UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
TUGAS
OLEH :
GOWA
KATA PENGANTAR
2022
1
DAFTAR ISI
Halama Judul
Daftar Isi..............................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
GEOLISTRIK
2.1. Sejarah
Sejarah perkembangan eksplorasi geolistrik merupakan perkembangan
yang paling unik dari seluruh geofisika eksplorasi. Unik karena dalam
perkembangannya metoda ini terbagi - bagi dalam beberapa mazhab (school),
padahal sumber dasar teori sama. Perbedaan tersebut terletak pada :
1. Tata cara kerja ( konfigurasi elektroda, interpretasi).
2. Alat yang digunakan, sebetulnya tiap alat dapat digunakan untuk mazhab
apapun, akan tetapi perbedaan konfigurasi elektroda yang dipakai
mempengaruhi daya penetrasi alat.
3. Data prossessing.
4
5. Perkembangan sedikit berbeda setelah Conrad Schlumberger dan R.C.
Welldimana geolistrik berkembang di dua benua, dengan cara dan sejarah
yang berbeda. Akan tetapi di ujung perkembangan tersebut kedua mazhab
ini bertemu lagi, terutama dalam menggunakan konsep matematika yang
sama yang diterapkan pada teori interpretasi masing-masing.
6. Perkembangan pengolahan data nilai tahanan jenis pada abad ke 20 yaitu
dengan dibuatnya kurva baku dan kurva tambahan oleh Orellana E. dan
Mooney H.M.,1966, Bhattacharya P.K. dan Patra H.P., 1968,
Rijkkswaterstaat, The Netherland, 1975, Zohdy, A.A.R.,1975.
7. Perkembangan dalam penafsiran lengkungan tahanan jenis dengan
pembuatan perangkat lunak dari melakukan “matching curve” sampai
perangkat lunak VESPC, RESINT 53, GRIVEL, RESIX dan IP2Win
2.2. Metode
5
dan beda potensial listrik dapat diperoleh variasi harga resistivitas listrik pada
lapisan di bawah titik ukur.
Metode kelistrikan resistivitas dilakukan dengan cara menginjeksikan
arus listrik dengan frekuensi rendah ke permukaan bumi yang kemudian diukur
beda potensial diantara dua buah elektrode potensial. Pada keadaan tertentu,
pengukuran bawah permukaan dengan arus yang tetap akan diperoleh suatu
variasi beda tegangan yang berakibat akan terdapat variasi resistansi yang akan
membawa suatu informasi tentang struktur dan material yang dilewatinya. Prinsip
ini sama halnya dengan menganggap bahwa material bumi memiliki sifat resistif
atau seperti perilaku resistor, dimana material-materialnya memiliki derajat yang
berbeda dalam menghantarkan arus listrik.
1. Metoda Schlumberger
Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya,
sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan
kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar maka jarak MN
hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5
jarak AB.
Metoda Schlumberger
2. Metoda Wenner
Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan
tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar
karena elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda AB. Disini bisa
digunakan alat ukur multimeter dengan impedansi yang relatif lebih kecil.
Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan
di dekat permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan.
3. Metoda Dipole Sounding
Pada konfigurasi Pole-pole, hanya digunakan satu elektrode untuk arus dan
satu elektrode untuk potensial. Sedangkan elektrode yang lain ditempatkan
pada sekitar lokasi penelitian dengan jarak minimum 20 kali spasi
terpanjang C1-P1 terhadap lintasan pengukuran. Sedangkan untuk
konfigurasi Pole-dipole digunakan satu elektrode arus dan dua elektrode
potensial. Untuk elektrode arus C2 ditempatkan pada sekitar lokasi
6
penelitian dengan jarak minimum 5 kali spasi terpanjang C1-P1. Pada
konfigurasi Dipole-dipole, dua elektrode arus dan dua elektrode potensial
ditempatkan terpisah dengan jarak na, sedangkan spasi masing-masing
elektrode a. Pengukuran dilakukan dengan memindahkan elektrode
potensial pada suatu penampang dengan elektrode arus tetap, kemudian
pemindahan elektrode arus pada spasi n berikutnya diikuti oleh pemindahan
elektrode potensial sepanjang lintasan seterusnya hingga pengukuran
elektrode arus pada titik terakhir di lintasan itu.
7
frekunsi berbanding terbalik dengan waktu. maka perbedaan respon tegangan
dengan pemberian arus listrik dengan frekuensi yang berbeda juga mencerminkan
sifat polarisasi suatu bahan tertentu.ini merupakan dasar dalam pengukuran
frekuensi (sumner, 1976).
8
mempunyai sifat homogen isotropis. Dalam kondisi yang sesungguhnya, tanah
bersifat tidak homogen karena bumi terdiri atas lapisan – lapisan dengan p yang
berbeda beda, sehingga nilai resistivitas yang kita peroleh merupakan nilai
resistivitas yang mewakili nilai resistivitas seluruh lapisan yang terlalui oleh garis
ekipotensial. Metode resistivitas ini sering dimanfaatkan dalam dunia eksplorasi
untuk beberapa keperluan antara lain untuk pencarian reservoir geothermal dan
ekplorasi air tanah.
Kelebihan
1. Harga peralatan murah
2. Tidak efektif untuk pemakaian di kawasan karst
3. Biaya survei relatif murah
4. Waktu yang dibutuhkan relatif cepat, bisa mendapatkan 4 titik dalam
sehari
Kekurangan
1. Untuk mendeteksi air tidak bisa diketahui berapa jumlah volume pasti air
tersebut
2. Peralatan relatif kecil dan ringan
3. Tidak bisa membedakan air mengalir dan yang statis
4. Tidak bisa menjangkau wilayah yang dalam karena jankauannya berkisar
1000-1500 kaki dibawah permukaan bumi
5. pembacaan tegangan pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika
jarak AB yang relatif jauh
➢ Konfigurasi Wenner
Kelebihan dan Kekurangannya:
1. Ketelitian pembacaan nilai tegangan pada elektroda MN lebih baik
dengan angka yang relatif besar.
2. Tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan didekat permukaan, yang
bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan.
3. Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan
tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif
besar karena elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda AB.
4. tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan di dekat permukaan yang
bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan.
➢ Konfigurasi Schlumberger
Kelebihan dan Kekurangannya:
1. Mampu mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada
permukaan.
9
2. Pembacaan tegangan pada elektroda MN, lebih kecil, terutama ketika
jarak AB jauh
3. diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai karakteristik ‘high
impedance’ dengan akurasi tinggi
➢ Konfigurasi Dipole
Kelebihan dan Kekurangannya:
1. Kemampuan penetrasi yang lebih dalam sehingga mampu medeteksi
batuan lebih dalam.
2. Tidak praktis dibandingkan konfigurasi Wenner atau Schlumberger.
1. Mini Sting, Alat yang menginjeksikan arus ke dalam bumi dan mengukur
respon yangdiberikan dari dalam bumi
2. Aki, Sumber tenaga untuk alat Mini Sting
3. Elektroda, Sebuah tongkat besi yang ditancapkan ke bumi, untuk
mengukur bedapotensial atau menginjeksikan arus dari Mini Sting
4. Kabel, Sebagai konduktor yang menghantarkan arus ke elektroda
5. Switch Box, Kotak yang menghubungkan tiap Elektroda dengan Mini
Sting, karenasetiap elektroda sudah terhubung dengan kabel yang
dicolokkan ke Switch Box, makauntuk melakukan pengukuran dengan
jarak elektroda yang berbeda, kita hanya perlumemindahkan urutan kabel
yang di colok ke Switch Box
6. Meteran, Sebagai alat ukur untuk jarak dari elektroda
7. GPS, Untuk mengetahui posisi dan elevasi tiap elektroda
8. Lakban, Untuk menempelkan kabel ke elektroda supaya lebih kuat dan
tidak mudahlepas
10
Alat geolistrik :
Multi channel
11
Supported Methods : Wenner Alpha/Beta/Gama, Wenner Schlumberger, Dipole-
dipole, Pole-Dipole, Pole-Pole, MGM, Equatorial Dipole-dipole.
Panjang Kabel : Spasi 5 Meter 48 Channel (Total Panjang 240m), Spasi 10 Meter
48 Channel (Total Panjang 480m), Spasi 15 Meter 48 Channel (Total Panjang
720m)
Single channel
1. Lateral Mapping
Akuisisi data metode resistivity yang dilakukan ini menggunakan metode
dua dimensi (lateral mapping) dimana tujuannya adalah mengetahui penyebaran
variasi tahanan jenis tanah secara lateral. Pada lateral mapping cara ini digunakan
untuk mengetahui kecenderungan harga resistivitas di suatu areal tertentu. Setiap
titik target akan dilalui beberapa titik pengukuran. Ilustrasinya ditunjukkan pada
gambar 4.
12
Gambar 4. Teknik akuisisi Lateral mapping
2. Vertical Sounding
Cara ini digunakan untuk mengetahui distribusi harga resistor di bawah
suatu titik sounding di permukaan bumi. Cara ini sering disebut sounding 1-D
sebab resolusi yang dihasilkan hanya bersifat vertical. Ilustrasi ditujukkan oleh
gambar 5.
13
Nilai ( apparent resistivity ) dapat diperoleh dengan menggunakan hubungan :
Dengan adalah beda potensial antara titik M dan N, I adalah arus, dan K adalah
faktor konfigurasi yang bernilai :
14
Gambar 2. Skema konfigurasi Wenner
Konfigurasi Wenner digunakan pada jarak yang sama antara elektroda.
Dalam konfigurasi ini AM = MN = NB. Pada konfigurasi ini persamaan
relativitasnya menjadi
Dengan Kw = 2Πa
Pada konfigurasi ini, jarak antar elektroda a harus seragam untuk setiap
pengukuran. Bila jarak elektroda AB 12 m, maka jarak elektroda MN 4 m dan
demikian seterusnya. Sedangkan menurut referensi yang diperoleh konfigurasi
Wenner-Schlumberger adalah konfigurasi dengan sistem aturan spasi yang
konstan dengan catatan faktor “n” untuk konfigurasi ini adalah perbandingan jarak
antara elektroda C1-P1 (atau C2-P2) dengan spasi antara P1-P2 seperti pada
Gambar 3. Jika jarak antar elektroda potensial (P1 dan P2 adalah a maka jarak
antar elektroda arus(C1 dan C2) adalah 2na + a. Proses penentuan resistivitas
menggunakan 4 buah elektroda yang diletakkan dalam sebuah garis lurus (Sakka,
2001).
