Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN

MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI BALI


(PERKANDANGAN, PAKAN, SANITASI)
DI KELOMPOK TANI MAJU DESA PANGKALAN SATU
KECAMATAN KUMAI

Diajukan oleh
Yogi Kurnia Tama
17542310115

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANTAKUSUMA
PANGKALAN BUN
2020
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Nama : Yogi Kurnia Tama

NIM : 17542310115

Program Studi : Peternakan

Judul Praktek Kerja Lapangan : Manajemen Pemeliharaan Sapi Bali


(Perkandangan, Pakan, Sanitasi) di
Kelompok Tani Maju Desa Pangkalan Satu
Kecamatan Kumai

Pangkalan Bun, Oktober 2020

Menyetujui

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing


Peternakan Praktek Kerja Lapangan

ASIH PUJIASTUTI, S.Pt, M.Si ASIH PUJIASTUTI, S.Pt, M.Si


NIDN. 1123118101 NIDN. 1123118101

Mengetahui

Wakil Dekan Fakultas Pertanian,

SAPRUDIN, SP, MP
NIDN. 1130097203

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................3
1.3 Tujuan............................................................................................................3
1.4 Manfaat..........................................................................................................3

BAB II TINJAUAAN PUSTAKA.....................................................................................5

2.1 Sapi Bali........................................................................................................5


2.2 Manajemen Pemeliharaan Sapi Bali..............................................................5
2.2.1 Intensif.......................................................................................................5
2.2.2 Semi Intensif..............................................................................................7
2.2.3 Ekstensif.....................................................................................................7
2.3 Manajemn Perkandangan..............................................................................9
2.4 Manajemen Pemberian Pakan.....................................................................11
2.4.1 Pakan Hijauan..................................................................................12
2.4.2 Konsentrat........................................................................................13
2.4.3 Silase................................................................................................13
2.5 Manajemen Sanitasi....................................................................................14

BAB III MATERI DAN METODE.................................................................................15

3.1 Waktu dan Tempat......................................................................................15


3.2 Teknik Pengumpulan Data..........................................................................15
3.3 Diagram Alir Kerangka Kerja.....................................................................16
3.4 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan...................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18

iii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman

1. Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)..............................17

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeliharaan sapi tidak hanya bagaimana sapi-sapi yang dipelihara dapat

makan dan tumbuh besar. Peternak harus memperhatikan aspek-aspek terkait

dalam hal pemeliharaan. Aspek-aspek tersebut meliputi perkandangan, pakan

yang diberikan, sanitasi, pembibitan, penanganan kesehatan, perkawinan,

pengelolaan limbah, serta aspek terkait lainnya yang diharapkan akan

menghasilkan produktivitas yang tinggi. Kendala yang terdapat di dalam

pemeliharaan sapi Bali diantaranya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat

terhadap Good Farming Practices NO. 46/Permentan/PK.210/8/2015 dan

penerapannya yang menyebabkan pemeliharaan sapi-sapi tersebut kurang

maksimal.

Tiga aspek penting yang harus diperhatikan dalam manajemen pemeliharaan

sapi Bali yaitu aspek pemberian pakan (feeding), pembibitan (breeding) dan

manajemen. Beberapa peternak tidak memperhatikan aspek ini, peternak hanya

berfokus pada manajemen pemeliharaan yang masih sangat tradisional yang di

wariskan secara turun-temurun. Upaya pemerintah melalui Ditjen Peternakan

untuk meningkatkan pemeliharaan ternak oleh peternak ke arah yang lebih baik,

maka diterbitkan suatu pedoman mengenai penerapan aspek teknis peternakan

dengan memberikan nilai untuk setiap aspek teknis yang meliputi perbaikan pakan

baik kualitas maupun kuantitas, penerapan tatalaksana pemeliharaan yang baik

dan sehat.

1
Tata laksana pemeliharaan salah satunya adalah perkandangan. Kandang

berfungsi sebagai pelindung bagi ternak dan penunjang produktivitas. Kandang

memudahkan dalam memelihara ternak khususnya  penanganan pengawasan

terhadap ternak dapat dilakukan lebih teliti, baik menyangkut masalah kesehatan,

produksi (termasuk laju pertumbuhan –perkembangan), dan reproduksi ternak .

