Anda di halaman 1dari 6

Budaya Kalimantan Timur

KALIMANTAN TIMUR

Kalimantan Timur atau biasa disingkat Kaltim adalah sebuah provinsi Indonesia di Pulau Kalimantan
bagian ujung timur yang berbatasan dengan Malaysia, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan
Sulawesi. Luas total Kaltim adalah 245.238 km² dan populasi sebesar 3.6 juta. Kaltim merupakan wilayah
dengan kepadatan penduduk terendah keempat di nusantara. Ibukotanya adalah Samarinda. Sebelum
pemekaran Provinsi Kalimantan Utara, Kaltim merupakan provinsi terluas kedua di Indonesia, dengan
luas sekitar satu setengah kali Pulau Jawa dan Madura atau 11% dari total luas wilayah Indonesia.

Sebelum masuknya suku-suku dari Sarawak dan suku-suku pendatang dari luar pulau, wilayah ini
sangat jarang penduduknya. Sebelum kedatangan Belanda terdapat beberapa kerajaan yang berada di
Kalimantan Timur, diantaranya adalah Kerajaan Kutai (beragama Hindu), Kesultanan Kutai Kertanegara
Ing Matardipura, Kesultanan Pasir dan Kesultanan Bulungan.

Wilayah Kalimantan Timur meliputi Pasir, Kutai, Berau dan juga Karasikan diklaim sebagai wilayah
taklukan Maharaja Suryanata, gubernur Majapahit di Negara Dipa (Amuntai) hingga tahun 1620 di masa
Kesultanan Banjar. Sejak tahun 1620, negeri-negeri di Kaltim menjadi daerah pengaruh Kesultanan
Makassar, sebelum adanya Perjanjian Bungaya. Menurut Hikayat Banjar Sultan Makassar pernah
meminjam tanah untuk tempat berdagang meliputi wilayah timur dan tenggara Kalimantan kepada Sultan
Mustain Billah dari Banjar sewaktu Kiai Martasura diutus ke Makassar dan mengadakan perjanjian
dengan Sultan Tallo (Mangngadaccinna Daeng) Ba’le’ Sultan Mahmud Karaeng Pattingalloang, yang
menjadi mangkubumi dan penasehat utama bagi Sultan Muhammad Said, Raja Gowa tahun 1638-1654
dan juga mertua Sultan Hasanuddin yang akan menjadikan wilayah Kalimantan Timur sebagai tempat
berdagang bagi Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) sejak itulah mulai berdatanganlah etnis asal
Sulawesi Selatan. Namun berdasarkan Perjanjian Kesultanan Banjar dengan VOC pada tahun 1635,
VOC membantu Banjar mengembalikan negeri-negeri di Kaltim menjadi wilayah pengaruh Kesultanan
Banjar.

Pada abad ke-18 Raja Bugis-Wajo, La Madukelleng menawan daerah Kutai, Paser, Pagatan dan
menyerang Banjarmasin tetapi berhasil dipatahkan. Sebelumnya La Madukelleng menikah dengan Andin
Anjang/Andeng Ajeng putri dari Aji Geger bin Aji Anom Singa Maulana (Sultan Aji Muhammad
Alamsyah). Ketika Sultan wafat, istri La Maddukelleng dicalonkan menjadi Ratu Paser, namun sebagian
orang-orang Paser menolak pencalonan tersebut dan terjadi pemberontakan di kerajaan. Untuk
meredakan keadaan La Maddukelleng bersama pasukannya menyerang dan menaklukkan Paser. Ia
menjadi Raja Pasir tahun 1726-1736. Salah seorang putri La Maddukelleng dengan Andeng Ajeng
bernama Aji Putri Agung kemudian menikah dengan Sultan Aji Muhammad Idris (Sultan Kutai XIV).

Pada tahun 1736, datanglah utusan dari Kerajaan Wajo La Dalle Arung Taa, memanggil La
Maddukelleng kembali ke Wajo. Dengan kekuatan bersenjata yang baru dibeli dari Inggris, La
Madukkeleng bersama Sultan Aji Muhammad Idris dan pasukan (Kerajaan Kutai), pasukan Kerajaan
Pagatan, dan beberapa tambahan pasukan kerajaan Johor, berangkat ke Sulawesi untuk bergabung
dengan Kerajaan Gowa, Kerajaan Tallo, dan Kerajaan Wajo, untuk menghadapi Kerajaan Bone dan VOC
yang bersekutu dengan Ternate, Tidore, Bacan, Butung, Bugis (Bone), Soppeng, Luwu, Turatea, Layo,
Bajing, Bima.
Pada tahun 1765, VOC berjanji membantu Sultan Banjar Tamjidullah yang pro VOC Belanda untuk
memasukan negeri-negeri di Kaltim ke dalam pengaruh negara Banjar. Sejak 13 Agustus 1787, Sunan
Nata Alam dari Banjar menyerahkan negeri-negeri di Kalimantan Timur mejadi milik perusahaan VOC
Belanda dan Kesultanan Banjar sendiri dengan wilayahnya yang tersisa menjadi daerah protektorat VOC
Belanda.