15
Lalu setelah memasukkan seluruh data Apparent Resistivity, barulah
pada line berikutnyakita memasukkan data topography yang mana nantinya akan
mempengaruhi bentukpenampang bawah permukaan dan juga midpoint dari array
dan memengaruhi hasil inversinantinya
16
Catatan : Notepad di save dengan extensi file .DAT
Semua data tiap line dimasukkan kedalam notepad dalam extensi *.dat barulahkita akan
memprosesnya lebih lanjut dengan software RES2DINV, dimana software tersebutdapat
melakukan proses inversi kepada data apparent resistivity menjadi true resistivity
untukmembantu kita dalam melakukan intepretasi daerah tersebut dalam bentuk
penampang bawahpermukaan.Berikut ini merupakan langkah-langkah processing dengan
menggunakan RES2DINVuntuk membuat penampang resitivity batuan dibawah
permukaan berdasarkan sifatkelistrikan batuan:
1. Input data
Langkah pertama adalah kita mengimport data kita untuk diolah di program
RES2DINVdengan cara;Klik File > Read Data File > line-1.dat
17
Tampilan RES2DINV saat berhasil membuka data
2. Inversi
Proses inversi dengan metode Least Square Inversion ini kita iterasi berkali-kali
sampaimendapatkan hasil yang memiliki error paling kecil. Supaya didapatkan
penampang bawahpermukaan yang paling mendekati aslinya. Langkahnya adalah:Klik
Inversion > Least-square inversion
1. Gambar pertama adalah gambar dari hasil model dari data yang terukur pada
lapangan,sedangkan
18
2. Gambar kedua merupakan gambar hasil dari model yang dibuat oleh
softwaredengan perhitungan untuk mendekati gambar pertama.
3. Gambar ketiga adalah hasil inversidari gambar yang kedua, error adalah
perbedaan dari gambar pertama dengan gambar kedua,semakin kecil errornya
maka semakin kita mendekati model bawah permukaan yangsebenarnya
Kiri pada titik-titik datum yang tidak berada pada garis tengah dan tidak segaris
dengandata-data yang lain untuk menghilangkan data yang jelek, karena secara teori data
padakedalaman vertical yang sama tapi pada jarak horizontal yang berbeda seharusnya
apparentresistivitynya tidak memiliki nilai yang jauh berbeda kecuali ada kondisi geologi
ekstrimseperti adanya intrusi.
Lalu setelah itu diinversi lagi, maka akan mendapatkan error yang lebih kecil
19
Tampilan hasil include topography pada hasil inversi RES2DIN
20
didapatkan dari hasil pencocokan kurva sebelumnya. Proses diulang terus hingga
didapatkan kesesuaian antara data dari model dengan data dari lapangan. Sehingga
akhirnya parameter-parameter, data lapangan, data hasil kalkulasi, dan juga kurva
teoritis menghasilkan penampang geolistrik yang dapat digunakan untuk sebagai
penunjuk penampang geologi.
21
BAB III
GEOMAGNET
3.1. Sejarah
Sejarah perkembangan Metode Magnetik telah dikenal sekitar 400 tahun
yang lalu. Orang yang pertama kali melakukan penelitian magnetisasi bumi secara
ilmiah adalah Sir William Gilbert (1540 – 1603). Gilbert adalah orang yang
pertama kali melihat bahwa medan magnet bumi ekivalen dengan arah utara –
selatan sumbu rotasi bumi. Gilbert pada bukunya yaitu de Magnete menjelaskan
bahwa medan magnet bumi kira- kira setara dengan magnet permanen yang
terletak diarah north-south deket dengan sumbu rotasi bumi. Karl Frederick
Gauss (1830-1842) melakukan studi lebih lanjut tentang medan magnet bumi
.K.F. Gauss menyimpulkan dari analisis matematika bahwa medan magnet
merupakan disebabkan sumber dari dalam bumi, dibandingkan dari luar bumi.
Gauss juga mencatat kemungkinan rotasi bumi itu disebabkan sumbu dipole
yang paling berperan pada medan terletak tidak jauh dengan sumbu rotasi
bumi. Penemuan Gilbert kemudian diperdalam oleh Van Wrede (1843) untuk
melokalisir endapan bijih besi dengan mengukur variasi magnet di permukaan
bumi. Hasil penelitiannya kemudian dibukukan oleh Thalen (1879) dengan judul
:” The Examination Of Iron Ore Deposite By Magnetic Measurement” yang
kemudian menjadi pionir bagi pengukuran magnetisasi bumi (Geomagnet)
Metode magnet adalah salah satu metode geofisika yang digunakan untuk
menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat kemagnetan
batuan yang diidentifikasikan oleh kerentanan magnet batuan. Metode ini
didasarkan pada pengukuran variasi intensitas magnetik di permukaan bumi yang
22
disebabkan adanya variasi distribusi (anomali) benda termagnetisasi di bawah
permukaan bumi.
Metode Geomagnetik
23
Gaya magnetik adalah gaya tarik menarik atau tolak menolak pada
dua muatan magnetik. Charles Augustin de Coulomb pada tahun 1785
menyatakan bahwa gaya magnetik berbanding terbalik terhadap kuadrat
jarak antara dua muatan magnetik, yang persamaannya mirip seperti
hukum gaya gravitasi Newton. Dengan demikian, apabila dua buah kutub
P1 dan P2 dari monopole magnetik yang berlainan terpisah pada jarak r .
Dasar dari metode magnetik adalah gaya Coulomb yang dapat
dirumsukan sebagai berikut :
m1m2
F= r (dyne)
o r 2
Dimana :
F = gaya Coulumb dalam Newton
m1 dan m2 = kuat kutub magnet dalam ampere meter
r = jarak kedua kutub (meter)
μo = permeabilitas medium (dalam udara / hampa harganya 4
F m
H= = 2 r1 (oersted)
m' r
3. Momen Magnetik
M = p r1 = Mr1
dengan M adalah vektor dalam arah unit vektor r1 dari kutub negatif ke kutub
positif.
24
4. Intensitas Kemagnetan
Bila suatu tubuh magnetik terletak dalam suatu medan magnetik eksternal .
Suatu benda magnet yang terletak di dalam medan magnet luar menjadi
termagnetisasi karena induksi. Intensitas magnetisasi itu berbanding lurus
dengan kuat medan dan arahnya searah dengan medan tersebut. Intensitas
magnetisasi didefinisikan sebagai magnet per satuan volume, yaitu :
I = M /V
5. Induksi Magnetik
Bila benda magnetik diletakkan dalam medan magnet luar H, kutub-
kutub internalnya akan menyearahkan diri dengan H dan terbentuk suatu
medan magnet baru yang besarnya adalah :
H ' = 4 pkH
B = mr H
6. Potensial Magnetostatik
Potensial magnetostatik didefenisikan sebagai tenaga yang diperlukan
untuk memindahkan satu satuan kutub magnet dari titik tak terhingga ke suatu
titik tertentu dan dapat ditulis sebagai :
v
A(r ) = − H (r )dr
25
1
A(ro ) = − M (r ) dV
v
ro − r
1
= −M
v ro − r
dV
1
H (ro ) = M (r ) dV
v
ro − r
26
➢ Medan luar (External field)
Pengaruh medan luar berasal dari pengaruh luar bumi (aktifitas matahari,
badai magnetik) yang merupakan hasil dari ionisasi di atmosfer yang
ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Karena sumber luar ini
berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di
atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.
➢ Anomali medan magnetik
Variasi medan magnet yang terukur di permukaan bumi merupakan
target dari survey magnetik (anomali magnetik). Besar anomali magnetik
berkisar ratusan sampai ribuan nano-tesla, tapi ada juga yang > 100.000 nT
yang berupa endapan magnetik. Secara garis besar anomali ini disebabkan
oleh madan magnetik remanen dan medan magnetik induksi. Anomali yang
diperoleh dari survey merupakan hasil gabungan dari keduanya, bila arah
medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka
anomalinya bertambah besar, demikian pula sebaliknya. Jika anomali medan
magnetiknya < 25 % medan magnet utama bumi maka efek medan
remanennya dapat diabaikan. Adanya anomali medan magnetik menyebabkan
perubahan dalam medan magnet total bumi dan dapat dituliskan sebagai :
HT = H M + H A
T = HT − H M
Atau
T = Tobs − TIGRF Tvn
8. Magnetisasi Batuan
Batuan atau mineral dapat dibedakan menjadi beberapa bagian
berdasarkan perilaku atom-atom penyusunnya jika mendapat medan
magnet luar 𝐻⃑
Apabila suatu batuan didalamnya mengandung mineral magnet berada
dalam medan magnet bumi, maka akan timbul medan magnet baru dalam
benda (induksi) yang menghasilkan anomaly magnet. Oleh sebab itu medan
magnet normal bumi akan mengalami gangguan yang disebabkan oleh
anomaly magnet sebagai hasil magnetisasi batuan.
27
B = 0 ( H + H )
Ft = F0 + F (r0 )
Dimana
Ft adalah medan magnet total bumi
F0 adalah medan magnet normal bumi
F (r0 ) adalah medan anomali magnet.
F = Ft − F0
28
2. Membutuhkan pengaturan medan magnet yang tepat
3. Membutuhkan arus yang besar untuk part yang besar
4. Membutuhkan permukaan yang relatif halus
5. Cat atau material nonmagnetik yang melapisi komponen mempengaruhi
sensitivitas
6. Membutuhkan demagnetisasi dan pembersihan setelah pengujian
1. Kompas geologi, untuk mengetahui arah utara dan selatan dari medan
magnet bumi.
2. Peta topografi, untuk menentukan rute perjalanan dan letak titik
pengukuran pada saat survei magnetik di lokasi
3. Sarana transportasi
4. Buku kerja, untuk mencatat data-data selama pengambilan data
5. PC atau laptop dengan software seperti Surfer, Matlab, Mag2DC, dan
lain-lain.
29
Gambar 3.3 Alat- Alat Survei Metode Geomagnet (Jenis Magnetometer)
Gambar 3.4 Alat- Alat Penunjang lain GPS dan Kompas Geologi
30
dipadukan dengan cara penyelidikan yang lain. Sifat penyelidikan dapat secara
langsung ataupun tak langsung terhadap obyek yang dicari.
