Anda di halaman 1dari 35

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Profesi dokter hewan adalah profesi mulia yang mengabdi untuk kesejahteraan
manusia melalui dunia hewan yang diwujudkan dalam bentuk pengamalan ilmu pengetahuan
dan teknologi kedokteran hewan dalam penyediaan produk asal hewan yang aman, sehat,
utuh dan halal; perlindungan kesehatan hewan, manusia, masyarakat dan lingkungan serta
menjaga keseimbangan dan kelestarian ekosistem, dengan memperhatikan prinsip-prinsip
kesejahteraan hewan. Penguasaan ilmu secara teoritis merupakan nilai
keahlian yang harus dimiliki untuk mengaktualisasikan dirinya
dimasyarakat dan bidang studinya. Sistim belajar mengajar selama
perkuliahan berlangsung menuntut mahasiswa untuk kreatif dan
menambah ilmu serta belajar secara mandiri.
Kegiatan praktek kerja lapang (PKL) atau koasistensi diharapkan
menjadi sarana untuk belajar sekaligus pengaplikasian sarjana kedokteran
hewan bagaimana seharusnya menjadi seorang dokter hewan yang
mungkin belum dipelajari atau belum diajarkan selama masa perkuliahan.
Kegiatan PKL ini sarjana kedokteran hewan diharapkan dapat
mengaplikasikan ilmu yang didapatkan selama perkuliahan secara nyata
selama berada di lapangan. Sarjana kedokteran hewan akan memperoleh
pengetahuan dan sekaligus pengalaman kerja di lingkungan baru dan
berinteraksi langsung dengan masyarakat.
Salah satu tempat pelaksanaan koasistensi mahasiswa kedokteran hewan adalah
industri peternakan ayam. Industri peternakan ayam dalam manajemen pemeliharaan
merupakan kemampuan manusia dalam membuat perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan serta pengawasan pada usaha peternakan yang meliputi tiga faktor yaitu bibit
(breeding), pakan (feeding) dan manajemen. Manajemen sendiri masih dapat dibagi menjadi
beberapa aspek yaitu bibit, pakan dan minuman, perkandangan, seleksi dan culling, produksi
telur, dan penangan limbah (manure) dan recording (Achmanu dan Muharlien, 2011).
Manajemen produksi dan pemeliharaan ini merupakan suatu rangkaian yang sangat penting
sehingga perlu dijaga agar didapat kualitas produk yang baik. Kualitas produk yang
dihasilkan akan sangat terpengaruh oleh tata laksana pengendalian penyakit yang tidak bisa
dilepaskan dari peranan profesional medik veteriner di lapang yaitu dokter hewan (Irawan,
1995). Kualitas produk yang baik akan dapat memenuhi kebutuhan pangan yang sehat bagi
masyarakat Indonesia oleh karena itu peranan seorang medik veteriner sangat diperlukan

1
sehingga dalam hal ini mahasiswa koasistensi belajar untuk menjalankan fungsi, peran dan
tanggung jawab dokter hewan untuk mencapai kompetensi sebagai seorang medik veteriner.
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dibagian perunggasan mulai dari sektor breeding, hatchery, produksi pakan serta
pemeliharaan yang sudah terintegrasi di Indonesia. Mahasiwa Pendidikan Profesi Dokter
Hewan (PPDH) Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya dituntut untuk memiliki
kemampuan unggul baik intelektual maupun kemampuan praktik di lapangan sehingga jika
hanya berpedoman pada materi yang diberikan selama mengeyam perkuliahan dirasa belum
cukup maksimal sehingga diperlukan praktik langsung di lapangan. Mahasiswa PPDH
diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan dapat memahami medik
veteriner dalam suatu perusahaan perunggasan.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana peran dokter hewan pada sistem operasional perusahaan perternakan unggas
meliputi breeding, pemeliharaan bibit dan distribusi produk di PT. Japfa Comfeed
Indonesia Tbk. Unit 1 Dawuhansengon, Purwodadi, Jawa Timur?
2. Bagaimana peran dokter hewan dalam upaya pencegahan, penanganan, dan pengendalian
penyakit unggas di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit 1 Dawuhansengon,
Purwodadi, Jawa Timur?
1.3 Tujuan
1. Mengetahi peran dokter hewan pada sistem operasional perusahaan perternakan unggas
meliputi breeding, pemeliharaan bibit dan distribusi produk di PT. Japfa Comfeed
Indonesia Tbk. Unit 1 Dawuhansengon, Purwodadi, Jawa Timur.
2. Mengetahui peran dokter hewan dalam upaya pencegahan, penanganan, dan
pengendalian penyakit unggas di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit 1
Dawuhansengon, Purwodadi, Jawa Timur.
1.4 Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan kegiatan Koasistensi Pendidikan Profesi
Dokter Hewan (PPDH) Industri Pilihan Unggas ini adalah mendapatkan
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan khususnya di bidang
industri perunggasan menuju tenaga profesi dokter hewan yang
berkualitas sesuai dengan UU 41/2014 tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan dengan mengedepankan peran profesi dokter hewan sebagai
pemegang otoritas medik veteriner, meningkatkan kemampuan dan

2
pemahaman mahasiswa PPDH Program Kedokteran Hewan Universitas
Brawijaya tentang pembangunan peternakan unggas, manajemen
peternakan unggas, pembibitan (breeding farm) dan upaya-upaya
pencegahan, penanganan serta pengendalian penyakit unggas di lokasi
koasistensi industri pilihan, serta meningkatkan kerja sama antar
perguruan tinggi dengan stake holder atau perusahaan.

3
BAB II
ANALISIS SITUASI
2.1 Profil Perusahaan
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dalam bidang agri-food terbesar dan terintegritas di Indonesia. Unit bisnis utama perusahaan
ini yakni pembuatan pakan ternak, pembibitan ayam, pengolahan unggas serta
pembudidayaan pertanian. Awal berkembangnya perusahaan ini dimulai pada era tahun 1970-
an. Japfa pertama kali didirikan sejak tahun 1971 dengan nama PT. Java Pelletizing Factory.
Perusahaan ini merupakan perusahaan patungan yang terjalin antara PT. Perusahaan Dagang
& Industri Ometraco dan International Graanhandel Thegra NV of the Netherlands. Pada
awalnya perusahaan ini bergerak dalam industri kopra pelet sebagai produk utamanya. Sejak
berdirinya perusahaan terus melakukan ekspansi. Puncaknya yakni perubahan status
perusahaan menjadi perusahaan terbuka seiring dengan pencatatan saham perusahaan di
Bursa Efek Jakarta dan Surabaya sejak Oktober 1989. Penawaran saham yang dilakukan
sejak tahun 1990, kemudian perusahaan menjelma menjadi perusahaan yang memiliki
kekuatan finansial dalam sektor pakan ternak.
Japfa terus melakukan pengembangan perusahaan dengan melakukan kerjasama
kemitraan dengan beberapa perusahaan lainnya. Pada era tahun 1990-an, Japfa melakukan
akuisisi strategis dengan empat perusahaan yang bergerak dalam bidang pakan ternak.
Perusahaan tersebut antara lain PT. Comfeed Indonesia, PT. Ometraco Satwafeed, PT.
Indopell Raya serta PT. Suri Tani Pemuka. Disamping itu, Japfa juga melakukan proses
akuisisi tahap kedua pada tahun 1992 dengan mengambil alih PT. Multibreeder Adirama
Indonesia dengan bisnis utama pembibitan ayam. Tak hanya itu, pada tahun yang sama Japfa
juga melakukan pengambilalihan terhadap PT. Ciomas Adisatwa yang bergerak dalam
pengolahan unggas dan Suri Tani Pemuka dengan budidaya udang. Berbagai rangkaian
akuisisi ini mendukung perusahaan menjadi salah satu perusahaan produsen unggas dan
udang terbesar di Indonesia.
Japfa beroperasi dengan didukung oleh beberapa divisi antara lain Divisi Unggas,
Divisi Daging, Divisi Aquaculture dan beberapa divisi bisnis lainnya. Dalam divisi Unggas,
Japfa berperan sebagai salah satu produsen unggas ter-integrasi secara global. Divisi ini
memproduksi pakan unggas, DOC pembibitan dan pengolahan ayam. Tiap tahunnya divisi ini
memberikan kontribusi keuangan sebesar 83% dari penjualan bersih perusahaan. Dalam
Divisi Daging, perusahaan beroperasi dalam 3 tahap produksi utama yakni pembibitan,
perawatan, serta pengolahan sapi potong. Divisi ini beroperasi dengan merek "Santori" yang