Sesuai traktat 1 Januari 1817, Sultan Sulaiman dari Banjar menyerahkan Kalimantan Timur,
Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Selatan (termasuk
Banjarmasin) kepada Hindia-Belanda. Pada tanggal 4 Mei 1826, Sultan Adam al-Watsiq Billah dari
Banjar menegaskan kembali penyerahan wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, sebagian
Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Selatan kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pada
tahun 1846, Belanda mulai menempatkan Asisten Residen di Samarinda untuk wilayah Borneo Timur
(sekarang provinsi Kalimantan Timur dan bagian timur Kalimantan Selatan) bernama H. Von Dewall.
Kaltim merupakan bagian dari Hindia Belanda. Kaltim 1800-1850. Dalam tahun 1879, Kaltim dan Tawau
merupakan Ooster Afdeeling van Borneo bagian dari Residentie Zuider en Oosterafdeeling van Borneo.
Dalam tahun 1900, Kaltim merupakan zelfbesturen (wilayah dependensi). Dalam tahun 1902, Kaltim
merupakan Afdeeling Koetei en Noord-oost Kust van Borneo. Tahun 1942 Kaltim merupakan Afdeeling
Samarinda dan Afdeeling Boeloengan en Beraoe.

Kaltim berbatasan langsung dengan Laut Sulawesi dan Selat Makassar di timur. Di sebelah barat,
utara dan selatan, Kaltim berbatasan langsung dengan Malaysia, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan
Selatan. Titik tertinggi di Kaltim adalah Liangpran dengan ketinggian mencapai 2.240 meter dari
permukaan laut.

Dalam bidang perekonomian, hasil utama provinsi ini adalah hasil tambang seperti minyak, gas
alam dan batu bara. Sektor lain yang kini sedang berkembang adalah agrikultur pariwisata dan industri
pengolahan.

Beberapa daerah seperti Balikpapan dan Bontang mulai mengembangkan kawasan industri
berbagai bidang demi mempercepat pertumbuhan perekonomian. Sementara kabupaten-kabupaten di
Kaltim kini mulai membuka wilayahnya untuk dibuat perkebunan seperti Kelapa Sawit dan lain-lain.

Kalimantan Timur memiliki beberapa tujuan pariwisata yang menarik seperti Kepulauan Derawan di
Berau, Taman Nasional Kayan Mentarang dan Pantai Batu Lamampu di Nunukan, peternakan buaya di
Balikpapan, peternakan rusa di Penajam, Kampung Dayak Pampang di Samarinda, Pantai Amal di Kota
Tarakan, Pulau Kumala di Tenggarong dan lain-lain.

Tapi ada kendala dalam menuju tempat-tempat di atas, yaitu transportasi. Banyak bagian di provinsi
ini masih tidak memiliki jalan aspal, jadi banyak orang berpergian dengan perahu dan pesawat terbang
dan tak heran jika di Kalimantan Timur memiliki banyak bandara Perintis. Selain itu, akan ada rencana
pembuatan Highway Balikpapan-Samarinda-Bontang-Sangata demi memperlancar perekonomian.

Dalam bidang pendidikan, Kalimantan Timur terus berusaha meningkatkan kualitas pendidikan guna
mencetak sumber daya manusia Provinsi Kalimantan Timur yang dapat bersaing di kancah nasional
maupun internasional. Untuk itu, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur membuat langkah-langkah
diantaranya mencanangkan Program Wajib Belajar 12 Tahun dan dialokasikannya dana APBD sebesar
20% untuk pendidikan.
Provinsi Kalimantan Timur memiliki universitas terbesar yaitu Universitas Mulawarman, Universitas
ini telah banyak didukung dalam pengembangan dari infrastruktur maupun kualitas SDM tenaga pendidik
oleh Pemerintah Provinsi. Selain Universitas Mulawarman juga terdapat perguruan-perguruan tinggi
negeri dan swasta lainnya yang juga didukung oleh Pemerintah Provinsi maupun pemerintah
kabupaten/kota.

Selain perguruan tinggi, provinsi Kalimantan Timur terus meningkatkan kualitas sekolah-sekolah
dari segi SDM dan infrastruktur. Kini telah banyak sekolah-sekolah bertaraf nasional maupun
internasional yang sedang digarap di wilayah Provinsi Kalimantan Timur.

