Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik

Sipil (KNPTS) 2019, 5 November 2019, ISBN xxx-xxx-


xxxxx-x-x

ANALISIS PELAKSANAAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI


BANGUNAN DI KAWASAN INDUSTRI WIJAYAKUSUMA
SEMARANG
Muhammad Mahmudi 1, M Rifki Noviyanto2, Diah Rahmawati3, Lila Anggraini3
1)2)
Mahasiswa Program Studi Strata Satu Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Semarang, Email:
mahmdi6025@gmail.com – rivkidd789@gmail.com
3)4)
Staf Pengajar,Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Semarang, Email:
diahrahma92@yahoo.com – lila_anggrahini@usm.ac.id

ABSTRAK
Pada standarisasi peraturan Sertifikat Laik Fungsi didasarkan beberapa aturan perundang –
undangan mulai dari UU No. 28 tahun 2002 pasal 3, PP No. 36 Tahun 2005, UU No. 28
Tahun 2005 pasal 16 ayat 1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 25/PRT/M/2007
tentang Sertifikasi Laik Fungsi (SLF) Bangunan Gedung, Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 27 Tahun 2018 tentang Sertifikasi Laik Fungsi Bangunan Gedung. Peraturan
Daerah Kota Semarang No.5 tahun 2009 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Walikota
No.38 tahun 2012 tentang Pengawasan dan Penerbitan Penyelenggaraan Bangunan Gedung,
Sertifikasi Laik Fungsi (SLF) Bangunan Gedung harus dilaksanakan di Kota Semarang.

Banyak bangunan gedung yang runtuh akibat bencana alam , perubahan fungsi dan
sebagainya akibat kegagalan struktur. Diperlukan pemeriksaan keandalan bangunan gedung.
Memperhatikan hal di atas serta disyaratkan dalam UU No. 28 Tahun 2002 dan PP No. 36
Tahun 2005, perlu dilakukan tindak lanjut dari kondisi tersebut dalam bentuk pemeriksaan
keandalan bangunan gedung untuk mengetahui tingkat keandalan sebagai dasar awal
pertimbangan serta rekomendasi pada tiap aspek pemeriksaannya, penerbitkan Sertifikat
Laik Fungsi (SLF) bangunan gedung oleh Pemerintah Daerah. Di Kota Semarang telah
diterbitkan Peraturan Walikota No. 38 tahun 2012 tindak lanjut peraturan baru di pemerintah
pusat.

Kata kunci : Peraturan Pemerintah, Sertifikat Laik Fungsi (SLF), Bangunan Gedung

1. PENDAHULUAN
SLF (Sertifikat Laik Fungsi) adalah sertifikat yang di terbitkan oleh Pemerintah Daerah terhadap bangunan
gedung yang telah selesai dibangun sesuai IMB dan telah memenuhi persyaratan administratif dan
persyaratan kelaikan teknis sesuai fungsi bangunan berdasarkan hasil pemeriksaan dari instansi terkait, tanpa
SLF, gedung tidak bisa beroperasi secara legall. Menurut Permen PU no. 25/PRT/M/2007 tentang “Pedoman
Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung” bahwa masa berlaku SLF bangunan gedung lainnya pada
umumnya, dan bangunan gedung tertentu ditetapkan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun.

Dewasa ini proyek pembangunan masif dilakukan diseluruh pelosok nusantara. Pembangunan dari bangunan
gedung bertingkat seperti mall, hotel, apartemen gedung perkantoran, sampai bangunan industri banyak
dilakukan. Namun demikian dengan adanya kejadian tahun lalu, tentang kasus kebakaran bangunan gudang
dan pabrik yang tidak hanya mengakibatkan kerusakan pada bangunan tersebut namun juga merenggut
beberapa korban jiwa. Berbagai faktor dari penyebab kebakaran ini adalah kelalaian dari pemilik maupun
pengguna bangunan gedung dalam melakukan perawatan bangunan, tidak adanya jalur evakuasi, dan jumlah
pintu akses keluar masuk yang belum memenuhi standar bangunan yang aman, serta pengetahuan simulasi
apabila terjadi bencana alam maupun kebakaran.

