Anda di halaman 1dari 36

SANITASI PETERNAKAN ITIK DI DESA SIBALAYA SELATAN,

KEC.TANAMBULAVA, KAB. SIGI, PROV. SULAWESI TENGAH

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL)

WAWAN KURNIAWAN

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020

1
SANITASI PETERNAKAN ITIK DI DESA SIBALAYA SELATAN,
KEC.TANAMBULAVA, KAB. SIGI, PROV. SULAWESI TENGAH

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL)

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Praktik Kerja Lapang (PKL) Pada Program Studi Peternakan
Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan Dan Perikanan Universitas Tadulako

WAWAN KURNIAWAN
O 121 17 225

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020

2
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Sanitasi Peternakan Itik di Desa Sibalaya Selatan, Kec.


Tanambulava, Kab. Sigi, Prov. Sulawesi Tengah

Nama : Wawan Kurniawan


No. Stambuk : O 121 17 225
Jurusan : Peternakan
Program Studi : Peternakan
Fakultas : Peternakan dan Perikanan
Universitas : Tadulako

Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Lapangan

Ir. Moh. Asril Adjis, S.Pt., MP, IPM Ir. Sri Sarjuni, M.Si
NIDN. 0013047409 NIP. 196006021 198603 2 005

Disahkan Oleh
Koordinator Program Studi
Peternakan

Moh. Ilyas Mumu, S.Pt., M.Sc. Ag., Ph.D


NIP. 19701208 199603 1 001

3
RINGKASAN

SANITASILINGKUNGAN AYAM PETELURDIDESA SIBALAYA SELATAN,


KECAMATAN. TANAMBULAVA,KABUPATEN.SIGI, PROVINSI.
SULAWESI TENGAH

MOHAMMADFADLI
012117177

Praktek Kerja Lapang ini bertujuan mengetahui mengeta hui cara sanitasi
Lingkungan Ayam Layer (Ayam Petelur) dengan baik dan benar. Praktek Kerja
Lapang dilakukan di Desa Sibalaya Selatan, Kee. Tanambulava, Kab. Sigi, Prov.
Sulawesi Tengah. Metode dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah
untuk meningkatkan dan memantapkan pengetahuan bahwa pentingnya
kebersihan lingkungan bagi ternak ayam petelur agar terhindar dari penyakit, dan
peternak mengenai manajemen penanganan kandang dan sanitasi kandang pada
ayam petelur. Hasil praktek kerja lapang menunjukkan bahwa dalam sanitasi
lingkungan menunjang produksi telur ayam, ayarn juga bisa terhindar dari
penyakitdan stress, sanitasi kandang dapat dinyatakan memenuhi standar apabila
lingkungan sekitar kandang terjaga kebersihannya.

Kata kunci: ayam layer(aya m petelur), sanitasi lingkungan.

4
UCAPAN TERIMAKASIH

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena limpahan

Rahmat, Taufik, Rezeki dan Karunia' Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan

laporan ini yang berjudul "Sanitasi Lingkungan Ayam Layer (Ayam petelur) di

Desa Sibalaya Selatan, Kee. Tanambulav,aKab. Sigi, Prov. Sulawesi Tengah ".

Penulismengucapkan terima kasih khususnya kepada: Orang tua kami,

yang telah memberikan semangat dan doa,Bapak Moh. Asril Adjis, S.Pt., MPyang

telah membantu dalam membimbing pembuatan laporan ini, Ibu Dr. Ir. Selvy

Mazin, M.Sc, sebagai Ketua Panitia Praktek Kerja Lapang (PKL), Nuun Marfuah,

S.pt., Msi, sebagai Panitia Praktek Kerja Lapangan (PKL), Ibu Ir. Sri Sarjuni,

M.Si,, sebagai Pembimbing Lapangan, serta teman-teman yang telah membantu

dan memberikan masukan kepada Penulis, sehingga dapat meyelesaikan penulisan

laporan ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan laporan selanjutnya. Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat

bagi kita semua khususnya bagi Penulis sendiri.

Palu, April 2020

Penulis

5
DAFTARISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................ii

RINGKASAN...................................................................................................iii

UCAPAN TERIMA KASIH............................................................................iv

DAFf AR ISI............................................................................................... V

DAFf AR LAMPIRAN.....................................................................................vii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1

1.2. Tujuan dan Kegunaan...........................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biosekuriti...........................................................................................4

2.2. Sanitasi................................................................................................5

2.3. Desinfektan....................................................................................7

2.4. Vaksin dan Vaksinasi.........................................................................8

2.4.1. Newcastle Disease (ND)...........................................................9

2.4.2. Virus Newcastle Disease...........................................................11

2.5. Ayam Petelur......................................................................................14

BAB 3 MATERIDAN METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1. Waktu dan Tempat..............................................................................16

3.2. Materi dan Metode Pelaksanaan.........................................................16

3.3. Kegiatan yang Dilaksanakan..............................................................17

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Unit Praktik Kerja Lapangan...................................19

6
4.1.1. Kondisi Wilayah.......................................................................19

4.1.2. Manajemen Pemeliharaan........................................................19

4.1.3. Manajemen Perkandangan........................................................20

4.2. Kegiatan yang Dilaksanakan..............................................................22

4.2.1. Manajemen Kesehatan/Sanitasi................................................22

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan..........................................................................................23

5.2. Saran...............................................................................................23

DAFT AR

PUSTAKA

LAMPIRAN

7
DAFTAR LAMPIRAN

I. Dokumentasi Praktik Kerja Lapanga........................................................26

2. Catatan Hasil PKL....................................................................................29

8
BABlPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesatnya perkembangan industri pemnggasan di negara tropis sepert i

di Indonesia membawa berbagai kendala yang kompleks. Masalah penyakit

dalam industri pemnggasan mempakan gangguan dan ancaman yang serius.