Kalimantan Timur memiliki beberapa macam suku bangsa. selama ini yang dikenal oleh
masyarakat luas, padahal selain dayak atau suku beradat dayak ada satu suku yang juga memegang
peranan penting di Kaltim yaitu suku Kutai. Suku Kutai merupakan suku dayak beradat melayu asli
Kalimantan Timur, yang termelayukan akibat sistem politik masa lampau ( Budaya Melayu yang masuk
dari arah selatan ( Pasca takluknya sriwijaya dari Kerajaan Cola ) , Kekuasaan Jawa Kartanegara dan
UU Braja Niti ) awalnya mendiami wilayah pesisir Kalimantan Timur. Lalu dalam perkembangannya
berdiri dua kerajaan Kutai, Kerajaan Kutai Martadipura yang berdiri lebih dulu dengan rajanya
Mulawarman, lalu berdiri pula belakangan Kerajaan Kutai Kartanegara yang kemudian menaklukan
Kerajaan Kutai Martadipura, dan lalu berubah nama menjadi Kerajaan Kutai Kartanegara Ing
Martadipura.

Di Kalimantan Timur terdapat juga banyak suku suku pendatang dari luar, seperti Banjar, Bugis,
Jawa dan Makassar. Bahasa Banjar, Jawa dan Bahasa Bugis adalah dua dari banyak bahasa daerah
yang digunakan oleh masyarakat Kalimantan Timur. Suku Banjar dan Bugis banyak mendiami
Kalimantan, Samarinda, Sangatta dan Bontang. Sedangkan suku Jawa banyak mendiami Samarinda dan
Balikpapan.

Banyak kebudayaan-kebudayaan yang terdapat di Kalimantan Timur, salah satunya adalah Upacara
Adat. Upacara Adat adalah segala bentuk ritual ataupun tradisi yang dilakukan oleh masyarakat sebagai
ungkapan pengakuan akan eksistensi suatu kekuasaan atau kekuatan lain yang melebihi kekuatan
manusia. Berikut ini saya uraikan jenis upacara adat dan jenis tari yang menyertainya:
1. Tari Belian
Merupakan upacara yang diselenggarakan untuk menyembuhkan orang sakit, baik itu sakit secara
jasmani maupun rohani. Namun metode pengobatannya tetap sama, yaitu dengan menggunakan
sesajen-sesajen yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang melalui pembacaan mantra-mantra
tertentu oleh seorang dukun. Harapan yang ingin dicapai adalah agar roh nenek moyang memberikan
kesembuhan kepada orang yang sakit. Namun bukan berarti setiap penyakit dapat disembuhkan, karena
masyarakat juga menyakini bahwa kematian adalah takdir yang harus mereka hadapi. Keputusan antara
peluang hidup dan matinya seseorang tersebut akan disampaikan oleh sang dukun setelah tarian Belian
selesai dilakukan.

2. Tari Datun, Tari Jepen dan Tari Jepen Tungku


Merupakan upacara peresmian hubungan sepasang muda-mudi menjadi ikatan suami istri untuk
membentuk rumah tangga. Upacara ini disertai seserahan dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan
yang diwakilkan oleh wali masing-masing, dengan beberapa tahapan tertentu. Jenis seserahan dan cara
penyerahan sangat beragam tergantung dari strata keluarga dalam masyarakat.
Tari Jepen diiringi oleh sebuah nyanyian dan irama musik khas Kutai yang disebut
dengan Tingkilan. Alat musiknya terdiri dari gambus (sejenis gitar berdawai 6) dan
ketipung (semacam kendang kecil).Karena populernya kesenian ini, hampir di setiap
kecamatan terdapat grup-grup Jepen sekaligus Tingkilan yang masing-masing memiliki
gayanya sendiri-sendiri, sehingga tari ini berkembang pesat dengan munculnya kreasi-
kreasi baru seperti Tari Jepen Tungku, Tari Jepen Gelombang, Tari Jepen 29, Tari
Jepen Sidabil dan Tari Jepen Tali.
Seni Tari Klasik Merupakan tarian yang tumbuh dan berkembang di kalangan Kraton
Kutai Kartanegara pada masa lampau.

3. Upacara Adat Koangkai Suku Dayak Benuaq


Koangkai merupakan upacara adat terbesar dari upacara-upacara adat lain bagi suku Dayak di
Kalimantan Timur, khususnya bagi suku Dayak Benuaq di Tanjung Isuy Kabupaten Kutai. Upacara ini
memerlukan persiapan dan permulaan yang cukup lama. Bisa berkisar satu setengah bulan, dengan
puncak acara membunuh kerbau.
Koangkai atau membuang bangkai bukan berarti membuang bangkai seperti arti katanya. Namum
mempunyai makna yang lebih dalam, yaitu mengambil mayat dari Lungun (tempat mayat sementara
sebelum diambil tulangnya) untuk dipindahkan ke Kleregng (tempat tulang-tulang leluhur yang telah
diantar ke surga).

