Anda di halaman 1dari 106

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI

METODE - METODE DALAM GEOFISIKA

TUGAS

OLEH :

Sri Fidyanti Makkaraka_ D061201007


Ikhlasul Amal_ D061201008
Fadlurrahman_ D061201009

GOWA
KATA PENGANTAR
2022

1
DAFTAR ISI
Halama Judul

Kata Pengantar ....................................................................................................

Daftar Isi..............................................................................................................

Bab I Pendahuluan .............................................................................................

Bab II Geolistrik .................................................................................................

Bab III Geomagnet .............................................................................................

Bab IV Gravity ...................................................................................................

Bab V Seismik Refraksi ......................................................................................

Bab VI Seismik Refleksi ....................................................................................

Bab VII Georadar ................................................................................................

Bab VIII Logging Geofisika ..............................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN

Geofisika adalah metoda yang mempelajari Bumi dan Batuan


menggunakan pendekatan-pendekatan Fisika dan Matematika. Metode Geofisika
merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan menggunakan
pengukuran fisis pada atau di atas permukaan. Dari sisi lain, geofisika
mempelajari semua isi bumi baik yang terlihat maupun tidak terlihat langsung
oleh pengukuran sifat fisis dengan penyesuaian pada umumnya pada permukaan
(Dobrin dan Savit, 1988). Secara garis besar geofisika adalah ilmu yang
menerapkan prinsip-prinsip fisika untuk mengetahui dan memecahkan masalah
yang berhubungan dengan bumi, atau dapat pula diartikan mempelajari bumi
dengan menggunakan prinsip-prinsip fisika (Santoso, 2002).

Pengertian Geofisika Ekplorasi menurut Serrif (1973) merupakan


penggunaan metode gravitasi, seismik, kemagnetan, kelistrikan dan
elektromagnetik untuk pencarian sumberdaya geologi.
Metode geofisika sebagai pendeteksi perbedaan tentang sifat fisis di dalam
bumi. Kemagnetan, kepadatan, kekenyalan, dan tahanan jenis adalah sifat fisis
yang paling umum digunakan untuk mengukur penelitian yang memungkinkan
perbedaan di dalam bumi untuk ditafsirkan kaitannya dengan struktur mengenai
lapisan tanah, berat jenis batuan dan rembesan isi air, dan mutu air (Todd, 1959).

Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori yaitu


metode pasif dan aktif. Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami
yang dipancarkan oleh bumi. Metode aktif dilakukan dengan membuat medan
gangguan kemudian mengukur respons yang dilakukan oleh bumi. Medan alami
yang dimaksud disini misalnya radiasi gelombang gempa bumi, medan gravitasi
bumi, medan magnetik bumi, medan listrik dan elektromagnetik bumi serta radiasi
radioaktivitas bumi. Medan buatan dapat berupa ledakan dinamit, pemberian arus
listrik ke dalam tanah, pengiriman sinyal radar dan lain sebagainya.

Metode Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan


menggunakan pengukuran fisis pada atau di atas permukaan. Dari sisi lain,
geofisika mempelajari semua isi bumi baik yang terlihat maupun tidak terlihat
langsung oleh pengukuran sifat fisis dengan penyesuaian pada umumnya pada
permukaan (Dobrin dan Savit, 1988).

Menurut Philip Kearey (2002) dalam bukunya yang berjudul An Introduction


to Geophysical Exploration, metode geofisika dibagi menjadi empat metode
utama, yaitu metode seismik, metode gravitasi, metode magnetik, dan metode
elektrik.

3
BAB II
GEOLISTRIK

Geolistrik adalah suatu metoda eksplorasi geofisika untuk menyelidiki


keadaan bawah permukaan dengan menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan.
Sifat-sifat kelistrikan tersebut adalah, antara lain. tahanan jenis (specific
resistivity, conductivity, dielectrical constant, kemampuan menimbulkan self
potential dan medan induksi serta sifat menyimpan potensial dan lain-lain.
Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika untuk mengetahui
perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara
mengalirkan arus listrik DC ('Direct Current') yang mempunyai tegangan tinggi ke
dalam tanah.
Metoda geolistrik menempati tempat yang unik pada klasifikasi
geolistrik. Metoda - metoda ekpslorasi geolistrik sangat beragam, ada metoda
yang dapat dimasukkan dalam kategori dinamis, akan tetapi ada juga yang dapat
dimasukkan kedalam kategori statis.

2.1. Sejarah
Sejarah perkembangan eksplorasi geolistrik merupakan perkembangan
yang paling unik dari seluruh geofisika eksplorasi. Unik karena dalam
perkembangannya metoda ini terbagi - bagi dalam beberapa mazhab (school),
padahal sumber dasar teori sama. Perbedaan tersebut terletak pada :
1. Tata cara kerja ( konfigurasi elektroda, interpretasi).
2. Alat yang digunakan, sebetulnya tiap alat dapat digunakan untuk mazhab
apapun, akan tetapi perbedaan konfigurasi elektroda yang dipakai
mempengaruhi daya penetrasi alat.
3. Data prossessing.

Penggunaan sifat-sifat kelistrikan untuk maksud eksplorasi sudah dikenal


peradaban manusia lebih dari dua abad yang lalu. Pelopor yang mula-mula
memakai cara geofisika untuk maksud eksplorasi adalah :
1. Gray dan Wheeler tahun 1720, melakukan pengukuran terhadap batuan
dan mecoba membakukan tebal konduktivitas batuan.
2. Watson tahun 1746, menemukan ,bahwa tanah merupakan konduktor
dimana potensial yang diamati pada titik-titik diantara dua elektroda arus
yang dipotong sejarak 2 mil , bervarisai akibat adanya perbedaan kondisi
geologi setempat.
3. Robert W. Fox tahun. (1789 - 1877) , dapat disebut sebagai Bapak Metoda
Geolistrik , karena beliau yang pertama kali mempelajai hubungan sifat-
sifat listrik dengan keadaan geologi, temperatur, terrestrial electric dan
geothermal. Fox mempelajari sifat-sifat kelistrikan tersebut di tambang-
tambang Corn wall, Inggris.
4. Perkembangan dilanjutkan secara bertahap : tahun.1871 oleh W.Skey, thn.
1847oleh Charles Matteucci., thn. 1882 oleh Cart Barus, thn. 1891 oleh
Brown, thn. 1897 oleh Bernfield, thn 1912 oleh Gottchalk, thn. 1914 oleh
R.C. Wells dan George Ottis.

4
5. Perkembangan sedikit berbeda setelah Conrad Schlumberger dan R.C.
Welldimana geolistrik berkembang di dua benua, dengan cara dan sejarah
yang berbeda. Akan tetapi di ujung perkembangan tersebut kedua mazhab
ini bertemu lagi, terutama dalam menggunakan konsep matematika yang
sama yang diterapkan pada teori interpretasi masing-masing.
6. Perkembangan pengolahan data nilai tahanan jenis pada abad ke 20 yaitu
dengan dibuatnya kurva baku dan kurva tambahan oleh Orellana E. dan
Mooney H.M.,1966, Bhattacharya P.K. dan Patra H.P., 1968,
Rijkkswaterstaat, The Netherland, 1975, Zohdy, A.A.R.,1975.
7. Perkembangan dalam penafsiran lengkungan tahanan jenis dengan
pembuatan perangkat lunak dari melakukan “matching curve” sampai
perangkat lunak VESPC, RESINT 53, GRIVEL, RESIX dan IP2Win

Pada teori lain menjelaskan Sejarah mengenai metode geolistrik ini


merupakan tonggak sejarah yang penting pada awal tahun 1830, ketika Robert
Were Fox (1789-1877) seorang ahli geologi melakukan ekperimen terhadap arus
alamiah pada suatu deposit jebakan biji sulfida di Cornwall Inggris. Eksperimen
Fox ini menjadi titik awal metode prospektif geolistrik dengan melihat sesuatu di
bawah permukaan dengan konsep medan listrik. Kemudian konsep ini
dikembangkan dan diaplikasikan secara komersial oleh Conrad Schlumberger
pada tahun 1912 (Michael S. Z., 2010; Ward, S., 1980). Selanjutnya sepanjang
abad 18 tersebut lahir banyak sekali penelitian- penelitian yang berkaitan dengan
fenomena kelistrikan Self Potensial (SP). Pada awal abad 19, Conrad
Schlumberger di Perancis dan Frank Wenner di Amerika melakukan eksperimen
menggunakan listrik buatan dengan cara melakukan injeksi arus ke dalam tanah
dan menggukur resultan perbedaan potensialnya (potensialnya sendiri terdiri dari
komponen alamiah dan akibat injeksi) yang kemudian dikenal dengan metode DC
resistivity.

2.2. Metode

2.2.1. Metode Geolistrik Tahanan Jenis ( Resistivity Methode )


Metode resistivity merupakan salah satu metode geofisika yang
mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya
di permukaan bumi. Metode resistivity adalah salah satu metode yang cukup
banyak digunakan dalam dunia eksplorasi khususnya eksplorasi air tanah karena
resistivitas dari batuan sangat sensitif terhadap kandungan airnya dimana bumi
dianggap sebagai sebuah resistor. Disamping untuk kegiatan eksplorasi, metode
resistivity juga dapat digunakan untuk mengenali kondisi material bawah
permukaan. Metode geolistrik resistivitas atau tahanan jenis adalah salah satu dari
kelompok metode geolistrik yang digunakan untuk mempelajari keadaan bawah
permukaan dengan cara mempelajari sifat aliran listrik di dalam batuan di bawah
permukaan bumi. Metode resistivitas umumnya digunakan untuk eksplorasi
dangkal, sekitar 300 – 500 m. Prinsip dalam metode ini yaitu arus listrik
diinjeksikan ke alam bumi melalui dua elektrode arus, sedangkan beda potensial
yang terjadi diukur melalui dua elektrode potensial. Dari hasil pengukuran arus

5
dan beda potensial listrik dapat diperoleh variasi harga resistivitas listrik pada
lapisan di bawah titik ukur.
Metode kelistrikan resistivitas dilakukan dengan cara menginjeksikan
arus listrik dengan frekuensi rendah ke permukaan bumi yang kemudian diukur
beda potensial diantara dua buah elektrode potensial. Pada keadaan tertentu,
pengukuran bawah permukaan dengan arus yang tetap akan diperoleh suatu
variasi beda tegangan yang berakibat akan terdapat variasi resistansi yang akan
membawa suatu informasi tentang struktur dan material yang dilewatinya. Prinsip
ini sama halnya dengan menganggap bahwa material bumi memiliki sifat resistif
atau seperti perilaku resistor, dimana material-materialnya memiliki derajat yang
berbeda dalam menghantarkan arus listrik.

Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda potensial dan


elektroda-elektroda arus, dikenal beberapa jenis metoda resistivitas tahanan jenis,
antara lain :

1. Metoda Schlumberger
Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya,
sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan
kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar maka jarak MN
hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5
jarak AB.

Metoda Schlumberger

2. Metoda Wenner
Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan
tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar
karena elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda AB. Disini bisa
digunakan alat ukur multimeter dengan impedansi yang relatif lebih kecil.
Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan
di dekat permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan.
3. Metoda Dipole Sounding
Pada konfigurasi Pole-pole, hanya digunakan satu elektrode untuk arus dan
satu elektrode untuk potensial. Sedangkan elektrode yang lain ditempatkan
pada sekitar lokasi penelitian dengan jarak minimum 20 kali spasi
terpanjang C1-P1 terhadap lintasan pengukuran. Sedangkan untuk
konfigurasi Pole-dipole digunakan satu elektrode arus dan dua elektrode
potensial. Untuk elektrode arus C2 ditempatkan pada sekitar lokasi

6
penelitian dengan jarak minimum 5 kali spasi terpanjang C1-P1. Pada
konfigurasi Dipole-dipole, dua elektrode arus dan dua elektrode potensial
ditempatkan terpisah dengan jarak na, sedangkan spasi masing-masing
elektrode a. Pengukuran dilakukan dengan memindahkan elektrode
potensial pada suatu penampang dengan elektrode arus tetap, kemudian
pemindahan elektrode arus pada spasi n berikutnya diikuti oleh pemindahan
elektrode potensial sepanjang lintasan seterusnya hingga pengukuran
elektrode arus pada titik terakhir di lintasan itu.

2.2.2. Metode Geolistrik Polarisasi Terimbas ( IP/ Induce Polarization


Methode )
Metode polarisasi terimbas (Induced Polarization) merupakan salah satu
metode geolistrik yang sering digunakan dalam eksplorasi mineral logam dasar.
Metode ini sering digunakan dalam eksplorasi mineral logam dasar karena adanya
peristiwa atau fenomena polarisasi yang terjadi pada suatu medium batuan.
Metode Induced Polarization (IP) atau Polarisasi Terimbas adalah salah
satu metode geofisika yang relatif baru, hasil pengembangan dari metode
geolistrik. Tidak seperti metode gefisika lainnya, yang biasa digunakan untuk
eksplorasi mineral sejak tahun 1920-an, metode IP belum banyak digunakan
dalam eksplorasi hingga tahun 1950-an. Namun demikian, secara teknis dan
praktek IP mempunyai kemampuan dan sangat efektif dalam eksplorasi beberapa
lingkungan geologi, dan hingga sekarang penggunaan dalam eksplorasi mineral
telah meningkat hampir 50% dibandingkan penggunaan metode geofisika lainnya.
Apalagi dengan perkembangan software pengolahan data yang sangat
mempercepat proses pemodelannya. Sehinggan metode IP ini, selain untuk
eksplorasi mineral, saat ini sudah mulai dikembangkan sebagai alat untuk aplikasi
panas bumi, hidrologi dan lingkungan (Reynolds International, 2011)
Pada prinsipnya dilakukan dengan cara memutuskan arus listrik yang di
injeksikan ke dalam permungkaan bumi. Selanjutnya tampak bahwa beda
potensial antara kedua elektroda tidak lansung menunjukan angka nol saat arus
tersebut di putuskan. turun secara perlahan lahan dalam selang waktu tertentu.
Sebaliknya apabila arus dihidupkan maka beda potensial akan kembali pada posisi
semula dalam waktu yang sama.
Gelaja polarisai terimabs dalam batuan termineralisasikan terutama
ditentukan reaksi Elektrokimia pada bidang batas antar mineral2 logam dan
larutan dalam batuan. gejala Ip dapat dilakukan dengan mengalirkan arus
terkontrol melalui bahan yangakan diselidiki.
Pengukuran respon IP dapat dilakukan dengan cara :
a. Pengukuran domain waktu
Pengukuran polarisasi terimbas dengan domain waktu yaitu dengan cara
mengalirkan pulsa arus listrik bebrbentuk persegi panjang kedalam tanah. untuk
mengukur derajar terpolarisasi suatu bahan pada suatu waktu di definisikan
chargeability.
b. Pengukuran domain frekunsi
Untuk mempolarisasika suatu bahan dengan arus listrik imbas ke sutau
tingkat tertentu dibutuhkan waktu tertentu tergantung jenis bahannya. Karena

7
frekunsi berbanding terbalik dengan waktu. maka perbedaan respon tegangan
dengan pemberian arus listrik dengan frekuensi yang berbeda juga mencerminkan
sifat polarisasi suatu bahan tertentu.ini merupakan dasar dalam pengukuran
frekuensi (sumner, 1976).

2.2.3.Metode Geolistrik Potensial Diri ( SP/ Self Potential Methode )


Metode Potensial Diri (Self Potential-SP) merupakan metode geofisika yang
paling tua tanpa menginjeksikan arus, pertama kali ditemukan pada tahun 1830
oleh Robert Fox dengan menggunakan elektrode tembaga yang dihubungkan ke
sebuah galvanometer untuk mendeteksi lapisan coppere sulfida di Carnwall
(England) (Markus, 2017). Didalam batuan terdapat mineral- mineral yang
mempunyai matrik dan pori-pori sehingga terdapat electron yang bergerak
didalamnya, dengan begitu terdapat arus alam. Karena arus alam sangat kecil jika
dibandingkan dengan arus yang di injeksi maka digunakan alat ukur yang lebih
sensitif. Pengukuran SP dilakukan pada lintasan tertentu dengan tujuan untuk
mengukur beda potensial antara dua titik yang berbeda. Untuk melakukan
pengukuran metode SP ini dengan menggunakan elektroda “phorous pot” agar
memperoleh kontak yang baik antara elektroda dan lapisan tanah (Markus, 2017).
Metode Self potential (SP) adalah metode pasif, karena pengukurannya
dilakukan tanpa menginjeksikan arus listrik lewat permukaan tanah, perbedaan
potensial alami tanah diukur melalui dua titik dipermukaan tanah. Potensial yang
dapat diukur berkisar antar beberapa millivolt (mV) hingga 1 volt. Self potensial
adalah potensial spontan yang ada di permukaan bumi yang diakibatkan oleh
adanya proses mekanis ataupun oleh proses elektrokimia yang di kontrol oleh air
tanah. Proses mekanis akan menghasilkan potensial elektrokinetik sedangkan
proses kimia akan menimbulkan potensial elektrokimia (potensial liquid-junction,
potensial nernst) dan potensial mineralisasi.
Komponen rekaman data potensial diri yang diperoleh dari lapangan
merupakan gabungan dari tiga komponen dengan panjang gelombang yang
berbeda, yaitu efek topografi (TE) ), SP noise (SPN ) dan SP sisa (SPR). Metode
potensial diri (SP) merupakan salah satu metode geofisika yang prinsip kerjanya
adalah mengukur tegangan statis alam (static natural voltage) yang berada di
kelompok titik titik di permukaan tanah. Potensial diri umumnya berhubungan
dengan perlapisan tubuh mineral sulfide (weathering of sulphide mineral body),
perubahan dalam sifat-sifat batuan (kandungan mineral) pada daerah kontak -
kontak geologi, aktifitas bioelektrik dari material organik, korosi, perbedaan suhu
dan tekanan dalam fluida di bawah permukaan dan fenomena-fenomena alam
lainnya.
Prinsip dasar dari metode potensial diri adalah pengukuran tegangan statis
alam (Static Natural Voltage) pada permukaan tanah. Orang yang pertama kali
menggunakan metode ini adalah untuk menentukan daerah yang mengandung
mineral logam.
Dengan mengetahui arus yang diinjeksikan dan mengukur beda potensial di
sekitar tempat arus diinjeksikan, maka nilai tahanan jenis tanah dapat diperoleh.
Nilai tahanan jenis yang diperoleh dari hasil pengukuran disebut sebagai apparent
resistivity atau resistivitas semu. Metode ini mengasumsikan bahwa bumi

8
mempunyai sifat homogen isotropis. Dalam kondisi yang sesungguhnya, tanah
bersifat tidak homogen karena bumi terdiri atas lapisan – lapisan dengan p yang
berbeda beda, sehingga nilai resistivitas yang kita peroleh merupakan nilai
resistivitas yang mewakili nilai resistivitas seluruh lapisan yang terlalui oleh garis
ekipotensial. Metode resistivitas ini sering dimanfaatkan dalam dunia eksplorasi
untuk beberapa keperluan antara lain untuk pencarian reservoir geothermal dan
ekplorasi air tanah.

2.3. Kelebihan dan Kekurangan


Setiap metode mempunyai Keunggulan dan Kekurangan , keunggulan
dan kekurangan metode geolistrik adalah sebagai berikut

Kelebihan
1. Harga peralatan murah
2. Tidak efektif untuk pemakaian di kawasan karst
3. Biaya survei relatif murah
4. Waktu yang dibutuhkan relatif cepat, bisa mendapatkan 4 titik dalam
sehari
Kekurangan
1. Untuk mendeteksi air tidak bisa diketahui berapa jumlah volume pasti air
tersebut
2. Peralatan relatif kecil dan ringan
3. Tidak bisa membedakan air mengalir dan yang statis
4. Tidak bisa menjangkau wilayah yang dalam karena jankauannya berkisar
1000-1500 kaki dibawah permukaan bumi
5. pembacaan tegangan pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika
jarak AB yang relatif jauh

➢ Konfigurasi Wenner
Kelebihan dan Kekurangannya:
1. Ketelitian pembacaan nilai tegangan pada elektroda MN lebih baik
dengan angka yang relatif besar.
2. Tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan didekat permukaan, yang
bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan.
3. Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan
tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif
besar karena elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda AB.
4. tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan di dekat permukaan yang
bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan.

➢ Konfigurasi Schlumberger
Kelebihan dan Kekurangannya:
1. Mampu mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada
permukaan.

9
2. Pembacaan tegangan pada elektroda MN, lebih kecil, terutama ketika
jarak AB jauh
3. diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai karakteristik ‘high
impedance’ dengan akurasi tinggi
➢ Konfigurasi Dipole
Kelebihan dan Kekurangannya:
1. Kemampuan penetrasi yang lebih dalam sehingga mampu medeteksi
batuan lebih dalam.
2. Tidak praktis dibandingkan konfigurasi Wenner atau Schlumberger.

2.4. Alat atau Instrumen

1. Mini Sting, Alat yang menginjeksikan arus ke dalam bumi dan mengukur
respon yangdiberikan dari dalam bumi
2. Aki, Sumber tenaga untuk alat Mini Sting
3. Elektroda, Sebuah tongkat besi yang ditancapkan ke bumi, untuk
mengukur bedapotensial atau menginjeksikan arus dari Mini Sting
4. Kabel, Sebagai konduktor yang menghantarkan arus ke elektroda
5. Switch Box, Kotak yang menghubungkan tiap Elektroda dengan Mini
Sting, karenasetiap elektroda sudah terhubung dengan kabel yang
dicolokkan ke Switch Box, makauntuk melakukan pengukuran dengan
jarak elektroda yang berbeda, kita hanya perlumemindahkan urutan kabel
yang di colok ke Switch Box
6. Meteran, Sebagai alat ukur untuk jarak dari elektroda
7. GPS, Untuk mengetahui posisi dan elevasi tiap elektroda
8. Lakban, Untuk menempelkan kabel ke elektroda supaya lebih kuat dan
tidak mudahlepas

10
Alat geolistrik :

Multi channel

Spesifikasi Ares Multichannel (48 Channel):


ARES–AUTOMATIC RESISTIVITY & IP METER Manufacturer: GF-
Instruments
Voltage : 15–1000V(2000Vp-p)

11
Supported Methods : Wenner Alpha/Beta/Gama, Wenner Schlumberger, Dipole-
dipole, Pole-Dipole, Pole-Pole, MGM, Equatorial Dipole-dipole.
Panjang Kabel : Spasi 5 Meter 48 Channel (Total Panjang 240m), Spasi 10 Meter
48 Channel (Total Panjang 480m), Spasi 15 Meter 48 Channel (Total Panjang
720m)

Single channel

Spesifikasi alat Geolistrik Single Channel (1D) dan Semi Multichannel


(2D) merek alat (Ires, Geores, dan Geoech), kami menyediakan sewa alat
geolistrik dengan spesifikasi, sebagai berikut :
Pemancar (Transmitter)
– Catu daya/ DC in (Power Supply) : 12 Volt, minimal 6 AH
– Daya (Power output) : 300 Watt untuk catu daya > 20 A
– Tegangan keluar (output voltage) : 500 V maksimum
– Arus keluar (output current) : 2000 mA maksimum
Penerima (receiver)
– Impendansi masukan (input imp.) : 10 M-ohm
– Batas ukur pembacaan (range) : 0,1 mV s/d 500 Volt

2.5. Cara Pengambilan Data


Cara pengukuran metode resistivitas yang biasa digunkan dalam akuisisi
data lapangan memiliki fungsi yang berbeda beda. Disini akan dibahas tentang
Lateral Mapping dan Vertical Sounding seperti yang sudah diberitahukan
sebelumnya.

