Anda di halaman 1dari 26

EFEKTIVITAS PENYULUHAN PETERNAKAN DALAM

PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI


DESA PEWUNU KECAMAT DOLO BARAT KABUPATEN
SIGI

PROPOSAL

SALSA NURFIRANI

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
EFEKTIVITAS PENYULUHAN PETERNAKAN DALAM
PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI POTONGDI DESA
PEWUNU KECAMATAN DOLO BARAT KABUPATEN SIGI

PROPOSAL

Di Susun Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Melaksanakan Penelitian

Oleh :

SALSA NURFIRANI
O 121 18 227

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Efektivitas penyuluhan peternakan dalam pengembangan


usaha ternak sapi potong di Desa Pewunu Kecamatan
ii
Dolo Barat Kabupaten Sigi
Nama : Salsa nurfirani
No. Stambuk : O 121 18 227
Jurusan : Peternakan
Program Studi : Peternakan
Fakultas : Peternakan dan Perikanan
Universitas : Tadulako
Pelaksanaan :

Palu 2022

Menyetujui,

PembimbingUtama PembimbingAnggota

Dr. Ir.Hj. Ritha Rahayu MSi Dr. Ir. Suharno H. Syukur, M.P
NIP. 19600912 198601 2 001 NIP. 196006061989031001

Menyetujui,
Ketua Program Studi
Peternakan

Dr.Ir.UmmianiHatta, S.pt., MP, IPM


NIP. 197112091999032001
DAFTAR ISI

Halaman

iii
SAMPUL .................................................................................................................
i SAMPUL DALAM ................................................................................................
ii HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................
iii DAFTAR
ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................. v
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................
1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian ..........................................................................................
2
1.3 Manfaat Penelitian ........................................................................................
2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................


3
2.1 Efektivitas .....................................................................................................
3
2.2 Ukuran efektivitas ....................................................................................... 4
2.3 Pengertian penyuluhan ................................................................................ 6
2.4 Fungsi penyuluhan........................................................................................
9
2.5 Unsur-unsur penyuluhan peternakan ............................................................
9
2.6 Perencanaan kegiatan penyuluhan ..............................................................
10
2.7 Pengembangan usaha ternak sapi potong di indonesia ............................ 12

BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................... 14


3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ................................................................. 14
3.2 Desain Penelitian ....................................................................................... 14
3.2.1 Metode Penelitian ................................................................................. 14
3.2.2 Jenis Penelitian ..................................................................................... 14
3.3 Populasi dan Sampel................................................................................... 14
3.3.1 Metode Pengambilan Sampel ............................................................... 15
3.4 Teknik pengumpulan data ..........................................................................
16
3.5 Jenis dan sumber data .................................................................................
16
3.6 Analisis data .............................................................................................. 17
3.7 Definisi Operasional ................................................................................. 18

DAFTAR PUSATAKA .......................................................................................


19

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 Efektivitas penyuluhan peternakan Berdasarkan jumlah ternak Di Desa
Pewunu kecamatan Dolo Barat Kabupaten Sigi……………………..17

v
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha ternak sapi potong dapat di katakan berhasil apabila telah memberikan

kontribusi pendapatan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup peternak sehari-hari,

hal ini dapat dilihat dari berkembangnya jumlah kepemilikan ternak, pertumbuhan

berat badan ternak dan tambahan pendapatan rumah tangga. Pengelolaan dan

pemeliharaan sapi potong adalah salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan

rumah tangga (Abidin, 2002).

Di Sulawesi Tengah, usaha peternakan terutama sapi potong, masih di

dominasi oleh para petani-ternak dengan metode pemeliharaannya sampingan

(tradisional), dimana ternak dilepas sepanjang hari, bulan, bahkan tahun, tanpa ada

kontrol dari pemiliknya. Sapi mendapat pakannya, baik dari segi kuantitas

maupun kualitasnya, sangat tergantung pada lahan penggembalaan yang ada di

suatu daerah. Jika, demikian akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap

performans produktifitas sapi induk terutama terhadap tingkat reproduksi

(persentase kelahiran anak).