4
merupakan peternakan terbesar di Asia. Divisi ini terbagi dalam dua nama, yakni PT. Santosa
Agrindo dan PT. Austasia Stockfeed. Sedangkan untuk Divisi Aquaculture, Japfa berkembang
dengan budidaya udang lokal yang tumbuh untuk komoditas ekspor. Hingga saat ini Japfa
terus menyebar melalui anak-anak perusahaan serta jaringan produksi yang tersebar di
beberapa kota-kota besar di Indonesia.
2.2 Struktur Organisasi
Berikut ini adalah bagan struktur organisasi dari PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.:

Dewan Komisaris

Direksi

Direktur Utama

Kepala Audit Sekertaris


Internal Perusahaan Perusahaan

Waki Presiden Direktur Direktur Direktur


Direktur Utama

- Kepala Devisi - Kepala Devisi - Kepala Devisi - Kepala Devisi


Pakan Ternak Budidaya Teknologi Keuangan
- Kepala Devisi Perairan Informasi Korporasi
Pembibitan - Kepala Devisi - Kepala Devisi - Kepala Devisi
Ayam Perdagangan Sumber Daya Pengawas
- Kepala Devisi - Kepala Devisi Manusia Keuangan
Peternakan Peternakan - Kepala Devisi Korporasi
Komersial Sapi Potong Pengadaan

2.3 Tugas dan Fungsi Dokter Hewan

5
Bidang pekerjaan dokter hewan menurut OIE adalah sebanyak 33 jenis.di 110 negara,
diantaranya yaitu bidang veterinary medicine, zoonosis, nutrition, animal welfare,
biosecurity, dan distribusi ternak. Peran tersebut merupakan tugas dokter hewan yang bekerja
di dalam bidang Industri Perunggasan, dimana setiap bidang memiliki fungsi masing-masing:
1. Veterinary medicine
Sesuai dengan UU No. 18 Tahun 2009 mengenai Peternakan dan Kesehatan
Hewan Bab V tentang kesehahatan hewan pasal 43 menyatakan bahwa pengendalian dan
penanggulangan penyakit hewan merupakan penyelenggaraan kesehatan hewan dan
kesehatan lingkungan dalam bentuk pengamatan dan pengidentifikasian, pencegahan,
pengamanan, pemberantasan, dan atau pengobatan. Dalam bidang perunggasan, dokter
hewan diwajibkan untuk bertanggung jawab dengan kesehatan hewan terutama ternak
unggas yang berada di peternakan tersebut. Vaksinasi merupakan salah satu kegiatan
rutin yang dilakukan oleh dokter hewan yang bekerja di Peternakan Unggas.
2. Zoonosis
Sesuai dengan UU No. 18 mengenai Peternakan dan Kesehatan Hewan pasal 56
menyatakan bahwa dokter hewan yang bekerja di Industri Perunggasan memiliki tugas
sebagai penyelenggara kesehatan ternak melalui pengendalian dan penanggulangan
zoonosis. Tugas seorang dokter hewan yang bekerja di Industri Perunggasan bidang
zoonosis adalah dengan memastikan bahwa lokasi, alat dan bahan, pangan, lingkungan
serta ternak itu sendiri memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sehingga tidak
menimbulkan potensi penularan penyakit terutama yang bersifat zoonosis.
3. Nutririon
Dokter hewan yang bekerja dalam Industri Perunggasan juga harus
memperhatikan nutrisi pakan dan minum yang diberikan kepada ternak unggas.
Pemberian nutrisi yang tepat dapat meningkatkan produktivitas dan reproduktivitas pada
unggas.
4. Animal welfare
Sesuai dengan Pasal 56 mengenai Kesehatan Masyarakat Veteriner dan
Kesejahteraan Hewan, dalam bidang kesejahteraan hewan juga dipengang oleh dokter
hewan yang memiliki tanggung jawab terhadap bidang animal welfare. Kesejahteraan
hewan yang meliputi hewan bebas dari rasa takut dan ketakutan, hewan terbebas dari
rasa sakit dan kesakitan, hewan bebas mengekspresikan tingkah laku, hewan bebas dari
rasa haus dan lapar, dan hewan harus bebas dari tekanan atau tertekan. Hal tersebut harus

6
diperhatikan juga karena dapat mempengaruhi produktivitas dan reproduktivitas pada
ternak unggas.
5. Biosekuriti
Pada peternakan unggas selalu memperhatikan Biosecurity yang mempunyai arti
sebagai beberapa prosedur atau usaha yang dilakukan untuk dapat mencegah kontak
antara ternak dalam peternakan dengan agen atau sumber penyakit sehingga dapat
menekan resiko dan konsekuensi penularan penyakit. Prinsip yang dialikasikan di
Industri Perunggasan dalam melaksanakan Biosecurity antara lain, Isolasi, Kontrol lalu
lintas, Snaitasi dan Kontrol Hama.
6. Distribusi ternak
Dokter hewan yang bekerja di Industri Peunggasan juga memiliki peran sebagai
pengontrol kualitas dalam manajemen produksi hingga distribusi. Hal tersebut
dikarenakan untuk menjamin kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan akan
menjamin kesehatan masyarakat yang sesuai dengan Pasal 56 mengenai Kesehatan
Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan.

7
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan
Kegiatan Koasistensi Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) rotasi Industri
dilakukan mulai tanggal 14 November 2016 hingga 2 Desember 2016 di PT. Japfa Comfeed
Indonesia Tbk. Unit 1 Dawuhansengon, Purwodadi, Jawa Timur
3.2 Metode Kegiatan
Metode kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan koasistensi Pendidikan Profesi
Dokter Hewan (PPDH) di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit 1 Dawuhansengon,
Purwodadi, Jawa Timur, adalah:
1. Observasi partisipan
Mahasiswa koasistensi PPDH akan mengikuti seluruh kegiatan rutin PT. Japfa Comfeed
Indonesia Tbk.
2. Wawancara dan diskusi
Mahasiswa koasistensi PPDH secara aktif melakukan wawancara dan diskusi dengan
semua pihak yang terkait
3. Dokumentasi
Mahasiswa koasistensi PPDH akan melakukan dokumentasi sebagai data penunjang
3.3 Peserta PPDH
Peserta kegiatan Koasistensi Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) di PT. Japfa
Comfeed Indonesia Tbk berjumlah 5 orang dengan rincian sebagai berikut:
1. Gabriela Christiyane, S.KH 160130100111008

2. Sonnya Oktaviani Helina, S.KH 160130100111020

3. Anugrah Niki Herlambang, S.KH 160130100111038

4. Tri Cahyo Dirgahariyawan, S.KH 160130100111042

5. Ummu Syahidah Robbani, S.KH 160130100111045

8
3.4 Jadwal Kegiatan
Kegiatan Koasistensi Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) di PT. Japfa Comfeed
Indonesia Tbk. Unit 1 Dawuhansengon, Purwodadi, Jawa Timur tercantum pada Tabel 3.1
dibawah ini:
Tabel 3.1 Jadwal Jenis Kegiatan Pelaksanaan
Kegiatan Hari/Tanggal
Senin, 14 November 2016 Penerimaan Mahasiswa PPDH Petugas Pelaksana
Briefing Mahasiswa PPDH
Selasa, 15 November Pengenalan area bersih, Supervisor pembimbing
2016 intermediet, kotor Mahasiswa PPDH
Pengenalan area kandang
Diskusidengan supervisor
Rabu, 16 November 2016 Grading telur, grading pejantan Operator kandang
Diskusi dengan supervisor Mahasiswa PPDH
Supervisor pembimbing
Kamis, 17 November Grading telur, grading pejantan Operator kandang
2016 Diskusi dengan supervisor Mahasiswa PPDH
Supervisor pembimbing
Jumat, 18 November Grading telur Operator kandang
2016 Diskusi dengan supervisor Mahasiswa PPDH
Supervisor pembimbing
Sabtu, 19 November 2016 Mengikuti kegiatan postmortem Petugas post mortem
Mahasiswa PPDH
Supervisor pembimbing
Senin, 21 November 2016 Grading telur Operator kandang
Vaksinasi ND dan AI Mahasiswa PPDH
Supervisor pembimbing