1. Lateral Mapping
Akuisisi data metode resistivity yang dilakukan ini menggunakan metode
dua dimensi (lateral mapping) dimana tujuannya adalah mengetahui penyebaran
variasi tahanan jenis tanah secara lateral. Pada lateral mapping cara ini digunakan
untuk mengetahui kecenderungan harga resistivitas di suatu areal tertentu. Setiap
titik target akan dilalui beberapa titik pengukuran. Ilustrasinya ditunjukkan pada
gambar 4.

12
Gambar 4. Teknik akuisisi Lateral mapping

Gambar diatas menunjukkan skema akuisisi data secara mapping dengan


menggunakan konfigurasi Wenner. Untuk pengukuran pertama ( n=1), spasi antar
elektroda dibuat sama besar a. Setelah pengukuran pertama dilakukan, elektroda
selanjutnya digeser ke kanan sejauh a ( C1 bergeser ke P1, P1 bergeser ke P2, P2
bergeser C1 ) sampai jarak maksimum yang diinginkan.

2. Vertical Sounding
Cara ini digunakan untuk mengetahui distribusi harga resistor di bawah
suatu titik sounding di permukaan bumi. Cara ini sering disebut sounding 1-D
sebab resolusi yang dihasilkan hanya bersifat vertical. Ilustrasi ditujukkan oleh
gambar 5.

Gambar 5. Teknik akuisisi vertical Sounding

Pada skema ini akuisisi data secara sounding dengan menggunakan


konfigurasi Schlumberger, pengukuran pertama dilakukan dengan jarak antar
spasi C1-P1 dan C2-P2 adalah a. Dari pengukuran tersebut diperoleh satu titik
pengukuran kedua ( n-2) sampai kedalaman atau jarak yang diinginkan.
Terdapat beberapa macam susunan/ konfigurasi elektroda untuk akuisisi
data pada resistivitas. Secara umum konfigurasi elektroda pada akuisisi data
adalah

Gambar 1. Konfigurasi elektroda pada akuisisi data

13
Nilai ( apparent resistivity ) dapat diperoleh dengan menggunakan hubungan :

Dengan adalah beda potensial antara titik M dan N, I adalah arus, dan K adalah
faktor konfigurasi yang bernilai :

Beberapa macam konfigurasi yang telah ada antara lain konfigurasi


Wenner, Schlumberger, pole – dipole, dipole – dipole, dan sebagainya.
Penggunaan konfigurasi – konfigurasi tersebut memiliki keunggulan dan
kelemahan masing masing bergantung pada keperluan pengguna. Sebagai contoh,
konfigurasi wenner paling baik digunakan untuk keperluan lateral mapping,
sedangkan konigurasi Schlumberger biasanya digunakan untuk keperluan vertical
sounding. Berikut saya lampirkan konfigurasi Schlumberger dan konfigurasi
elektroda Wenner.
1. Konfigurasi Elektroda Schlumberger

Gambar 2. Skema Konfigurasi Schlumberger

Pada konfigurasi Schlumberger ini MN digunakan sebagai elektroda


potensial dan AB digunakan sebagai elektroda arus. Pada konfigurasi ini nilai MN
< AB, bisa kita lihat pada persamaan 1 dan 2 maka kita dapatkan nilai Ksnya
adalah

Umumnya metode Schlumberger ini dilakukan dengan jarak elektroda


AB dibuat 10 kali atau lebih terhadap jarak elektron MN. Namun metode ini dapat
dilakukan dengan jarak AB < 10 MN asal jarak L > 4l.

2. Konfigurasi Elektroda Wenner

14
Gambar 2. Skema konfigurasi Wenner
Konfigurasi Wenner digunakan pada jarak yang sama antara elektroda.
Dalam konfigurasi ini AM = MN = NB. Pada konfigurasi ini persamaan
relativitasnya menjadi

Dengan Kw = 2Πa

Pada konfigurasi ini, jarak antar elektroda a harus seragam untuk setiap
pengukuran. Bila jarak elektroda AB 12 m, maka jarak elektroda MN 4 m dan
demikian seterusnya. Sedangkan menurut referensi yang diperoleh konfigurasi
Wenner-Schlumberger adalah konfigurasi dengan sistem aturan spasi yang
konstan dengan catatan faktor “n” untuk konfigurasi ini adalah perbandingan jarak
antara elektroda C1-P1 (atau C2-P2) dengan spasi antara P1-P2 seperti pada
Gambar 3. Jika jarak antar elektroda potensial (P1 dan P2 adalah a maka jarak
antar elektroda arus(C1 dan C2) adalah 2na + a. Proses penentuan resistivitas
menggunakan 4 buah elektroda yang diletakkan dalam sebuah garis lurus (Sakka,
2001).

Gambar 3. Pengaturan Elektroda konfigurasi Wenner – Schlumberger

2.6. Metode Pengolahan Data dan Softwarenya


Data yang diperoleh dilapangan berupa lokasi pengukuran, nilai arus
listrik dan beda potensial. Data resistivity di lapangan berupa apparent resistivity
dirubah menjadi true resistivity menggunakan software res2dinv. Pengolahan
DataPengolahan data yang kita lakukan menggunakan software RES2DINV, data
yangkita perlukan adalah data topography yang didapatkan dari GPS dan data rho
apparent yangdi dapatkan dari display di mini sting saat melakukan pengukuran,
lalu buat notepad denganekstensi *.dat dan buat format seperti dibawah ini :

15
Lalu setelah memasukkan seluruh data Apparent Resistivity, barulah
pada line berikutnyakita memasukkan data topography yang mana nantinya akan
mempengaruhi bentukpenampang bawah permukaan dan juga midpoint dari array
dan memengaruhi hasil inversinantinya

16
Catatan : Notepad di save dengan extensi file .DAT

Semua data tiap line dimasukkan kedalam notepad dalam extensi *.dat barulahkita akan
memprosesnya lebih lanjut dengan software RES2DINV, dimana software tersebutdapat
melakukan proses inversi kepada data apparent resistivity menjadi true resistivity
untukmembantu kita dalam melakukan intepretasi daerah tersebut dalam bentuk
penampang bawahpermukaan.Berikut ini merupakan langkah-langkah processing dengan
menggunakan RES2DINVuntuk membuat penampang resitivity batuan dibawah
permukaan berdasarkan sifatkelistrikan batuan:

1. Input data
Langkah pertama adalah kita mengimport data kita untuk diolah di program
RES2DINVdengan cara;Klik File > Read Data File > line-1.dat

17
Tampilan RES2DINV saat berhasil membuka data
2. Inversi
Proses inversi dengan metode Least Square Inversion ini kita iterasi berkali-kali
sampaimendapatkan hasil yang memiliki error paling kecil. Supaya didapatkan
penampang bawahpermukaan yang paling mendekati aslinya. Langkahnya adalah:Klik
Inversion > Least-square inversion

Tampilan menu inversi RES2DINV

Tampilan hasil inversi RES2DINV

1. Gambar pertama adalah gambar dari hasil model dari data yang terukur pada
lapangan,sedangkan

18
2. Gambar kedua merupakan gambar hasil dari model yang dibuat oleh
softwaredengan perhitungan untuk mendekati gambar pertama.
3. Gambar ketiga adalah hasil inversidari gambar yang kedua, error adalah
perbedaan dari gambar pertama dengan gambar kedua,semakin kecil errornya
maka semakin kita mendekati model bawah permukaan yangsebenarnya

3. Menghilangkan Data yang Buruk


Klik Edit > Extraminate Datum Point

Kiri pada titik-titik datum yang tidak berada pada garis tengah dan tidak segaris
dengandata-data yang lain untuk menghilangkan data yang jelek, karena secara teori data
padakedalaman vertical yang sama tapi pada jarak horizontal yang berbeda seharusnya
apparentresistivitynya tidak memiliki nilai yang jauh berbeda kecuali ada kondisi geologi
ekstrimseperti adanya intrusi.

Tampilan menu Extreminate Bad Data Points RES2DINV

Lalu setelah itu diinversi lagi, maka akan mendapatkan error yang lebih kecil

Tampilan hasil inversi setelah exterminate bad data pointsRES2DINV

4. Memasukkan data topographyHasil inversi tersebut belumlah memiliki data elevasi,


kita dapat memberikannya dengancara:Display -> Show Inversion ResultDisplay
Sections -> Include Topography in Model Section

19
Tampilan hasil include topography pada hasil inversi RES2DIN

2.7. Hasil Interprestasi

Salah satu cara untuk menginterpretasi data hasil pengukuran geolistrik


adalah dengan metode apa yang dikenal sebagai “curve matching” atau
pencocokan kurva. Grafik ini didapatkan dengan mengeplot nilai resistivitas semu
dalam sumbu y dengan jarak elektroda AB dibagi 2 (meter) pada sumbu x
memakai skala logaritmik.

Contoh kurva data geolistrik

Langkah pertama dalam menginterpretasinya adalah dengan melakukan


klasifikasi terhadap kurva resistivitas semu menjadi beberapa tipe. Klasifikasi ini
didasarkan kepada bentuk dari kurva tersebut, namun sebenarnya bentuk kurva ini
juga berkaitan dengan kondisi geologi dibawah permukaan lokasi pengukuran.
Dari data ini, dapat diperkirakan paramerter-parameter interpretasi yang
selanjutnya akan digunakan oleh komputer untuk melakukan proses iterasi. Dalam
proses iterasi ini, data lapangan akan dibandingkan dengan data model yang

20
didapatkan dari hasil pencocokan kurva sebelumnya. Proses diulang terus hingga
didapatkan kesesuaian antara data dari model dengan data dari lapangan. Sehingga
akhirnya parameter-parameter, data lapangan, data hasil kalkulasi, dan juga kurva
teoritis menghasilkan penampang geolistrik yang dapat digunakan untuk sebagai
penunjuk penampang geologi.

Penampang geoligi yang dihasilkan, berisi lapisan-lapisan dengan


ketebalan tertentu yang memiliki nilai resistivitas tertentu. Untuk mengetahui
litologinya, nilai resistivitas ini dapat dicocokkan dengan rentang nilai resistivitas
untuk batuan yang sudah diketahui dari berbagai penelitian. Teknik mencocokkan
seperti ini sangat rentan terhadap kesalahan karena nilai resistivitas batuan sangat
bervariasi tergantung kondisinya. Hal lainnya adalah beberapa batuan memiliki
rentang nilai resistivitas yang saling tumpang tindih sehinggga agak menyulitkan
dalam menentukan jenis batuannya ketika proses interpretasi. rentang resistivitas
berbagai batuan.

Contoh model penampang 2 dimensi

21
BAB III
GEOMAGNET

Survey magnetik merupakan metoda eksplorasi geofisika yang mengukur


medan magnet bumi di setiap titik yang ada di muka bumi. Penggunaan metode
magnetik berdasarkan pada adanya anomali medan magnetik bumi yang
diakibatkan oleh adanya perbedaan sifat kemagnetan dari berbagai macam batuan.
Dalam kegiatan eksplorasi, survei magnetik dapat dilakukan di darat, laut maupun
udara.
Dalam metode geomagnetik ini, bumi diyakini sebagai batang magnet
raksasa dimana medan magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi menghasilkan
medan magnet jauh lebih kecil daripada medan utama magnet yang dihasilkan
bumi secara keseluruhan. Teramatinya medan magnet pada bagian bumi tertentu,
biasanya disebut anomali magnetik yang dipengaruhi suseptibilitas batuan
tersebut dan remanen magnetiknya. Berdasarkan pada anomali magnetik batuan
ini, pendugaan sebaran batuan yang dipetakan baik secara lateral maupun vertikal.

Metode geomagnet merupakan metode pengolahan data potensi untuk


memperoleh gambaran bawah permukaaan bumi yang berdasarkan karakteristik
magnetiknya. Metode geomagnet memanfaatkan sifat kemagnetan bumi sehingga
didapat kontur yang menggambarkan distribusi suseptibilitas batuan di bawah
permukaan pada arah horizontal.

3.1. Sejarah
Sejarah perkembangan Metode Magnetik telah dikenal sekitar 400 tahun
yang lalu. Orang yang pertama kali melakukan penelitian magnetisasi bumi secara
ilmiah adalah Sir William Gilbert (1540 – 1603). Gilbert adalah orang yang
pertama kali melihat bahwa medan magnet bumi ekivalen dengan arah utara –
selatan sumbu rotasi bumi. Gilbert pada bukunya yaitu de Magnete menjelaskan
bahwa medan magnet bumi kira- kira setara dengan magnet permanen yang
terletak diarah north-south deket dengan sumbu rotasi bumi. Karl Frederick
Gauss (1830-1842) melakukan studi lebih lanjut tentang medan magnet bumi
.K.F. Gauss menyimpulkan dari analisis matematika bahwa medan magnet
merupakan disebabkan sumber dari dalam bumi, dibandingkan dari luar bumi.
Gauss juga mencatat kemungkinan rotasi bumi itu disebabkan sumbu dipole
yang paling berperan pada medan terletak tidak jauh dengan sumbu rotasi
bumi. Penemuan Gilbert kemudian diperdalam oleh Van Wrede (1843) untuk
melokalisir endapan bijih besi dengan mengukur variasi magnet di permukaan
bumi. Hasil penelitiannya kemudian dibukukan oleh Thalen (1879) dengan judul
:” The Examination Of Iron Ore Deposite By Magnetic Measurement” yang
kemudian menjadi pionir bagi pengukuran magnetisasi bumi (Geomagnet)
Metode magnet adalah salah satu metode geofisika yang digunakan untuk
menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat kemagnetan
batuan yang diidentifikasikan oleh kerentanan magnet batuan. Metode ini
didasarkan pada pengukuran variasi intensitas magnetik di permukaan bumi yang

22
disebabkan adanya variasi distribusi (anomali) benda termagnetisasi di bawah
permukaan bumi.

3.2. Metode dan Tinjauan Pustaka

Metode Geomagnet merupakan salah satu metode geofisika yang paling


tua digunakan oleh manusia dalam menemukan jenis-jenis yang tersembunyi di
bawah permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat kemagnetan batuan. Bumi
dipandang sebagai dipole (kutub utara dan selatan magnetik) yang mempunyai
medan magnet tidak konstan, artinya besar medan magnet tersebut berubah
terhadap waktu. Hal ini terjadi karena adanya pembalikan kutub magnetik bumi.
Pada waktu tertentu kutub positif berubah menjadi kutub negatif. Pada saat
perubahan kutub-kutub tersebut dalam selang waktu tertentu harus melalui kondisi
netral. Pada metode Geomagnet hasil yang ditunjukkan berupa anomali sisa
berupa variasi besaran yang mengandung fraksi mineral magnetik pada batuan
dekat permukaan.
Metoda geomagnetik adalah suatu metoda pengolahan data potensial
untuk mendapatkan gambaran bawah permukaan bumi atau benda dengan
karakteristik magnetik tertentu. Metode ini didasarkan pada pengukuran intensitas
medan magnet yang dimiliki batuan. Sifat magnet ini ada karena pengaruh dari
medan magnet bumi pada waktu pembentukan batuan tersebut. Dalam metode
geomagnetik ini, bumi diyakini sebagai batang magnet raksasa di mana medan
magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi menghasilkan medan magnet jauh
lebih kecil daripada medan utama magnet yang dihasilkan bumi secara
keseluruhan. Medan magnet yang teramati pada bagian bumi tertentu, biasanya
disebut anomali magnetik yang dipengaruhi suseptibilitas batuan tersebut dan
remanen magnetiknya. Berdasarkan pada anomali magnetik batuan ini, pendugaan
sebaran batuan yang dipetakan baik secara lateral maupun vertikal.

Metode Geomagnetik

Konsep Dasar Metode Magnetik


1. Gaya Magnetik

23
Gaya magnetik adalah gaya tarik menarik atau tolak menolak pada
dua muatan magnetik. Charles Augustin de Coulomb pada tahun 1785
menyatakan bahwa gaya magnetik berbanding terbalik terhadap kuadrat
jarak antara dua muatan magnetik, yang persamaannya mirip seperti
hukum gaya gravitasi Newton. Dengan demikian, apabila dua buah kutub
P1 dan P2 dari monopole magnetik yang berlainan terpisah pada jarak r .
Dasar dari metode magnetik adalah gaya Coulomb yang dapat
dirumsukan sebagai berikut :

m1m2
F= r (dyne)
o r 2
Dimana :
F = gaya Coulumb dalam Newton
m1 dan m2 = kuat kutub magnet dalam ampere meter
r = jarak kedua kutub (meter)
μo = permeabilitas medium (dalam udara / hampa harganya 4

2. Kuat Medan Magnet


Kuat medan magnet adalah besarnya medan magnet pada suatu titik
dalam ruang yang timbul sebagai akibat sebuah kutub yang berada sejauh r
dari titik tersebut. Kuat medan magnet ialah besarnya medan magnet pada
suatu titik dalam ruang yang timbul sebagai akibat kutub m yang berada
sejauh r dari titik tersebut. Kuat medan H didefinisikan sebagai gaya pada
satu satuan kutub :

F m
H= = 2 r1 (oersted)
m' r

Satuan H dalam SI adalah weber/ m atau tedla (1 tesla = 10 9 gamma)

3. Momen Magnetik

Pada kenyataannya, kutub-kutub magnet selalu muncul berpasangan


(dipole) dimana dua kutub berkekuatan +m dan –m dipisahkan oleh jarak
I. Bila dua kutub magnet yang berlawanan mempunyai kuat kutub magnet +p
dan –p, keduanya terletak dalam jarak I, maka momen magnetik M dapat
ditulis sebagai :

M = p r1 = Mr1

dengan M adalah vektor dalam arah unit vektor r1 dari kutub negatif ke kutub
positif.

24
4. Intensitas Kemagnetan
Bila suatu tubuh magnetik terletak dalam suatu medan magnetik eksternal .
Suatu benda magnet yang terletak di dalam medan magnet luar menjadi
termagnetisasi karena induksi. Intensitas magnetisasi itu berbanding lurus
dengan kuat medan dan arahnya searah dengan medan tersebut. Intensitas
magnetisasi didefinisikan sebagai magnet per satuan volume, yaitu :

I = M /V

Secara praktis magnetisasi akibat induksi ini kebanyakan meluruskan


dipole- dipole material magnet, sehigga sering disebut sebagai polarisasi
magnet. Bila besarnya konstan dan arahnya sama, maka dikatakan benda
termagnetisasi secara uniform.

5. Induksi Magnetik
Bila benda magnetik diletakkan dalam medan magnet luar H, kutub-
kutub internalnya akan menyearahkan diri dengan H dan terbentuk suatu
medan magnet baru yang besarnya adalah :

H ' = 4 pkH

Medan magnet totalnya disebut dengan induksi magnet B dan ditulis


sebagai :

B = mr H

Dengan mr = 1+ 4 pk dan disebut sebagai permeabilitas relatif dari


suatu benda magnetik. Satuan B dalam emu adalah gauss, sedangkan dalam
geofisika eksplorasi dipakai satuan gamma (g), dengan 1 g = 10-5 gauss = 1
nT.

6. Potensial Magnetostatik
Potensial magnetostatik didefenisikan sebagai tenaga yang diperlukan
untuk memindahkan satu satuan kutub magnet dari titik tak terhingga ke suatu
titik tertentu dan dapat ditulis sebagai :

v
A(r ) = −  H (r )dr

Untuk benda tiga dimensi, material di dalamnya memberikan


sumbangan momen magnetik per satuan volume M(r). Jadi potensialnya
merupakan hasil integral sumbangan momen dwikutub per satuan volume dan
dapat ditulis sebagai :

25
1
A(ro ) = −  M (r ) dV
v
ro − r
 1
= −M 
 v ro − r
dV

Dan medan magnet benda sebagai penyebab timbulnya anomali, dapat


ditulis sebagai:

1
H (ro ) =   M (r ) dV
v
ro − r

7. Medan Magnet Bumi


Bumi berlaku seperti sebuah magnet sferis yang sangat besar dengan
suatu medan magnet yang mengelilinginya. Medan itu dihasilkan oleh suatu
dipole magnet yang terletak pada pusat bumi. Sumbu dipole ini bergeser
sekitar 11o dari sumbu rotasi bumi, yang berarti kutub utara geografis bumi
tidak terletak pada tempat yang sama dengan kutub selatan magnetik bumi.
Menurut IGRF (2000), melalui perhitungan posisi simetris dimana dipole
magnetik memotong permukaan bumi, letak kutub utara magnet bumi adalah
79,3 N, 71,5 W dan 79,3 S , 108,5 E untuk kutub selatan.
Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis yang dapat
diukur yaitu arah dan intensitas kemagnetannya. Parameter fisis itu adalah
deklinasi magnetik D, intensitas horisontal H dan intensitas vertikal Z. Dari
elemen-elemen ini, semua parameter medan magnet lainnya dapat dihitung.
Parameter yang menggambarkan arah medan magnetik adalah deklinasi
D (sudut antara utara magnetik dan utara geografis) dan inklinasi I (sudut
antara bidang horisontal dan vektor medan total), yang diukur dalam derajat.
Intensitas medan magnetik total F digambarkan dengan komponen horisontal
H, komponen vertikal Z dan komponen horisontal kearah utara X dan kearah
timur Y. Intensitas medan magnetik bumi secara kasar antara 25.000 –
65.000 nT. Untuk Indonesia, wilayah yang terletak di utara ekuator
mempunyai intensitas  40.000 nT, sedangkan yang di selatan ekuator 
45.000 nT.

Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu sehingga untuk


menyeragamkan nilai-nilai medan utama bumi dibuat standar nilai yang disebut
dengan International Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang diperbaharui
tiap 5 tahun sekali. Nilai IGRF tersebut diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata
pada daerah luasan sekitar 1 juta Km yang dilakukan dalam waktu satu tahun.

Medan magnet bumi terdiri dari tiga bagian, yaitu :


➢ Medan utama (Main field)
Pengaruh medan utama magnet bumi ± 99 % dan variasinya terhadap
waktu sangat lambat dan kecil.

26
➢ Medan luar (External field)
Pengaruh medan luar berasal dari pengaruh luar bumi (aktifitas matahari,
badai magnetik) yang merupakan hasil dari ionisasi di atmosfer yang
ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Karena sumber luar ini
berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di
atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.
➢ Anomali medan magnetik
Variasi medan magnet yang terukur di permukaan bumi merupakan
target dari survey magnetik (anomali magnetik). Besar anomali magnetik
berkisar ratusan sampai ribuan nano-tesla, tapi ada juga yang > 100.000 nT
yang berupa endapan magnetik. Secara garis besar anomali ini disebabkan
oleh madan magnetik remanen dan medan magnetik induksi. Anomali yang
diperoleh dari survey merupakan hasil gabungan dari keduanya, bila arah
medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka
anomalinya bertambah besar, demikian pula sebaliknya. Jika anomali medan
magnetiknya < 25 % medan magnet utama bumi maka efek medan
remanennya dapat diabaikan. Adanya anomali medan magnetik menyebabkan
perubahan dalam medan magnet total bumi dan dapat dituliskan sebagai :

HT = H M + H A

Dengan H T = medan magnet total bumi, H M = medan magnet utama


bumi dan H A = medan anomali magnetik. Bila besar H A < H T dan arah H T
hampr sama dengan arah H T maka anomali magnetik totalnya adalah

T = HT − H M
Atau
T = Tobs − TIGRF  Tvn

Dimana : Tobs = medan magnet total terukur, TIGRF = medan magnet


teoritis berdasarkan IGRF dan Tvn = koreksi medan magnet akibat variasi
harian.

8. Magnetisasi Batuan
Batuan atau mineral dapat dibedakan menjadi beberapa bagian
berdasarkan perilaku atom-atom penyusunnya jika mendapat medan
magnet luar 𝐻⃑
Apabila suatu batuan didalamnya mengandung mineral magnet berada
dalam medan magnet bumi, maka akan timbul medan magnet baru dalam
benda (induksi) yang menghasilkan anomaly magnet. Oleh sebab itu medan
magnet normal bumi akan mengalami gangguan yang disebabkan oleh
anomaly magnet sebagai hasil magnetisasi batuan.