Kepala Dinas Pertanian,Peternakan dan perikanan Kabupaten Sigi ,Sulawesi

tengah, Agus lamakarate mengatakan bahwa pemerintah pusat telah menetapkan

Kabupaten Sigi sebagai daerah sentra nasional untuk pengembangan sapi

potong.“Kami bertekat menyukseskan program tersebut dan optimis program Itu

berhasil karena Kabupaten Sigi masih memiliki potensi lahan untuk

pengembangan usaha peternakan sapi potong yang cukup luas,” Kata Agus

Lamakarate di palu,Jumat. Ia tidak merinci, kecuali mengatakan lahan pakan

yang tersediapun cukup luas tersebar di 15 kecamatan di Kabupaten Sigi.


2

menurut dia, jika program pemerintah pusat dan daerah dimaksud

mendapat dukungan penuh masyarakat, niscaya Sigi menjadi sentra produksi

ternak sapi potong yang juga akan memenbeikan kontribusi besar terhadap

pencapaian swasembada daging nasional.Agus juga mengatakan populasi ternak

sapi di Kabupaten Sigi pada tahun 2013 sekitar 26 ekor dan meningkat menjadi

28.131 ribu ekor 2014. pada tahun 2015 ini Pembkab Sigi yakin populasi ternak

sapi di daerah itu akan meningkat menjadi 30 ribu ekor

Efektivitas kegiatan penyuluhan perlu menggunakan metode, teknik dan alat

bantu penyuluhan yang tepat guna, sehingga sasaran dapat mendengar, melihatdan

merasakan atau melaksanakan contoh-contoh yang diperagakan.pemilihan metode

atau cara pendekatan yang tepat sangat mempengaruhi keberhasilan penyuluhan,

sehingga para petugas penyuluhan harus memilih dan menentukan metode yang

tepat sesuai dengan situasi dan kondisi peternak, agar informasi yang di

sampaikan dapat di terima dan diterapkan oelah peternak (Sugarda, 1980)

mengatakan bahwa pendididkan penyuluhan harus merupakan kombinasi metode

mengajar, karena kemampuan sasaran adalah berbeda-beda dalam menerima

pelajaran.

1.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan karakteristik peternak dengan tingkat

efektifitas penyuluhan usaha peternakan sapi potong

2. Untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan metode pengembangan

ternak sapi potong Di Desa Pewunu Kecamatan Dolo Barat Kabupates Sigi
3

1.3 Manfaat Penelitian

Dapat memberikan masukan kepada pemerintah daerah untuk

mengambil langkah-langkah kebijakan dalam pembangunan ekonomi terpadu,

termasuk pembangunan peternakan di daerah Sulawesi Tengah khususnya di Desa

Pewunu Kecamatan Dolo Barat Kabupaten Sigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efektivitas

Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata efektif mempunyai arti efek,

pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Jadi, efektivitas adalah keaktifan,

dayaguna, adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan


4

tugas dengan sasaran yang dituju. Efektvitas padadasarnya menunjukan pada taraf

tercapainya hasil,sering atau senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien,

meskipun sebenarnya ada perbedaan di antara keduannya. Efektivitas menekankan

pada hasil yangdi capai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara

mencapai hasil yang di capai itu dengan membandingkan antara input dan

outputnya (Siagaan,2001).

Menurut Abdurahman (2008), efektifitas adalah pemnafaatan sumberdaya,

sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan

sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya. Dapat

disimpulkan bahwa efektifitas berkaitan dengan terlaksannya semua tugas pokok,

tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan partisipasi aktif dari anggota serta

merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang di nyatakan, dan menunjukan

derajat kesesuaian antara tujuan yang di nyatakan dengan hasil yang dicapai.

