Anda di halaman 1dari 94

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)

INSTALASI KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM


ABDUL WAHAB SJAHRANIE KOTA SAMARINDA

Oleh:

NOVA SELLI SULIANA


NIM. 110 500 141

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN


JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2015
LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)

INSTALASI KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM


ABDUL WAHAB SJAHRANIE KOTA SAMARINDA

Oleh:

NOVA SELLI SULIANA


NIM. 110 500 141

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli
Madya pada Program Diploma III Politeknik Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN


JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2015
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan PKL : Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Umum


Abdul Wahab Sjahranie Kota Samarinda

Nama : Nova Selli Suliana

Nim : 110 500 141

Program Studi : Manajemen Lingkungan

Jurusan : Manajemen Pertanian

Pembimbing PKL, Penguji I, Penguji II,

Kemala Hadidjah, ST., M.Si. Ir. Wartomo, MP Martha E. Siahaya.S.Hut.MP


NIP.19830718 201012 2 004 NIP. 19631028198803 1003 NIP.19721107 200312 2 001

Menyetujui/Mengesahkan
Ketua Program Studi Manajemen
Lingkungan,

Ir. Dadang Suprapto, MP


NIP.19620101 198803 1 003

Kampus Sungai Keledang, 06 Juni 2015


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahhirabbil’alamin. Segala puji dan syukur kepada Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Tak lupa

shalawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW beserta keluarga besar dan

para sahabat nabi. Dan hanya dengan izin-Nya, penulis dapat menyelesaikan

laporan praktek kerja lapang ini.

Laporan ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Praktek Kerja Lapang

yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie. Praktek Kerja

Lapang dilakukan selama 2 bulan yaitu bermula dari awal bulan Maret 2015 dan

berakhir pada akhir April 2015. Kegiatan Praktek Kerja Lapang merupakan salah

satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir agar mendapat gelar Ahli Madya

serta lulus di perguruan tinggi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapang dan penyusunan laporan,

penulis juga tidak terlepas menerima bantuan, bimbingan, dukungan, dan saran

dari banyak pihak, oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan

kepada:

1. Ibu Rosilawati SE. selaku Kepala Instalasi Kesehatan Lingkungan di Rumah

Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie yang telah banyak membantu dan

membimbing penulis sampai selesainya Praktek Kerja Lapang.

2. Seluruh staf di Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Umum Abdul

Wahab Sjahranie yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang
telah banyak membantu dan mengajar penulis sampai selesainya Praktek

Kerja Lapang.

3. Ibu Kemala Hadidjah,ST., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Praktek Kerja

Lapang yang telah memberikan petunjuk, bimbingan, masukan, serta

pemikiran yang sangat membantu dalam proses penyusunan laporan ini,

4. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Dosen Penguji 1 yang telah memberikan

saran dan masukan dalam penyusunan laporan ini.

5. Ibu Martha E. Siahaya.S.Hut.MP selaku Dosen Penguji 2 juga yang telah

memberikan saran dan masukan dalam penyusunan laporan ini.

6. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda.

7. Bapak Ir. Marsudi, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.

8. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen

Lingkungan.

9. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan pengetahuan dan ilmu yang

sangat bermanfaat bagi penulis selama kuliah di Program Study Manajemen

Lingkungan, serta teknisi, tata usaha, dan akademik yang berada di

lingkungan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda yang senantiasa selalu

membantu semua urusan selama perkuliahan.

10. Kedua Orang Tua saya Bapak Syamsul Bahri,SE dan Ibu Siti Aisyah yang

telah melahirkan saya ke dunia ini, merawat dan memberikan kasih sayang

sejak kecil, serta untuk doa dan nasehatnya yang tidak pernah putus sampai

saat ini. Dan untuk keluarga besar saya terima kasih atas dukungan yang

diberikan.
11. Keluarga, kakak saya Mitra Sella Suliani,A.Md dan kedua adik saya Zepry

Ananda Syaputra dan Mega Sulvi Oktavia sangat tercinta yang telah banyak

memberi dukungan dan do’a kepada saya, serta Rully Ramdani, S.Sos

terkasih yang menjadi penyemangat selalu mendukung dan mendo’akan dan

selalu berperan penting dalam membantu penyusunan laporan ini.

12. Teman-teman Manajemen Lingkungan Angkatan 2012 yang selama ini

berjuang bersama-sama menimba ilmu di Program Study Manajemen

Lingkungan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Pada kesempatan ini penulis memohon maaf kepada semua pihak atas

segala khilaf, baik dalam perbuatan maupun perkataan, baik yang sengaja

maupun yang tidak disengaja selama melaksanakan kegiatan Praktek Kerja

Lapang. Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis akan mendapatkan

balasan pahala dari Allah SWT yang tak terhingga, Aamiin.

Walaupun sudah berusaha dengan sungguh-sungguh, penulis menyadari

masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan laporan ini,

untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan laporan ini. Demikian laporan ini penulis buat untuk dapat

dijadikan acuan pada praktek yang akan datang maupun untuk panduan para

pembaca laporan ini. Semoga laporan Praktek Kerja Lapang ini dapat

bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Nova Selli Suliana

Kampus Sungai Keledang, 06 Juni 2015


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Tujuan PKL ......................................................................... 4
1.3 Hasil PKL yang di Harapkan ............................................... 4

BAB II TINJAUAN UMUM


2.1 Tinjauan Umum PKL ........................................................... 6
2.1.1 Sejarah Berdirinya RSUD AWS ............................... 6
2.1.2 Profil RSUD AWS .................................................... 10
2.2 Tinjauan Umum Kesehatan Lingkungan ............................. 14
2.2.1 Struktur Organisasi Instalasi Kesehatan
Lingkungan RSUD AWS .......................................... 14
2.2.2 Visi, Misi dan Tujuan RSUD AWS ........................... 16
2.2.3 Ruang Lingkup Kerja Instalasi Kesehatan
Lingkungan ............................................................. 16
2.3 Tinjauan Umum Pengelolaan Limbah Rumah Sakit ............ 17
2.3.1 Pengertian Limbah Rumah Sakit ............................. 17
2.3.2 Penanganan Limbah Padat ..................................... 19
2.3.3 Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali
dan Daur Ulang ....................................................... 21
2.3.4 Pengertian Incenerator ............................................. 23
2.3.5 Kegiatan Swapantau Uji Emisi, Ambien, dan
Kebisingan .............................................................. 25
2.4 Tinjauan Umum Sterilisasi .................................................. 26
2.5 Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu
Lainnya ............................................................................... 28
2.6 Tinjauan Umum Air .............................................................. 28
2.6.1 Kegiatan Swapantau Pengelolaan Air Limbah ......... 29
2.6.2 Penyehatan Air ....................................................... 29
2.7 Waktu dan Kegiatan PKL .................................................... 30
BAB III HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG
3.1 Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Limbah Padat ............. 32
3.1.1 Mendata Jumlah Bak Sampah ................................ 32
3.1.2 Mendata Berat Sampah Medis dan Non Medis Per
Ruangan ................................................................. 35
3.1.3 Pembakaran Sampah Medis di Insenerator ............. 37
3.1.4 Pengangkutan Sampah Domesti ke TPA ................ 40
3.1.5 Uji Emisi, Ambien dan Kebisingan ........................... 42
3.2 Penyehatan Air .................................................................. 44
3.2.1 Pengambilan Sampel Air Minum dan Air Bersih ....... 44
3.3 Penyehatan Ruang dan Bangunan ..................................... 47
3.3.1 Penanganan Masalah Kerusakan Sarana
Rumah Sakit ........................................................... 47
3.3.2 Pengawasan Kebersihan Per Zona ......................... 48
3.4 Pengendalian Serangga dan Binatang Pengganggu
Lainnya ............................................................................... 50
3.4.1 Pengendalian Kucing .............................................. 51
3.4.2 Pengendalian Tikus ................................................. 52
3.4.3 Pengendalian Nyamuk ............................................ 53
3.4.4 Pengendalian Lalat ................................................. 54
3.4.5 Pengendalian Semut ............................................... 55
3.5 Sterilisasi Ruangan ............................................................. 56

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan .................................................................. 59
5.2 Saran .................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Struktur Organisasi Instalasi Kesehatan Lingkungan .............. 15


DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Perjalanan Kepemimpinan RSUD AWS ......................................... 7


2. Selayang Pandang Perjalanan RSUD AWS ................................... 8
3. Penghargaan Yang Pernah Didapatkan RSUD AWS ..................... 9
4. Ketenagaan Di RSUD AWS dari Tahun 2009 Sampai Dengan
2013 ............................................................................................... 12
5. Luas Sarana Bangunan RSUD AWS .............................................. 13
6. Klasifikasi Limbah Medis Padat yang berasal dari Rumah Sakit ..... 18
7. Jenis Wadah dan Label Medis Padat Sesuai Kategori ................... 22
8. Kegiatan Praktek Kerja Lapang ...................................................... 30
9. Jumlah Bak Sampah ...................................................................... 33
10. Jumlah Berat Sampah Medis dan Non Medis ................................. 36
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Halaman


1. Cara Menggunakan Aerosept 100 VF .............................. 64
2. Diagram Alur Pengelolaan Limbah Padat Infeksius .......... 65
3. Instruksi Kerja Sebelum Mesin Incenerator di
Operasikan ....................................................................... 66
4. Instruksi Kerja Mengoperasikan Ram Feeder ................... 67
5. Instruksi Kerja Mengoperasikan Mesin Incenerator .......... 68
6. Instruksi Kerja Setelah Proses Pembakaran .................... 69
7. Sistem Penanganan Tanggap Darurat untuk
Incenerator ....................................................................... 70
8. Gedung RSUD A. Wahab Sjahranie ................................. 72
9. Lokasi RSUD A. Wahab Sjahranie ................................... 72
10. Bak Sampah di Selaras Rumah Sakit ............................... 73
11. Kegiatan di Incenerator .................................................... 74
12. Kegiatan Pest Control ...................................................... 75
13. Kegiatan Sterillisasi Ruangan Rawat Inap ........................ 76
14. Kegiatan Uji Emisi, Ambien dan Kebisingan Bersama
Balai Riset ........................................................................ 77
15. Penimbangan dan Pemisahan Sampah Medis dan
Non Medis ........................................................................ 78
16. Kegiatan Pengambilan Sampel Air Bersih dann Air
Minum .............................................................................. 79
17. Pemantauan Ruang Bangunan Zona Resiko Rendah
dan Zona Resiko Tinggi ................................................... 80
18. Presentasi Dalam Rangka Kunjungan Tim Proper dari
BLH Prov. Kaltim dan BLH Kota Samarinda ..................... 81
19. Kunjungan dari Puskesmas Segiri ke Kantin di
RSUD AWS Samarinda .................................................... 82
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan dengan inti

kegiatan pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif. Rumah sakit

sebagai salah satu bentuk industri jasa yang memberikan pelayanan kesehatan,

terdiri atas berbagai unit operasional yang bekerja selama 24 jam per hari dan

tujuh hari per minggu. Sebagai institusi yang bersifat sosial-ekonomis, rumah

sakit mempunyai fungsi memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak

positifnya adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, sedangkan

dampak negatifnya antara lain menghasilkan limbah (limbah medis maupun non

medis) yang dapat menimbulkan penyakit dan pencemaran yang perlu perhatian

khusus.

Dengan kegiatan atau sifat pelayanan yang diberikan, rumah sakit

menjadi depot segala macam penyakit yang ada di masyarakat, bahkan dapat

pula sebagai sumber distribusi penyakit sebab selalu dihuni, dipergunakan, dan

dikunjungi oleh orang-orang yang rentan dan lemah terhadap penyakit. Di tempat

ini dapat terjadi penularan baik secara langsung (cross infection), melalui

kontaminasi benda-benda ataupun melalui serangga (vector borne infection)

sehingga dapat mengancam kesehatan masyarakat umum.

Perlu upaya penyehatan lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk

melindungi masyarakat akan bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber

dari limbah rumah sakit. Limbah rumah sakit dapat mencemari lingkungan

penduduk di sekitar rumah sakit dan dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal
ini dikarenakan dalam limbah rumah sakit dapat mengandung berbagai jasad

renik penyebab penyakit pada manusia termasuk demam typoid, kholera, disentri

dan hepatitis sehingga limbah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan

(BAPEDAL 1999 dalam Anonim 2014).

Keadaan yang ada di masyarakat saat ini, terkait dengan lokasi rumah

sakit yang umumnya berada di lingkungan penduduk yang cukup padat

(biasanya di tengah kota) adalah timbulnya pencemaran terhadap masyarakat di

sekitar lingkungan rumah sakit dengan adanya limbah rumah sakit baik limbah

padat maupun limbah cair yang dibuang ke saluran umum. Dengan

pertimbangan tersebut, rumah sakit diwajibkan menyediakan sarana

pembuangan dan pengelolaan limbah padat maupun cair. Namun dengan

semakin mahalnya harga tanah, serta besarnya tuntutan masyarakat akan

kebutuhan peningkatan sarana penunjang sarana kesehatan yang baik, dan di

lain pihak peraturan pemerintah tentang pelestarian lingkungan juga semakin

ketat, maka pihak rumah sakit umumnya menempatkan sarana pengolah limbah

pada skala prioritas yang rendah sebab penyediaan sarana pengolah limbah

rumah sakit membutuhkan biaya investasi yang besar sehingga secara paralel

akan meningkatkan biaya operasional pelayanan kesehatan di rumah sakit

tersebut.

Perlu dikembangkan teknik-teknik pengolahan limbah rumah sakit yang

mudah dioperasikan serta harganya terjangkau, khususnya untuk rumah sakit

dengan kapasitas kecil sampai sedang. Untuk itu, perlu disebarluaskan informasi

mengenai teknik-teknik pengolahan limbah rumah sakit beserta keunggulan dan

kekurangannya masing-masing. Dengan adanya informasi yang jelas, maka

pihak pengelola limbah rumah sakit dapat memilih teknik pengelolaan limbah
rumah sakit yang sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah, yang

layak secara teknis, ekonomis, dan memenuhi standar lingkungan

(Anonim 2014).