Di darat, observasi magnetik biasanya dibuat pada posisi yang tetap dengan
stasion tersendiri yang biasa digunakan pula untuk survey gravity. Di udara dan
survey di laut, medan magnet direkam terus-menerus dari pergerakannya. Dulu
digunakan alat-alat untuk survey di darat yaitu jenis type Schmidt keseimbangan
magnetiknya digunakan untuk mengukur komponen vertikal medan bumi atau
komponen horizontal. Tetapi pada akhir-akhir ini magnetometer flux-gate nuclear
precession (proton) kebanyakan digunakan untuk pengukuran didarat.
a) Penyelidikan dari udara
Biasanya dilakukan untuk memetakan daerah yang luas. Hasilnya
dapat memberikan petunjuk untuk penyelidikan selanjutnya. Alat yang
digunakan biasanya adalah flux-gate magnetometer, nuclear precession.
Kepekaan alat yang dipergunakan biasanya lebih tinggi (1-5 gamma) dari
pada yang dipergunakan di darat (10-20 gamma). Penyebab utama
mungkin biaya penyelidikan dari udara jauh lebih mahal, pengukuran
dapat dilakukan jauh diatas permukaan.
Pengukuran dilakuakan terhadap medan magnetik total sebab untuk
mengukur salah satu komponen, baik vertikal ataupun horizontal, presisi
posisi sangat menentukan, dan ini sukar dilakukan pada penyelidikan ini.
Ketinggian penerbangan diketahui dari altimeter, pola lintasan diatur
memotong struktur geologi yang diperkirakan, dan pembacaan diulang
secara overlap untuk menghindari/mengetahui perubahan secular yang
berlangsung sewaktu-waktu. Hal ini dapat dilakukan pula dengan bantuan
magnetometer lain yang ditempatkan di darat sebagai pengecekkan
menentukan lokasi/posisi pesawat yang biasanya dibantu dengan
pemotretan- pemotretan dari udara secara bersamaan waktunya. Adakalanya
dilakukan dengan radar, sehingga posisi pesawat secara tepat dapat
ditentukan.Hasil pembacaan dilakukan secara periodik, kira-kira 1 detik.
Tentunya cara penyelidikan ini ada baiknya dan buruknya.
b) Penyelidikan di laut
Alat yang digunakan biasanya adalah flux-gate dan proton
magnetometer.Alatnya biasanya ditarik sejauh 150 hingga 300 meter
dibelakang kapal, maksudnya untuk menghindari pengaruh dari kapal
tersebut.Kedalamannya alat sekitar 15 meter di bawah permukaan air
laut.Penyelidikan laut memerlukan biaya yang mahal. Kegunaannya terasa
apabila secara bersamaan dilakukan pula misalnya penyelidikan cara gaya
berat. Sasarannya ialah untuk memberikan konfigurasi struktur geologi di
bawah dasar laut.Disamping itu juga mempersiapkan peta geomagnet
regional.
c) Penyelidikan di darat
Cara penyelidikan ini merupakan cara yang paling tua dilakukan
orang. Letak dan penyebaran titik-titik pengamatan disesuaikan dengan
sasaran yang akan dicapai. Biasanya dikombinasi dengan penyelidikan
gaya berat sebab kerapatan titik pengamatan hampir sama. Alat untuk
penyelidikan di darat adalah flux-gate magnetometer, alat ini paling
31
praktis mudah dibawa dan dipidah-pindahkan serta dapat cepat
dibaca.Jarak titik pengamatan dapat dekat sekali sekitar 10 meter
tergantung pada perkiraan besarnya sasaran yang dicari. Yang seringkali
diukur dalam penyelidikan ini ialah komponen vertikal medan magnet
bumi. Kadang-kadang medan total pun dapat diukur dengan menggunakan
proton magnetometer. Pembacaan ulang dilakukan setiap satu atau dua
jam pada tempat-tempat yang pernah diukur sebelumnya. Maksudnya
untuk mengetahui dan mengoreksi terhadap variasi secara secular.Anomali
yang harus diperhatikan biasanya lebih dari 500 gamma.Rata-rata
kepekaan alat sekitar 10 gamma. Sebab itu benda-benda besi disekitar alat
akan mengganggu selam pembacaan, hal ini harus dihindarkan. Keadaan
topografipun sangat berpengaruh pada pengukuran, begitu pula
susceptibilitas bahan tubuh magnet menentukan pula besar kecilnya
pengukuran medan magnet yang diteliti.
32
pengukuran di setiap lintasan, pada saat yang bersamaan pula dilakukan
pengukuran variasi harian di base station.
ΔH = Htotal ± ΔHharian
2. Koreksi IGRF
Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah konstribusi
dari tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi, medan magnetik
luar dan medan anomali. Nilai medan magnetik utama tidak lain adalah niali
IGRF. Jika nilai medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian, maka
kontribusi medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi
IGRFdapat dilakukan dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan
33
magnetik total yang telah terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada
posisi geografis yang sesuai. Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi harian)
dapat dituliskan sebagai berikut :
ΔH = Htotal ± ΔHharian ± H0
Dimana H0 = IGRF
3. Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei
megnetik sangat kuat. Koreksi topografi dalam survei geomagnetik tidak
mempunyai aturan yang jelas. Salah satu metode untuk menentukan nilai
koreksinya adalah dengan membangun suatu model topografi menggunakan
pemodelan beberapa prisma segiempat (Suryanto, 1988). Ketika melakukan
pemodelan, nilai suseptibilitas magnetik (k) batuan topografi harus diketahui,
sehingga model topografi yang dibuat, menghasilkan nilai anomali medan
magnetik (ΔHtop) sesuai dengan fakta. Selanjutnya persamaan koreksinya (setelah
dilakukan koreski harian dan IGRF) dapat dituliska sebagai
5. Pengangkatan ke Atas
Pengangkatan ke atas atau upward continuation merupakan proses
transformasi data medan potensial dari suatu bidang datar ke bidang datar lainnya
yang lebih tinggi. Pada pengolahan data geomagnetik, proses ini dapat berfungsi
sebagai filter tapis rendah, yaitu unutk menghilangkan suatu mereduksi efek
magnetik lokal yang berasal dari berbagai sumber benda magnetik yang tersebar
di permukaan topografi yang tidak terkait dengan survei. Proses pengangkatan
tidak boleh terlalu tinggi, karena ini dapat mereduksi anomali magnetik lokal yang
34
bersumber dari benda magnetik atau struktur geologi yang menjadi target survei
magnetik ini.
Pengolahan dan penafsiran data dilakukan dengan bantuan software yang tersedia,
misalnya Magpoly, Mag2dc atau lainnya.
35
pemodelan yang biasa digunakan yaitu pemodelan dua setengah dimensi dan
pemodelan tiga dimensi.
Hasil pengukuran magnetik berupa profil dan peta kontur magnetik.
Dan harga nilai suseptibilitas harus dilakukan untuk mengkorelasikan dengan data
pengukuran.
Contoh Hasil Survei Geomagnetik
36
BAB IV
GRAVITY
m1
F= m2 = gm 2
r2
Dimana:
37
oleh variasi perbedaan densitas bawah permukaan adalah sekitar 1 mGal (100
m/s2).
Bentuk bumi bukan merupakan bola pejal yang sempurna, dengan relief
yang tidak rata, berotasi serta berevolusi dalam sistem matahari, tidak homogen.
Dengan demikian variasi gaya berat di setiap titik permukaan bumi akan
dipengaruhi oleh beberapa faktor dimana dalam pengukuran dan interpretasi,
faktor-faktor tersebut harus diperhatikan (dikoreksi).
4.1. Sejarah
Metode gravitasi banyak digunakan pada tahap penelitian pendahuluan
dalam suatu eksplorasi, baik dalam mencari minyak bumi maupun mineral.
Penggunaan prinsip gravitasi untuk aplikasi geofisika (metode gravitasi) dimulai
tahun 1928 dengan ditemukannya cebakan minyak Nast Dome, Texas
menggunakan pengukuran gravitasi dengan Eotvos Torsion Balance. Disusul
kemudian ditemukannnya ladang minyak di Ceveland Texas (1932) dengan
pengukur gravitasi menggunakan pendulum. Pembuatan gravitymeter dengan
keakuratan 0,1 dibuat pada tahun 1932 juga. Hal ini merupakan awal
perkembangan gravitymeter yang sampai sekarang keakuratannya makin tinggi.
Perkembangan di bidang eksplorasi gravitasi telah signifikan dari Galileo
ke adaptasi terbaru dari sistem navigasi inersia. kesemimbangan torsi ke
gravitimeter adalah salah satu saat yang paling menarik dalam eksplorasi
geofisika,. Gravity meter telah dibuat untuk beroperasi jauh di bawah air, di
permukaan laut, di udara, dan di lubang bor. keakuratan akhir umumnya dibatasi
oleh kesalahan dalam data posisi bukan presisi instrumen gravitasi.
Dalam pelaksanaannya, metode gravitasi memerlukan instrumen yang
disebut gravimeter. Garavimeter yang pertama diciptakan pertamakali oleh
Vening Meisn Van Bemeelen berupa pendulum untuk mengukur variasi di laut
Cina Selatan, lalu La Coste (1934) menemukan gravimeter, temuan La Costa terus
dikembangkan hingga kini. Saat ini alat gravitimeter mempunyai tingkat ketelitian
sangat tinggi (mgal), sehingga anomali kecil dapat dianalisa. Hanya saja metode
penguluran data, harus dilakukan dengan sangat teliti untuk mendapatkan hasil
yang lebih akurat (Yopanz, 2012).
Metode gravitasi mengalami perkembangan yang cukup signifikan sejak
ditemukannya metode interpretasi 4D. Kini metode gravitasi tidak hanya
digunakan untuk menentukan struktur daerah tertentu namun juga dapat
diterapkan untuk monitoring gas dalam pertambangan minyak maupun eksploitasi
geothermal dan dapat juga untuk monitoring air tanah.