Pengertian umum tentang efektifitas menurut Hardjana A (2001) dalam

audit komunikasi adalah

1.mengerjakan hal-hal yang benar

2.mencapai tingkat di atas pesaing

3.membawa hasil

4.menangai tantangan masa depan


5

5.meningkatkan laba keuntungan

6.mengoptimalkan penggunaan sumber daya. Hardjana A (2001)

Agung kurniawan dalam transformasi pelayanan public mendefinisikan

efektifitas,sebagai berikut: “Efektifitas adalah kemampuan melaksanakan tugas,

fungsi (operasi kegiatan program atau isi) dari pada suatu organisasi atau

sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan di antara pelaksaannya“

(Kurniawan,2005).

2.2 Ukuran Efektivitas

Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang sangat

sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan

tergantung pada siapa yang menilai serta mengiterpretasikannya. Bila dipandang

dari sudut produktivitas, maka seorang manajer produksi memberikan pemahaman

bahwa efektivitas berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa. Tingkat

efektivitas yang dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah

ditentukan dengan hai nyata yang telah di wujudkan. Namun, jika usaha atau hasil

pekerjaan dan tindakan yang di lakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan

tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan,maka hal itu dikatakan tidak efektif

Siagian (1978). Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan efektif

atau tidak, sebagai mana dikemukakan oleh Siagian (1978), yaitu:

a. Kejelasan tujuan yang hendak di capai, dan tujuan hal ini di maksudkan

supaya karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan

tujuan organisasi dapat tercapai.

b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi adalah

“pada jalan“yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam mencapai


6

sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak tersesat dalam

pencaapian tujuan organisasi

c. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan

tujuan yang hedak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan artinya kebijakan

harus mampu menjebatani tujuan –tujuann dengan usaha-usaha pelaksanaan

kegiatan operasional.

d. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan sekarang apa

yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.

e. Penyususn program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu dijabrkan

dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab apabila tidak, para

pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak dan bekerja.

f. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas

organisasi adalah kemampuan bekerja secara produktif. Dengan sarana dan

prasarana yang tersedia dan mungkin disedakan oleh organisasi

g. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu program

apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka organisasi tersebut

tidak akan mencapai sasaranya, karena dengan pelaksaan organisasi semakin

di dekatkan oleh organisasi

h. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik mengingat sifat

manusia yang tidak sempurna maka efektivitas organisasi menurut terdapatnya

sistem pengawasan dan pengendalian

Adapun kriteria untuk mengukur efektifitas suatu oragnisasi ada tiga

penedakatan yang dapat digunakan, seperti yang dikemukakan oleh Martini dan

Lubis (1987), yakni


7

1. Pendekatan sumber (resurce approach) yakni mengukur efektivitas dari

input. Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk

memperoleh sumber daya, baik fisik maupun nonfisik yang sesuai dengan

kebuthan organisasai

2. Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat sejauh mana

efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses internal dan

mekanisme organisasi.

3. Pendekatan secara sasaran (goals approach) dimana pusat perhatian pada

output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output)

yang sesuai dengan rencana.

Selanjutnya Tangkilisan (2005) menegemukakan 5 (lima) kriteria dalam

pengukuran efektivitas, yaitu:

1. Produktivitas

2. Kemampuan adapatasi kerja

3. Keputusan kerja

4. Kemampuan berlaba

5. Pencarian sumber daya

Sedangkan Duncan yang di kutip Richard M. Steers (1985) dalam bukunya

“efektivitas organisasi“ mengatakan mengenai ukuran efektivita, sebagai berikut:


8

1. Pencapaian tujuan

Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus di pandang sebagai

suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakain terjamin,

diperlukan pentahapan-pentahapan dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan

terdiri dari beberapa faktor yaitu kurun waku dan sasaran yang merupakan target

kongkrit.

2. Integrasi

Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk

mengadakan sosialisasi pengembangan konsesus dan komunikasi dengan berbagai

macam organiasasi lainya. Intergrasi menyangkut proses sosialisasi

3. Adaptasi

Adapatasi adalah kemampuan organisasi untuk meneyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses pengadaan dan pengisian

tenaga kerja

2.3 Pengertian penyuluhan

Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang

mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar

dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan .

penyuluhan dapat dipadang sebagai suatu bentuk pendiddkan untuk orang dewasa.