27
B = 0 ( H + H )
Ft = F0 + F (r0 )
Dimana
Ft adalah medan magnet total bumi
F0 adalah medan magnet normal bumi
F (r0 ) adalah medan anomali magnet.

Dengan pendekatan F (r0 ) << F0 dan arah F0 hampir sama

dengan arah Ft , maka besaran skalar F (r0 ) atau ΔF adalah :

F = Ft − F0

ΔF inilah yang disebut medan anomaly magnet, yang besar kecilnya


medan ini dipengaruhi oleh sifat kerentanan bahan penyusunnya. Pengolahan
dengan tujuan akhir berupa kotur anomali medan magnet. Hasil akhir
pengolahan ini dapat menunjukan posisi lokasi, dan besar area dari benda
penyebab anomali.

3.3. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan
1. Metode ini sensitive terhadap perubahan vertical, umumnya digunakan
untuk mempelajari tubuh intrusi, batuan dasar, urat hydrothermal yang
kaya akan mineral ferromagnetic, struktur geologi. Umumnya tubuh
intrusi, urat hydrothermal kaya akan mineral ferromagnetic(Fe3O4,
Fe2O3) yang memberi kontras pada batuan sekelilingnya.
2. Mineral-mineral ferromagnetic akan kehilangan sifat kemagnetannya bila
dipanasi mendekati temperatur Curie oleh karena itu efektif digunakan
untuk mempelajari daerah yang dicurigai mempunyai potansi Geothermal
3. Data acquitsition dan data proceding dilakukan tidak serumit metoda gaya
berat. Penggunaan filter matematis umum dilakukan untuk memisahkan
anomaly berdasarkan panjang gelombang maupun kedalaman sumber
anomaly magnetic yang ingin diselidiki
4. akurasi pengukuran yang relatif tinggi
5. instrumentasi dan pengoperasian di lapangan relatif sederhana
6. mudah dan cepat jika dibandingkan dengan metode geofisika lainnya.
Kekurangan

1. Hanya dapat menginspeksi material ferromagnetik

28
2. Membutuhkan pengaturan medan magnet yang tepat
3. Membutuhkan arus yang besar untuk part yang besar
4. Membutuhkan permukaan yang relatif halus
5. Cat atau material nonmagnetik yang melapisi komponen mempengaruhi
sensitivitas
6. Membutuhkan demagnetisasi dan pembersihan setelah pengujian

3.4. Alat atau Instrumen

Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan pengukuran


geomagnetik, adalah sebagai berikut:
1. Peralatan paling utama yang digunakan adalah magnetometer. Peralatan
ini digunakan untuk mengukur kuat medan magnetik di lokasi survei.
Salah satu jenisnya adalah Proton Precission Magnetometer (PPM)
yang digunakan untuk mengukur nilai kuat medan magnetik total.
2. Peralatan lain yang bersifat pendukung di dalam survei magnetik adalah
Global Positioning System (GPS). Peralatan ini digunakan untuk
mengukur posisi titik pengukuran yang meliputi bujur, lintang,
ketinggian, dan waktu. GPS ini dalam penentuan posisi suatu titik
lokasi menggunakan bantuan satelit. Penggunaan sinyal satelit karena
sinyal satelit menjangkau daerah yang sangat luas dan tidak terganggu
oleh gunung, bukit, lembah dan jurang.
3. Magnetometer, Terdiri dari dua bagian
a. Untuk mengukur medan magnet vertikal : Fluxgate Magnetometer
b. Untuk mengukur medan magnet total : Proton Precession
Mgnetometer (PPM)
4. Peralatan pengukur waktu (jam)
5. Peralatan penunjuk arah (kompas)
6. Peralatan pendukung lainnya (log book)

Beberapa peralatan penunjang lain yang sering digunakan di dalam


survei magnetik, antara lain (Sehan, 2001) :

1. Kompas geologi, untuk mengetahui arah utara dan selatan dari medan
magnet bumi.
2. Peta topografi, untuk menentukan rute perjalanan dan letak titik
pengukuran pada saat survei magnetik di lokasi
3. Sarana transportasi
4. Buku kerja, untuk mencatat data-data selama pengambilan data
5. PC atau laptop dengan software seperti Surfer, Matlab, Mag2DC, dan
lain-lain.

29
Gambar 3.3 Alat- Alat Survei Metode Geomagnet (Jenis Magnetometer)

Gambar 3.4 Alat- Alat Penunjang lain GPS dan Kompas Geologi

3.5. Cara Pengambilan Data

Penyelidikan magnet biasanya dilakukan di darat, di udara dan di laut.


Teknik lapangannya tentu saja berbeda ketiga jenis survey ini, walaupun operasi
di udara dan di laut pada umumnya melakukan penelitian yang sama juga
peralatan rekamannya sama pula. Karena pembacaan dan pengumpulan data
lapangan sangat mudah dilakukan, penyelidikan cara ini biasanya dipergunakan
dalam penyelidikan-penyelidikan pendahuluan. Maksudnya secara garis besarnya,
setelah ini biasanya dilanjutkan dengan penyelidikan lebih detail pada daerah-
daerah yang dianggap prospektip. Secara bersamaan, cara ini dapat pula

30
dipadukan dengan cara penyelidikan yang lain. Sifat penyelidikan dapat secara
langsung ataupun tak langsung terhadap obyek yang dicari.
Di darat, observasi magnetik biasanya dibuat pada posisi yang tetap dengan
stasion tersendiri yang biasa digunakan pula untuk survey gravity. Di udara dan
survey di laut, medan magnet direkam terus-menerus dari pergerakannya. Dulu
digunakan alat-alat untuk survey di darat yaitu jenis type Schmidt keseimbangan
magnetiknya digunakan untuk mengukur komponen vertikal medan bumi atau
komponen horizontal. Tetapi pada akhir-akhir ini magnetometer flux-gate nuclear
precession (proton) kebanyakan digunakan untuk pengukuran didarat.
a) Penyelidikan dari udara
Biasanya dilakukan untuk memetakan daerah yang luas. Hasilnya
dapat memberikan petunjuk untuk penyelidikan selanjutnya. Alat yang
digunakan biasanya adalah flux-gate magnetometer, nuclear precession.
Kepekaan alat yang dipergunakan biasanya lebih tinggi (1-5 gamma) dari
pada yang dipergunakan di darat (10-20 gamma). Penyebab utama
mungkin biaya penyelidikan dari udara jauh lebih mahal, pengukuran
dapat dilakukan jauh diatas permukaan.
Pengukuran dilakuakan terhadap medan magnetik total sebab untuk
mengukur salah satu komponen, baik vertikal ataupun horizontal, presisi
posisi sangat menentukan, dan ini sukar dilakukan pada penyelidikan ini.
Ketinggian penerbangan diketahui dari altimeter, pola lintasan diatur
memotong struktur geologi yang diperkirakan, dan pembacaan diulang
secara overlap untuk menghindari/mengetahui perubahan secular yang
berlangsung sewaktu-waktu. Hal ini dapat dilakukan pula dengan bantuan
magnetometer lain yang ditempatkan di darat sebagai pengecekkan
menentukan lokasi/posisi pesawat yang biasanya dibantu dengan
pemotretan- pemotretan dari udara secara bersamaan waktunya. Adakalanya
dilakukan dengan radar, sehingga posisi pesawat secara tepat dapat
ditentukan.Hasil pembacaan dilakukan secara periodik, kira-kira 1 detik.
Tentunya cara penyelidikan ini ada baiknya dan buruknya.
b) Penyelidikan di laut
Alat yang digunakan biasanya adalah flux-gate dan proton
magnetometer.Alatnya biasanya ditarik sejauh 150 hingga 300 meter
dibelakang kapal, maksudnya untuk menghindari pengaruh dari kapal
tersebut.Kedalamannya alat sekitar 15 meter di bawah permukaan air
laut.Penyelidikan laut memerlukan biaya yang mahal. Kegunaannya terasa
apabila secara bersamaan dilakukan pula misalnya penyelidikan cara gaya
berat. Sasarannya ialah untuk memberikan konfigurasi struktur geologi di
bawah dasar laut.Disamping itu juga mempersiapkan peta geomagnet
regional.
c) Penyelidikan di darat
Cara penyelidikan ini merupakan cara yang paling tua dilakukan
orang. Letak dan penyebaran titik-titik pengamatan disesuaikan dengan
sasaran yang akan dicapai. Biasanya dikombinasi dengan penyelidikan
gaya berat sebab kerapatan titik pengamatan hampir sama. Alat untuk
penyelidikan di darat adalah flux-gate magnetometer, alat ini paling

31
praktis mudah dibawa dan dipidah-pindahkan serta dapat cepat
dibaca.Jarak titik pengamatan dapat dekat sekali sekitar 10 meter
tergantung pada perkiraan besarnya sasaran yang dicari. Yang seringkali
diukur dalam penyelidikan ini ialah komponen vertikal medan magnet
bumi. Kadang-kadang medan total pun dapat diukur dengan menggunakan
proton magnetometer. Pembacaan ulang dilakukan setiap satu atau dua
jam pada tempat-tempat yang pernah diukur sebelumnya. Maksudnya
untuk mengetahui dan mengoreksi terhadap variasi secara secular.Anomali
yang harus diperhatikan biasanya lebih dari 500 gamma.Rata-rata
kepekaan alat sekitar 10 gamma. Sebab itu benda-benda besi disekitar alat
akan mengganggu selam pembacaan, hal ini harus dihindarkan. Keadaan
topografipun sangat berpengaruh pada pengukuran, begitu pula
susceptibilitas bahan tubuh magnet menentukan pula besar kecilnya
pengukuran medan magnet yang diteliti.

2. Metode Pengukuran Data Geomagnetik


Dalam melakukan pengukuran geomagnetik, peralatan paling utama yang
digunakan adalah magnetometer. Peralatan ini digunakan untuk mengukur kuat
medan magnetik di lokasi survei. Salah satu jenisnya adalah Proton Precission
Magnetometer (PPM) yang digunakan untuk mengukur nilai kuat medan
magnetik total. Peralatan lain yang bersifat pendukung di dalam survei magnetik
adalah Global Positioning System (GPS). Peralatan ini digunaka untuk mengukur
posisi titik pengukuran yang meliputi bujur, lintang, ketinggian, dan waktu.GPS
ini dalam penentuan posisi suatu titik lokasi menggunakan bantuan
satelit.Penggunaan sinyal satelit karena sinyal satelit menjangkau daerah yang
sangat luas dan tidak terganggu oleh gunung, bukit, lembah dan jurang.
Beberapa peralatan penunjang lain yang sering digunakan di dalam survei
magnetik, antara lain (Sehan, 2001) :
a. Kompas geologi, untuk mengetahui arah utara dan selatan
dari medan magnet bumi.
b. Peta topografi, untuk menentukan rute perjalanan dan letak
titik pengukuran pada saat survei magnetik di lokasi
c. Sarana transportasi
d. Buku kerja, untuk mencatat data-data selama pengambilan
data
e. PC atau laptop dengan software seperti Surfer, Matlab,
Mag2DC, dan lain-lain.
Pengukuran data medan magnetik di lapangan dilakukan menggunakan
peralatan PPM, yang merupakan portable magnetometer. Data yang dicatat
selama proses pengukuran adalah hari, tanggal, waktu, kuat medan magnetik,
kondisi cuaca dan lingkungan.
Dalam melakukan akuisisi data magnetik yang pertama dilakukan adalah
menentukan base station dan membuat station - station pengukuran (usahakan
membentuk grid - grid). Ukuran gridnya disesuaikan dengan luasnya lokasi
pengukuran, kemudian dilakukan pengukuran medan magnet di station - station

32
pengukuran di setiap lintasan, pada saat yang bersamaan pula dilakukan
pengukuran variasi harian di base station.

Pengaksesan Data IGRF


IGRF singkatan dati The International Geomagnetic Reference Field.
Merupakan medan acuan geomagnetik intenasional. Pada dasarnya nilai IGRF
merupakan nilai kuat medan magnetik utama bumi (H0). Nilai IGRF termasuk
nilai yang ikut terukur pada saat kita melakukan pengukuran medan magnetik di
permukaan bumi, yang merupakan komponen paling besar dalam survei
geomagnetik, sehingga perlu dilakukan koreksi untuk menghilangkannya. Koreksi
nilai IGRF terhadap data medan magnetik hasil pengukuran dilakukan karena nilai
yang menjadi terget survei magnetik adalan anomali medan magnetik (ΔHr0).
Nilai IGRF yang diperoleh dikoreksikan terhadap data kuat medan
magnetik total dari hasil pengukuran di setiap stasiun atau titik lokasi pengukuran.
Meskipun nilai IGRF tidak menjadi target survei, namun nilai ini bersama-sama
dengan nilai sudut inklinasi dan sudut deklinasi sangat diperlukan pada saat
memasukkan pemodelan dan interpretasi.

3.6. Metode Pengolahan Data


Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan, maka
dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran pada
setiap titik lokasi atau stasiun pengukuran, yang mencakup koreksi harian, IGRF
dan topografi.
1. Koreksi Harian
Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai medan
magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi matahari dalam
satu hari.
Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan waktu
pengukuran data medan magnetik di setiap titik lokasi (stasiun pengukuran) yang
akan dikoreksi. Apabila nilai variasi harian negatif, maka koreksi harian dilakukan
dengan cara menambahkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu
terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi
harian bernilai positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara mengurangkan
nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan
magnetik yang akan dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan

ΔH = Htotal ± ΔHharian

2. Koreksi IGRF
Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah konstribusi
dari tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi, medan magnetik
luar dan medan anomali. Nilai medan magnetik utama tidak lain adalah niali
IGRF. Jika nilai medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian, maka
kontribusi medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi
IGRFdapat dilakukan dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan

33
magnetik total yang telah terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada
posisi geografis yang sesuai. Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi harian)
dapat dituliskan sebagai berikut :

ΔH = Htotal ± ΔHharian ± H0
Dimana H0 = IGRF

3. Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei
megnetik sangat kuat. Koreksi topografi dalam survei geomagnetik tidak
mempunyai aturan yang jelas. Salah satu metode untuk menentukan nilai
koreksinya adalah dengan membangun suatu model topografi menggunakan
pemodelan beberapa prisma segiempat (Suryanto, 1988). Ketika melakukan
pemodelan, nilai suseptibilitas magnetik (k) batuan topografi harus diketahui,
sehingga model topografi yang dibuat, menghasilkan nilai anomali medan
magnetik (ΔHtop) sesuai dengan fakta. Selanjutnya persamaan koreksinya (setelah
dilakukan koreski harian dan IGRF) dapat dituliska sebagai

ΔH = Htotal ± ΔHharian – H0 - ΔHtop


Setelah semua koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik yang terukur
dilapangan, maka diperoleh data anomali medan magnetik total di topogafi. Untuk
mengetahui pola anomali yang diperoleh, yang akan digunakan sebagai dasar
dalam pendugaan model struktur geologi bawah permukaan yang mungkin, maka
data anomali harus disajikan dalam bentuk peta kontur. Peta kontur terdiri dari
garis-garis kontur yang menghubungkan titik-titik yang memiliki nilai anomali
sama, yang diukur dar suatu bidang pembanding tertentu.
4. Reduksi ke Bidang Datar
Untuk mempermudah proses pengolahan dan interpretasi data magnetik,
maka data anomali medan magnetik total yang masih tersebar di topografi harus
direduksi atau dibawa ke bidang datar. Proses transformasi ini mutlak dilakukan,
karena proses pengolahan data berikutnya mensyaratkan input anomali medan
magnetik yang terdistribusi pada biang datar.
Beberapa teknik untuk mentransformasi data anomali medan magnetik ke
bidang datar, antara lain : teknik sumber ekivalen (equivalent source), lapisan
ekivalen (equivalent layer) dan pendekatan deret Taylor (Taylor series
approximaion), dimana setiap teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan
(Blakely, 1995).

5. Pengangkatan ke Atas
Pengangkatan ke atas atau upward continuation merupakan proses
transformasi data medan potensial dari suatu bidang datar ke bidang datar lainnya
yang lebih tinggi. Pada pengolahan data geomagnetik, proses ini dapat berfungsi
sebagai filter tapis rendah, yaitu unutk menghilangkan suatu mereduksi efek
magnetik lokal yang berasal dari berbagai sumber benda magnetik yang tersebar
di permukaan topografi yang tidak terkait dengan survei. Proses pengangkatan
tidak boleh terlalu tinggi, karena ini dapat mereduksi anomali magnetik lokal yang

34
bersumber dari benda magnetik atau struktur geologi yang menjadi target survei
magnetik ini.

6. Koreksi Efek Regional


Dalam banyak kasus, data anomali medan magnetik yang menjadi target
survei selalu bersuperposisi atau bercampur dengan anomali magnetik lain yang
berasal dari sumber yang sangat dalam dan luas di bawah permukaan bumi.
Anomali magnetik ini disebut sebagai anomali magnetik regional (Breiner, 1973).
Untuk menginterpretasi anomali medan magnetik yang menjadi target survei,
maka dilakukan koreksi efek regional, yang bertujuan untuk menghilangkan efek
anomali magnetik regioanl dari data anomali medan magnetik hasil pengukuran.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperoleh anomali
regional adalah pengangakatan ke atas hingga pada ketinggian-ketinggian tertentu,
dimana peta kontur anomali yang dihasilkan sudah cenderung tetap dan tidak
mengalami perubahan pola lagi ketika dilakukan pengangkatan yang lebih tinggi.

3.7. Hasil Interprestasi

Penafsiran data dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Untuk


pengukuran secara kualitatif, analisa dilakukan pada peta kontur anomali medan
magneti total dan vertikal. Hasil yang diperoleh adalah lokasi benda penyebab
anomali berdasarkan klosur kontur, sedangkan untuk penafsiran kuantitatif
dilakukan dengan dua metode :

• Metode Langsung, dilakukan dengan menggunakan kurva karakteristik pada


penampang kontur anomali magnetik. Hasil yang diperoleh adalah perkiraan kasar
kedalaman, tebal dan kemiringan benda penyebab anomali.
• Metode tidak langsung yaitu dengan mencocokkan kurva anomali lapangan
dengan kurva model yang dilakukan secara iteratif (Trial and error).

Pengolahan dan penafsiran data dilakukan dengan bantuan software yang tersedia,
misalnya Magpoly, Mag2dc atau lainnya.

Secara umum interpretasi data geomagnetik terbagi menjadi dua, yaitu


interpretasi kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi kualitatif didasarkan pada pola
kontur anomali medan magnetik yang bersumber dari distribusi benda-benda
termagnetisasi atau struktur geologi bawah permukaan bumi. Selanjutnya pola
anomali medan magnetik yang dihasilkan ditafsirkan berdasarkan informasi
geologi setempat dalam bentuk distribusi benda magnetik atau struktur geologi,
yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan geologi yang sebenarnya.
Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau model
dan kedalaman benda anomali atau strukutr geologi melalui pemodelan
matematis. Untuk melakukan interpretasi kuantitatif, ada beberapa cara dimana
antara satu dengan lainnya mungkin berbeda, tergantung dari bentuk anomali yang
diperoleh, sasaran yang dicapai dan ketelitian hasil pengukuran. Beberapa

35
pemodelan yang biasa digunakan yaitu pemodelan dua setengah dimensi dan
pemodelan tiga dimensi.
Hasil pengukuran magnetik berupa profil dan peta kontur magnetik.
Dan harga nilai suseptibilitas harus dilakukan untuk mengkorelasikan dengan data

pengukuran.
Contoh Hasil Survei Geomagnetik

Data-data yang dicatat dalam survei geomagnetik antara lain :

1. Waktu, meliputi Hari, tanggal dan Jam


2. Data Geomagnetik
o Medan Total, minimal lima kali pengukuran pada setiap titik pengukuran untuk
mengurangi gangguan lokal (Noise).
o Medan Vertikal, dua orientasi yaitu utara-selatan dan timur-barat dengan masing-
masing minimal lima kali pengukuran pada setiap titik stasiun pengamatan
o Variasi Harian
o Medan Utama Bumi (IGRF)
3. Posisi titik stasiun pengukuran
4. kondisi cuaca dan topografi lapangan

36
BAB IV
GRAVITY

Metode gravity adalah salah satu metode eksplorasi geofisika yang


digunakan untuk mengukur variasi medan gravitasi bumi akibat adanya perbedaan
densitas antar batuan. Dalam prakteknya, metode ini mempelajari perbedaan
medan gavitasi dari satu titik terhadap titik observasi lainnya. Sehingga sumber
yang merupakan suatu zona massa di bawah permukaan bumi akan menyebabkan
suatu gangguan pada medan gravitasi. Gangguan medan gavitasi inilah yang
disebut sebagai anomali gravity.
Metode ini umumnya digunakan dalam eksplorasi minyak untuk
menemukan struktur yang merupakan jebakan minyak (oil trap), dan dikenal
sebagai metode awal saat akan melakukan eksplorasi daerah yang berpotensi
hidrokarbon. Disamping itu metode ini juga banyak dipakai dalam eksplorasi
mineral serta metode ini disukai untuk mempelajari kontak intrusi, batuan dasar,
struktur geologi, endapan sungai purba, lubang di dalam massa batuan, dan lain-
lain. Metode ini mengukur dan menyelidiki variasi medan gravitasi bumi yang
disebabkan oleh perbedaan densitas dari batuan-batuan yang ada dibawah
permukaan bumi. Densitas atau massa jenis adalah perbandingan antara massa dan
volume dari batuan.
Pada dasarnya metode ini dapat dioperasikan dalam berbagai macam hal
tetapi pada prinsipnya metode ini dipilih karena kemampuannya dalam
membedakan rapat massa suatu material terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan
demikian struktur bawah permukaan dapat diketahui. Pengetahuan tentang
struktur bawah permukaan ini penting untuk perencanaan langkah-langkah
eksplorasi baik itu minyak maupun mineral lainnya. Eksplorasi metode ini
dilakukan dalam bentuk kisi atau lintasan penampang.
Dasar teori yang digunakan dalam metode gavity adalah hukum Newton
tentang gravitasi bumi yang kemudian dikenal sebagai hokum Gravitasi Newton.
Hukum ini menyatakan bahwa gaya tarik antara 2 massa adalah sebanding dengan
massanya dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya. Jika dua
benda dengan massa m1 dan m2 dipisahkan oleh jarak r, maka gaya tarik menarik
(F) antara kedua benda tersebut adalah :

m1
F= m2 = gm 2
r2

Dimana:

g adalah percepatan gaya berat vertikal permukaan bumi


 adalah konstanta gravitasi (6.67 x 10-11 m3kg-1s-2 )

Harga rata-rata gayaberat di permukaan bumi adalah 9.80 m/s2. Satuan


yang digunakan adalah gayaberat adalah milliGal (1 mGal=10-3, Gal = 10-3 cm/s2)
atau ekivalen dengan 10 gu (gravity unit). Variasi gaya berat yang disebabkan

37
oleh variasi perbedaan densitas bawah permukaan adalah sekitar 1 mGal (100
m/s2).
Bentuk bumi bukan merupakan bola pejal yang sempurna, dengan relief
yang tidak rata, berotasi serta berevolusi dalam sistem matahari, tidak homogen.
Dengan demikian variasi gaya berat di setiap titik permukaan bumi akan
dipengaruhi oleh beberapa faktor dimana dalam pengukuran dan interpretasi,
faktor-faktor tersebut harus diperhatikan (dikoreksi).

