Anda di halaman 1dari 26

FUNGSI DAN PERSYARATAN BANGUNAN INDUSTRI DAN

KOMERSIAL

Kelompok 10

Disusun oleh:
Arif firnanda 210160106
Fahkrul rozi pasaribu 210160073
Dinda nur syafiyah 2209096018
Raja wali Shahab 210160129
M gani syahreza 210160049

TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2023/2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………….. i

KATA PENGANTAR……………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..... 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………….….. 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….. 2

1.3 Tujuan……………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………... 3

Fungsi dan persyaratan bangunan industri dan komersial

2.1 Fisik dan fungsi lingkungan dariindustri dan


komersial bangunan……………………………………………….4

2.2 Gaya yang diberikan pada dan oleh


bangunan…………………………………………………………. 9

2.3 Perilaku struktural dari elemen………………………………….. 14

2.4 Bangunan yang longgarfilosofi…………………………………..21

BAB III KESIMPULAN………………………………………………… 23

3.1 Kesimpulan……………………………………………………… 23

i
KATA PENGANTAR

Pertumbuhan pesat dalam sektor industri dan komersial merupakan


cerminan dari perkembangan ekonomi suatu negara. Bangunan industri dan
komersial menjadi tulang punggung bagi kegiatan ekonomi, memberikan tempat
bagi produksi, perdagangan, dan layanan yang mendukung keberlanjutan bisnis dan
pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk menjelaskan
secara mendalam tentang fungsi dan persyaratan penting yang harus dipenuhi
dalam merancang, membangun, dan mengelola bangunan industri dan komersial.
Fungsi dari bangunan industri dan komersial sangat beragam dan penting
untuk mencapai berbagai tujuan bisnis dan industri. Bangunan industri digunakan
untuk produksi barang, manufaktur, dan penyimpanan, sementara bangunan
komersial berfungsi sebagai pusat perbelanjaan, perkantoran, restoran, dan banyak
lagi. Keduanya memiliki peran vital dalam menciptakan lingkungan yang
mendukung aktivitas ekonomi yang efisien dan produktif.
Dalam makalah ini, kami akan merinci persyaratan utama yang harus
dipatuhi dalam merancang dan membangun bangunan industri dan komersial yang
aman, fungsional, dan ramah lingkungan. Persyaratan ini meliputi aspek hukum,
teknis, lingkungan, dan keamanan. Pengetahuan mendalam tentang persyaratan ini
adalah kunci keberhasilan dalam mengembangkan bangunan industri dan komersial
yang dapat memenuhi kebutuhan pemilik, pengguna, dan masyarakat secara
keseluruhan.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan wawasan yang berharga
tentang peran penting bangunan industri dan komersial dalam menggerakkan
perekonomian dan memberikan panduan yang bermanfaat bagi para profesional,
perencana, dan pemilik bangunan. Selain itu, kami berharap agar makalah ini dapat
menjadi sumber referensi yang berguna bagi siapa saja yang tertarik dalam bidang
perencanaan, konstruksi, dan pengelolaan bangunan industri dan komersial.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan makalah ini, serta kepada pembaca yang telah mengambil waktu untuk
membacanya. Semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang pentingnya fungsi dan persyaratan bangunan industri dan komersial dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bangunan industri dan komersial merupakan bagian integral dari


infrastruktur ekonomi suatu negara. Mereka memiliki peran penting dalam
mendukung berbagai sektor ekonomi, termasuk manufaktur, perdagangan, layanan,
dan logistik. Bangunan-bangunan ini memiliki fungsi khusus dan persyaratan teknis
yang berbeda dari bangunan residensial, dan pemahaman yang mendalam tentang
aspek-aspek ini sangat diperlukan dalam perencanaan dan pengembangan
bangunan tersebut.
Fungsi bangunan industri melibatkan proses produksi, penyimpanan, dan
pengolahan barang-barang atau bahan baku. Bangunan komersial, di sisi lain,
digunakan untuk menjual barang atau jasa kepada pelanggan. Kedua jenis bangunan
ini memiliki peran yang unik dalam mendukung aktivitas ekonomi dan
menciptakan lapangan kerja. Oleh karena itu, penting untuk memahami perbedaan
mendasar antara fungsi-fungsi ini dan bagaimana hal tersebut memengaruhi desain,
konstruksi, dan pengelolaan bangunan.
Selain itu, persyaratan teknis dan peraturan yang berlaku untuk bangunan
industri dan komersial juga harus dipahami dengan baik. Ini termasuk peraturan
keselamatan, perizinan, peraturan zonasi, persyaratan lingkungan, dan banyak lagi.
Kepatuhan terhadap peraturan ini adalah kunci untuk menjaga keamanan,
kesehatan, dan keberlanjutan operasi bangunan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, kami bertujuan untuk menjelaskan
secara rinci fungsi utama dan persyaratan teknis yang terkait dengan bangunan
industri dan komersial. Kami juga akan membahas bagaimana peran teknologi dan
inovasi dalam memenuhi persyaratan ini telah berubah seiring waktu. Selain itu,
kami akan menyajikan contoh-contoh studi kasus yang menggambarkan
implementasi praktis dari prinsip-prinsip ini dalam proyek-proyek nyata.