Dalam bukunyavan den ban (1999) ditulisakan bahwa penyuluhan merupakan

keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar

dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa

membuat keputusan yang benar (Setiana.L.2005),

Definisi penyuluhan menurut Ibrahim (2003) penyuluhan berasal dari kata


9

suluh yang berarti obor atau pelita memberi terang. Dengan penyuluhan diharpkan

terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap, pengetahuan di katakan

meningkat bila terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan sudah tahu

menjadi lebih tahu. Keterampilan di katakana meningkat bila terjadi perubahan

dari yang tidak mampu menjadi mampu melakukan suatu pekerjaan yang

bermanfaatat. Sikap dikatakan meningkat, apabila terjadi perubahan dari yang

tidak mau menjadi mau memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang diciptakan.

Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku dikalangan masyarakat agar

mereka tahu, mau dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya

peningkatan produksi pendapatan/keuntungan dan perbaikan kesejahteraanya.

Dalam perkembanganya, penegertian tentang penyuluhan tidak sekedar diartikan

sebagai kegiatan penerangan,yang bersifat searah (one way) dan pasif. Tetapi,

penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan

yang disusluh agar terbangun prose perubahan perilaku (behavior) yang

merupakan perwujudan dari: pengetahuan, sikap, dan keterampilan seseorang

yang dapat diamati oleh orang pihak lain, baik secara langsung (berupa: ucapan,

tindakan, bahasa tubuh dll). Maupun tidak langsung (melalui kinerja dan atau

hasil kerjanya). Dengan kata lain, kegiatan penyuluhan tidak berhenti pada

penyebar luasan informasi/inovasi dan memberikan penerangan, tetapi merupakan

proses yang di lakukan secara terus menerus, sekuat tenaga dan pikiran, memakan

waktu dan melelahkan sampai terjadinya perubahan perilaku yang di tunjukan

oleh penerima manfaat penyuluh yang menjadi klien penyulu, (Ibrahim,2003).

2.4 Fungsi penyuluhan

Ada empat fungsi penyuluhan peternakan yait;


10

1. Pembuka jalan bagi peternakan untuk mendaptkan kebutuhannya dibidang

peternakan khususnya ilmu pengetahuan

2. Sebagai sarana atau wadah penyebaran inovasi baru

3. Media penghubung antara lembaga penelitian, pemerintah dan penerima

4. Menterjemahkan inovasi atau gagasan ide baru ke dalam bahasa yang

mudah diserap dan di pahami

2.5 Unsur-Unsur Penyuluhan Peternakan

1. penyuluh peternakan, penyuluh peternakan adalah orang mengembangkan

tugas memberikan dorongan dan mengarah kepada peternak agar mau

mengubah cara befikir, sikap dan perilaku nya terhadap perkebangan

teknologi.

2. Sasaran penyuhan peternakan, sasaran penyuhan peternakan adalah

audiens yang akan diberikan materi penyuluhan

3. Media penyuluh peternakan, media penyuluhan adalah saluran yang

menghubungkan penyuluh dengan materi penyuluhannya dengan peternak

yang sedang mengikuti penyuluhan

4. Materi penyuluhan peternakan,berupa ilmu pengetahuan dan teknologi

peternakan yang disampaikan pada saat melakukan penyuluhan.

5. Waktu penyuluhan peternakan, merupaka waktu yang dipilih seorang

penyuluh untuk melakukan pendekatan-pendekatan kepada peternak.

6. Tempat penyuluhan peternakan,tempat yang strategis dan mudah dijngkau

oleh peternak untuk melangsungkan kegiatan penyuluhan

2.6 Perencanaan kegiatan penyuluhan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksaanakan kegiatan penyuluhan


11

peternakan (Muhammad Hairul, 2017).