4. Tari Hudoq
Tari Hudoq adalah bagian ritual suku Dayak Bahau dan Dayak Modang, yang biasa dilakukan setiap
selesai manugal atau menanam padi, pada bulan September-Oktober. Berdasarkan kepercayaan suku
Dayak Bahau dan Dayak Modang, Tari Hudoq ini digelar untuk mengenang jasa para leluhur mereka
yang berada di alam nirwana. mereka menyakini di saat musim tanam tiba roh-roh nenek moyang akan
selalu berada di sekeliling mereka untuk membimbing dan mengawasi anak cucunya. leluhur mereka ini
berasal dari Asung Luhung atau Ibu Besar yang diturunkan dari langit di kawasan Hulu Sungai Mahakam
Apo Kayan. Asung Luhung memiliki kemampuan setingkat dewa yang bisa memanggil roh baik maupun
roh jahat.
Para penari Hudoq ini biasanya berjumlah 13 orang yang melambangkan 13 dewa pelindung Hunyang
Tenangan, dewa yang memelihara tanaman padi. Di sela-sela kerimbunan semak belukar dan
pepohonan mereka mulai mengenakan kostum yang terbuat dari daun pisang hingga menutupi mata kaki
dan topeng kayu yang menyerupai binatang buas. Daun pisang adalah lambang kesejukan dan
kesejahteraan. Sementara itu, warna pada Topeng Hudoq, biasanya didominasi oleh warna merah dan
kuning, yang dipercaya sebagai warna kesukaan para dewa. Topeng warna merah merupakan gambaran
perwujudan dewa Hunyang Tenangan.

5. Tari Gantar
Tari Gantar berasal dari Suku Dayak Benuaq dan Tonyooi. Tarian ini dikenal sebagai tarian pergaulan
antara muda mudi dan juga untuk menyambut tamu yang datang. Tarian ini melukiskan kegembiraan
dalam menanam padi.
Gantar adalah sepotong bambu yang didalamnya diisi dengan biji-biji padi dan tongkat panjang yang
merupakan aset untuk membuat lubang ditanah saat menanam padi. Juga melukiskan keramah-tamahan
suku Dayak dalam menyambut tamu yang datang ke Kalimantan Timur baik sebagai turis maupu investor
dan para tamu yang dihormati kemudian diajak turut menari. Pakaian yang dipakai disebut Ulap Doyo
kain tenunan asli suku Dayak Benuaq yang diambil dari serat Doyo.

6. Tari Serumpai
Tarian suku Dayak Benuaq ini dilakukan untuk menolak wabah penyakit dan mengobati orang yang
digigit anjing gila. Disebut tarian Serumpai karena tarian ini diiringi alat musik Serumpai (sejenis seruling
bambu).
6. Tari Ganjar Ganjur
Tarian Ganjar ganjur adalah tarian tradisi budaya asli Kutai Kartanegara yang biasanya ditampilkan
hanya pada upacara-upacara besar sedangkan tarian ini dibawakan oleh kerabat kesultanan sendiri,dan
tarian ini ditampilkan pada acara acara seperti : Upacara Penyambutan Tamu-Tamu Agung. Upacara
Adat ERAU, Upacara Adat Penambalan Sultan Kutai Kartanegara atau penobatan Sultan yang baru dan
lain-lain.
Tarian ini dibawakan oleh penari pria yang disebut “ Beganjar” adapun penari wanita nya disebut
“Beganjur”,. Kostum yang digunakan oleh penari pria disebut “Miskat” untuk bagian atas (baju) dan
“Dodot” untuk bagian bawah (celana). Sedangkan untuk penariwanita menggunakan pakaian “Ta’wo”
untuk bagian atas (baju) dan “Tapik” untuk bagian atas. Dalam pelaksanaan tarian ini masing-masing
penari membawa aksesoris tari yang disebut “Gada” untuk penari pria dan “Kipas” untuk penari
wanita.
Musik pengiring tari Ganjar Ganjur adalah musik gamelan yang terdiri dari “Bonang” sebagai alat
melodi dan gendang untuk pengiring.

7.Tari Pecuk Kina


Tari Pecuk Kina adalah tarian yang menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah
dari daerah Apo Kayan (Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu
bertahun-tahun.

Anda mungkin juga menyukai