Untuk mengantisipasi agar kejadian seperti diatas tidak terulang kembali, maka pihak industri wajib untuk
melengkapi izin dokumen yang menyangkut keselamatan dan kesehatan manusia yang memakai gedung,
yaitu orang yang memiliki bangunan dan atau pihak penyewa bangunan (pekerja/karyawan) yang memakai
gedung industri tersebut.
Kota Semarang khususnya di Kawasan Industri Wijayakusuma Semarang masih sedikit pihak industri yang
mengerti dan paham mengenai pemohonan pentinganya SLF (Sertifikat Laik Fungsi) bangunan gedung.
Fungsional bangunan yang sesuai dengan dokumen perijinan dari Dinas Terkait yang tertib administrasi
maupun teknis guna menjamin kelayakan bangunan dan menguatkan prinsip keandalan bangunan gedung
industri.

2. STUDI PUSTAKA
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27/PRT/M/2018 tentang
“Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung” terdapat berbagai istilah atau pengertian yang menyangkut
Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung diantaranya adalah istilah Bangunan Gedung, Laik Fungsi,
Pemeriksaan Kelaikan Fungsi Bangunan Gedung, Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung yang
selanjutnya disebut SLF, Permohonan SLF, Pemilik Bangunan Gedung, Pengguna Bangunan Gedung,
Perangkat Daerah Penyelenggara SLF, Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG), Pertimbangan Teknis,
Pengkaji Teknis, Pengawas Konstruksi, Manajemen Konstruksi, Pelaksana Konstruksi, Bangunan Gedung
Sederhana, Bangunan Gedung Tidak Sederhana, Bangunan Gedung Khusus, Izin Mendirikan Bangunan
Gedung yang selanjutnya disebut IMB, Pemerintah Pusat, Menteri, Pemerintah Daerah, Kecamatan atau
yang disebut dengan nama lain.

Sertifikat Laik Fungsi (SLF) merupakan inti dari standart keandalan gedung yang dikeluarkan oleh
pemerintah daerah serta SLF mulai tahun 2010 akan menjadi dokumen yang wajib dimiliki setiap bangunan
gedung, baik yang baru ataupun yang sudah lama berdiri. Ketentuan tentang penerbitan SLF yang diatur
dalam UU No. 28 tahun 2002 ini, dikeluarkan pemerintah demi memastikan keselamatan pengguna bangunan
pada intinya. Pedoman tentang Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung sendiri, telah diterbitkan sejak 9
Agustus 2007 yang lalu, melalui ketetapan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 25/PRT/M/2007
tentang “Sertifikasi Laik Fungsi (SLF) Bangunan Gedung”, secara spesifik. Kemudian dilanjutkan dengan
peraturan yang lebih baru ialah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 27 Tahun 2018 tentang “Sertifikasi
Laik Fungsi Bangunan Gedung”.

Di kota Semarang saat ini telah diterbitkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tanggal
20 Agustus 2009 tentang “Bangunan Gedung” dan Peraturan Walikota No. 38 tahun 2012 tentang
“Pengawasan dan Penertiban Penyelenggaraan Bangunan Gedung”. Sertifikat laik fungsi merupakan
sertifikat yang diberikan pemerintah daerah terhadap bangunan gedung yang telah selesai dibangun dan telah
memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan kelaikan teknis sebagai syarat untuk dapat
dimanfaatkan.

TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Sertifikat Laik Fungsi
(SLF) untuk bangunan industri di Kawasan Industri Wijayakusuma Semarang dalam kelengkapan
administrasi dan teknis bangunan, yang selanjutnya akan menghasilkan keandalan bangunan industri yang
disahkan oleh tenaga ahli dinas setempat tahun 2020. Sedangkan untuk tujuan yang ingin dicapai oleh
penulis, yaitu :
1. Mengetahui kesiapan dan kepedulian perusahaan industri terhadap Sertifikat Laik Fungsi (SLF)
bangunan gedung.
2. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam proses pemohonan Sertifikat Laik Fungsi (SLF)
untuk bangunan industri.
3. Mengetahui pelaksanaan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) untuk bangunan industri di Kawasan
Industri Wijayakusuma Semarang.

3. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk
membuat deskripsi baik secara sistematis, dan akurat mengenai fakta yang terjadi di lokasi yang telah
ditetapkan sebelumnya.
B. Tahapan Penelitian
Dalam hal ini peneliti akan mendiskripsikan dan melakukan analisis dari perbandingan antara Transportasi
Umum Online dan Transportasi Umum Massal.

Beberapa tahapan yang harus dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian ini sehingga dapat diperoleh
suatu hasil terlampir pada diagram alir sebagai berikut :

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian


Metode penelitian merupakan suatu ilmu yang mempelajari cara penelitian untuk menemukan,
mengumpulkan, mengembangkan, menganalisis dan menguji kebenaran dari suatu permasalahan. Metode
penelitian ini dikerjakan dengan hati – hati, sistematis, dan berdasarkan ilmu pengetahuan dengan metode
ilmiah. Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyusun laporan berdasarkan pada kuisioner yang diisi oleh
responden, bimbingan dari dosen pembimbing serta melakukan wawancara dengan para pihak industri,
terutama dengan para Industri pemohon Sertifikat Laik Fungsi di Kawasan Industri Wijayakusuma
Semarang, serta ditambah dengan pengamatan langsung yang dilakukan di lapangan.

2. DATA DAN ANALISA


A. Pengumpulan Data dan Studi Lapangan
Bentuk penelitian yang diadakan oleh penulis merupakan hasil dari pengamatan lapangan terhadap kesiapan
industri dalam menghadapi peraturan tentang Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung, sampel penelitian
berada di Kawasan Industri Wijayakusuma Semarang. Penelitian ini menggunakan kuisioner, pengolahan
data, analisis responden, dan pengambilan kesimpulan terhadap para pihak industri yang berada di Kawasan
Industri Wijayakusuma Semarang.