1. Pengumupulan data

Pengumpulan data merupakan kegiatan pengumpulan data-data dasar atau

fakta yang diperlukan untuk menentukan masalah, tujuan, dan cara

mencapai tujuan atau kegiatan yang akan direncanakan.

2. Analisis keadaan.

Tahap ini merupakan tahap penganalisisan data yang diperoleh dari

lapangan,termasuk di dalamnya menganalisis sumber daya yang potensial

untuk dikembangkan, perilaku masyarakat sasaran,keadaan yang ingin

dicapai dan yang sudah tercapai.

3. Identifikasi masalah

Tahap ini merupakan upaya merumuskan faktor-faktor yang menyebabkan

tidak tercapainya tujuan yang di kehendaki. Identifikasi ini data dilakukan

dengan menganalisis kesenjangan antara potensial dengan data aktual,

antara keadaan. Yang ingin dicapai dengan yang sudah dicapai, dan

sebagainya.

4. Perumusan tujuan

Dalam tahap perumusan tujuan yang harus diperhatikan adalah realistisnya

tujuan yang hendak dicapai, ditinjau dari kemampuan sumber daya (biaya,

jumlah dan kualitas tenaga) maupun waktu yang tersedia.

5. Penyusun rencana kegiatan

Tahap ini merupakan penyusun rencana kerja yang meliputi penjadwalan,

metode yang digunakan, pihak-pihak yang terlibat, lokasi kegiatan, bahan

dan peralatan yang dibutuhkan, pembiayaan dan sebagainya.


12

6. Pelaksanaan rencana kegiatan

Tahap ini merupakan tahap pelaksaan dari rencana kerja yang telah

disusun. Masalah utama yang harus diperhatikan dalam tahap ini adalah

partisipasi masyarakat sasaran. Oleh karenanya perlu dipilih waktu yang

tepat, lokasi yang tepat, agar masyarakat ikut berpartisipasi dalam kegiatan

yang dilakukan.

7. Menentukan kemajuan kegiatan

Tahap ini merupakan kegiatan monitoring pelaksanaan kegiatan yang

dilakukan untuk melihat sejauh mana tujuan telah dicapai.

2.7 Pengemabangan usaha ternak sapi potong di Indonesia

Prospek pengembangan usaha ternak sapi potong lokal di Indonesia dapat

memenuhi kebutuhan konsumen daging, yang perlu dilakukan adalah manajemen

pemeliharaan, pengendalian penyakit, cara perkawinan melalui IB atau ternak

penjantan impor, perbanyak bibit, perbanyakan anak, pemebesaran penjantandan

betina produktif secara nasional.selain untukmeningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan petani, dan juga dapat meningkatkan devisa Negara, sebagai ternak

ekspor-impor ke Negara-negara luar. Kualitas produktivitas sumberdaya peternak,

sebagai lagnkah awal dapat mewujudkan peningkatan populasi ternak sapi potong

lokal di indomesia terutama di peternak kecil disetiap pedesaan. Kegitan

pengembagan usaha ternak sapi potong agar populasinya bertambah banyak,

beberapa factor yang dapat mengembangkan sapi potong sebagai berikut:

1. Modal awal yang dibutuhkan peternak sapi potong di pedesaan

sebenarnya sanagat reltif, tergantung besar kecilnya modal yang di

gunakan dan jumlah ternak yang dipelihara relatif mudah dengan


13

volume pakan yang di butuhkan, pemeliharaan ternak sapi potong

dapat di gembalakan serta dapat memanfaatkan lahan kosong yang

banyak ditumbuhi hijauan pakan sebagai wahana penggebalaan untuk

mencari pakan sendiri

2. Perkembangan ternak sapipotong cukup baik, umur kebuntingan

sakitar 24 bulan sudah dapat melahirkan dan sekitar umur 4,2 tahun

ternak sapi potong sudah dapat melahirkan 1-3 kali melahirkan,

Bamualim, (2010). cara penjualan sapi potong sangat mudah, dan


cepat untuk di jadikan sebagai sumber uang pada saat dibutuhkan oleh

petani, peluang pasar cukup baik, nilai harga jual sapi potong setiap

tahunya selalu meningkat

3. Pengembangan usaha ternak sapi potong, melalui penggemukan sangat

menguntungkan bagi peternak dan banyak dilakukan oleh

peternakpeternak kecil sedang dan besar di pedesaan dan mampu

menerapkan teknologi pakan dan reproduksi ternak, utnuk mendukung

sentra pembibitan ternak sai potong, dengan sistem pemeliharaan di

sekitar perkebunan kelapa sawit, kelapa dan lahan kosong yang belum

tergarap oleh petani

4. Pengembangan usaha ternak sapi potong, sebagai alat pemacu untuk

pengembangan peternakan, untuk mendorong peningkatan pendapatan

kerja bagi petani di pedesaan 2006, bahwa memberikan motivasi

kepada peternak, untuk memanfaatkan sumber daya yang ada secara

efektif.
14

5. Usaha ternak sapi potong lokal agar berhsil, maka perlunya dukungan

dari beberapa faktor diantaranya adalah manajemen peliharaan,

penyediaan pakan perkandangan, pengontrolan penyakit , modal usaha

dan tenaga kerja, utnuk mewujudkan popilasi ternak sapi potong lokal

akan berjalan dengan baik.


BAB 3 MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini bertempat di Desa Pewunu Kecamatan Dolo Barat

Kabupaten Sigi dan akan dilaksanakan pada bulan sampai dengan

2023, bertempat di Desa Pewunu Kecamatan Dolo Barat Kabupaten Sigi

3.2 Desain Penelitian

3.2.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

survey. yaitu suatu cara penelitian untuk memperoleh data dan keterangan tentang

sesuatu yang diteliti dengan menggunakan sensus maupun sampel terhadap kinerja

penyuluh peternakan dalam pengembangan usaha peternakan sapi potong di Desa

Pewunu Kecamatan Dolo Barat Kabupaten Sigi

3.2.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu

suatu penelitian yang membahas tentang data yang akan di kumpulkan dari

faktafakta dan sifat-sifat suatu objek yang akan diteliti. Deskriptif kuantitatif

bertujuan

untuk menjelaskan suatu fenomena dengan menggunakan angka yang

menggambarkan suatu objek yang akan diteliti. Penelitian kuantitatif menilai sifat

dari suatu kondisi fenomena yang terlihat.


16

3.3. Metode penentuan sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi

(Sugiono, 2008). Teknik pengumpulan sampel menggunakan metode sampling

jenuh (sensus), dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Sehingga

sampel dalam penelitian ini adalah seluruh peternak yang ada di Desa Pewunu

dengan populasi 64 responden

3.3.1 Metode Pengambilan

Adapun pengambilan sampel yang digunakan oleh penulis dalam


penelitian ini yaitu sampel dusun dan sampel responden. Sampel dusun ditentukan
berdasarkan jumlah peternak terbanyak Di Desa Pewunu Kecamatan Dolo Barat
Kabupaten Sigi. Kemudian sampel responden ditentukan dengan menggunakan
teknik purposive sampling, dasar penentuan sampel adalah peternak yang
memiliki ternak sapi Di Desa Pewunu Kecamatan Dolo Barat Kabupaten Sigi.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi dan wawancara. Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan

data dengan cara mengamati atau meninjau secara cermat dan langsung di lokasi

penelitian untuk mengetahui kondisi yang terjadi atau membuktikan kebenaran

dari sebuah desain penelitian yang sedang dilakukan.

Sedangkan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau

pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat

panduan wawancara (Nazir, 1988).


17

3.5 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

sekunder.

1. Data primer merupakan data-data yang diperoleh melalui pengamatan di

lapangan (observasi) dan wawancara dengan responden. Wawancara

dengan responden berpedoman pada alat bantu berupa susunan daftar

pertanyaan yang dibuat sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.