Penulis sebagai bagian dari kelompok sosial masyarakat, sebagai fungsi

pendamping, dan mengontrol pembangunan bangsa merupakan salah satu

kekuatan bangsa dan diharapkan mampu berperan serta secara ilmiah sehingga

Penulis sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk mampu meningkatkan

kualitas SDM, antara lain dengan meningkatkan intelektual, keterampilan (skill)

dan pengabdian Penulis melalui disiplin ilmu sebagai implementasi terhadap ilmu

pengatahuan yang diterima dibangku kuliah agar Penulis dapat menjawab

tantangan zaman yang semakin pesat. Ditengah-tengah arus kompetisi yang

semakin kuat maka perlu diadakan suatu kegiatan yang terencana dan sistematik

serta aplikatif untuk melatih dan mendidik Penulis agar menjadi intelektual muda

yang berkualitas dan tanggap terhadap masalah-masalah yang timbul ditengah-

tengah kehidupan masyarakat dan mampu mencari solusinya. Sehubungan

dengan hal diatas, agar Penulis mendapatkan pengalaman kerja nyata di

lapangan, maka diadakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Rumah Sakit Umum

Abdul Wahab Sjahrani dan Penulis ditempatkan dibagian Instalasi Kesehatan

Lingkungan dan juga sebagai salah satu syarat kelulusan bagi setiap Penulis

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.


1.2 Tujuan PKL

Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini bertujuan agar

Penulis :

1. Memahami tugas dan fungsi rumah sakit tentang penerapan atau

implementasi dari ilmu yang selama ini diperoleh melalui bangku kuliah dan

membandingkannya dengan kondisi nyata yang ada di lapangan.

2. Penulis mampu melaksanakan pelayanan perbekalan Instalasi Kesehatan

Lingkungan di rumah sakit.

3. Penulis mampu melaksanakan kegiatan kesehatan lingkungan di rumah

sakit.

4. Memahami prinsip kerja kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

rumah sakit.

5. Memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas dan dapat

mengaplikasikannya setelah selesai dalam kegiatan PKL tersebut.

6. Memahami penggunaan alat, bahan dan sarana yang tepat dan efisien dalam

kegiatan kesehatan lingkungan rumah sakit.

7. Mempelajari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang tepat di setiap

kegiatan yang dilaksanakan di Instalasi Kesehatan Lingkungan rumah sakit.

8. Mempelajari limbah yang di hasilkan rumah sakit.

1.3 Hasil PKL yang diharapkan

Adapun hasil yang diharapkan selama penulis mengikuti kegiatan Praktek

Kerja Lapang (PKL) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda adalah:


1. Mendapatkan pengalaman tentang dunia kerja sekaligus menunjang proses

pembelajaran yang dapat mencetak kader-kader yang pintar dan sukses

yang akan menjadi kontinuitas pembangunan.

2. Mempelajari struktur organisasi rumah sakit dan Instalasi Kesehatan

Lingkungan di rumah sakit.

3. Melatih Penulis dalam penyesuaian dalam dunia kerja nyata.

4. Diharapkan mampu membuka wawasan baru serta mengembangkan ilmu

yang telah diperoleh dibangku kuliah.

5. Dapat berpartisipasi dan berperan aktif dalam kegiatan Instalasi Kesehatan

Lingkungan di RSUD Abdul Wahab Sjahrani.

6. Selama dalam waktu PKL diharapkan penulis dapat lebih kreatif dan peka

terhadap situasi atau keadaan di dalam Instalasi Kesehatan Lingkungan.


BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Tinjauan Umum Tempat PKL

2.1.1 Sejarah Berdirinya RSUD. A. Wahab Sjahranie

Rumah Sakit Umum ini dibangun tahun 1933, kepunyaan kerajaan Kutai

(Landschap = Kerajaan, sehingga diberi nama Landschap Hospital) terletak di

Juliana atau Emma Straat (sekarang jalan Gurami), Samarinda. Dokter yang

memimpin adalah dr Gober, seorang dokter berkebangsaan Belanda.Sebagian

bangunan dan lahan landschaap hospital sekarang adalah bangunan yang

ditempati Rumah Sakit Islam (RSI) Samarinda, meski bentuk dan ukurannya tak

lagi persis sama dengan bangunan awal landschap hospital didirikan. Kapasitas

layanan pasti berbeda jika dibandingkan dengan RSUD Abdul Wahab Sjahranie

yang ada sekarang. Selain faktor modernisasi, faktor jumlah penduduk pun turut

memberi andil perubahan.

Dalam proses perjalanannya, Landschaap Hospital pertama kali dipimpin

orang asli Indonesia pada 1938. Dokter yang sangat berjasa itu adalah dr

Soewardji Prawiro Hardjo (1938-1945). Soewardji menjadi satu-satunya dokter

yang ada di rumah sakit ketika itu dan harus bertanggung jawab melayani

kesehatan masyarakat kala itu. Penyebabnya, dokter-dokter Belanda kembali ke

negerinya, menyusul tensi politik yang kian panas terkait perjuangan

kemerdekaan rakyat Indonesia dan kekisruhan Belanda menghadapi Jepang.

Pada 1974, Pemprov Kaltim yang ketika itu dipimpin Gubernur Abdoel

Wahab Sjahranie mulai memikirkan untuk membangun satu rumah sakit yang

lebih layak demi peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Perkembangan jaman dan pertumbuhan masyarakat yang kian besar menuntut


tambahan fasilitas kesehatan yang lebih baik. 12 November 1977, sebagian

peralatan kesehatan mulai dipindahkan dari Landschaap Hospital ke bangunan

rumah sakit yang baru, yang kini menjadi RSUD Abdul Wahab Sjahranie.

Pada tanggal 12 November 1977, rumah sakit yang baru digunakan itu

akhirnya diresmikan oleh Gubernur Brigjend H. Abdul Wahab Sjahranie dan

diberi nama Rumah Sakit Segiri. Secara keseluruhan, peralatan dari Landschaap

Hospital baru bisa dipindahkan pada 21 Juli 1984. 2 tahun kemudian, tepatnya

22 Februari 1986, rumah sakit ini kembali berganti nama menjadi Rumah Sakit

Umum A Wahab Sjahranie. Pergantian ini lebih dimaksudkan untuk mengenang

dan menghargai upaya dan perjuangan Gubernur Abdul Wahab Sjahranie

mewujudkan rumah sakit yang lebih layak bagi masyarakat (Merry O, 2012).

Tabel 1. Perjalanan Kepemimpinan RSUD AWS


PERIODE NAMA DIREKTUR
1933 – 1935 Dr. Gobler I
1935 – 1938 Dr. Hoffan II
1938 – 1945 Dr. R Soewardji Prawirohardjo III
1948 – 1951 Dr. Abdul Rivai IV
1951 - 1954 Dr. Avellia Lemand V
1954 – 1957 Dr. L. Indoff VI
1957 – 1960 Dr. Soemantoro VII
1960 – 1966 Dr. Chan Bun Liang VIII
1966 – 1971 Dr. Waluyanto Hadi Susilo IX
1971 – 1979 Dr. H. Thamrinsyam, Sp.RM X
1979 – 1985 Dr. H. Sofyan Agus XI
1985 – 1989 Dr. H. Rawindra Soekardi, Sp.THT XII
1989 – 1995 Dr. T. M. Sinaga, MPH XIII
1995 – 1998 Dr. H. Jusuf , SK XIV
1998 – 1999 Dr. H. Jusuf Enany, Sp.JP XV
1999 – 2006 Dr. H. Awang Joenai XVI
Sambungan : Tabel 1

2006 – 2013 Dr.H.Ajie Syirafuddin, MMR XVII


2013 - Sekarang Dr.Rachim Dinata Marsidi, SP.B, M. Kes XVIII
Sumber : RSUD AWS Samarinda

Tabel 2. Selayang Pandang Perjalanan RSUD AWS

TAHUN PENGEMBANGAN ORGANISASI

Didirikan Rumah Sakit Umum di Segiri Kecamatan Samarinda Hulu


1974
disebut sebagai RSU Segiri.

Pada tanggal 12 Nopember di resmikan oleh Gubernur KDH Tk. I Provinsi


1977 Kalimantan Timur Bapak H.A.Wahab Sjahranie untuk Pelayanan Rawat
Jalan.

Pada tanggal 21 Juli 1984, seluruh Pelayanan Rawat Inap dan Rawat
1984 Jalan dipindahkan dari rumah sakit lama (Selili) kelokasi rumah sakit
umum baru yang terletak di Jln.Palang Merah Indonesia.

Nama Rumah Sakit Umum Daerah A. Wahab Sjahranie diresmikan pada


1987
tahun 1987, untuk mengenang jasa beliau.

Sebagai rumah sakit Kelas B dengan SK Menkes No:


1993 1161/Menkes/SK/XII/1993, ditetapkan di Jakarta pada tanggal 15
Desember 1993.

RSUD A.Wahab Sjahranie ditetapkan dengan status sebagai unit


1999
Swadana.

RSUD A Wahab Sjahranie ditetapkan dengan status sebagai Badan


2008
Layanan Umum Daerah (BLUD).

RSUD A Wahab Sjahranie ditetapkan dengan status Terakreditasi 16


Pelayanan.

RSUD A Wahab Sjahranie ditetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas B


2010 Pendidikan, sesuai kepmenkes no. HK 03.05/III/765/2010

Sertifikat RS Pendidikan sesuai YM.01.06/III/580/2010, status akreditasi B


Berlaku : 1 Februari 2010 s/d 31 Januari 2013

Sumber : RSUD AWS Samarinda


Tabel 3. Penghargaan yang pernah didapatkan RSUD AWS

TAHUN PENGHARGAAN DARI

1991 Rumah Sakit Sayang Bayi Departemen RI

Rumah Sakit Sayang Bayi UNICEF

1992 Pemenang Lomba Rumah Sakit &


Menkes, Menteri Negara Urusan
Puskesmas Dengan tempat Tidur
Peranan Wanita, BKKBN.
Sayang Bayi & Puskesmas.

Penilaian & Penampilan kerja Rumah


1996 Gubernur KDH Tk.I
Sakit Dalam Rangka HKN.
Peresmian Rumah Sakit Sayang Ibu &
Gubernur KDH Tk.I
Bayi.
Abdi Satya Bhakti Menpan
1997 Kamar Dagang & Industri
Abdi Satya Bhakti
Indonesia.
Penampilan Terbaik I Kelas B Kerja
Gubernur KDH Tk.I
Rumah Sakit Dalam Rangka HKN.
Citra Pelayanan Prima Menteri PAN
2001 Sertifikat Akreditasi Penuh Rumah
Menteri Kesehatan
Sakit
Koperasi Konsumen Berprestasi Menteri Negara Koperasi &
2006
Tingkat Nasional. Usahan Kecil Menengah RI

Sertifikat Biru Program Penilaian


Peringkat Kinerja Perusahaan Industri Gubernur Provinsi Kalimantan
2008
& Jasa Dalam pengelolaan Lingkungan Timur
Hidup.

Koperasi Berprestasi Kelompok Menteri Negara Koperasi &


Konsumen Usahan Kecil Menengah RI.

Penghargaan Sebagai Satuan Kerja


Gubernur Provinsi Kalimantan
2010 Perangkat Daerah Terbaik II Tahun
Timur
2010

Harapan I Satuan Kerja Perangkat Gubernur Provinsi Kalimantan


Daerah Inovatif. Timur
Sertifikat Hijau Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan Industri Gubernur Provinsi Kalimantan
& Jasa Dalam pengelolaan Lingkungan Timur
2012 Hidup.
Piagam Penghargaan dalam Kampaye
Kepolisian Resor Kota Samarinda
Tertib Lalu Lintas
Sumber : RSUD AWS Samarinda
2.1.2 Profil RSUD. A. Wahab Sjahranie

Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda adalah

Rumah Sakit Kelas-B Pendidikan, milik Pemerintah Daerah Tingkat I Kalimantan

Timur. Status kelas B berlangsung sejak tahun 1993 atas dasar: SK Menkes No.:

1161/Menkes/SK/XII/1993 yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 15 Desember

1993. Dan terhitung sejak bulan Januari 2014 Rumah Sakit Umum Daerah

A.Wahab Sjahranie sebagai TOP REFERAL, dan sebagai Rumah Sakit Kelas A

satu-satunya di Kalimantan Timur.

RSUD. A. Wahab Sjahranie Samarinda telah mendapat persetujuan untuk

melaksanakan pengadaan obat-obatan dan bahan/alat kesehatan habis pakai

secara Revolving Fund System sejak tahun 1990, berdasarkan SK Gubernur

Kepala Daerah Tingkat I Kaltim No.: 528 tahun 1990 yang ditetapkan di

Samarinda tanggal 31 Desember 1990 (Edi, 1997 ).

a. Motto

Bakti (Bersih, Aman, Kualitas, Tertib, Informatif)

b. Falsafah

Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dalam pelayanan kesehatan,

pendidikan dan penelitian.

c. Visi

Menjadi rumah sakit pusat rujukan pelayanan kesehatan, pendidikan dan

penelitian yang terbaik di Kalimantan.

d. Misi

1) Menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia

2) Melengkapi sarana dan prasarana

3) Memberikan pelayanan prima


4) Meningkatkan kesejahteraan pegawai

e. Tujuan RSUD A. Wahab Sjahranie

1) Terciptanya pelayanan kesehatan yang paripurna bermutu dan terjangkau

oleh seluruh lapisan masyarakat

2) Meningkatkan kemampuan etika dan profesionalisme

3) Terealisasinya sarana dan prasarana yang nyaman dan modern

4) Terwujudnya kesejahteraan pegawai

f. Budaya Kerja

1) Rumah Sakit AWS adalah taman bunga kita, kepentingan pasien adalah

yang utama

2) Mensinergikan pelayanan, pendidikan dan penelitian

3) Insan profesional dan beretika tinggi

4) Organisasi pembelajar

g. Kebijakan Mutu RSUD A. Wahab Sjahranie

RSUD A. Wahab Sjahranie memiliki komitmen dan kesungguhan untuk

selalu berusaha melaksanakan semua kegiatan pelayanan kesehatan yang

berpedoman pada pemenuhan persyaratan peraturan dan perundangan yang

berlaku dan brusaha mencapai total kepuasan pasien/pelanggan dengan

memenuhi keinginan dan harapan mereka, melalui upaya meningkatkan secara

berkelanjutan dalam :

1. Melaksanakan Pelayanan Kesehatan (medis, penunjang dan keperawatan)

secara professional, tepat, aman dan efisien yang berfokus dan berorientasi

kepada pasien/pelanggan.

2. Melakukan peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia dan penyediaan

sarana dan prasarana yang memadai dan mengikuti perkembangan.