1
Dengan pemahaman yang mendalam tentang fungsi dan persyaratan bangunan
industri dan komersial, pemilik bangunan, arsitek, insinyur, dan pemangku
kepentingan lainnya dapat bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang
efisien, aman, dan berkelanjutan untuk berbagai kegiatan ekonomi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Apa saja fungsi utama dan persyaratan teknis yang harus dipahami dan
dipenuhi dalam perencanaan, pembangunan, dan pengelolaan bangunan industri
dan komersial, dan bagaimana penerapan prinsip-prinsip ini dapat memengaruhi
efisiensi, keamanan, dan keberlanjutan operasi bangunan tersebut?

1.3 TUJUAN

Tujuan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman yang mendalam


tentang fungsi utama dan persyaratan teknis yang terkait dengan bangunan industri
dan komersial. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk mengilustrasikan
bagaimana penerapan prinsip-prinsip ini dapat meningkatkan efisiensi operasional,
keamanan, dan keberlanjutan dari bangunan-bangunan tersebut dalam konteks
aktivitas ekonomi dan perkembangan teknologi yang terus berkembang.

2
BAB II
PEMBAHASAN
Fungsi bangunan industri mengacu pada peran utama bangunan tersebut
dalam konteks ekonomi. Bangunan industri dirancang khusus untuk keperluan
produksi, pemrosesan, penyimpanan, dan distribusi barang atau bahan-bahan
tertentu. Mereka mencakup fasilitas seperti pabrik, gudang, pabrikasi, dan
laboratorium penelitian yang digunakan dalam kegiatan manufaktur, pengolahan,
dan eksplorasi industri.
Persyaratan bangunan industri merujuk pada sejumlah regulasi dan kriteria
teknis yang harus dipatuhi dalam perencanaan, desain, konstruksi, dan pengelolaan
bangunan industri. Ini meliputi standar struktural untuk menanggung beban
peralatan berat, sistem listrik yang memadai untuk operasi industri, sistem ventilasi
dan tata udara yang baik untuk menjaga kualitas udara, serta perlindungan
kebakaran yang efektif. Persyaratan ini juga termasuk peraturan keselamatan kerja,
penyimpanan bahan berbahaya, dan pemenuhan regulasi lingkungan yang berlaku.
Fungsi bangunan komersial mencakup peran utama bangunan dalam
mendukung kegiatan perdagangan dan pelayanan kepada pelanggan. Bangunan
komersial digunakan untuk menjual barang atau jasa kepada masyarakat. Contoh
dari bangunan komersial adalah toko ritel, pusat perbelanjaan, restoran, kantor,
bank, dan fasilitas layanan umum seperti rumah sakit dan sekolah.
Persyaratan bangunan komersial adalah regulasi dan kriteria teknis yang
harus dipatuhi dalam perencanaan, desain, konstruksi, dan pengelolaan bangunan-
bangunan tersebut. Ini melibatkan aspek-aspek seperti perizinan dan regulasi
zonasi, desain interior yang sesuai dengan tujuan bisnis, fasilitas parkir untuk
pelanggan, sistem keamanan seperti kamera pengawas dan alarm, serta aksesibilitas
bagi penyandang disabilitas. Kepatuhan terhadap persyaratan ini penting untuk
memastikan operasional yang aman dan sesuai dengan regulasi yang berlaku dalam
aktivitas komersial.

3
2.1 FISIK DAN FUNGSI LINGKUNGAN DARIINDUSTRI DAN
KOMERSIAL BANGUNAN

Bangunan sebagai Penutup Lingkungan

Seiring perkembangan peradaban, manusia telah mengembangkan cara-cara


untuk mengendalikan lingkungan tempat mereka tinggal. Awalnya, manusia
menggunakan gua dan penutup alami untuk melindungi diri dari elemen eksternal.
Seiring waktu, manusia mengembangkan struktur buatan seperti rumah-rumah
sederhana untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal mereka.
Perkembangan dalam transportasi memungkinkan penggunaan bahan
bangunan yang lebih bervariasi, tetapi sebagian besar bangunan masih
menggunakan bahan yang tersedia secara lokal. Ini mengarah pada perkembangan
arsitektur vernakular, yang sesuai dengan kondisi lingkungan tempat bangunan
tersebut berada.
Arsitektur vernakular mencerminkan kebutuhan lingkungan tertentu, seperti
penggunaan bangunan termal berat di daerah gurun yang panas. Di tempat-tempat
yang hangat dan lembab, bangunan harus memiliki sifat termal ringan untuk
mengakomodasi angin sejuk.
Selubung bangunan memiliki peran penting dalam mengendalikan
lingkungan internal, mempengaruhi suhu, cahaya, dan ventilasi. Perkembangan
teknologi, seperti pemanasan dan pendinginan, juga telah digunakan untuk
mengatur kondisi dalam bangunan.
Pengendalian lingkungan dalam bangunan memerlukan energi, dan
penggunaan energi adalah bagian penting dari pengendalian lingkungan manusia.
Kombinasi antara struktur bangunan yang efisien dan penggunaan energi yang
cerdas memungkinkan pengaturan kondisi internal sesuai dengan kebutuhan
dengan akurasi tinggi.