4.1. Sejarah
Metode gravitasi banyak digunakan pada tahap penelitian pendahuluan
dalam suatu eksplorasi, baik dalam mencari minyak bumi maupun mineral.
Penggunaan prinsip gravitasi untuk aplikasi geofisika (metode gravitasi) dimulai
tahun 1928 dengan ditemukannya cebakan minyak Nast Dome, Texas
menggunakan pengukuran gravitasi dengan Eotvos Torsion Balance. Disusul
kemudian ditemukannnya ladang minyak di Ceveland Texas (1932) dengan
pengukur gravitasi menggunakan pendulum. Pembuatan gravitymeter dengan
keakuratan 0,1 dibuat pada tahun 1932 juga. Hal ini merupakan awal
perkembangan gravitymeter yang sampai sekarang keakuratannya makin tinggi.
Perkembangan di bidang eksplorasi gravitasi telah signifikan dari Galileo
ke adaptasi terbaru dari sistem navigasi inersia. kesemimbangan torsi ke
gravitimeter adalah salah satu saat yang paling menarik dalam eksplorasi
geofisika,. Gravity meter telah dibuat untuk beroperasi jauh di bawah air, di
permukaan laut, di udara, dan di lubang bor. keakuratan akhir umumnya dibatasi
oleh kesalahan dalam data posisi bukan presisi instrumen gravitasi.
Dalam pelaksanaannya, metode gravitasi memerlukan instrumen yang
disebut gravimeter. Garavimeter yang pertama diciptakan pertamakali oleh
Vening Meisn Van Bemeelen berupa pendulum untuk mengukur variasi di laut
Cina Selatan, lalu La Coste (1934) menemukan gravimeter, temuan La Costa terus
dikembangkan hingga kini. Saat ini alat gravitimeter mempunyai tingkat ketelitian
sangat tinggi (mgal), sehingga anomali kecil dapat dianalisa. Hanya saja metode
penguluran data, harus dilakukan dengan sangat teliti untuk mendapatkan hasil
yang lebih akurat (Yopanz, 2012).
Metode gravitasi mengalami perkembangan yang cukup signifikan sejak
ditemukannya metode interpretasi 4D. Kini metode gravitasi tidak hanya
digunakan untuk menentukan struktur daerah tertentu namun juga dapat
diterapkan untuk monitoring gas dalam pertambangan minyak maupun eksploitasi
geothermal dan dapat juga untuk monitoring air tanah.

1.2. Metode dan Tijauan Pustaka


2.1. Teori Gravitasi Newton
Hukum Newton tentang gravitasi menjelaskan tentang gaya tarik menarik
antara dua massa m1 dan m2 yang berjarak antar pusat massa sejauh r, dan dapat
dirumuskan sebagai berikut :

38
  m1m2 
F (r ) = −G r
r2 (2.1)

dimana : G = konstanta gravitasi = 6,672 x 10-11 Nm2/kg2


Gaya persatuan massa pada sembarang titik berjarak r dari m1, didefinisikan
sebagai kuat medan gravitasi m1, dan diungkapkan:

  Gm
E (r ) = − 2 1 rˆ (2.2)
r

Kalau kita tinjau m1 adalah massa bumi (M), gravitasi yang disebabkan oleh bumi
(gaya berat dipermukaan bumi) adalah percepatan gravitasi bumi, yang biasa
diberi symbol g, maka :

g = E (rˆ ) = − G 2
M
(2.3)
R
dimana : M = massa bumi
R = Jari-jari bumi
Medan gravitasi adalah medan konservatif dan dapat dinyatakan sebagai gradien
dari suatu fungsi potensial skalar U (r) :
  
E (r ) = − U (r ) (2.4)

dimana U (r ) = −
GM
adalah merupakan potensial gravitasi m1
R
Potensial gravitasi di suatu titik pada ruang bersifat penjumlahan, sedang
potensial gravitasi dari suatu distribusi massa yang kontinyu di suatu titik P di luar
distribusi massa tersebut merupakan suatu bentuk integral. Jika massa terdistribusi
secara kontinyu dengan densitas  di dalam bentuk volume V, maka potensial
gravitasi pada sembarang titik P di luar benda adalah :
 
  (ro )d 3 r o
U p (r ) = − G    (2.5)
r − ro

 
dengan r − ro = r 2 +r o2 −2rro cos = (x − xo )2 + ( y − yo )2 + (z − zo )2

ro = vektor posisi elemen massa

r = vektor posisi pengamat

39
Gambar 4.1 Potensial 3 dimensi
Jika integral volume pada persamaan (2.5) diambil untuk seluruh bumi, maka
akan diperoleh potensial gravitasi bumi di ruang bebas, sedang medan
gravitasinya diperoleh dengan mendiferensialkan potensial gravitasi tersebut.
  
E (r ) = U p (r )
untuk percepatan gravitasi bumi :
  
g z = − E (r ) = U p (r )

U p (r )
= (2.6)
z

 (ro ) (z o − z ) d 3 ro
= − G
 v

(x − xo )2 + ( y − yo )2 + (z − z o )2
3/ 2

Dari persamaan di atas tampak bahwa percepatan gravitasi g di permukaan bumi


bervariasi dan harganya tergantung pada distribusi masssa di bawah permukaan,

sebagaimana ditunjukkan oleh fungsi densitas  (ro ) dan bentuk bumi yang
sebenarnya sebagaimana ditunjukkan oleh batas integral. Satuan g dalam CGS
adalah gal (1 gal = 1 cm/s2) .

2.2. Pengamatan Gravitasi


Gravitasi dapat diamati dengan dua cara, yaitu pengamatan absolut dan
pengamatan relatif.
A. Pengamatan Absolut (Mutlak)
Pengamatan absolut merupakan pengamatan percepatan gravitasi secara
langsung, misalnya dengan mengamati benda jatuh bebas, ayunan bandul
sederhana, ayunan bivilar dan sebagainya, dimana pengamatan dilakukan hanya
pada titik yang akan ditentukan nilainya. Cara ini biasanya dilakukan untuk
menentukan harga gayaberat titik acuan absolut, yang kemudian harga yang
didapat ini akan digunakan untuk menentukan harga gravitasi titik-titik yang

40
lainnya dengan melakukan pengamatan relatif terhadap titik acuan absolut
tersebut.

a. Benda Jatuh Bebas


Pengukuran benda jatuh bebas pada prinsipnya yaitu menentukan jarak yang
dilalui sebuah benda jatuh dalam selang waktu tertentu atau sebaliknya.
1 2s
s = gt 2 ataug = 2 (2.7)
2 t
dimana g : Gayaberat (m/s2)
s : Jarak (m)
t : Waktu (s)

b. Bandul Sederhana
Sebuah benda yang massanya dianggap sebagai sebuah partikel yang terletak
di pusat massanya, diikat dan digantung dengan tali yang lentur pada sebuah titik
tetap. Bila benda itu diberi simpangan awal sehingga tali membentuk sudut yang
cukup kecil terhadap arah vertikal dan kemudian benda dilepaskan, maka benda
itu akan berayun di sekitar titik keseimbangannya pada sebuah bidang getar
vertikal dengan frekuensi tetap. Dapat dilihat seperti pada Gambar 2.2 di bawah
ini :

θ

Mg cosθ
Mg sin θ

mg

Gambar 2.2 Bandul sederhana

Dimana mg sinθ disebut gaya pulih dan untuk sudut θ, akan memenuhi
Hukum Hooke, besarnya dapat dinyatakan dengan :
mg sin  = kx ; k = m 2 (2.5)
k disebut konstanta pulih. Dari persamaan (2.5), secara matematis dapat
dibuktikan bahwa periode bandul sederhana adalah :

T = 2 (2.6)
g

41
c. Ayunan Bivilar
Suatu batang horizontal yang digantung oleh dua buah tali sejajar yang
panjangnya sama (l ) dan terpisah sejauh (2b) seperti pada Gambar 2.3 di bawah
ini :
Ø

l
A
B
A'
θ B'
W=mg

a. Batang digantung b. Batang mengalami penyimpangan

Gambar 2.3 Model ayunan bivilar

Jika batang yang massanya M (gr) disimpangkan dalam arah anguler sebesar θ
yang sangat kecil di sekitar sumbu vertikal melalui pusat gravitasinya (gambar 2.3
b), maka tali juga menyimpang sebesar Ø (θ = Ø). Jika θ dan Ø sangat kecil maka
berlaku :
AA’ = l sin Ø = lØ (2.7)
atau
AA’ = b sin θ = bθ (2.8)
Dari kedua persamaan tersebut diperoleh :
Mg.b
Ø= (2.9)
l
Dengan menguraikan komponen gaya vertikal dan horizontal yang bekerja pada
batang, maka kita akan memperoleh :
Mg.b
FØ = (2.10)
2l
F ini tak lain adalah gaya pulih yang bekerja pada salah satu ujung batang yang
akan mengembalikan batang pada keadaan semula, jika batang dilepaskan setelah
mengalami penyimpagan. Arah gaya pulih ini berlawanan dengan arah
simpangan. Pasangan gaya pulih (gaya pulih total) yang bekerja pada batang (dari
kedua ujungnya) adalah :
Mg.b2
 = (2.11)
l
jelas bahwa gaya pulih ini sebanding dengan sudut penyimpangan θ. Akibat
adanya gaya pulih ini batang tersebut akan bergerak harmonis sederhana
(berosilasi), sehingga akan berlaku persamaan gerak harmonik sederhana sebagai
berikut :
d 2 gb2
+ 2 =0 (2.12)
dt k l
dan periode getarnya dapat dinyatakan dengan :

42
2k l
T= (2.13)
b g
dengan k adalah jari-jari girasi yang besarnya :
I
k= (2.14)
M
I adalah momen inersia dan M adalah massa benda yang mengalami ayunan
bivilar. Dengan mengetahui harga k dari hasil percobaan ini, maka harga momen
inersia (I) benda dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.14.
Pengamatan gayaberat absolut dilakukan pertama kali di Postdam, Jerman
oleh Kuchnen dan Furtwangler tahun 1906 menggunakan Reversible Pendulum
(Tsuboi,1983) dengan nilai gayaberat absolut 981.274 ± 0,008 Gal. Pada tahun
1981, IUGG menetapkan nilai gayaberat absolut di Postdam sebesar 981.26019 ±
0,000017 gal, yang kemudian dijadikan reverensi dalam jaringan gayaberat
standar internasional , International Gravity Standardization Net 1971 (IGSN71).

B. Pengamatan Relatif
Pengamatan relatif dilakukan untuk mendapatkan harga g secara tidak
langsung dengan mengukur perbedaan harga gayaberat disuatu tempat relatif
terhadap titik acuan yang harganya telah diketahui, kemudian dibandingkan untuk
menghitung konstanta fisik pendulum akibat kondisi sekitar tempat pengamatan.
Pengamatan relatif dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :

a. Cara Perbandingan
Cara perbandingan dapat menggunakan persamaan :

1 2s
s = gt 2 atau g=
2 t2
(2.15)

Dari persamaan (2.15) dapat dinyatakan :


2s 2s
g1 = 2 dan g2 = 2
t1 t2
2 2
g 1 t1 t
= 2 atau g 2 = 1 2 g1 (2.16)
g 2 t2 t2
Karena g1 dan t1 telah diketahui dari titik pangkal utama, maka dengan mengamati
t2 ditempat pengamatan baru, maka g2 dapat ditentukan besarnya.

b. Cara Perbedaan
Cara perbedaan ini digunakan dalam pengukuran dengan menggunakan pegas.
Perbedaan gayaberat dapat dibaca dari perubahan pegas yaitu simpangan sebesar :
g = kx + g acuan (2.17)
Jika pengukuran pada titik pangkal utama (titik 1) adalah :
g1 = kx1 + g acuan (2.18)

43
dan pada titik amat adalah :
g 2 = kx 2 + g acuan (2.19)
maka :
g 2 = g1 + k ( x2 − x1 ) = g1 + ( g 2 − g1 ) = g1 + g (2.20)
dimana : k = konstanta pegas
x = simpangan dari pegas terbaca
kx = harga yang terbaca oleh alat
g = harga gayaberat

A. Gravimeter
Sebuah cara mendapatkan posisi dan sarana yang sangat akurat
menentukan perubahan relatif dalam ketinggian. Gravimeters dirancang untuk
mengukur perbedaan yang sangat kecil di medan gravitasi dan sebagai hasilnya
merupakan instrumen yang sangat halus. Gravimeter ini rentan terhadap shock
mekanis selama transportasi dan penanganan.

B. Gravitymeter LaCoste & Romberg Tipe G


Metode ini umumnya digunakan dalam eksplorasi minyak untuk
menemukan struktur yang merupakan jebakan minyak (oil trap), dan dikenal
sebagai metode awal saat akan melakukan eksplorasi daerah yang berpotensi
hidrokarbon. Disamping itu metode ini juga banyak dipakai dalam eksplorasi
mineral dan lain-lain. Meskipun dapat dioperasikan dalam berbagai macam hal
tetapi pada prinsipnya metode ini dipilih karena kemampuannya dalam
membedakan rapat massa suatu material terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan
demikian struktur bawah permukaan dapat diketahui. Pengetahuan tentang
struktur bawah ini penting untuk perencanaan langkah-langkah eksplorasi baik itu
minyak maupun mineral lainnya. Eksplorasi metode ini dilakukan dalam bentuk
kisi atau lintasan penampang.

4.3. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan :
1. Relatif lebih murah
2. Bersifat nondekstruktif
3. Instrumen yang ideal (gravimeter kecil dan portable)

Kelebihan lainya antara lain :


1. Metode gravitasi cocok digunakan dalam pemetaan Salt Dome, karena
secara keseluruhan,garam mepunyai densitas yang lebih rendah
dibandingkan dengan formasi yang beradadisekitarnya.
2. Metode gravitasi jufga dapat digunakan dalam mempelajari air tanah, dan
untuk mendeteksimineral-mineral berat, seperti Chromites ,dll.
3. Metode gravitasi yang menggunakan gravitimeter yang sangat sensitif
dapat digunakan untuk mendeteksi terowongan bawah tanah, dan lokasi
dari pemakaman-pemakanman di Pyramid.
4. Penentuan lokasi dan elevasi relative sangat akurat

44
Kekurangan
1. Metode dengan tingkat anomali yang tinggi
2. Perlu adanya survei geologi yang mendalam dibanding metode lainnya.

4.4. Alat atau Instrumen

Alat-alat yang digunakan dalam pengambilan data di darat adalah :

1. Gravitymeter
2. Piringan
3. GPS
4. Tali sebagai meteran jarak antar stasiun
5. Peta geologi dan peta topografi
6. Alat tulis
7. Kamera
8. Pelindung gravitimeter

Alat yang digunakan dalam metode gravity disebut gravimeter, misalnya


LaCoste & Romberg Model G-525).

1. Gravitymeter
Gravitimeter merupakan alat yang mengukur sensor ukuran dari berbagai
10
perubahan gravitasi di area yang jauh maupun dekat karena adanya kandungan
mineral bawah tanah, maka daya tarikan gravitasi suatu titik dengan titik yang
lain tidak sama.

3
9 4

5
6

7
8

Gambar 3.1. Gravitymeter Lacoste & Romberg G 826

45
Keterangan :
1. Galvanometer
2. Membaca reading Counter
3. Nivo melintang
4. Perata
5. Kunci
6. Bacaan Alat
7. Nomor dan type alat
8. Pemutar untuk galvanometer / bacaan
9. Cara memegang alat Gravitymeter
10. Nivo memanjang

2. Barometer
Barometer digunakan untuk menentukan ketinggian di titik pengamatan
maupun di Base Station

1
4
2

3
Gambar 3.3 Barometer di Base Station

Gambar 3.4 Barometer di Field dan di Base Station

46
Keterangan :
1. Lampu
2. Bacaan
3. Pemutar bacaan
4. Tombol

3. Altimeter
Altimeter digunakan untuk mengukur ketinggian titik pengamatan.

Gambar 3.5 Altimeter


keterangan :
1. Jarum Altimeter
2. Skala bacaan
3. Sekrup pemutar
4. Global Positioning System/GPS (Abidin, 1995)
GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi menggunakan
satelit. Nama formalnya adalah NAVSTAR GPS, kependekan dari Navigation
Satellite Timing and Ranging Global Positioning System. Sistem yang dapat
digunakan oleh banyak orang sekaligus dalam segala cuaca ini didesain untuk
memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi yang teliti, dan juga informasi
mengenai waktu secara kontinyu di seluruh dunia. Sistem ini mulai direncanakan
sejak tahun 1973 oleh Angkatan Udara Amerika Serikat dan pengembangannya
sampai sekarang ini ditangani oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. GPS
terdiri atas tiga segmen utama, yaitu segmen angkasa (space segment) yang terdiri
atas satelit-satelit GPS, segmen system kontrol (control system segment) yang
terdiri atas stasiun-stasiun pemonitor dan pengontrol satelit, dan segmen pemakai
(user segment) yang terdiri atas pemakai GPS termasuk alat-alat penerima dan
pengolah sinyal dan data GPS.
Konstelasi 24 satelit GPS menempati 6 orbit yang bentuknya sangat
mendekati lingkaran, dimana setiap orbit ditempati oleh 4 satelit dengan interval
antaranya yang tidak sama. Jarak antar satelit diatur sedemikian rupa untuk
memaksimalkan probabilitas kenampakan setidaknya 4 satelit yang bergeometri
baik dari setiap tempat di permukaan bumi pada setiap saat. Orbit satelit GPS

47
berinklinasi 55 derajat terhadap bidang ekuator dengan ketinggian rata-rata dari
permukaan bumi sekitar 20.200 km. Satelit GPS yang beratnya lebih dari 800 kg,
bergerak dalam orbitnya dengan kecepatan kira-kira 4 km/dt dan mempunyai
periode 11 jam dan 58 menit (sekitar 12 jam). Dengan adanya 24 satelit yang
mengangkasa tersebut, 4 sampai 10 satelit GPS akan selalu dapat diamati pada
setiap waktu dari manapun di permukaan bumi.
Setiap satelit GPS secara kontinyu memancarkan sinyal-sinyal gelombang
pada 2 frekuensi L-band yang dinamakan L1 dan L2. Sinyal L1 berfrekuensi
1575,42 MHz dan sinyal L2 berfrekuensi 1227,60 MHz. Sinyal L1 membawa 2
buah kode biner yang dinamakan kode-P (P-code, Precise or Private code) dan
kode-C/A (C/A-code, Clear Access or Coarse Acquisition), sedangkan sinyal L2
hanya membawa kode-C/A. Dengan mengamati sinyal-sinyal dari satelit dalam
jumlah dan waktu yang cukup, seseorang kemudian dapat memprosesnya untuk
mendapatkan informasi mengenai posisi, kecepatan ataupun waktu.
GPS yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS model 4600LS dari
Trimble Navigation. GPS ini terdiri dari 2 unit, yaitu unit Rover dan unit Base.
Unit Rover dibawa ke titik-titik pengukuran sedangkan unit Base diletakkan di
base camp yang digunakan sebagai stasiun pemantau (Monitor station), karena
metode pengambilan datanya menggunakan dasar metode diferensial (fast static).
Tingkat ketelitian posisi dari GPS model ini lebih kurang mendekati 3 cm.

Gambar 3.6. Distribusi satelit GPS (Abidin, 1995)

Selain menggunakan gravimeter, ada alat lain yang dibutuhkan pada saat
pengambilan data dengan menggunakan metode gravity, yaitu:
1. Altimeter
2. Piringan
3. GPS
4. Peta Geologi dan peta Topografi

48
5. Penunjuk Waktu
6. Alat tulis
7. Kamera
8. Pelindung Gravitimeter
9. Tali sebagai meteran jarak antar stasiun pengukuran.

4.5. Cara Pengambilan Data


4.5.1. Persiapan pengambilan data di lapangan
Sebelum memulai tahapan-tahapan itu, dilakukan orientasi medan untuk
mendapatkan gambaran awal secara langsung tentang daerah-daerah yang akan
diukur. Dari gambaran awal itu, bisa dipelajari dan direncanakan distribusi titik-
titik pengukuran secara merata dan yang bisa dijangkau dengan jalan kaki maupun
kendaraan yang mencakup seluruh daerah penelitian. Juga dapat direncanakan
lintasan-lintasan pengambilan data di lapangan, sehingga waktu pengukuran dapat
efesien dan efektif.
Pemilihan lokasi titik amat di lapangan ditentukan dengan memperhatikan
hal-hal berikut ini:
1. Letak titik amat harus jelas dan mudah dikenal, sehingga apabila
dikemudian hari dilakukan pengukuran ulang akan mudah
mendapatkannya.
2. Lokasi titik amat harus terbuka sehingga GPS mampu menerima sinyal
dari satelit dengan baik tanpa ada penghalang. Ruang pandang langit yang
bebas ke segala arah atau yang dikenal dengan bukaan GPS, elevasinya
diset pada 15o.
3. Lokasi titik amat diusahakan jauh dari obyek reflektif yang mudah
memantulkan sinyal GPS untuk mencegah noise atau meminimalkan
terjadinya multipath, dan juga harus dijauhkan dari objek yang dapat
menimbulkan interferensi.
4. Lokasi titik amat harus bebas dari gangguan-gangguan seperti getaran
mesin, kendaraan berat dan lainnya, karena gravitymeter sangat peka
terhadap getaran. Diusahakan gravitymeter ditempatkan di atas dasar yang
stabil agar pengukuran bisa lebih cepat dibaca.

4.5.2. Penentuan titik ikat


Dalam pengambilan data di lapangan yang pertama harus dilakukan adalah
pembuatan titik ikat posisi dan gravitasi. Pengambilan data posisi dan gravitasi
dilakukan secara bersama-sama. Prinsip metoda gravitasi adalah mengukur variasi
percepatan gravitasi di suatu titik di permukaan bumi, sehingga untuk melakukan
serangkaian pengukuran di lapangan diperlukan titik ikat yang sudah diketahui
nilai percepatan gravitasinya secara mutlak.

A. Titik Pangkal (Ikat) Absolut


Titik pangkal absolut ialah titik-titik dengan nilai mutlak yang diamati secara
absolut. Nilai ini dipakai sebagai acuan titik-titik pangkal berikutnya. Titik
pangkal absolut di Indonesia belum ada.

49
B. Titik Pangkal Utama
Nilai titik ini adalah hasil pengikatan pertama pada titik pangkal absolut yang
ditentukan berkali-kali dengan gravitimeter sehingga mempunyai nilai yang
mantap. Contoh: DG.O di gedung Geologi Jl. Diponegoro 57 Bandung. Dari
nilai titik pangkal utama ini dapat dibuat titik pangkal berikutnya.

C. Titik Pangkal Tingkat I


Titik pangkal ini adalah hasil pengikatan dari titik pangkal utama. Jaringan
titik-titik ini disebut dengan jaringan gayaberat tingkat satu. Di Indonesia,
jumlahnya sekitar seratus titik dan pada umumnya terletak di lapangan udara
(Adkins, dkk. 1978).

D. Titik Pangkal Tingkat II (Base Station)


Titik ini dibuat di lapangan tempat penelitian dengan mengikatkan nilai
kepada jaringan titik pangkal tingkat I. Semua titik amat di daerah penelitian
ini mempunyai nilai relatif terhadap titik pangkal tingkat II.

E. Pengikatan
Pengikatan ialah suatu proses penentuan nilai gaya berat suatu titik dengan
cara menghubungkan titik tersebut dengan suatu titik pangkal atau titik lain
yang sudah diketahui nilai gaya beratnya. Sistem pengamatan ini dimaksudkan
untuk mendapatkan keteliatian yang lebih baik di setiap titik amat yang
diambil.
Contoh : Ikatan model garis (Base Looping)

A1 B1

A2 B2 C1

B3 C2

Gambar 4.1. Pengikatan model garis

4.5.3. Pengambilan Data Percepatan Gravitasi


Pengambilan data gravitasi dilakukan secara looping. Pengambilan
data gravitasi di titik amat dilakukan dengan pembacaan ulang sebanyak 3 kali
untuk satu titik amat menggunakan gravitymeter. Looping selalu dimulai dari titik
ikat base camp dan di tutup kembali di titik ikat itu. Untuk pengukuran posisi
dilakukan secara differential dengan metode Survai Statik Singkat yaitu 5-20
menit menggunakan GPS.