Kemgian yang ditimbulkan oleh gangguan penyakit pada usaha peternakan

tidak hanya kematian, tetapi juga pertumbuhan lambat, produksi telur yang

menumn bahkan terhenti sama sekali. Program biosekuriti dalam tata laksana

peternakan mempakan suat u hal yang hams dijalankan. Program ini

mempakan salah satu cara untuk mencegah dan mengendalikan penyakit pada

ayam karena tidak satupun program pencegahan penyakit yang dapat bekerja

dengan baik tanpa penerapan program biosekuriti. Pelaksanaan biosekuriti

meliputi kegiatan sanitasi kandang, desinfeksi, vaksinasi, pengelolaan waste

product, dan isolasi hewan yang sakit.

Dalam tatalaksana usaha peternakan ayam, progam sanitasi

mempakan suatu hal pent ing yang hams dijalankan. Program sanitasi

sebenarnya relatif tidak mahal tetapi mempakan cara termurah dan efektif

dalam mencegah dan mengendalikan penyakit pada ayam. Bahkan tidak

satupun program pencegahan penyakit dapat bekerja dengan baik tanpa

disertai program biosekuritas.

Aspek-aspek yang menjadi mang lingkup program biosekuritas adalah

upaya membebaskan adanya penyakit-penyakit tertentu, memberantas dan

mengendalikan pengakit-penyakit tertentu, memberikan kondisi lingkungan

9
yang layak bagi kehidupan ayam, mengamankan keadaan produk yang

dihasilkan, mengamankan resiko bagi konsumen, dan resiko bagi peternak

yang terlibat dalam tatalaksana usaha peternakan ayam.

Aspek-aspek ini bagi industri peternakan ayam sangat dituntut

mengingat cara pemeliharaannya yang dikandangkan, dan dipelihara dalam

jumlah yang banyak, sehingga ayam rentan terhadap ancaman berbagai

macam penyakit baik yang menular maupun tidak menular. Oleh karena itu

perhatian yang lebih sangat diperlukan dalam pelaksanaannya, juga perlakuan

terhadap ayam mati, kehadiran lalat, dan bau yang kerap kali menimbulkan

gangguan bagi penduduk sekitarnya.

Banyak mikroorganisme patogen yang akan menetap di luar tubuh

inang ayam seperti Coccidia (berbagai jenis Eimeria), Salmonella,

Histomon as, Aspergilus dan berbagai jenis virus dapat tahan dalam waktu

yang cukup lama, terutama di dalam bahan organik. Pasteurella dan

M ycoplasma dan beberapa jenis bakteri dapat juga hidup beberapa lama di

luar tubuh.Virus-virus penyebab gangguan pernafasan cenderung lemah di

luar tubuh inang.

Tujuan sanitasi kandang, peralatan, dan lingkungannya pada awal

persiapan pemeliharaan adalah menciptakan lingkungan yang nyaman dihuni

ternak unggas petelur, bebas kotoran dan bibit penyakit.Karakterisitik yang

paling menonjol dari bibit penyakit adalah menyukai tempat-tempat yang

kotor.Pada pemeliharaan ternak unggas petelur, kandang dibersihkan secara

menyeluruh setiap satu periode pemeliharaan setelah selesai

10
digunakan.Sed angkan peralatan kandang seperti tempat pakan dan tempat

minum biasa dibersihkan setiap hari. Baik pada saat membersihkan peralatan

maupun kandang,biasa digunakan bahan sanitasi yang penggunaannya sesuai

dosis aman pemakaian dan biasa nya disesuaikan dengan jenis penyakit yang

pernah berjangkit di wilayah lokasi kandang. Oleh karena itu, sanitasi

kandang dan peralatan perlu dilakuk an secara rutin supaya bibit penyakit

tidak mempunyai kesempatan berkembang dan menyerang kekebalan tubuh

ternak unggas.Hal ini penting mengingat hanya ternak yang sehat yang dapat

memberikan produksi yang optimal.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dan manfaat dari praktek kerja lapangan (PKL) ini yaitu dapat

mengetahui cara pencegahan penyakit berupa sanitasi pada kandang.

a. Praktek kerja lapangan dapat memeharni tujuan sanitasi kandang.

b. Praktek kerja lapangan mampu melaksanakan tahapan pelaksaanaa n

sanitasi pada kandang.

c. Praktek kerja lapangan dapat memehami tahapan dalam sterilisasi dan

persiapan kandang.

d. Praktek kerja lapangan dapat memahami jenis- jenis serta manfaat dari

desinfektan.

e. Praktek kerja lapangan mampu menjelaskan maanfaat penerapan

biosecurity dalam kandang.

11
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biosekuriti

Biosekuriti merupakan suatu sistem untuk mencegah penyakit baik

klinis maupun subklinis, yang berarti sistem untuk mengoptimalkan produksi

unggas secara keseluruhan, dan merupakan bagian untuk mensejahterakan

hewan (animal welfare) (Winkel, 2010). Dalam tata laksana usaha peternakan

ayam program biosekuriti merupakan suatu hal penting yang harus

dijalankan. Program biosekuriti sebenarnya relatif tidak mahal tetapi

merupakan cara termurah dan efektif dalan mencegah dan mengendalikan

penyakit pada ayam. Bahkan tidak satupun program pencegahan penyakit

dapat bekerja dengan baik tanpa disertai program biosekuriti (Hadi, 2012).