3. Penerapan Siste Manajemen Mutu ISO 9001 secara efektif, konsisten dan

dinamis yang berprinsip pada upaya perbaikan secara berkesinambungan.

Kebijakan Mutu ini dikomunikasikan dalam lingkungan RSUD A. Wahab

Sjahranie untuk mendapatkan kesetaraan pemahaman dan ditinjau terus

menerus agar sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan perkembangan.

Tabel 4. Ketenagaan di RSUD A.Wahab Sjahranie dari Tahun 2009 sampai


dengan 2013
Tenaga JENIS TENAGA 2009 2010 2011 2012 2013
Dokter Spesialis 61 62 65 65 51
Dokter Umum 53 59 44 38 41
Medis
Dokter Gigi 9 10 8 6 8
Dokter Gigi Spesialis 5 5 5 7 5
Perawat 457 583 637 700 351
Bidan 51 52 53 53 54
Ass. Anestesi 11 6 5 5 5
Perawat
Teknik Gigi 1 0 0 0 0
Perawat Gigi 5 5 5 5 5
Pekarya 6 3 3 3 3
Apoteker 10 9 10 10 10
Farmasi
Ass. Apoteker 35 36 36 36 35
SKM 6 6 7 7 7
SKM APK 1 1 1 1 1
SPPH 11 6 6 6 4
S2 Gizi Klinik 1 1 0 0 0
S1 Gizi 1 1 2 2 2
Ahli Gizi D4 Gizi Klinik 6 6 6 6 6
D3 Gizi 1 2 2 2 2
Pembantu Ahli Gizi 2 2 2 2 2
Phisioterapi Fisioterapis 5 9 9 9 9
Teknik Nuklir 1 2 2 2 2
Radiografer 6 6 7 7 7
Teknisi Medis Elektromedis 4 2 2 2 2
Analis Kesehatan 19 14 23 23 23
Perekam Medik 2 3 4 4 6
Keamanan SATPAM 40 34 29 29 46
S2 9 6 9 9 11
S1 41 43 43 43 43
Administrasi D3 8 11 10 10 11
SLTA 139 122 117 117 113
SLTP+SD 43 57 40 40 39
Sambungan : Tabel 4

Medis 13 12 24 24 37
Keperawatan 85 158 202 219 417
Honorer
Tenaga Penunjang Medis 15 35 19 19 82
Administrasi 117 144 187 187 259
Total 1280 1513 1644 1699 1700
Sumber : RSUD AWS Samarinda

Tabel 5. Luas sarana bangunan RSUD AWS

NAMA BANGUNAN LUAS


2
Gedung Administrasi 1311m
Gedung Poliklinik 2
11.735m
Gedung Radiologi 2
1048m
2
Gedung CT Scan 220m
2
Gedung Ok Sentral 1052m
Gedung Loundry 2
1064m
2
Gedung Gizi 720,8m
2
Gedung Farmasi 489,6m
2
Gedung IPSRS 180m
2
Gedung Hemodalisa 400m
2
Gedung Laboratorium Patologi Klinik 988m
2
Gedung Laboratorium Patologi Anatomi 1800m
2
Gedung Perawatan Ruang Melati 1448,8m
2
Gedung Perawatan Ruang Anggrek 1578,8m
2
Gedung Perawatan Ruang Cempaka 1578,6m
2
Gedung Perawatan Ruang Mawar 1570,9m
2
Gedung Perawatan Ruang Angsoka 1,154m
2
Gedung Perawatan Ruang Flamboyan 1152m
2
Gedung Perawatan Ruang Dahlia 648m
2
Gedung Perawatan Ruang Seruni 1154m
2
Gedung Perawatan Ruang Teratai (1,2,3,4 & Bungalon ) 2012m
2
Gedung PICU/NICU 912m
2
Gedung ICU/ICCU 942m
2
Gedung Cat Lab 513m
2
Gedung Forensik 2214m
2
Gedung MCU 648m
Sambungan : Tabel 5

Gedung Fisioterapi (lama) 2


460,8m
2
Gedung Gudang Umum 216m
Gedung Medical Record 2
460,8m
Gedung Power House 2
272m
Gedung Paviliun 2
11.354m
Gedung IGD 2
2.851m
Garasi Ambulan 2
75 m
2
Incenerator 78 m
Guest House 2
1.056,33 m
Asrama Perawat Putra & Putri 2
400 m
Asrama Keluarga Perawat 2
1.277,04 m
2
Asrama Dokter Putra & Putri 601,52 m
Asrama Keluarga Dokter 2
874,8 m
Sumber : RSUD AWS Samarinda

2.2 Tinjauan Umum Instalasi Kesehatan Lingkungan

2.2.1 Struktur Organisasi Instalasi Kesehatan Lingkungan RSUD. A.

Wahab Sjahranie

Dalam Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Umum Abdul

Wahab Sjahranie mempunyai gambar struktur organisasi sebagai berikut:


KA. INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN
Rosilawati, SE

KOORDINATOR LIMBAH CAIR & PADAT


Nurul Hidayah, SKM

PEST CONTROL & AIR BERSIH STERILISASI & PROMKES KESLING


Hamdanah, Alvius Boro T dan Suradi M.Isnaeni, SKM

PENGAWASAN MAKMIN & LINEN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR &


Astuti, A.Md.KL FOLDER
Wawan Setiawan dan Masdari

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT


PENGAWASAN RUANG
Sukarno dan Sophannur
BANGUNAN & HALAMAN
Wahyu, A.Md.KLdan Romansyah

TENAGA SHIFT DI INSTALASI KESEHATAN LINGKUNGAN RSUD A.WAHAB


SJAHRANIE SAMARINDA

1.Rikiadi 2. Lanui Buton 3.Samsul Bahri

Gambar 1. Struktur Organisasi Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit


Umum Abdul Wahab Sjahrani
2.2.2 Visi, Misi dan Tujuan RSUD A. Wahab Sjahranie

a) Visi
Menjadikan rumah sakit dengan pelayanan bertaraf internasional.

b) Misi
1. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan berstandar internasional.

2. Mengembangkan rumah sakit sebagai pusat penelitian.

c) Tujuan
1. Terciptanya pelayanan kesehatan yang paripurna bermutu dan terjangkau

oleh seluruh lapisan masyarakat.

2. Meningkatkan kemampuan dan etika dan profesionalisme.

3. Terealisasinya sarana dan prasana yang nyaman dan modern.

4. Terwujudnya kesejahteraan pegawai.

2.2.3 Ruang Lingkup Kerja Intalasi Kesehatan Lingkungan

Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit merupakan suatu instalasi

yang kegiatannya berpedoman kepada KEPMENKES RI No.

1204/MENKES/SK/X/2004, dan setiap kebijakan yang diambil langsung dan

ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit. Lingkup kerja Instalasi Kesehatan

Lingkungan merupakan Penyehatan Ruang dan Bangunan program penyehatan

bangunan ruang dan bangunan meliputi kebersihan gedung, halaman, saluran

air, kamar mandi dan WC. Untuk pemeliharaan tersebut, kebijakan dari Rumah

Sakit Abdul Wahab Sjahranie dilaksanakan oleh pihak ketiga.


2.3 Tinjauan Umum Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

2.3.1 Pengertian Limbah Rumah Sakit

Pengertian limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari

kegiatan Rumah Sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang

dapat mengandung mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia

beracun, dan sebagian bersifat radioaktif.

Limbah Rumah Sakit yaitu buangan dari kegiatan pelayanan yang tidak

dipakai ataupun tidak berguna termasuk dari limbah pertamanan. Limbah rumah

sakit cenderung bersifat infeksius dan kimia beracun yang dapat mempengaruhi

kesehatan manusia, memperburuk kelestarian lingkungan hidup apabila tidak

dikelola dengan baik.

Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan

rumah sakit dalam bentuk padat dan cair (KepMenkes RI No.

1204/Menkes/SK/X/2004). Untuk mengoptimalkan penyehatan lingkungan

Rumah Sakit dari pencemaran limbah yang dihasilkannya maka Rumah Sakit

harus mempunyai fasilitas sendiri yang ditetapkan KepMenkes RI No.

1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Fasilitas Pengelolaan Limbah padat. Setiap Rumah sakit harus

melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber dan harus mengelola dan

mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya, beracun dan setiap

peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari

pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari

pihak yang berwenang. Pewadahan limbah padat non medis dipisahkan dari

limbah medis padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam khusus
untuk limbah medis non padat (Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004,

Depkes RI, 2004).

Tabel 6. Klasifikasi Limbah Medis Padat yang Berasal dari Rumah Sakit

Kategori Definisi Contoh Limbah yang


Limbah dihasilkan

(1) (2) (3)


Limbah yang terkontaminasi organisme Kultur laboratorium,
patogen (bakteri, virus, parasit, atau limbah dari bangsal
jamur) yang tidak secara rutin ada isolasi, kapas, materi,
1. Infeksius lingkungan dan organism tersebut dalam atau peralatan yang
jumlah dan virulensi yang cukup untuk teresentuh pasien yang
menularkan penyakit pada manusia terinfeksi, ekskreta.
rentan.
Limbah berasal dari pembiakan dan stock Bagian tubuh manusia
bahan yang sangat infeksius, otopsi, dan hewan (limbah
organ binatang percobaan dan bahan lain anatomis), darah dan
2. Patologis
yang telah diinokulasi, terinfeksi atau cairan tubuh yang lain,
kontak dengan bahan yang sangat janin.
infeksius.
Limbah dari bahan yang terkontaminasi Dari materi yang
dari persiapan dan pemberian obat terkontaminasi pada saat
sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang persiapan dan
mempunyai kemampuan untuk pemberian obat,
membunuh atau mengahambat misalnya spuit, ampul,
3. Sitotoksis pertumbuhan sel hidup. kemasan, obat
kedaluarsa, larutan sisa,
urine, tinja, muntahan
pasien yang
mengandung obat
sitotoksik.
merupakan materi yang dapat jarum, jarum suntik,
menyebabkan luka iris atau luka tusuk. skalpel, pisau bedah,
Semua benda tajam ini memiliki potensi peralatan infus, gergaji
bahaya dan dapat menyebabkan cedera bedah, dan pecahan
4. Benda tajam melalui sobekan atau tusukan. Benda- kaca
benda tajam yang terbuang mungkin
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh,
bahan mikrobiologi, bahan beracun atau
radioaktif.
Limbah farmasi mencakup produksi obat-obatan, vaksin, dan
farmasi. Kategori ini juga mencakup serum yang sudah
barang yang akan di buang setelah kedaluarsa, tidak
digunakan untuk menangani produk digunakan, tumpah, dan
5. Farmasi
farmasi, misalnya botol atau kotak yang terkontaminasi, yang
berisi residu, sarung tangan, masker, tidak diperlukan lagi.
slang penghubung darah atau cairan, dan
ampul obat.
Sambungan : Tabel 6

(1) (2) (3)


mengandung zat kimia yang berbentuk Reagent di laboratorium,
padat, cair, maupun gas yang berasal dari film untuk rontgen,
aktivitas diagnostic dan eksperimen serta desinfektan yang
6. Kimia
dari pemeliharaan kebersihan rumah sakit kadaluarsa atau sudah
dengan menggunakan desinfektan tidak diperlukan lagi,
solven
Bahan yang terkontaminasi dengan Cairan yang tidak
radioisotop yang berasal dari penggunaan terpakai dari radioaktif
medis atau riset radio nukleida. Limbah ini atau riset dilaboratorium,
dapat berasal dari antara peralatan kaca, kertas
lain : tindakan kedokteran nuklir, absorben yang
7. Radioaktif
radio-imunoassay dan bakteriologis; terkontaminasi, urine dan
dapat berbentuk padat, cair atau gas ekskreta dari pasien
yang diobati atau diuji
dengan radionuklida
yang terbuka.
Limbah yang mengandung logam berat Thermometer, alat
dalam konsetrasi tinggi termasuk dalam pengukur tekanan darah,
8. Logam yang
subkategori limbah kimia berbahaya dan residu dari ruang
bertekanan
biasanya sangat toksik. Contohnya pemeriksaan gigi, dan
tinggi/ berat
adalah limbah merkuri yang berasal dari sebagainya.
bocoran peralatan kedokteran yang rusak
Limbah yang berasal dari berbagai jenis tabung gas, kaleng
9. Kontainer
gas yang digunakan di rumah sakit. aerosol yang
bertekanan
mengandung residu, gas
cartridge.
Sumber : Pengelolaan aman limbah layanan kesehatan, 2005

2.3.2 Penanganan Limbah Padat

Limbah padat rumah sakit yang lebih dikenal dengan pengertian sampah

rumah sakit. Limbah padat (sampah) adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak

disenangi, atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari

kegiatan yang dilakukan oleh manusia, dan umumnya bersifat padat

(Azwar, 1990).

Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang

berbentuk padat akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat

dan non medis (Keputusan MenKes R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004). Limbah


padat Rumah Sakit adalah semua limbah RS yang berbentuk padat sebagai

akibat kegiatan Rumah Sakit yang terdiri dari limbah medis dan non medis, yaitu:

1. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan

di RS di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dari

halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologi.

2. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,

limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis,

limbah container bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat

yang tinggi.

3. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen

yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam

jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia

yang rentan.

4. Limbah sangat infeksius adalah limbah yang berasal dari pembiakan dan

stock (sediaan) bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan,

dan bahan lain yang diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang

sangat infeksius.

Pengelolaan sampah padat di rumah sakit dilakukan dengan pemilahan

antara sampah padat medis dan sampah padat non medis yang dipisahkan lagi

antara kering dan basah. Kebijakan dari direktur mengenai pengelolaan sampah

tersebut juga mencantumkan bahwa:

a) Untuk sampah padat medis menggunakan tempat sampah warna kuning

yang menggunakan pedal injak dan dilapisi kantong plastik warna kuning

yang dibedakan antara sampah padat medis basah dan kering yang

diletakkan bersebelahan, diruang tindakan baik rawat inap dan rawat jalan.
b) Untuk sampah padat non medis basah dan kering menggunakan bak sampah

yang dilapisi dengan kantong plastik warna hitam.