50
Data yang diambil dilapangan tidak langsung berupa data percepatan
gravitasi yang siap di proses. Beberapa prosedur dilakukan untuk mendapatkan
data yang baik seperti konversi ke miligal, koreksi pasang surut dan koreksi dirft.

4.5.4. Konversi harga bacaan ke miligal


Besar nilai bacaan yang ditunjukkan oleh gravitymeter belum
mempunyai satuan sehingga harus dikonversi dahulu ke harga miligal dengan
menggunakan tabel konversi yang diset untuk masing-masing alat berbeda dengan
yang lainnya tergantung spesifikasi alat.
Tabel Konversi harga bacaan ke miligal (untuk Lacoste & Romberg G.862)
Harga Bacaan Nilai dalam miligal Faktor interval
2500 2545,79 1,01933
2600 2647,72 1,01945
2700 2749,67 1,01955

Tahapan konversi harga bacaan


1 Baca pembilang (contoh: 2654,…)
2 Baca pemutar (contoh: ,36)
Dari butir 1 dan 2 diperoleh harga bacaan menjadi 2654,36
3 Dari contoh potongan tabel di atas diambil bacaan bulat (contoh: untuk
pembacaan 2654,36 diambil nilai dasarnya 2600). Harga miligal untuk
pembilang 2600 adalah 2647,72 mgal.
4 Perbedaan nilai bacaan yang belum diperhitungkan adalah 2654,36 –2600
= 54,36.
5 Kalikan perbedaan nilai bacaan (54,36) dengan faktor interval untuk
pembacaan pembilang 2600. (54,36 x 1.01945 = 55,42).
6 Harga bacaan dalam miligal adalah : 2647,72 + 55,42 2703,14

4.5.6 Koreksi pasang surut


Koreksi pasang surut terjadi karena pengaruh gaya gravitasi matahari dan
bulan yang ditandai pasang surut air laut. Besarnya koreksi pasang surut dapat di
ukur langsung dengan menggunakan gravitymeter secara periodik maupun
hitungan dengan menggunakan program komputer berdasarkan perumusan
Longman (1969).
=================================
TIDE CORRECTION (TC) SOFTWARE
By : Geophysical Program - ITB
For : PT.CALTEX PACIFIC INDONESIA
=================================

COORDINATE : LONG. 7.00 AND LAT.104.00


LOCAL TIME : 7.0 HRS FROM GMT

51
DATE/TIME : 12 2 2004 TO 12 3 2004 / 1.00HRS TO 24.00HRS
ACCURACY : 0.001 MGAL
DATE : 12 2 2004

==========================================================
=
Time TC(mgal) Time TC(mgal) Time TC(mgal) Time TC(mgal)

==========================================================
=
01.17 -0.100 01.41 -0.101 02.10 -0.102 03.32 -0.101
-----------------------------------------------------------
04.01 -0.100 04.20 -0.099 04.37 -0.098 04.51 -0.097
-----------------------------------------------------------
05.04 -0.096 05.16 -0.095 05.27 -0.094 05.37 -0.093
-----------------------------------------------------------
05.47 -0.092 05.57 -0.091 06.06 -0.090 06.14 -0.089
-----------------------------------------------------------
06.23 -0.088 06.32 -0.087 06.40 -0.086 06.49 -0.085
-----------------------------------------------------------

Koreksi Drift
Koreksi drift (apungan) dilakukan karena adanya kelelahan pada alat atau
bergesernya pembacaaan titik nol akibat goncangan-goncangan yang terjadi saat
pengukuran di lapangan. Besarnya koreksi drift merupakan fungsi waktu. Koreksi
terhadap adanya drift didapatkan dengan cara looping, sehingga diketahui harga
penyimpangannya dalam waktu tertentu. Selanjutnya dengan menganggap bahwa
besarnya harga drift tersebut linier terhadap waktu, kita bisa mengoreksikannya
pada titik-titik pengamatan lainnya dalam loop tersebut, dengan rumusan
interpolasi di bawah ini :

t A − to
DA = (Ct − Co ) (5.1)
tt − to

dengan :
DA = Koreksi Drift pada titik pengamatan (station) A
tA = Waktu Pembacaan pada titik pengamatan (station) A
to = Waktu Pengukuran awal di Base Station
tt = Waktu Pengukuran akhir di Base Station
Co = Harga pembacaan (counter reading) pengukuran awal di Base Station
Ct = Harga pembacaan (counter reading) pengukuran akhir di Base Station
Sehingga harga gayaberat di B setelah dikoreksi dengan koreksi drift adalah:
gA = gA(tA) - DA

52
Harga gaya berat pengamatan (gobs)
Harga gaya berat pengamatan adalah harga di titik amat yang telah diikatkan
kepada titik acuan base station secara relatif dengan menggunakan gravitymeter
setelah dikoreksi olaeh pengaruh pasang surut dan drift.
gobs = gbs + gA
gobs = harga gaya berat pengamatan.
gbs = harga gaya berat di titik acuan.

4.6. Pengolahan Data


Pengolahan data gayaberat yang sering disebut juga dengan reduksi data
gayaberat, secara umum dapat dipisahkan menjadi dua macam, yaitu: proses dasar
dan proses lanjutan. Proses dasar mencakup seluruh proses berawal dari nilai
pembacaan alat di lapangan sampai diperoleh nilai anomali Bouguer di setiap titik
amat. Proses tersebut meliputi tahap-tahap sebagai berikut: konversi pembacaan
gravimeter ke nilai milligal, koreksi apungan (drift correction), koreksi pasang
surut (tidal correction), koreksi lintang (latitude correction), koreksi udara
bebas(free-air correction), koreksi Bouguer, dan koreksi medan (terrain
correction).
Koreksi-koreksi Data
Koreksi Lintang
Medan gravitasi bumi di kutub lebih besar dari pada di katulistiwa, hal ini
dikarenakan bentuk bumi tidaklah bulat sempurna akan tetapi berbentuk sferoid
dengan pepat pada kedua kutubnya. Dengan adanya perbedaan itu, maka letak
lintang mempengaruhi besar gravitasi di suatu tempat.
Medan gravitasi normal gn yang terletak pada bidang sferoida referensi (pada
ketinggian z = 0), rumusannya telah ditetapkan oleh The Internasional
Association of Geodesy (IAG) tahun 1980 sebagai fungsi lintang (Blakely,1995)
yaitu :
g ( ) = 978032 ,700(1 + 0,0053024 sin 2  − 0,0000058 sin 2 2 ) mgal (5.2)
Dengan  adalah posisi lintang.

5.1.2. Koreksi Udara Bebas


Medan gravitasi normal g() berada pada bidang sferoida referensi (z=0),
sedangkan medan gravitasi observasi gobs(x,y,z,) berada pada topografi.Diperlukan
suatu teknik untuk membawa medan gravitasi normal pada bidang sferoida
referensi ke permukaan topografi. Cara yang digunakan yaitu dengan melakukan
koreksi udara bebas (free air correction) yang rumusan matematisnya adalah
(Grant & West, 1965) :
g
z = g fa  − 0,308765 z mgal (5.3)
z
Dengan z merupakan ketinggian station dari sferoida referensi. Tanda minus
menunjukkan bahwa apabila titik amat terletak di atas datum, koreksi harus di

53
tambahkan. Sebaliknya apabila terletak di bawah datum, koreksi harus
dikurangkan.

5.1.3. Koreksi Bouguer


Koreksi udara bebas mengabaikan adanya masa yang terletak antara titik
amat dengan datum, padahal massa ini sangat mempengaruhi harga anomali
medan gravitasi. Koreksi Bouguer ini didasarkan pada suatu pengandaian bahwa
titik amat berada pada suatu bidang datar horizontal yang luas dan mempunyai
massa batuan dengan kerapatan tertentu. Apabila suatu titik amat terletak pada
suatu slab/dataran yang sangat luas, maka pembacaan percepatan gravitasi di titik
amat akan diperbesar oleh efek slab ini. Oleh karena itu koreksi Bouguer
dikoreksikan berlawanan dengan koreksi udara bebas yaitu dikurangkan apabila
titik amat terletak di atas datum. Koreksi Bouguer ini dirumuskan sebagai berikut
:
gb = 2 G z
= 0,04193  z (mgal)

dimana  = rapat massa (densitas) Bouguer (gr/cm3)


z = ketinggian titik amat (meter)

bukit
Titik
pengamatan
Stasiun


lembah
z

Spheroida referensi

Gambar. 5.1. Undulasi topografi sekitar titik pengukuran

5.1.4. Penentuan Densitas Bouguer


Densitas Bouguer merupakan densitas rata-rata untuk seluruh massa di bawah
permukaan. Penentuan densitas Bouguer dapat menggunakan beberapa cara yaitu:
1. Pengambilan sampel langsung di lapangan.
2. Cara grafis dengan menggunakan metode Nettleton (1976)
3. Metode analisis Nettleton

54
5.1.5. Koreksi medan (Terrain correction)
Kondisi topografi (medan) yang tidak teratur di sekitar titik amat akan
mempengaruhi pengukuran di titik amat tersebut. Medan gaya berat akan tertarik
ke atas oleh adanya bukit, dan akan kekurangan tarikan ke bawah oleh adanya
lembah. Oleh sebab itu koreksi medan selalu ditambahkan terhadap pembacaan
gaya berat.
Untuk koreksi medan digunakan metode yang diusulkan oleh Kane (1962)
yaitu dengan teknik digitalisasi koreksi medan/topografi. Program komputernya
telah dibuat oleh Ballina (1989) dengan menggunakan bahasa Fortran. (lampiran
listing program). Dengan memasukkan koreksi medan dan koreksi-koreksi lainnya
yang sudah disebutkan sebelumnya, dihasilkan anomali Bouguer Lengkap, yang
dapat dinyatakan :

g bl (x, y, z ) = g obs (x, y, z ) − g n (x, y, z ) + g b (x, y, z ) − g t (x, y, z ) (5.4)

5.2. Proyeksi ke bidang datar dengan grid yang teratur


Data anomali medan gravitasi Bouguer Lengkap yang dihitung dengan
menggunakan persamaan (5.4) masih terpapar pada permukaan toporafi dengan
ketinggian yang bervariasi dan posisi yang tidak teratur. Untuk mempermudah
proses interpretasi terhadap medan gravitasi dibutuhkan data-data dengan grid
yang teratur. Proses ini ditempuh sebelum pemisahan anomali Bouguer lokal
terhadap anomali regionalnya.
Beberapa metode untuk proyeksi ke bidang datar adalah :
1. Metode Sumber ekivalen titik massa
2. Metode Sumber ekivalen lapisan
3. Metode Taylor
4. Metode Sudut Ruang

5.3. Pemisahan efek lokal dan regional


Anomali Bouguer lengkap yang sudah terpapar pada bidang datar masih
merupakan superposisi dari efek lokal dan efek regional. Pemisahan komponen
lokal dan regional dapat digunakan dengan beberapa metode yaitu:

1. Metode pencocokan Polinomial 2 dimensi


2. Filtering
3. Upward Continuation
4. Moving Average dan lain sebagainya.

Prosedur pengolahan data yang dilakukan penulis adalah mengolah dari


konversi bacaan hingga menjadi model penampang 2-D. Pada pelaksanaanya,
pengolahan data tersebut dibantu oleh perhitungan komputer dengan
menggunakan software MS. Excel. Proses lanjutan merupakan proses untuk

55
mempertajam kenampakan/gejala geologi pada daerah penyelidikan yaitu
pemodelan dengan menggunakan software Surfer 8 dan GMSys 2-D.

4.7. Hasil Interprestasi


Data yang didapatkan dari hasil pengukuran dengan metode gravity
setelah dilakukan prosesing data dapat dihitung nilai anomali free air (AFA) dan
anomaly bouger lengkap (ABL). AFA dapat digambarkan dalam peta contur
seperti ditunjukkan pada gambar (a), sedangkan peta kontur ABL ditunjukkan
pada gambar (b

(a) Peta kontur anomali free air daerah penelitian dalam system koordinat UTM,
skala anomali free air dalam satuan mgal.

(b) Peta kontur anomali ABL daerah penelitian dengan rho bouger 2,4 g/cc dalam
system koordinat UTM, skala anomaly ABL dalam satuan mgal dan perkiraan.
lokasi Sesar Opak di tunjukkan dengan garis hitam.

56
BAB V
SEISMIK REFRAKSI

Seismik refraksi adalah salah satu metode geofisika eksplorasi


yang menggunakan sifat pembiasan gelombang seismik untuk mempelajari
keadaan bawah permukaan. Asumsi dasar yang digunakan menggunakan
pendekatan bahwa batas – batas perlapisan batuan merupakan bidang datar dan
miring, terdiri dari satu lapis atau banyak lapis, serta kecepatan seismik bersifat
seragam pada setiap lapisan. Seismik refraksi banyak digunakan untuk
menentukan struktur bawah permukaan dengan kedalaman yang dangkal atau
mendekati permukaan.

5.1 Sejarah Perkembangan Metode Seismik Refraksi


Metode Seismik adalah suatu metode dalam ilmu Geofisika yang
dipergunakan untuk mendeteksi struktur bawah permukaan. Metode ini
termasuk metode geofisika aktif. Seismik di bagi menjadi dua yaitu Seismik
Refraksi (Bias) dan Seismik Refleksi (Pantul).
Metode seismik merupakan salah satu bagian dari seismologi eksplorasi
yang dikelompokkan dalam metode geofisika aktif, dimana pengukuran
dilakukan dengan menggunakan ‘sumber’ seismic (palu, ledakan, dan lain-
lain). Setelah usikan diberikan, terjadi gerakan gelombang di dalam medium
(tanah/batuan) yang memenuhi hukum-hukum elastisitas ke segala arah dan
mengalami pemantulan ataupun pembiasan akibat munculnya perbedaan
kecepatan. Kemudian, pada suatu jarak tertentu, gerakan partikel tersebut di
rekam sebagai fungsi waktu. Berdasar data rekaman inilah dapat
‘diperkirakan’ bentuk lapisan/struktur di dalam tanah.
Eksperimen seismik aktif pertama kali dilakukan pada tahun 1845 oleh
Robert Mallet, yang oleh kebanyakan orang dikenal sebagai bapak
seismologi instrumentasi. Mallet mengukur waktu transmisi gelombang
seismik, yang dikenal sebagai gelombang permukaan, yang dibangkitkan oleh
sebuah ledakan. Mallet meletakkan sebuah wadah kecil berisi merkuri pada
beberapa jarak dari sumber ledakan dan mencatat waktu yang diperlukan oleh
merkuri untuk be-riak. Pada tahun 1909, Andrija Mohorovicic
menggunakan waktu jalar dari sumber gempa bumi untuk eksperimennya dan
menemukan keberadaan bidang batas antara mantel dan kerak bumi yang
sekarang disebut sebagai Moho.
Pemakaian awal observasi seismik untuk eksplorasi minyak dan
mineral dimulai pada tahun 1920-an. Teknik seismik refraksi digunakan
secara intensif di Iran untuk membatasi struktur yang mengandung minyak.
Pada tahun 1960-an metode seismik refraksi ini telah digunakan untuk mengamati
tanah longsor. Menurut Narwold dan Owen (2005) pengamatan refraksi
digunakan untuk menduga kedalaman permukaan rusak (longsor) dan sisi lateral
tanah longsor (Cummings and Clark, 1988; Palmer and Weisgarber, 1988;
Bogoslovsky, 1977; Brooke, 1972; Carroll et al., 1972; Trantina, 1963). Dasar
dari interpretasi tersebut adalah perbedaan sifat-sifat fisik dari bahan yang longsor
(tergelincir) dan keberadaan sedimen keras (tak tembus) atau bedrock yang

57
menghasilkan perbedaan kecepatan seismik (Abramson et al., 2002). Akhir-akhir
ini untuk menggambarkan luasan dari massa kemiringan, pengamatan refraksi
dapat juga memberikan data yang bersangkutan untuk konstruksi/pembuatan,
kemungkinan riak, dan faktor pergerakan bumi. (Stephens, 1978). Teknik seismik
refraksi digunakan di Iran untuk membatasi struktur yang mengandung minyak.
Sekarang seismik refleksi merupakan metode terbaik yang digunakan dalam
eksplorasi minyak bumi

5.2 Tinjauan Pustaka


Metode seismik refraksi (seismik bias) merupakan salah satu metode yang
banyak digunakan untuk menentukan struktur geologi bawah permukaan.
Metode seismik bias menghasilkan data yang bila digunakan bersama-sama
dengan data geologi dan perhitungan dengan konsep fisika dapat
menampilkan informasi tentang struktur bawah permukaan dan distribusi
tipe batuan. Metode seismic refraksi merupakan metode yang umum
digunakan dalam bidang geoteknik seperti perencanaan pendirian
bangunan, jalan, pabrik, bendungan, dan lain – lain.
Studi Seismik Refraksi adalah metode geofisika yang ditujukan untuk
memetakan karakteristik lapisan dekat permukaan (near surface) seperti
kedalaman lapisan lapuk (weathering), bedrocks, pemetaan air tanah,
lingkungan, dan lain-lain. Informasi geofisika yang diperoleh dari studi ini
adalah model kecepatan serta kedalaman lapisan bawah permukaan.
Informasi tersebut diturunkan dari first break serta geometri sumber-
penerima.
Metoda seismik refraksi mengukur gelombang datang yang dipantulkan
sepanjang formasi geologi di bawah permukaan tanah. Peristiwa refraksi
umumnya terjadi pada muka air tanah dan bagian paling atas formasi bantalan
batuan cadas. Grafik waktu datang gelombang pertama seismik pada masing-
masing geophone memberikan informasi mengenai kedalaman dan lokasi dari
horison-horison geologi ini. Informasi ini kemudian digambarkan dalam suatu
penampang silang untuk menunjukkan kedalaman dari muka air tanah dan
lapisan pertama dari bantalan batuan cadas.
Seismik Refraksi dihitung berdasarkan waktu jalar gelombang pada
tanah/batuan dari posisi sumber ke penerima pada berbagai jarak tertentu.
Pada metode ini, gelombang yang terjadi setelah gangguan pertama (first
break) diabaikan, sehingga sebenarnya hanya data first break saja yang
dibutuhkan. Parameter jarak (offset) dan waktu jalar dihubungkan oleh cepat
rambat gelombang dalam medium. Kecepatan tersebut dikontrol oleh
sekelompok konstanta fisis yang ada di dalam material dan dikenal sebagai
parameter elastisitas batuan.

58
Gambar 1. Metode Seismik Refraksi

Gambar 5.1. Metode Seismik Refraksi

Bila gelombang elastik yang menjalar dalam medium bumi menemui


bidang batas perlapisan dengan elastisitas dan densitas yang berbeda, maka
akan terjadi pemantulan dan pembiasan gelombang tersebut. Bila kasusnya
adalah gelombang kompresi (gelombang P) maka terjadi empat gelombang
yang berbeda yaitu, gelombang P-refleksi (PP1), gelombang S-refleksi (PS1),
gelombang P-refraksi (PP2), gelombang S-refraksi (PS2). Dari Hukum
Snellius yang diterapkan pada kasus tersebut diperoleh :

dimana :
VP1 = Kecepatan gelombang-P di medium 1
VP2 = Kecepatan gelombang-P di medium 2
VS1 = Kecepatan gelombang-S di medium 1
VS2 = Kecepatan gelombang-S di medium 2

59
Gambar 5.2 Pemantulan dan pembiasan gelombang (Telford, 1990)

Prinsip utama metode seismik refraksi adalah penerapan waktu tiba


pertama gelombang P, baik gelombang langsung maupun gelombang refraksi.
Mengingat kecepatan gelombang P lebih besar daripada gelombang seismik
lainnya maka kita hanya memperhatikan gelombang P.
Dengan demikian antara sudut datang dan sudut bias menjadi :

o
Pada pembiasan sudut kritis r = 90 sehingga persamaan menjadi :

Hubungan ini digunakan untuk menjelaskan metode pembiasan dengan


sudut datang kritis. Gambar 4.3 memperlihatkan gelombang dari sumber S
menjalar pada medium V1, dibiaskan kritis pada titik A sehingga menjalar
pada bidang batas lapisan. Dengan menggunakan Prinsip Huygens pada
bidang batas lapisan, gelombang ini dibiaskan ke atas setiap titik pada bidang
batas itu sehingga sampai ke detektor P yang ada di permukaan. Seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 5.3 sebagai berikut :

Gambar 5.3 Pembiasan dengan sudut kritis (Susilawati, 2004)

Jadi gelombang yang dibiaskan di bidang batas yang datang pertama


kali di titik P pada bidang batas di atasnya adalah gelombang yang dibiaskan
dengan sudut datang kritis (Susilawati, 2004).

1.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Seismik Refraksi


Adapun kelebihan dan kekurangan metode seismik refraksi antara lain :
➢ Kelebihan Metode Seismik Refraksi :
1. Pengamatan refraksi membutuhkan lokasi sumber dan penerima yang
kecil, sehingga relatif murah dalam pengambilan datanya

60
2. Prosesing efraksi relatif simpel dilakukan kecuali proses filtering
untuk memperkuat sinyal first berak yang dibaca.
3. Karena pengambilan data dan lokasi yang cukup kecil, maka
pengembangan model untuk interpretasi tidak terlalu sulit dilakukan
seperti metode geofisika lainnya.

➢ Kekurangan Metode Seismik Refraksi :


1. Dalam pengukuran yang regional, Seismik refraksi membutuhkan
offset yang lebih lebar.
2. Seismik bias hanya bekerja jika kecepatan gelombang meningkat
sebagai fungsi kedalaman.
3. Seismik bias biasanya diinterpretasikan dalam bentuk lapisan-lapisan.
Masing-masing lapisan memiliki dip dan topografi.
4. Seismik bias hanya menggunakan waktu tiba sebagai fungsi jarak
(offset)
5. Model yang dibuat didesain untuk menghasilkan waktu jalar teramati.

1.4 Alat Survei Seismik Refraksi


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian dengan
menggunakan metode seismik refraksi antara lain :
1. Satu set alat seismik refraksi Seismograph PASI 24 Channel, seperti
pada Gambar 2.4 berikut :

Gambar 5.4 Seismograph PASI 24 channel

2. Satu set alat GPS Garmin Map 60 CSX sebagai penentu koordinat.

61
Gambar 5.5 GPS Garmin Map 60 CSX

3. Satu unit komputer lengkap dengan perangkat lunak (software) akuisisi


dan interpretasi data seismik refraksi.
4. Satu set roll meter sebagai pengukur jarak geophone dengan sumber
gelombang seismik.
5. Geophone sebanyak 24 buah, yang digunakan dalam refleksi seismologi
untuk merekam gelombang energi yang dipantulkan oleh geologi bawah
permukaan. Dalam hal ini kepentingan utama dalam gerakan vertikal
permukaan bumi.
6. Palu hammer dan plat baja.