Pakan merupakan hal penting pada usaha peternakan. Jika pakan yang

diberikan tepat, maka hasil yang dicapai akan sesuai dengan yang diharapkan.

Sapi Bali akan menghasilkan bibit dan daging yang baik jika pakan yang

diberikan sesuai. Pakan seperti halnya rumput, jerami, silase memiliki serat kasar

tinggi yang penting untuk pencernaan sapi. Ternak ruminansia membutuhkan

pasokan pakan yang memiliki serat kasar tinggi karena sangat baik untuk

kesehatan pencernaan dan fungsi rumen. Pakan yang memiliki serat kasar tinggi

antara lain jerami dan silase.

Sanitasi pada ternak sangat berperan terhadap kesehatan ternak dan

produktivitas. Adanya sanitasi kandang yang kurang baik membuat limbah

kotoran sapi menumpuk dan mengotori lingkungan. Limbah yang menumpuk

tersebut dapat menjadi penyakit bagi sapi dan lingkungan sekitar. Inilah beberapa

faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas usaha ternak sapi Bali.

Melalui kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) manajemen pemeliharaan

sapi Bali (perkandangan, pakan, sanitasi) di Kelompok Tani Maju, maka

diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, terhadap

manajemen pemeliharaan sapi Bali yang dilaksanakan oleh penulis sebagai

mahasiswa Prodi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Antakusuma.

2
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana manajemen perkandangan yang ada di Kelompok Tani Maju

Desa Pangkalan Satu?

2. Bagaimana manajemen pakan sapi Bali yang dilakukan di Kelompok Tani

Maju Desa Pangkalan Satu?

3. Bagaimana manajemen sanitasi di Kelompok Tani Maju Desa Pangkalan

Satu?

1.3 Tujuan

Tujuan dari PKL ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui manajemen perkandangan yang ada di Kelompok Tani Maju

Desa Pangkalan Satu?

2. Mengetahui manajemen pakan sapi Bali yang dilakukan di Kelompok Tani

Maju Desa Pangkalan Satu?

3. Mengetahui manajemen sanitasi di Kelompok Tani Maju Desa Pangkalan

Satu?

1.4 Manfaat

Manfaat dilaksanakannya PKL:

1. Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan, pengalaman dan dapat

memahami manajemen pemeliharaan sapi Bali.

2. Sebagai pedoman atau informasi bagi para peternak sapi Bali.

3. Sebagai bahan perencanaan dalam mengembangkan peternakan sapi Bali di

Kalimantan Tengah.

3
4. Mengetahui proses manajemen pemeliharaan sapi bali (perkandangan,

pakan, sanitasi) dengan membandingkan ilmu teori yang diperoleh dengan

keadaan di lapangan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Bali

Sapi Bali merupakan salah satu bangsa sapi asli di Indonesia yang

merupakan hasil domestikasi langsung dari Banteng liar. Sapi Bali dikembangkan,

dimanfaatkan dan dilestarikan sebagai sumberdaya ternak asli yang mempunyai

ciri khas tertentu dan mempunyai kemampuan untuk berkembang dengan baik

pada berbagai lingkungan yang ada di Indonesia. Sapi Bali juga memiliki

performa produksi yang cukup bervariasi dan kemampuan reproduksi yang tetap

tinggi. Sehingga, sumberdaya genetik sapi Bali merupakan salah satu aset

nasional yang merupakan plasma nutfah yang perlu dipertahankan keberadaannya

dan dimanfaatkan secara lestari sebab memiliki keunggulan yang spesifik. Sapi

Bali juga telah masuk dalam aset dunia yang tercatat dalam list FAO sebagai salah

satu bangsa sapi yang ada di dunia (DGLS, 2003)

2.2 Manajemen Pemeliharaan Sapi Bali

Manajemen pemeliharaan sapi Bali berdasarkan Permentan No.

