Kelas : C 1
KELOMPOK: IV
PENDAHULUAN
Makanan Republik Indonesia (POM RI) tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB) adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. (1)
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh industri farmasi yang terkait
dengan pembuatan obat antara lain adalah bangunan, peralatan, material, personil,
dan standar operasional produksi sehingga produk obat yang dihasilkan sesuai dengan
standar mutu yang ditetapkan. Demi perkembangan suatu industri farmasi dan
mulai dari devisi Research dan Development (RnD), produksi, Quality Control
langsung ilmu pengetahuan yang diperoleh pada saat perkuliahan dengan praktek
yang ada di industri farmasi, sehingga menghasilkan tenaga apoteker yang siap
apoteker dapat :
1. Mengetahui secara langsung penerapan CPOB pada PT. Bio Farma (Persero).
GAMBARAN UMUM
PT. Bio Farma adalah produsen vaksin dan antisera yang didirikan pada 6
Agustus 1890 di Jakarta dengan nama Parc Vaccinogen. Tahun 1923 pindah ke
Jalan Pasteur 28 Bandung, diatas tanah seluas 91.210 m2 dan juga memiliki lahan
menjadi PN Bio Farma dan pada tahun 1978 berubah status menjadi Perusahaan
Perusahaan Umum Bio Farma merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang berbentuk Perusahaan Perseroan (Persero), yang dikenal dengan nama PT.
Bio Farma (Persero), berkedudukan di Jalan Pasteur no. 28 Bandung, Jawa Barat.
vaksin di Indonesia. Saat ini sudah mampu memproduksi vaksin hingga 1,7 milyar
dosis dan akan terus ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan vaksin nasional dan
dunia. PT. Bio Farma (Persero) telah memasok kebutuhan vaksin ke 110 negara di
dunia. PT Bio Farma (Persero) Jl. Pasteur No. 28, Bandung 40161 Tel.:
(62-22) 203 3755 Fax.: (62-22) 204 1306 E-mail: mail@biofarma.co.id
Website: www.biofarma.co.id
dulunya tidak begitu dikenal, termasuk orang Bandung sendiri. PT. Bio Farma
(Persero) baru dikenal setelah wabah flu burung merebak dan menyebar hingga
Mulailah kerja sama erat antara perseroan dan akademisi, kalangan usaha dan
vaksin sudah dilakukan sejak 1920-an, ketika perusahaan ini memproduksi vaksin
(Persero) sudah mampu memproduksi vaksin cacar pada 1940 sehingga Indonesia
produk vaksinnya sudah dapat diterima pasar luar negeri. PT Bio Farma (Persero)
dari WHO. Ekspor vaksinnya kini sudah mencapai lebih dari 100 negara.
Imunisasi adalah salah satunya program nasional yang tidak lepas dari dukungan
bayi, sekitar 27,6 juta anak usia sekolah, dan 15 juta wanita usia subur.
Imunisasi ini setiap Oktober dan November diberikan kepada balita kendati
tersebut sehingga sosialisasi terus dilakukan oleh Bio Farma dan pemerintah.
dan berkualitas karena telah lulus rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia
(WHO). Sejak 1997, PT. Bio Farma (Persero) adalah satu dari 23 produsen
negara.
yang berlokasi di Pasteur antara lain untuk produksi bulk tetanus, pertusis, dan
raga.
PT. Bio Farma (persero) dipimpin oleh Direktur utama, yang dibantu
oleh Kepala satuan Pengawas Intern, Kepala Divisi Quality Assurance (QA),
saing global.
kebutuhan pasar.
a. Profesional
pendapat.
dan pengetahuan.
4) Penuh percaya diri dan tegar dalam menghadapi setiap tantangan
dan rintangan.
b. Integritas
2) Berdisiplin tinggi.
3) Dapat dipercaya.
kemakmuran perusahaan.
c. Transparan
dan lengkap.
d. Akuntabel
dipertanggungjawabkan.
1. Kerjasama
Dalam hal teknologi produksi vaksin dan sera, kualitas dan keunggulan
produk PT. Bio Farma telah diakui secara internasional. Hal ini karena PT.
teknologi produksi Trivalent Oral Polio Vaccine (TOPV), SIPV dan uji
University Jepang.
f. Sejak tahun 2002 bekerjasama dengan Murdoch Children Research
vaksin rotavirus.
Campak.
2. Prestasi
Manufactoring Network.
inovasi.
d. Mendapat Platinum International Arch Award Paris 2003 dalam hal ini
teknologi produksin vaksin dan sera PT. Bio Farma (Persero) telah
mengalami peningkatan kemampuan dalam menjalin kerjasama dengan
lembaga internasional.
Pharmaceutical terbaik.