7. HT sebagai alat komunikasi jarak jauh 2 buah.

5.5 Metode Pengambilan Data Seismik Refraksi

62
Salah satu contoh penelitian yang dilakukan yaitu ““Pemetaan Tingkat
Kekerasan Batuan Menggunakan Metode Seismik Refraksi “.
Tahap pertama yang dilakukan yaitu tahap survey. Dari suatu
perencanaan survei seismik refraksi adalah memilih lokasi dan panjang
lintasan survei dengan menggunakan peta topografi daerah penyelidikan.
Lokasi lintasan survei harus di set untuk mencapai tujuan survei secara
efisien, yaitu menggunakan informasi yang ada pada peta topografi dan peta
geologi. Rekaman titik penerima kedatangan pertama (first arrival)
merupakan gelombang langsung dan kedatangan pertama (first break) dari
gelombang refraksi tidak muncul.
Secara umum kegiatan pengambilan data seismik refraksi adalah
dimulai dengan membuat sumber getar buatan, seperti vibroseis atau dinamit,
kemudian mendeteksi dan merekamnya ke suatu alat penerima, seperti
geophone. Getaran hasil ledakan akan menembus ke dalam permukaan bumi
dimana sebagian dari sinyal tersebut akan diteruskan dan sebagian akan
dipantulkan kembali oleh reflektor. Sinyal yang dipantulkan kembali tersebut
akan direkam oleh alat perekam di permukaan.
Sedangkan sinyal yang menembus permukaan bumi akan dipantulkan
kembali oleh bidang refleksi yang kedua sinyalnya akan diterima kembali
oleh alat perekam dan seterusnya hingga ke alat perekam yang terakhir. Alat
perekam akan menghasilkan data berupa trace seismik.
Untuk mendapatkan kualitas rekaman seismik refraksi yang tinggi dan
mengandung bentuk first break yang tajam perlu dilakukan beberapa teknik,
diantaranya adalah stacking, mempertinggi kekuatan sumber dan filtering.
Sistem perekam seismik yang bisa digunakan adalah system perekam seismik
24 channel. Sedangkan sumber seismik yang sering digunakan adalah
dinamit. Bila menggunakan dinamit sebagai sumber, perlu dipilih tempat
yang tepat untuk melakukan peledakan, yaitu tempat dimana energi dinamit
dapat terkonversi menjadi energi seismik secara efektif. Biasanya, dinamit
diledakkan di dalam lubang bawah permukaan. Bila jarak sumber ke
penerima lebih dari seratus meter, akan lebih baik meledakkan dinamit di
dalam air dengan kedalaman lebih dari 50 cm atau membuat lubang lebih
dalam sehingga ledakan dinamit menjadi lebih efektif.
Gambar di bawah ini adalah layout perekaman seismik refraksi.
Geophone diletakkan disepanjang lintasan survey, dimana offset (bentangan
kabel) harus 3-5 kali lebih panjang dari kedalaman target. Jadi jika panjang
offset nya adalah 600 meter, maka kedalaman maksimum yang akan
terdeteksi adalah 200 meter.

63
Gambar 5.7 Layout Perekaman Seismik Refraksi (a)

Sumber gelombang pada sebuah offset dari survey refraksi, sedikitnya


dua sumber S1 dan S2 (lihat gambar di bawah) yang biasanya diletakkan di
sisi kiri dan kanan, dengan jarak dari geophone ½ dari group interval. Ada
baiknya juga dilakukan penembakan S3. Jika crossover distance diketahui.
Ada baiknya dilakukan pengukuran S4 dan S5, tergantung tujuannya S6 dan
S7 kadang-kadang diperlukan.

Gambar 5.8 Layout Perekaman Seismik Refraksi (b)

Pada rekaman seismik (shot gathers), first break merupakan sinyal


yang pertama kali terekam oleh penerima. Sinyal tersebut berasal dari direct
wave dan head wave. Direct wave adalah gelombang yang merambat dari
sumber langsung ke penerima melewati lapisan pertama, Sedangkan head
wave adalah gelombang yang melewati lapisan pertama lalu merambat
disepanjang lapisan kedua. Syarat terjadinya head wave adalah sudut tembak
gelombang harus melewati critical angle dan lapisan kecepatan lapisan
tersebut harus lebih cepat dari lapisan sebelumnya.
Gambar di bawah ini menunjukkan rekaman (shot gather) serta
interpretasi first break untuk direct wave (merah), head wave yang merambat
melewati lapisan pertama dan disepanjang lapisan kedua (biru), serta head
wave yang melewati lapisan pertama, kedua dan disepanjang lapisan ketiga
(hijau). Kedalaman dan kecepatan lapisan pertama dapat dianalisis dari kurva
warna merah, lapisan kedua dari kurva warna biru dan lapisan ketiga dari
kurva warna hijau. Perhatikan, banyaknya perlapisan ditunjukkan dengan
berapa banyak kurva tersebut saling memotong (crossover).

64
Gambar 5.9 Contoh Rekaman Seismik Refraksi

5.6 Metode Pengolahan Data Seismik Refraksi


Metode seismik merupakan metode geofisika yang memanfaatkan
perambatan gelombang seismik ke dalam bumi. Energi seismik yang berasal
dari sumber seismik dalam bentuk gelombang mekanik akan diterima oleh
receiver untuk selanjutnya diubah menjadi data seismik yang dapat dibaca
dalam seismograf. Data seismik yang terbaca oleh seismograf sudah dalam
bentuk digital sehingga data tersebut dapat disimpan dalam format data
digital. Format data yang biasa digunakan antara lain SEG2, SEGY,
RAMAC, dan lain lain. Format data tersebut tergantung pada jenis alat yang
digunakan.
Dalam pengolahan data seismik refraksi dengan menggunakan software
dikenal ada beberapa tahap. Pada tahapan pertama peneliti harus bisa
menampilkan data seismik pada komputer. Pada tahapan berikutnya, peneliti
mencari first break dari data yang ditampilkan. First break merupakan saat
awal energi gelombang mencapai penerima. Dengan melakukan picking first
break dan membuat grafik travel time, maka cepat rambat gelombang
seismik dan kedalaman refraktor dapat diketahui sehingga gambaran lapisan
bawah permukaan dapat diketahui. Dengan menggunakan perhitungan secara
komputerisasi maka akan didapatkan gambaran lapisan bawah permukaan
yang tidak diskrit (nonlinear).
Tahapan yang digunakan dalam melakukan pengolahan data seismik
refraksi, antara lain :

65
➢ Konversi Format Data Seismik Refraksi
Pengolahan data seismik dengan menggunakan software mengharuskan
pengguna software tersebut untuk mengkonversikan format data dalam
seismograf menjadi format data yang dapat dibaca oleh software yang
digunakan. Dalam software REFLEXW, seorang pengolah data harus
mengkonversikan datanya menjadi format reflex. Jika hal ini tidak dilakukan
maka data tersebut tidak dapat dibaca sehingga untuk proses selanjutnya
tidak dapat dilakukan.

Gambar 5.10 Contoh Tampilan Data Seismik Pada Software REFLEXW

➢ Memproses Data Seismik Refraksi


Pada tahapan ini, peneliti harus mengetahui tipe-tipe noise dan cara
mengatasinya. Berdasarkan sumbernya, noise dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu gerakan tanah yang tidak terkontrol (uncontrolled ground motion), noise
yang berasal dari peralatan elektronik (electronic noise) dan noise yang
berasal dari stuktur geologi bawah permukaan (geologic noise). Jenis noise
yang paling jelas kehadirannya adalah uncontrolled ground motion.
Jenis noise seperti ini ada dua macam (Susilawati, 2004) yaitu noise
yang timbul sesaat kemudian lenyap dan noise yang timbul terus menerus.
Noise yang timbul sesaat kemudian lenyap misalnya orang yang sedang
berjalan dekat pengukuran, kendaraan yang sedang melintas, dan lain-lain.
Noise seperti ini dapat diatasi dengan mengkondisikan lokasi pengukuran
sehingga pada saat sumber gelombang seismik ditimbulkan tidak ada orang
atau kendaraan yang melintas. Noise yang timbul terus menerus biasanya
disebabkan oleh angin, pohon yang bergoyang, aliran sungai dan lain-lain.
Untuk menghindari keadaan semacam ini sebaiknya setiap kali mengadakan
pengukuran seismik, diadakan terlebih dahulu “tes noise”. Jika noise yang
timbul cukup kecil dibandingkan dengan signal yang dihasilkan maka
pengukuran dapat dilaksanakan. Tetapi jika noise cukup besar dibandingkan
dengan signal, maka sebaiknya pengukuran ditunda beberapa saat hingga

66
noise menjadi kecil. Selain cara tersebut, dengan mengetahui bahwa noise
bersifat acak, maka untuk menghindari noise, signal yang masuk dapat
ditumpuk (di-stack) beberapa kali, sehingga data yang diperoleh lebih baik
dan jelas. Dengan melakukan stacking maka signal dijumlahkan sedangkan
noise ditiadakan.
Electronic noise biasanya berasal dari peralatan seismik. Geophone
bertugas mengkonversi pergerakan tanah yang terdeteksi menjadi signal
listrik. Signal listrik ini ditransmisikan melalui kabel dan diperkuat signal-
nya dengan recording system kemudian direkam. Segala sesuatu yang dapat
menyebabkan perubahan signal listrik pada kabel atau recording system
mengakibatkan noise pada data yang terekam. Misalnya kondisi penghubung
antara geophone dengan kabel yang kotor atau loose connection, kondisi
kabel penghubung antara geophone dengan kabel yang basah atau wet
connection, kondisi kabel yang bertumbuk atau cross talking juga dapat
menyebabkan noise, atau karena adanya signal frekuensi tinggi yang hadir di
sekitar daerah pengukuran. Untuk mengatasi kondisi noise seperti ini maka
penghubung antara geophone dengan kabel ataupun kabel dengan recording
system dijaga kebersihannya dan usahakan dalam kondisi kering. Untuk
mengatasi noise frekuensi tinggi dapat dilakukan dengan cara memfilter data.
Peneliti dapat menganggap banyaknya tipe stuktur geologi bawah
permukaan yang tidak mudah diinterpretasikan menjadi sumber noise. Dalam
survey seismik refraksi, peneliti akan berasumsi bahwa struktur bawah
permukaan bervariasi secara lateral hanya sepanjang line yang
menghubungkan sumber seismik dengan geophone. Jika bumi benar-benar
bervariasi secara signifikan jauh dari line maka sangat mungkin terjadi
kesalahan interpretasi gelombang seismik yang ditangkap geophone sebagai
struktur di bawah geophone sebagai ganti struktur di luar geophone.

5.7 Analisis dan Interpretasi Data Seismik Refraksi


Interpretasi merupakan suatu cara analisis menafsirkan keadaan
bawah permukaan dari data geofisika. Interpretasi geofisika merupakan cara
menafsirkan dan menyimpulkan sebaran data geofisika yang dikaitkan
dengan cara analisis serta batasan fisis yang digunakan, sedangkan
interpretasi geologi adalah cara menafsirkan data hasil interpretasi geofisika
menjadi model geologi bawah permukaan.
Adapun beberapa analisa dan interpretasi yang dilakukan pada metode
seismik refraksi antara lain :

➢ Analisa Kecepatan dan Picking First Arrival Time


Pada tahapan analisa kecepatan dan picking first arrival time, peneliti
harus dapat melihat first break dari setiap geophone. First break merupakan
saat awal energi gelombang mencapai penerima. Kondisi ini sangat
bergantung dari wavelet (bentuk dasar) gelombang yang dipancarkan sumber
seismik. Dalam seismik dikenal 3 macam wavelet yaitu minimum phase,
maksimum phase dan zero phase. Dalam pengolahan seismik refraksi,
analisa bentuk gelombang yang digunakan adalah minimum wavelet

67
(minimum phase) sehingga peneliti melakukan picking first break atau
picking first arrival time. Setelah mengetahui first break, peneliti tidak
langsung melakukan picking first break, melainkan melakukan analisa
kecepatan. Analisa kecepatan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
berapa banyak lapisan batuan bawah permukaan yang terdeteksi dan
kecepatan rambat gelombang seismik pada setiap interface.

Gambar 5.11 Contoh First Arrival Time

Gambar 5.12 Contoh Analisa Kecepatan

Gambar 2.12 Contoh Picking First Arrival Time Pada Data

68
➢ Analisa Data Travel time dan Pemodelan Inversi
Analisa data travel time dilakukan dengan tujuan untuk
mengkombinasikan peta bawah permukaan satu dimensi yang dihasilkan dari
setiap shot point menjadi peta bawah permukaan dua dimensi. Analisa data
travel time dilakukan dengan cara mengkombinasikan data travel time yang
berasal dari shot point yang berbeda tetapi masih dalam line yang sama
(Sandmeier, 2006).

Gambar 5.14 Contoh Analisa Data Travel time

Dalam melakukan analisa data traveltime ini, peneliti harus menanda


traveltime dari setiap shot point yang ditempatkan secara bersama-sama
Tujuan penandaan ini untuk menentukan lapisan yang spesifik. Dengan
mengkombinasikan data yang telah ditandai mulai dari shot point pertama
hingga shot point yang terakhir maka akan didapatkan model inversi lapisan
bawah permukaan. Model inversi ini berupa interface atau refraktor dari
setiap lapisan disertai dengan besarnya kecepatan pada interface tersebut.
Metode pemodelan inversi (time-term inversion model) merupakan
metode yang cepat dan mudah untuk memperkirakan kedalaman refraktor.

69
Gambar 5.15 Contoh Model Inversi

➢ Forward Modelling dan Tomografi


Metode pemodelan forward (reciprocal method) menyediakan struktur
bawah permukaan yang detail dan dapat menginterpretasikan perbedaan
kecepatan secara lateral (lateral velocity contrast).

Gambar 5.16 Contoh reciprocal method yang dapat memberikan gambaran


bawah permukaan secara lateral (Sandmeier, 2006)

Metode tomografi membutuhkan input berupa model reciprocal atau


biasa disebut first model dan untuk menghasilkan model tomografi, selain
harus melakukan pencocokan juga harus mungubah-ubah parameter
tomografi seperti iterasi, space increment, dan lain-lain.

70
Gambar 5.17. Contoh Model Tomografi

71
BAB VI
SEISMIK REFLEKSI

Metode seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika


untuk mengobservasi objek bawah permukaan bumi dengan
memanfaatkan sifat pemantulan gelombang elastik yang dihasilkan dari
sumber seismk. Sumber gelombang seismik dapat berupa dinamit dan
vibroseis untuk survey yang dilakukan di darat dan di air gun jika
survey seismik dilakukan di laut. Gelombang seismik yang dihasilkan
kemudian akan direkam oleh alat perekam berupa geophone untuk survey
darat dan hydrophone untuk survey yang dilakukan di air.

6.1 Sejarah Perkembangan Metode Seismik Refleksi


Metode Seismik adalah suatu metode dalam ilmu Geofisika yang
dipergunakan untuk mendeteksi struktur bawah permukaan. Metode ini termasuk
metode geofisika aktif. Seismik di bagi menjadi dua yaitu Seismik Refraksi (Bias)
dan Seismik Refleksi (Pantul).
Metode seismik merupakan salah satu bagian dari seismologi eksplorasi yang
dikelompokkan dalam metode geofisika aktif, dimana pengukuran dilakukan dengan
menggunakan ‘sumber’ seismic (palu, ledakan, dll). Setelah usikan diberikan, terjadi
gerakan gelombang di dalam medium (tanah/batuan) yang memenuhi hukum-hukum
elastisitas ke segala arah dan mengalami pemantulan ataupun pembiasan akibat
munculnya perbedaan kecepatan. Kemudian, pada suatu jarak tertentu, gerakan
partikel tersebut di rekam sebagai fungsi waktu. Berdasar data rekaman inilah dapat
‘diperkirakan’ bentuk lapisan/struktur di dalam tanah.
Eksperimen seismik aktif pertama kali dilakukan pada tahun 1845 oleh
Robert Mallet, yang oleh kebanyakan orang dikenal sebagai bapak seismologi
instrumentasi. Mallet mengukur waktu transmisi gelombang seismik, yang dikenal
sebagai gelombang permukaan, yang dibangkitkan oleh sebuah ledakan. Mallet
meletakkan sebuah wadah kecil berisi merkuri pada beberapa jarak dari sumber
ledakan dan mencatat waktu yang diperlukan oleh merkuri untuk be-riak. Pada tahun
1909, Andrija Mohorovicic menggunakan waktu jalar dari sumber gempa bumi
untuk eksperimennya dan menemukan keberadaan bidang batas antara mantel dan
kerak bumi yang sekarang disebut sebagai Moho.
Pada tahun 1912, para ahli geologi mulai melakukan pemetaan singkapan
untuk pemboran. Kemudian pada tahun 1920, para ahli geologi memulai
metode explorasi bawah permukaan, paleontologi terutama mikropaleontologi
digunakan untuk mencari korelasi lapisan beberapa sumur Pada
tahun 1921, metode pemboran putar (rotary-drilling) pertama kali di
lapangan minyak Spindletop di Texas. Pada awal tahun 20-an cara ini
merupakan metode utama pemboran sumur yang menjangkau 1500-2000
meter dibawah permukaan bumi. Perkembangan paling penting dalam
pencarian minyak bumi adalah ditemukannya berbagai Metode Geofisika,
yang oleh industry minyak Amerika mulai dipergunakan pada pertengahan
tahun duapuluhan. Metode yang pertama kali adalah metode seismik
refraksi yang dikembangkan oleh beberapa ahli jerman pada tahun
1923 du New Mexico untuk memetakan suatu patahan (zona patahan), tanpa
memberikan hasil. Setelah dilakukan perbaikan berhasillah mereka

72
melokalisir suatu kubah garam yang pertama di daerah Gulf-Coast pada tahun
1924. Setelah itu ditemukan juga banyak kubah lainnya dalam waktu yang
sangat pendek

Pemakaian awal observasi seismik untuk eksplorasi minyak dan mineral


dimulai pada tahun 1920an. Teknik seismik refleksi merupakan metode terbaik yang
digunakan di dalam eksplorasi minyak bumi. Metode ini pertama kali
didemonstrasikan di Oklahoma pada tahun 1921.

6.2 Tinjauan Pustaka


Metode seismik refleksi merupakan metode geofisika aktif yang
memanfaatkan sumber seismik buatan (dapat berupa ledakan,
pukulan, dll). Setelah gelombang buatan tersebut diberikan, maka
gelombang tersebut akan merambat melalui medium tanah/batuan di bawah
permukaan, dimana perambatan gelombang tersebut akan memenuhi hukum-
hukum elastisitas ke segala arah dan mengalami pemantulan maupun
pembiasan sebagai akibat dari adanya perbedaan kecepatan ketika melalui
pelapisan medium yang berbeda. Pada jarak tertentu di permukaan, gerakan
partikel tersebut direkam sebagai fungsi waktu. Berdasarkan data rekaman
tersebut selanjutnya dapat diperkirakan bentuk lapisan/struktur bawah
permukaan.
Metode seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika untuk
mengobservasi objek bawah permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat
pemantulan gelombang elastik yang dihasilkan dari sumber seismik. Sumber
gelombang seismik dapat berupa dinamit, dan vibroseis untuk survey yang dilakukan
di darat dan air gun jika survey seismik dilakukan di laut. Gelombang seismik yang
dihasilkan kemudian akan direkam oleh alat perekam berupa geophone untuk survey
darat dan hydrophone untuk survey yang dilakukan di air.
Gelombang bunyi yang dihasilkan dari ledakan tersebut menembus
sekelompok batuan di bawah permukaan yang nantinya akan dipantulkan kembali ke
atas permukaan melalui bidang reflektor yang berupa batas lapisan batuan.
Gelombang yang dipantulkan ke permukaan ini diterima dan direkam oleh alat
perekam yang disebut Geophone (di darat) atau Hydrophone (di laut), (Badley,
1985). Refleksi dari suatu horison geologi mirip dengan gema pada suatu muka
tebing atau jurang. Metoda seismic refleksi banyak dimanfaatkan untuk keperluan
Explorasi perminyakan, penetuan sumber gempa ataupun mendeteksi struktur
lapisan tana
Seismik refleksi hanya mengamati gelombang pantul yang datang dari batas-
batas formasi geologi. Gelombang pantul ini dapat dibagi atas beberapa jenis
gelombang yakni: Gelombang-P, Gelombang-S, Gelombang Stoneley, dan
Gelombang Love

73
Gambar 6.1 Metode Seismik Refleksi dengan Geophone

Gambar 6.2 Metode Seismik Refleksi dengan Hydrophone

74
Eksplorasi seismik refleksi dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu
eksplorasi prospek dangkal dan eksplorasi prospek dalam. Eksplorasi seismik
dangkal (shallow seismic reflection) biasanya diaplikasikan untuk eksplorasi
batubara dan bahan tambang lainnya. Sedangkan seismik dalam digunakan untuk
eksplorasi daerah prospek hidrokarbon (minyak dan gas bumi). Kedua kelompok
ini tentu saja menuntut resolusi dan akurasi yang berbeda begitu pula dengan
teknik lapangannya.

Secara umum, metode seismik refleksi terbagi atas tiga bagian penting
yaitu pertama adalah akuisisi data seismik yaitu merupakan kegiatan untuk
memperoleh data dari lapangan yang disurvei, kedua adalah pemrosesan data
seismik sehingga dihasilkan penampang seismik yang mewakili daerah
bawah permukaan yang siap untuk diinterpretasikan, dan yang ketiga adalah
interpretasi data seismik untuk memperkirakan keadaan geologi di bawah
permukaan dan bahkan juga untuk memperkirakan material batuan di bawah
permukaan.
Metode seismik refleksi merupakan metode geofisika aktif yang
memanfaatkan sumber seismik buatan (dapat berupa ledakan, pukulan, dll).
Setelah gelombang buatan tersebut diberikan, maka gelombang tersebut akan
merambat melalui medium tanah/batuan di bawah permukaan, dimana
perambatan gelombang tersebut akan memenuhi hukum-hukum elastisitas ke
segala arah dan mengalami pemantulan maupun pembiasan sebagai akibat
dari adanya perbedaan kecepatan ketika melalui pelapisan medium yang
berbeda. Pada jarak tertentu di permukaan, gerakan partikel tersebut direkam
sebagai fungsi waktu. Berdasarkan data rekaman tersebut selanjutnya dapat
diperkirakan bentuk lapisan/struktur bawah permukaan.
Metoda seismik refleksi merupakan metoda geofisika yang
memanfaatkan gelombang pantul (refleksi) dari batuan bawah permukaan.Hal
ini dapat dilakukan dengan cara mengirimkan sinyal (gelombang) kedalam
bumi,kemudian sinyal tersebut akan dipantulkan oleh batasan tara dua
lapisan, dan selanjutnya sinyal pantulan direkam oleh receiver (geopon atau
hidropon). Data yang dimanfaatkan dari gelombang pantul ini ialah waktu
datang, yang akan memberikan informasi kecepatan rambat gelombang pada
lapisan batuan tersebut. Berbagai variable lain yang dapat dimanfaatkan ialah
amplitude gelombang, frekuensi dan fasa gelombang.

75
Gambar 6.3 Penjalaran Gelombang Seismik di Dalam Bumi

Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi pada khususnya, ada beberapa
faktor yang menjadi pertimbangan yang akan mempengaruhi kegiatan
survey, termasuk juga kualitas data, yaitu :
• Kedalaman jebakan hidrokarbon yang menjadi target
• Resolusi vertikal
• Kualitas refleksi pada batuan
• Sumber gangguan/Noise yang dominan
• Ciri-ciri jebakan hidrokarbon
• Kemiringan target paling curam
• Kemungkinan adanya proses lain yang perlu dilakukan

6.2.1 Komponen Seismik Refleksi


1. Impedansi Akustik
Salah satu sifat akustik yang khas pada batuan adalah impedansi akustik
(IA) yang merupakan hasil perkalian (p) dan kecepatan (VP)
(Sukmono,1999).