6/Permentan/PK.210/8/2015 dapat dilakukan secara intensif, semi intensif dan

ekstensif.

2.2.1 Intensif

Pemeliharaan intensif adalah pemeliharaan dengan cara sapi dikandangkan,

kebutuhan pakan dan air minum disediakan penuh. Pola ini meliputi:

5
1. Pemeliharaan pedet dilakukan sebagai berikut:

a. Melakukan penanganan khusus pedet yang baru lahir sampai umur 7

hari

b. Penimbangan bobot lahir

c Pemasangan nomor identitas pedet

d. Pemeliharaan dalam kandang individu sampai umur1bulan dan

bebas bergerak serta mendapat sinar matahari pagi

e. Pakan hijauan diberikan pada umur sesudah 3 bulan

f. Dilakukan penyapihan pada umur 6-8 bulan.

2. Pemeliharaan pedet lepas sapih dilakukan sebagai berikut:

a. Penimbangan bobot sapih

b. Pedet dipelihara dalam satu kelompok umur dan jenis kelamin yang

sama

c. Pedet bebas bergerak dan mendapat sinar matahari cukup

d. Pemberian pakan dalam jumlah dan mutu sesuai standar dan

pemberian air minum secara tidak terbatas (adlibitum).

3. Pemeliharaan sapi dara dilakukan sebagai berikut:

6
a. Mulai dikawinkan pada umur 18 bulan atau telah mencapai dewasa

tubuh

b. Perkawinan dianjurkan dengan inseminasi buatan

c. Pemberian pakan dalam jumlah dan mutu sesuai standar

d. Pemberian air minum secara tidak terbatas (adlibitum)

e. Mencatat tanggal perkawinan,identitas pejantan yang digunakan,dan

hasil pemeriksaan kebuntingan

f. Melakukan pemeriksaan kesehatan hewan secara rutin

4. Pemeliharaan induk bunting dilakukan sebagai berikut:

a. Pemberian pakan ditingkatkan mutunya terutama setelah 6 bulan

kebuntingan

b. Pemberian air minum secara tidak terbatas (adlibitum)

c. Bebas bergerak

d. Satu bulan sebelum melahirkan sapi ditempatkan pada kandang

beranak

e. Mencatat pelayanan kesehatan hewan.

5. Pemeliharaan untuk penggemukan dilakukan sebagai berikut:

a. Penimbangan bobot badan awal dan bobot badan akhir

7
b. Pemberian pakan dalam jumlah dan mutu sesuai standar

c. Pemberian air minum secara tidak terbatas (adlibitum)

d. Lama penggemukan 4-6 bulan

2.2.2 Semi Intensif

Pemeliharaan sapi dengan cara sapi dikandangkan dan/atau digembalakan

serta sumber pakan utama disediakan sebagian dan/atau berasal dari padang

penggembalaan. Pola budidaya semi intensif ini hampir sama dengan budidaya

intensif, namun dalam penyediaan pakan dan minum tidak sepenuhnya

disediakan.

2.2.3 Ekstensif

Pemeliharaan ekstensif adalah pemeliharaan sapi dengan cara sapi tidak di

kandangkan dan sumber pakan utama berasal dari padang penggembalaan.

Pemeliharaan ini dapat dilakukan ke ternak pada beberapa fase, yaitu

1. Pemeliharaan pedet dilakukan sebagai berikut:

a. Pedet dijaga dari kemungkinan gangguan penyakit dan aman dari

kemungkinan kecelakaan

b. Pedet dibiarkan selalu bersama induknya sampai umur lepas sapih

yaitu umur 6 sampai dengan 8 bulan.

2. Pemeliharaan pedet lepas sapih dilakukan sebagai berikut:

8
a. Sapi ditempatkan di paddock dalam satu kelompok umur dan jenis

kelamin yang sama

b. Sesuaikan dengan kapasitas tampung pasture.