3. Sertifikasi
Jenderal POM RI pada tahun 1994. Tahun 1997 PT. Bio Farma (Persero)
mendapatkan pengakuan dari WHO untuk produksi vaksin virus yaitu vaksin
polio dan campak. Tahun 2000 mendapatkan pengakuan dari WHO untuk
produksi vaksin bakteri yaitu vaksin difteri, pertusis, tetanus, serta pengakuan
kedua kalinya untuk produksi vaksin virus. Bulan Juli 2001 PT. Bio
Farma (Persero) mendapatkan sertifikat ISO 900: 2000 dari badan sertifikasi
vaksin Tetanus Toxoid (TT) dalam kemasan uniject juga telah mendapatkan
pengakuan dari WHO sehingga PT. Bio Farma (Persero) memasok vaksin TT
membutuhkan. Sertifikasi yang terbaru dari PT. Bio Farma (Persero) adalah
PT. Bio Farma (Persero) memproduksi vaksin dan anti sera bagi manusia
dengan pengawasan dan jaminan mutu dari seluruh produk PT. Bio Farma
(Persero) telah memenuhi standar internasional, baik dari unsur QC dan QA.
Selain itu, proses produksi dan pengawasan mutu vaksin selalu dipantau oleh
National Control Authority (NCA) atau Badan POM RI yang diakui oleh WHO.
Seluruh produk PT. Bio Farma (Persero) terbagi ke dalam 5 kategori yaitu :
1. Vaksin Virus
2. Vaksin Bakteri
a. Vaksin TT
b. Vaksin DT
c. Vaksin DTP
e. Vaksin Td
Untuk pencegahan terhadap penyakit tetanus dan difteri untuk anak usia
7 tahun ke atas.
3. Vaksin Kombinasi
a. Vaksin DTP-HB
hepatitis B.
b. Vaksin Pentafalen
4. Anti Sera
5. Diagnostika
jawab PT. Bio Farma divisi QA. Peran divisi tersebut adalah mengkoordinasi dan
keseluruhan aktivitas PT. Bio Farma (Persero) sesuai arahan Direktur Utama dan
sesuai dengan kebijakan, pedoman dan dokumen pendukung yang berlaku di PT.
pengembangan produk.
a. Beroperasi sesuai cGMP, ISO 9001, ISO 14001, OHSAS 18001 dan standar
e. Memastikan tindakan yang tepat waktu dan efektif dilakukan oleh bagian
yang sesuai untuk memelihara integritas sistem mutu, lingkungan dan K3.
f. Menelaah program dan sistem serta pencapaian tujuan dan sasaran mutu,
Divisi QA PT. Bio Farma (Persero) terdiri dari empat bagian, yaitu QA operation,
a. QA operation
berisi tentang proses produksi. Agar produk di PT. Bio Farma dapat
1. Kontrol Dokumentasi
service sehingga ketika ada revisi baru maka QA service dapat menarik
dengan cepat dokumen lama. Setiap dokumen penting yang dibuat oleh
SOP (Standard Operating Procedure). SOP ini mengatur detail teknis cara
2. Training
Program training merupakan tindak lanjut dari kebijakan PT. Bio
forum, read only dan penggunaan alat peraga. Training dilakukan secara
training ini antara lain adalah tentang quality, safety and environment.
dimana program ini mengatur training apa saja yang akan diadakan,
apa betul training tersebut sudah sesuai atau belum. Training need
analysis dilakukan apabila terjadi revisi terhadap bahan baku, adanya SOP
dikeluarkan oleh Badan POM pada tahun 2012 validasi adalah suatu
tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses,
diinginkan.
alat, proses dan personil harus dipastikan sesuai dengan ketentuan dan
suatu alat, hal ini harus ditindaklanjuti dengan investigasi, selain itu juga
OOT (Out Of Tolerance) yaitu jika hasil pengukuran dari peralatan saat
diperbaharui.
4. Vendor rating
baku dari produsen mana yang dapat dibeli untuk memenuhi kebutuhan
yang terkualifikasi.
adalah vendor kualifikasi yaitu dengan melihat atau memantau selama dua
tahun saat bahan tersebut digunakan pada produksi obat. Jika selama 2
cadangan.
c. QA system
1. Deviasi Management
mikrobiologi.
direncanakan.
jangka pendek.
kepada QA system.
penyimpangan.
penanganan resiko).