4
Gambar 1.1: Perbedaan Sifat Bangunan Termal Ringan dan Berat.

Sifat persepsi manusia tentang kenyamanan dalam bangunan juga telah


berkembang; sekadar mengecualikan hujan dan melindungi dari cuaca sangat
dingin atau panas ekstrem tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Penyediaan kondisi internal yang dapat diterima bergantung pada sejumlah faktor,
yang dapat dirangkum sebagai berikut:

• Isolasi termal dan pengendalian suhu


• Isolasi akustik
• Penyediaan cahaya (alami atau buatan)
• Pengendalian kelembaban
• Penghindaran kontaminan
Pemanasan yang disebabkan oleh peralatan seperti fotokopi dan komputer
Gambar 1.2 menggambarkan kebutuhan-kebutuhan ini dan cara-cara di mana
mereka dipenuhi dalam bentuk konstruksi modern.

Persyaratan kinerja dari selubung bangunan

Kewajiban untuk menyediakan lingkungan internal yang dapat diterima hanyalah


salah satu dari beberapa persyaratan kinerja bangunan modern. Tingkat kinerja

5
bangunan bergantung pada beberapa faktor, penekanan yang diberikan pada
persyaratan kinerja individu ini bervariasi dari situasi ke situasi

Gambar 1.2: Bangunan sebagai Modifikasi Lingkungan.

Namun, standar minimum diatur oleh undang-undang dan panduan, seperti


Peraturan Bangunan, yang harus dipenuhi dalam setiap kasus. Peran yang
semakin penting dari bangunan sebagai aset juga telah mempengaruhi cara
bangunan-bangunan dirancang untuk memaksimalkan nilai jangka panjang dan
meminimalkan biaya pemeliharaan struktur dan bahan.

Persyaratan kinerja bangunan dapat dirangkum sebagai berikut.

Stabilitas struktural
Untuk memenuhi fungsi yang dibutuhkannya dengan memuaskan, sebuah
bangunan harus mampu menahan beban yang diberikan padanya tanpa
mengalami deformasi atau keruntuhan. Ini memerlukan resistensi efektif
terhadap beban atau transfer beban melalui struktur ke tanah.

Daya Tahan
Kinerja jangka panjang dari struktur dan bahan bangunan menuntut bahwa
bagian-bagian komponen bangunan mampu menahan berbagai tantangan dan
ancaman dari lingkungan tempat mereka berada tanpa mengalami kerusakan.
Kemampuan bagian-bagian bangunan untuk mempertahankan integritas dan

6
kemampuan fungsional mereka selama periode waktu yang diperlukan adalah
fundamental bagi kinerja bangunan dalam jangka panjang. Faktor ini terutama
dipengaruhi oleh kejadian kebakaran di dalam bangunan.

Isolasi Termal
Kebutuhan untuk menjaga kondisi internal dalam parameter yang tetap dan
menghemat energi menentukan bahwa selubung eksternal dari bangunan
tertentu memberikan standar yang dapat diterima dalam resistensi terhadap
perpindahan panas. Tingkat isolasi termal yang diinginkan dalam suatu kasus
tertentu, tentu saja, tergantung pada penggunaan bangunan, lokasinya, dan
sebagainya.

Penghindaran Kelembaban dan Perlindungan dari Cuaca


Perpindahan kelembaban dari eksterior, baik dalam bentuk air tanah yang
naik melalui aksi kapilari, presipitasi, atau sumber lainnya, harus dihambat oleh
selubung bangunan. Masuknya kelembaban ke dalam interior bangunan dapat
memiliki beberapa efek yang tidak diinginkan, seperti pembusukan elemen
kayu, kerusakan lapisan permukaan dan dekorasi, serta risiko kesehatan bagi
penghuni, selain efek pada proses tertentu yang dilakukan di dalam bangunan.
Oleh karena itu, rincian-rincian harus dimasukkan untuk melawan perpindahan
kelembaban, dari semua sumber yang tidak diinginkan, ke dalam interior
bangunan. Penghindaran angin dan air sangat penting untuk kinerja yang
memuaskan dari selubung bangunan apa pun.

Isolasi Akustik
Perpindahan suara dari eksterior ke interior, atau antara ruang interior, harus
dipertimbangkan dalam konstruksi bangunan. Tingkat transmisi suara yang
dapat diterima dalam sebuah bangunan akan bervariasi secara signifikan,
tergantung pada sifat penggunaan bangunan dan posisinya.

Fleksibilitas

7
Di bangunan industri dan komersial, kemampuan bangunan untuk
menghadapi dan merespons perubahan kebutuhan pengguna telah menjadi
sangat penting. Oleh karena itu, tingkat fleksibilitas masa depan yang
diperlukan harus diperhitungkan dalam desain awal bangunan; ini tercermin,
misalnya, dalam tren untuk menciptakan Bangunan-bangunan dengan ruang
terbuka yang besar, yang dapat dibagi menggunakan partisi yang dapat dengan
mudah dilepas dan dipindahkan

Estetika
Masalah estetika bangunan adalah subjektif. Namun, perlu dicatat bahwa
dalam beberapa situasi, pentingnya estetika bangunan adalah minimal,
sementara dalam situasi lain, tentu saja, sangat penting.
Sebagai contoh, penampilan sebuah unit di sebuah kawasan industri jauh
lebih sedikit penting daripada bangunan munisipal pusat kota. Sejauh mana
estetika diperjuangkan akan memiliki efek yang tidak terhindarkan pada biaya
bangunan.
Ringkasan ini bukan daftar definitif dari persyaratan kinerja semua
komponen bangunan dalam semua situasi. Namun, ini mencerminkan faktor-
faktor yang memengaruhi desain dan kinerja bangunan serta komponen-
komponennya.