3. Pemeliharaan sapi dara dilakukan sebagai berikut:

a. Sapi ditempatkan di paddock berdasarkan kelompok umur dan jenis

kelamin.

b. Mulai dikawinkan pada umur 18 bulan atau telah mencapai dewasa

tubuh

c. Sapi dara siap kawin ditempatkan pada paddock khusus untuk

perkawinan

d. Perkawinan biasanya dilakukan dengan kawin alam.

e. Mencatat tanggal perkawinan, identitas pejantan yang digunakan, dan

hasil pemeriksaan kebuntingan.

4. Pemeliharaan induk bunting dilakukan sebagai berikut:

a. Sapi bunting ditempatkan pada paddock terpisah, diberi pakan dan

vitamin/mineral tambahan.

b. Pengawasan dilakukan untuk penanganan sapi yang memperlihatkan

tanda-tanda akan melahirkan.

c. Mengeluarkan induksapi yang telah menunjukkan tanda- tandaakan

melahirkan, dan menempatkan pada paddock terpisah.

9
d. Perkawinan biasanya dilakukan dengan kawin alam.

e. Pencatatan tanggal perkawinan, identitas pejantan yang digunakan,

dan hasil pemeriksaan kebuntingan.

5. Pemeliharaan pejantan dilakukan sebagai berikut:

a. Ditempatkan pada paddock tersendiri.

b. Pemberian pakan dalam jumlah dan mutu sesuai standar.

c. Melakukan pemeriksaan kesehatan hewan secara rutin.

d. Penggunaan pejantan dalam perkawinan perlu diatur untuk

menghindari terjadinya perkawinan sedarah

2.3 Manajemn Perkandangan

Kandang merupakan salah satu faktor lingkungan hidup ternak, harus dapat

memberikan jaminan untuk hidup yang sehat dan nyaman. Bangunan kandang

diupayakan mampu melindungi ternak dari gangguan yang berasal dari luar

seperti sengatan matahari, cuaca buruk, hujan dan tiupan angin kencang. Secara

umum kontruksi kandang harus kuat, mudah dibersihkan, bersikulasi udara baik.

Oleh karena itu, sehubungan dengan kontruksi ini yang perlu mendapat perhatian

terutama mengenai arah kandang, ventilasi, atap, dinding dan lantai (Sugeng dan

Sudarmono,2008).

Menurut Sarwono dan Arianto (2003), jarak kandang yang dianjurkan

adalah >50 m dari rumah. Selanjutnya ditambahkan oleh Santoso (2006), bahwa

perlengkapan kandang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan ternak. Di samping

10
itu dengan adanya drainase akan membuat lingkungan kandang bersih sehingga

tidak ada air yang tergenang.Menurut Pasaribu (2008), untuk mendirikan kandang

sapi harus memperhatikan beberapa hal antara lain:

1. Penentuan lokasi

Perlu di perhatikan dalam penentuan lokasi kandang adalah adanya sumber

air bersih dan cukup guna air minum, memandikan sapi,pembersihan kandang dan

peralatan kandang. Tempatnya lebih tinggi dari lingkungan sekitar atau sekitar

bangunan kandang tidak ada pohon besar,selain itu kandang agak jauh dari

pemukiman penduduk pada jarak yang dianjurkan dalam Good Farming Practise

(GFP) adalah 25 meter dari pemukiman penduduk.

2. Kontruksi kandang

Harus diperhatikan dalam kontruksi kandang adalah dinding kandang harus

dibuka (tidak seluruhnya di tutup) supaya sirkulasi udara berjalan lancar. Atap

kandang harus cukup kuat dan tahan lama. Hal ini penting untuk menahan curah

hujan, terik matahari dan di sarankan sebaiknya atap menggunakan genteng.

Lantai kandang tidak licin, tidak tembus air dan tahan lama, maka dibuat miring 3

cm tiap meter ke arah parit.Parit kandang harus terbuat dari semen, berbentuk

melekuk atau persegi dengan lebar 20–30 cm dan dibuat miring kesaluran

pembuanga kotoran.

3. Tempat pakan

Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan tempat pakan adalah terbuat

dari kayu atau semen yang dasarnya rapat sehingga pakan yang diberikan tidak

tercecer atau terbuang. Tempat minum harus tidak bocor,mudah di bersihkan dan

11
cukup untuk keperluan ternak sapi mengingat ternak membutuhkan air minum

minimal 30 liter per hari per ekor.