76
2. KoefisienRefleksi
Refleksi gelombang seismic akan timbul setiap terjadi perubahan harga
(IA) Perbandingan antara energy yang dipantulkan dengan energi datang pada
keadaan normal adalah (Sukmono,1999)

3. Wavelet
Wavelet atau disebut juga sinyal seismic merupakan kumpulan dari
sejumlah gelombang seismic yang mempunyai amplitudo, frekuensi, dan fasa
tertentu. Menurut Veeken (2007), ada dua bentuk dasar dari wavelet seismic
dalam pengolahan data (gambar 6.4) yaitu sebagai berikut :

➢ Wavelet minimum-phase, dimana awal wavelet ini bertepatan dengan


posisi yang tepat dari antar muka bawah permukaan.
➢ Wavelet zero-phase, dimana amplitudo maksimum wavelet ini
bertepatan dengan antar muka litologi.

77
Gambar 6.4 Tipikal wavelet minimum-phase dan zero-phase (Veeken,2007)

4. Polaritas
Polaritas terbagi menjadi polaritas normal dan polaritas terbalik.
Berdasarkan gambar 6.5, Society Exploration Geophysics (SEG)
mendefinisikan polaritas normal sebagai berikut (Sukmono,1999).

1. Sinyal seismic positif akan menghasilkan tekanan akustik positif pada


hidropon di air atau pergerakan awal keatas pada geopon didarat.

2. Sinyal seismic yang positif akan terekam sebagai nilai negative pada
tape,defleksi negative pada monitor dan trough pada penampang
seismik.

Gambar 6.5 Polaritas menurut ketetapan Society of Exploration Gephysics (SEG)


(a) fase minimum (b) fase nol (Sukmono,1999)

78
5. Resolusi Seismik
Resolusi vertical merupakan kemampuan akuisisi seismic untuk dapat
memisahkan membedakan dua bidang batas perlapisan batuan secara vertikal.
Resolusi ini dicerminkan oleh suatu batas yaitu kedua reflector masih dapat
dipisahkan dan besarnya tergantung pada ketebalan dan panjang gelombang.

Resolusi minimum yang masih dapat ditampilkan oleh gelombang


seismic adalah ¼ λ disebut juga tuning thickness,yaitu panjang gelombang
minimum yang masih dapat dibedakan oleh gelombang seismik. Resolusi
horizontal merupakan kemampuan akuisisi seismic untuk dapat memisahkan
dua kenampakan permukaan reflektor. Ambang batas resolusi horizontal atau
spatial dengan jari-jari (radius) zona Fresnel pertama (gambar 3.6), nilainya
tergantung dari panjang gelombang dan kedalaman. Dengan demikian maka
resolusi nilai horizontal dan vertical tergantung pada kecepatan dan frekuensi.

Gambar 6.6 (a) Zona Fresnel (b) Perbandingan untuk frekuensi tinggi dan rendah
(Sukmono,1999)

79
6. Seismogram Sintetik
Seismogram sintetik merupakan rekaman seismic buatan yang dibuat
dari data log kecepatan dan densitas. Data kecapatan dan densitas
menghasilkan koefisien refleksi yang selanjutnya dikonvolusikan dengan
Seismogram sintetik biasa disebut juga dengan geogram. Seismogram sintetik
dibuat untuk mengkorelasikan antara formasi sumur (umur, kedalaman dan
sifat fisis lainnya).Untuk mendapatkan seismogram sintetik yang baik,
wavelet yang dipakai sebaiknya mempunyai karateristik yang sama baik fase
maupun kandungan frekuensi dengan yang digunakan.

Gambar 6.7 Efek frekuensi gelombang pada respon seismic (Sukmono,1999)


6.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Seismik Refleksi
Adapun kelebihan dan kekurangan metode seismik refleksi antara lain :
➢ Kelebihan Metode Seismik Refleksi:
1. Pengukuran seismik pantul menggunakan offset yang lebih kecil
2. Seismik pantul dapat bekerja bagaimanapun perubahan kecepatan
sebagai fungsi kedalaman
3. Seismik pantul lebih mampu melihat struktur yang lebih kompleks
4. Seismik pantul merekan dan menggunakan semua medan gelombang
yang terekam
5. Bawah permukaan dapat tergambar secara langsung dari data terukur
6. Dapat mendeteksi variasi baik lateral maupun kedalaman dalam
parameter fisis yangrelevan, yaitu kecepatan seismik.
7. Dapat dipergunakan untuk membatasi kenampakan stratigrafi
dan beberapakenampakan pengendapan.

80
➢ Kekurangan Metode Seismik Refleksi:
1. Karena lokasi sumber dan penerima yang cukup lebar untuk
memberikan citra bawah permukaan yang lebih baik, maka biaya
akuisisi menjadi lebih mahal.
2. Prosesing seismik refleksi memerluakn komputer yang lebih mahal,
dan sistem data base yang jauh lebih handal.
3. Karena banyaknya data yang direkam, pengetahuan terhadap database
harus kuat, diperlukan juga beberapa asumsi tentang model yang
kompleks dan interpretasi membutuhkan personal yang cukup ahli.
4. Banyaknya data yang dikumpulkan dalam sebuah survei akan sangat
besar jikadiinginkan data yang baik

6.4 Alat Survei Seismik Refleksi


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian dengan
menggunakan metode seismik refleksi antara lain :
1. Satu set alat Seismograph
2. Satu set alat GPS sebagai penentu koordinat.
3. Theodolith sebagai penentu koordinat.

Gambar 6.8 Theodolith


4. Satu unit komputer lengkap dengan perangkat lunak (software) akuisisi
dan interpretasi data seismik refraksi.
5. Satu set roll meter sebagai pengukur jarak geophone dengan sumber
gelombang seismik.

Gambar 6.9 Roll Meter

81
6. Geophone, yang digunakan dalam refleksi seismologi untuk merekam
gelombang energi yang dipantulkan oleh geologi bawah permukaan.
Dalam hal ini kepentingan utama dalam gerakan vertikal permukaan
bumi.

Gambar 6.10 Geophone

7. Palu hammer
8. Plat baja.
9. HT sebagai alat komunikasi jarak jauh 2 buah.

Gambar 6.11 Alat Survei Metode Seismik Refleksi

6.5 Metode Pengambilan Data Seismik Refleksi


Pengambilan data seismik, tidak lain adalah tahapan pengukuran guna
mendapatkan data seismik berkualitas baik di lapangan. Data seismik yang
diperoleh dari tahapan ini akan menentukan kualitas hasil tahapan berikutnya.
Sehingga, dengan data yang baik akan membawa hasil pengolahan yang baik
pula, dan pada akhirnya, dapat dilakukan interpretasi yang akurat, yang
menggambarkan kondisi bawah permukaan sebagaimana mestinya.

82
Untuk memperoleh data berkualitas baik perlu diperhatikan pemilihan
desain survey dan beberapa faktor terkait. Dalam eksplorasi minyak dan gas
bumi pada khususnya, ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan yang
akan mempengaruhi kegiatan survey, termasuk juga kualitas data, yaitu :

➢ Kedalaman jebakan hidrokarbon yang menjadi target


➢ Resolusi vertikal
➢ Kualitas refleksi pada batuan
➢ Sumber gangguan/noise yang dominan
➢ Ciri-ciri jebakan hidrokarbon
➢ Kemiringan target paling curam
➢ Kemungkinan adanya proses lain yang perlu dilakukan

Medan pengukuran seismik mencakup pengukuran di darat, di laut, dan


di lingkungan transisi. Selain itu, survey seismik juga dapat dilakukan secara
2 dimensi maupun 3 dimensi. Masing-masing kondisi tersebut akan
memerlukan desain survey dan teknologi yang berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan dan tujuannya.

Gambar 6.12 Survey Seismik Refleksi Darat.

Gambar 6.13 Survey Seismik Refleksi Laut.

Mekanisme pengambilan data lapangan yang dipergunakan dalam


Seismik Refleksi adalah sebagai berikut :
2 Pemasangan Patok.

83
Sebelum dilakukan pengukuran seismik, maka terlebih dahulu
harus ditentukan posisi koordinat (X, Y, dan Z) dari tiap-tiap titik
geophone maupun shot point. Penentuan koordinat ini dapat dilakukan
dengan menggunakan theodolith ataupun GPS. Titik-titik tersebut,
kemudian ditandai dengan patok yang sudah mempunyai harga
koordinat terhadap referensi tertentu.

3 Pemasangan Geophone
Geophone dipasang sesuai dengan rencana tipe penembakan yang
akan dilakukan dan disusun berurutan. Pemasangan geophone
diusahakan sedekat mungkin dengan patok yang sudah diukur
koordinatnya.

4 Pemasangan Sumber Peledak


Sumber peledak dipasang sesuai dengan rencana tipe penembakan

5 Persiapan Alat Perekaman Data Seismik


Sebelum melakukan penembakan alat perekam harus dicek terlebih
dahulu, sehingga data yang dihasilkan cukup optimal.

6 Penembakan
Penembakan hanya dapat dilakukan ketika alat perekam data
seismik sudah dilakukan pengecekan dan terpasang dengan baik.

7 Pencatatan data pengamatan pada observer log


Data pengamatan dan kejadian selama berlangsungnya pengukuran
kemudian disalin pada buku observer log.

6.6 Metode Pengolahan Data Seismik Refleksi


Pengolahan data seismik, pada dasarnya dimaksudkan untuk mengubah data
seismik lapangan yang terekam menjadi suatu penampang seismik yang kemudian
dapat dilakukan interpretasi darinya. Pengolahan data seismik, pada dasarnya
dimaksudkan untuk mengubah data seismik lapangan yang terekam menjadi suatu
penampang seismik yang kemudian dapat dilakukan interpretasi darinya.
Sedangkan tujuan pengolahan data seismik adalah untuk menghasilkan
penampang seismik dengan kualitas signal to noise ratio (S/N) yang baik tanpa
mengubah bentuk kenampakan-kenampakan refleksi/pelapisan batuan bawah
permukaan, sehingga dapat dilakukan interpretasi keadaan dan bentuk dari
struktur pelapisan bawah permukaan bumi seperti kenyataannya. Atau dapat
dikatakan bahwa pengolahan data seismik didefinisikan sebagai suatu tahapan
untuk meredam noise dan memperkuat sinyal.

84
Gambar 6.14 Proses Pengolahan Data, dan Data Seismik Mentah (Raw Data).
6.7 Analisa dan Interpretasi Data Seismik Refleksi
Dari pengolahan data seismik, hasilnya yang berupa penampang
seismik kemudian diinterpretasikan/ditafsirkan. Tujuan interpretasi seismik
adalah menggali dan mengolah berbagai informasi-informasi geologi bawah
permukaan dari penampang seismik. Pada eksplorasi minyak dan gas bumi,
interpretasi ditujukan untuk mengetahui lokasi reservoar hidrokarbon di
bawah permukaan.
Pada umumnya, penampang seismik ditampilkan sebagai penampang
waktu (time section), namun dapat juga ditampilkan sebagai penampang
kedalaman (depth section) setelah melalui beberapa tahapan perhitungan
tertentu.

Gambar 6.15 Interpretasi seismik

85
BAB VII
GEORADAR

Georadar atau GPR (Ground Penetrating Radar) adalah salah satu metode
geofisika, sifat kelistrikan batuan yang penting dalam pengukuran GPR adalah
sifat penghantar listrik (konduktor) dan permitivitas listrik dalam konstanta
dielektrik (isolator). Ground-penetrating radar (GPR) merupakan metode
geofisika yang menggunakan pulsa radar untuk citra bawah permukaan. Metode
yang tidak menimbulkan kerusakan ini menggunakan radiasi elektromagnetik
dalam band microwave (daerah gelombang mikro) (frekuensi UHF/VHF) dari
spektrum radio, dan mendeteksi sinyal tercermin dari struktur bawah permukaan .
GPR dapat digunakan dalam berbagai media, termasuk batuan, tanah, es, air
bersih, trotoar dan struktur . Hal ini dapat mendeteksi obyek, perubahan materi,
rongga/luasan maupun keretakan.
Secara umum metoda GPR adalah metoda yang memanfaatkan
gelombang elektromagnetik ( geolombang radio) berfrekuensi tinggi dalam
mengidentifikasi kondisi di bawah permukaan ( sub-surface ). Prinsip dasar dari
skema kerja metoda GPR ini yakni dengan jalan memancarkan gelombang radio
berfrekuensi tinggi ke bawah permukaan melalui pemancar (transmitter).
Dimana hasil penjalaran gelombang ini akan dipantulkan kembali ke
permukaan dan selanjutnya diterima oleh antena penerima (receiver), dan hasil
dari penerima kemudian ditampilan dalam sebuah diagram ( radargram ) yang
langsung dapat tersajikan dalam bentuk visualisasi 2 Dimensi pada monitor
penerima ( Display ).

7.1. Sejarah

Sebelum tahun 1987 Frankley Reservoir di Birmingham , Inggris UK


bocor 540 liter air minum per detik . Pada tahun itu GPR telah berhasi ldigunakan
untuk mengisolasi kebocoran .[3] Radar Borehole memanfaatkan GPR digunakan
untuk memetakan struktur dari lubang bor dalam aplikasi pertambangan bawah
tanah . Directional sistem radar lubang bor modern mampu menghasilkan gambar
tiga dimensi dari pengukuran dalam lubang bor tunggal . Salah satu aplikasi
utama lainnya untuk radar penetrasi tanah untuk menemukan utilitas bawah tanah
,karena GPR mampu menghasilkan gambar 3D pipa bawah tanah , listrik , limbah
dan pipa-pipa air . Teknologi ini sering disebut sebagai PAT , singkatan Pipe
Avoiding Tool (Tool untuk menghindari Pipa yang terkubur)

7.2. Metode danTijauan Pustaka


Telford (1976) menjelaskan umumnya arus listrik didalam batuan
dialirkan melalui 3 (tiga) cara, ialah: dengan konduksi elektronik atau Ohmic,
konduksi elektrolitik atau Ionik dan konduksi dialektrik yang terjadi pada isolator
atau konduktor yang buruk. Penjelasan untuk setiap aliran listrik didalam batuan,
sebagai berikut:

86
1) Konduksi elektronik; arus listrik mengalir secara normal didalam bahan /
material dengan elektron bebas, seperti yang terjadi pada logam.
2) Konduksi elektrolitik; arus listrik mengalir dengan media ion-ion atau proses
elektrolisa, kecepatan rendah seperti yang terjadi pada batere (accu). Batuan yang
merupakan konduktor buruk, tahanan jenisnya besar dan terkadang juga porous
serta lubang-lubangnya terisi air. Konduktifitas seperti ini, cenderung ionik
dibandingkan ohmik, maka tahanan jenisnya akan bervariasi sesuai dengan derajat
kelarutan ion-ion dan dielektrik dari larutan. Selain itu pada batuan porous akan
berubah tergantung dari volume dan jumlah lubanglubang dibandingkan dengan
konduktifitas dan jumlah air yang mengisinya.
3) Konduksi dialektrik; umumnya terjadi pada benda yang berupa konduktor-
konduktor yang buruk atau isolator, arus listrik mengalir sangat sedikit atau
bahkan tidak mengalir sama sekali. Akibat pengaruh arus listrik, elektron-elektron
bergeser sedikit terhadap intinya dan terjadi pengarahan elektron atau polarisasi
ion / molekulnya yang tergantung juga pada fungsi waktu.
Ada tiga jenis pengukuran yaitu refleksi, velocity sounding, dan
transiluminasi.
1. Pengukuran refleksi biasa disebut Continuous Reflection
Profiling (CRP).
2. Pengukuran velocity Sounding disebut Common Mid Point
(CMP) untuk mementukan kecepatan versus kedalaman,
3. Transiluminasi disebut juga GPR Tomografi.

7.3. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan
1. Biaya operasional lebih murah
2. Pengoperasian yang cukup mudah
3. Merupakan metoda non destructive sehingga aman digunakan.
4. Resolusi yang sangat tinggi karena menggunakan frekuensi tinggi
(broadband atau wideband)
Kekurangan
1. Tidak bisa melakukan penetrasi / deteksi sedalam gelombang bunyi.
2. Kemampuan radar hanya puluhan meter (kurang lebi 100 meter)
3. Antena GPR umum hanya untuk durasi pulsa tertentu

7.4. Alat atau Instrumen


Untuk survey GPR tipe shielded, perlengkapan yang digunakan adalah,
1. MALA X3M 100 MHz Shielded Antenna
2. Water plate
3. MALA X3M Control Unit
4. Power supply (baterai)
5. Profile encoder (hipchain benang)
6. Tongkat penarik antena
7. Accu + converter
8. Unit display (laptop)

87
9. Kabel port ke laptop
10. GPS Garmin 60 Csx
11. Payung/ponco
12. Alat keselamatan kerja

Sedangkan untuk survey GPR tipe un-shielded, perlengkapan yang digunakan


adalah,
1. MALA 100 MHz Un-Shielded Antenna
2. Antenna handles
3. MALA ProEx Control Unit
4. Kabel power supply
5. Tas (backpack)
6. Profile encoder (meteran tali)
7. Accu + converter
8. Unit display (laptop)
9. Kabel port ke laptop
10. GPS Garmin 60 Csx
11. Payung/ponco 1

88
7.5. Pengambilan Data

Pada survey GPR dengan metode CRP parameter yang digunakan adalah sebagai
berikut,
1. Frekuensi kerja (Fc) = 100 MHz
2. Time window (W) = … ns
3. Window Length = … dB Disesuaikan untuk mendapatkan bentuk
4. Lower cutoff = … MHz trace/spectrum yang baik atau sesuai dengan
5. Lower Plateau = … MHz target struktur yang diharapkan terlihat.
6. Upper Plateau = … MHz
7. Upper cutoff = … MHz
8. Offset = 20 cm (untuk unshielded) & 100 cm (untuk shielded)
9. Interval trace = ± 0.2 s
10. Parameter lain disesuaikan dengan kondisi akuisisi di lapangan

Salah satu contoh penelitian yang dilakukan yaitu “Identifikasi Zona Bidang
Gelincir Tanah Longsor Dengan Metode Georadar”.
Pada survei dengan metode GPR dilakukan dengan metode Radar
Reflection Profiling (antenna bistatic mode). Cara ini dilakukan dengan
membawa antena radar (tansmitter dan receiver) bergerak bersamaan di atas
permukaan tanah dengan jarak pengambilan sampel 1 meter, dimana. Mode
antena bistatik merupakan seting untuk kedua antena dengan jarak pemisah
tertentu, dalam survey kali ini seting antena memiliki jarak pemisah 0, 1 m.
Frekuensi kerja yang digunakan adalah 100 MHz.

89
Metode Pengambilan Data Geradar Di Lapangan

7.6. Pengolahan Data


Untuk pengolahan data mentah GPR dan untuk membantu dalam
menginterpretasidata, software yang digunakan adalah Software Reflexw versi
4.5, yang dikeluarkan oleh Sandmeier Scientific Software. Relexw merupakan
contoh software sederhana yang denganbaik dapat digunakan untuk memproses,
menganalisa dan membantu menginterpretasi datahasil pengukuran GPR. Reflexw
secara khusus didesain untuk melakukan processing secaralengkap dan membantu
menginterpretasi data GRP baik secara 2D ataupun 3D. Program inisupport untuk
format data GPR. Terpisah dari filter-filter alogaritma standar yang ada,cakupan
luas dari metoda khusus juga tersedia dalam fitur program ini seperti
pengolahandengan borehole dan spasial.

90
Langkah-langkah dalam pengolahan data survei GPR dengan
menggunakan software RADAN (RAdar Data ANalyzer) adalah sebagai berikut:
1) Stacking, untuk melihat kedudukan struktur bawah permukaan secara jelas
dengan mendudukan keadaan sinyal yang direkam.
2) Filtering, bertujuan menghilangkan noise background yang tidak diinginkan.
Analisis kecepatan adalah untuk menentukan kecepatan gelombang pada material
bawah permukaan, kemudian mengubah travel time ke kedalaman (Yulius dkk,
2008)
3) Migrasi, prosedur untuk mengubah permukaan yang telah terekam pada posisi
yang benar.
4) Wiggle, prosedur untuk menampilkan daya hantar listrik (elektrokonduktivitas)
dalam pencitraan georadar yang terdiri dari reflektor yang kuat (strong) sampai
lemah (weak) tergantung sifat fisik suatu batuan yang berada di lapisan bawah
permukaan. Proses ini menggambarkan kondisi gelombang didalam stratigrafi
atau suatu tatanan urutan perlapisan batuan berdasarkan sekuen (batas reflektor).
Plot berguna untuk mengidentifikasi kondisi geologi bawah permukaan, seperti
lempung atau cadangan air tanah dangkal.

7.7. Hasil Interprestasi

Pada gambar di bawah merupakan contoh hasil pengukuran GPR dimana


pada gmbar sebelah kiri menunjukan adanya gorong-gorong yang ditunjukan pada
gambar 3D, selain itu warna biru yang terlihat menunjukan air, hijau menunjukan
tanah dan orange menunjukan adanya kandungan metal

91
Contoh hasil pengukuran yang didapatkan

Hasil interpretasi georadar untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.


Perlu didukung dengan analisa gabungan hasil evaluasi monitoring pada lokasi
dan hari pengukuran serta data sekunder maupun uji in-situ.
Metoda georadar merupakan salah satu cara untuk pemetaan kondisi
bawah permukaan, sebelum dilaksanakannya penelitian detail atau bila tidak
tersedia data sekunder. Sehingga kondisi bangunan air yang tidak dilengkapi
dengan instrumentasi monitoring, dapat diketahui kondisi bawah permukaanya.

92
BAB VIII
LOGGING GEOFISIKA

Logging adalah teknik untuk mengambil data-data dari formasi dan


lubang sumur dengan menggunakan instrumen khusus. Pekerjaan yang dapat
dilakukan meliputi pengukuran data-data properti elektrikal (resistivitas dan
konduktivitas pada berbagai frekuensi), data nuklir secara aktif dan pasif, ukuran
lubang sumur, pengambilan sampel fluida formasi, pengukuran tekanan formasi,
pengambilan material formasi (coring) dari dinding sumur, dsb.
Logging dalam pelaksanaannya terdapat dua jenis, yaitu Wireline Log
dan Logging While Drilling. Wireline log sendiri merupakan perekaman dengan
menggunakan kabel setelah pengeboran dilaksanakan dan pipa pengeboran telah
di angkat. Sedangkan Logging-While-Drilling (LWD) adalah pengerjaan logging
yang dilakukan bersamaan pada saat membor. Alatnya dipasang di dekat mata
bor. Data dikirimkan melalui pulsa tekanan lewat lumpur pemboran ke sensor di
permukaan. Setelah diolah lewat serangkaian komputer, hasilnya juga berupa
grafik log di atas kertas. LWD pada dasarnya berguna untuk memberi informasi
formasi (resistivitas, porositas, sonic dan gamma ray) sedini mungkin pada saat
pemboran.
Metode logging geofisika merupakan pengukuran variasi kedalaman
sifat fisik batuan sekitar dengan menggunakan alat pengukuran geofisika
(sonde) pada lubang bor

8.1. Sejarah
Sejarah geofisika log sumur pertama kali adalah merekam log self-
potential (SP) pada tahun 1927 pada sumur di lapangan minyak Pechebronn
Alsace Prancis.
Logging sumur adalah pengukuran dalam lubang sumur menggunakan
instrumen yang ditematkan pada ujung kabel wireline dalam lubang bor. Wireline
terdiri atas outer wire rope dan inner wire group of wires. Kabel luar memberikan
kekuatan untuk menurunkan dan mengangkat instrumen dan kabel dalam berupa
transmisi untuk mengatur peralatan logging dan untukmentelemetrikan data
uphole ke perangkat perekaman di permukaan.
Pada tahun 1980an, teknik baru ditemukan, Logging While Drilling
(LWD), diperkenalkan degan menghasilkan informasi tentang sumur. Pada sensor
yang terletak diujung kabel wireline, sensor terintegrasi dengan drill string dan
pengukuran dilakuka saat pengeboran. Ketika melakukan loging sumur setelah
drill string dikeluarkan dari sumur. LWD mengukur parameter geologi didalam
sumur yang telah dibor. Karena terdapat dua kabel yang terkoneksi dengan
permukaan, data direkam kebawah dan diangkat kembali ketika drill string
dikeluarkan dalam lubang. Subset kecil dari data pengukuran dapat ditransmisikan
ke permukaan real time menggunakan pressure pulses dalam wells mud fluid
colomn. data telemetri dari dalam tanah mempunyai bandwidth yang kecil kurang
dari 100bit per detik, sehingga informasi dapat didapat real time dengan
bandwidth yang kecil.