Selasa, 22 November Grading telur Operator kandang


2016 Vaksinasi ND dan AI Mahasiswa PPDH
Supervisor pembimbing
Rabu, 23 November 2016 Diskusi dengan Supervisor Supervisor pembimbing
Vaksinasi ND dan AI Mahasiswa PPDH

3.5 Bentuk Kegiatan


Kegiatan koasistensi yang akan dilakukan di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk Unit
Dawuhansengon, Purwodadi, Jawa timur adalah mengikuti seluruh kegiatan di peternakan

9
dengan metode observasi partisipan, wawancara, diskusi, dan dokumentasi. Berikut
merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit 1
Dawuhansengon, Purwodadi Jawa timur antara lain:
1. Briefing
Kegiatan ini adalah penjelasan dari pihak PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit 1
Dawuhansengon, Purwodadi, Jawa Timur kepada mahasiswa koasistensi mengenai segala
bentuk kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan kegiatan ini. Kegiatan 11 ini
meliputi pengenalan keaadaan perusahaan, kegiatan umum, pemeliharaan parent stock,
sistem perkandangan dan sistem administrasi perusahaan.
2. Observasi Partisipan terkait Manajemen Pemeliharaan Ayam
Mahasiswa mengikuti kegiatan pemeliharaan, seperti:
a. seleksi ayam,
b. pemberian cahaya,
c. sistem sirkulasi udara,
d. pemberian pakan dan minum,
e. pengambilan telur,
f. manajemen litter,
g. recording telur dan vaksinasi.
3. Hatching Egg Care
Ikut serta dalam grading telur berdasarkan kualitas dan klasifikasi telur, penanganan
pasca grading.
4. Manajemen biosekuriti
Mengamati dan memahami kegiatan biosekuriti yang diterapkan oleh PT. Japfa
Comfeed Indonesia Tbk. Unit 1 Dawuhansengon, Purwodadi Jawa timur, meliputi isolasi,
sanitasi dan lalu lintas ternak unggas, operator kandang, peralatan, dan alat transportasi.
5. Materia medika di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
Mengamati dan memahami kegunaan dari jenis obat, vaksin, vitamin, feed additive,
feed supplement, desinfektan dan antiseptik yang digunakan di PT. Japfa Comfeed
Indonesia Tbk Unit 1 Dawuhansengon, Purwodadi, Jawa timur

6. Manajemen Kesehatan Hewan


Mahasiswa berpartisipasi dalam kegiatan pencegahan penyakit, pengambilan sampel,
prosedur pengiriman sampel, dan pelaksanaan nekropsi.

10
7. Manajemen Pengolahan Limbah
Mengamati infrastruktur tempat pembuangan limbah, memahami teknologi
pengolahan limbah, menejemen pemanfaatan limbah serta mengerti proses pengolahan
limbah.
8. Distribusi
Mengamati proses distribusi produk yang dihasilkan (telur tetas)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Peran dokter hewan pada unit breeding farm
Peran seorang dokter hewan di sebuah peternakan mempunyai efek yang
sangat besar dalam keberlangsungan peternakan tersebut baik itu secara

11
langsung maupun tidak langsung. Dokter hewan mempunyai banyak peran
dalam kaitannya dengan bidang peternakan, berbagai peran tersebut antara lain
adalah pengawasan sistem bisecurity dan sanitasi kandang, mengatur dan
menentukan program vaksin, melakukan evaluasi hasil vaksin dengan
pemeriksaan penunjang laboratorium, serta memantau kondisi lapangan terkait
perubahan cuaca untuk mengontrol perkembangan penyakit.
Peran seorang dokter hewan di sebuah peternakan khususnya Breeding Farm sangat
kompleks hal ini dikarenakan sistem dari pemeliharaan breeder ayam broiler yang sangat
panjang dan rentan terhadap suatu penyakit, selain itu juga ayam broiler ini dituntut untuk
terus menghasilkan telur pada berbagai kondisi maka dari sini seorang dokter hewan
dituntut untuk sangat berhati-hati, mempunyai pengetahuan yang luas
dan mampu memberikan sebuah keputusan. Terdapat beberapa hal yang
menjadi inti permasalahan pada sebuah peternakan, namun yang menjadi
sebuah titik besar dan masih menjadi sebuah permasalahan adalah
bagaimana sebuah peternakan breeder ayam broiler terbebas dari suatu
penyakit. Pengendalian suatu penyakit dapat dilakukan dengan
manajemen preventif, manajemen medikasi dan monitoring. Manajemen
preventif dilakukan dengan program vaksin, manajemen medikasi
dilakukan dengan pemberian antibiotik, vitamin C, multivitamin dan
deworming, sedangkan monitoring dilakukan dengan evaluasi hasil vaksin
secara berkala melalui pengukuran titer antibodi. Keberhasilan seorang
dokter hewan yang bekerja di peternakan breeder ayam broiler dapat
dilihat dari hasil prodiksi telur per masa produksinya.
Peran dokter hewan di unit starter difokuskan dimulai dari masuknya ayam DOC
broiler (chick in) yang berasal dari farm Grand Parent Stock. Ayam usia 1 hari dimasukkan
kedalam kandang tipe closed house dengan luas 12 x 150 meter yang sudah dicuci dan
desinfeksi. Masa produksi ayam broiler dimulai pada usia 24 minggu. Dokter hewan di
unit breeding farm mempunyai target dalam pembentukan frame tubuh
ayam sehingga pada masa produksi tidak akan kesulitan dalam proses
produksi telur serta memenuhi target berat badan ayam, karena titik kritis
pada pemeliharaan di unit breeding farm ini adalah tercapainya berat
bobot ayam yang harus sudah mencapai standar pada umur-umur
tertentu. Bobot umur yang mencapai standar dan diimbangi dengan
keseragaman bobot dipercaya akan mempengaruhi puncak produksi telur

12
pada ayam broiler, untuk memenuhi target tersebut maka dokter hewan
unit starter melakukan beberapa hal yang utamanya adalah memenuhi
feed intake. Usaha dalam pemenuhan standar feed intake ini adalah UAP
(Udara, Air, Pakan) ketiga elemen ini harusnya selalu tersedia dalam
proses pemeliharaan ayam fase starter, karena jika salah satu komponen
tidak terpenuhi maka dapat dipastikan terget tidak akan pernah tercapai.
Tugas pokok dokter hewan sebagai pemegang medik veteriner yaitu memastikan unit
breeding farm menghasilkan telur yang berkualitas tinggi untuk dikirim ke bagian hatchery.
Seorang dokter hewan yang berada di PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk juga membuat peraturan
atau standart operasional (SOP) yang memiliki tujuan sebagai pengendalian suatu penyakit.
4.2. Biosekuriti
Biosekuriti yang diterapkan di Japfa Unit 1 Dawuhansengon Purwodadi meliputi
1. Pemisahan Area
2. Kontrol lalu lintas
3. Kontrol vektor pembawa penyakit
1. Pemisahan Area
Area farm Japfa Unit 1 Dawuhansengon Purwodadi dibagi menjadi 3 yaitu area yaitu
Area Bersih 1, Area Bersih 2 (Intermediate) dan Area Bersih 3 (Dalam).
A. Area Bersih 1 meliputi:
- Wheel dipping - Kantin
- Fumigasi depan - Mess karyawan
- Foot dipping - Mushola
- Pos Satpam - Tempat parkir truk dan mobil
- Guest house
B. Area Bersih 2 (Intermediate) meliputi:
- Ruang mandi area bersih 2 - Gudang larutan kimia (formalin,
-Fumigasi 1 (besar dan kecil) dan paraformaldehid, dll)
dipping barang - Gudang Obat Vaksin dan Kimia
- Depo telur - Gudang umum
- Ruang istirahat - Kantor
- Ruang arsip - Laundry
- Car dipping dan spray