4. Bentuk kandang

Dilihat dari penempatan atau peruntukan ternak sapi,misalnya kandang

tunggal atau kandang ganda. Kandang tunggal adalah kandang dengan

penempatan sapi satu baris. Kandang baris adalah kandang dengan penempatan

sapi dua baris yaitu saling berhadapan (head to head) atau saling berlawanan (tail

to tail). Tipe kandang head to head dan tail to tail, ukurannya adalah sebagai

berikut tempat pakan : lebar 80-90 cm, dalam 25-30 cm, panjang 105-110, tinggi

dari lantai 60 cm. tempat minum : 1 m(lebih besar lebih baik) dan parit lebar 25-

30 dam dala 10-20 cm. Ukuran lantai kandang165-180 cm (sesuaikan dengan

panjang badan sapi),kemiringan 3 cmtiap meter, panjang untuk tiap ekor sapi 125-

150 cm.

5. Peralatan kandang

Peralatan kandang adalah alat yang digunakan untuk kegiatan pembersihan

kandang dan lingkungan,pembersihan ternak sapi dan kegiatan pemberian pakan

dan minum. Peralatan yang lazim digunakan adalah ember, cangkul, garpu, skop,

sapu lidi, garu,sikat ijuk atau plastik, gerobak dorong dan seperangkat mesin air

serta selang untuk suplai air minum dan memandikan sapi.

2.4 Manajemen Pemberian Pakan

Pakan merupakan kebutuhan utama ternak disamping kebutuhan lingkunagn

hidup seperti oksigen, dengan adanya pakan tubuh ternak akan mampu bertahan

hidup dan kesehatan terjamin (Sudarmono dan Sugeng, 2008). Pakan dibutuhkan

12
oleh ternak untuk tumbuh dan berkembang biak. Pakan yang baik mampu

memenuhi kebutuhan hidup pokok ternak. Pakan yang baik mengandung

kelengkapan protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin dan mineral (Sarwono,

2002).

Pengelolaan pakan akan sangat menentukan tingkat keberhasilan

pemeliharaan sapi. Oleh karena itu, cara-cara pengelolaannya harus dipahami.

Ketersediaan padang penggembalaan pada pemeliharaan ternak sapi diperlukan

sebagai sumber pakan hijauan. Pemberian pakan dapat dilakukan dengan

pemotongan rumput, kemudian diberikan pada ternak sapi yang ada di dalam

kandang. Pemberian pakan seperti ini disebut cut and carry. Selain itu, rumput

juga dapat dikonsumsi langsung oleh sapi di areal padang penggembalaan

berdasarkan pada daya tampung (stocking rate). Padang penggembalaan tersebut

untuk mencukupi kebutuhan penggembalaan setiap Unit Ternak (UT) (Santosa,

2005). Ketersediaan pakan harus mencukupi kebutuhan ternak, baik yang berasal

dari hijauan/rumput, maupun pakan konsentrat yang dibuat sendiri atau berasal

dari pabrik (Direktorat Jenderal Peternakan, 2015).

2.4.1 Pakan Hijauan

Hijauan adalah pakan ternak berupa tanam-tanaman dan mengandung serat

kasar yang dapat dikonsumsi oleh ternak (Firman, 2010). Menurut Sudarmono

dan Sugeng (2008), pakan hijauan ialah semua bahan pakan yang berasal dari

tanaman atau tumbuhan berupa dedaunan, terkadang termasuk batang, ranting dan

bunga.

13
Menurut Sudarmono dan Sugeng (2008), pakan hijauan termasuk ke dalam

kelompok bangsa rumput (Gramineae), legume dan tumbuhan lainnya. Pemberian

dapat dilakukan dalam dua macam bentuk, yakni hijauan segar atau kering.

Beberapa hijauan segar adalah hijauan yang diberikan dalam keadaan segar

sedangkan hijauan kering dapat berupa hay.