Gambar 1.3: Bangunan-bangunan modern dan canggih memerlukan desain


yang cermat dari struktur, bahan, dan layanan untuk memastikan bahwa
mereka memenuhi kebutuhan pengguna.

8
2.2 GAYA YANG DIBERIKAN PADA DAN OLEH
BANGUNAN.
Gaya atau beban yang diterapkan pada bangunan dapat diklasifikasikan ke
dalam dua kategori generik, yaitu beban mati (dead loads) dan beban hidup (live
loads). Beban mati biasanya mencakup berat sendiri dari struktur, termasuk
lantai, dinding, atap, penyelesaian, layanan, dan sebagainya. Beban hidup
mencakup beban yang diterapkan pada bangunan saat digunakan, seperti berat
orang, perabotan, mesin, dan beban angin. Beban-beban tersebut biasanya
dianggap sebagai beban positif pada bangunan; namun, dalam kasus beban
angin, zona sedotan (suction zones) dapat terbentuk, yaitu beban negatif; efek
ini sering kali diilustrasikan oleh aksi atap yang terangkat dari bangunan dalam
kondisi angin kencang. Oleh karena itu, bangunan harus dirancang untuk
mengatasi gaya-gaya yang bekerja dengan berbagai cara.

Kemampuan material yang digunakan dalam konstruksi bangunan untuk


menahan beban-beban ini disebut kekuatan. Dalam mempertimbangkan apakah
sebuah bangunan memiliki kekuatan yang cukup, sifat-sifat beban harus
dipertimbangkan.

Stres
Ketika dikenai gaya, semua elemen struktural cenderung mengalami deformasi,
deformasi ini direspon oleh stres, yaitu gaya-gaya internal dalam elemen
tersebut. Jika stres ini tidak melebihi tingkat yang dapat ditahan dengan baik
oleh materialnya, maka bangunan akan tetap kuat secara struktural.

Jenis stress
Rumus yang digunakan untuk menghitung stres adalah W/A, di mana W =
beban dan A = luas penampang, dan stres diukur dalam N/mm2 atau kN/m2.

9
Stres Kompresi
Stres kompresi (Gambar 1.4) adalah gaya internal yang terjadi dalam elemen
struktural ketika gaya eksternal yang diterapkan menghasilkan kecenderungan
elemen tersebut untuk ditekan. Elemen dikatakan dalam kondisi kompresi.
Beberapa material, seperti beton, sangat baik dalam menahan stres kompresi,
sementara yang lain, seperti baja, tidak begitu baik. Jumlah stres dalam anggota
struktural akan meningkat jika terjadi peningkatan dalam beban atau penurunan
luas penampangnya.

Gambar 1.4: Stres Kompresi.

Beban meningkat akibat peningkatan beban mati yang disebabkan oleh


berat elemen structural
Stres Tarik Stres tarik (Gambar 1.5) adalah gaya internal yang terjadi dalam
suatu elemen yang menahan beban eksternal yang menghasilkan
kecenderungan untuk meregangkan komponen tersebut. Ketika gaya seperti itu
diterapkan, elemen tersebut dikatakan dalam kondisi Tarik

Gambar 1.5: Stres Tarik.

Baja sangat baik dalam menahan stres tarik, sedangkan beton tidak. Karena
berbagai material lebih baik dalam menahan berbagai jenis stres, penggunaan dua

10
material untuk menghasilkan elemen struktural adalah hal yang umum. Balok beton
bertulang (Gambar 1.6) adalah contohnya.

Gambar 1.6: Stres yang Terinduksi dalam Balok Beton Bertulang.

Bagian atas balok berada dalam kondisi kompresi, sehingga serat-seratnya saling
terjepit bersama; bagian bawah balok berada dalam kondisi tarik, dan serat-seratnya
ditarik menjauh. Penampang balok menunjukkan bahwa baja ditempatkan di bagian
bawah untuk menahan tarik, sementara separuh bagian atas balok adalah beton
untuk menahan kompresi. Ini membuat penampang balok menjadi sangat
ekonomis, memanfaatkan sifat kedua material tersebut.

Stres Geser

Stres geser (Gambar 1.7) adalah gaya internal yang tercipta dalam elemen struktural
yang menahan kecenderungan, yang diinduksi oleh beban yang diterapkan secara
eksternal, agar satu bagian dari elemen tersebut meluncur melewati bagian lainnya.

Figure 1.7 A Shear stress.

11
Stres Torsi

Stres torsi (Gambar 1.8) adalah gaya internal yang tercipta dalam elemen struktural
yang menahan beban yang diterapkan secara eksternal yang akan menyebabkan
elemen tersebut berputar.

Figure 1.8 A Torsional stress.

Regangan

Efek dari stres tarik atau kompresi pada suatu elemen adalah menginduksi
peningkatan atau penurunan panjang elemen tersebut. Besarnya perubahan panjang
tersebut tergantung pada panjang unit, beban yang diterapkan, dan kekakuan
material. Hubungan antara perubahan panjang ini dan panjang asli komponen
memberikan ukuran regangan (e), di mana:

e=l/L

l = perubahan panjang dan L = panjang asli.

Regangan tidak memiliki satuan.