Menurut (Simon, 2011) komponen biosekuriti meliputi suatu

hierarkhi dengan tiga tingkatan yang masing-masing berpengaruh terhadap

biaya dan keefektifan seluruh program diantaranya yaitu biosekuriti

konseptual adalah tingkat pertama, merupakan basis dasar dari seluruh

program pencegahan penyakit. Biosekuriti konseptual meliputi pemilihan

lokasi usaha peternakan disuatu daerah spesifik untuk memisahkan

jenis/umur unggas, mengurangi kepadatan ternak (biodensity) dan

menghindari kontak dengan burung atau unggas yang hidup bebas.

Biosekuriti Struktural adalah biosekuriti tingkat kedua meliputi hal hal

yang berhubungan dengan tataletak (layout) peternakan, pemasangan pagar,

pembuatan saluran pembuangan (drainase), jalan-jalan yang dapat dilalui

untuk segala cuaca (S imon, 2011).

12
Bio sek uriti ope rasional adalah tingkat ketiga, terdiri atas prosedur

manajemen dan rutin yang dimaksudkan untuk mencegah kejadian dan

penyebaran infeksi di dalam kompleks atau perusahaan peternakan (Simon,

2011).

2.2. Sanitasi

''Penjaminan higiene dan sanitasi"adalah pengupayaa n dan

pengondisian untuk mewujudkan lingkungan yang sehat bagi manusia,

hewan, dan produk hewan.Yang dimaksud dengan "higiene" adalah kondisi

lingkungan yang bersih yang dilakukan dengan cara mematikan atau

mencegah hidupnya jasad renik pathogen dan mengurangi jasad renik lainnya

untuk menjaga kesehatan manusia (Sum artini, 2014).

Sanitasi didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara

menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam

rantai perpindahan penyakit tersebut. Yang dimaksud dengan "sa nitasi"

adalah tindakan yangdilakukan terhadap lingkungan untuk mendukung

upayakese hatan manusia dan hewan (Notoadmodjo, 2010).

Sanitasi lingkungan meliputi seluruh kandang dan semua

peralatannya.Pada ayam-ayam dikandang yang sudah terserang wabah maka

benda-benda yang ada didalam kandang seperti litter, kotoran dan sisa-sisa

makanan harus didesinfeksi sampai merata, kemudian dibakar atau

ditanam.Alat-alat peralatan kandang yang berada didalam kandang dise mprot

dengan desinfektan kemudian dikeluarka n dan dijemur selama beberapa hari.

13
Untuk melakukan desinfeksi ini perlu menge nal maam-macam desinfektan,

sifat dan cara penggunaan (Nuriyasa, I.M, 2003).

Sanitasi harus disertai dengan pencegahan penyakit agar ayam betul

betul terjaga kesehatannya.Tujuan dari usaha pencegahan penyakit adalah

mengurangi terjangkitnya penyakit seminimal mungkin, sehingga kerugian

yang ditimbulkan dapat serninimal mungkin.Pengolahan terhadap kandang,

ternak ayam dan peralatannya sehari-hari harus selalu menerapkan prinsip

kesehatan.Sanitasi sering dianggap sebagai salah satu bagian proses cleaning.

Apabila proses cleaning tidak efektif untuk menghilangkan semua tumpukan

kotoran, sangatlah tidak mungkin larutan sanitasi yang digunakan dapat

menjadi efektif. Alasan utama penggunaan prosedur sanitasi yang efektif

adalah untuk membunuh semua organisme penyebab penyakityang mungkin

ada pada peralatan atau perlengkapan setelah dibersihkan, dan dengan

dernikian mencegah pemindahan organisme tersebut kedalam makanan yang

sedang diproses dan selanjutnya pada konsumen.Sela in itu, prosedur sanitasi

dapat mencegah kerusakan makanan.Keberadaan mikroba dilingkungan yang

berhubungan dengan makanan hams dikendalikan dengan ketat (Siregar, A.P,

2015).

Penerapan dari prinsip-prinsip sanitasi adalah untuk memperbaiki,

mempertahankan atau mengembalikan kesehatan yang baik pada manusia.

Dalam indust ri pangan, sanitasi meliputi berbagai kegiatan secara aseptik

dalam persiapan, pengolahan dan pengkemasan produk makanan;

pembersihan dan sanitasi pabrik serta lingkungan pabrik dan kesehatan

14
pekerja. Sedangkan dalam industri peternakan. Prinsip-prinsip sanitasi

dilakukan pada berbagai tahapan rnisalnya pada usaha pembibitan , usaha

pembesaran ternak, pemerahan susu, RPH/RPU, tempat pemrosesan daging

sampai pada penanganan pasca panen, pengolahan dan penyimpanan daging,

susu, telur dan sebagainya (Wijayanti, R.P, 2011).

2.3. Desinfektan

Desinfektan adalah kegiantan merusak seluruh bentuk

mikroorganisme vegetatif dan bentuk spora tidak dapat dirusak dengan cara

ini. Untuk campuran air minum biasanya menggunakanv irusidal, harus hati hati

untuk kandang berbahan besi.Sedangkan untuk semprot lingkungan farm atau

deefing dapat digunakan lysolatau deterjen sehingga menghemat biaya

operasional.Air rninum berklorinasi juga efektif untuk menghambat virus,

namun harus dibuat rniimal 100 ppm.Keberadaan penyakit pada ternak pun

sulit dibatasi keberadaannya pada ternak yang dipelihara. Banyak cara yang

dapat dilakuka n untuk mencegah penyakit diataranya memperhatikan sumber

bibit, vaksinasi yang teratur, menjauhi tempat-tempat yang sebagai sumber

penyakit, kurangi hal-hal yang dapat menyebabkan stress, pengawasan yang

teratur dan pencatatan yang tertib (Sarwono, 2013).