2.4.2 Konsentrat

Menurut Firman (2010), kosentrat adalah suatu bahan pakan yang

dicampurkan bersama bahan pakan lainnya guna meningkatkan keserasian

komposisi gizi dari keseluruhan pakan. Menurut Sarwono (2002), pemberian

kosentrat tidak dianjurkan secara berlebihan, sebaiknya pemberian kosentrat tidak

dilakukan terus menerus melainkan diselingi dengan pemberian hijauan.

Pemberian pakan dapat dilakukan dengan cara tidak terbatas (adlibitum) dan

dibatasi (restricted). Pemberian secara adlibitum sering kali tidak efisien karena

akan menyebabkan bahan pakan banyak terbuang dan pakan sisa menjadi busuk

sehingga ditumbuhi jamur dan sebagainya yang akan membahayakan ternak bila

termakan (Santosa, 2006). Pemberian pakan dapat dilakukan dengan tiga cara

yaitu pengembalaan (Pasture fattening), kereman (Dry lot fattening) dan

kombinasi cara pertama dan kedua (Menristek, 2000)

2.4.3 Silase

Silase merupakan awetan basah segar yang disimpan dalam silo. Silo adalah

sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara, hijaun disimpan dengan kondisi

anaerob. Pada suasana anaerob tersebut akan mempercepat pertumbuhan bakteri

untuk membentuk asam laktat (Mugiawati, 2013). Hijauan yang ideal digunakan

14
sebagai silase adalah segala jenis tumbuhan atau hijauan serta bijian, terutama

yang banyak mengandung karbohidrat seperti rumput, sorgum, jagung, biji-

bijian, tanaman tebu, tongkol gandum, tongkol jagung, pucuk tebu, batang nanas

dan jerami padi. Pakan yang diawetkan tersebut difermentasi selama sekitar 3

minggu (Direktorat Pakan Ternak 2011).

2.5 Manajemen Sanitasi

Menurut BPTP-Ungaran (2000) sanitasi kandang merupakan suatu kegiatan

pencegahan yang meliputi kebersihan bangunan tempat tinggal ternak atau

kandang dan lingkungannya untuk menjaga kesehatan ternak sekaligus

pemiliknya. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kondisi sanitasi kandang

antara lain lokasi kandang, konstruksi bangunan kandang, kebersihan kandang

dan kepadatan lalat. Penempatan kandang sebaiknya tidak menjadi satu dengan

rumah atau jarak minimal 10 meter dari rumah maupun dari bangunan umum

lainnya, lokasi kandang lebih tinggi dari sekitarnya, tersedia air bersih yang cukup

dan terdapat tempat untuk pembuangan kotoran atau sisa pakan ternak. Selain

lokasi kandang, hal lain yang mempengaruhi kondisi sanitasi kandang yaitu

konstruksi bangunan kandang.

Sanitasi yang dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang secara rutin

dan kebersihan tubuh ternak salah satunya dengan cara memandikan sapi.

Menurut Ernawati et al. (2000) dalam melakukan sanitasi ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan yaitu persyaratan kandang, lokasi kandang, arah kandang dan

kebersihan kandang.

15
BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktek Kerja Lapangan akan dilaksanakan pada tanggal 02 Oktober – 05

Desember 2020 di Kelompok Tani Maju Desa Pangkalan Satu Kecamatan Kumai.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan

(PKL) ini adalah sebagai berikut :

a. Pengamatan (Observasi)

Metode observasi adalah kegiatan yang dilakukan dengan mengadakan

pengamatan secara langsung terhadap objek yang diamati. Observasi dilakukan

untuk memperoleh fakta-fakta yang berhubungan dengan pelaksanaan Praktek

Kerja Lapangan (PKL). Metode ini untuk mengetahui manajemen pemeliharan

sapi Bali (perkandangan, pakan, sanitasi) secara langsung.

b. Wawancara

16
Menurut Soekartawi (2002) dijelaskan bahwa pengertian interview atau

wawancara adalah kegiatan mencari bahan (keterangan, pendapat) melalui tanya

jawab lisan dengan yang berkaitan. Metode wawancara digunakan dengan

melakukan wawancara langsung kepada pengurus kelompok ternak di tempat

PKL. Keterangan yang diperoleh selanjutnya akan dikumpulkan sebagai materi

pembahasan untuk menyusun laporan PKL.

c. Partisipasi Aktif

Partisipasi aktif adalah mengikuti secara aktif atau langsung suatu kegiatan.