13
C. Area Bersih 3 (Dalam) meliputi:
- Car dipping dan spray menuju area - Gudang serut
bersih 3
- Gudang Pakan Ternak
- Ruang mandi menuju area bersih 3
- Kandang 1-20
- Transit transportasi telur
- Ruang Post mortem
- Laundry
2. Kontrol Lalu Lintas
Kontrol lalu lintas meliputi sanitasi karyawan atau tamu, barang, perlengkapan dan
kendaraan.
A. Sanitasi Orang, Kendaraan dan Barang di Pintu Gerbang Farm
a. Sanitasi Karyawan/visitor
1. Prosedur masuk ke area bersih 1
- Tamu : alas kaki tidak diperbolehkan masuk ke dalam farm, tamu yang datang
masuk menggunakan alas kaki yang telah disediakan di pos satpam
- Karyawan : dilakukan dipping alas kaki sehingga harus menggukan alas kaki
dengan bahan yang mudah untuk di dipping
- Karyawan/visitor harus melewati ruangan foot dipping dan spray
- Melakukan pencatatan dibuku tamu
2. Prosedur keluar dari area bersih 1
- Keluar melalui pintu one way
B. Sanitasi Kendaraan
1. Dilakukan spray pada bagian ban mobil karyawan/visitor yang baru datang. Sepeda
motor harus melewati dipping ban.
2. Dilakukan spray pada ban dengan larutan desinfektan pada saat kendaraan barang
datang.

14
Gambar 1.1 Car dipping dari area Intermediate keluar menuju area kotor
C. Sanitasi Barang
1. Barang yang dibawa karyawan/visitor
- Keluarkan barang dan perlengkapan kerja yang akan dibawa masuk ke kantor dari
dalam tas dan tempatkan ke dalam tray/keranjang plastik, kemudian lakukan fumigasi
atau dipping sebelum masuk area bersih 1 simpan tas didalam mobil.
- Tidak diperbolehkan membawa tas, jam tangan kedalam area bersih 2 (intermediate)
dan area bersih 3 (dalam)
- Lakukan fumigasi tas apabila akan disimpan di almari pos satpam atau dibawa ke
mess
- Ambil barang di ruang fumigasi setelah ada tanda lampu hijau, yang berarti bahwa
fumigasi telah selesai.
2. Sanitasi barang yang datang
- Lakukan fumigasi untuk barang-barang yang tidak tahan air, semua barang yang
akan difumigasi harus dikeluarkan dari kemasan (karton), plastik, box plastik atau
covernya. Contoh barang: kacamata, kalkulator, handphone, kamera, lampu, dsb.
- Lakukan dipping dengan larutan desinfektan untuk barang-barang yang tahan air,
dengan mengeluarkan barang dari dalam kemasannya (karton). Contoh barang yang
bisa didipping: sapu ijuk, sapu lidi, shampoo, sabun cair, lem tikus, bak plastik,
ember, gayung, paying, tempat pakan, tempat minum, rafia, dsb.
- Lakukan spray dengan larutan desinfektan untuk barang-barang yang tahan air tapi
volumenya besar contoh : pipa, kayu, nest box, tabung LPG, dsb.
3. Lakukan kontrol pada box fumigasi, apakah berfungsi normal, apakah tersedia
bahan fumigant, tidak bocor, lampu, timer, dan alarm berfungsi.
- Fumigasi barang dilakukan selam 10 menit.
- Lampu akan menyala selama proses fumigasi masih berjalan

15
- Alarm akan berfungsi apabila ada yang membuka pintu dari dalam selama proses
fumigasi berlangsung.
4. Lakukan kontrol bak dipping barang, air harus dalam keadaan bersih dan dilakukan
penggantian rutin, bak dipping dilengkapi dengan tutup.

D. Sanitasi Orang, Kendaraan dan Barang menuju Area Bersih 2 (Intermediate)


a. Sanitasi Karyawan/Visitor
1. Prosedur masuk ke area bersih-2 (intermediate)
- Alas kaki diletakkan, dicuci, dipping dengan larutan kimia kemudian ditempatkan
pada arak alas kaki.
- Seluruh pakaian ditanggalkan dan diletakkan pada almari baju dan gantungan baju
pada ruang ganti.
- Karyawan masuk melalui ruang spray.
- Karyawan mandi di ruang shower dengan menggunakan shampo dan sabun.
- Karyawan memakai seragam dan alas kaki yang telah disediakan di ruang ganti
dalam.
2. Prosedur keluar dari area bersih-2 (intermediate):
- Alas kaki dilepaskan dan ditempatkan pada bak dipping, sebelum melalui pintu
keluar.
- Ditanggalkan seluruh pakaian dan diletakkan pada keranjang baju.
- Baju dan alas kaki yang dibawa dari luar dipakai kembali di ruang ganti luar.
b. Sanitasi Kendaraan
1. Mobil karyawan/ visitor dan sepeda motor diparkir di area bersih-1.
2. Dilakukan sanitasi untuk semua kendaraan yang akan masuk ke area intermediate,
dengan melewati car dipping. Mobil pakan, mobil kayu gelondongan atau serutan dan
mobil HE bisa masuk ke area intermediate dengan melalui car dipping.

16
Gambar 1.2 Car dipping menuju area dalam
c. Sanitasi Barang dan Peralatan
1. Barang yang dibawa karyawan/visitor:
- Dilakukan sanitasi barang atau perlengkapan kerja yang akan dibawa masuk ke area
intermediate dengan cara dipping atau fumigasi.
- Diambil barang di ruang fumigasi setelah ada tanda lampu hijau yang berarti bahwa
fumigasi telah selesai.
2. Sanitasi barang yang datang
- Dilakukan fumigasi untuk barang-barang yang tidak tahan air, semua barang yang
akan difumigasi harus dikeluarkan dari kemasan (karton) plastik, box plastik atau
covernya.

- Dilakukan dipping dengan larutan desinfektan untuk bahan-bahan yang tahan air,
dengan mengeluarkan barang dari dalam kemasannya. Contoh barang yang bisa
didipping adalah: sapu ijuk, sapu lidi, shampo, sabun cair, lem tikus, bak plastik,
ember, gayung, tempat pakan, tempat minum, raffia, dll.
3. Dilakukan kontrol pada box fumigasi, ketersediaan bahan fumigant, tidak bocor,
lampu, alarm, dan timer berfungsi dengan baik.
- Fumigasi barang dilakukan selama 10 menit
- Lampu akan menyala selama proses fumigasi masih berjalan
- Alarm akan berbunyi jika ada yang membuka pintu dari dalam selama proses
fumigasi masih berlangsung.
4. Dilakukan kontrol bak dipping barang, air harus dalam keadaan bersih dan
dilakukan penggantian sacara rutin, bak dipping dilengkapi dengan tutup.
E. Sanitasi Orang, Kendaraan dan Barang Menuju Area Bersih 3
a. Sanitasi Karyawan/ Visitor
1. Prosedur masuk ke area bersih 3 (dalam)
- Lepaskan alas kaki dan tempatkan pada rak alas kaki.
- Tanggalkan seluruh pakaian dan letakkan pada almari baju dan gantungan baju pada
ruang ganti luar.
- Karyawan masuk melalui ruang body diving.
- Karyawan mandi di ruangan shower bagian dalam dengan menggunakan shampoo
dan sabun.