38
m1m2
F (r ) = −G r
r2 (2.1)
Gm
E (r ) = − 2 1 rˆ (2.2)
r
Kalau kita tinjau m1 adalah massa bumi (M), gravitasi yang disebabkan oleh bumi
(gaya berat dipermukaan bumi) adalah percepatan gravitasi bumi, yang biasa
diberi symbol g, maka :
g = E (rˆ ) = − G 2
M
(2.3)
R
dimana : M = massa bumi
R = Jari-jari bumi
Medan gravitasi adalah medan konservatif dan dapat dinyatakan sebagai gradien
dari suatu fungsi potensial skalar U (r) :
E (r ) = − U (r ) (2.4)
dimana U (r ) = −
GM
adalah merupakan potensial gravitasi m1
R
Potensial gravitasi di suatu titik pada ruang bersifat penjumlahan, sedang
potensial gravitasi dari suatu distribusi massa yang kontinyu di suatu titik P di luar
distribusi massa tersebut merupakan suatu bentuk integral. Jika massa terdistribusi
secara kontinyu dengan densitas di dalam bentuk volume V, maka potensial
gravitasi pada sembarang titik P di luar benda adalah :
(ro )d 3 r o
U p (r ) = − G (2.5)
r − ro
dengan r − ro = r 2 +r o2 −2rro cos = (x − xo )2 + ( y − yo )2 + (z − zo )2
ro = vektor posisi elemen massa
r = vektor posisi pengamat
39
Gambar 4.1 Potensial 3 dimensi
Jika integral volume pada persamaan (2.5) diambil untuk seluruh bumi, maka
akan diperoleh potensial gravitasi bumi di ruang bebas, sedang medan
gravitasinya diperoleh dengan mendiferensialkan potensial gravitasi tersebut.
E (r ) = U p (r )
untuk percepatan gravitasi bumi :
g z = − E (r ) = U p (r )
U p (r )
= (2.6)
z
(ro ) (z o − z ) d 3 ro
= − G
v
(x − xo )2 + ( y − yo )2 + (z − z o )2
3/ 2
40
lainnya dengan melakukan pengamatan relatif terhadap titik acuan absolut
tersebut.
b. Bandul Sederhana
Sebuah benda yang massanya dianggap sebagai sebuah partikel yang terletak
di pusat massanya, diikat dan digantung dengan tali yang lentur pada sebuah titik
tetap. Bila benda itu diberi simpangan awal sehingga tali membentuk sudut yang
cukup kecil terhadap arah vertikal dan kemudian benda dilepaskan, maka benda
itu akan berayun di sekitar titik keseimbangannya pada sebuah bidang getar
vertikal dengan frekuensi tetap. Dapat dilihat seperti pada Gambar 2.2 di bawah
ini :
θ
Mg cosθ
Mg sin θ
mg
Dimana mg sinθ disebut gaya pulih dan untuk sudut θ, akan memenuhi
Hukum Hooke, besarnya dapat dinyatakan dengan :
mg sin = kx ; k = m 2 (2.5)
k disebut konstanta pulih. Dari persamaan (2.5), secara matematis dapat
dibuktikan bahwa periode bandul sederhana adalah :
T = 2 (2.6)
g
41
c. Ayunan Bivilar
Suatu batang horizontal yang digantung oleh dua buah tali sejajar yang
panjangnya sama (l ) dan terpisah sejauh (2b) seperti pada Gambar 2.3 di bawah
ini :
Ø
l
A
B
A'
θ B'
W=mg
Jika batang yang massanya M (gr) disimpangkan dalam arah anguler sebesar θ
yang sangat kecil di sekitar sumbu vertikal melalui pusat gravitasinya (gambar 2.3
b), maka tali juga menyimpang sebesar Ø (θ = Ø). Jika θ dan Ø sangat kecil maka
berlaku :
AA’ = l sin Ø = lØ (2.7)
atau
AA’ = b sin θ = bθ (2.8)
Dari kedua persamaan tersebut diperoleh :
Mg.b
Ø= (2.9)
l
Dengan menguraikan komponen gaya vertikal dan horizontal yang bekerja pada
batang, maka kita akan memperoleh :
Mg.b
FØ = (2.10)
2l
F ini tak lain adalah gaya pulih yang bekerja pada salah satu ujung batang yang
akan mengembalikan batang pada keadaan semula, jika batang dilepaskan setelah
mengalami penyimpagan. Arah gaya pulih ini berlawanan dengan arah
simpangan. Pasangan gaya pulih (gaya pulih total) yang bekerja pada batang (dari
kedua ujungnya) adalah :
Mg.b2
= (2.11)
l
jelas bahwa gaya pulih ini sebanding dengan sudut penyimpangan θ. Akibat
adanya gaya pulih ini batang tersebut akan bergerak harmonis sederhana
(berosilasi), sehingga akan berlaku persamaan gerak harmonik sederhana sebagai
berikut :
d 2 gb2
+ 2 =0 (2.12)
dt k l
dan periode getarnya dapat dinyatakan dengan :
42
2k l
T= (2.13)
b g
dengan k adalah jari-jari girasi yang besarnya :
I
k= (2.14)
M
I adalah momen inersia dan M adalah massa benda yang mengalami ayunan
bivilar. Dengan mengetahui harga k dari hasil percobaan ini, maka harga momen
inersia (I) benda dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.14.
Pengamatan gayaberat absolut dilakukan pertama kali di Postdam, Jerman
oleh Kuchnen dan Furtwangler tahun 1906 menggunakan Reversible Pendulum
(Tsuboi,1983) dengan nilai gayaberat absolut 981.274 ± 0,008 Gal. Pada tahun
1981, IUGG menetapkan nilai gayaberat absolut di Postdam sebesar 981.26019 ±
0,000017 gal, yang kemudian dijadikan reverensi dalam jaringan gayaberat
standar internasional , International Gravity Standardization Net 1971 (IGSN71).
B. Pengamatan Relatif
Pengamatan relatif dilakukan untuk mendapatkan harga g secara tidak
langsung dengan mengukur perbedaan harga gayaberat disuatu tempat relatif
terhadap titik acuan yang harganya telah diketahui, kemudian dibandingkan untuk
menghitung konstanta fisik pendulum akibat kondisi sekitar tempat pengamatan.
Pengamatan relatif dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
a. Cara Perbandingan
Cara perbandingan dapat menggunakan persamaan :
1 2s
s = gt 2 atau g=
2 t2
(2.15)
b. Cara Perbedaan
Cara perbedaan ini digunakan dalam pengukuran dengan menggunakan pegas.
Perbedaan gayaberat dapat dibaca dari perubahan pegas yaitu simpangan sebesar :
g = kx + g acuan (2.17)
Jika pengukuran pada titik pangkal utama (titik 1) adalah :
g1 = kx1 + g acuan (2.18)
43
dan pada titik amat adalah :
g 2 = kx 2 + g acuan (2.19)
maka :
g 2 = g1 + k ( x2 − x1 ) = g1 + ( g 2 − g1 ) = g1 + g (2.20)
dimana : k = konstanta pegas
x = simpangan dari pegas terbaca
kx = harga yang terbaca oleh alat
g = harga gayaberat
A. Gravimeter
Sebuah cara mendapatkan posisi dan sarana yang sangat akurat
menentukan perubahan relatif dalam ketinggian. Gravimeters dirancang untuk
mengukur perbedaan yang sangat kecil di medan gravitasi dan sebagai hasilnya
merupakan instrumen yang sangat halus. Gravimeter ini rentan terhadap shock
mekanis selama transportasi dan penanganan.
44
Kekurangan
1. Metode dengan tingkat anomali yang tinggi
2. Perlu adanya survei geologi yang mendalam dibanding metode lainnya.
1. Gravitymeter
2. Piringan
3. GPS
4. Tali sebagai meteran jarak antar stasiun
5. Peta geologi dan peta topografi
6. Alat tulis
7. Kamera
8. Pelindung gravitimeter
1. Gravitymeter
Gravitimeter merupakan alat yang mengukur sensor ukuran dari berbagai
10
perubahan gravitasi di area yang jauh maupun dekat karena adanya kandungan
mineral bawah tanah, maka daya tarikan gravitasi suatu titik dengan titik yang
lain tidak sama.
3
9 4
5
6
7
8
45
Keterangan :
1. Galvanometer
2. Membaca reading Counter
3. Nivo melintang
4. Perata
5. Kunci
6. Bacaan Alat
7. Nomor dan type alat
8. Pemutar untuk galvanometer / bacaan
9. Cara memegang alat Gravitymeter
10. Nivo memanjang
2. Barometer
Barometer digunakan untuk menentukan ketinggian di titik pengamatan
maupun di Base Station
1
4
2
3
Gambar 3.3 Barometer di Base Station
46
Keterangan :
1. Lampu
2. Bacaan
3. Pemutar bacaan
4. Tombol
3. Altimeter
Altimeter digunakan untuk mengukur ketinggian titik pengamatan.
47
berinklinasi 55 derajat terhadap bidang ekuator dengan ketinggian rata-rata dari
permukaan bumi sekitar 20.200 km. Satelit GPS yang beratnya lebih dari 800 kg,
bergerak dalam orbitnya dengan kecepatan kira-kira 4 km/dt dan mempunyai
periode 11 jam dan 58 menit (sekitar 12 jam). Dengan adanya 24 satelit yang
mengangkasa tersebut, 4 sampai 10 satelit GPS akan selalu dapat diamati pada
setiap waktu dari manapun di permukaan bumi.
Setiap satelit GPS secara kontinyu memancarkan sinyal-sinyal gelombang
pada 2 frekuensi L-band yang dinamakan L1 dan L2. Sinyal L1 berfrekuensi
1575,42 MHz dan sinyal L2 berfrekuensi 1227,60 MHz. Sinyal L1 membawa 2
buah kode biner yang dinamakan kode-P (P-code, Precise or Private code) dan
kode-C/A (C/A-code, Clear Access or Coarse Acquisition), sedangkan sinyal L2
hanya membawa kode-C/A. Dengan mengamati sinyal-sinyal dari satelit dalam
jumlah dan waktu yang cukup, seseorang kemudian dapat memprosesnya untuk
mendapatkan informasi mengenai posisi, kecepatan ataupun waktu.
GPS yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS model 4600LS dari
Trimble Navigation. GPS ini terdiri dari 2 unit, yaitu unit Rover dan unit Base.
Unit Rover dibawa ke titik-titik pengukuran sedangkan unit Base diletakkan di
base camp yang digunakan sebagai stasiun pemantau (Monitor station), karena
metode pengambilan datanya menggunakan dasar metode diferensial (fast static).
Tingkat ketelitian posisi dari GPS model ini lebih kurang mendekati 3 cm.
Selain menggunakan gravimeter, ada alat lain yang dibutuhkan pada saat
pengambilan data dengan menggunakan metode gravity, yaitu:
1. Altimeter
2. Piringan
3. GPS
4. Peta Geologi dan peta Topografi
48
5. Penunjuk Waktu
6. Alat tulis
7. Kamera
8. Pelindung Gravitimeter
9. Tali sebagai meteran jarak antar stasiun pengukuran.
49
B. Titik Pangkal Utama
Nilai titik ini adalah hasil pengikatan pertama pada titik pangkal absolut yang
ditentukan berkali-kali dengan gravitimeter sehingga mempunyai nilai yang
mantap. Contoh: DG.O di gedung Geologi Jl. Diponegoro 57 Bandung. Dari
nilai titik pangkal utama ini dapat dibuat titik pangkal berikutnya.
