Abstrak
Jakarta sebagai kota pusat bisnis memiliki keterbatasan lahan dengan banyaknya
pembangunan gedung tinggi. Menurut www.skyscrapercenter.com Jakarta memiliki 382
bangunan gedung tinggi, dimana beberapa bangunan gedung masih dalam tahap
pembangunan. Proses pelaksanaan konstruksi bangunan gedung tinggi harus diperhatikan
karena memerlukan pengetahuan dan metoda yang kompleks dan khusus. Selanjutnya
penelitian ini akan mengkaji salah satu bangunan gedung tinggi mixed use di Kawasan
Jakarta Pusat. Permasalahan penelitian ini yang akan dianalisis yaitu: untuk mengetahui
fungsi dan karakter bangunan gedung, mengkaji proses konstruksi, dan mengidentifikasi
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pelaksanaan konstruksi bangunan gedung
yang diteliti. Selanjutnya, data penelitian dari hasil survey dan berbagai hasil penelitian
yang relevan akan dikaji untuk menjawab permasalahan penelitian ini. Penelitian ini
menggunakan metode survey dan analisis berbagai data pendukung yang ada. Melalui
penelitian ini diharapkan menjawab permasalahan penelitian di atas, sehingga tujuan
penyelenggaraan konstruksi berjalan optimal, dan berdampak positif bagi seluruh
komponen lingkungan.
Pendahuluan
Setiap tahunnya, pembangunan proyek bangunan gedung di Jakarta hampir tidak pernah
berhenti. Jakarta sebagai kota pusat bisnis, terus membuat para pengembang menyelenggarakan
pembangunan konstruksi bangunan gedung-gedung vertikal untuk perkantoran maupun hunian
yang terus berkembang. Situs resmi yang menyajikan data gedung-gedung tertinggi di dunia, The
Skyscraper Center, mencatat Jakarta sebagai salah satu kota yang memiliki cukup banyak
bangunan gedung tinggi dan berada di peringkat ke tujuh secara global. Mengacu kepada data The
Skyscrapper Center, total gedung tinggi yang dimiliki oleh Jakarta mencapai 382 gedung. Dari data
tersebut, beberapa masih dalam proses pembangunan. Sebagian besar atau 42% dari gedung-
gedung pencakar langit dengan ketinggian di atas 150 meter selama ini masih digunakan untuk
perkantoran, disusul oleh residential sebesar 36%, dan mixed use 21%, sisanya difungsikan sebagai
hotel. Berdasarkan catatan Real Estate Indonesia (REI), daya huni maupun kebutuhan kantor di
Jakarta dari tahun ke tahun masih sangat besar dan terus bertumbuh. Meski kondisi lahan di Jakarta
kian sempit, namun lahan-lahan yang tersedia akan terus berpotensi untuk dikembangkan sebagai
bangunan atau gedung vertikal.
Salah satu gedung pencakar langit yang sedang dalam proses konstruksi saat ini adalah
proyek gedung mixed-use. Gedung in berada di pusat Central Business District (CBD) Jakarta,
tepatnya di jalan MH. Thamrin. Ketinggian gedung mencapai 303 meter dengan fungsi sebagai
perkantoran, hotel, dan fasilitasnya. Gedung ini terdiri dari 2 tower dengan jumah lantai 58 dan 55
lantai.
25
TECHNOPEX-2019 Institut Teknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
Proses pelaksanaan konstruksi bangunan gedung tinggi memiliki tingkat kompleks. Sebagai
salah satu bangunan gedung tinggi yang akan menghiasi kota Jakarta, pembangunan gedung mixed-
use ini diselenggarakan melalui berbagai tahapan pekerjaan konstruksi. Dalam proses pekerjaan
konstruksi, dibutuhkan cara atau metoda yang diterapkan dalam pekerjaan konstruksi. Pengunaan
metoda yang tepat, cepat, praktis dan aman sangat berpengaruh dalam dalam menyelesaikan
pekerjaan proyek konstruksi ini disebut dengan metoda konstruksi. Berdasarkan latar belakang
yang teah diuraikan diatas, maka permasalahan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa fungsi dan karakter bangunan gedung mixed-use di Jakarta Pusat?
2. Apa hal-hal yang perlu di perhatikan dalam proses pelaksanaan konstruksi bangunan
gedung mixed-use di Jakarta Pusat?
Studi Pustaka
Bangunan gedung tinggi dengan multi fungsi disebut juga dengan istilah mixed-used
building adalah suatu bangunan yang mengakomodasi beberapa fungsi sekaligus, umunya fasilitas
komersial yang meliputi mal, perkantoran, perbankan, perhotelan, kondominium, rekreasi,
auditorium, sineplex, studio radio/TV, ruang observasi, restoran, dan parkir. Semua fungsi ttersebut
disusun secara vertikal dalam wujud suatu bangunan tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia, menciptakan citra (image) dan identitas spesifik serta integrasi maksimal semua elemen
sistim dalam bangunan (Priatman, 2005). Pada bangunan gedung tinggi terdapat integrasi dari
semua sistem dan elemen pada bangunan. Sistem bangunan tersebut harus saling mendukug dan
melengkapi agar dapat mencapai kinerja total bangunan yang optimal.