17
- Karyawan memakai seragam dan alas kaki yang telah disediakan di ruang ganti
dalam.
2. Prosedur keluar area bersih 3 (dalam)
- Lepaskan alas kaki dan tempatkan pada bak dipping sebelum melalui pintu keluar.
- Seluruh pakaian ditanggalakan dan diletakkan pada keranjang baju
- Karyawan mandi di ruangan shower bagian luar dengan shampoo dan sabun
- Karyawan memakai seragam dan alas kaki untuk area intermediate
b. Sanitasi Kendaraan
- Lakukan sanitasi untuk semua kendaraan yang akan masuk ke area dalam dengan
melewati car dipping

c. Sanitasi Barang dan Peralatan


1. Barang dibawa Karyawan/visitor
a. Prosedur Masuk Area Bersih 3
- Lakukan sanitasi barang/perlengkapan kerja yang akan dibawa masuk ke area
dalam dengan cara dipping atau fumigasi.
- Ambil barang di ruang fumigasi setelah ada tanda lampu hijau yang berarti bahwa
fumigasi telah selesai
b. Prosedur Keluar dari Area Bersih 3
- Lakukan sanitasi barang/perlengkapan kerja yang akan dibawa keluar dari area
dalam dengan cara dipping/fumigasi
2. Sanitasi Barang yang Akan Dikirim ke Area Dalam
- Lakukan fumigasi untuk barang-barang yang tidak tahan air. Semua barang yang
akan difumigasi harus dikeluarkan dari kemasan (karton), plastik, box plastik atau
covernya, contoh: kacamata, kalkulator, handphone, kamera, lampu, dsb.
- Lakukan dipping dengan desinfektan untuk barang-barang yang tahan air,
contoh : sapu ijuk, sapu lidi, sabun cair, lem tikus, bak plastik, ember, gayung,
payung, tempat pakan, tempat minum, raffia, dsb.
- Lakukan spray dengan larutan desinfektan untuk barang-barang yang tahan air
tapi dengan volume besar, contoh: pipa, kayu, nest box, tabung LPG, dll

18
Gambar 1.3 Fuimigasi 2 (ukuran kecil)

Gambar 1.4 Fumigasi 2 Gambar 1.5 Dipping


Besar besar Barang 2 besar

3. Lakukan kontrol pada box fumigasi, ketersediaan bahan fumigan, kebocoran box
fumigasi, timer dan alarm
- Fumigasi barang dilakukan selama 10 menit.
- Lampu akan menyala selama proses fumigasi berjalan.
- Alarm akan berbunyi apabila ada yang membuka pintu dari dalam selama proses
fumigasi berlangsung.
4. Lakukan kontrol bak dipping barang, air harus dalam keadaan bersih dan dilakukan
penggantian rutin, bak dipping dilengkapi dengan tutup.
a. Bak dipping barang
- Kondisi bersih dan rapi.
- Tersedia petunjuk larutan dan dosis.
- Bak tertutup terlindung dari sinar matahari dan hujan.
- Dosis harus tepat.
- Tersedia alat ukur/takaran, bahan kimia dan kartu stok tersimpan di tempat yang
aman.

19
F. Sanitasi Orang Sebelum Masuk Kandang
- Alas kaki diletakkan diluar kandang.
- Karyawan keluar dan masuk dengan melewati foot dipping didepan kandang.
- Karyawam mencuci tangan saat keluar dan masuk kedalam kandang.

Gambar 1.6 Foot Dipping Sebelum Masuk Kandang


G. Fumigasi Telur di Kandang
- Telur Hatching Egg yang telah di grading dimasukkan ke dalam lemari fumigasi.
- Disiapkan bahan untuk proses fumigasi (forcen 35 gram dan formalin 70 cc) dengan
takaran yang sudah disiapkan.
- Dimasukkan forcen ke dalam tempat fumigasi diikuti dengan formalin sesuai dengan
takaran yang sudah disiapkan.
- Lemari fumigasi ditutup kembali dan dinyalakan timer indikator.
- Fumigasi dilakukan selama 20 menit.
- Setelah proses fumigasi selesai, telur dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam egg van.
- Sisa-sisa fumigasi dimasukkan ke dalam wadah fumigasi sebelum dilakukan untuk
proses fumigasi selanjutnya.
Tabel 4.1 Bahn kimia Sanitasi dan Biosekuriti
Jenis Bahan Dosis Penggantian
Foot dipping depan TH4 2 cc/ liter Setiap hari
Bak celup 1 BKC 4 cc/ liter 2 x seminggu
Bak celup 2 BKC 4 cc/ liter 2 x seminggu
Car dipping 1 TH4 4 cc/ liter 2 x seminggu
Car dipping 2 TH4 4 cc/ liter 2 x seminggu
Spray kendaraan TH4 4 cc/ liter Diatur dosatron
Spray Car dipping 1 TH4 4 cc/ liter Diatur dosatron
Spray Car dipping 2 TH4 4 cc/ liter Diatur dosatron
Spray Shower 1 TH4 2 cc/ liter Diatur dosatron
Body diving Klorin 900 mv 2 x seminggu
Foot dipping TH4 2 cc/ liter Setiap hari
kandang
Bak celup sandal BKC 4 cc/ liter 2 x seminggu

20
Fumigasi 1 paraformaldehid 10 gr/m3 Setiap hari
Fumigasi 2 paraformaldehid 10 gr/m3 Setiap hari
Fumigasi telur Formalin + forcent 30 mL + 15 gr Setiap hari
Klorin air minum Klorin 750-800 mV

H. Kontrol Vektor Pembawa Penyakit


Kontrol vektor dilakukan untuk mencegah keluar masuknya vektor pembawa penyakit
ke dalam area farm. Pengendalian vektor yang dilakukan diantaranya:
a. Tikus : racun tikus dengan klerat (diluar kandang) diletakkan didalam pipa dengan
kawat penjepit klerat dibagian tengah, temix (di dalam kandang).
b. Lalat : kontrol lalat dilakukan dengan mengoleskan lem pada sedotan. Jebakan lalat
tersebar disekitar kandang dengan jarak 10 m antar jebakan.
c. Dark beetle : kontrol dark beetle dilakukan dengan pemberian vetansit yang
dicampur pada pakan dan minum.
d. Kontrol hewan lain : kontrol hewan lain (kucing, anjing, dll) dilakukan dengan
memberi batas/pagar disekitar area farm sehingga dapat meminimalisir keluar
masuknya hewan.

Gambar 1.7 Kontrol tikus Gambar 1.8 Kontrol Lalat


diluar kandang

4.3 Produksi
1. Produksi Telur Tetas (Hatching egg)
Alur produksi telur tetas (Hatching egg/ HE) dimulai dari masuknya ayam DOC
broiler (chick in) yang berasal dari farm Grand Parent Stock. Ayam usia 1 hari
dimasukkan kedalam kandang tipe closed house dengan luas 12 x 150 meter yang sudah
dicuci dan desinfeksi. Masa produksi ayam broiler dimulai pada usia 24 minggu. Beberapa
aspek yang merupakan kunci pokok produksi antara lain:
1. Pakan 2. Minum

21
3. Lighting/Pencahayaan 6. Litter/alas
4. Suhu 7. Ventilasi
5. Density/Kepadatan 8. Hatching egg care

22
1. Pakan
Pakan merupakan sumber energi, pertumbuhan serta produksi. Manajemen pakan
merupakan aspek yang penting dalam kesuksesan pemeliharaan broiler breeder karena
menentukan produksi telur serta deplesi. Kunci utama dari pemberian pakan adalah
tersebar merata tidak berlebihan dan kekurangan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pemberian pakan adalah jenis pakan, kandungan pakan dan FC, waktu penyimpanan
pakan seta peralatan pakan dan feeder space. Pakan ayam jantan dan betina diberikan
sesuai dengan FC yang telah ditentukan.
Feed Consumption (FC) merupakan kebutuhan pakan ayam perhari dan berubah dalam
jangka waktu satu minggu dengan melihat usia dan bobot badan. Pemberian pakan betina
menggunakan hopper yang diputar pada setiap jam setengah delapan pagi. Pakan diberikan
sekali dalam sehari sesuai dengan Feed Consumption (FC), hal ini dilakukan untuk
mencegah ayam makan terus menerus yang dapat menyebabkan kematian. Tempat pakan
yang digunakan merupakan jenis trough yang terdiri dari covin sebagai penutup pakan agar
ayam bisa makan bersama, grill agar makanan dapat tersebar merata dan top grill
digunakan untuk mencegah kaki ayam terluka.
Tabel 4.2 Jenis dan kandungan gizi pakan ayam broiler
No. Keterangan Jantan Betina
1 Pakan PAR Jantan PAR L II LB
LB
2 Usia 30 minggu - 41 minggu -
afkir afkir
3 Bentuk Fine crumble Coarse
Crumble
4 Netto 50 kg/karung 50 kg/karung
5 Kandungan :
Air Maks 12 % Maks 12 %
Protein kasar Min 12 % Min 15 %
Lemak kasar 3-7% 3-6 %
Serat kasar Maks 6 % Maks 6 %
Abu Maks 8 % Maks 12 %
Kalsium 0,9-1,1 % 3,0-3,5 %
Phospor 0,6-0,8 % 0,6-0,8 %

2. Minum
Air minum yang digunakan di farm unit Purwodadi 1 berasal dari sumur bor yang
dialirkan ke tandon air utama yang dialirkan menuju tandon masing-masing kandang yang
berkapasitas 1000 liter sebanyak 2 buah. Air dari tandon kandang dialirkan melalui pipa
minum yang sudah dipasang nipple. Sebelum masuk ke dalam nipple terlebih dahulu
dilakukan klorinasi dengan rentang 750 mV-800 mV atau 3-4 ppm. Penambahan klorin
pada air minum dilakukan setiap 2 kali seminggu. Cara pengukuran yaitu dengan
menggunakan alat ORP (Oxidation Reduction Potencial) meter dengan mengambil sampel
air dari nipple. Klorin berguna untuk mematikan mikroorganisme yang
terkandung dalam sumber air. Flushing dilakukan setiap satu minggu sekali atau
setelah premedikasi. Drinker space idealnya 8-12 ekor/nipple. Pemberian air minum
diberikan secara ad libitum. Konsumsi air minum dipengaruhi kondisi lingkungan (suhu),
jumlah pakan yang diberikan dan kepadatan kandang.
3. Lighting/pencahayaan
Lighting merupakan upaya memberikan cahaya yang cukup sesuai kebutuhan ayam,
Tujuan lighting pada tahap produksi adalah untuk menyediakan cahaya yang cukup untuk
beraktivitas terutama kawin, menntimulasi pertumbuhan dan pematangan seksual
(pembentukan folikel telur, perkembangan testis). Pada tahap produksi ayam diberi lighting
selama 14 jam sehari (05.30-19.30) dengan menggunakan lampu kombinasi jenis LED 12,5
watt, 18 watt dan 28 watt. Lampu dibagi menjadi 5 line dengan jarak antar line 4 meter.
Dengan adanya pembatasan lighting ayam diharapkan hanya akan beraktifitas saat ada
cahaya sehingga ayam dapat beristirahat dengan baik saat cahaya dimatikan. Lux standar
yang dibutuhkan ayam pada fase produksi yaitu 40-60 lux.
4. Suhu dan kelembaban
Suhu dan kelembapan merupakan salah satu aspek penting dalam pemeliharaan ayam
broiler breeder. Suhu pada kandang disesuaikan dengan umur ayam, pada umur 1-6 hari
standar suhu dalam kandang 33,7OC, umur 7-20 hari standar suhu 28,5OC, umur 21-34 hari
standar suhu 24,5OC, umur 35-104 hari standar suhu 23 OC, umur 105-174 hari standar suhu
22OC, umur 175-209 hari standar suhu 21OC, umur 210 hari sampai afkir standar suhu
20OC.
5. Density/kepadatan
Density/kepadatan merupakan jumlah populasi ayam/m2. Tujuan penentuan density
adalah agar ayam mendapat ruang gerak yang cukup, mengurangi petisi antar ayam,
penentuan feeder space, drinker space dan efisiensi kandang. Penentuan density dilakukan
dengan membagi jumlah populasi dan luasan area kandang yang digunakan. Standar
density untuk ayam pada fase produksi adalah 3,5-5,5 ekor/m2. Density dapat dihitung
dengan rumus :
Populasi (ekor)
Luas kandang (m2)

6. Litter/alas
Litter kandang merupakan alas ayam yang digunakan untuk menutupi lantai
kandang yang terbuat dari serutan kayu sengon. Fungsi litter adalah untuk melindungi
kaki ayam, menjaga suhu tubuh dan menyerap kotoran ayam. Kayu sengon didapatkan
dari pemasok dengan ukuran yang sesuai dengan permintaan pihak farm. Kayu sengon
yang diangkut mrnggunakan truk disanitasi terlebih dahulu dengan direndam pada
larutan desinfektan TH4 dosis 4 cc/liter kemudian didiamkan 1 malam hingga kering
dan diserut menggunakan mesin serut. 1 m3 kayu sengon akan menghasilkan 4,5 m3
serutan kayu, 1 m3 serutan kayu dapat menjadi 13 karung serutan sehingga setiap 1 m3
kayu sengon akan menghasilkan 58,5 karung serutan kayu. Ketebalan litter di kandang
berkisar antara 10-15 cm.
Litter yang baik yaitu yang bisa menyerap air, cepat kering, tidak berdebu, tekstur
lembut dan bebas dari benda berbahaya dan jamur. Litter kandang tidak terlalu kering
maupun basah, jika terlalu kering maka dikhawatirkan akan mudah melukai kaki ayam,
sedangkan jika litter terlalu basah maka bisa meningkatkan kadar ammonia, dan menjadi
sumber pertumbuhan mikroorganisme.
7. Ventilasi
Sistem ventilasi pada kandang tertutup (close house) berperan dalam
menyediakan kondisi yang nyaman untuk ayam agar dapat tumbuh dan berproduksi
secara maksimal dengan mempertimbangkan kualitas udara yang masuk, kecepatan
angin, temperatur, kelembapan di dalam kandang serta meminimalisir bau amonia yang
barbahaya bagi sistem pernafasan. Sistem ventilasi yang diterapkan pada farm breeding
Unit 1 Dawuhansengon adalah sistem ventilasi combi tunnel dengan kombinasi antara
cross ventilation dan tunnel. Pada setiap kandang terdapat 7 kipas belakang, 2 buah inlet
besar (tunnel) dan 6 buah kipas box.
8. Hatching egg care
a. Koleksi telur
Koleksi telur dilakukan dengan mempersiapkan perlatan yang dibutuhkan seperti
egg tray yang bersih dan kering, kereta telur. Koleksi telur yang dilakukan di farm unit 1
Purwodadi dilakukan sebanyak 5 kali sehari yaitu jam 8-9, 9-10, 10-11, 13.30-14.30 dan
14.30-15.30. Koleksi telur dilakukan oleh operator kandang berjumlah 2 orang dimulai
dari pen bagian belakang hingga kedepan. Egg tray yang digunakan untuk koleksi telur
adalah tray 54 butir. Egg tray kemudian diletakkan di kereta telur dan telur dibawa ke
meja depan untuk dilakukan grading. Hal yang perlu diperhatikan saat koleksi telur
adalah peletakan telur di egg tray harus bagian rongga udara berada diatas. Koleksi telur
dilakukan secara hati-hati untuk menghindari telur pecah atau retak akibat kelalaian
operator. Tray yang digunakan dalam keadaan bersih dan kering.

Gambar 1.9 Proses koleksi telur menggunakan kereta telur

b. Grading telur
Setelah koleksi telur, maka dilakukan grading pada telur. Grading merupakan
proses pengelompokan telur tetas (HE) dan telur non tetas. Grading dilakukan dengan
mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan yaitu egg tray ukuran 36, meja grading, box
telur, tali, gunting/cutter, alkohol, kapas, dan pensil kaca. Grading dilaksanakan oleh 2-3
orang operator. Grading dimulai dengan membersihkan telur yang terlihat kotor dengan
kaps beralkohol, telur yang terkena kotoran, darah maupun pecahan kuning telur 27
harus dibersihkan untuk mencegah masuknya bakteri kedalam telur. Telur kemudian
dikelompokan berdasarkan ukuran (normal, kecil, besar, jumbo), kondisi kerabang
(pecah, retak, bentuk abnormal). Pengelompokan telur dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 4.3 Kriteria Telur
Kategori Kriteria
A Telur
tetas
B Kecil
C Standar
D Jumbo
E Ex cool
F Abnorma
l
G Retak
Gambar 1.10 Telur Abnormal

Gambar 1.11 Kegiatan Grading


Telur

Telur yang jumbo dipisahkan dari telur yang normal, sementara telur yang retak,
bentuknya abnormal, disendirikan dalam tray yang berbeda. Tray yang digunakan
adalah tray 36 yang ditumpuk hingga 5 tumpuk. Telur harus diletakkan pada posisi
kantung udara diatas dan diusahakan agar telur antar tray tidak berbenturan untuk
mengurangi resiko pecah saat didistribusikan ke hatchery. Tray yang sudah penuh, diikat
menggunakan tali, diberi label tanggal dan kode kandang menggunakan pensil kaca,
kemudian tray diletakkan dalam box telur.
c. Fumigasi telur
Telur yang telah degrading dan diletakkan didalam box telur dimasukkan dalam
ruang fumigasi. Fumigasi telur menggunakan formalin dan forcent selama 20 menit.
Telur yang telah difumigasi didiamkan ditempat fumigasi sampai diambil oleh petugas
pengambil telur dengan egg van.
Gambar 1.12 Proses fumigasi telur di kandang
d. Pengiriman telur ke Hatchery untuk telur tetas BTG-A
Telur yang telah difumigasi diambil dengan egg van kemudian menuju terminal
telur, setelah dari terminal telur, box telur dimasukkan kembali kedalam egg van
hatchery dan dikirim ke hatchery Kediri dan Bali.
e. Penanganan telur non BTG-A (bibit telur grade A) atau non tetas
Telur yang tidak masuk kriteria bibit telur grade A (BTG-A) seperti telur retak,
pecah, kecil, jumbo, dan abnormal akan dikumpulkan pada tray yang berbeda kemudian
telur tersebut akan digrading dan dikelompokan selanjutnya telur dikirim ke depo unit.
Di depo unit, telur dipindah kedalam tray kertas dan digrading kembali agar sama. Telur
non BTG-A yang sudah digrading sebagian dikirim ke depo sentral yang berada di
Purwosari. Farm unit 1 Purwodadi juga melayani penjualan telur non BTG-A kepada
karyawan dan kantin perusahaan.
Dalam manajemen Parent stock, manajemen pejantan juga merupakan hal
penting. Beberapa manajemen pejantan yang dilakukan antara lain :
1. Grading pejantan
Grading jantan dilakukan untuk mengelompokkan pejantan sesuai dengan bobot
badan dan fleshing. Tujuan grading jantan adalah untuk memudahkan pemberian
perlakuan terhadap jantan dan memudahkan pengontrolannya. Ayam jantan
dikelompokkan berdasarkan kategori yang ditentukan. Ayam jantan besar akan
ditempatkan di pen depan, sedangkan ayam jantan kecil diletakkan di pen bagian tengah
dan belakang. Ayam jantan kecil akan diberi pakan yang lebih banyak daripada ayam
jantan besar dan normal sehingga pertumbuhan dan berat badannya bisa seragam.
2. Timbang BW
Pada fase produksi, dilakukan penimbangan BW terhadap ayam jantan dan juga
betina. Penimbangan BW pada ayam fase produksi dilakukan setiap 2 minggu sekali
secara sampling untuk memonitor perkembangan berat badan ayam sebagai acuan
pemberian pakan, uniformity (keseragaman) dan coevisien of variant (CV). Jumlah
ayam yang ditimbang berat badannya yaitu untuk jantan 5 % dari populasi dan untuk
betina 3 % dari populasi. Penimbangan dilakukan menggunakan sekat dan dilakukan
ditempat, waktu yang sama setiap kali penimbangan. Prosedur penimbangan yaitu, ayam
yang sudah disekat, diambil satu persatu kemudian ditimbang dengan mengikatkan tali
yang terhubung timbangan pada bagian sayap ayam, kemudian hasilnya dicatat.

Gambar 1.13 Proses penimbangan BW


3. Toileting
Toileting adalah proses pembersihan bulu yang berada 2-3 cm di sekitar kloaka
pejantan. Tujuan toileting adalah untuk memudahkan proses kawin dan agar sperma
tidak menempel di sekitar bulu kloaka jantan. Toileting dilakukan saat usia 33-35
minggu karena pada saat usia tersebut, kemampuan reproduksi pada jantan menurun
menurun sehingga dengan toileting diharapkan kemampuan reproduksinya meningkat.

4.4 Manajemen kesehatan


4.4.1 Program Vaksinasi PT. Japfa Comfeed Tbk Unit 1 Dawuhansengon, Purwodadi
Vaksinasi yang dilakukan di PT. Japfa Comfeed Tbk Unit 1 adalah dalam rangka
mencegah timbulnya penyakit, hal ini dikarenakan vaksin dapat merangsang pembentukan
kekebalan tubuh yang sesuai dengan jenis vaksin yang diberikan. Vaksinasi adalah imunisasi
aktif secara buatan, yaitu sengaja memberikan antigen yang diperoleh dari agen menular pada
ternak sehingga tanggap kebal dapat ditingkatkan dan tercapai resistensi terhadap agen menular
tersebut. Vaksin diklasifikasikan menjadi dua klas, yaitu vaksin hidup dan vaksin mati. Vaksin
hidup berisi mikroorganisme yang telah dilemahkan virulensi (keganasannya). Pengurangan
virulensi dikenal dengan istilah atenuasi (perlemahan). Cara atenuasi yang sederhana terhadap
bakteri untuk keperluan vaksinasi adalah dengan pemanasan bakteri sampai tepat di bawah titik
kematian atau memaparkan bakteri pada bahan kimia penginaktif sampai batas konsentrasi
subletal.

Kelebihan vaksin hidup antara lain adalah kekebalan yang dihasilkan sama dengan
kekebalan yang diperoleh karena infeksi alami. Merangsang pembentukan antibodi yang lebih
tahan lama dan juga memberi perlindungan pada pintu-pintu masuk antigen dan tidak perlu
adjuvan. Kekurangan vaksin hidup, antara lain adalah adanya bahaya pembalikan menjadi lebih
virulen selama multiplikasi antigen dalam tubuh ternak yang divaksin. Penyimpanan dan masa
berlaku vaksin yang terbatas, dperlukan stabilisator dalam penyimpanan. Tingginya resiko
tercemar dengan organisme yang tidak diinginkan.
Kelebihan vaksin mati dibandingkan vaksin hidup antara lain adalah tidak menyebabkan
penyakit akibat pembalikan virulensi dan mudah dalam penyimpanan. Kekurangan vaksin mati,
antara lain adalah perlu perhatian yang luar biasa pada saat pembuatan guna memastikan bahwa
tidak tersisa virus virulen aktif di dalam vaksin. Kekebalan berlangsung singkat, sehingga harus
ditingkatkan kembali dengan pengulangan vaksinasi yang mungkin menimbulkan reaksi-reaklsi
hipersensitifitas. Pemberian secara parenteral memberikan perlindungan yang terbatas.
Resistensi lokal pada pintu-pintu masuk alamiah/multiplikasi utama infeksi virus tidak terjadi.
Memerlukan adjuvan untuk meningkatkan antigenisitas yang efektif.
Sebelum dilakukan vaksinasi perlunya pengetahuan tentang titik kontrol vaksinasi antara
lain:
Penanganan dan penyimpanan vaksin
Persiapan dan preparasi alat
Pemindahan vaksin dan alat yang diperlukan dari preparasi ke kandang
Thawing vaksin
Pengecekan alat injector apakah dosis yang akan diberikan sesuai dengan prosedur
Cara aplikasi kea yam
Persiapan pelaksanaan handling
Sterilisasi alat
Sebelum dilakukan proses vaksinasi semua alat yang digunakan wajib dilakukan sterilisasi
terlebih dahulu seperti gun injector dan needle menggunakan autoclave. Untuk vaksin yang
digunakan dilakukan thawing selama kurang lebih 7-8 jam pada suhu ruang. Needle yang
digunakan untuk melakukan injeksi menggunakan ukuran 20 G X 0,9 cm.
Program vaksinasi PT. Japfa Comfeed Tbk dilakukan sesuai dengan jadwal yang tertera
didalam setiap unit farm sebagai berikut:
Tabel 4.4 Program Vaksinasi di PT. Japfa Comfeed Tbk. Unit 1 Dawuhansengon
Umur Vaksin Tipe Aplikasi
1 Hari IB Ma5 Live Spray di HTC
MAreks + Live SC di HTC
Bursaplex Live Spray di HTC
CoddoVac D
7 Hari REO (S1133) Live SC
ND Clone 30 Live IO (Mata kanan)
14 Hari AI Plus Killed SC
21 Hari ND Lasota + IB Live IO (Mata kiri)
Mass Killed IM (Dada kanan)
ND L + IB Plus
28 Hari TS 11 Live IO (Mata kanan)
Vaxsafe MS Live IO (Mata kiri)
35 Hari Fowl Pox Live WW (Sayap kiri)
AI Plus Killed IM (Dada kiri)
REO Killed Killed IM (Dada kanan)
7 Minggu ND Clone 30 + Live IO (Mata kanan)
IB Ma5 Killed IM (Dada kanan)
ND L + IB Plus Killed IM (Dada kiri)
Coyza L
10 Minggu Pox + AE Live WW (Sayap
CAV Live kanan)
ILT Live WW (Sayap
kanan)
IO (Mata kiri)
12 Minggu ND Latosa + IB Live IO (Mata kiri)
Mass Killed IM (Dada kanan)
AI Plus Killed IM (Dada kiri)
ND L + IB Plus
16 Minggu ND Latosa + IB Live IO (Mata kanan)
Mass Killed IM (Dada kanan)
ND L + IB Plus + Killed IM (Dada kiri)
EDS
Coryza LE
20 Minggu AI Plus Killed IM (Dada kanan)
REO Killed Killed IM (Dada kiri)
22 Minggu ND Lastosa + IB Live IO (Mata kanan)
Mass Killed IM (Dada kanan)
ND L + IB Plus Killed IM (Dada kiri)
IBD
26 Minggu ND L + IB Plus Killed IM (Dada kanan)
AI Plus Killed IM (Dada kiri)
38 Minggu ND L + IB Plus Killed IM (Dada kanan)
AI Plus Killed IM (Dada kiri)
48 Minggu ND L Killed IM (Dada kanan)
AI Plus Killed IM (Dada kiri)
58 Minggu ND L Killed IM (Dada kanan)
AI Plus Killed IM (Dada kiri)

Gambar 1.14 Pemberian vaksinasi ND dan AI pada ayam usia 58 minggu secara
IM di bagian M. Pectoralis superficialis.
Setelah dilakukan vaksinasi juga perlu dilakukan pengamatan tentang keberhasilan
vaksinasi antara lain:
Kondisi ayam
Litter
Reaksi post vaksinasi
Evaluasi titer antibodi pasca vaksinasi.
Sedangkan parameter keberhasilan vaksinasi yang dapat diamati adalah sebagai berikut:
Ayam yang sehat
Reaksi post vaksin minimum
Pencapaian titer antibody normal
Tahan terhadap paparan penyakit
Pertumbuhan normal
Produktivitas normal
4.4.2 Pemberian Obat-obatan
Manajemen kesehatan selain dilakukan vaksinasi adalah pemberian multivitamin
Astresvit 1 hari sebelum pelaksanaan vaksin sampai dengan 2 hari setelah vaksinasi. Astrevit
merupakan multivitamin yang berfungsi untuk mengatasi stres akibat perubahan cuaca atau
perlakuan vaksinasi, menjaga keseimbangan elektrolit dalam 36 tubuh dan memenuhi
kebutuhan vitamin yang optimal serta menigkatkan nafsu makan, memelihara kesehatan dan
menghasilkan produksi yang optimal. Komposisi astresvit antara lain vitamin A, D3, E, B12,
B6, C, K3 B1, B2, NaCl, KCl, Ca-d-pathothenate (B5), Nicotinamide (B3), Folic Acid. Dosis
yang diberikan adalah 500 gr/ 1000 L untuk satu kandang.
4.4.3 Uji Swab
Uji swab dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh monitoring dan evaluasi sanitasi
yang telah dilakukan. Uji swab dilakukan dibeberapa tempat seperti pada kandang dilakukan uji
swab pada egg tray dan box telur masing-masing tempat sampel diambil 2 sampel swab,
kemudian dilakukan pada bagian Egg room diambil pada lantai dan dinding ruangan egg room
masing-masing 2 sampel dan selanjutnya egg van terdiri dari dinding lantai dan atap masing-
masing 2 sampel dan yang terakhir swab pada bagian nest box dilakukan setelah desinfeksi ke
2. Uji swab dilakukan untuk mengetahui presentase ada tidaknnya beberpa jenis bakteri dan
jamur yang sering menginfeksi pada peternakan ayam antara lain Aspergilus, Candida, Fungus,
Staphylococcus, Clostridium dan E. Coli
4.3.4 Uji darah
Pengambilan sampel darah dilakukan 2 minggu pasca vaksinasi. Pengujian darah yang
dilakukan adalah untuk mengetahui titer antibodi dari ayam sehingga bisa ditentukan jadwal
vaksinasi lebih cepat atau ditunda. Pengambilan sampel darah dilakukan di vena brachialis di
bagian sayap, darah yang diambil sebanyak 1 ml setiap ekor, kemudian darah yang sudah
tertampung didiamkan hingga terbentuk serum dan dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa.
4.3.5 Uji feses
Pengambilan sampel feses bertujuan untuk mengetahui adanya infeksi cacing yang
ditandai dengan ditemukannya telur cacing pada pemeriksaan laboratorium sehingga dapat
dilakukan pengobatan jika ditemukan telur cacing dalam jumlah tertentu. Sampel feses diambil
dari setiap pen sebanyak 5 titik secara acak, masing-masing titik diambil 3 sampel feces dan
dijadikan dalam 1 kantung plastik. Masing-masing kantung diberi label dan sampel dikirim ke
laboratorium.
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Peran dokter hewan sebagai pemegang medik veteriner yaitu memastikan unit breeding
farm menghasilkan telur yang berkualitas tinggi untuk dikirim ke bagian hatchery. Peran
tersebut antara lain adalah pengawasan sistem bisecurity dan sanitasi kandang, mengatur dan
menentukan program vaksin, melakukan evaluasi hasil vaksin dengan pemeriksaan penunjang
laboratorium, serta memantau kondisi lapangan terkait perubahan cuaca untuk mengontrol
perkembangan penyakit. Biosekuriti yang dilakukan PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk Unit 1
Dawuhansengon, Purwodadi, Pasuruan meliputi pembagian area, kontrol keluar masuk dan
kontrol vektor. Produksi telur tetas (HE) dipengaruhi oleh faktor pakan, minum, ventilasi,
pencahayaan (lighting), kepadatan (density), suhu, litter, dan hatching egg care. Manajemen
kesehatan yang dilakukan di farm ini meliputi vaksinasi, pemberian antibiotik, obat cacing dan
vitamin. Pemeriksaan penunjang laboratorium untuk pencegahan penyebaran penyakit meliputi
uji swab, uji darah, uji feses.
DAFTAR PUSTAKA
Achmanu dan Muharlien. 2011. Ilmu Ternak unggas. UB Press. Malang
Irawan, A. 1995. Menanggulangi Berbagai Penyakit Ayam. Solo: CV Aneka

Anda mungkin juga menyukai