Desinfektan dapat diartikan sebagai bahan kimia yang dapat

digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik

seperti bakteri dan virus, dapat juga untuk membunuh atau menurunkan

jumlah mikroorgani sme atau kuman penyakit lainnya. Bahan desinfektan

dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan.

15
Disenfektan yang tidak berbahaya bagi permuk aan tubuh dapat digunakan

dan bahan ini dinamakan antiseptic (Hadisiswanto, 2012).

Desinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda

mati.Desinfektan dibedaka n menurut kemampuannya membunuh beberapa

kelompok mikroorganisme, dis infektan "tingkat tinggi" dapat membunuh

virus sepert i virus influenz a dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus

polio, hepatitis B atau M. tuberculosis (Departemen Peternakan RI, 2011).

2.4. Vaksin dan Vaksinasi

Vaksin merupakan mikroorganisme agen penyakit yang telah

dilemahkan virulensinya atau dirnatikan dan apabila diberikan pada hewan

tidak menimbu lkan penyakit melainkan dapat merangsang pembentukan zat

kebal yang sesuai dengan jenis vaksinnya (Suska , 2008).

Vaksinasi adalah suatu tindakan dimana hewan dengan sengaja

dimasukan agen penyakit (disebut antigen) yang telah dilemahkan dengan

tujuan untuk merangsang pembentukan daya tahan atau daya kebal tubuh

terhadap suatu penyakit tertentu dan aman untuk tidak menimbulkan

penyakit.Agen tersebut biasanya substansi biologisnya yang terdiri dari

sejumlah jasad renin dari jenis penyakit yang diupayakan untuk dicegah agar

tidak menyerang.Apabila kegagalan vaksinasi terjadi, paramedis harus

menghubungi dokter hewan untuk mengalasisi kegagalan vaksinasi (Akoso,

2003).

Vaksin Newcastle Disease dapat berasal dari virus galur lentogenik,

mesogenik maupun velogenik. Virus lentogenik merupakan strain virus ND

16
yang mempunyai tingkat virulensi dan mortalitasnya rendah yaitu st rain B1

(Hitchner), strain La Sota, strain F (FAO, 2004).

Strain F memiliki tingkat virulensi paling rendah dibandingkan

dengan strain lain pada virus galur lentogenik. Vaksin dengan strain F paling

efektif apabila digunakan secara individu. Strain B1 merniliki tingkat

virulensi lebih tinggi dibandingkan dengan strain F. Aplikasi vaksin strain B1

dilakukan melalui air rninum ata u pen yem protan/ spraying. Pemberian vaksin

B1 dilakukan pada day-old-chick (DOC) kemudian dilanjutkan dengan vaksin

strain La Sota pada umur 18 - 21 hari dan ayam periode bertelur (Fadilah,

2004).

Kolibasilosi merupakan penyakit yang dapt menimbulkan berbagai

kerugian pada peternakan ayam sehubunga n dengan terjadinya kematian,

gangguan pertumbuhan atau produksi, factor pendukung timbulnya berbagai

penyakit lainnya, respon yang kurang optimal terhadap vaksinasi dan

peningkatan biaya pengobatan, pakan, desinfektan serta tenaga kerja.

Dampak pentingnya lainnya pada industry perunggasan akibat kolibasilosis

antara lain adanya peningkatan jumlah ayarn yang diafkir, penurunan kualitas

karkas dan telur, penurunan daya tetas telur dan kualitas anak ayam dan

mendukung tirnbulnya penyakit kompleks yang sulit ditanggulangi (Charles,

2000).

2.4.1. Newcastle Disease (ND)

Nama Newcastle disease (ND atau NCD) diambil dari nama

sebuah kota di Inggris Newcastle on Tyne, tempat penemuan penyakit

ini untuk pertama kali dilaporkan. Kejadian penyakit ND dilaporkan

17
pertama kali pada tahun 1926 di Jawa(lndonesia) dan Newcastle

(lnggris). Tahun 2002, penyakit ND telah menyerangNegara bagian

California di United State of America (USA ) dan menyebabkansekitar

empat juta unggas dimusnahkan (Steneroden, 2004). Sebenarnya,

penyakit ini telah di temukan satu tahun se belumnya 1926 oleh

Kraneveld di Batavia (Jakarta), namun publikasi penyakit tersebut

lebih hebat di Inggris, sehingga nama Newcastle disease (ND) lebih

terkenal di bandingkan nama lokal yang lain. Di India, penyakit ini

dikenal dengan nama Ranikhet disease, yang diambil dari nama

sebuah kota di bagian Utara India (Soeharsono, 2005).

Newcastle Disease (ND) merupakan masalah besar bagi dunia

peternakan, karena penyakit ini dapat menimbulkan morbiditas dan

mortalitas yang sangat tinggi (mencapai 100%) dan waktu

penyebarannya yang sangat cepat (Tabbu, 2000).

Penyakit Newcastle Disease (ND) dapat menimbulkan

kerugikan ekonorni yang sangat besar bagi para peternak. Secara

teknik, penyakit ND pada unggas dapat dikendalikan dengan baik,

karena telah tersedia berbagai macam vaksin untuk melindungi unggas

dari serangan ND. Di daerah endemik, seperti Indonesia, pembebasan

penyakit ND sangat sulit di lakukan , karena jenis unggas yang

membawa virus ND sangat banyak termasuk burung liar, oleh sebab

itu keberhasilan pengendalian ND sangat bergantung pada

18
pelaksa naan program immunisasi di lokasi ternak tersebut.