Efek ini juga terlihat pada material yang tunduk pada stres geser, meskipun

deformasi yang diinduksi dalam kasus seperti itu cenderung merubah elemen
tersebut menjadi bentuk segi empat.

12
Hubungan antara stres dan regangan (dalam batasan beban) adalah sebanding
secara langsung dan merupakan ukuran kekakuan material. Rasio stres terhadap
regangan disebut dengan modulus elastisitas Young.

Momen

Penerapan gaya dalam beberapa kasus dapat menginduksi kecenderungan elemen


untuk berputar. Istilah yang diberikan untuk kecenderungan tersebut adalah momen
(Gambar 1.9). Besarnya momen tersebut tergantung pada besarnya gaya yang
diterapkan dan jarak tegak lurus antara titik putar dan titik di mana beban
diterapkan. Akibat efek tuas, beban yang relatif kecil yang diterapkan pada jarak
yang cukup jauh dari titik tindakan dapat menginduksi gaya rotasi. Momen pada
struktur harus seimbang agar struktur tetap stabil, yaitu momen searah jarum jam
(+) harus seimbang dengan momen berlawanan arah jarum jam (-). Besarnya
momen adalah hasil dari gaya yang diterapkan dan jarak dari titik tindakan di mana
gaya itu diterapkan (tangan tuas) dan dinyatakan dalam milimeter newton.

Figure 1.9 A Moments applied to a building element.

Diperlukan perhitungan momen lentur maksimum yang akan diciptakan oleh beban
yang diprediksi pada elemen struktural untuk merancang elemen dan penyangganya

13
2.3 PERILAKU STRUKTURAL DARI IELEMEN

Sifat-sifat Gaya yang Bekerja pada Bangunan

Gaya Vertikal

Gaya yang diterapkan secara vertikal, seperti beban mati dari struktur
bangunan dan beberapa beban hidup tertentu, bertindak untuk menyebabkan
kecenderungan struktur untuk bergerak ke arah bawah, yaitu untuk tenggelam ke
dalam tanah. Sejauh mana pergerakan semacam itu terjadi tergantung pada
kemampuan bangunan untuk menyebarluaskan beban bangunan ke area yang cukup
untuk memastikan stabilitas pada tanah dengan kapasitas dukung tertentu.
Kapasitas dukung tanah yang berbeda-beda bervariasi, dan fungsi dasar bangunan
adalah untuk memastikan bahwa kapasitas dukung tanah tidak melebihi beban
struktur. Dalam kebanyakan kasus, kapasitas dukung tanah, biasanya dinyatakan
dalam kN/m2, jauh lebih kecil daripada tekanan yang kemungkinan akan diberikan
oleh struktur bangunan jika ditempatkan langsung ke tanah. Tekanan ini dikurangi
dengan menggunakan pondasi untuk meningkatkan area antarmuka antara
bangunan dan tanah, sehingga mengurangi tekanan yang diberikan pada tanah
(Gambar 1.10).

Gambar 1.10 Pengurangan tekanan yang diberikan ke tanah yang diakibatkan olehpenggunaan fondasi

Kebutuhan untuk menahan beban vertikal seperti itu tidak hanya pada bagian bawahelemen struktur bangunan
yang lebih rendah, meskipun pembebanan seperti itu lebih besartude di bagian bawah karena efek akumulasi
beban daristruktur. Semua komponen struktur harus memiliki ukuran dan kekuatan yang cukup untuk
memikulbeban yang dikenakan padanya tanpa mengalami kegagalan atau deformasi.

14
Gambar 1.11 Efek pembebanan vertikal pada kolom dan dinding.

cenderung mudah melengkung, sementara unit yang pendek dan lebar akan
menahan kecenderungan tersebut. Pada komponen yang panjang,panjang dan tipis,
risiko tekuk dapat sangat dikurangi dengan memasukkanpenguat untuk mencegah
gerakan ke samping; ini disebut 'pengekangan lateral'.Jika kelebihan beban secara
signifikan, bahkan bagian yang pendek dan luas dapat mengalami kegagalan;dalam
kasus seperti itu, mode kegagalan cenderung menghancurkan unit, meskipunini
relatif jarang terjadi.Komponen horizontal, seperti lantai dan balok, juga harus
mampubekerja secara efektif sambil menahan beban yang diterapkan secara
vertikal (Gambar 1.12).Hal ini dipastikan dengan penggunaan material dengan
kekuatan yang cukup, dirancang dengan cara yangyang tepat, dengan dukungan
yang cukup untuk menjaga stabilitas. Pembebanan berat pada

komponen dapat menimbulkan defleksi yang diakibatkan oleh


pembentukanmomen, atau dalam kasus ekstrim menusuk komponen yang
diakibatkan olehgeser yang berlebihan pada titik tertentu. Ketika mengalami

15
defleksi, bagian balok dan lantaidipaksa mengalami kompresi di daerah atas dan
tegangan di daerah bawah. Hal inidapat membatasi kelayakan desain beberapa
material, seperti beton, yang berkinerjabaik dalam kompresi tetapi tidak dalam
tegangan. Oleh karena itu, penggunaan unit komposit adalah hal yang umum,seperti
beton yang diperkuat di zona tegangan dengan baja.Gaya vertikal yang diterapkan
pada bangunan mungkin juga dalam arah ke atas. Iniini harus dilawan, biasanya
dengan memanfaatkan massa bangunan sebaik mungkin.Beban ke atas dapat
dihasilkan dari tanah, seperti di zona yang dapat menyusuttanah liat atau tanah yang
rentan terhadap pemuaian karena embun beku, misalnya. Ke atasgaya yang
diberikan oleh tanah dalam kasus seperti itu disebut heave.