E. Pengikatan
Pengikatan ialah suatu proses penentuan nilai gaya berat suatu titik dengan
cara menghubungkan titik tersebut dengan suatu titik pangkal atau titik lain
yang sudah diketahui nilai gaya beratnya. Sistem pengamatan ini dimaksudkan
untuk mendapatkan keteliatian yang lebih baik di setiap titik amat yang
diambil.
Contoh : Ikatan model garis (Base Looping)
A1 B1
A2 B2 C1
B3 C2
50
Data yang diambil dilapangan tidak langsung berupa data percepatan
gravitasi yang siap di proses. Beberapa prosedur dilakukan untuk mendapatkan
data yang baik seperti konversi ke miligal, koreksi pasang surut dan koreksi dirft.
51
DATE/TIME : 12 2 2004 TO 12 3 2004 / 1.00HRS TO 24.00HRS
ACCURACY : 0.001 MGAL
DATE : 12 2 2004
==========================================================
=
Time TC(mgal) Time TC(mgal) Time TC(mgal) Time TC(mgal)
==========================================================
=
01.17 -0.100 01.41 -0.101 02.10 -0.102 03.32 -0.101
-----------------------------------------------------------
04.01 -0.100 04.20 -0.099 04.37 -0.098 04.51 -0.097
-----------------------------------------------------------
05.04 -0.096 05.16 -0.095 05.27 -0.094 05.37 -0.093
-----------------------------------------------------------
05.47 -0.092 05.57 -0.091 06.06 -0.090 06.14 -0.089
-----------------------------------------------------------
06.23 -0.088 06.32 -0.087 06.40 -0.086 06.49 -0.085
-----------------------------------------------------------
Koreksi Drift
Koreksi drift (apungan) dilakukan karena adanya kelelahan pada alat atau
bergesernya pembacaaan titik nol akibat goncangan-goncangan yang terjadi saat
pengukuran di lapangan. Besarnya koreksi drift merupakan fungsi waktu. Koreksi
terhadap adanya drift didapatkan dengan cara looping, sehingga diketahui harga
penyimpangannya dalam waktu tertentu. Selanjutnya dengan menganggap bahwa
besarnya harga drift tersebut linier terhadap waktu, kita bisa mengoreksikannya
pada titik-titik pengamatan lainnya dalam loop tersebut, dengan rumusan
interpolasi di bawah ini :
t A − to
DA = (Ct − Co ) (5.1)
tt − to
dengan :
DA = Koreksi Drift pada titik pengamatan (station) A
tA = Waktu Pembacaan pada titik pengamatan (station) A
to = Waktu Pengukuran awal di Base Station
tt = Waktu Pengukuran akhir di Base Station
Co = Harga pembacaan (counter reading) pengukuran awal di Base Station
Ct = Harga pembacaan (counter reading) pengukuran akhir di Base Station
Sehingga harga gayaberat di B setelah dikoreksi dengan koreksi drift adalah:
gA = gA(tA) - DA
52
Harga gaya berat pengamatan (gobs)
Harga gaya berat pengamatan adalah harga di titik amat yang telah diikatkan
kepada titik acuan base station secara relatif dengan menggunakan gravitymeter
setelah dikoreksi olaeh pengaruh pasang surut dan drift.
gobs = gbs + gA
gobs = harga gaya berat pengamatan.
gbs = harga gaya berat di titik acuan.
53
tambahkan. Sebaliknya apabila terletak di bawah datum, koreksi harus
dikurangkan.
bukit
Titik
pengamatan
Stasiun
lembah
z
Spheroida referensi
54
5.1.5. Koreksi medan (Terrain correction)
Kondisi topografi (medan) yang tidak teratur di sekitar titik amat akan
mempengaruhi pengukuran di titik amat tersebut. Medan gaya berat akan tertarik
ke atas oleh adanya bukit, dan akan kekurangan tarikan ke bawah oleh adanya
lembah. Oleh sebab itu koreksi medan selalu ditambahkan terhadap pembacaan
gaya berat.
Untuk koreksi medan digunakan metode yang diusulkan oleh Kane (1962)
yaitu dengan teknik digitalisasi koreksi medan/topografi. Program komputernya
telah dibuat oleh Ballina (1989) dengan menggunakan bahasa Fortran. (lampiran
listing program). Dengan memasukkan koreksi medan dan koreksi-koreksi lainnya
yang sudah disebutkan sebelumnya, dihasilkan anomali Bouguer Lengkap, yang
dapat dinyatakan :
55
mempertajam kenampakan/gejala geologi pada daerah penyelidikan yaitu
pemodelan dengan menggunakan software Surfer 8 dan GMSys 2-D.
(a) Peta kontur anomali free air daerah penelitian dalam system koordinat UTM,
skala anomali free air dalam satuan mgal.
(b) Peta kontur anomali ABL daerah penelitian dengan rho bouger 2,4 g/cc dalam
system koordinat UTM, skala anomaly ABL dalam satuan mgal dan perkiraan.
lokasi Sesar Opak di tunjukkan dengan garis hitam.
56
BAB V
SEISMIK REFRAKSI
57
menghasilkan perbedaan kecepatan seismik (Abramson et al., 2002). Akhir-akhir
ini untuk menggambarkan luasan dari massa kemiringan, pengamatan refraksi
dapat juga memberikan data yang bersangkutan untuk konstruksi/pembuatan,
kemungkinan riak, dan faktor pergerakan bumi. (Stephens, 1978). Teknik seismik
refraksi digunakan di Iran untuk membatasi struktur yang mengandung minyak.
Sekarang seismik refleksi merupakan metode terbaik yang digunakan dalam
eksplorasi minyak bumi
58
Gambar 1. Metode Seismik Refraksi
dimana :
VP1 = Kecepatan gelombang-P di medium 1
VP2 = Kecepatan gelombang-P di medium 2
VS1 = Kecepatan gelombang-S di medium 1
VS2 = Kecepatan gelombang-S di medium 2
59
Gambar 5.2 Pemantulan dan pembiasan gelombang (Telford, 1990)
o
Pada pembiasan sudut kritis r = 90 sehingga persamaan menjadi :
60
2. Prosesing efraksi relatif simpel dilakukan kecuali proses filtering
untuk memperkuat sinyal first berak yang dibaca.
3. Karena pengambilan data dan lokasi yang cukup kecil, maka
pengembangan model untuk interpretasi tidak terlalu sulit dilakukan
seperti metode geofisika lainnya.
2. Satu set alat GPS Garmin Map 60 CSX sebagai penentu koordinat.
61
Gambar 5.5 GPS Garmin Map 60 CSX
62
Salah satu contoh penelitian yang dilakukan yaitu ““Pemetaan Tingkat
Kekerasan Batuan Menggunakan Metode Seismik Refraksi “.
Tahap pertama yang dilakukan yaitu tahap survey. Dari suatu
perencanaan survei seismik refraksi adalah memilih lokasi dan panjang
lintasan survei dengan menggunakan peta topografi daerah penyelidikan.
Lokasi lintasan survei harus di set untuk mencapai tujuan survei secara
efisien, yaitu menggunakan informasi yang ada pada peta topografi dan peta
geologi. Rekaman titik penerima kedatangan pertama (first arrival)
merupakan gelombang langsung dan kedatangan pertama (first break) dari
gelombang refraksi tidak muncul.
Secara umum kegiatan pengambilan data seismik refraksi adalah
dimulai dengan membuat sumber getar buatan, seperti vibroseis atau dinamit,
kemudian mendeteksi dan merekamnya ke suatu alat penerima, seperti
geophone. Getaran hasil ledakan akan menembus ke dalam permukaan bumi
dimana sebagian dari sinyal tersebut akan diteruskan dan sebagian akan
dipantulkan kembali oleh reflektor. Sinyal yang dipantulkan kembali tersebut
akan direkam oleh alat perekam di permukaan.
Sedangkan sinyal yang menembus permukaan bumi akan dipantulkan
kembali oleh bidang refleksi yang kedua sinyalnya akan diterima kembali
oleh alat perekam dan seterusnya hingga ke alat perekam yang terakhir. Alat
perekam akan menghasilkan data berupa trace seismik.
Untuk mendapatkan kualitas rekaman seismik refraksi yang tinggi dan
mengandung bentuk first break yang tajam perlu dilakukan beberapa teknik,
diantaranya adalah stacking, mempertinggi kekuatan sumber dan filtering.
Sistem perekam seismik yang bisa digunakan adalah system perekam seismik
24 channel. Sedangkan sumber seismik yang sering digunakan adalah
dinamit. Bila menggunakan dinamit sebagai sumber, perlu dipilih tempat
yang tepat untuk melakukan peledakan, yaitu tempat dimana energi dinamit
dapat terkonversi menjadi energi seismik secara efektif. Biasanya, dinamit
diledakkan di dalam lubang bawah permukaan. Bila jarak sumber ke
penerima lebih dari seratus meter, akan lebih baik meledakkan dinamit di
dalam air dengan kedalaman lebih dari 50 cm atau membuat lubang lebih
dalam sehingga ledakan dinamit menjadi lebih efektif.
Gambar di bawah ini adalah layout perekaman seismik refraksi.
Geophone diletakkan disepanjang lintasan survey, dimana offset (bentangan
kabel) harus 3-5 kali lebih panjang dari kedalaman target. Jadi jika panjang
offset nya adalah 600 meter, maka kedalaman maksimum yang akan
terdeteksi adalah 200 meter.
63
Gambar 5.7 Layout Perekaman Seismik Refraksi (a)
64
Gambar 5.9 Contoh Rekaman Seismik Refraksi
65
➢ Konversi Format Data Seismik Refraksi
Pengolahan data seismik dengan menggunakan software mengharuskan
pengguna software tersebut untuk mengkonversikan format data dalam
seismograf menjadi format data yang dapat dibaca oleh software yang
digunakan. Dalam software REFLEXW, seorang pengolah data harus
mengkonversikan datanya menjadi format reflex. Jika hal ini tidak dilakukan
maka data tersebut tidak dapat dibaca sehingga untuk proses selanjutnya
tidak dapat dilakukan.