Menurut Council on Tall Building and Urban Habitat (CTBUH), tidak ada definisi
internasional objektif dari bangunan gedung tinggi. Melainkan, ada beberapa kriteria, yaitu:
ketinggian bangunan relatif ke bangunan tetangga, kelangsingan bangunan, pemakaian teknologi
yang biasanya dipakai di gedung tinggi, seperti desain tahan gempa, tahan angin, ataupun sistem
transportasi vertikal, dan bangunan dengan ketinggian lebih dari 50 meter atau lebih dari 13 lantai
bisa disebut bangunan tinggi. Bangunan lebih tinggi dari 300 meter disebut supertall (CTBUH).
Tinjauan Umum Proyek
Proyek gedung mixed-use di Jakarta Pusat merupakan proyek bangunan gedung tinggi
yang dibangun di lahan seluas 19.044 meter persegi. Proyek gedung tinggi ini terdiri dari 2 tower,
North dan South. North Tower terdiri dari 58 lantai dengan 68 lapis, South Tower terdiri dari 55
lantai dengan 65 jumlah lapis dengan 7 lapis besmen. Tinggi arsitektural North Tower 303 meter
dan South Tower 299.4 meter. Dengan tinggi gedung melebihi 300 meter, maka gedung ini dapat
dikategorikan debagai gedung super tinggi (supertall).
Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif yang pelajari proses pelaksanaan
konstruksi di bangunan gedung mixed-use di Jakarta Pusat. Tahap pertama dari penelitian adalah
studi literatur untuk mempelajari dan memahami bangunan gedung mixed-use yang baku. Definisi
fungsi dan karakter bangunan gedung mixed-use dipelajari untuk lebih mengerti istilah bangunan
“mixed-use”. Tahap kedua adalah studi literatur untuk memahami proses pelaksanaan konstruksi
yang diterapkan di bangunan gedung mixed-use. Hasil dari tahap dua akan dipakai untuk
menentukan hal-hal yang penting diperhatikan dalam pelaksanaan konstruksi bangunan geung
mixed-use di Jakarta Pusat.
kedalam kategori fungsi usaha, sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) gedung fungsi usaha,
meliputi perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata, dan rekreasi, terminal, and
penyimpanan. Analisis fungsi bangunan terbagi menjadi 3, yaitu primer, sekunder, dan penunjang.
Fungsi primer, fungsi primer dari gedung mixed-use di Jakarta Pusat adalah perkantoran
dan perhotelan. Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa gedung yang
terdiri dari 2 tower tersebut sebagian besar akan dijadikan perkantoran kelas premium, dan
pada North Tower akan memiliki 181 apartemen servis premium.
Fungsi sekunder, fungsi sekunder dari bangunan gedung ini akan terdiri dari tempat
hiburan, lifestyle, yang merupakan fasilitas pendukung dari fungsi sekunder bangunan ini.
Dalam desainnya pada South Tower pada puncak bangunannya akan dibuat sebuah
kompleks lifestyle yang high-end. Area ini terdiri dari 3 lantai yang mencakup restoran dan
lounge ekslusif.
Fungsi penunjang, antara lain area parkir kendaraan, kantor pengelola, toilet, bank & ATM
center, fasilitas keamanan, area transit kendaraan umum, juga gedung mixed use ini akan
terintegrasi langsung dengan stasiun MRT.
Massa bangunan gedung mixed-use in terdiri dari 3 massa, yaitu podium dan 2 tower,
massa podium terdiri dari 4 lantai yang mewadahi fungsi lantai dasar sebagai lobby dan area ME
sebagai fungsi area penunjang. Lantai 2, 3, dan 4 mewadahi fungsi sekunder yaitu retail, foodcourt
dan F&B lainnya. Dilantai 5 dimana kedua tower mulai berpisah, pada lantai ini atap podium
difungsikan sebagai taman, area ini dapat dijadikan area breakout untuk para pekerja dan
pengujung yang nantinya akan menempati bangunan ini.pada North Tower terdapat kolam renang
sebagai fasilitas hotel atau servis apartemen, sedangkan South Tower berfungsi sebagai area
perkantoran hingga lantai puncaknya.
Kedua Menara kembar ini dihubungkan dengan jembatan di lantai 20 mezzanine hingga
21. Untuk bentuk tower dari bangunan ini berebentuk dasar persegi yang kemudian difungsikan
untuk area perkantoran dan hotel. Fasad bangunan mixed-use ini memaksimalkan transparency
dengan warna champagne pada podium dan tower.