Gaya horizontal
Gaya horizontal yang bekerja pada bangunan berasal dari banyak sumber dan
sulituntuk menggeneralisasi tentang asal-usul dan efeknya. Akan tetapi, biasanya,
pembebanan seperti itudapat disebabkan oleh tekanan di bawah tanah, seperti pada
kasus dinding ruang bawah tanah, atau oleh angin

Gambar 1.13 Resistensi terhadap efek gaya horizontal pada bangunan.


Lendutan strukturelemen struktur diperbolehkan dalamdalam batas-batas tertentu.
Lendutan yang berlebihanLendutan yang berlebihan dapat menyebabkankegagalan,
tetapi yang lebih umummasalah adalah defleksi ke atingkat yang
menghasilkanretak yang tidak sedap dipandang.atau pembebanan fisik pada
bangunan. Efek dari gaya-gaya tersebut biasanya bersifat mani-terjadi dengan salah
satu dari dua cara berikut:
• Terbalik, atau rotasi bangunan atau komponennya.
• Gerakan horisontal, atau pergeseran struktur.Bentuk-bentuk

16
gerakan ini sangat tidak diinginkan dan harus dihindari dengandesain bangunan.
Sifat fondasi dan tingkat penahan lateral ataupenopang yang dimasukkan ke dalam
desain bangunan sangat penting untuk mencegahpencegahan mode kegagalan
tersebut. Selain itu, khususnya pada struktur berbingkai, penggunaanpenggunaan
bresing untuk mencegah deformasi progresif atau keruntuhan sangat penting
(Gambar1.13); hal ini dapat digambarkan sebagai perlawanan terhadap 'efek
domino'.

Gaya miring
Pada beberapa area struktur bangunan, penerapan gaya pada suatu kemiringan
adalahumum (Gambar 1.14). Hal ini umumnya terjadi pada atap miringditopang
pada dinding. Efek dari gaya-gaya tersebut menghasilkan kombinasi vertikaldan
beban yang diterapkan secara horizontal pada titik tumpuan. Efek-efek ini
adalahdilawan dengan penggabungan detail penopang dan/atau penahan lateral.
Efekefek horizontal dari pembebanan ini terkadang diabaikan, dengan bencanaefek.

. Gambar 1.14 A Pengaruh gaya miring pada bangunan

Sifat-Sifat Komponen Bangunan


Material-material yang paling umum digunakan untuk konstruksi struktur
penopang pada bangunan industri dan komersial bertingkat banyak atau
berjangkauan besar adalah:
• Beton Bertulang
• Baja Struktural
• Kayu (ini merupakan perkembangan relatif baru)

17
Sifat-sifat dari masing-masing sistem ini, terkait dengan daya tahan terhadap
tegangan tarik dan tekan, telah dibahas sebelumnya dan dapat dirangkum sebagai
berikut:
• Baja Struktural sebagai bahan sangat baik dalam menahan tegangan tarik,
tetapi mungkin perlu dirancang berlebihan untuk menahan tegangan tekan.
• Kayu adalah bahan yang sangat baik dalam menahan tegangan tarik dan
tekan, tetapi karena merupakan bahan alami dan cacat dapat "tersembunyi"
dalam suatu bagian, ukuran bagian yang digunakan mungkin perlu
ditingkatkan.
• Beton Bertulang menggabungkan kekuatan tekan beton dan kekuatan tarik
baja untuk memungkinkan desain rangka yang efisien dan hemat biaya.
Meskipun beton bertulang sangat efisien, ukuran bagian yang diperlukan
bisa sangat besar, terutama untuk struktur besar. Namun, ada metode yang
memungkinkan ukuran bagian yang lebih kecil sambil tetap
mempertahankan kekuatan. Ini dikenal sebagai pra-tarik dan pasca-tarik
beton.
Pengembangan penggunaan jenis beton ini dimulai pada tahun 1940-an karena
kekurangan baja yang terjadi selama pembangunan ulang setelah Perang Dunia II.
Dengan menggunakan metode ini, satu ton pre-stressing bisa menghasilkan elemen
struktural yang dapat menahan beban hingga 15 kali lipat dari apa yang dapat
diambil satu ton baja struktural.

Prinsip-Prinsip
Beton tegang dapat didefinisikan sebagai beton yang dikompresi. Tekanan
kompresi diterapkan pada elemen beton sebelum diintegrasikan ke dalam struktur
bangunan dan ditempatkan di mana tegangan tarik akan berkembang dalam kondisi
beban. Tekanan kompresi yang diperkenalkan ke area-area di mana tegangan tarik
biasanya berkembang saat terkena beban akan menahan tegangan tarik tersebut,
misalnya di bagian bawah bagian balok seperti yang telah dibahas sebelumnya.
Beton kemudian akan berperilaku seolah-olah memiliki kekuatan tarik yang tinggi
sendiri. Metode yang paling umum digunakan untuk pre-kompresi beton adalah
melalui penggunaan kawat atau batang baja yang ditegangkan, yang secara
permanen diintegrasikan ke dalam elemen. Kawat atau batang baja ini biasanya
digunakan secara individual atau dibuat menjadi kabel yang dikenal sebagai tendon.
Dua metode dasar yang digunakan adalah pra-tarik dan pasca-tarik.