Pengelolaan limbah cair di RSUD Abdul Wahab Sjahranie menggunakan

sistem biologis dengan menggunakan jasa mikroorganisme (bakteri-bakteri)

pendegradasi limbah cair. Sumber limbah cair domestik berasal dari kantin, gizi,

kamar mandi dan toilet. Sedangkan sumber limbah cair medis berasal dari

pelayanan medis, ruang perawatan inap, ruang rawat jalan, ruang operasi, ruang

isolasi, laboratorium dan radiologi. Pelaporan dibuat setiap bulan ke:

a) BLH Provinsi Kalimantan Timur

b) BLH Kota Samarinda dan

c) Direktur RSUD Abdul Wahab Sjahranie.

2.3.3 Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang

1. Pemilahan limbah harus selalu dilakukan dari sumber yang menghasilkan

limbah.

2. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang

tidak dimanfaatkan kembali.

3. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa

memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti

bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak

berkepentingan tidak dapat membukanya.

4. Jarum dan srynges harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan

kembali.

5. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses

sterilisasi, untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes


Bascillus Stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes

Bacillus subtilis.

6. Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali.

Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable),

limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses

salah satu metode sterilisasi.

7. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan tabel .

berikut :

Tabel 7. Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategori
Wadah
No. Kategori kontainer/kan Lambang Keterangan
tong plastik

Kantong boks timbal


1 Radioaktif Merah dengan simbol
radioaktif

Kantong plastik
kuat, anti bocor, atau
Sangat
2 Kuning kontainer yang dapat
infeksius
di sterilisasi
dengan otoklaf

Limbah
infeksius, Plastik kuat dan anti
3 Kuning
patologi bocor atau kontainer
anatomi

Kontainer plastik
4 Sitotoksik Ungu
kuat dan anti bocor
Sambungan : Tabel 7

Limbah
kimia Kantong plastik atau
5 Coklat -
dan kontainer
farmasi
Sumber : Kepmenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004

8. Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan

perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.

9. Limbah Sitotoksik dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan

diberi label bertuliskan “Limbah Sitotoksik”.

2.3.4 Pengertian Incenerator

Limbah rumah sakit merupakan definisi yang lebih luas dengan

mengacu pada semua limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit, baik itu limbah

yang menular dan yang tidak menular, limbah infeksius, limbah kimia dan limbah

yang tidak berbahaya. Pemusahan limbah medis rumah biasanya dilakukan

dengan pembakaran di incenerator, tetapi yang sering jadi masalah ialah emisi

udara dari incenerator tersebut yang dapat mencemari udara apabila tidak

memiliki pengendalian udara yang baik. Insinerasi merupakan proses

pembakaran yang terorganisir untuk mengurangi limbah padat sehingga

berbentuk abu dan dilakukan netralisasi dan solidifikasi abu hasil bakaran dan

dikuburkan didalam tanah. Incenerator dapat mereduksi massa limbah sebesar

70% dan mereduksi volume sampai 90%. Proses pengoperasian incenerator

juga sangat berpengaruh pada evektivitas dari pemusnahan limbah medis

rumah sakit sehingga diperlukan standar pengoperasian yang baik. Hal yang

perlu diperhatikan dalam pengoperasian incenerator antara lain dimulai dari alat

peindung diri (APD) dari karyawan yang bertugas, durasi pengumpulan limbah

dari setiap ruang rumah sakit, pengemasan limbah, durasi dan sistem
pembakaran termasuk pengoperasian insinerator dalam suhu tinggi (>10000C),

serta penanganan terhadap abu sisa incenerator.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah no.18 tahun 1999 dijelaskan bahwa

limbah bahan beracun dan berbahaya (limbah B3) adalah sisa suatu usaha

dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang

karena sifat, konsentrasinya, atau jumlahnya yang secara langsung maupun

tidak langsung dapat mencemari lingkungan hidup dan membahayakan

lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup

yang lain. Limbah medis adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah

sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas. Limbah Padat B3 terdiri dari limbah

infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis,

limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah container bertekanan, limbah dengan

kandungan logam berat yang tinggi. Pengelolaan limbah rumah sakit mengacu

pada Permenkes 1204 Tahun 2004 ini.

Incinerator adalah metode penghancuran limbah organik dengan melalui

pembakaran dalam suatu sistem yang terkontrol dan terisolir dari lingkungan

sekitarnya. Incinerator produk kami dirancang dengan menggunakan 2 (dua)

ruang pembakaran, yaitu Ruang Bakar 1 (Primary Chamber) dan Ruang Bakar 2

(Secondary Chamber).

a. Primary Chamber
Berfungsi sebagai tempat pembakaran limbah. Kondisi pembakaran dirancang

dengan jumlah udara untuk reaksi pembakaran kurang dari semestinya,

sehingga disamping pembakaran juga terjadi reaksi pirolisa. Pada reaksi

pirolisa material organik terdegradasi menjadi karbon monoksida dan metana.

Temperatur dalam primary chamber diatur pada rentang 6000C-8000C dan

untuk mencapai temperatur tersebut, pemanasan dalam primary chamber


dibantu oleh energi dari burner dan energi pembakaran yang timbul dari

limbah itu sendiri. Udara (oksigen) untuk pembakaran di suplai oleh blower

dalam jumlah yang terkontrol. Padatan sisa pembakaran di primary chamber

dapat berupa padatan tak terbakar (logam, kaca) dan abu (mineral),

maupun karbon berupa arang. Tetapi arang dapat diminimalkan dengan

pemberian suplai oksigen secara continue selama pembakaran berlangsung.

Sedangkan padatan tak terbakar dapat diminimalkan dengan melakukan

pensortiran limbah terlebih dahulu.

b. Secondary Chamber
Gas hasil pembakaran dan pirolisa perlu dibakar lebih lanjut agar tidak

mencemari lingkungan. Pembakaran gas-gas tersebut dapat berlangsung

dengan baik jika terjadi pencampuran yang tepat antara oksigen (udara)

dengan gas hasil pirolisa, serta ditunjang oleh waktu tinggal (retention time)

yang cukup. Udara untuk pembakaran di secondary chamber disuplai oleh

blower dalam jumlah yang terkontrol. Selanjutnya gas pirolisa yang tercampur

dengan udara dibakar secara sempurna oleh burner didalam secondary

chamber dalam temperatur tinggi yaitu sekitar 8000C-10000C. Sehingga

gas-gas pirolisa (Metana, Etana dan Hidrokarbon lainnya) terurai menjadi gas

CO2 dan H2O (Herumurti W, 2004).

2.3.5 Kegiatan Swapantau Uji Emisi, Ambien dan Kebisingan

Setiap 6 bulan sekali dilaksanakan kegiatan pemeriksaan uji emisi dan

ambien pada cerobong mesin insenerator oleh Balai Riset dan Standardisasi

Industri Samarinda, dengan titik pengambilan sampling:

a) Uji emisi pada : Hole cerobong insenerator, genset

b) Uji ambien pada : Selasar 1 depan Ruang Mawar


Di bawah tiang bendera / halaman parkir TU IPSRS

c) Uji kebisingan Mesin Genset pengambilan titik sampling dilaksanakan pada

lokasi titik : Depan Ruang Teratai

Di depan tunggu Poli Klinik Rawat Jalan

2.4 Tinjauan Umum Sterilisasi

Sterilisasi merupakan Metode praktis yang dirancang untuk

membersihkan dari mikroorganisme, atau sengaja untuk menghambat

pertumbuhannya, yang nyata dari kepentingan dasar di banyak keadaan. Jenis

dari mikroorganisme sangat berbeda dalam kelemahannya terdapat berbagai

macam agen antimikroba, dan lebih banyak lagi. Banyak yang akan bertahan,

contohnya, pada cuaca tertentu organisme memiliki kulit, pada beberapa tubuh

zat cair atau pada udara, Air, makanan, kotoran, atau ruangan berdebu. Caranya

harus dirubah, oleh karena itu, dengan masalah nyata. Hal ini tidak mungkin,

bagaimanapun pada garis besarnya tentunya prinsip dasar digaris bawahi pada

umumnya digunakan cara untuk memusnahkan dan mengontrol kehidupan

mikroba (Suriantika, 2013).

Sterilisasi adalah proses pengolahan suatu alat atau bahan dengan

tujuan mematikan semua mikroorganise termasuk endospora pada suatu

alat/bahan. Sterilisasi adalah cara yang paling aman dan paling efektif untuk

pengelolaan alat kesehatan yang berhubungan dengan darah atau jaringan di

bawah kulit yang secara normal bersifat steril.

a. Sterilisasi Cara Fisik

Sterilisasi basah dilakukan dengan uap panas pada tekanan tertentu misalnya

pada Autoclave, atau dengan cara mendidihkan. Sterilisasi dengan autoclave

paling efisien karena suhu yang dicapai melebihi titik didih air yaitu 121ºC dan
lama sterilisasi pada umumnya 20 menit. Lama sterilisasi dihitung mulai dari

saat suhu mencapai 121ºC, untuk seperti kain kasa dan kapas lama sterilisasi

30 menit. Untuk mengawasi kualitas sterilisasi basah digunakan spora tahan

panas misalnya spora bacillus stearothermophilus.

b. Sterilisasi Kering

Dilakukan didalam oven, membutuhkan suhu yang lebih tinggi yaitu umumnya

antara 150-170 ºC dan waktu yang lebih lama dari pada autoclave. Digunakan

terbatas untuk alat gelas dan bahan minyak, gas atau bubuk yang rusak

dengan uap. Untuk mematikan spora dibutuhkan waktu 2 jam pada suhu

180ºC.

c. Sterilisasi dengan Bahan Kimia atau Gas

Ada beberapa bahan kimia yang merupakan racun bagi mikroorganisme tetapi

tidak banyak yang di pakai sebagai bahan sterilisasi. Bahan kimia yang

digunakan untuk sterilisasi antara lain gas etilen oksida, formaldehid. Gas ini

merupakan bahan kimia yang sangat relatif, sehingga cukup berpotensi untuk

membunuh mikroorganisme. Namun kadang-kadang meninggalkan sisa pada

bahan yang disterilkan.

d. Sterilisasi Cara Penyaringan (Filtrasi)

Merupakan metode sterilisasi yang dipakai untuk larutan yang tidak tahan

panas seperti serum,plasma atau tripsin. Jenis saringan terbuat dari selulosa

berpori, penyaringan (filter) ini mengabsorbsi hanya sedikit cairan yang

difiltrasi. Dan ukuran penyaring (filter) yang digunakan untuk sterilisasi adalah

0,22 μm karena ukuran ini lebih kecil dari bakteri.


e. Sterilisasi Cara Penyinaran Ultra Violet

Penyinaran ultra violet terutama digunakan untuk mengendalikan infeksi yang

ditularkan melalui udara pada ruang kultur jaringan. Efek samping dapat

merusak retina mata dan sel-sel yang bermitosis sehingga tidak diperbolehkan

bekerja dibawah sinar UV, selain itu sinar Ultra Violet juga bersifat mutogenik

(Darmadi, 2008).

2.5 Pengendalian Serangga dan Binatang Penganggu Lainnya

Pengendalian vektor dan binatang pengganggu yang telah dilakukan di

rumah sakit antara lain adalah pembasmian nyamuk, lalat, semut, tikus dan

kucing. Untuk pembasmian nyamuk, lalat dan semut dilakukan oleh personel dari

Instalasi Kesehatan Lingkungan dengan cara fogging dan penyemprotan setiap 3

bulan sekali atau setiap ada kasus tertentu. Sedangkan untuk pembasmian

kucing dan tikus dilaksanakan dengan pemberian umpan.

2.6 Tinjauan Umum Air

Air merupakan sumber daya yang mutlak harus ada bagi kehidupan. hal

ini dibuktikan dengan keberadaan air dalam tubuh organisme. Tubuh manusia

kurang lebih 70% terdiri atas air, karena air merupakan pelarut yang universal.

Sebaliknya, di dalam badan air, terdapat benda-benda hidup yang sangat

menentukan karakteristik air tersebut, baik secara kimia maupun secara fisis dan

biologis (Soemirat J, 2004).


2.6.1 Kegiatan Swapantau Pengelolaan Air Limbah

Setiap bulan tanggal 5 sampai dengan 10 melaksanakan pengambilan

sampel limbah cair kemudian mengantarnya ke Balai Riset dan Standardisasi

Industri Samarinda (BARISTAN) di MT. Haryono Rawa Indah. Hasil pemeriksaan

sampel limbah cair dapat diperoleh sekitar satu bulan, kemudian membuat

analisa, dan melaporkannya kepada:

a) BLH Provinsi Kalimantan Timur

b) BLH Kota Samarinda dan

c) Direktur RSUD Abdul Wahab Sjahranie.