2. Change Control
pengajuan perubahan sistem dan aktivitas yang terkait QSHE yaitu kualitas
(Quality), keselamatan dan kesehatan kerja (Safety and Health) dan lingkungan
ini bertugas melakukan uji kajian terhadap usulan perubahan yang akhirnya
d. QA Regulatory Affair
regristasi kepada badan terkait agar produk yang diproduksi oleh PT. Bio
Farma memiliki ijin edar. Badan terkait tersebut antara lain adalah BPOM
untuk dalam negeri, negara tertentu untuk tujuan eksport, WHO untuk
Dossier yang berisi data administratif, site master file (jika perusahaan baru
info kemasan (label, dus, kemasan primer, dll), vaksin komposisi dan formula,
pengujiannya, data stabilitas, data hasil produksi selama 3 bets, dan data uji
klinik.
form yang berasal dari POM (form A,B,C, dan D). Waktu yang dibutuhkan
dalam registrasi suatu produk bisa mencapai 300 hari, tergantung aktivitas
BPOM. Ijin edar berlaku selam 5 tahun dan harus diperpanjang untuk 5 tahun
berikutnya. Jika terjadi perubahan pada kemasan, prosedur baku, atau metode
maka hanya diperlukan registrasi variasi, tetapi jika terjadi perubahan bahan
registrasi baru.
2. Personalia
Setiap karyawan yang bekerja pada PT. Bio Farma (Persero) merupakan
tenaga profesional dalam negeri dengan berbagai latar belakang disiplin ilmu
yang dikembangkan oleh perusahaan menjadi tenaga ahli pada berbagai bidang
dan apoteker sebagai kepala bagian produksi. Dalam hal pengembangan SDM
pelatihan dan pendidikan yang berkualitas, excellent, relevan serta sesuai dengan
kebutuhan strategis perusahaan dengan nama PT. Bio Farma (Persero) Excellent
epoksi, kedap air, dan tidak terdapat retakan yang dapat menyebabkan
2012, yang terdiri atas ruang kelas A, B, C, dan D yang dilengkapi dengan
Sistem tata udara juga diatur sedemikian rupa dan telah memenuhi
persyaratan CPOB 2012. Setiap rancang bangun dan ruang diatur sedemikian
produksi. Suhu udara di ruang bersih dan ruang steril hendaknya dipelihara
pada 16o-25o C dan kelembaban relative pada 45%-55%. Khusus pada ruang
HEPA 99,997% free partikulat dengan pertukaran udara >120 kali per jam
4. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah peralatan yang tidak mencemari produk
dalam proses produksi dan pengawasan mutu. Untuk karyawan PT. Bio Farma
kesehatan karyawan, toilet, tempat cuci tangan, disinfektan dan loker khusus
karyawan produksi. Setiap personil yang akan masuk ke dalam ruang produksi,
pada saat memasuki ruangan tersebut harus mengenakan pakaian pelindung yang
baju khusus ruang produksi, masker, topi, penutup rambut, sarung tangan dan
Peralatan setelah digunakan dibersihkan baik bagian luar maupun bagian dalam
yang sesuai dengan prosedur, serta dijaga dan disimpan dalam kondisi bersih dan
6. Poduksi
Sistem produksi yang terdapat di PT. Bio Farma (Persero) mulai dari
bagian Formulasi Pengisian Vaksin dan Pelarut (FPVP) yang tiap tahapan
prosesnya dilakukan oleh empat seksi yang berbeda dan dilakukan dari hulu ke
hilir sesuai CPOB. Air yang digunakan dalam proses produksi adalah Water For
Injection (WFI) yang diproses dari Purified Water. Sistem tata udara atau AHU
pada ruang produksi vaksin dan serum menggunakan HEPA filter dengan
telah dilakukan sesuai metode uji dan prosedur yang berlaku, pengesahan
memastikan bahwa proses pengujian telah sesuai prosedur dan menjamin bahwa
yaitu :
b. Sampel diterima dan dicatat dalam buku penerimaan sampel jika sampel diberi
label yang sesuai dan dilengkapi dengan formulir permohonan pengujian yang
c. Pelaksana yang membuat formulir BPAB (Bon Pemesanan Antar Bagian) dan
analis.
g. Pereaksi yang digunakan dalam pengujian adalah pereaksi yang masih layak
i. Pelaksana uji melakukan uji sesuai dengan prosedur baku yang berlaku dengan
Inspeksi diri yang dilakukan intern PT. Bio Farma (Persero) untuk
memastikan bahwa sistem yang sedang berjalan sesuai dengan ketentuan standar,
kualitas atau sebelum kekurangan ini ditemukan oleh audit eksternal. Self
inspection dilakukan secara rutin dan terjadwal serta dilakukan oleh tim yang
sudah terkualifikasi. Audit dilakukan minimal dua kali dalam setahun atau jika
ada kegagalan produk terus menerus, terjadi produk recall, terjadi kecelakaan
karyawan hingga meninggal, terjadi pencemaran dan jika terjadi akan ada audit
dari eksternal.
dan mengerti proses yang ada dalam perusahaan. Tim audit bersifat independent
antara lain adalah implementasi cGMP, tentang lingkungan dan K3. Sebelum
diadakan audit, dilakukan kesepakatan antara auditor dan auditee tentang waktu
selanjutnya diobservasi. Hasil akhir audit adalah berupa saran untuk selalu
meningkatkan menjadi lebih baik atau require correction yaitu butuh adanya
perbaikan.