18
Pra-Tarik
Dalam pra-tarik (Gambar 1.15), tendon baja ditegangkan biasanya melalui
mekanisme 'tarik' dan beton ditempatkan dalam bingkai sekitarnya. Ketika beton
telah mencapai kekuatan tekan yang cukup, baja dilepas. Daya lepas kemudian
ditransfer ke beton. Pra-tarik biasanya dilakukan di luar lokasi dalam kondisi
pabrik. Bingkai diproduksi dengan ukuran yang benar, dan tendon ditempatkan dan
kemudian diumpankan melalui ujung-ujung berhenti dan pelat-pelat penahan
sebelum ditempatkan pada jack. Jumlah stres yang benar kemudian diinduksi,
tendon diikat, dan jack dilepas. Kemudian beton dituangkan. Ikatan antara beton
dan baja sangat penting.

Gambar 1.15: Pra-Tarik Balok Beton.


Ikatan antara beton dan baja sangat penting dan baja harus tetap bersih sepenuhnya
untuk memastikan kualitas ikatan ini. Setelah beton mengeras, semua penyangga
sementara dihapus dan digantikan dengan jack yang secara perlahan dilepaskan.
Ketika baja yang ditegangkan mencoba kembali ke bentuk aslinya, ikatan antara
beton dan baja akan menahan ini, dan beton akan mengalami tekanan.

Pasca-tarik
Dalam pasca-tarik (Gambar 1.16), beton dicor ke dalam bingkai dan dibiarkan
mengeras sebelum tekanan diberikan. Tendon baja ditempatkan pada.

19
Pasca-tarik
Dalam pasca-tarik (Gambar 1.16), beton dicor ke dalam bingkai dan
dibiarkan mengeras sebelum tekanan diberikan. Tendon baja ditempatkan pada
posisi yang benar dalam bingkai, dalam selongsong untuk mencegah beton dan baja
berikatan. Kemudian, beton ditempatkan dan dibiarkan mengeras. Tendon
kemudian ditegangkan dengan cara mengikat salah satu ujung tendon dan menjack
pada permukaan baja yang tetap di ujung lainnya, atau alternatifnya dengan
menjacking atau menarik baja dari kedua ujung. Ketika beban yang diinginkan telah
tercapai, tendon dapat diikat dan jack dilepaskan. Setelah semua tendon telah diberi
beban, selongsong diisi dengan semen grout di bawah tekanan. Grout ini mencegah
korosi baja dan menciptakan ikatan antara beton dan tendon.
Profil melengkung baja memungkinkan distribusi prestress yang efektif dalam
elemen di posisi di mana tegangan tarik terbesar diharapkan. Pasca-tarik dapat
digunakan dalam produksi pabrik baik di lokasi maupun di luar lokasi, tetapi ada
masalah jaminan kualitas yang terkait dengan produksi beton terpasang di lokasi.

20
2.4 FILOSOFI BANGUNAN BERFITUR LONGGAR

Desain bangunan yang digunakan untuk tujuan industri dan komersial,


seperti pabrik, kantor, bangunan telekomunikasi, dan penggunaan non-residensial
lainnya, telah mengalami perkembangan yang signifikan seiring waktu.
Kemunculan lift mekanik yang memungkinkan pergerakan vertikal yang cepat di
dalam bangunan telah merevolusi desain bangunan pada awal abad ke-20. Sebelum
saat itu, ada batasan tinggi bangunan yang dapat dibangun dan digunakan secara
layak. Pada bagian terakhir abad ke-20, kemajuan dalam teknologi informasi telah
mengubah cara kita menggunakan bangunan, memungkinkan komunikasi yang luas
dengan penyimpanan dan manipulasi data yang canggih. Kemajuan ini juga
menuntut perubahan dalam penyediaan layanan di dalam bangunan - peralatan IT
tambahan memerlukan soket listrik tambahan, infrastruktur telekomunikasi, dan
sebagainya. Tuntutan ini pada gilirannya berdampak pada persyaratan infrastruktur
utilitas, dan seiring dengan peningkatan jumlah komputer misalnya, kebutuhan
untuk mengatasi peningkatan panas dengan menggunakan sistem pendingin udara
muncul. Sejalan dengan perubahan ini, ada tren berkembang untuk perubahan
dalam sifat hubungan kita dengan bangunan itu sendiri. Fleksibilitas yang lebih
besar dalam pekerjaan, pergeseran menuju bekerja dari rumah, dan adopsi hot
desking sebagai strategi bisnis memengaruhi secara mendasar sifat permintaan kita
terhadap bangunan dan bentuk serta jumlah ruangnya. Harus diingat juga bahwa
sebagian besar bangunan komersial dan industri diciptakan oleh pengembang
secara spekulatif. Oleh karena itu, mereka tidak dibangun dengan pengguna tertentu
atau bahkan kategori atau jenis pengguna tertentu dalam pikiran. Karena alasan ini
dan alasan lainnya, telah terjadi tren pergeseran desain bangunan ke filosofi 'loose
fit', yang memungkinkan pembuatan bangunan yang dapat menampung berbagai
pengguna dan kebutuhan mereka seiring dengan perkembangan seiring waktu.