66
noise menjadi kecil. Selain cara tersebut, dengan mengetahui bahwa noise
bersifat acak, maka untuk menghindari noise, signal yang masuk dapat
ditumpuk (di-stack) beberapa kali, sehingga data yang diperoleh lebih baik
dan jelas. Dengan melakukan stacking maka signal dijumlahkan sedangkan
noise ditiadakan.
Electronic noise biasanya berasal dari peralatan seismik. Geophone
bertugas mengkonversi pergerakan tanah yang terdeteksi menjadi signal
listrik. Signal listrik ini ditransmisikan melalui kabel dan diperkuat signal-
nya dengan recording system kemudian direkam. Segala sesuatu yang dapat
menyebabkan perubahan signal listrik pada kabel atau recording system
mengakibatkan noise pada data yang terekam. Misalnya kondisi penghubung
antara geophone dengan kabel yang kotor atau loose connection, kondisi
kabel penghubung antara geophone dengan kabel yang basah atau wet
connection, kondisi kabel yang bertumbuk atau cross talking juga dapat
menyebabkan noise, atau karena adanya signal frekuensi tinggi yang hadir di
sekitar daerah pengukuran. Untuk mengatasi kondisi noise seperti ini maka
penghubung antara geophone dengan kabel ataupun kabel dengan recording
system dijaga kebersihannya dan usahakan dalam kondisi kering. Untuk
mengatasi noise frekuensi tinggi dapat dilakukan dengan cara memfilter data.
Peneliti dapat menganggap banyaknya tipe stuktur geologi bawah
permukaan yang tidak mudah diinterpretasikan menjadi sumber noise. Dalam
survey seismik refraksi, peneliti akan berasumsi bahwa struktur bawah
permukaan bervariasi secara lateral hanya sepanjang line yang
menghubungkan sumber seismik dengan geophone. Jika bumi benar-benar
bervariasi secara signifikan jauh dari line maka sangat mungkin terjadi
kesalahan interpretasi gelombang seismik yang ditangkap geophone sebagai
struktur di bawah geophone sebagai ganti struktur di luar geophone.
67
(minimum phase) sehingga peneliti melakukan picking first break atau
picking first arrival time. Setelah mengetahui first break, peneliti tidak
langsung melakukan picking first break, melainkan melakukan analisa
kecepatan. Analisa kecepatan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
berapa banyak lapisan batuan bawah permukaan yang terdeteksi dan
kecepatan rambat gelombang seismik pada setiap interface.
68
➢ Analisa Data Travel time dan Pemodelan Inversi
Analisa data travel time dilakukan dengan tujuan untuk
mengkombinasikan peta bawah permukaan satu dimensi yang dihasilkan dari
setiap shot point menjadi peta bawah permukaan dua dimensi. Analisa data
travel time dilakukan dengan cara mengkombinasikan data travel time yang
berasal dari shot point yang berbeda tetapi masih dalam line yang sama
(Sandmeier, 2006).
69
Gambar 5.15 Contoh Model Inversi
70
Gambar 5.17. Contoh Model Tomografi
71
BAB VI
SEISMIK REFLEKSI
72
melokalisir suatu kubah garam yang pertama di daerah Gulf-Coast pada tahun
1924. Setelah itu ditemukan juga banyak kubah lainnya dalam waktu yang
sangat pendek
73
Gambar 6.1 Metode Seismik Refleksi dengan Geophone
74
Eksplorasi seismik refleksi dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu
eksplorasi prospek dangkal dan eksplorasi prospek dalam. Eksplorasi seismik
dangkal (shallow seismic reflection) biasanya diaplikasikan untuk eksplorasi
batubara dan bahan tambang lainnya. Sedangkan seismik dalam digunakan untuk
eksplorasi daerah prospek hidrokarbon (minyak dan gas bumi). Kedua kelompok
ini tentu saja menuntut resolusi dan akurasi yang berbeda begitu pula dengan
teknik lapangannya.
Secara umum, metode seismik refleksi terbagi atas tiga bagian penting
yaitu pertama adalah akuisisi data seismik yaitu merupakan kegiatan untuk
memperoleh data dari lapangan yang disurvei, kedua adalah pemrosesan data
seismik sehingga dihasilkan penampang seismik yang mewakili daerah
bawah permukaan yang siap untuk diinterpretasikan, dan yang ketiga adalah
interpretasi data seismik untuk memperkirakan keadaan geologi di bawah
permukaan dan bahkan juga untuk memperkirakan material batuan di bawah
permukaan.
Metode seismik refleksi merupakan metode geofisika aktif yang
memanfaatkan sumber seismik buatan (dapat berupa ledakan, pukulan, dll).
Setelah gelombang buatan tersebut diberikan, maka gelombang tersebut akan
merambat melalui medium tanah/batuan di bawah permukaan, dimana
perambatan gelombang tersebut akan memenuhi hukum-hukum elastisitas ke
segala arah dan mengalami pemantulan maupun pembiasan sebagai akibat
dari adanya perbedaan kecepatan ketika melalui pelapisan medium yang
berbeda. Pada jarak tertentu di permukaan, gerakan partikel tersebut direkam
sebagai fungsi waktu. Berdasarkan data rekaman tersebut selanjutnya dapat
diperkirakan bentuk lapisan/struktur bawah permukaan.
Metoda seismik refleksi merupakan metoda geofisika yang
memanfaatkan gelombang pantul (refleksi) dari batuan bawah permukaan.Hal
ini dapat dilakukan dengan cara mengirimkan sinyal (gelombang) kedalam
bumi,kemudian sinyal tersebut akan dipantulkan oleh batasan tara dua
lapisan, dan selanjutnya sinyal pantulan direkam oleh receiver (geopon atau
hidropon). Data yang dimanfaatkan dari gelombang pantul ini ialah waktu
datang, yang akan memberikan informasi kecepatan rambat gelombang pada
lapisan batuan tersebut. Berbagai variable lain yang dapat dimanfaatkan ialah
amplitude gelombang, frekuensi dan fasa gelombang.
75
Gambar 6.3 Penjalaran Gelombang Seismik di Dalam Bumi
Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi pada khususnya, ada beberapa
faktor yang menjadi pertimbangan yang akan mempengaruhi kegiatan
survey, termasuk juga kualitas data, yaitu :
• Kedalaman jebakan hidrokarbon yang menjadi target
• Resolusi vertikal
• Kualitas refleksi pada batuan
• Sumber gangguan/Noise yang dominan
• Ciri-ciri jebakan hidrokarbon
• Kemiringan target paling curam
• Kemungkinan adanya proses lain yang perlu dilakukan
76
2. KoefisienRefleksi
Refleksi gelombang seismic akan timbul setiap terjadi perubahan harga
(IA) Perbandingan antara energy yang dipantulkan dengan energi datang pada
keadaan normal adalah (Sukmono,1999)
3. Wavelet
Wavelet atau disebut juga sinyal seismic merupakan kumpulan dari
sejumlah gelombang seismic yang mempunyai amplitudo, frekuensi, dan fasa
tertentu. Menurut Veeken (2007), ada dua bentuk dasar dari wavelet seismic
dalam pengolahan data (gambar 6.4) yaitu sebagai berikut :
77
Gambar 6.4 Tipikal wavelet minimum-phase dan zero-phase (Veeken,2007)
4. Polaritas
Polaritas terbagi menjadi polaritas normal dan polaritas terbalik.
Berdasarkan gambar 6.5, Society Exploration Geophysics (SEG)
mendefinisikan polaritas normal sebagai berikut (Sukmono,1999).
2. Sinyal seismic yang positif akan terekam sebagai nilai negative pada
tape,defleksi negative pada monitor dan trough pada penampang
seismik.
78
5. Resolusi Seismik
Resolusi vertical merupakan kemampuan akuisisi seismic untuk dapat
memisahkan membedakan dua bidang batas perlapisan batuan secara vertikal.
Resolusi ini dicerminkan oleh suatu batas yaitu kedua reflector masih dapat
dipisahkan dan besarnya tergantung pada ketebalan dan panjang gelombang.
Gambar 6.6 (a) Zona Fresnel (b) Perbandingan untuk frekuensi tinggi dan rendah
(Sukmono,1999)
79
6. Seismogram Sintetik
Seismogram sintetik merupakan rekaman seismic buatan yang dibuat
dari data log kecepatan dan densitas. Data kecapatan dan densitas
menghasilkan koefisien refleksi yang selanjutnya dikonvolusikan dengan
Seismogram sintetik biasa disebut juga dengan geogram. Seismogram sintetik
dibuat untuk mengkorelasikan antara formasi sumur (umur, kedalaman dan
sifat fisis lainnya).Untuk mendapatkan seismogram sintetik yang baik,
wavelet yang dipakai sebaiknya mempunyai karateristik yang sama baik fase
maupun kandungan frekuensi dengan yang digunakan.
80
➢ Kekurangan Metode Seismik Refleksi:
1. Karena lokasi sumber dan penerima yang cukup lebar untuk
memberikan citra bawah permukaan yang lebih baik, maka biaya
akuisisi menjadi lebih mahal.
2. Prosesing seismik refleksi memerluakn komputer yang lebih mahal,
dan sistem data base yang jauh lebih handal.
3. Karena banyaknya data yang direkam, pengetahuan terhadap database
harus kuat, diperlukan juga beberapa asumsi tentang model yang
kompleks dan interpretasi membutuhkan personal yang cukup ahli.
4. Banyaknya data yang dikumpulkan dalam sebuah survei akan sangat
besar jikadiinginkan data yang baik
81
6. Geophone, yang digunakan dalam refleksi seismologi untuk merekam
gelombang energi yang dipantulkan oleh geologi bawah permukaan.
Dalam hal ini kepentingan utama dalam gerakan vertikal permukaan
bumi.
7. Palu hammer
8. Plat baja.
9. HT sebagai alat komunikasi jarak jauh 2 buah.
82
Untuk memperoleh data berkualitas baik perlu diperhatikan pemilihan
desain survey dan beberapa faktor terkait. Dalam eksplorasi minyak dan gas
bumi pada khususnya, ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan yang
akan mempengaruhi kegiatan survey, termasuk juga kualitas data, yaitu :
83
Sebelum dilakukan pengukuran seismik, maka terlebih dahulu
harus ditentukan posisi koordinat (X, Y, dan Z) dari tiap-tiap titik
geophone maupun shot point. Penentuan koordinat ini dapat dilakukan
dengan menggunakan theodolith ataupun GPS. Titik-titik tersebut,
kemudian ditandai dengan patok yang sudah mempunyai harga
koordinat terhadap referensi tertentu.