2.6.2 Penyehatan Air

Dalam pelaksanaan program air bersih ini, rumah sakit menggunakan air

PDAM. Sedangkan untuk pemeriksaan kualitas air bersih dilaksanakan oleh

Pemeriksaan Fisik Kimia dan mikrobiologi oleh Balai Riset dan Standardisasi

Industri Samarinda setiap 6 bulan sekali, dengan lokasi titik sampling antara lain :

Air bersih yang bersumber dari sumur :

1. Teratai

2. Mawar

Air minum yang bersumber dari PDAM :

1. Instalasi Gizi

2. Ruang OK (Kamar Operasi)

3. HD (Hemodialisa)

4. CSSD (Central Sterile Supply Department)


2.7 Waktu dan Kegiatan Praktek Kerja Lapang

Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) terhitung dari tanggal 2

Maret sampai dengan 30 April 2015, bertempat di Instalasi Kesehatan

Lingkungan RSUD Abdul Wahab Sjahranie yang beralamatkan Jalan Palang

Merah Indonesia, Kecamatan Samarinda Ulu. Adapun kegiatan-kegiatan yang

dilakukan selama Praktek Kerja Lapang dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini :

Tabel 8. Kegiatan Praktek Kerja Lapang

Kelompok
No. Uraian Kegiatan Lokasi Tanggal
Kegiatan
RSUD A.
a. Mendata Jumlah 07,08,11,16,17,23 Maret
Wahab
Bak Sampah & 13,23 April 2015
Sjahranie
b. Mendata Berat
TPS RSUD A.
Sampah Medis dan 08,19,23 Maret & 02
Wahab
Non MedisPer April 2015
Sjahranie
ruangan
Pengelolaan c. Pembakaran RSUD A.
1. 04,06,12,23,26 Maret
Limbah Padat Sampah Medis Di Wahab
2015
Insenerator Sjahranie
d. Pengangkutan
Sampah Domestik Bukit Sampah 11 Maret 2015
Ke TPA
RSUD A.
e. Uji Emisi, Ambien
Wahab 02 April 2015
dan Kebisingan
Sjahranie
Teratai 2,
Melati, Instalasi
Gizi, Bedah
Pengambilan Sampel
2. Penyehatan Air Sentral, HD, 13 April 2015
Air Minum
CSSD RSUD A.
Wahab
Sjahranie

a. Penanganan RSUD A.
Masalah Kerusakan Wahab
3. Penyehatan 09 Maret & April 2015
Sarana Rumah Sakit Sjahranie
Ruang dan
Bangunan
b. Pengawasan RSUD A. 05,06,16,19,24,31 Maret
Kebersihan Per Wahab & 08,09,22,27 April
Zona Sjahranie 2015
Sambungan : Tabel 8

04,05,11,12,13,20,31
RSUD A.
Maret &
c. Sterilisasi Ruangan Wahab
01,06,07,10,15,16,
Sjahranie
21,24,27,30 April 2015
Pengendalian
Serangga dan RSUD A.
20,26, Maret & 20 April
4. Binatang Pest Control Wahab
2015
Pengganggu Sjahranie
Lainnya
BAB III
HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG

3.1 Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Limbah Padat

3.1.1 Mendata Jumlah Bak Sampah

a. Tujuan
Mendata jumlah bak sampah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

berapa jumlah bak sampah yang ada di setiap ruangan rumah sakit, untuk

mengetahui bak sampah sudah mencukupi untuk setiap ruangan dan bak

sampah yang di gunakan sudah memenuhi standar untuk digunakan.

b. Dasar Teori
Tempat sampah (bahasa Inggris: waste container) adalah tempat untuk

menampung sampah secara sementara, yang biasanya terbuat dari logam atau

plastik. Di dalam ruangan, tempat sampah umumnya disimpan di dapur untuk

membuang sisa keperluan dapur seperti kulit buah atau botol. Ada juga tempat

sampah khusus kertas yang digunakan di kantor. Beberapa tempat sampah

memiliki penutup pada bagian atasnya untuk menghindari keluarnya bau yang

dikeluarkan sampah. Kebanyakan harus dibuka secara manual, namun saat ini

sudah banyak yang menggunakan pedal untuk memudahkan membuka tutup

tempat sampah. Tempat sampah dalam ruangan umumnya dilapisi kantong

untuk memudahkan pembuangan sehingga tidak perlu memindahkan tempat

sampah ketika sudah penuh, cukup dengan membawa kantong yang melapisi

tempat sampah lalu menggantinya dengan yang baru. Hal ini memudahkan

pembuangan sampah. Beberapa tempat umum seperti taman memiliki tempat

sampah yang ditempatkan di sisi sepanjang jalan yang secara frekuentif dapat

ditemukan di sisi sepanjang jalan (Anonim, 2013).


c. Alat dan Bahan
1) Alat yang digunakan pada kegiatan ini antara lain adalah:

a) Kamera

b) Pulpen

c) Buku

d. Prosedur Kerja
1) Mempersiapkan buku dan pulpen

2) Menuju per ruangan untuk mendata bak sampah

3) Minta izin dengan kepala ruangan untuk mendata bak sampah

4) Mulai menghitung jumlah bak sampah yang ada di dalam ruangan

5) Mencatat jumlah bak sampah

e. Hasil yang Dicapai


Dari hasil kegiatan mendata jumlah bak sampah, hasil jumlah bak

sampah per ruangan adalah sebagai berikut:

Tabel 9. Jumlah Bak Sampah


Medis Non Medis
No. Ruangan
Besar Kecil Besar Kecil

1. Sakura 16 15 19 176

2. IGD 12 7 18 10

3. Cempaka 1 3 2 20 2

4. Cempaka 2 2 2 8 2

5. Teratai 1 4 - 12 13

6. Teratai 2 4 - 8 10

7. Teratai 3 4 - 16 12

8. Endelwies 4 - 16 1

9. Mawar 3 - 10 2

10. Melati 2 - 10 -

11. Anggrek 3 2 9 13

12. Flamboyan 2 1 12 2
Sambungan : Tabel 9

13. Angsoka 2 - 12 2

14. Seruni 2 - 12 2

15. Dahlia 2 - 12 2

16. ICU 2 2 9 4

17. ICCU 2 1 3 2

18. Radiologi 4 2 20 2

19. Unit Kemoterapi 7 6 8 2

20. PICU/NICU 15 4 - 2

21. Lab. Patologi Klinik 12 - 7 -

22. Poliklinik 12 3 30 20

Jumlah 119 47 279 261


Sumber : RSUD. A. Wahab Sjahranie

f. Pembahasan
Dari hasil kegiatan mendata bak sampah per ruangan yang telah

dilaksanakan, dapat diketahui keseluruhan jumlah bak sampah medis yang besar

yaitu 119 dan bak sampah medis yang berukuran kecil 47, sedangkan untuk bak

sampah non medis yang berukuran besar berjumlah 279 dan bak sampah non

medis yang berukuran kecil berjumlah 261. Untuk penggunaan bak sampah di

tempatkan di setiap sudut ruangan dan di sepanjang selasar RSUD Abdul

Wahab Sjahranie. Instalasi KESLING juga mengeluarkan kebijakan tentang

penggunaan kantong plastik yang berbeda untuk limbah medis, limbah non

medis, dan kemoterapi. Untuk bak sampah non medis menggunakan kantong

plastik warna hitam, bak sampah medis menggunakan kantong plastik warna

kuning dan untuk kemoterapi menggunakan kantong plastik berwarna ungu, dan

untuk limbah jarum diletakkan dijerigen bekas agar tidak membahayakan bagi

para petugas kebersihan ketika membuangnya.


3.1.2 Mendata Berat Sampah Medis dan Non Medis Per Ruangan

a. Tujuan
Memantau berat sampah per ruangan dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui persentasi berat sampah medis dan non medis yang dihasilkan per

ruangan dalam jangka waktu 1 bulan.

b. Dasar Teori
Dalam kegiatan sehari-hari rumah sakit menimbulkan banyak sampah

dan mengakibatkan timbulan sampah. Yang dimaksud dengan timbulan sampah

adalah sampah yang diambil dari lokasi pengambilan terpilih, untuk diukur

volumenya dan ditimbang beratnya dan diukur komposisinya. Komponen

komposisi sampah adalah komponen fisik sampah seperti sisa-sisa makanan,

kertas-katon, kayu, kain-tekstil, karet-kulit, plastik, logam besi-non besi, kaca dan

lain-lain (Utami Wilda, 2011).

Sampah yang dihasilkan berupa sampah medis dan non medis. Sampah

medis merupakan sampah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan,

farmasi atau sejenisnya, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan

yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa

membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Dan yang dimaksud

dengan sampah non medis adalah sampah yang berasal dari unit pelayanan sisa

makanan buangan, sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan

makanan dan lain-lain) (Perwira L, 2014).

c. Alat dan Bahan


1) Alat-alat yang digunakan pada kegiatan ini antara lain adalah:

a) Timbangan

b) Kamera

c) Pulpen
d) Buku

2) Bahan-bahan yang digunakan pada kegiatan ini antara lain adalah

sampah medis dan non medis.

d. Prosedur Kerja
1) Mempersiapkan buku dan pulpen

2) Menyediakan timbangan

3) Menuju TPS RSUD Abdul Wahab Sjahranie untuk menimbang sampah

4) Menimbang plastik sampah

5) Mencatat berat sampah

e. Hasil yang Dicapai


Dari hasil kegiatan mendata berat sampah per ruangan, diketahui jumlah

sampah medis dan non medis yang dihasilkan per ruangan dalam jangka waktu

2 bulan sebagai berikut:

Tabel 10. Jumlah Berat Sampah Medis dan Non Medis


Limbah Non Medis
Limbah Medis (Kg)
No. Ruangan (Kg)
Maret April Maret April
1. Poli Sakura 607 579 2678 2663
2. IGD 3130 3025 14033 13286
3. HD 740 407 3199 1666
4. Unit Kemoterapi 315 316 1344 1218
5. ICU 172 151 745 617
6. ICCU 289 231 1120 1022
7. PICU/NICU 330 264 1121 1215
8. Mawar (Nifas) 978 822 3692 3608
9. Unit stroke 26 147 113 649
10. Tulip 69 85 249 385
11. Angsoka 1509 978 4924 4455
12. Flamboyan 1210 985 5324 4018
13. Seruni 1146 1037 4895 4539
14. Dahlia 1141 1021 5001 4433
Sambungan : Tabel 10

15. Anggrek 1282 1170 5610 5117


16. Melati 1495 1343 6576 6017
17. Edelwies 696 606 2768 2663
18. Teratai 1 246 187 1020 817
19. Teratai 2 130 112 504 462
20. Cempaka 1 981 1130 5331 4886
21. Cempaka 2 1310 1322 5733 5182
Jumlah Berat Sampah 17.802 15.918 75.980 92.885
Sumber : RSUD. A. Wahab Sjahranie

f. Pembahasan
Dari hasil kegiatan mendata jumlah berat sampah per ruangan yang telah

dilaksanakan dapat diketahui keseluruhan jumlah berat sampah yang dihasilkan

perbulan untuk semua ruangan sampah medis pada bulan Maret yaitu 17.802 Kg

dan untuk bulan April yaitu 15.918 Kg, sedangkan jumlah sampah non medis

pada bulan Maret yaitu 75.980 Kg dan pada bulan April yaitu 92.885 Kg. Jumlah

sampah medis dan non medis tergantung dari kegiatan yang dilaksanakan rumah

sakit.

Pemantauan berat sampah per ruangan dilakukan secara rutinitas

perhari, secara umum petugas Instalasi Kesehatan Lingkungan menghitung

jumlah sampah secara efektif, yaitu dengan cara mengambil beberapa kantong

plastik sebagai sampel, kemudian menghitung jumlah kantong plastik yang ada

di dalam gerobak sampah.

3.1.3 Pembakaran Sampah Medis di Insenerator

a. Tujuan
Pembakaran sampah medis di insenerator dengan tujuan untuk:

1) Mencegah terjadinya pencemaran udara dan air tanah


2) Memusnahkan sampah medis dengan insenerator

3) Mencegah daur ulang sampah medis yang sangat berbahaya dan dapat

mengurangi bahaya infeksius limbah layanan kesehatan secara efektif

4) Mencegah penularan penyakit infeksi nosokomial

5) Menjaga kebersihan serta kesehatan lingkungan secara umum

b. Dasar Teori
Insinerasi adalah pembakaran limbah padat menggunakan suatu alat

yang disebut incenerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume

sampah berkurang sangat banyak, bisa mencapai 90 %. Selain itu, proses

insinerasi menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan

listrik atau untuk memanaskan ruangan. Meski demikian, tidak semua jenis

limbah padat dapat dibakar dalam insinerator. Jenis limbah padat yang cocok

untuk insinerasi di antaranya adalah kertas, plastik, dan karet, sedangkan contoh

jenis limbah padat yang kurang sesuai untuk insinerasi adalah kaca, sampah

makanan, dan baterai (Bangazul, 2014).

c. Alat dan Bahan


1) Alat-alat yang digunakan pada kegiatan ini antara lain adalah:

a) Alat Pelindung Diri (APD), seperti helm, masker, sarung tangan

karet/kulit, sepatu bot, baju tahan panas.

b) Incenerator

c) Kamera

d) Buku

e) Pulpen

2) Bahan-bahan yang digunakan pada kegiatan ini antara lain adalah:

a) Solar

b) Sampah Medis
d. Prosedur Kerja
1) Petugas harus memakai Alat Pelindung Diri (APD), seperti helm, masker,

sarung tangan karet/kulit, sepatu bot, baju tahan panas

2) Petugas insenerator menimbang dan memilah sampah medis yang dikirim

oleh petugas dari ruangan

3) Sampah medis dari ruangan ditimbang dan dicatat dalam buku monitoring

disaksikan oleh kedua petugas

4) Dalam pembakaran sampah medis diusahakan Burner tidak tertutup oleh

sampah secara langsung untuk mendapatkan hasil yang baik sesuai

dengan kapasitas alat insenerator

5) Sebelum pintu alat insenerator ditutup untuk pembakaran, periksa sekali

lagi apakah sudah sesuai dengan ketentuan

6) Insenerator siap dioperasikan sesuai dengan kebutuhan baik waktu,

maupun suhu pembakaran yang diinginkan agar hasilnya efektif

7) Petugas harus mencatat kegiatan pembakaran dalam buku untuk

melaporkan hasil pembakaran apakah mencapai standar yang diinginkan

8) Apabila hasilnya tidak baik segera laporkan ke bagian terkait (IPS RS)

e. Hasil yang Dicapai


Dari hasil pembakaran sampah medis di incenerator, timbulan sampah

medis yang berbahaya jika terkena tubuh pasien seperti jarum suntik, tabung

spuit, kain perban/kasa dapat dimusnahkan tanpa mencemari, membahayakan

lingkungan dan dapat mengurangi volume sampah medis di rumah sakit.

Insinerasi material sampah mengubah sampah menjadi abu, gas sisa hasil

pembakaran, partikulat, dan panas.


f. Pembahasan
Upaya dan perlakuan pemusnahan sampah medis agar tidak

mengganggu kesehatan dan mencemari lingkungan dengan cara pembakaran

bertekanan tinggi serta suhunya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. (Min.

1000°).Pembakaran limbah medis dilakukan 2 kali seminggu yaitu hari selasa

dan jumat tergantung dari cuaca dan jumlah limbah medis. Jumlah limbah medis

lebih kurang 750-900 kg = 5 kubik untuk sekali pembakaran dengan temperatur

1000°𝐶-1500°𝐶 selama 8-10 jam.

3.1.4 Pengangkutan Sampah Domestik ke TPA

a. Tujuan
Kegiatan pengangkutan sampah ke TPS dilakukan dengan tujuan untuk

mencegah dari terjadinya timbulan sampah dan sampah berserakan di sekitar

rumah sakit yang bisa mengakibatkan/menimbulkan bau yang tidak enak dan

menjadi sumber penyakit dan tempat berkembangbiaknya hewan seperti tikus,

kecoa dan binatang pengganggu lainnya.

b. Dasar Teori
Tempat pembuangan akhir (TPA) atau tempat pembuangan

sampah (TPS) ialah tempat untuk menimbun sampah dan merupakan bentuk

tertua perlakuan sampah. TPA dapat berbentuk tempat pembuangan dalam (di

mana pembuang sampah membawa sampah di tempat produksi), begitupun

tempat yang digunakan oleh produsen. Dahulu, TPA merupakan cara paling

umum untuk limbah buangan terorganisir dan tetap begitu di sejumlah tempat di

dunia (Wiwitna, 2013).