Dalam Praktek Kerja Lapangan ini partisipasi aktif yang akan dilakukan meliputi

manajemen pemeliharan sapi Bali (perkandangan, pakan, sanitasi).

d. Studi Pustaka

Pengumpulan data dengan cara memanfaatkan data yang tersedia yang

berhubungan dengan kegiatan PKL. Data tersebut berupa buku, arsip, jurnal,

internet dan lain sebagainya yang bersifat informatif dan relevan.

e. Dokumentasi

Selama melaksanakan kegiatan di lapangan mahasiswa menggunakan foto

atau gambar untuk memperkuat isi laporan yang akan disusun.

17
3.3 Diagram Alir Kerangka Kerja

Diagram alir atau kerangka kerja yang dilakukan pada kegiatan PKL di

Kelompok Tani Maju sebagai berikut :

1. Setelah proposal disetujui selanjutnya melaksanakan kegiatan Praktek Kerja

Lapangan (PKL).

2. Pada minggu I melakukan pengenalan , pengamatan pada struktur organisasi

di Kelompok Tani Maju

3. Pada minggu II melakukan pengambilan data perkandangan dan sanitasi

dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

4. Pada minggu III melakukan pengambilan data pakan dari kegiatan Praktek

Kerja Lapangan (PKL).

5. Pada minggu IV melakukan pengolahan data dan penyusunan laporan dari

kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

3.4 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan

Kegiatan yang akan dilakukan dalam PKL di Kelompok Tani Maju Desa

Pangkalan Satu Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat sebagai

berikut:

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Minggu
No Kegiatan
I II III IV
1. Pengenalan, pengamatan pada
struktur organisasi di Kelompok Tani
Maju

18
2. Melakukan pengambilan data
perkandangan dan sanitasi dari
kegiatan PKL
3. Melakukan pengambilan data pakan
dari kegiatan PKL
4. Melakukan pengolahan data dan
penyusunan laporan PKL

DAFTAR PUSTAKA

BPTP-Ungaran. 2000. Sanitasi Kandang Sapi Perah. Jawa Tengah: BPTP


Ungaran.

DGLS. 2003. National Report on Animal Genetic Resources Indonesia.


Directorate Generale of Livestock Services (DGLS), Directorate of
Livestock Breeding. Indonesia.
Direktorat Budidaya Ternak. 2015. Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Ternak
Bali. Jakarta.
Direktorat Pakan Ternak. 2011. Pedoman Umum Pengembangan Lumbung Pakan
Ruminansia. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan

19
Hewan.

Ernawati. 2000. Sanitasi Kandang Sapi Perah. Jawa Tengah : Departemen


Pertanian BPTP Ungaran

Firman, A. 2010. Agribisnis Sapi Perah Dari Hulu Sampai Hilir. Widya
Padjadjaran. Bandung.

Menristek. 2000. Budidaya Ternak Bali. Jakarta. Kementrian Pertanian Republik


Indonesia. 2015. Pedoman Budi Daya Sapi Bali yang Baik. Jakarta.

Mugiawati, R.E. 2013. Kadar air dan pH silase Rumput Gajah pada hari ke-21
dengan penambahan jenis additive dan bakteri asam laktat. J. Ternak
Ilmiah 1 (1): 201-207.

Pasaribu, K. 2008. Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Bali. Direktorat Jendral


Peternakan. Jakarta.

Santoso, U. 2006. Manajemen Usaha Ternak Bali. Penebar Swadaya. Jakarta.


Sarwono, B. dan Arianto. 2002. Penggemukan Sapi Bali Secara Cepat. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Sudarmono, A. S dan Y. B. Sugeng. 2008. Sapi Bali. Penebar Swadaya.
Semarang.

20

Anda mungkin juga menyukai