3 Pemasangan Geophone
Geophone dipasang sesuai dengan rencana tipe penembakan yang
akan dilakukan dan disusun berurutan. Pemasangan geophone
diusahakan sedekat mungkin dengan patok yang sudah diukur
koordinatnya.
6 Penembakan
Penembakan hanya dapat dilakukan ketika alat perekam data
seismik sudah dilakukan pengecekan dan terpasang dengan baik.
84
Gambar 6.14 Proses Pengolahan Data, dan Data Seismik Mentah (Raw Data).
6.7 Analisa dan Interpretasi Data Seismik Refleksi
Dari pengolahan data seismik, hasilnya yang berupa penampang
seismik kemudian diinterpretasikan/ditafsirkan. Tujuan interpretasi seismik
adalah menggali dan mengolah berbagai informasi-informasi geologi bawah
permukaan dari penampang seismik. Pada eksplorasi minyak dan gas bumi,
interpretasi ditujukan untuk mengetahui lokasi reservoar hidrokarbon di
bawah permukaan.
Pada umumnya, penampang seismik ditampilkan sebagai penampang
waktu (time section), namun dapat juga ditampilkan sebagai penampang
kedalaman (depth section) setelah melalui beberapa tahapan perhitungan
tertentu.
85
BAB VII
GEORADAR
Georadar atau GPR (Ground Penetrating Radar) adalah salah satu metode
geofisika, sifat kelistrikan batuan yang penting dalam pengukuran GPR adalah
sifat penghantar listrik (konduktor) dan permitivitas listrik dalam konstanta
dielektrik (isolator). Ground-penetrating radar (GPR) merupakan metode
geofisika yang menggunakan pulsa radar untuk citra bawah permukaan. Metode
yang tidak menimbulkan kerusakan ini menggunakan radiasi elektromagnetik
dalam band microwave (daerah gelombang mikro) (frekuensi UHF/VHF) dari
spektrum radio, dan mendeteksi sinyal tercermin dari struktur bawah permukaan .
GPR dapat digunakan dalam berbagai media, termasuk batuan, tanah, es, air
bersih, trotoar dan struktur . Hal ini dapat mendeteksi obyek, perubahan materi,
rongga/luasan maupun keretakan.
Secara umum metoda GPR adalah metoda yang memanfaatkan
gelombang elektromagnetik ( geolombang radio) berfrekuensi tinggi dalam
mengidentifikasi kondisi di bawah permukaan ( sub-surface ). Prinsip dasar dari
skema kerja metoda GPR ini yakni dengan jalan memancarkan gelombang radio
berfrekuensi tinggi ke bawah permukaan melalui pemancar (transmitter).
Dimana hasil penjalaran gelombang ini akan dipantulkan kembali ke
permukaan dan selanjutnya diterima oleh antena penerima (receiver), dan hasil
dari penerima kemudian ditampilan dalam sebuah diagram ( radargram ) yang
langsung dapat tersajikan dalam bentuk visualisasi 2 Dimensi pada monitor
penerima ( Display ).
7.1. Sejarah
86
1) Konduksi elektronik; arus listrik mengalir secara normal didalam bahan /
material dengan elektron bebas, seperti yang terjadi pada logam.
2) Konduksi elektrolitik; arus listrik mengalir dengan media ion-ion atau proses
elektrolisa, kecepatan rendah seperti yang terjadi pada batere (accu). Batuan yang
merupakan konduktor buruk, tahanan jenisnya besar dan terkadang juga porous
serta lubang-lubangnya terisi air. Konduktifitas seperti ini, cenderung ionik
dibandingkan ohmik, maka tahanan jenisnya akan bervariasi sesuai dengan derajat
kelarutan ion-ion dan dielektrik dari larutan. Selain itu pada batuan porous akan
berubah tergantung dari volume dan jumlah lubanglubang dibandingkan dengan
konduktifitas dan jumlah air yang mengisinya.
3) Konduksi dialektrik; umumnya terjadi pada benda yang berupa konduktor-
konduktor yang buruk atau isolator, arus listrik mengalir sangat sedikit atau
bahkan tidak mengalir sama sekali. Akibat pengaruh arus listrik, elektron-elektron
bergeser sedikit terhadap intinya dan terjadi pengarahan elektron atau polarisasi
ion / molekulnya yang tergantung juga pada fungsi waktu.
Ada tiga jenis pengukuran yaitu refleksi, velocity sounding, dan
transiluminasi.
1. Pengukuran refleksi biasa disebut Continuous Reflection
Profiling (CRP).
2. Pengukuran velocity Sounding disebut Common Mid Point
(CMP) untuk mementukan kecepatan versus kedalaman,
3. Transiluminasi disebut juga GPR Tomografi.
87
9. Kabel port ke laptop
10. GPS Garmin 60 Csx
11. Payung/ponco
12. Alat keselamatan kerja
88
7.5. Pengambilan Data
Pada survey GPR dengan metode CRP parameter yang digunakan adalah sebagai
berikut,
1. Frekuensi kerja (Fc) = 100 MHz
2. Time window (W) = … ns
3. Window Length = … dB Disesuaikan untuk mendapatkan bentuk
4. Lower cutoff = … MHz trace/spectrum yang baik atau sesuai dengan
5. Lower Plateau = … MHz target struktur yang diharapkan terlihat.
6. Upper Plateau = … MHz
7. Upper cutoff = … MHz
8. Offset = 20 cm (untuk unshielded) & 100 cm (untuk shielded)
9. Interval trace = ± 0.2 s
10. Parameter lain disesuaikan dengan kondisi akuisisi di lapangan
Salah satu contoh penelitian yang dilakukan yaitu “Identifikasi Zona Bidang
Gelincir Tanah Longsor Dengan Metode Georadar”.
Pada survei dengan metode GPR dilakukan dengan metode Radar
Reflection Profiling (antenna bistatic mode). Cara ini dilakukan dengan
membawa antena radar (tansmitter dan receiver) bergerak bersamaan di atas
permukaan tanah dengan jarak pengambilan sampel 1 meter, dimana. Mode
antena bistatik merupakan seting untuk kedua antena dengan jarak pemisah
tertentu, dalam survey kali ini seting antena memiliki jarak pemisah 0, 1 m.
Frekuensi kerja yang digunakan adalah 100 MHz.
89
Metode Pengambilan Data Geradar Di Lapangan
90
Langkah-langkah dalam pengolahan data survei GPR dengan
menggunakan software RADAN (RAdar Data ANalyzer) adalah sebagai berikut:
1) Stacking, untuk melihat kedudukan struktur bawah permukaan secara jelas
dengan mendudukan keadaan sinyal yang direkam.
2) Filtering, bertujuan menghilangkan noise background yang tidak diinginkan.
Analisis kecepatan adalah untuk menentukan kecepatan gelombang pada material
bawah permukaan, kemudian mengubah travel time ke kedalaman (Yulius dkk,
2008)
3) Migrasi, prosedur untuk mengubah permukaan yang telah terekam pada posisi
yang benar.
4) Wiggle, prosedur untuk menampilkan daya hantar listrik (elektrokonduktivitas)
dalam pencitraan georadar yang terdiri dari reflektor yang kuat (strong) sampai
lemah (weak) tergantung sifat fisik suatu batuan yang berada di lapisan bawah
permukaan. Proses ini menggambarkan kondisi gelombang didalam stratigrafi
atau suatu tatanan urutan perlapisan batuan berdasarkan sekuen (batas reflektor).
Plot berguna untuk mengidentifikasi kondisi geologi bawah permukaan, seperti
lempung atau cadangan air tanah dangkal.
91
Contoh hasil pengukuran yang didapatkan
92
BAB VIII
LOGGING GEOFISIKA
8.1. Sejarah
Sejarah geofisika log sumur pertama kali adalah merekam log self-
potential (SP) pada tahun 1927 pada sumur di lapangan minyak Pechebronn
Alsace Prancis.
Logging sumur adalah pengukuran dalam lubang sumur menggunakan
instrumen yang ditematkan pada ujung kabel wireline dalam lubang bor. Wireline
terdiri atas outer wire rope dan inner wire group of wires. Kabel luar memberikan
kekuatan untuk menurunkan dan mengangkat instrumen dan kabel dalam berupa
transmisi untuk mengatur peralatan logging dan untukmentelemetrikan data
uphole ke perangkat perekaman di permukaan.
Pada tahun 1980an, teknik baru ditemukan, Logging While Drilling
(LWD), diperkenalkan degan menghasilkan informasi tentang sumur. Pada sensor
yang terletak diujung kabel wireline, sensor terintegrasi dengan drill string dan
pengukuran dilakuka saat pengeboran. Ketika melakukan loging sumur setelah
drill string dikeluarkan dari sumur. LWD mengukur parameter geologi didalam
sumur yang telah dibor. Karena terdapat dua kabel yang terkoneksi dengan
permukaan, data direkam kebawah dan diangkat kembali ketika drill string
dikeluarkan dalam lubang. Subset kecil dari data pengukuran dapat ditransmisikan
ke permukaan real time menggunakan pressure pulses dalam wells mud fluid
colomn. data telemetri dari dalam tanah mempunyai bandwidth yang kecil kurang
dari 100bit per detik, sehingga informasi dapat didapat real time dengan
bandwidth yang kecil.
93
8.2. Metode dan Tinjauan Pustaka
Geophysics Well Logging merupakan suatu metode geofisika yang
mengukur besaran-besaran fisik batuan yang memberikan informasi bawah
permukaan yang meliputi karakteristik litoLogi, ketebalan lapisan, kandungan
fluida, korelasi struktur, dan kontinuitas batuan dari lubang bor (Gordon H.,
2004). Log geofisika yang dipakai pada penelitian ini adalah log gamma ray dan
log densitas. Log gamma ray merupakan log yang merekam kedalaman dari
radioaktivitas alami bumi. Pada sifat radioaktivitas berasal dari peluruhan unsur-
unsur Uranium (U), Thoruium (TH) serta Potasium (K), yang terdapat dalam
batuan. Log densitas memiliki prinsip kerja mengikuti prinsip teori fisika nuklir.
Dimana pada setiap tabrakan sinar gamma akan menyebabkan berkurangnya
energi, log densitas dapat pula mendeterminasi densitas elektro formasi yang
dihubungkan dengan densitas bulk sesungguhnya di dalam gr/cc. Jika dilihat pada
gambar 1 dan gambar 2, batubara memiliki nilai gamma ray dan densitas yang
cukup rendah dibandingkan batuan yang lainnya.
Ellis & Singer (2008) membagi metode yang digunakan untuk
memperoleh data log menjadi dua macam, yaitu:
Wireline Logging
Pada wireline logging, hasil pengukuran akan dikirim ke permukaan
melalui kabel (wire). Wireline log sendiri merupakan perekaman dengan
menggunakan kabel setelah pengeboran dilaksanakan dan pipa pengeboran telah
di angkat.
Logging While Drilling
Logging-While-Drilling (LWD) adalah pengerjaan logging yang
dilakukan bersamaan pada saat membor. Alatnya dipasang di dekat mata bor. Data
dikirimkan melalui pulsa tekanan lewat lumpur pemboran ke sensor di
permukaan. Setelah diolah lewat serangkaian komputer, hasilnya juga berupa
grafik log di atas kertas. LWD pada dasarnya berguna untuk memberi informasi
formasi (resistivitas, porositas, sonic dan gamma ray) sedini mungkin pada saat
pemboran.
Macam-macam Log
Log listrik
Log listrik merupakan suatu plot antara sifat-sifat listrik lapisan
yangditembus lubang bor dengan kedalaman. Sifat-sifat ini diukur dengan
berbagaivariasi konfigurasi elektrode yang diturunkan ke dalam lubang bor.
ntuk batuanyang pori-porinya terisi mineral-mineral air asin atau clay maka
akanmenghantarkan listrik dan mempunyai resistivity yang rendah
dibandingkandengan pori-pori yang terisi minyak, gas maupun air ta!ar. "leh
karena itulumpur pemboran yang banyak mengandung garam akan bersifat
konduktif dansebaliknya
Log SP
94
Kurva spontaneous potensial (S1) merupakan hasil pencatatan alat
logging karena adanya perbedaan potensial antara elektroda yang bergerak dalam
lubangsumur dengan elektroda tetap di permukaan terhadap kedalaman lubang
sumur. Spontaneous potensial ini merupakan sirkuit sederhana yang terdiri
daridua buah elektroda dan sebuah galvanometer. Sebuah elektroda (9)
diturunkankedalam lubang sumur dan elektroda yang lain (:) ditanamkan di
permukaan.
Resistivity log
Resistivity log adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan batuan
formasi beserta isinya, yang mana tahanan ini tergantung pada porositas
efektif,salinitas air formasi, dan banyaknya hidrokarbon dalam pori-pori batuan.
Log radioaktif
Log radioaktif dapat digunakan pada sumur yang dicasing (cased
hole)maupun yang tidak dicasing (open hole). 8euntungan dari log radioaktif
inidibandingkan dengan log listrik adalah tidak banyak dipengaruhi oleh
keadaanlubang bor dan jenis lumpur. ;ari tujuan pengukuran, Log %adioaktif
dapatdibedakan menjadi$ alat pengukur lithologi seperti amma %ay Log, alat
pengukur porositas seperti :eutron Log dan ;ensity Log. asil pengukuran alat
porositas dapat digunakan pula untuk mengidentifikasi lithologi dengan hasil
yangmemadai.
Gamma Ray Log
Prinsip pengukurannya adalah mendeteksi arus yang ditimbulkan
olehionisasi yang terjadi karena adanya interaksi sinar gamma dari formasi
dengan gasideal yang terdapat didalam kamar ionisasi yang ditempatkan pada
sonde. Besarnya arus yang diberikan sebanding dengan intensitas sinar gamma
yang bersangkutan.
Neutron Log
Neutron Log direncanakan untuk menentukan porositas total batuan
tanpamelihat atau memandang apakah pori-pori diisi oleh hidrokarbon maupun air
formasi. :eutron terdapat didalam inti elemen, kecuali hidrokarbon.
:eutronmerupakan partikel netral yang mempunyai massa sama dengan atom
hidrogen.
Log Density
Dujuan utama dari density log adalah menentukan porositas
denganmengukur density bulk batuan, disamping itu dapat juga digunakan untuk
mendeteksi adanya hidrokarbon atau air, digunakan besama-sama dengan
neutronlog, juga menentukan densitas hidrokarbon (O h ) dan membantu didalam
evaluasilapisan shaly.
Soni/ Log
Log ini merupakan jenis log yang digunakan untuk mengukur
porositas,selain density log dan neutron log dengan cara mengukur interval
transite time(Pt), yaitu !aktu yang dibutuhkan oleh gelombang suara untuk
merambat didalam batuan formasi sejauh * ft. 1eralatan sonic log menggunakan
95
sebuah transmitter (pemancar gelombang suara) dan dua buah receiver
(penerima). >arak antar keduanya adalah * ft
Capiler Log
Caliper log merupakan suatu kurva yang memberikan gambaran
kondisi(diameter) dan lithologi terhadap kedalaman lubang bor. 1eralatan dasar
caliper log ntuk menyesuaikan dengan kondisi lubang bor, peralatan caliper log
dilengkapi dengan pegas yang dapat mengembangsecara fleksibel. ujung paling
ba!ah dari pegas tersebut dihubungkan dengan rod.1osisi rod ini tergantung pada
kompresi dari spring dan ukuran lubang bor.
Data LWD dapat disimpan dengan menggunakan memori yang ada pada alat dan
baru dilepas ketika telah sampai ke permukaan atau ditransmisikan sebagai pulsa
pada mud column secara real-time pada saat pemboran berlangsung
(Harsono,1997). Berkaitan dengan hal tersebut terdapat Darling (2005)
96
menyebutkan sejumlah kelemahan dari LWD yang membuat penggunaannya
menjadi terbatas yaitu:
1. Mode pemboran: Data hanya bisa ditransmisikan apabila ada lumpur yang
dipompa melewati drillstring.
2. Daya tahan baterai: tergantung pada alat yang digunakan pada string,
biasanya hanya dapat bekerja antara 40-90 jam
3. Ukuran memori: Sebagian besar LWD mempunyai ukuran memori yang
terbatas hingga beberapa megabit. Apabila memorinya penuh maka data
akan mulai direkam di atas data yang sudah ada sebelumnya. Berdasarkan
sejumlah parameter yang direkam, memori tersebut penuh antara 20-120
jam
4. Kesalahan alat: Hal ini bisa menyebabkan data tidak dapat direkam atau
data tidak dapat ditransmisikan.
5. Kecepatan data: Data ditransmisikan tanpa kabel, hal ini membuat
kecepatannya menjadi sangat lambat yaitu berkisar antara 0,5-12 bit/s jauh
dibawah wireline logging yang bisa mencapai 3 Mb/s.
97
5. Lower kelly cock adalah alat yang dipasang antara kelly dan kelly saver
sub, befungsi untuk alat penutup semburan /tekanan dari dalam pipa
pada saat posisi kelly diatas Rotary Table.
6. Upper Kely cock adalah alat yang dipasang diantara kelly dan swivel,
berfunsi untuk menutup semburan/tekanan dari dalam pipa saat kelly
down.
98
disebut rangkaian super-combo (Harsono,1997). Kedua rangkaian tersebut mampu
bekerja dengan kecepatan 1800 ft/jam (Harsono,1997).
Data yang didapat melalui berbagai alat logging yang berbeda tersebut
kemudian diolah oleh CSU (Cyber service unit). CSU merupakan sistem logging
komputer terpadu di lapangan yang dibuat untuk kepentingan logging dengan
menggunakan program komputer yang dinamakan cyberpack (Harsono,1997).
Sistem komputer CSU merekam, memproses dan menyimpan data logging dalam
bentuk digital dengan format LIS (Log Information Standard), DLIS (Digital Log-
Interchange Standard) atau ACSII (Harsono,1997). CSU juga berfungsi
menampilkan data log dalam bentuk grafik (Harsono,1997).
Sistem komputer terbaru yang digunakan oleh Schlumberger adalah
MAXIS (Multiasking Acquisition and Imaging System). Sistem ini mampu
mentransmisikan data lebih cepat dari sistem CSU. Tidak seperti sistem logging
lainnya, sistem MAXIS mempunyai kemampuan menampilkan gambar atau citra
berwarna dari data-data yang diukur dengan alat-alat logging generasi baru
(Harsono,1997). Gambar atau citra data ini mempermudah karakterisasi reservoar
dan interpretasi data di lapangan.
99
3. Merubah data menjadi profile lubang bor.
1. Membuat Design
Header dan Footer merupakan judul atau legenda dari Log Body, untuk
membuat header/footer dapat menggunakan kolom pada sebelah kiri seperti yang
ditunjuk oleh garis merah pada gambar dan untuk membuat Log Body dapat
menggunakan kolom Log Body seperti yang ditunjuk pada gambar.
Dengan menggunakan kolom tersebut kita bisa membuat design sesuai
dengan kebutuhan, sebagai contoh saya akan membuat design untuk hasil Coring
bor Geotek. Biasanya dibuat dahulu pada bagian Log Body dan kemudian dibuat
Header dan Footernya.
100
Log Body untuk Bor Geotek.
Header dibuat berdasarkan log body, dimana header menjadi judul atau
legenda. masing masing kolom pada header tersebut dibuat dari tabel header pada
sebelah kiri, bisa dilihat pada gambar dimana garis merah mengarah pada output
dan input pada headerkemudian Design di save dengan tipe *.ldfx dan Data di
export menjadi Excel bila ingin di edit dari excel.
101
2. Merubah data pada Excel untuk menjadi data pada Log Plot.
102
Setup Page Setting
Hasil kompilasi data file akan muncul dalam Log View Window dan
hasilnya dapat diekspor ke dalam bentuk picture file (emf, wmf, png, bmp, jpg,
tiff) melalui menu File / Export.
103
Contoh hasil pembuatan tabel log litologi hasil loging geofisika meggunakan
software log plot
104
8.7. Hasil Interprestasi
Interpretasi didefenisikan sebagai suatu kegiatan untuk menjelaskan arti
dari sesuatu. Sedangkan interpretasi log merupakan suatu kegiatan untuk
menjelaskan hasi perekaman mengenai berat jenis elektron. Interpretasi log dapat
menyediakan jawaban mengenai ketebalan lapisan batubara, kedalamannya,
korelasi lapisan batubara, jenis batuan roof (20 cm di atas lapisan batubara), jenis
floor (20 cm di bawah lapisan batubara), mengetahui kondisilubang bor dan
sebagainya. Log gamma digunakan bersamaan dengan log densitas yang
merupakan log geofisika yang utama dalam eksplorasi
105
DAFTAR PUSTAKA
Sukri, M. 2020. Dasar Metode Geolistrik. Universitas Syiah Kuala : Syiah Kuala
University Press
106