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah

mencapai tahap terakhir dalam pengelolaan sejak mulai timbul di sumber,


pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA

merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak

menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan

penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat

dicapai dengan baik (Anonim, 2015).

c. Alat dan Bahan


1) Alat-alat yang digunakan pada kegiatan ini antara lain adalah:

a) Truk

b) Gerobak sampah

c) Kamera

d) Pisau

2) Bahan-bahan yang digunakan pada kegiatan ini antara lain adalah:

a) Sampah non medis

b) Kantong plastik

d. Prosedur Kerja
1) Mengambil sampah dari ruang dan dikumpul di suatu tempat

2) Masukkan sampah ke dalam gerobak sampah

3) Dorong gerobak sampah ke TPS RSUD A. Wahab Sjahranie

4) Sebelum dimasukkan ke dalam truck sampah, sampah harus dipilah

terlebih dahulu.

5) Sampah yang dianggap tidak berbahaya dan tidak memiliki nilai ekonomis

di masukkan ke dalam truk sampah

6) Apabila truk sampah sudah penuh, sampah dibawa ke TPA

e. Hasil yang Dicapai


Dari hasil pengangkutan sampah ke TPA, timbulan sampah di TPS RSUD

Abdul Wahab Sjahranie dapat dihilangkan agar dapat menampung lagi sampah
yang nantinya dibawa dari ruangan sebelum dibawa ke TPA, bau yang tidak

enak dapat dihilangkan dan dapat mencegah hewan seperti tikus, kecoa dan

binatang pengganggu lainnya berkembang biak di TPS.

f. Pembahasan
Kegiatan pengangkutan sampah dilakukan secara rutin setiap hari jam

11.30 siang. Sebelum sampah dibawa ke TPA, sampah terlebih dahulu dipilah

antara sampah yang bernilai ekonomis dan sampah yang tidak bernilai

ekonomis.Sampah yang bernilai ekonomis seperti botol aqua bekas, gelas aqua,

kardus, dan limbah plastik lainnya akan dijual oleh pengumpul sampah dan

sampah yang tidak mempunyai nilai ekonomis akan langsung di masukkan ke

dalam truk dan akan di buang ke TPA.

3.1.5 Uji Emisi, Ambien dan Kebisingan

a. Tujuan
Uji emisi dan ambien dilakukan dengan tujuan untuk memantau kualitas

udara emisi, ambien dan kebisingan di sekitar RSUD Abdul Wahab Sjahranie

dan untuk mengetahui apakah udara emisi, ambien dan kebisingan di sekitar

rumah sakit telah memenuhi persyaratan.

b. Dasar Teori
Ambien adalah udara sekitar kita di lapisan troposfer yang apa adanya

yang sehari-hari kita hirup. Dalam keadaan normal, udara ambien ini akan terdiri

dari gas nitrogen (78%), oksigen (20%), argon (0,93%) dan gas karbon dioksida

(0,03%). Udara emisi adalah udara yang langsung dikeluarkan oleh sumber emisi

seperti knalpot kendaraan bermotor dan cerobong gas buang pabrik. Tergantung

dari pengelolaan lingkungannya, udara emisi bisa mencemari udara ambien atau

tidak mencemari udara ambien. Oleh sebab itu perlu diadakan analisis udara
ambien dan udara emisi dengan beberapa parameter. Parameter-parameter

kualitas udara yang dipantau umumnya hampir sama seperti gas SOx, CO, NO2,

H2S, NH3 dan partikulat yang berbentuk padat (Adesuherman, 2012).

Bising di artikan sebagai suara yang dapat menurunkan pendengaran,

baik secara kualitatif (peningkatan ambang batas) merupakan secara kualitatif

(penyempitan spektrum pendengaran) kebisingan di definisikan sebagai suara

yang tidak dikehendaki yang dapat menimbulkan rasa sakit dan mengganggu

aktifitas manusia. jadi dapat di simpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi/suara

yang tidak di ketahui dan dapat dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan,

kenyamanan dan bahwa dapat menimbulkan ketulian (Anonim, 2011).

c. Alat dan Bahan


1) Alat-alat yang digunakan pada kegiatan ini antara lain adalah:

a) Ambient Air Sampler

b) Dust Collector

c) Envirometer

d) HDAS

d. Prosedur Kerja
Untuk uji emisi dan ambien dilakukan oleh petugas dari Balai Riset dan

Standardisasi Industri Samarinda.

e. Hasil yang Dicapai


Dari hasil kegiatan pemeriksaan uji emisi, ambien dan kebisingan di

RSUD Abdul Wahab Sjahranie dapat dipantau. Dan dapat diketahui apakah

udara emisi, ambien dan kebisingan di sekitar rumah sakit memenuhi standar

yang telah ditetapkan dalam Keputusan MenteriLingkungan Hidup Nomor Kep-

13/MenLH/12/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak dan


KEPMENKES RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit.

f. Pembahasan
Setiap 6 bulan sekali dilaksanakan kegiatan pemeriksaan uji emisi,

ambien dan kebisingan pada cerobong mesin insenerator oleh Balai Riset dan

Standardisasi Industri Samarinda yang beralamat di MT Haryono Rawa Indah

Samarinda, dengan titik pengambilan sampling:

Uji emisi pada : Hole cerobong insenerator

Uji ambien pada : Selasar 1 depan Ruang Mawar, depan IBSRS

(Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit), di depan

gedung utama

Kebisingan : Depan Teratai, Poliklinik

3.2 Penyehatan Air

3.2.1 Pengambilan Sampel Air Minum dan Air Bersih

a. Tujuan
Pengambilan sampel air minum dan air bersih dilakukan dengan tujuan

agar penyediaan air bersih dan air minum di RSUD A. Wahab Sjahranie dapat

terpantau dan terlindungi secara terus menerus dan mencegah penurunan

kualitas air sehingga penggunaan air tidak mengganggu atau membahayakan

kesehatan.

b. Dasar Teori
Air bersih adalah air sehat yang dipergunakan untuk kegiatan manusia

dan harus bebas dari kuman-kuman penyebab penyakit, bebas dari bahan-bahan

kimia yang dapat mencemari air bersih tersebut. Air merupakan zat yang mutlak

bagi setiap mahluk hidup dan kebersihan air adalah syarat utama bagi
terjaminnya kesehatan. Menurut Peraturan Menteri Kesehata RI Nomor : 41

6/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air bersih

adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya

memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat¬Syarat dan

Pengawasan Kualitas Air bersih, Air minum adalah air yang kualitasnya

memenuhi syarat-syarat kesehatan dan langsung dapat diminum.Menurut

Permendagri No. 23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara

Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum, Departemen

dalam Negeri Republik Indonesia, Air minum adalah air yang melalui proses

pengolahan atau tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat

langsung diminum (Anonim, 2014).

c. Alat dan Bahan


1) Alat-alat yang digunakan pada kegiatan ini antara lain adalah:

a) Pelita

b) Korek api

c) Botol kaca 6 buah

d) Jerigen kecil 6 buah

e) Kertas

f) Pulpen

2) Bahan-bahan yang digunakan pada kegiatan ini antara lain adalah:

a) Spiritus

b) Alkohol

c) Air

d) Kapas

e) Tisu
f) Lakban

d. Prosedur Kerja
1) Mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan

2) Mencuci jerigen dengan air bersih

3) Tentukan titik pengambilan sampel

4) Menuju tempat pengambilan sampel yang telah ditentukan

5) Hidupkan pelita

6) Sterilkan tangan dengan menggunakan alkohol 70%

7) Sterilkan botol kaca, tutup botol kaca, jerigen, tutup jerigen, kran air

sebelum mengambil sampel air dengan cara tuangkan alkohol di kapas,

kemudian lap mulut botol kaca, jerigen, tutup botol kaca, tutup jerigen,

dan kran air dan dilanjutkan dengan memanaskan semua alat tersebut di

atas api pelita

8) Hidupkan kran air dan isi botol kaca dan jerigen hingga penuh

9) Lekatkan label pada botol kaca dan jerigen

10) Setelah pengambilan sampel air selesai, sampel air di bawa ke Baristand

untuk diuji.

e. Hasil yang Dicapai


Dari hasil pengambilan sampel air minum dari 6 titik yang telah

ditentukan, kualitas air minum dapat terpantau dan terlindungi secara terus

menerus dan dapat diketahui apakah kualitas air minum yang digunakan untuk

kegiatan sehari-hari di Rumah Sakit sudah memenuhi persyaratan kesehatan air

minum sesuai PERMENKES No. 416/1990.

f. Pembahasan
Setiap 6 bulan sekali, Instalasi KESLING mengambil sampel air minum

dengan lokasi titik sampling antara lain di:


1) Teratai 2

2) Melati

3) Instalasi Gizi

4) CSSD (Central Sterile Supply Departement)

5) Instalasi Bedah Sentral

6) HD (Hemodialisa)

Sampel air yang telah diambil akan dihantar ke Baristand (Balai Riset dan

Standarisasi Industri ) Samarinda untuk dilakukan pemeriksaan kualitas air

bersih, hasil pemeriksaan sampel air dapat diperoleh sekitar satu bulan,

kemudian petugas Instalasi KESLING membuat analisa dan melaporkannya

kepada:

1) BLH Propinsi Kalimantan Timur

2) BLH Kota Samarinda dan

3) Direktur RSUD A. Wahab Sjahranie

3.3 Penyehatan Ruang dan Bangunan

3.3.1 Penanganan Masalah Kerusakan Sarana Rumah Sakit

a. Tujuan
Penanganan masalah kerusakan sarana rumah sakit dilakukan dengan

tujuan untuk memperbaiki sarana rumah sakit yang rusak agar bisa digunakan

kembali dan nyaman digunakan oleh karyawan maupun pengunjung dan pasien

yang berada di RSUD Abdul Wahab Sjahranie.

b. Dasar Teori
Penanganan masalah kerusakan sarana Rumah Sakit adalah salah satu

lingkup kerja Instalasi Kesehatan Lingkungan yang merupakan upaya program

penyehatan ruang dan bangunan RSUD Abdul Wahab Sjahranie.Program


penyehatan ruang dan bangunan meliputi kebersihan gedung, halaman, saluran

air, kamar mandi dan WC.

c. Alat dan Bahan


1) Alat-alat yang digunakan pada kegiatan ini antara lain adalah:

a) Pipa kompresor

b) Kamera

c) kran

2) Bahan-bahan yang digunakan pada kegiatan ini antara lain adalah Shock

(soda api)

d. Prosedur Kerja
1) Menuju ruangan yang melaporkan tentang kerusakan

2) Menangani masalah sesuai kerusakan yang terjadi

e. Hasil yang Dicapai


Kerusakan sarana Rumah Sakit dapat diperbaiki dan dapat digunakan

kembali seperti biasa, nyaman digunakan oleh karyawan maupun pengunjung

dan pasien yang berada di RSUD Abdul Wahab Sjahranie dan tidak

mengganggu aktivitas di rumah sakit.

f. Pembahasan
Penanganan masalah kerusakan Sarana Rumah Sakit akan ditangani

oleh petugas KESLING, namun jika petugas dari KESLING tidak dapat

menangani masalah tersebut, pihak KESLING akan menghubungi pihak ke tiga

untuk menyelesaikan masalah tersebut.

3.3.2 Pengawasan Kebersihan Per Zona

a. Tujuan
Pengawasan kebersihan zona dilakukan dengan tujuan untuk memantau

kebersihan lingkungan Rumah Sakit, mengevaluasi kinerja karyawan


kebersihan, menganalisis akar penyebab masalah dan meningkatkan efisiensi

dan kinerja karyawan.

b. Dasar Teori
Pengawasan kebersihan adalah pemeriksaan berkala terhadap suatu

proses atau kondisi yang telah berjalan, dan merupakan perangkat pemeriksaan

kinerja aktual penerapan SML dalam rangka memastikan kesesuaian penerapan

SML terhadap rencana yang telah ditetapkan dalam tujuan dan sasaran

lingkungan. Pemantauan tidak harus memerlukan data kuantitatif yang akurat,

sehingga seringkali disebut dengan pengukuran indikatif (Anonim, 2014).

c. Alat
Alat-alat yang digunakan pada kegiatan ini antara lain adalah:
a) Kamera

b) Buku

c) Pulpen

d. Prosedur Kerja
Pengawasan kebersihan zona RSUD Abdul Wahab Sjahranie dilakukan

dengan cara:

1) Mengelilingi dan mengamati ruangan dan selasar di Rumah Sakit

2) Mencatat masalah yang ditemukan

3) Mengambil gambar sebagai bahan bukti

4) Melaporkan kepada kepala Instalasi KESLING

e. Hasil yang Dicapai


Dari hasil pengawasan kebersihan yang dilakukan oleh petugas Instalasi

KESLING, kebersihan Rumah Sakit dapat dipantau dan dapat mengidentifikasi

secara langsung masalah kebersihan lingkungan rumah sakit dan kinerja

petugas kebersihan dari hasil pemantauan ruangan dapat diketahui tingkat

kebersihan dan beberapa ruangan yang kurang bersih.


f. Pembahasan
Pengawasan kebersihan zona dilakukan rutin setiap hari, pagi dan sore

untuk memantau kebersihan lingkungan Rumah Sakit. Rumah sakit dibagi

menjadi 3 zona, yaitu zona 1 zona resiko rendah, zona 2 zona resiko sedang dan

zona 3 zona resiko tinggi. Setiap zona akan diawasi oleh dua orang petugas

KESLING. Setiap petugas KESLING yang mengawasi zonanya harus memantau

kebersihan Rumah Sakit dan harus melaporkan segera jika ada terjadi

pelanggaran tentang kebersihan.

3.4 Pengendalian Serangga dan Binatang Pengganggu Lainnya

a. Tujuan
Pengendalian serangga dan binatang pengganggu lainnya ini dilakukan

agar tidak ada serangga dan binatang-binatang pengganggu yang berkeliaran di

Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie agar tidak menggaggu maupun menjadi

faktor penular penyakit yang infeksius kepada pegawai, petugas kesehatan

maupun kepada pasien.

b. Dasar Teori
Pengendalian vektor adalah sebuah usaha yang dilakukan untuk

menurunkan/menekan populasi atau densitas dengan maksud mencegah

penyakit yang ditularkan atau gangguan-gangguan yang diakibatkan oleh vektor.