(Soeharsono, 2005).

2.4.2. .Virus Newcastle Disease

Ne wcastle Disease (ND) merupakan salah satu penyakit yang

sangat penting pada unggas (Alexander, 2003).Penyakit ND adalah

penyakit viral pada unggas yang fatal (mematikan). Di Indonesia

penyakit ini juga populer sebagai tetelo, diambil dari nama dalam

bahasa Jawa tetelo (Santhia, 2003).

Menurut Tabbu (2000) serangan pada ayam adalah yang paling

dikenal dengan gejala klinis seperti terkena pilek (hidung berair dan

tersumbat), mengorok , sayap turun lemas (terkulai), kaki terseret,

sampai kepala terkulai atau melipat (tortikolis) dan pada unggas

muda, serangan ini dapat segera berakhir dengan kematian, sedangkan

pada unggas dewasa, kematian biasa nya terjadi dua sampai tiga hari

setelah gejala pertama kali terlihat. ND juga menyerang itik manila.

Virus ND mempunyai dua protein utama yang terdapat pada

envelope, yaitu protein yang berfungsi untuk attach ment virus, yang

terdiri dari protein fusi hemaglutinin/ne uramidase dan protein fusion

( F ).H emaglutinin merupakan protein untuk menempel dan mengikat

reseptor pada bagian luar membran sel inang, terrnasuk juga pada

membran luar sel darah merah.Neuramidase merupakan protein aktif

yang merupakan enzim untuk pelepasan virus ND dari membran luar

sel inang setelah selesai menginfeksi. Protein F pada virus ND

19
ber fungsi untuk proses penyatuan envelope virus dengan membran sel

hospes sebagai target infeksi dan replikasi virus (Grimes, 2002).

Vaksinasi akan berhasil bila ditunjang dengan penggunaan

vaksin yang berkualitas tinggi serta cara persiapan dan pelaksanaan

vaksinasi yang benar. Prinsip dasarvaksinasi adalah antigen vaksin

harus diberikan terlebih dahulu pada aya m se belum terjadinya proses

infeksi oleh virus lapang. Vaksinasi yang optimal yaitu dengan

memberikan vaksin yang dapat memberikan perlindungan

menyeluruh pada semua ayam (Machdurn, 2009).

Kualitas vaksin yang baik sangat dipengaruhi oleh cara

pembuatan vaksin, proses pendistribusian sampai ke peternakan dan

penyimpanan sebelum pelaksanaan vaksinasi. Efektifitas vaksin

ditentukan oleh jurnlah titer virus dan masa kadaluarsa.Selain itu,

program vaksinasi, vaksinator, dan peralatan vaksinasi beserta

sarana/prasarana peternakan ayam memegang peranan dalam

keberhasilan penanggulangan penyakit yang disebabkan oleh virus

(Machdum, 2009).

Menurut Burgos (2007), vaksinasi pada unggas dapat

memberikan basil yang bervariasi tergantung pada kondisi penerapan

di lokasi. Vaksin dapat menurunkan peluang ekskresi virus dan

dinamika penularan, meningkatkan resistensi terhadap infeksi dan

mengurangi timbulnya gejala klinis.Vaksinasi telah terbukti nyata

mampu menurunkan peluang terjadinya ekskresi virus sehingga

20
penyebaran virus di lingkungan dapat dihindari.Tujuan vaksinasi

adalah untuk pencegahan penyakit yang disebabkan oleh virus

temtama untuk mengurangi gejala klinis dan kematian.

Prinsip dasar digunakan vaksin untuk pencegahan penyakit

viral adalah penyakit tersebut telah terbukti terdapat pada suatu

wilayah atau daerah lokasi peternakan.Vaksin yang digunakan hams

mengandung konsentrasi antigen yang cukup untuk menstimulasi

terjadinya kekebalan pada ayam dan menggunakan adjuvant yang

berkualitas tinggi untuk mengurangi stres pada ayam serta mempunyai

tingkat keamanan, potensi, dan efektifitas yang tinggi (Machdum,

2009).

Manfaat melakukan vaksinasi terhadap penyakit yang

disebabkan oleh virus adalah mencegah kemgian ekonorni yang

diakibatkan terjadinya kasus penyakit yaitu dengan menekan

kematian, gangguan pertumbuhan dan penumnan produksi

telur.Vaksinasi juga diharapkan dapat menekan penyebaran virus

(shedding) dan kematian ayam yang peka terhadap infeksi virus

penyakit.Vaksinasi tidak dapat menghilangkan infeksi tergantung

tingkat kesakitan pada ayam, ataup un penyebaran virus pada

lingkungan jika pada kenyataannya jumlah bibit penyakit yang ada

dilingkungan/dilapangan jauh lebih besar dibandingkan jumlah

antibody dalam tubuh ayam.Vaksinasi hams disertai tindakan

biosekuriti (Machdum, 2009).

21
Efektifitas program vaksinasi dapat dilihat dari peningkatan

secara keseluru han status kesehatan dan produktifitas dari populasi

yang telah divaksinasi. Indikatornya adalah tingkat mortalitas dan

mobiditas, parameter lainnya seperti rasio konversi pakan/Feed

Convertion Ratio (FCR), pencapaian bobot badan dan keseragaman

(uniformity), produksi telur dan kualitas telur yang dihasilkan

(Marangon dan Busani, 2006).