B. Penyusunan Kuisioner
Kuisioner penelitian yang dirancang ini disesuaikan dengan kondisi industri di Indonesia pada umumnya, dan
khususnya pada Kawasan Industri Wijayakusuma Semarang. Secara garis besar, kuisioner ini dibagi menjadi
2 (dua) bagian, yaitu :
1. Bagian 1
Bagian 1 berupa informasi umum, berisi tentang pertanyaan tentang kualifikasi responden (Nama,
identitas lain), nama perusahaan, dan jabatan dalam perusahaan tersebut .
2. Bagian 2
Bagian 2 berupa informasi khusus yang berkaitan dengan faktor – faktor yang berhubungan dengan
penilaian atau pendapat responden terhadap :
2.1 Kesiapan dan kepedulian perusahaan industri terhadap Sertifikat Laik Fungsi (SLF). Terbagi kedalam
beberapa aspek dibawah ini.
- Kelengkapan dokumen Administrasi;
- Kelengkapan dokumen arsitektur;
- Kelengkapan dokumen struktur;
- Kelengkapan dokumen mekanikal elektrikal;
- Kelengkapan dokumen lingkungan;
- Kelengkapan dokumen keselamatan dan kesehatan kerja.
2.2 Kendala yang dihadapi dalam pada proses pemohonan Sertifikat Laik Fungsi (SLF). Terbagi kedalam
beberapa aspek dibawah ini.
- Tentang SLF yang diberlakukan untuk bangunan industri di Kota Semarang;
- Kemudahan dalam mengumpulkan kelengkapan dokumen Administrasi & Teknik guna
mengurus SLF;
- Kesulitan dalam memilih Konsultan Pengkaji Bangunan;
- Tingkatan bangunan industri dalam mencari Tenaga Ahli;
- Pengujian kelayakan bangunan gedung;
- Metode dan Alat Pemeriksaan bangunan;
- Standart Pemeriksaan yang digunakan untuk menilai bangunan yang digunakan;
- Daftar Simak SLF sesuai Permen PUPR No.27/PRT/M/2018;
- Tentang Keandalan bangunan industri yang saat ini mulai diberlakukan oleh Pemerintah Kota
Semarang;
- Proses pemohonan SLF pada bangunan industri menurut pemilik / pengguna bangunan industri.
2.3 Pelaksanaan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) pada bangunan industri.
- Kesiapan apabila bangunan diwajibkan memiliki Sertifikat Laik Fungsi (SLF);
- Kesiapan, apabila dilakukan SLF dengan mengacu Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dalam hal
dilakukan penelitian;
- Kesiapan terhadap dokumen perencanaan bangunan gedung pabrik;
- Kesiapan terhadap dokumen pengawasan bangunan gedung pabrik;
- Syarat gedung yang laik adalah memenuhi syarat administrasi, tata bangunan, keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan bangunan gedung sesuai UU No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung;
- Persyaratan didalam daerah Kota Semarang, apakah anda mengetahui tentang kesiapan dalam
penerapan Peraturan Walikota No. 35 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung;
- Kesiapan pabrik dalam memahami Peraturan SLF terbaru yaitu Permen PUPR
No.27/PRT/M/2018 tentang Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung;
- Kesiapan apabila harus merekrut tenaga ahli / konsultan pengkaji bangunan dalam hal
pengujian serta pengajuan SLF pada gedung;
- Kesiapan perusahaan / pabrik anda apabila dilakukan pengujian SLF memerlukan
pendampingan dalam menginspeksi bangunan gedung;
- Kesiapan dengan dilakukan penilaian gedung terhadap beberapa perbaikan yang harus
dilakukan oleh perusahaan / pabrik anda terkait perbaikan dari sisi struktur, arsitektur,
mekanikal elektrikal bangunan gedung;
- Kesiapan apabila perusahaan / pabrik anda dimintai data pendukung SLF untuk dikaji
konsultan pengkaji seperti data penyelidikan tanah atau gambar As-Built Drawing dari
bangunan;
- Kesiapan dari perusahaan / pabrik anda apabila bangunan yang anda tempati ternyata sudah
tidak layak untuk beroperasi sebagai bangunan industri, dan nantinya perlu di demolished
(diratakan dengan tanah);
- Kesiapan adanya penerapan Sertifikast Laik Fungsi (SLF) terhadap bangunan industri anda
secara berkala 5 tahun sekali.
Tujuan dari pernyataan – pernyataan tersebut di atas adalah untuk mengidentifikasi penyebab
diterapkannya peraturan tentang Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung tahun 2018, tentang data bangunan
industri, tingkat kesiapan serta kepedulian indutri, kendala yang dihadapi industri dan menentukan solusi
akibat adanya permasalahan tersebut.

C. Analisa Data

Semua data yang diperoleh oleh penulis kemudian diolah dan dianalisa. Adapun tahapannya adalah sebagai
berikut :