Binatang penngganggu merupakan binatang yang dapat mengganggu

menyerang ataupun menularkan penyakit terhadap manusia, hewan, tumbuh-

tumbuhan. Contoh: Kucing, tikus, nyamuk, lalat dan semut (Sumantri, 2010).

Pest control adalah penyemprotan, pengasapan, pemberantasan demam

berdarah, anti rayap, nyamuk, kecoa dan tikus. Pest control dalam bahasa

Indonesia diartikan menjadi pembasmian hama atau pengendalian hama. Dalam


peraturan pajak penghasilan pasal 23 KEP-170/PJ/2002, istilah yang dipakai

adalah pembasmian hama sedangkan kalangan praktisi bisnis pest control

menggunakan pengendalian hama. Namun lebih sering istilah pest control

digunakan berbagai kalangan untuk menjelaskan kegiatan yang berhubungan

dengan hama dan pestisida. Pest control berasal dari dua kata dalam bahasa

Inggris yaitu pest dan control. Pest berarti hama sedangkan control berarti

pengendalian. Jadi pest control berarti pengendalian hama bukan pembasmian

hama atau penyucian hama pest control bertujuan untuk membuat kehidupan

nyaman dan sehat manusia di area perkotaan, terhindar dari gangguan hama

dan resiko penyakit maupun kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh hama

tertentu (Anonim, 2008).

c. Pembahasan

Kegiatan pest control dilakukan 3 bulan sekali oleh petugas Instalasi

Kesehatan Lingkungan. Kegiatan tersebut merupakan suatu prosedur yang

dilakukan di rumah sakit untuk membasmi serangga dan binatang pengganggu

lainnya karena dapat menularkan berbagai penyakit dan mengganggu

kenyamanan pasien maupun petugas kesehatan dan tenaga teknis lainnya.

3.4.1 Pengendalian Kucing

a. Alat
Alat-alat yang digunakan pada kegiatan ini adalah:
a) Kandang

b) Stik Jaring

c) Kamera

d) Alat Pelindung Diri (APD), seperti masker, sarung tangan karet.


b. Prosedur Kerja
1) Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan

2) Memakai APD

3) Memasang jaring pada stik perangkap

4) Mulai mengelilingi lingkungan Rumah Sakit

5) Masukan kucing ke dalam kandang yang telah disediakan sebelumnya

6) Membuang ke TPA

c. Hasil yang Dicapai


Dari hasil kegiatan pest control yang telah dilakukan dengan

penangkapan kucing untuk mengurangi binatang pengganggu dan penularan

penyakit infeksius di rumah sakit, kucing yang di dapat sebanyak 5 ekor kucing 1

ekor kucing di areal ruang rawat inap endelwis, 2 ekor kucing di areal ruang

rawat inap melati, 1 ekor kucing di selasar ruang kemoterapi dan 2 ekor kucing

lainnya di tangkap di areal kantin depan ruang rawat inap seruni dengan hasil

penangkapan 5 ekor kucing tersebut di buang langsung ke TPA.

3.4.2 Pengendalian Tikus

a. Alat dan Bahan


1. Alat-alat yang digunakan pada kegiatan ini adalah:
a) Plastik besar warna hitam

b) Kamera

c) Alat Pelindung Diri (APD), seperti masker, sarung tangan karet.

2. Bahan-bahan yang digunakan pada kegiatan ini adalah :

a) Racun tikus

b) Roti

b. Prosedur Kerja
1) Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2) Memakai APD

3) Mencampurkan racun tikus dengan roti

4) Mulai mengelilingi lingkungan Rumah Sakit

5) Menaburkan roti yang telah dicampur racun ke lubang-lubang Tikus

6) Setelah satu hari Tikus-tikus yang mati dikumpulkan

7) Menggali dan menguburkan

c. Hasil yang Dicapai


Dari hasil kegiatan pest control yang telah dilakukan dengan

penangkapan Tikus untuk mengurangi binatang pengganggu di rumah sakit.

Area yang di dapatkan tikus di depan ruang rawat inap sakura 3 ekor tikus, ruang

rawat inap tulip 2 ekor tikus, di belakang ruang rawat inap flamboyan 2 ekor tikus

dan di belakang ruang gizi 4 ekor tikus dan ruangan-ruangan lainnya. total

Jumlah keseluruhan yang di hasil dari penangkapan sebanyak 20 ekor tikus,

setelah penangkapan dan dikumpulkan menjadi satu seluruh tikus dan di data

jumlahnya setelah itu tikus tersebut di buang dengan cara menguburkan di areal

belakang IPAL 1 (Instalasi Pengelolaan Air Limbah).

3.4.3 Pengendalian Nyamuk

a. Alat dan Bahan


1. Alat-alat yang digunakan pada kegiatan ini adalah:
a) Semprotan

b) Kamera

c) Alat Pelindung Diri (APD), seperti masker, sarung tangan karet.

2. Bahan-bahan yang digunakan pada kegiatan ini adalah baygon.

b. Prosedur Kerja
1) Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2) Memakai APD

3) Mengisi Baygon ke dalam botol semprot

4) Mulai mengelilingi lingkungan Rumah Sakit

c. Hasil yang Dicapai


Dari hasil kegiatan pest control yang telah dilakukan dengan pembasmian

nyamuk untuk mengurangi penularan dari darah dengan gigitan nyamuk dari

pasien yang infeksius kepada pasien lain dan petugas kesehatan lainnya di

rumah sakit, dengan penyemprotan yang dilakukan menghasilkan berkurangnya

nyamuk-nyamuk pada di areal yang telah di semprot antara lain : dibelakang

ruang rawat inap tulip (ruang inap penyakit resiko zona tinggi) dan di halaman

juga selokan ruang kemoterapi.

3.4.4 Pengendalian Lalat

a. Alat dan Bahan


1. Alat-alat yang digunakan pada kegiatan ini adalah:
a) Gunting

b) Plaster

c) Kantong pelastik hitam

d) Kamera

e) Alat Pelindung Diri (APD), seperti masker, sarung tangan karet.

2. Bahan-bahan yang digunakan pada kegiatan ini adalah :

a) Perekat beraroma

b) Sarung tangan karet

b. Prosedur Kerja
1) Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan

2) Memakai APD
3) Menggelembungkan sarung tangan karet

4) Mengoleskan ke seluruh sarung tangan yang telah menggelembung

5) Menempelkan sarung tangan dengan plaster di tempat yang sering

dihinggapi lalat

c. Hasil yang Dicapai


Dari hasil kegiatan pest control yang telah dilakukan dengan

penangkapan Lalat untuk mengurangi serangga yang dapat menimbulkan

penyakit baru pada pasien di rumah sakit dihasilkan 3 ekor lalat di dalam

ruangan oprasi tersebut, lalat yang berhasil di tangkap menggunakan perangkap

perekat tersebut di buang di masukan kedalam kantong keresek hitam lalu di

buang ke tempat sampah non medis.

3.4.5 Pengendalian Semut

a. Alat dan Bahan


1. Alat-alat yang digunakan pada kegiatan ini adalah:
a) Kamera

b) Alat Pelindung Diri (APD), seperti masker, sarung tangan karet.

2. Bahan-bahan yang digunakan pada kegiatan ini adalah :

o Kabur serangga merek Kapur Bagus

b. Prosedur Kerja
1) Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan

2) Memakai APD

3) Mulai mengelilingi lingkungan Rumah Sakit

4) Menggariskan kapur bagus sekeliling jalan dan sarang semut

c. Hasil yang Dicapai


Dari hasil kegiatan pest control yang telah dilakukan dengan perangkapan

semut untuk mengurangi serangga di rumah sakit agar tidak mengganggu


kenyamanam pasien petugas kesehatan lainnya juga mencegah adanya bakteri

yang di tularkan, semut yang bersarang di selasar rumah sakit sudah tidak ada

setelah di gariskan kapur bagus keseluruh jalanan semut juga sarang-sarang

semut.

3.5 Sterilisasi Ruangan

a. Tujuan
Sterilisasi ruangan dilakukan dengan tujuan untuk mencegah transmisi

penyakit yang telah digunakan oleh pasien yang menderita penyakit menular

melalui udara agar ruangan tersebut bebas dari mikroorganisme yang

berbahaya.

b. Dasar Teori
Sterilisasi adalah menghilangkan semua bentuk kehidupan, baik bentuk

patogen, nonpatogen, vegetatif, maupun nonvegetatif dari suatu objek atau

material. Hal tersebut dapat dicapai dengan panas, penyaringan,bahan kimia,

atau dengan cara lain hingga tidak ada organisme hidup yang tertinggal.

Steril yaitu bebas dari mikroorganisme, berdasarkan definisinya efek dari

sterilisasi adalah penurunan jumlah mikroorganisme sampai faktor perkalian

yang lebih dari 106 (yaitu, lebih dari 99,9999% terbunuh). Sterilisasi dapat

dilakukan dengan fisik maupun kimia. Metode fisik didasarkan pada tindakan

pemanasan (proses autoclaving, sterilisasi termal kering atau sterilisasi termal

basah) iradiasi atau pada pemisahan secara mekanis melalui filtrasi. Cara kimia

mencakup sterilisasi gas dengan etilen oksida atau gas yang menyemburkan

agens pensteril (misalnya glutaraldehid) pada larutan disinfektan

( Amette et al.,2002).
c. Alat dan Bahan
1) Alat-alat yang digunakan pada kegiatan ini antara lain adalah:

a) Alat Pelindung Diri (APD), respirator, gloves, goggles, waterproof

clothes

b) Sterilisator Aerosept 100 VF

c) Kamera

d) Spidol

e) Buku

2) Bahan-bahan yang digunakan pada kegiatan ini antara lain adalah:

a) Anios spesial DJP SF

b) Solasi

d. Prosedur Kerja
1) Menuju ruangan yang akan disteril.

2) Pastikan lantai sudah disapu dan dipel.

3) Letakan Aerosept 100 VF ditengah ruangan yang akan dilakukan

airborne.

4) Hitung volume ruangan yang akan didesinfeksi (Panjang x Lebar x

Tinggi).

5) Pastikan galon desinfektan sudah ada ditempat yang tersedia di dalam

mesin ini.

6) Cek apakah cairan desinfektan di dalam galon mencukupi untuk ruangan

yang akan kita desinfeksi.

7) Matikan AC dan pastikan tidak ada orang di dalam ruangan.

8) Pastikan daya listrik tersedia untuk mesin aerosept.

9) Pastikan ruangan yang akan didesinfeksi tertutup rapat (tidak ada

celah/lubang sedikitpun).
10) Operator disarankan memakai masker bila masuk ruangan yang baru

selesai didesinfeksi.

11) Masukkan kabel power ke stop kontak.

12) Putar switch besar pengatur luas ruangan dan switch kecil pengatur

waktu, mesin akan bekerja sesuai angka yang ditunjukan di switch.

13) Apabila mesin sudah mati (secara otomatis), maka ruangan didiamkan

selama 30 menit setelah itu dilakukan recovery udara dengan

menyalakan AC (Air Conditioner) selama 30 menit – 1 jam.

14) Ruangan siap dipakai kembali.

e. Hasil yang Dicapai


Dari hasil kegiatan sterilisasi yang telah dilakukan selama 2 bulan

sebanyak 37 ruangan. Ruangan yang telah dipakai oleh pasien yang menderita

penyakit menular seperti Difteri, Morbili, TB Paru, HIV AIDS dan yang sejenisnya,

ruangan dapat dipakai kembali dalam kondisi bersih dan steril.

f. Pembahasan
Sterilisasi ruangan hanya dilakukan jika pasien yang telah menempati

ruangan tersebut menderita penyakit yang berjangkit melalui udara seperti Difteri,

Morbili, TB Paru, HIV AIDS dan yang sejenisnya.


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang di Instalasi Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie dan mengkaji beberapa

pembahasan tentang Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Umum Abdul

Wahab Sjahranie, maka pada bab penutup ini dapat dibuat kesimpulan dari hasil

kegiatan Praktek Kerja Lapangan dan penulis juga dapat memberikan saran-

saran dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kualitas mahasiswa dan

Instalasi Kesehatan Lingkungan kedepannya.

1. Memahami tugas dan fungsi rumah sakit serta mempelajari melalui pedoman

KEPMENKES RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

2. Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam melaksanakan

pelayanan kesehatan di Instalasi Kesehatan lingkungan di rumah sakit.

3. RSUD A. W. Sjahrani Samarinda Telah menerapkan cara-cara penggunaan

APD (Alat Pelinding Diri) sesuai dengan pelaksanaan kerja yang di

sesuaikan.

4. Dapat mengenal alat dan cara penggunaan yang tepat untuk digunakan pada

Instalasi Kesehatan lingkungan rumah sakit.

5. Dapat mengenal jenis limbah dan membedakan dengan limbah padat yang

terbagi dari limbah medis dan non medis.


5.2 Saran

Adapun saran yang penulis berikan agar kedepannya dapat bermanfaat

bagi RSUD Abdul Wahab Sjahranie ialah :

1. Tetap menjaga dan selalu melakukan pengawasan terhadap kebersihan dan

kerapian taman. Sehingga para karyawan dan pasien selalu merasa nyaman

ketika berada di RSUD Abdul Wahab Sjahranie.

2. Selalu melakukan pembersihan rutin terhadap selokan-selokan yang ada di

RSUD Abdul Wahab Sjahranie dan sekitarnya. Karena dari sana lah timbul

sarang Nyamuk.

3. Memperbaiki dan selalu melakukan pengontrolan terhadap bak kontrol yang

rusak dan tidak lancar. Agar aliran dari bak control ke Instalasi Pembuangan

Air Limbah selalu terjaga dan tidak mengalami penyumbatan dan

pembuntuan.

4. Mengutamakan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ketika bekerja agar

menghindari kecelakaan saat bekerja.

5. Kesadaran diri selalu di tanamkan ke setiap karyawan maupun tenaga-

tenaga teknis lainnya agar mementingkan Standar Operasional Prosedur

yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Ammette P, E. Giroult , P. Rushbrook. 2002. Pengelolaan Aman Limbah


Layanan Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Anonim. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkugan
Rumah Sakit.

Anonim. 2008. Arti Pest Control. http://yahyaagung.blogspot.com/2008/02/arti-


pest-control_15.html. Diakses pada tanggal 07 Mei 2015.