27
TECHNOPEX-2019 Institut Teknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
28
TECHNOPEX-2019 Institut Teknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
manusia, penyediaan alahdan bahan bangunan gedung, dan penyediaan area untuk
infrastruktur proyek.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian yan telah dipaparkan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah:
1. Fungsi dan karakter bangunan gedung terbagi menjadi tiga bagian, fungsi primer bangunan
gedung mixed-use di Jakarta Pusat adalah perkantoran dan perhotelan. Fungsi sekundernya
antara lain sebagai kompleks lifestyle, pusat hiburan, lounge, restoran, dan retail. Funhsi
penunjang dari bangunan ini ialah parkir kendaraan, kantor pengelola, toilet, bank & ATM
29
TECHNOPEX-2019 Institut Teknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
center, fasilitas keamanan, area transit kendaraan umum, juga gedung mixed use ini akan
terintegrasi langsung dengan stasiun MRT.
2. Pada tahap pelaksanaan konstruksi proyek bangunan gedung tinggi ada banyak hal-hal yang
perlu diperhatikan, yaitu memastikan bahwa semua tahapan pelaksanaan konstruksi bangunan
geng telah berjalan dengan semestinya. Semua aspek dalam setiap tahapan berperan penting,
selain itu teknologi atau metode kerja baru juga harus diperhatikan untuk memastikan hal
tersebut dapat berjalan dengan lancar.
Daftar pustaka
[1] W.K. Chen. Linear Networks and Systems. Belmont, CA: Wadsworth, 1993, hlm. 123-135.
[2] M.D. Dahleh. “6.5 Matrix methods,” dalam Vibration and Shock Handbook. C.W. De Silva,
Ed. Boca Raton: Taylor & Francis, 2005, hlm. 6-14.
[3] D. Casadei, G. Serra, K. Tani. “Implementation of a direct control algorithm for induction
motors based on discrete space vector modulation.” IEEE Transactions on Power Electronics,
15(4), hlm. 769-777, 2007.
[4] R. Nuryadi dan D. Hartanto. “Computer simulation of quantum confinement effect in silicon
nano wire,” dalam Proc. The 12th International Conference on QiR (Quality in Research,
2011, hlm. 160-166.
[5] E.E. Rebecca. “Alternating current fed power supply.” U.S. Patent 7 897 777, 3 Nov. 1987.
[6] D.E. Winterbone. (1997). Advanced thermodynamics for engineers. [Online]. Tersedia di:
www.knovel.com [6 Jan. 2011].
[7] A. Paul. (1987, Okt.). “Electrical properties of flying machines”. Flying Machines. [On-line].
38(1), hlm. 778-998. Tersedia di: www.flyingmachjourn/properties/fly.edu [1 Des 2003].
[8] N. Pakvilai. (2013). “Plant macronutrient analysis of enzyme ionic plasma and organic
fertilizer from biodegradable waste.” The 2nd Annual South East Asian International Seminar
(ASAIS). [On-line].hlm. 1-6. Tersedia di: http://asais-pnj.org [17 Jan 2014].
[9] M. Duncan. “Engineering Concepts on Ice.” Internet: www.iceengg.edu/staff.html, 25 Okt.
2000 [29 Nov. 2003].
[10] T. Pangaribuan. “Perkembangan Kompetensi Kewacanaan di LPTK.” Disertasi Doktor. IKIP
Malang, Malang, 1992.
[11] S. Maw. Bahan Kuliah, Engg 251. Topik: “Speed skating.” ICT 224, Faculty of Engineering,
University of Calgary, Calgary, Alberta, 31 Okt. 2003.
[12] D. M. Wirabakti, R. Abdullah, A. Maddeppungeng (2014). “Studi Faktor-Faktor Penyebab
Keterlambatan Proyek Konstruksi Bangunan Gedung” Jurnal Konstruksia 6(1), Des 2014
[13] D. Sukamta (2016). “Inovasi dalam Desain Struktur dan Konstruksi Gedung Super Tinggi” -
Seminar HAKI 2016.
[14] J. N. Handoko, D. Sukamta(2016). “Inovasi dalam Sistem Penahan beban Gravitasi untuk
Gedung Super-tinggi” - Seminar HAKI 2016.
[15] Pemerintah DKI Jakarta. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Bangunan Gedung.
Jakarta, 2010.
[16] Project Management Institute. A Guide to the Project Management Body of Knowledge
(PMBOK Guide) 5th Ed. Newtown Square, PA: PMI Publications, 2013. hlm. 38-46.
[17] Council on Tall Buildings and Urban Habitat. CTBUH Height Criteria for Measuring &
Defining Tall Buildings. Internet: https://ctbuh.org/uploads/CTBUH_HeightCriteria.pdf [1
Okt 2019].
30