1. Menyebar kuisioner
Kuisioner sebagai sumber data disebar kepada responden yang merupakan pihak bangunan Industri di
Kawasan Industri Wijayakusuma semarang, baik dari industri tekstil, dari industri farmasi, industri
konstruksi, maupun dari logistik pergudangan.
2. Perekapan
Merupakan proses pengumpulan dan menyelesaikan data yang diperoleh melalui hasil sebaran kuisioner
dan kemudian diperiksa kelengkapan dan keabsahan jawaban responden.
3. Pengkodean (Coding);
Coding merupakan proses memberikan kode tertentu pada aneka ragam jawaban responden yang
didapatkan melalui sebaran kuisioner, dan kemudian data tersebut dikelompokkan dalam kategori yang sama.
4. Menyusun daftar tabel dari data yang diperoleh penulis dan mengelompokkan data tersebut ke dalam
variabel yang akan diteliti;
5. Penilaian (Scoring)
Penilaian merupakan proses pemberian nilai atas jawaban kuisioner untuk dipergunakan dalam analisis
data, faktor – faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Industri di
Kawasan Industri Wijayakusuma Semarang.
1 = tidak siap, yang berarti tidak berpengaruh : nilai 1
2 = kurang siap, yang berarti kurang berpengaruh : nilai 2
3 = siap, yang berarti berpengaruh : nilai 3
4 = sangat siap, yang berarti sangat berpengaruh : nilai 4
6. Analisa data yang diperoleh melalui kuisioner menggunakan metode statistik deskripsi pemrograman
komputer, pada Microsoft Office Excel.
7. Untuk mengetahui tingkat faktor – faktor resiko, dari setiap pernyataan dilakukan dengan menghitung nilai
rata-rata (mean) dari setiap jawaban responden. Setelah memperoleh nilai rata-rata (mean) dari setiap
jawaban responden kemudian data disusun berurutan dalam suatu tabel dengan mean terbesar sampai
dengan yang terkecil. Nilai mean yang terbesar ditetapkan sebagai nilai mean yang lebih dominan dari
setiap pertanyaan. Nilai rata – rata (mean) diperoleh dengan cara menjumlahkan data dari seluruh
individu dalam kelompok itu, kemudian data dibagi dengan jumlah individu yang ada pada kelompok
tersebut. Hal ini dapat dilihat dari rumus berikut :

Dimana :
X = nilai rata – rata (mean)
n = jumlah responden
Dari hasil kuisioner tersebut kemudian dibandingkan sebagai koefisien ranking dengan menghitung nilai
Indeks Kepentingan Relatif (IKR), kemudian dapat ditentukan ranking dari masing – masing faktor dengan
cara mengurutkan nilai mean dari nilai yang paling tinggi sebagai ranking 1. Adapun untuk mendapatkan
angka IKR dapat menggunakan rumus :

Adapun contoh perhitungan faktor pelaksanaan Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Industri di Kawasan Industri
Wijayakusuma Semarang dengan metode IKR adalah sebagai berikut :

Dimana :
Xi = frekuensi pada (i) yang diberikan reponden sebagai presentase pada jumlah
responden terhadap masing – masing permasalahan.
i = kategori indeks responden (i = 1,2,3,4,...n)
Variabel yang memiliki nilai IKR tertinggi diberi ranking 1 (satu), demikian dihitung seterusnya
hingga nilai IKR terendah secara berurutan. Apabila terdapat dua atau lebih nilai IKR yang sama, maka
penentuan ranking didasarkan dengan menjumlahkan ranking yang mewakilinya, kemudian dibagi
banyaknya variable dengan nilai sama. Metode analisis ini berguna untuk mengidentifikasi ranking
responden dan memberi prioritas pada masing-masing variabel studi.