Anonim. 2011. Pengertian Dan Kategori Kebisingan. ampundumeh.


blogspot. com/2011/04/2. pengertian- dan- kategori- kebisingan. html.
Diakses pada tanggal 05 Mei 2015.

Anonim. 2013. Pengertian Tempat Sampah. http:// tempatsampahberkualitas.


blogspot. com/2013/11/perngertian- tong- sampah- tempat- sampah. html.
Diakses pada tanggal 13 Mei 2015.

Anonim. 2014. https://waterpluspure.wordpress.com/2014/04/04/pengertian-air-


bersih-dan-air-minum/ .html. Diakses pada tanggal 11 Mei 2015.

Anonim. 2015. https://depokbebassampah.wordpress.com/kajian/rencana-induk-


persampahan/5-kriteria-tpa/. Diakses pada tanggal 13 Mei 2015.

Azwar. 1990. Sistem Manajem Lingkungan Rumah Sakit, yogjakarta: Rajawali


Pers.

Bangazul. 2014. Pengelolaan Limbah Padat. http: //www. bangazul.


com/pengelolaan-limbah-padat/ . Diakses pada tanggal 13 Mei 2015.

Darmadi. 2008. Ini Dunia Keperawatan. Blogspot. com/2014/01/Rrecaution-


sterillisasi-dan-self.html. Diakses pada tanggal 13 Mei 2015.

Edi.1997. Rumah Sakit Umum Daerah A. Wahab Sjahranie.

Herumurti W. 2004. Pengelolaan Incenerator Rumah Sakit TNI. https:


//Herumurti. Incenerator.rumah. sakit.TNI. publichealth.com/2004/Definisi-
dan-pengelolaan/html. Diakses tanggal 20 Mei 2015.

Merry O. 2012. Selembar Catatan. http://kesmas-oktaviani-merry. blogspot.


com/2012/05/rsud-abdul-wahab-sjahranie-di-samarinda.html.Diakses
pada tanggal 04 Mei 2015.

Perwira L. 2014. Makalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum Singaraja.


http://www.slideshare.net/srilaksmi1/makalah-pengelolaan-rumah-sakit-
umum-singaraja. Diakses pada tanggal 10 Mei 2015.
Sumantri. 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Jakarta : Prenada
Media Group.

Suherman A. 2012. Udara Ambien vs Udara Emisi . http: //adesuherman09.


student.ipb.ac.id/2012/07/24/udara-ambien-vs-udara-emisi/. Diakses pada
tanggal 13 Mei 2015.

Soemirat J. 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada. University


Press.

Suriantika. 2013. Sterillisasi Perkembngan Mikroorganisme. Http:


//CiptoSuariantika. files.worpress.com/2014/01/mikrobiologi.irologi/11.Pdf.

Utami W. 2011. Laboratorium Buang Padat (Pengelolaan Sampah). http:


//LaboratoriumLingkunganByWilda32.blogspot. Diakses pada tanggal 04
Mei 2015.

Wiwitna. 2013. Tempat Pembuangan Akhir. http: //wiwitna.blogspot.


com/2013/03/tempat-pembuangan-akhir-tpa-putri-cempo. html. Diakses
pada tanggal 13 Mei 2015.
LAMPIRAN
CARA MENGGUNAKAN AEROSEPT 100 VF

A. Persiapan

1. Bersihkan ruangan dengan mengepel lantai dan dinding yang bisa dipel
dengan cairan Surfanios Primium, serta seluruh permukaan peralatan
medis yang terdapat dalam ruangan yang akan dilakukan Airborne
dengan cairan Surfaniosafe.
2. Letakkan Aerosept 100 VF ditengah ruangan yang akan dilakukan
Airborne.
3. Hitung volume ruangan yang akan di desinfeksi (panjang x lebar x tinggi).
4. Pastikan galon desinfektan sudah ada ditempat tersedia di dalam mesin
ini.
5. Cek apakah cairan desinfektan sudah ada didalam galon mencukupi
untuk ruangan yang akan kita desinfeksi.
6. Matikan AC dan exhaust fan.
7. Pastikan tidak ada orang di dalam ruangan.
8. Pastikan daya listrik tersedia untuk mesin Aerosept.
9. Pastikan ruangan yang akan di desinfeksi tertutup rapat (tidak ada celah
atau tidak ada lubang sedikit pun).
10. Operator disarankan memakai masker bila masuk ruangan yang baru
selesai di desinfeksi.

B. Pemakaian

1. Yakinkan bahwa yang tercantum dalam “persiapan” diatas telah


dilakukan.
2. Masukkan kabel power ke stop kontak, pada display terdapat dua switch,
switch start dan switch pengatur luas ruangan.
3. Putar switch pengantur luas ruangan (switch besar) ke angka sesuai hasil
pengukuran item nomor 3 persiapan diatas.
4. Putar switch start (switch kecil) kea rah sesuai arah jarum jam. Mesin
akan bekerja setelah 60 detik setelah kita putar switch start. Waktu 60
detik adalah “delay time” (waktu yang diberika untuk kita keluar ruangan
dan menutup pintu).
5. Mesin akan bekerja sesuai angka yang ditunjukkan di switch semakin
besar volume ruangan, semakin lama mesin bekerja
6. Apabila mesin sudah mati (secara otomatis), maka ruangan diamakan
selama 30 menit setelah itu dilakukan recovery udara dengan
menyalakan AC (Air Conditioner) dan atau exhauste fan selama 30 menit
sampai 1 jam.
7. Ruangan siap di pakai kembali.
DIAGRAM ALUR PENGELOLAAN LIMBAH PADAT INFEKSIUS

Diagram Alur Sarana Pendukung


Penanggung Jawab Pengelolaan Limbah
Padat Infeksius

Cleaning service di unit Unit Kerja / Sumber Bak-bak sampah medis


kerja (unit koperasi) Limbah dan atau jerigen

Cleaning service di unit Pengumpul Sampah Tempat Sampah /


kerja (unit koperasi) Kantong Warna
Merah

Petugas sampah Pengambilan Gerobak Sampah


RSUD AWS

Operator Incenerator Pembakaran Incenerator


RSUD AWS

Petugas sampah Pembuangan Abu Landfill Lahan


RSUD AWS Kosong di Dekat
Sisa Pembakaran Incenerator
INSTRUKSI KERJA
SEBELUM MESIN INECENERATOR DI OPERASIKAN

1. Kontrol bahan bakar dan pastikan bahan bakr dalam keadaan cukup untuk
dipakai membakar sampah.
2. Periksa burner atas, burner kanan dan burner kiri, pastikan dalam keadaan
siap pakai.
3. Periksa listrik dari PLN, nyala atau padam.
4. Masukkan sampah medis yang sudah dipilah ke ruang bakar melalui pintu
utama mesin.
5. Sampah medis yang dimasukkan jangan terlalu memenuhi ruang bakar
(sebaiknya 2/3 nya saja), karena akan mengurangi oksigen dalam ruang
bakar.
6. Tutup pintu utama rapat-rapat, lalu kunci dengan kunci baut yang ada.
7. Mesin uap dioperasikan.
INSTRUKSI KERJA
MENGOPERASIKAN RAM FEEDER

1. Tekan tombol “On Naik” untuk menaikkan pintu hydrolix.


2. Isi ruang ram feeder dengan sampah.
3. Tekan tombol “On Dorong”, untuk memfungsikan pintu dorong hydrolix untuk
mendorong sampah sampai ke ruang bakar.
4. Tekan tombol “On Tarik” untuk menarik pintu pendorong hydrolix.
5. Tekan tombol “On Turun” untuk menurunkan pintu hydrolix.
INSTRUKSI KERJA
MENGOPERASIKAN MESIN INCENERATOR

1. Putar saklar dalam posisi “On”.


2. Putar saklar blower atas dalam posisi “On”.
3. Putar saklar burner atas pada posisi “On”. Tunggu sampai temperatur
burner atas mencapai suhu 500°C s/d 600°C ± 10 menit.
4. Putar saklar burner kanan dan burner kiri pada posisi on, tunggu sampai
± 10 menit kemudian control asapnya.
 Apabila asap berwarna hitam, matikan salah satu burner kemudian
control lagi asapnya.
 Apabila asap tetap berwarna hitam, matikan burner kedua-duanya.
Catatan :
 Burner dan blower awas tetap dalam keadaan menyala, tunggu
suhu burner sampai lebih tinggi dari suhu burner bawah.
 Apabila suhu burner atas sudah menunjukkan angka lenih tinggi
dari burner bawah, nyalakan salah satu burner.
5. Catat keadaan suhu setiap 30 menit sekali.
6. Nyalakan burner kanan dan burner kiri secara bergantian setiap 30 menit
sekali.
7. Apabila pembakaran sudah berlangsung selama kurang lebih satu jam,
control keadaan api burner atas melalui lubang intip yang berada pada
cerobong.
Catatan :
 Apabila api terlihat terang berarti sampah yang dibakar sudah habis,
burner kanan dan burner kiri sudah dapat dimatikan.
 Apabila api terlihat agak gelap berarti sampah belum habis, biarkan
salah satu burner dalam keadaan menyala sampai api terlihat terang.
8. Matikan burner kanan dan burner kiri, apabila api sudah terlihat sangat
terang dari lubang intip yang berada di cerobong.
9. Biarkan burner dan blower atas tetap menyala, ± 45 menit s/d 60 menit
untuk membakar asap.
10. Nyalakan blower bawah untuk mempercepat pembakan asap.
11. Setelah ± 45 menit s/d 60 menit pembakaran asap, matikan blower
bawah, blower atas dan blower atas.
12. Pembakaran selesai, matikan saklar PLN.
13. Kontrol seluruh saklar, pastikan semua pada posisi Off.
INSTRUKSI KERJA
SETELAH PROSES PEMBAKARAN

1. Abu sisa pembakaran di ambil dari ruang bakar.


2. Kemudian abu dimasukkan ke dalam karung, kemudian ke dalam container
yang telah disediakan.
3. Truck dari DKPP mengangkut container tersebut untuk di bawa ke tempat
pembuangan akhir.
SISTEM PENANGANAN TANGGAP DARURAT UNTUK INCENERATOR

Instalasi listrik pada mesin Incenerator RSUD A.W.S di ambil dari jaringan yang
ada di RSUD AWS melalui jalur kamar mayat yang di distribusikan melalui kabel
ukuran 4 x 40mm dengan menggunakan 3 (tiga) buah panel.

PANEL I :
Berada di dinding kamar jenazah bagian depan dengan menggunakan breaker
20 Ampere yang di hubungakan ke Panel II.

PANEL II :
Berada di dinding bagian depan ruang upacara kamar jenazah, dengan
mengguakan MCB 25 Ampere dan dibagi menjadi yang dihubungkan ke panel III.

PANEL III :
Berada di ruang mesin Incenerator tepatnya di bagan Ventilasi ruang mesin,
menggunakan MCB dengan kapasitas 45 Ampere.
Sistem Distribusi Jaringan dalam Panel :
Dari MCB, 45 Ampere dibagi menjadi 8 MCB dengan kapasitas 25 Ampere.
Selanjutnya dihubungkan ke masing-masing saklar/tombol burner A, burner B
dan burner C yang terlebih dahulu melalui sebuah alat yang bernama Timing
Control, untuk mengukur gerak kerja Burner B dan Burner C. Serta Blower keong
yang berada di cerobong atas maupun di bawah ruang bakar utama.
Perlu diketahui bahwa di tiap-tiap tombol di pasang 1 MCB yang bertujuan untuk
membatasi arus dan memutus arus bila terjadi trouble (korslet ) pada salah sau
tombol, dengan terputusnya arus maka secara otomatis burner/mesin akan
berhenti dengan sendirinya.

PANEL RAM FEEDER


Panel raam feeder di suplai dari panel III dengan mengguakan MCB dengan
kapasitas 25 Ampere. Panel Raam Fedeer berada di sisi kanan, belakang bagian
mesin, fungsinya untuk mengatur tegangan/arus yang menggerakan Raam
Fedeer melalui tombol On-Off naik dan turun. Secara otomatis dengan
menggunakan bantuan Hydrolix.

RUANG MESIN
Ruang mesin berukuran 5m x 8m dengan menggunakan Foel Ventilasi atau
fentilasi penuh menggunakan besi beton berukuran 10mm yang berbentuk trails
denga ukuran 2m x 3m dipasan mengelilingi mesin incinerator yang bertujuan
agar serkulasi oksigen yang masuk ruang pembakaran dapat berjalan denga
bebas dari segala penjuru ruang mesin. Sehingga dapat dengan cepat mengurai
partikel CO2 yang dikeluarkan dari cerobong Incenerator.
PINTU
Paa ruang mesin Incenerator di pasang dua buah pintu :
1 buah pintu utama yang berada di depan ukuran 2m x 2,60m.
1 buah pintu berada di sisi sebelah kanan ruang mesin dengan ukuran 80m x
2,60m, semua pintu terbuat dari besi beton 10mm dan pipa 2” setiap pintu
dipasang kunci gembok.

CEROBONG ASAP
Cerobong asap tinggi 10²m terbuat dari baja stainless steel dengan ketebalan
0,5cm diameter 20cm dipasan diatas atap mesin dengan posisi tegak, sepanjang
8m dengan sambungan tiap-tiap sambungan menggunakan plane 8 baut.
Pada sambungan terakhir di ikat dengan mengguanakan seling yang berukuran
0,5cm ditarik membentuk segitiga, yang betujuan untuk menjaga keseimbangan
cerobong pada saat ditiup angin kencang dan supaya tidak ambruk.
Gedung RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Lokasi RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda


Bak Sampah di Selasar Rumah Sakit
Kegiatan di Incenerator
Kegiatan Pest Kontrol
egiatan Sterilisasi Ruangan Rawat Inap
Kegiatan Uji Emisi, Ambien dan Kebisingan Bersama Balai Riset dan
Standardisasi Industri Samarinda
Penimbangan dan Pemisahan Sampah Medis dan Non Medis
Kegiatan Pengambilan Sampel Air Bersih dan Air Minum
Pemantauan Ruang Bangunan Zona Resiko Rendah
dan Zona Resiko Tinggi
Presentasi Dalam Rangka Kunjungan TIM PROPER dari Badan Lingkungan
Hidup Prov. KALTIM dan Badan Lingkungan Hidup Kota Saarinda
Kunjungan dari Puskesmas Segiri ke Kantin di RSUD AWS Samarinda

Anda mungkin juga menyukai