93
8.2. Metode dan Tinjauan Pustaka
Geophysics Well Logging merupakan suatu metode geofisika yang
mengukur besaran-besaran fisik batuan yang memberikan informasi bawah
permukaan yang meliputi karakteristik litoLogi, ketebalan lapisan, kandungan
fluida, korelasi struktur, dan kontinuitas batuan dari lubang bor (Gordon H.,
2004). Log geofisika yang dipakai pada penelitian ini adalah log gamma ray dan
log densitas. Log gamma ray merupakan log yang merekam kedalaman dari
radioaktivitas alami bumi. Pada sifat radioaktivitas berasal dari peluruhan unsur-
unsur Uranium (U), Thoruium (TH) serta Potasium (K), yang terdapat dalam
batuan. Log densitas memiliki prinsip kerja mengikuti prinsip teori fisika nuklir.
Dimana pada setiap tabrakan sinar gamma akan menyebabkan berkurangnya
energi, log densitas dapat pula mendeterminasi densitas elektro formasi yang
dihubungkan dengan densitas bulk sesungguhnya di dalam gr/cc. Jika dilihat pada
gambar 1 dan gambar 2, batubara memiliki nilai gamma ray dan densitas yang
cukup rendah dibandingkan batuan yang lainnya.
Ellis & Singer (2008) membagi metode yang digunakan untuk
memperoleh data log menjadi dua macam, yaitu:
Wireline Logging
Pada wireline logging, hasil pengukuran akan dikirim ke permukaan
melalui kabel (wire). Wireline log sendiri merupakan perekaman dengan
menggunakan kabel setelah pengeboran dilaksanakan dan pipa pengeboran telah
di angkat.
Logging While Drilling
Logging-While-Drilling (LWD) adalah pengerjaan logging yang
dilakukan bersamaan pada saat membor. Alatnya dipasang di dekat mata bor. Data
dikirimkan melalui pulsa tekanan lewat lumpur pemboran ke sensor di
permukaan. Setelah diolah lewat serangkaian komputer, hasilnya juga berupa
grafik log di atas kertas. LWD pada dasarnya berguna untuk memberi informasi
formasi (resistivitas, porositas, sonic dan gamma ray) sedini mungkin pada saat
pemboran.

Macam-macam Log
Log listrik
Log listrik merupakan suatu plot antara sifat-sifat listrik lapisan
yangditembus lubang bor dengan kedalaman. Sifat-sifat ini diukur dengan
berbagaivariasi konfigurasi elektrode yang diturunkan ke dalam lubang bor.
ntuk batuanyang pori-porinya terisi mineral-mineral air asin atau clay maka
akanmenghantarkan listrik dan mempunyai resistivity yang rendah
dibandingkandengan pori-pori yang terisi minyak, gas maupun air ta!ar. "leh
karena itulumpur pemboran yang banyak mengandung garam akan bersifat
konduktif dansebaliknya
Log SP

94
Kurva spontaneous potensial (S1) merupakan hasil pencatatan alat
logging karena adanya perbedaan potensial antara elektroda yang bergerak dalam
lubangsumur dengan elektroda tetap di permukaan terhadap kedalaman lubang
sumur. Spontaneous potensial ini merupakan sirkuit sederhana yang terdiri
daridua buah elektroda dan sebuah galvanometer. Sebuah elektroda (9)
diturunkankedalam lubang sumur dan elektroda yang lain (:) ditanamkan di
permukaan.
Resistivity log
Resistivity log adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan batuan
formasi beserta isinya, yang mana tahanan ini tergantung pada porositas
efektif,salinitas air formasi, dan banyaknya hidrokarbon dalam pori-pori batuan.
Log radioaktif
Log radioaktif dapat digunakan pada sumur yang dicasing (cased
hole)maupun yang tidak dicasing (open hole). 8euntungan dari log radioaktif
inidibandingkan dengan log listrik adalah tidak banyak dipengaruhi oleh
keadaanlubang bor dan jenis lumpur. ;ari tujuan pengukuran, Log %adioaktif
dapatdibedakan menjadi$ alat pengukur lithologi seperti amma %ay Log, alat
pengukur porositas seperti :eutron Log dan ;ensity Log. asil pengukuran alat
porositas dapat digunakan pula untuk mengidentifikasi lithologi dengan hasil
yangmemadai.
Gamma Ray Log
Prinsip pengukurannya adalah mendeteksi arus yang ditimbulkan
olehionisasi yang terjadi karena adanya interaksi sinar gamma dari formasi
dengan gasideal yang terdapat didalam kamar ionisasi yang ditempatkan pada
sonde. Besarnya arus yang diberikan sebanding dengan intensitas sinar gamma
yang bersangkutan.
Neutron Log
Neutron Log direncanakan untuk menentukan porositas total batuan
tanpamelihat atau memandang apakah pori-pori diisi oleh hidrokarbon maupun air
formasi. :eutron terdapat didalam inti elemen, kecuali hidrokarbon.
:eutronmerupakan partikel netral yang mempunyai massa sama dengan atom
hidrogen.

Log Density
Dujuan utama dari density log adalah menentukan porositas
denganmengukur density bulk batuan, disamping itu dapat juga digunakan untuk
mendeteksi adanya hidrokarbon atau air, digunakan besama-sama dengan
neutronlog, juga menentukan densitas hidrokarbon (O h ) dan membantu didalam
evaluasilapisan shaly.

Soni/ Log
Log ini merupakan jenis log yang digunakan untuk mengukur
porositas,selain density log dan neutron log dengan cara mengukur interval
transite time(Pt), yaitu !aktu yang dibutuhkan oleh gelombang suara untuk
merambat didalam batuan formasi sejauh * ft. 1eralatan sonic log menggunakan

95
sebuah transmitter (pemancar gelombang suara) dan dua buah receiver
(penerima). >arak antar keduanya adalah * ft

Capiler Log
Caliper log merupakan suatu kurva yang memberikan gambaran
kondisi(diameter) dan lithologi terhadap kedalaman lubang bor. 1eralatan dasar
caliper log ntuk menyesuaikan dengan kondisi lubang bor, peralatan caliper log
dilengkapi dengan pegas yang dapat mengembangsecara fleksibel. ujung paling
ba!ah dari pegas tersebut dihubungkan dengan rod.1osisi rod ini tergantung pada
kompresi dari spring dan ukuran lubang bor.

8.3. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan dan Kekurangan logging dengan metode wireline logging
Darling (2005) menyebutkan sejumlah kelebihan wireline logging sebagai berikut:
1. Mampu melakukan pengukuran terhadap kedalaman logging secara
otomatis
2. Kecepatan transmisi datanya lebih cepat daripada LWD, mampu mencapai
3 Mb/detik.
Wireline logging juga mempunyai sejumlah kekurangan (Darling,2005) yaitu:
1. Sulit digunakan pada horizontal & high deviated well karena
menggunakan kabel
2. Informasi yang didapat bukan merupakan real-time data

Kelebihan dan Kekurangan logging dengan metode while drilling

Menurut Darling (2005), alat LWD mempunyai sejumlah keunggulan


dibandingkan dengan wireline logging yaitu:
1. Data yang didapat berupa real-time information
2. Informasi tersebut dibutuhkan untuk membuat keputusan penting selama
pemboran dilakukan seperti menentukan arah dari mata bor atau mengatur
casing.
3. Informasi yang didapat tersimpan lebih aman
4. Hal ini karena informasi tersebut disimpan di dalam sebuah memori
khusus yang tetap dapat tetap diakses walaupun terjadi gangguan pada
sumur.
5. Dapat digunakan untuk melintas lintasan yang sulit
6. LWD tidak menggunakan kabel sehingga dapat digunakan untuk
menempuh lintasan yang sulit dijangkau oleh wireline logging seperti pada
sumur horizontal atau sumur bercabang banyak (high deviated well).
7. Menyediakan data awal apabila terjadi hole washing-out atau invasi

Data LWD dapat disimpan dengan menggunakan memori yang ada pada alat dan
baru dilepas ketika telah sampai ke permukaan atau ditransmisikan sebagai pulsa
pada mud column secara real-time pada saat pemboran berlangsung
(Harsono,1997). Berkaitan dengan hal tersebut terdapat Darling (2005)

96
menyebutkan sejumlah kelemahan dari LWD yang membuat penggunaannya
menjadi terbatas yaitu:
1. Mode pemboran: Data hanya bisa ditransmisikan apabila ada lumpur yang
dipompa melewati drillstring.
2. Daya tahan baterai: tergantung pada alat yang digunakan pada string,
biasanya hanya dapat bekerja antara 40-90 jam
3. Ukuran memori: Sebagian besar LWD mempunyai ukuran memori yang
terbatas hingga beberapa megabit. Apabila memorinya penuh maka data
akan mulai direkam di atas data yang sudah ada sebelumnya. Berdasarkan
sejumlah parameter yang direkam, memori tersebut penuh antara 20-120
jam
4. Kesalahan alat: Hal ini bisa menyebabkan data tidak dapat direkam atau
data tidak dapat ditransmisikan.
5. Kecepatan data: Data ditransmisikan tanpa kabel, hal ini membuat
kecepatannya menjadi sangat lambat yaitu berkisar antara 0,5-12 bit/s jauh
dibawah wireline logging yang bisa mencapai 3 Mb/s.

8.4. Alat atau Instrumen


Drilling string atau sering disebut rangkaian pemboran adalah
serangkaian peralatan yang disususn sedemikian rupa, sehingga merupakan batang
bor, seluruh peralatan ini mempunyai lubang dibagian dalamnya yang
memungkinkan untuk melakukan sirkulasi fluida atau mud. Bagian ujung
terbawah dari rangkaian pemboran adalah pahat bor atau bit yang gunanya untuk
mengorek atau menggerus batuan, sehingga lubang bor bertambah dalam.
Diatas pahat bor disambung dengan beberapa buah drill colar, yaitu pipa
penyambung terdalam susunan rangkaian pemboran, untuk memungkinkan
pencapain kedalaman tertentu, makin dalam lubang bor makin banyak jumlah drill
pipe yang dibutuhkan. Diatas drill pipe disambung dengan pipa kelly, yang
bertugas meneruskan gerakan dari rotary table untuk memutar seluruh rangkaian
pemboran. Diatas kelly disambung dengan swivel yaitu sebuah alat yang
berfungsi sebagai tempat perpindahan gerakan putar dan gerakan diam dari
system sirkulasi , fluida pemboran melalui pipa bertekanan tinggi, bagian atas dari
kelly ada bail untuk dikaitkan ke HOOk supaya memungkinkan turun seluruh
rangkaian pemboran.
Peralatan – peralatan lain yang melengkapi susunan rangkaian pemboran :
1. Bit sub adalah sub penyambung antara pahat dengan drill colar
2. Float sub adalah sub penyambung yang dipsang bit sub dan drill colar,
berfungsi untuk menutup semburan /tekanan formasi kedalam
rangkaian pemboran secara otomatis.
3. Stabilizer adalah alat yang dipasang pada susun drill colar, yang
berfungsi untuk menstabilkan arah lubang bor dan mengurangi
kemungkinan terjepitnya rangkaian pemboran yang diakibatkan oleh
diferensial pressure.
4. Kelly saver sub, adalah alat yang dipasang dibagian ujung bawah kelly,
berfungsi untuk melindungi ulir kelly agar tidak cepat rusak.

97
5. Lower kelly cock adalah alat yang dipasang antara kelly dan kelly saver
sub, befungsi untuk alat penutup semburan /tekanan dari dalam pipa
pada saat posisi kelly diatas Rotary Table.
6. Upper Kely cock adalah alat yang dipasang diantara kelly dan swivel,
berfunsi untuk menutup semburan/tekanan dari dalam pipa saat kelly
down.

8.5. Cara Pengambilan Data


Pengambilan data dengan metode wireline logging
Untuk menjalankan wireline logging, lubang bor harus dibersihkan dan
distabilkan terlebih dahulu sebelum peralatan logging dipasang (Bateman,1985).
Hal yang pertama kali dilakukan adalah mengulurkan kabel ke dalam lubang bor
hingga kedalaman maksimum lubang bor tersebut (Bateman,1985). Sebagian
besar log bekerja ketika kabel tersebut ditarik dari bawah ke atas lubang bor.
Kabel tersebut berfungsi sebagai transmiter data sekaligus sebagai penjaga agar
alat logging berada pada posisi yang diinginkan (Bateman,1985). Bagian luar
kabel tersusun atas galvanized steel sedangkan bagian dalamnya diisi oleh
konduktor listrik (Ellis & Singer,2008). Kabel tersebut digulung dengan
menggunakan motorized drum yang digerakkan secara manual selama logging
berlangsung (Ellis & Singer,2008). Drum tersebut menggulung kabel dengan
kecepatan antara 300 m/jam (1000 ft/jam) hingga 1800 m/jam (6000 ft/jam)
tergantung pada jenis alat yang digunakan (Ellis & Singer,2008). Kabel logging
mempunyai penanda kedalaman (misalnya tiap 25 m) yang dicek secara mekanik
namun koreksi kedalaman harus dilakukan akibat tegangan kabel dan pengaruh
listrik (Bateman,1985).
Biaya sewa rig yang mahal dan logging pada sumur bor yang harus
dilakukan dengan seketika membuat alat logging modern saat ini dirancang agar
bisa menjalankan beberapa fungsi sekaligus. Rangkaian triple-combo yang
dimiliki oleh Schlumberger misalnya dapat mengukur resistivitas, densitas,
mikroresistivitas, neutron, dan gamma ray sekaligus (Harsono,1997). Apabila
rangkaian tersebut ditambahi dengan alat Sonik maka rangkaian yang dihasilkan

98
disebut rangkaian super-combo (Harsono,1997). Kedua rangkaian tersebut mampu
bekerja dengan kecepatan 1800 ft/jam (Harsono,1997).
Data yang didapat melalui berbagai alat logging yang berbeda tersebut
kemudian diolah oleh CSU (Cyber service unit). CSU merupakan sistem logging
komputer terpadu di lapangan yang dibuat untuk kepentingan logging dengan
menggunakan program komputer yang dinamakan cyberpack (Harsono,1997).
Sistem komputer CSU merekam, memproses dan menyimpan data logging dalam
bentuk digital dengan format LIS (Log Information Standard), DLIS (Digital Log-
Interchange Standard) atau ACSII (Harsono,1997). CSU juga berfungsi
menampilkan data log dalam bentuk grafik (Harsono,1997).
Sistem komputer terbaru yang digunakan oleh Schlumberger adalah
MAXIS (Multiasking Acquisition and Imaging System). Sistem ini mampu
mentransmisikan data lebih cepat dari sistem CSU. Tidak seperti sistem logging
lainnya, sistem MAXIS mempunyai kemampuan menampilkan gambar atau citra
berwarna dari data-data yang diukur dengan alat-alat logging generasi baru
(Harsono,1997). Gambar atau citra data ini mempermudah karakterisasi reservoar
dan interpretasi data di lapangan.

Pengambilan data dengan metode wireline logging


Pada LWD, pengukuran dilakukan secara real time oleh measurement
while drilling (Harsono,1997). Alat LWD terdiri dari tiga bagian yaitu: sensor
logging bawah lubang bor, sebuah sistem transmisi data, dan sebuah penghubung
permukaan . Sensor logging ditempatkan di belakang drill bit, tepatnya pada drill
collars (lengan yang berfungsi memperkuat drill string) dan aktif selama
pemboran dilakukan (Bateman,1985). Sinyal kemudian dikirim ke permukaan
dalam format digital melalui pulse telemetry melewati lumpur pemboran dan
kemudian ditangkap oleh receiver yang ada di permukaan (Harsono,1997). Sinyal
tersebut lalu dikonversi dan log tetap bergerak dengan pelan selama proses
pemboran. Logging berlangsung sangat lama sesudah pemboran dari beberapa
menit hingga beberapa jam tergantung pada kecepatan pemboran dan jarak antara
bit dengan sensor di bawah lubang bor (Harsono,1997).
Layanan yang saat ini disediakan oleh perusahaan penyedia jasa LWD
meliputi gamma ray, resistivity, densitas, neutron, survei lanjutan (misalnya
sonik). Tipe log tersebut sama (tapi tidak identik) dengan log sejenis yang
digunakan pada wireline logging. Secara umum, log LWD dapat digunakan sama
baiknya dengan log wireline logging dan dapat diinterpretasikan dengan cara yang
sama pula (Darling,2005). Meskipun demikian, karakteristik pembacaan dan
kualitas data kedua log tersebut sedikit berbeda.

8.6. Metode Pengolahan Data dan Softwarenya


Salah satu tahap pengolahan data bor yaitu membuat log litologinya, salah satu
software yang bisa digunakan ialah LogPlot keluaran Rockware.
Tahapan dalam membuat data LogPlot adalah:
1. Membuat design dan Export design kedalam excel untuk menyalin data
lapangan.
2. Merubah data pada Excel untuk menjadi data pada Log Plot.

99
3. Merubah data menjadi profile lubang bor.

1. Membuat Design

Membuat design pada LogPlot disesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah


data yang ada. Ketika membuka program LogPlot maka layar Design
(FileàNewàLogDesign) maka layar akan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu Header,
Log body, dan Footer.

Header/Footer, Log Body.

Header dan Footer merupakan judul atau legenda dari Log Body, untuk
membuat header/footer dapat menggunakan kolom pada sebelah kiri seperti yang
ditunjuk oleh garis merah pada gambar dan untuk membuat Log Body dapat
menggunakan kolom Log Body seperti yang ditunjuk pada gambar.
Dengan menggunakan kolom tersebut kita bisa membuat design sesuai
dengan kebutuhan, sebagai contoh saya akan membuat design untuk hasil Coring
bor Geotek. Biasanya dibuat dahulu pada bagian Log Body dan kemudian dibuat
Header dan Footernya.

100
Log Body untuk Bor Geotek.

Saya membuat design sesuai dengan ketersediaan data pada lapangan


masing masing kolom pada log body tersebut dibuat dari tabel log body pada
sebelah kiri, bisa dilihat pada gambar dimana garis merah mengarah pada output
dan input pada log body. Untuk setting dan konfigurasi pada masing masing tabel
dapat diatur saat membuat atau setelah membuat tabel.
Tahap selanjutnya adalah membuat header/footer berdasarkan log body contohnya
dapat dilihat pada gambar berikut

Header and Footer untuk Bor Geotek.

Header dibuat berdasarkan log body, dimana header menjadi judul atau
legenda. masing masing kolom pada header tersebut dibuat dari tabel header pada
sebelah kiri, bisa dilihat pada gambar dimana garis merah mengarah pada output
dan input pada headerkemudian Design di save dengan tipe *.ldfx dan Data di
export menjadi Excel bila ingin di edit dari excel.

101
2. Merubah data pada Excel untuk menjadi data pada Log Plot.

Langkah pertama dengan Membuka Design yang sudah dibuat, kemudian


data excel tersebut dimasukkan ke dalam Data Editor Window melalui menu File /
Import / Excel dengan catatan Data Editor Window dalam keadaan aktif.

3.Merubah data menjadi profile lubang bor.

Sebelum melakukan kompilasi, terlebih dahulu melakukan setup page melalui


menu File / Setup atau shortcut dan setup log option melalui menu Option / Log
Setting.

Setup Page, Paper, dan Printer

Setup Log Option

102
Setup Page Setting

Setelah log option disetting, dilakukan kompilasi melalui menu Log /


Compile a Log.Kemudian akan muncul box top – bottom setting, dimana kita
menetapkan skala yang akan digunakan.

Hasil kompilasi data file akan muncul dalam Log View Window dan
hasilnya dapat diekspor ke dalam bentuk picture file (emf, wmf, png, bmp, jpg,
tiff) melalui menu File / Export.

103
Contoh hasil pembuatan tabel log litologi hasil loging geofisika meggunakan
software log plot

104
8.7. Hasil Interprestasi
Interpretasi didefenisikan sebagai suatu kegiatan untuk menjelaskan arti
dari sesuatu. Sedangkan interpretasi log merupakan suatu kegiatan untuk
menjelaskan hasi perekaman mengenai berat jenis elektron. Interpretasi log dapat
menyediakan jawaban mengenai ketebalan lapisan batubara, kedalamannya,
korelasi lapisan batubara, jenis batuan roof (20 cm di atas lapisan batubara), jenis
floor (20 cm di bawah lapisan batubara), mengetahui kondisilubang bor dan
sebagainya. Log gamma digunakan bersamaan dengan log densitas yang
merupakan log geofisika yang utama dalam eksplorasi

Interpretasi litologi ini dilakukan dengan melakukan analisa kurva Log


Gamma Ray dan Log densitas yang dihasilkan dari respon batuan pada lubang bor
yang dikorelasikan terhadap poto hasil coring pada core box masing-masing
sumur. Interpretasi litologi mengacu pada nilai Log Gamma Ray, dan poto coring
sebagai pembanding hasil interpretasi. Hal ini dilakukan karena batuan hasil
coring biasanya terdapat beberapa bagian yang hilang dan mempengaruhi hasil
interpretasi yang didapatkan. Sedangkan menggunakan gamma ray terbilang
cukup mampu untuk mendeteksi perbedaan litologi pada lubang bor tersbut dan
merupakan respon alami dari batuan itu sendiri. Interpetasi dilakukan dengan
menggunakan software WellCAD 4.3. Data log yang ditampilkan di software
WellCAD kemudian dilakukan interpretasi litologi. Dari hasil interpretasi yang
dilakukan pada kedua sumur tersebut, di dapatkan satuan litologi dominan
sandstone, claystone, siltstone, dan coal. Adapun target utama pada penelitian ini
yaitu coal, di identifikasi dengan nilai gamma ray yang rendah dan nilai densitas
yang rendah. Masing-masing litologi batubara kemudian nilai densitasnya di rata-
rata kan dan dilakukan regresi linier terhadap nilai kualitas batubara hasil uji di
laboratorium (nilai kalori).

105
DAFTAR PUSTAKA

Adang, S. 2014. Pemetaan Kondisi Bawah Permukaan dengan Metode


Geofisika (Studi Kasus: Bendung Pasarbaru, Tangerang) Jurnal
Pemetaan Kondisi Bawah Permukaan Dengan metode Geofisika

Budi, W. 2017. Penggunaan metode resistivity dalam pemantauan tanah urugan.


Jurnal forum teknologi. Vol.7 no 1

Fanny, S. Metode geofisika seismic refraksi. Diakses pada 21 November 2022


Pukul 19.50 WITA. https://adoc.pub/bab-ii-seismik-refraksi.html

Hartantyo. 2018. Metode Geomagnetik. Diakses pada 21 November 2022


Pukul 12.35 WITA https://datageoscience.mipa.ugm.ac.id/teori/catatan-
metode-geomagnetik/

Sukri, M. 2020. Dasar Metode Geolistrik. Universitas Syiah Kuala : Syiah Kuala
University Press

T, Milenia. Interpretasi Data Logging Geofisika dan Hubungannya Terhadap Nilai


Kalori Batubara di Daerah Tambang Banko Barat PIT 1 PT. Bukit Asam
TBK. Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Prosiding TPT XXIX
PERHAPIPROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020.

106

Anda mungkin juga menyukai