2.5 Ayam Petelur

Ayam petelur adalah ayam betina dewasa yang dipelihara khusus

untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas ada lah berasal dari ayam

hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup

banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara

ketat oleh para pakar Ayam itu sendiri terbagi ke dalam dua jenis yaitu aya m

jenis pedaging dan ayam jenis petelur. Ayam jenis pedaging, pastinya

dibudidayakan karena untuk dihasilkan daging dalam jumlah yang banyak

dengan kualitas yang baik, sedangkan ayam petelur juga dibudidaya untuk

menghasilkan telur dengan jurnlah yang banyak dan kualitas yang baik

(Anonim, 2012).

Ayam ini tubuhnya relatif lebih kecil. Produksi telurnya antara 250

sampai 280 butir per tahun. Telur pertama dihasilkan pada saat berumur 5

bulan dan akan terns menghasilkan telur sa mpai umurn ya mencapai umur 2

tahun. Umurnnya produksi telur yang terbaik akan diperoleh pada tahun

pertama ayam mulai bertelur. Produksi telur pada tahun-tahun ber ikutnya

22
ce nderung akan terns menurun. Sebelum tahun 1940, peternakan ayam

petelur hanyalah merupakan usaha sampingan pertanian belaka. Jumlah ayam

yang dipiara para petani hanya kecil, 20-150 ekor saja, sekedar memenuhi

kebutuhan keluarga dan kalau sisa prod uksi baru dijual kepasar. Pada saat

tersebut, ayam dipiara tanpa kandang; dilepas dan bebas berkeliaran ke mana

pun. Akan tetapi karena adanya suatu pemikiran bahwa ayam yang

berkeliaran itu dianggap berbahaya bagi penyebaran penyakit, kemanusiaan,

ayam-ayam tersebut harus dikurung atau dibuatkan kandang. Ternyata ayam

yang hidupnya terkurung pun produksinya tidak mengecewakan, justru bagus

dan tidak mengganggu serta menghemat tempat. Sistem pemeliharaan ayam

terkurung yang produksinya bagus itu menarik perhatian para peternak

(Kartasujana, 2005).

Pemeliharaan ayam petelur membutuhkan penanganan khusus dan

sangat penting untuk diperhatian. Karena dengan pemeliharaan yang baik

akan menghasilkan pertumbuhan ayam yang baik, kondisi aya m yang sehat,

tingkat mortalitas yang rendah dan pada akhirnya akan menghasilkan ayam

petelur dengan produksi telur yang tinggi.

Usaha ternak ayam seperti halnya usaha-usaha ternak lainnya, yakni

dengan tujuan untuk mengejar keuntungan yang setinggi-tingginya dengan

biaya produksi yang serendah-rendahnya. Oleh karena itu agar usaha

peternakan itu bisa berkembang serta menguntungkan perlu diatur segi

manajemen pemeliharaan yang bisa di pertanggungjawabkan secara baik dan

ekonomis (Matitaputy, 2006).

23
BAB 3MATERI DAN METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1. Waktu dan Tempat

Praktek Kerja Lapangan TernakUnggas dilaksanakan di

Laboratorium Peternakan Dan Perikanan Universitas Tadulako,di Desa

Sibalaya Selatan, Kecamatan Tanambulava, Kabupate n Sigi, Provinsi

Sulawesi Tengah. Pelaksanaan ini kurang lebih I bulan yaitu 30 hari, dari

22juni sampai 22 juli 2019.

3.2. Materi dan Metode Praktek Kerja Lapangan

Metode pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini dengan

mengikuti secara langsung sem ua kegiatan pemeliharaan ayam petelur.

Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara:

1. Observasi/pengamatan

Observasi merupakan suatu metode yang digunakan dengan cara

melakukan pengamatan secara langsung serta mencari dan mencatat

tentang berbagai hal yang ada hubungannya dengan sanitasi lingkungan

ayam petelur.

2. Interview/wawancara

Metode ini merupakan pengumpulan data dengan cara melakukan

tanya jawab secara langsung kepada Dasen, Mahasiswa penelitian, Serta

pihak-pihak yang dianggap perlu untuk mendapatkan informasi yang

lebih banyak dan lebih jelas mengenai saitasi lingkungan ayam petelur.

24
3. Praktek Lapangan

Kegiatan ini merupakan keikutsertaan dalam pelaksanaan praktek

kerja lapangan (PKL) sanitasi lingkungan ayam petelur.kegiatan

harian yang kami lakukan mulai pagi hari darijam 07:00 dengan

membersihkan tempat pakan, tempat air minum dan membersihkan

kandang, kemudia n memberikan pakan yang barn, air minum yang

baru sehingga produksi telur aya m maksimal dan ayam terhindar dari

stress. Pada siang hari jam 11:00 kami mengecek/mengontrol air

minum, telur yg tersingga kami keluarkan agar tidak terkena veses

ayam. Kemudian so re hari jam 16:00 kami mengumpu lkan telur ayam,

menghitung produksi telur dan menimbang berat telur, kami lakukan

selama 30 haridari 22 juni sampai 22 juli 2019.Agar kami dapat

mengetahui seran gkaian kegiatan yang dilaksanakan dan memperoleh

pengalaman serta wawasan kerja secara langsung.

4. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakuka n dengan mencari informasi atau refere nsi

pendukung yang berkaitan dengan sanitasi lingkungan ayam petelur yang

dilakukan dengan cara memanfaatkan data pustaka yang tersedia

misalnya buku, jurnal, majalah ilmiah dan lain sebagainya.

3.3 Kegiatan yang Dilaksanakan

Prosedur atau cara kerja sanitasi kandang ayam petelur dapat dilakuka n

dengan cara sebagai berikut:

25
a. Menyiapkan alat dan bahan

1. Alat

Sapu, Sikat, Skop, Spons dan Arco

2. Bahan

Air, Desifektan, Sekam padi dan Vita Strees.

b. Kandang disemprot dengan insektisida

c. Melakukan pembasmian tikus (pest control)

d. Mengeluarkan peralatan kandang dan dicuci dengan desinfektan

e. Kotoran diangkat, di kumpulkan di satu tempat untuk membuat

pupuk kandang.

f. Mencuci kandang dan peralatan kandang

g. Mencuci dengan deterjen dan desinfektan

h. Semprot dengan desinfektan

1. Peralatan dipasang dan sekam ditaburkan sekam padi yang baru

J. Semprot dengan desinfektan (kandang, alat dan litter)

26
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Unit Praktik Kerja

Lapangan 4.1.lKondisi Wilayah

Laboratorium Peternakan Dan Perikanan Universitas Tadulako,

di Desa Sibalaya Selatan, Kecamatan Tanambulava, Kabupaten Sigi ,

Provinsi Sulawesi Tengah.Tempat penelitian dan praktek kerja

lapangan sebagian besar mahasiswa Universitas Tadulako , khususnya

mahasiswa Peternakan.

Keadaan daerah ini cocok untuk lokasi peternakan ayam petelur

karena tidak terlalu dekat dari pemukimansetempat. Kebutuhan air

selalu tercu kupi, walaupun musim kemarau panjang air masih tersedia.

Keadaan ini sangat mendukung praktek kerja lapangan (PKL)

mahasiswa Peternakan, khususnya ayam petelur yang sangat

membutuhkan air dalam pemeliharaannya.

4.1.2 Manajemen Pemeliharaan

Manajemen pemeliharaan ayam petelur merupakan kegiatan

untuk mengetahui pemeliharaan ayam petelur mulai dari pemberian

pakan, pengobatan, vaksinasi dan penyeleksian telur sehingga dapat

mengetahui manajemen pemeliharaan ayam tersebut baik atau tidak.

Hasil dari praktek kerja lapangan yang di lakukan, yaitu ayam petelur

yang di pelihara dengan kapasitas total 180 ekor.Peralatan pakan dan

minum.Lantai kandang menggunakan sekam padi.Ayam dipelihara

dalam kandang baterai.

27
4.1.3 Manajemen Perkandangan

Sistem perkandangan yang diterapkanmerupakan sistem

perkandangan intensif, aktivitas ternak sangat terbatas dalam kandang

semua kebutuhan hidup ternak tergantung pada peternak. Kelebihan

sistem tersebut memudahkan pengawa san, pengaturan suhu dan

kelembaban, pengaturan cahaya, mempunyai ventilasi yang baik serta

penyebaran penyakit mudah diatasi.

a. Lokasi Kandang

Bangunan kandang didirikan di dalam ruangan

sehinggakandang tidak kemasukan air dari akibat hujan dan

sebagainya.kandang harus jauh dari sumber kebisingan dan jauh dari

pemukiman.

b. Konstruksi Kandang

Kandang ayam petelur menggunakan sistem batte ray,

kelebihan dari model ini adalah kotoran ayam dapat langsung jatuh

ke kolong kandang sehingga memudahkan dalam pembersihannya.

Kesehatanayam dapat terkontrol, memudahkan pengontrolan pakan,

kanibalisme dapat terhindar dan penyakit tidak mudah menular.

Bentuk kandang batteray yang digunakan pada peternakan

tersebut yaitu kandang batteray yang disusun seperti tangga denga n

ukuran tiap kotak dengan panjang 39 cm, lebar 22 cm, tinggi

belakang 31 cm dan tinggi depan 33 cm dengan kemiringan 5 cm.

Ukuran kandang tidak te lalu sempit sehingga ayam tidak

mengalami

28
kesulitan bergerak. Kebebasan bergerak ini akan menimbulkan ayam

menjadi tidak stress sehingga kandang mampu berfungsi

sebagaimana mestinya.

c. Atap

Bentuk atap mempengaruhi sirkulasi udara dari luar kandang

ke dalam kandang dan sebaliknya. Oleh karena itu atap harus ses uai

dengan penggunaan kandang dan fase pemeliharaan kandang.

Kandang ayam petelur.

d. Dinding

Dinding kandang pada ayam petelur menggunakan jenis

dinding terbuka. Mengunakan dinding yang terbuat dari besi. Di

daerah tropis dinding umurnnya terbuka.

e. Lantai

Lantai yang digunakan adalah lantai cor kemudian di lapisi

memakai sekam padi agar veses ayam petelur bisa terserap.

29
4.2.Kegiatan yangDilak.wlakan

4.21Manajemen Kesehatan/ Sanitasi

Sanitasi lingkungan kandang dilakukan dengan cara

membersihkan lingkungan sekitar kandang dari sampah dan kotoran.

Hal ini dilakukan dengan cara menyapu lingkunga n sekitar kandang

yang dilakukan setiap hari. Sanitasi bertujuan untuk mencegah

terjadinya serangan penyakit yang disebabka n karena lingkungan yang

kotor.

Sanitasi kandang dalam praktikum yang karni lakuk an dengan

pembersihan kandang selama 30 hari berturut-turut ini bertujuan untuk

penularan penyakit dapat dicegah seminimal mungkin serta mencegah

berkembangnya rnikroorganisme seperti bakteri, virus, protozoa dan

lainnya yang menimbulkanberbagai penyakit pada ayam petelur.