Audit eksternal dilakukan oleh BPOM baik yang diberitahu sebelumnya atau
mendadak, audit oleh badan sertifikasi seperti ISO 9001, ISO 14001, dan
OHSAS 18001, audit oleh vendor yang ingin membeli produk dari PT. Bio
Farma serta audit oleh WHO untuk mendapatkan sertifikasi prekualifikasi jika
atau kinerja produk. Keluhan dibagi menjadi dua kelompok, pertama kejadian
(AEFI) yaitu keluhan medis yang terkait kejadian ikutan setelah dilakukan
Product complaint berawal dari laporan pelanggan baik secara e-mail atau
diidentifikasi serta melakukan respon yang baik. Setelah laporan direview maka
review terhadap BPR baik secara keseluruhan maupun hanya bagian tertentu jika
diperlukan. Jika penyimpangan terjadi lebih dari 1 bets maka dilakukan
mengetahui lokasi pengiriman produk yang sejenis atau bets. Daerah yang
menggunakan produk yang sama diperiksa apakah ada kejadian atau keluhan yang
merupakan KIPI PT. Bio Farma klasifikasi kasus keluhan dengan mereview
keluhan pelanggan, jika perlu dilakukan penggantian produk jika disetujui oleh
bulan atau kasus per kasus sesuai jenis keluhan. Selanjutnya dilakukan product
recall jika terjadi cacat mutu dan ketidakamanan produk. Produk yang ditarik
PT. Bio Farma tidak pernah melakukan rework atau reproses terhadap kegagalan
produk.
Product Recall adalah proses penarikan produk dalam rangka skala bets
yang utuh dalam proses produksi atau lot produk dalam kemasan yang utuh yang
dikirim ke tujuan tertentu dengan kemasan tertentu. Bets tersebut harus ditelusuri
dan ditarik dari semua daerah distribusi. Sedangkan produk kembalian adalah
produk yang kembali dari lokasi tertentu karena keluhan cacat kualitas teknik,
keluhan reaksi merugikan dari produk, kadaluarsa atau salah pengiriman. PT. Bio
Farma dan pihak berwenang seperti POM dan WHO dapat memprakarsai
penarikan produk.
mencapai distributor pusat, bila produk sudah mencapai sub distributor (daerah),
bila produk sudah didistribusikan secara luas dan telah mencapai sarana
pelayanan seperti apotek, rumah sakit dan poliklinik, bila produk sudah
didistribusikan secara luas dan telah mencapai konsumen seperti dokter, serta
Produk yang sudah ditarik harus disimpan dalam almari khusus dan dipisahkan
dari produk yang lain untuk menunggu dimusnahkan. Penarikan produk selalu
dengan persentase dari produk yang berhasil ditarik dibandingkan dengan produk
yang didistribusikan.
Keluhan yang diterima oleh PT. Bio Farma bersifat beresiko tinggi ditindak
agar produk yang dicurigai bermasalah tidak dilanjutkan distribusinya hingga ada
sampel pertinggal dan mengkaji seluruh informasi yang didapat. Investigasi tidak
terbatas dilakukan terhadap satu bets tetapi dilakukan penelusuran jika terdapat
bets lain yang menggunakan bahan dasar (Bulk) yang sama. Jika hasil investigasi
10. Dokumentasi
dengan baik, detail, jelas, informatif, komprehensif dan tidak duplikatif. Revisi
baru terhadap suatu dokumen harus disosialisasikan kepada semua pihak yang
baku dalam proses produksinya yang dikenal dengan istilah vendor rating.
Vendor rating bertujuan untuk menentukan bahan baku dari produsen mana
yang dapat dibeli untuk memenuhi kebutuhan industri. Bagian logistik hanya
pemilihan vendor yang layak ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu tahap
11. Validasi
dan QC, memperkecil kemungkinan kerja ulang, lebih menjamin mutu obat,
3. Pengepakan
Produk yang telah selesai labeling, selanjutnya dikemas dalam kemasan
dus. Tahap pengepakan terxdiri dari menghitung dan memasukkan sediaan ke
dalam dus, menimbang dan menutup dus, serta menyegel dus. Ketiga tahap
tersebut dilakukan oleh operator yang berbeda, hal ini diterapkan agar bisa
dilakukan recheck untuk menghindari kesalahan. Selain dengan perhitungan
langsung, pada saat menutup dus juga dilakukan penimbangan jumlah untuk
mengetahui variasi volume tiap sediaan, misalnya jika sediaan berjumlah 10
dalam dus tetapi tertimbang sejumlah 9 maka harus diinvestigasi, kemungkinan
terjadi kekurangan volume yang signifikan pada beberapa sediaan juga sebaliknya
jika terbaca 11.