D. Pengambilan Data
Apabila nilai mean dan ranking dari variabel penelitian telah diketahui, maka dilakukan penentuan range
berdasarkan pengelompokan masing – masing variabel. Dengan cara memberi beberapa pilihan sesuai tingkat
kepentingan penelitian. Cara menyimpulkan data adalah dengan cara menarik kesimpulan berdasarkan
analisa data yang telah dilakukan yang termasuk kategori faktor – faktor yang berpengaruh mengenai
pelaksanaan Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Industri di Kawasan Industri Wijayakusuma Semarang, yaitu
dengan :
1. Menyimpulkan interval yang kurang setuju sampai dengan yang sangat setuju dengan kriteria skor hasil
analisa sebagai berikut :
a. Skor 0,00 ≤ X ≤ 1,00 merupakan faktor yang tidak berpengaruh;
b. Skor 1,01 ≤ X ≤ 2,00 merupakan faktor yang kurang berpengaruh;
c. Skor 2,01 ≤ X ≤ 3,00 merupakan faktor yang berpengaruh;
d. Skor 3,01 ≤ X ≤ 4,00 merupakan faktor yang sangat berpengaruh.
1. Berdasarkan urutan ranking skor, nantinya diambil satu dari masing – masing tahapan faktor yang
ditetapkan sebagai variabel dengan nilai IKR dan rata – rata pengaruh yang tertinggi berdasarkan hasil
perhitungan analisa.
2. Berdasarkan hasil penyusunan data pernyataan yang dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata (mean)
dari jawaban responden yang terbesar ke terkecil. Nilai mean terbesar ditetapkan sebagai nilai mean
yang dominan, nilai rata-rata (mean) diperoleh dengan menjumlahkan data dari seluruh individu dibagi
dengan jumlah individu tersebut.
5. KESIMPULAN
Melalui Analisis Pelaksanaan Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Industri Di Kawasan Industri Wijayakusuma
Semarang, maka diharapkan akan dapat memperoleh sebuah kesimpulan untuk hasil analisa guna menunjang
kemajuan konstruksi gedung yang tertib terhadap peraturan tentang perijinan bangunan yang berada di Kota
Semarang yaitu meliputi :
1. Bagaimana kesiapan dan kepedulian perusahaan industri terhadap Sertifikat Laik Fungsi (SLF) bangunan
gedung ?
2. Apakah kendala yang dihadapi dalam pada proses pemohonan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) untuk
bangunan industri ?
3. Bagaimana pelaksanaan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) untuk bangunan industri di Kawasan Industri
Wijayakusuma Semarang ?

DAFTAR PUSTAKA
Fitrhriani, Nur dkk. 2019. Jurnal Sertifikat Laik Fungsi (SLF) gedung pemerintah Kota Semarang. Semarang
: Universitas Semarang.
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532).
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Bangunan.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 45/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan
Bangunan Gedung Negara.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 25/PRT/M/2007 tentang Sertifikasi Laik Fungsi (SLF) Bangunan
Gedung.
Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tanggal 20 Agustus 2009 Tentang Bangunan
Gedung.
Peraturan Walikota No. 38 Tahun 2012 Tentang Pengawasan Dan Penertiban Penyelenggaraan Bangunan
Gedung.
PP No. 36 Tahun 2006, Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002. Penerbit Direktorat Jendral
Cipta Karya. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2010. No.16/PRT/M/2010 tentang Pedoman Pemeriksaan Berkala
Bangunan Gedung, PU, Jakarta.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2018. No.27/PRT/M/2018 tentang Sertifikat
Laik Fungsi Bangunan Gedung, PUPR, Jakarta.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2018. No.11/PRT/M/2018 tentang Tim Ahli
Bangunan Gedung, Pengkaji Teknis dan Penilik Bangunan, PUPR, Jakarta.
Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2009, Tentang Bangunan Gedung.Penerbit Pemerintah Kota Semarang. Jawa
Tengah
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010, Jawa Tengah.
Rizka Adiyani Mulyo. 2016. Jurnal Sertifikasi Laik Fungsi Bangunan Gedung Negara Pada Pemerintah
Kota Semarang. Semarang : Universitas Diponegoro.
Riyasha, dkk. 2019. Jurnal Sertifikat Laik Fungsi (SLF) Analisis Pelaksanaan Sertifikat Laik Fungsi
Bangunan Industri Di Kawasan Industri Candi Semarang. Semarang : Universitas
Semarang
Rosalina. 2011. Tesis Sistem Pemeliharaan Gedung Ditinjau dari Keandalan Bangunan Gedung (Studi
Kasus : Gedung Rumah Susun Sederhana Sewa di Kabupaten Cilacap). Surakarta : Universitas Negeri
Surakarta.
Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725).
Undang-undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725).
Undang-undang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5188).
UU No. 28 Tahun 2002, Tentang Bangunan Gedung.Penerbit Pemerintah Republk Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai