan dari Kerajaan Negara Daha.
Pada waktu itu sebagian besar wilayah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Negara Daha
yang menganut Hindu. Kerajaan Daha diyakini di kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai
Selatan.
Secara geografis, Kerajaan Banjar berada di Provinsi Kalimantan Selatan dengan luas
Selama berdirinya Kesultanan Banjar ibu kota atau pusat pemerintahan sempat beberapa kali
berpindah.
Ibu kota atau pusat pemerintahan Kesultanan Banjar terakhir berada di Kayu Tangi atau yang
Foto Masjid Sultan Suriansyah (dari dalam gedung mesjidnya) menjadi bukti peninggalan
Berdirinya Kesultanan Banjar diawali dengan drama perebutan tanah antara anggota Kerajaan
Sebelum wafat, Maharaja Sukarama berwasiat agar kelak penggantinya adalah Raden
Samudera. Raden Samudera merupakan cucu dari perkawinan putrinya Galuh Intan Sari dan
Menurut Ras Johannes Jacobus dalam Hikayat Banjar (1990), Raden Samudera merupakan
Setelah memeluk Islam, Raden Samudera bergelar Sultan Suriansyah. Namun pada saat
penunjukan takhta waris oleh Maharaja Sukarama, Raden Samudera masih berusia dini
Maharaja Sukarama memiliki tiga orang putra yakni Pangeran Mangkubumi, Pangeran
Tumenggung, dan Pangeran Bagalung. Naik takhtanya Pangeran Mangkubumi sebagai Raja
Bersama pengasuhnya, mereka melarikan diri ke hilir Sungai Barito. Mengetahui Raden
Raden Samudera dan pengikutnya bahkan harus menyamar sebagai nelayan meski
Patih Masih merupakan anggota Kerajaan Bandar Masih. Patih Masih menyarankan Raden
Samudera untuk meminta bantuan kepada Kerajaan Demak karena armada perang Kerajaan
Menurut Slamet Muljana dalam bukunya Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya
Penyerangan Kerajaan Negara Daha saat itu dipimpin oleh Pangeran Tumenggung yang juga
Raja Negara Daha menggantikan Pangeran Mangkubumi. Dengan bantuan dari Kesultanan
Demak tersebut penyerangan yang dilakukan oleh Kerajaan Negara Daha berhasil diredam.
Dengan bantuan bala tentara yang demikian banyak, Raden Samudera bahkan berhasil
Kekalahan Kerajaan Negara Daha sekaligus mengakhiri masa kerajaan bercorak Hindu di
Kalimantan.
Raden Samudera kemudian memeluk Islam dan menjadi pendiri sekaligus raja pertama di
Menang perang menguntungkan Kesultanan Banjar. Sebagai kesultanan yang seumur jagung,
Kerajaan Banjar banyak mendapatkan upeti dari dari wilayah kekuasaan dan wilayah yang
ditaklukannya.
Tidak bisa dimungkiri, berdirinya Kesultanan Banjar berkat supremasi Jawa terhadap
Banjarmasin. Terlebih setelah Kesultanan Demak runtuh dan digantikan oleh Kesultanan
Hal ini berdampak pada upaya penyerangan Kesultanan dan Kerajaan di Jawa ke
Banjarmasin. Sampai akhirnya, kabar soal kemakmuran hasil alam Kesultanan Banjar
Usai wafatnya Sultan Suriansyah, kepimpinan Kerajaan Banjar mengalami beberapa kali
Pada 11 Juni 1860 Belanda menghapuskan keberadaan Kesultanan Banjar dan menggantinya
dengan kerajaan di bawah pengawasan Belanda. Meski demikian, masyarakat Banjar tetap
sejarah yang masih berdiri sampai saat ini, yakni Masjid Sultan Suriansyah dan makam para
raja.