Proses pencetakan dus dilakukan IPC setiap satu jam, parameter yang
dikontrol antara lain adalah tinta luntur atau tidak, tercetak atau tidak, kebenaran
no bets dan waktu kadaluarsa. Pemeriksaan saat pengepakan lebih kompleks
dibandingkan dengan proses labeling. Waktu kadaluarsa dan nomor bets pada dus
harus sesuai dengan yang ada pada sediaan, selain itu brosur yang dimasukkan ke
dalam dus juga harus sesuai dengan sediaan dan dus yang digunakan. Dus
dimasukkan ke dalam keranjang penyimpanan dengan setiap pemasukkan dengan
jumlah tertentu, jika dalam SOP pemasukan tertulis 7 dus untuk setiap
pemasukkan maka operator harus memasukkan 7 dus untuk setiap pemasukan
tidak boleh kurang atau lebih, hal ini untuk mengurangi kesalahan. Keranjang
yang sudah berisikan dus, selanjutnya dimasukkan ke ruang penyimpanan. Ruang
penyimpanan yaitu ruang bersuhu 2-8o C. (14)
Produk keluar jika ada surat permohonan pengiriman yang dibuat oleh
marketing. Selanjutnya kepala seksi memeriksa kelengkapan dokumen jenis
produk, jumlah dan tanda tangan bagian distribusi selanjutnya juga diperiksa data
stok produk jadi. Selanjutnya produk jadi disiapkan sesuai dengan permintaan dan
dilakukan up date data stok. Tahap akhir adalah dilakukan serah terima produk
dilengkapi dengan CoA.
III.5 Pengolahan Air
Pada umumnya, air berguna untuk melarutkan, mengabsorpsi,
mengadsropsi atau menyuspensi berbagai macam zat. Dalam proses produksi dan
formulasi produk farmasi, air digunakan secara luas sebagai raw material atau
starting material. Akan tetapi, air dapat mengandung kontaminan berbahaya yang
dapat menimbulkan efek buruk bagi, sehingga perlu adanya perlakuan suatu
industry farmasi dalam mencegah adanya kontaminan tersebut jika air tersebut
digunakan dalam pembuatan produk (16).
Untuk pembuatan sediaan serum PT.Biofarma menggunakan jenis air
murni yaitu WFI. WFI adalah air yang digunakan sebagai pelarut dalam produk
injeksi. WFI harus disiapkan dari pretreatment water atau tap water sebagai
kualitas feed water minimal. Prosesnya adalah sistem destilasi, dengan kualitas
output sesuai dengan spesifikasi WFI. WFI digunakan pada pembuatan produk
injeksi, untuk melarutkan atau mengencerkan zat, atau penyiapan untuk pemberian
parenteral sebelum penggunaan, dan sebagai air steril untuk penyiapan injeksi.
WFI juga digunakan untuk pembilasan terakhir setelah pembersihan alat dan
komponen yang kontak dengan produk injeksi seperti halnya untuk pembilasan
terakhir dalam proses pencucian yang tidak menggunakan suhu atau proses
depirogenisasi kimia. Parameter Endotoksin <0,25 (EU/mL); konduktivitas ≤2,10
μS/cm; pH 5,0 – 7,0; bioburden <10 (CFU/100ml). (16)
III.6 Setelah Proses Produksi
Produk jadi serum disimpan pada suhu 2-8ºC. Bahan dan obat diangkut dengan
cara sedemikian rupa sehingga tidak merusak keutuhannya dan kondisi
penyimpanannya terjaga. Bahan atau produk yang menggunakan es kering dalam
sistem pendinginannya harus dipastikan tidak bersentuhan dengan es kering tersebut,
karena dapat berdampak buruk terhadap mutu produk, misalnya terjadi pembekuan
(14)
Pengiriman dan pengangkutan bahan atau obat dilaksanakan hanya setelah ada
permintaan pengiriman. Wadah luar yang akan dikirim harus memberikan
perlindungan yang cukup terhadap seluruh pengaruh luar serta diberi label yang jelas
dan tidak terhapuskan. Semua catatan hendaknya mudah diakses dan tersedia bila
diminta (14).
Catatan pengiriman hendaknya disimpan yang menyatakan minimal tanggal
pengiriman, nama dan alamat pelanggan, uraian tentang produk misalnya nama,
bentuk dan kekuatan sediaan (bila perlu), nomor bets dan jumlah serta kondisi
pengangkutan dan penyimpanan. (14)
BAB IV
PEMBAHASAN
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah cara pembuatan obat yang
bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan
persyaratan dan tujuan penggunaan.
CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu yang
dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu dengan mengadakan pengawasan baik
sebelum, selama dan sesudah proses produksi berlangsung untuk memastikan mutu
produk obat agar memenuhi standar yang telah ditetapkan.
CPOB merupakan suatu pedoman dalam industri farmasi mengenai pembuatan
obat, pengawasan menyeluruh adalah sangat esensial bertujuan untuk menjamin obat
dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan
tujuan penggunaannya sehingga menghasilkan kualitas obat dengan mutu yang tinggi.
Pada tahun 1969 WHO menerbitkan konsep “Good Practise In Manufacture
and Quality Control of Drug” dan mulai diterapkan di Indonesia mulai tahun 1971
tetapi masih bersifat sukarela. Tahun 1988 Menteri Kesehatan mengeluarkan SK
Menkes tentang Pedoman CPOB Edisi I, setahun kemudian BPOM mengeluarkan SK
Dirjen POM pada tanggl 16 Desember 1989 tentang Penerapan CPOB pada Industri
Farmasi. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
farmasi. Pedoman CPOB Edisi I sekaligus Petunjuk Operasional Penerapan CPOB
telah direvisi tahun 2001 yang terdiri dari 10 Bab dan 3 adendum. Selanjutnya untuk
mengantisipasi era globalisasi dan harmonisasi dalam bidang farmasi terutama
pemenuhan terhadap persyaratan dan standar produk farmasi global terkini. Pedoman
CPOB hendaklah diperbaiki secara berkesinambungan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pergeseran paradigma dalam melakukan pengawasan
terhadap mutu produk. Oleh karena itu CPOB Edisi II (CPOB 2001) berdasarkan
Keputusan Kepala Badan POM RI Nomor HK.00.05.3.0027 Tahun 2006 maka CPOB
2001 direvisi menjadi Pedoman CPOB yang dinamis Edisi III (CPOB 2006).
Selanjutnya berdasarkan keputusan Kepala Badan POM RI nomor
HK.03.1.33.12.12.8195 tahun 2012 Tentang Penerapan Pedoman CPOB, maka CPOB
2006 direvisi menjadi CPOB 2012.
Dibandingakan dengan edisi sebelumnya, Pedoman CPOB 2006 mengandung
perbaikan sesuai persyaratan CPOB Dinamis antara lain kualifikasi dan validasi,
pembuatan dan analisis obat berdasarkan kontrak, pembuatan produk steril, dan
penambahan beberapa bab serta aneks yaitu manajemen mutu, pembuatan produk
darah, sistem komputerisasi, dan pembuatan produk investigasi untuk uji klinis. (3)
PT. Bio Farma (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
penyediaan vaksin dan serum yang merupakan satu-satunya industri produsen vaksin
dan antisera untuk manusia di Indonesia yang selama ini telah mendedikasikan seluruh
sumberdaya yang dimilikinya untuk memproduksi vaksin dan antisera yang berkualitas
baik dalam negeri maupun menembus kanca luar negeri atau internasional. Dalam
memproduksi sediaannya, PT. Bio Farma (Persero) telah menerapkan CPOB 2012.
Salah satu produk yang diproduksi yaitu serum anti bisa ular.
PT. Bio Farma (Persero) telah memiliki persyaratan bangunan industri farmasi
yang telah menerapkan CPOB 2012 yaitu konstruksi lantai dan dinding dibuat dari
bahan kedap udara yaitu telah dilapisi dengan epoxy sehingga permukaannya rata dan
memungkinkan pembersihan yang cepat dan efisien apabila terjadi penumpahan
bahan hal ini didukung dengan sudut antara dinding dan lantai yang berbentuk
lengkungan serta telah menerapkan sistem manajemen resiko.
Karena PT. Bio Farma (Persero) hanya memproduksi sediaan vaksin dan
serum yang harus steril, maka memiliki ruang pemurnian yang terdiri dari kelas A
yang merupakan ruang tempat penyimpanan hasil penyaringan yang dilengkapi
dengan LAF. Kelas B adalah ruang penyaringan. Kelas C terdiri dari ruang timbang
yang dilengkapi dengan LAF, ruang sentrifugasi, ruang pemurnian, dan ruang
penyimpanan bahan-bahan steril. Kelas D, terdiri dari ruang pengemasan dan ruang
penyimpanan vaksin dan serum yang sudah dikemas dalam dus/karton. General Area
adalah ruang pre washing room dan vestibule.
Sitem Tata Udara yang digunakan PT. Bio Farma (Persero) pada ruang
produksinya adalah High Efficiency Particulate Air (HEPA) filter dengan efisiensi
penyaringan 99,997%, Hal ini sudah sesuai dengan penerapan CPOB 2006 dan teori
bahwa untuk produk steril seperti sediaan injeksi vaksin dan serum dalam proses
produksinya harus menggunakan HEPA filter. Disamping itu penggunaan HEPA filter
tersebut sangat penting untuk menjaga kualitas sediaan vaksin dan serum karena
sediaan tersebut sangat rentan terhadap perubahan suhu, kelembaban, dan cahaya.
Sedikit saja kerusakan pada HEPA filternya, maka harus diganti dengan yang baru
karena dapat mempengaruhi mutu dari vaksin dan serum tersebut.
PT. Bio Farma (Persero) dalam memproduksi sediaan vaksin dan serum
menggunakan WFI, karena sediaan tersebut adalah sediaan steril yang harus bebas
kontaminasi baik kontaminasi dari mikroorganisme maupun kontaminasi bahan
lainnya.
Alur kegiatan dengan melalukan pencarian gagasan baru untuk produk serum
berupa kebutuhan dan keinginan konsumen yang belum terpenuhi selanjutnya
dilakukan praformulasi kemudian dilanjutkan dengan pengembangan formula yang
berupa Trial skala laboratorium yang merupakan proses percobaan dalam skala kecil
untuk pembuatan produk baru sebelum diproduksi dan dilanjutkan scale up yang
berupa skala laboratorium menjadi skala produksi, kemudian dilanjutkan dengan
proses formulasi kemudian dilakukan uji kestabilan fisik dengan menyimpan sediaan
tersebut di dalam climatic cham bersuhu 60º C dan kelembaban 80% selama 2-4
minggu. Jika sediaan tersebut stabil, maka dapat dilanjutkan dengan produksi
skalabesar. Dalam produksi skala besar awalnya bagian R&D mendampingi bagian
produksi untuk melaksanakan produksi pada 3 batch pertama berturut-turut untuk
dilakukan pengujian stabilitas pada bulan ke 0,1,3,6 setelah dinyatakan memenuhi
syarat maka proses produksi dapat di lanjutkan. Pengujian stabilitas produk metode
accelerated testing dan long term study. Pengujian stabilitas metode accelerated
testing dilakukan menggunakan climatic cham bersuhu 40º ± 2º C dan kelembaban
relatif 75 % ± 2%. Produk yang telah diuji stabilitasnya dengan metode accelerated
testing kemudian dilakukan uji kestabilan fisik dan penetapan kadar pada bulanke 0, 1,
3, dan 6 bulan.setelahitu di laukan parameter hasil pengujian juga berdasarkan
pustaka resmi, seperti Farmakope Indonesia, USP, maupun BP.
Adapun alur produksi dari serum yaitu diawali dengan penyiapan bahan baku
serum. Bahan baku untuk pembuatan produk serum diambil dari hemoglobin kuda
yang telah dipelihara di breeding Hewan untuk pengembangan hewan laboratorium
Bandung. Serum merupakan suatu hiperimun yang berasal dari kuda yang
sebelumnya telah diberikan imunisasi. Hiperimun serum tersebut mengandung fraksi
immunoglobulin yang dipisahkan dari darah kuda kemudian dimurnikan. Karena
berasal dari darah kuda maka serum tersebut merupakan serum yang heterolog.
Kuda yang telah diimunisasi dengan toksoid akan didiamkan selama ± 2
minggu dan kemudian akan dilakukan pengambilan darah. Darah yang diperoleh akan
disentrifuge untuk memisahkan antara serum dan endapan darah, setelah terjadi
pemisahan maka bagian serum akan diambil dan dilakukan isolasi antibody,
dilanjutkan dengan dilakukanya proses purifikasi. Setelah semua tahapan selesai
dilakukan maka akan dilanjutkan dengan tahapan bulk kemudian blending, setelah itu
dilakukan proses testing dan terakhir dilakukan proses filling.
Produk jadi vaksin dan serum disimpan pada suhu 2-8ºC. Vaksin memerlukan
cold chain khusus dan harus dilindungi dari kemungkinan putusnya aliran listrik.
Bahan dan obat diangkut dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak merusak
keutuhannya dan kondisi penyimpanannya terjaga. Bahan atau produk yang
menggunakan es kering dalam sistem pendinginannya harus dipastikan tidak
bersentuhan dengan es kering tersebut, karena dapat berdampak buruk terhadap mutu
produk, misalnya terjadi pembekuan.
Pengiriman dan pengangkutan bahan atau obat dilaksanakan hanya setelah ada
permintaan pengiriman. Wadah luar yang akan dikirim harus memberikan
perlindungan yang cukup terhadap seluruh pengaruh luar serta diberi label yang jelas
dan tidak terhapuskan. Semua catatan hendaknya mudah diakses dan tersedia bila
diminta.
Catatan pengiriman hendaknya disimpan yang menyatakan minimal tanggal
pengiriman, nama dan alamat pelanggan, uraian tentang produk misalnya nama,
bentuk dan kekuatan sediaan (bila perlu), nomor bets dan jumlah serta kondisi
pengangkutan dan penyimpanan.
Semua penyerahan ke area penyimpanan, termasuk bahan kembalian
didokumentasikan denganbaik. Tiap bets bahan awal, bahan pengemas, produkantara,
produkruahandanprodukjadi yang disimpan di area gudang harus mempunyai kartu
stok. Kartu stok tersebut secara periodik di rekonsiliasi dan bila ditemukan perbedaan
harus dicatat dan diberikan alas an bila jumlah yang disetujui untuk pemakaian
berbeda dari jumlah pada saat penerimaan atau pengiriman.
Untuk menunjang manajemen perusahaan di PT. Bio Farma (Persero) maka
dibentuklah bagian gudang persediaan barang yang bertugas mencatat,
mengaplikasikan dan melaporkan seluruh transaksi persediaan barang untuk
keperluan perhitungan harga pokok produksi dan pengawasan biaya.
Dalam pelaksanaan saluran distribusi terdapat beberapa hambatan. Apabila
hambatan–hambatan itu tidak cepat diatasi, maka dapat menghambat kegiatan dan
kemajuan perusahaan. Beberapa hambatan yang dihadapi yaitu jadwal
pendistribusian. Hal ini biasanya terjadi apabila perusahaan ekspedisi atau distributor
yang akan mengangkut produk terlambat tiba di gudang distribusi sehingga produk-
produk yang sebelumnya telah dikemas menjadi terlantar. Akibatnya bagian distribusi
harus mengatur ulang jadwal pengiriman barangnya dan masa aktif dari serum pun
akan berkurang. Hambatan lainnya yaitu cold room atau tempat penyimpanan serum
di bagian distribusi yang biasanya terganggu entah karena rusak atau kelistrikan yang
buruk, selain itu hambatan pada saat pengisian pembukuan atau pengarsipan yang
biasanya tidak seimbang karena kekurang telitian pada saat pengisian.
BAB V
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
IV.2 Saran
2. Kerjasama yang lebih erat dan terbuka antar devisi perlu ditingkatkan untuk
Utama.
3. Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat
Yang Baik (CPOB), Edisi 6. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta.
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB),Edisi 2001. Badan Pengawas Obat dan
Makanan. Jakarta.
Desember 2014.
Press.Makassar.
7. http://apps.who.int/medicinedocs/en/d/Js14063e/14.html#Js14063e.14. Diakses
8. http://www.biofarma.co.id/?dt_portfolio=polyvalent-anti-tetani-sera. Diakses
Utama. Yogyakarta
14. WHO. 2002. Getting Started with Vaccine Vial Monitoring, Edisi 2001.
Direktur Keuangan
Direktur Pemasaran
Direktur Sumber
Daya Manusia
Direktur Produksi
Direktur Perencanaan
Direktur Utama
dan Pengembangan
Satuan Pengawasan
Intern
Devisi Quality
Assurance
Devisi Corporate
Secretary
Devisi Corporate
Strategy
LAMPIRAN 2
STRUKTUR ORGANISASI PT. BIO FARMA (PERSERO)
DEVISI TEKNOLOGI
DAN INFORMASI
-Bagian Sistem Informasi
Manajemen
-Bagian Infrastruktur
LAMPIRAN 3
STRUKTUR ORGANISASI PT. BIO FARMA (PERSERO)
DIREKTUR
SATUAN PENGAWASA
DIREKTUR PROUKSI PERENCANAAN DAN
INTERN
PENGEMBANGAN
DEVISI HEWAN
LABORATORIUM
-Bagian Breeding Hewan
DEVISI PRODUKSI FARMASI -Bagian Breeding Ayam
-Bagian Formulasi & Pengisian -Bagian Monitoring Hewan
Vaksin & Pelarut
-Bagian Hewan Uji
-Bagian Formulasi & Pengisian
Vaksin & Sera -Bagian Hewan Produksi
-Bagian Pengemasan
Bagian Secretary
Bagian Quality Assurance
Service
Keterangan :
1. Pre Filter
2. Medium Filter
3. Cooling Coil
4. Residual fan
5. Mix Duct
6. Booster Fan
7. Hepa Filter
8. Ruangan
9. Dumper
LAMPIRAN 7
Alur Pngolahan Limbah Cair
Bak Pengumpul
Bak Netralisasi
Bak Aerasi 1
Bak Aerasi 2
Bak Sedimentasi
Saluran
LAMPIRAN 8
KLASIFIKASI TEMPAT SAMPAH UNTUK LIMBAH PADAT PT. BIO
FARMA (PERSERO)