Sanitasi lingkungan meliputi seluruh kandang dan semua

peralatannya.Pada ayam-ayam dikandang yang sudah terserang wabah

maka benda-benda yang ada didalam kandang seperti litter, kotoran,

sisa-sisa makanan harus bersihkan dan didesinfeksi sampai merata,

kemudian dibakar atau ditanam.Alat-alat peralatan kandang yang

berada didalam kandang di keluarkan kemudian dicuci bersih dan

dijemur selama beberapa hari agar bakteri atau virus yang menempel

tidak ada lagi atau steril.Sanitasi yang karni lakukan pada saat praktek

kerja lapangan yaitu agar ayam petelur terhidar dari penyakit dan virus

sehingga produksi telur yang di hasilkan efisien.

30
BABSKESIMPULANDANSARAN

5.1.Kesirnpulan

a. Sanita si kandang ayam layer (ayam petelur) di Laboratorium Fakultas

Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako di Desa Sibalaya Selatan,

Kecamatan Tanambulava, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah,

dapat dinyatakan belum memenuhi sta ndar karena minimnya peralatan

kebersihan kandang.

b. Meminimalisir kerugian karena penyakit.

c. Memberikan kenyamanan kepada ternak, peternak dan lingkungan

sekitarnya.

d. Agar meningkatnya produksi telur ayam.

5.2Saran

Di harapkan kepada mahasiswa yang praktek kerja lapangan

(PKL),Lokasi Laboratorium Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas

Tadulako di Desa Sibalaya Selat an, Kecamatan Tanambulava, Kabupaten

Sigi, Provinsi Sulawes i Tengah. Selanjutnya agar memperhatikan situasi

kandang dan lingkungansekitar kandang, bekerja dengan teliti pada saat

praktek kerja lapangan (PKL), jangan sampai membiarkan kandang rusak.

Jangan lupa mengenakan masker ketika bekerja agar tidak terkena penyakit

atau virus yang terdapat pada ternak, dansebaiknya dilengkapi peralatan

kebersihan kandang, agar kandang bisa jauh lebih bersih dan steril, Sehingga

mencegah ternak terkena penyakit dan virus.

31
DAFTAR PUSTAKA

Akoso, B. T. 1998. Kesehatan Unggas. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Anonim. 2012. Man agement Peternakan Ayam. http://www.glory-farm.com.


(Diakses Tanggal 1 Oktober 2015).

Charles, AL, Chang Y-H, Ko W-C, Sriroth K, Huang T-C. 2004. Some physical
and chemical properties of starch isolates of cassava genotypes.
St arch/Starke 56 413-418.

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogo r.2011. Buku Data Peternakan
Tahun 2009. Bogor: Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Bogor.

Fadilah, 2004. Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara Mengatasinya.Jakarta:


Agromedia Pustak a.

Hadi, Muljana. 2012. Sanitasi dan Higien.Aneka ilmu : Semarang

Hadisiswanto.2012. Kamus popular kesehatan lingkungan.EGC : Jakarta

Marangon S, Busa ni L. 2006. The Use of Vaccination in Poultry Production. Rev.


sci. tech. Off. int. Epiz.Volume 26 (1): 265-274.

Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nuriyasa, I.M. 2003.Pengaruh Tingkat Kepadatan dan Kecepatan Angin Dalam


Kandang Terh adap Indeks Ketidaknyamanan dan Penampilan Ayam
Pedaging. Majalah Ilmiah Peternakan, Fakultas Petemakan, Unud. Hal 99-
103.

Sarwono, 2013.Sosialisasi kesehatan Beberapa konsep dan aplikasinya. Gadja


mada university dekan: Yogyakarta.

Santhia, 2003.Strategi Diagnosa dan Penanggulangan Newcastle


Disease.Prosiding seminar regional perunggasan. Universitas Udayana.
Denpasar.

Simon. 2011. Program Sanitasi. Puspasw ar : Jakarta

Siregar, A.P, 2015. Teknik Berternak Ayam Petelur di Indonesia. Magie Grup :
Jakarta.

32
Siswadi, 2013.Uji Sistem Pemberian Nutrisi dan Macam Media Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Selada (Lactuca sativa L) Hidroponik.Jurnal
Agronomika.Surakarta ;Vol. 08. No. 01.

Soeharsono, 2005. Zoonosis Penyakit Menular dari Hewan Ke


Manusia.Yogyakarta : Kaninus.

Steneroden, K. 2004. Newcastle Disease. Iowa USA: Center Food Security dan
PublicHealth Iowa State University.

Sum artini ,2014.Hubungan Antara Tingkat Pengeta huan Peternak Dengan


Keadaan Sanitasi Kandang Ternak Dalam Upa ya Pencegahan Penyakit.
Universitas Udayana : Bali.

Tabbu C.R. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Penerbit Kanisius.


Yogyakarta.

Winkel, 2010.Ilmu peternakan. Gsdja mada university Tekan: Yogyakarta.

Wijayanti, 2011. Pengaruh suhu kandang yang berbeda terhadap performans


ayam petelur periode starter. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya,
Malang.

33
DOKUMENTASI
1. Mengangkat feses ayam petelur dan membersihkan sekam padi yang lama.

34
2. Menga mbil sekam padi untuk kandang ayam petelur

35
3. Menaburkan sekam padi yang baru untuk kandang ayam petelur

36

Anda mungkin juga menyukai