2. Data sekunder merupakan data-data tertulis yang diperoleh dari

penelusuran studi pustaka, data-data Badan Pusat Statistik di Desa Pewunu

Kecamatan Dolo Barat Kabupaten Sigi, dan data-data dari instansi lain

yang terkait dengan kepentingan penelitian.

3.6 Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu proses penelitian yang di lakukan

setelah semua data yang di perlukan guna memecahkan masalah yang di teliti

sudah diperoleh secara lengkap ketajaman dan ketetapan dalam pengunaan alat

analisis sanagat menentukan keakuratan pengambilan kesimpulan, karena itu

kegiatan analisis data merupakan kegiatan yang tidak dapat di abaikan begitu saja

dalam proses penelitian. Analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Data yang di peroleh dari hasil kerja lapang selanjutnya dianalisis untuk
18

mencapai tujuan penelitian ini. Analisis yang akan di gunakan untuk menganalisis

data dengan teknik skoring atau sekala nilai dengan ketentuan (Sugiyono,2004).

pemeberian skor terbagi kedalam beberapa interval kelas (efektif, cukup efektif,

tidak efektf) dengan scoren untuk kriteria efektif 3 kurang efektif 2 dan tidak

efektif 1.

Interval=

Kategori;

Efektif. : 2,34 – 3,00

Kurang Efektif. : 1,67 – 2,33

Tidak Efektif. : 1,00 – 1,66

Tabel 1 Efektivitas penyuluhan peternakan Berdasarkan jumlah ternak Di Desa


Pewunu kecamatan Dolo Barat Kabupaten Sigi
No Kategori Jumlah (Orang) Presentase %

1. 2,34-3,00 (Efektif)

2. 1,67-2,33 (Kurang Efektif)

3. 1,00-1,66 (Tidak Efektif)

Jumlah

3.7 Definisi Operasional


19

1. Efektivitas adalah kesesuaian antara kegiatan penyuluhan yang diajarkan

oleh penyuluh dengan yang di terima oleh peternak

2. penyuluhan adalah pendidikan non formal yang di lakukan terkait dengan

peternakan

3.usaha peternakan adalah kegiatan usaha budidaya ternak untuk menghasilkan

bahan pangan,bahan baku industry, dan kepentingan masyarakat lainnya di suatu

termpat tertentu secara teris menerus

4.pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis,

teritis,konseptual,dan moralsesuai dengan kebutuhan melalui pendidikan dan

latihan pada peternak


DAFTAR PUSTAKA

Hairul Muhamad. 2017. Perencanaan program penyuluhan. Diakses pada tanggal


7 februari 2017
Siagian,1978 pengertian Efektivitas Ukuran Efektivitas. Diakses pada tanggal 17
januari 2012
Sugiyono, 2008 . Metode penelitian kauantitatif kualitatif dan R&D
Alfabeta.Bandung
Abdurahman, 2008. Organisasi dan manajemen sumber Daya., Yogyakart:
Gaja mada yuniversitas
Abidin,2002. Pengelolaan dan pemeliharaan sapi potong
Siagaan,2001 Organisasi kepemimpinan. Jakarta. Gunung Agung
Harjana, A.2001 Audit Komunikasi teori dan praktek, Jakarta, Grasindo
Kurniawan.2005. Transformasi pelayanan public.Yogyakarta;Pembaharuan
Steers Richard 1985. Efektivitas Organisasi Kaidah perilaku. Jakarta; Erlangga
Setiana.L. 2005. Proses penyuluhan. Diakses pada tanggal 18 maret 2015
Ibrahim 2003. Proses penyuluhan. Diakses pada tanggal 20 maret 2015
Sugiyono, 2004. Teknik Analisis Data. Diakses pada tanggal 11 Desember 2013
Kusnadi, 2008. Potensi pengembangan sapi potong
Mayutu , 2010 strategi pengembangan usaha ternak sapi potong
Nazir, 1988 Teknik pengumpulan data 11 Desember 2016
19

Anda mungkin juga menyukai