Bangunan sebagai Aset


Mereka yang terlibat dalam pengelolaan bangunan di level dewan direksi
dalam sebuah organisasi mungkin menggunakan istilah 'aset real korporat' atau
sesuatu yang serupa ketika mereka membicarakan aset-aset bangunan organisasi
tersebut. Hal ini mencerminkan penerimaan bahwa struktur bangunan, material, dan
layanan yang menyediakan lingkungan di mana bisnis inti organisasi berlangsung
sangat penting bagi strategi korporat sebuah organisasi. Selama bertahun-tahun,
bangunan dianggap hampir seperti sumber daya yang dapat digunakan habis, seperti
peralatan kantor atau bahan untuk manufaktur. Meskipun ada pengakuan bahwa
penggunaan bangunan menghasilkan biaya bagi organisasi, gagasan bahwa
bangunan itu sendiri merupakan aset bisnis strategis perlahan-lahan berkembang.
Bahkan sekarang, bagi banyak bisnis kecil, gagasan tentang bangunan sebagai tidak

21
lebih dari biaya bisnis, sebagai beban yang tidak memerlukan pertimbangan atau
manajemen besar, masih umum. Di organisasi yang lebih besar dan terutama di
organisasi yang fungsi utamanya adalah pengembangan properti atau manajemen
aset properti, ada pengakuan yang pasti akan peran properti sebagai aset korporat
dan kebutuhan untuk mengelolanya secara efisien, efektif, dan menguntungkan
sebanyak mungkin.
Pengakuan yang semakin meningkat terhadap peran bangunan sebagai aset
telah menciptakan fokus pada kebutuhan untuk mencocokkan profil real estate
korporat dengan kebutuhan saat ini dan masa depan organisasi. Pada dasarnya ini
berarti berupaya memastikan bahwa pasokan ruang bangunan cocok dengan
permintaan organisasi dalam hal kuantitas, kualitas, dan konfigurasi ruang
bangunan. Sejak awal abad ke-20, beberapa orang menyadari bahwa lingkungan
bangunan yang tidak sesuai dapat mengakibatkan kinerja organisasi yang buruk.
Oleh karena itu, ada hubungan langsung antara penyediaan dan manajemen aset
real korporat dan keberhasilan, atau sebaliknya, organisasi.
Tadi sudah dijelaskan bahwa ada beberapa pendorong perubahan dalam
desain dan penggunaan bangunan. Selain pendorong perubahan ini, sangat mungkin
bahwa selama masa pakainya, sebuah bangunan akan melayani beberapa pengguna
yang berbeda, masing-masing dengan tuntutan ruang yang berbeda dan pendekatan
yang berbeda dalam cara organisasi berinteraksi dengan ruang. Oleh karena itu, jika
bangunan tersebut ingin memiliki masa pakai yang panjang, ia harus mampu
menampung tuntutan perubahan ini selama periode waktu yang wajar. Jika ini tidak
terjadi, bangunan akan menjadi usang secara fungsional, jika bukan fisik, dalam
waktu singkat. Oleh karena itu, telah terjadi pergeseran dalam filosofi desain
bangunan, sehingga daripada merancang bangunan sesuai dengan kebutuhan saat
ini dari sebuah organisasi tertentu, sebuah bangunan diciptakan yang dapat
menampung berbagai kebutuhan pengguna dari waktu ke waktu. Hal ini menuntut
bahwa bentuk bangunan fleksibel dalam tata letaknya, dengan setiap pengguna
menyesuaikan ruang sesuai dengan kebutuhan individunya saat menghuni
bangunan tersebut. Untuk pendekatan ini berhasil, sangat penting bahwa bangunan
juga dapat menampung perubahan dan perbaikan pada infrastruktur layanan.
Pendekatan ini mewakili filosofi 'loose fit' dalam desain bangunan, yang saat ini
semakin diterima dalam manajemen aset real korporat. Untuk memfasilitasi
terjemahkanPendekatan bangunan bertingkat dengan area lantai besar yang tidak
terputus dan infrastruktur layanan yang fleksibel dibutuhkan

22
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN

Makalah ini telah menguraikan dengan baik fungsi dan persyaratan teknis
yang berkaitan dengan bangunan industri dan komersial. Dalam rangka mencapai
tujuan tersebut, kita telah mengeksplorasi berbagai aspek penting yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan, desain, dan konstruksi bangunan semacam itu.
Dalam konteks fungsi, telah dijelaskan bahwa bangunan industri dan komersial
bertujuan utama untuk menyediakan ruang fisik yang mendukung aktivitas
ekonomi dan produksi. Bangunan-bangunan ini dirancang untuk berfungsi sebagai
tempat kerja, penyimpanan barang, atau sebagai fasilitas komersial yang melayani
pelanggan. Pentingnya memahami fungsi-fungsi ini adalah untuk mengoptimalkan
penggunaan bangunan dan memastikan bahwa ruang dan fasilitas yang ada dapat
mendukung kegiatan yang dilakukan di dalamnya.
Sementara itu, persyaratan teknis yang diuraikan dalam makalah ini mencakup
berbagai aspek, seperti perencanaan tata letak bangunan, perizinan dan regulasi,
konstruksi bangunan yang aman, manajemen energi dan keberlanjutan lingkungan,
serta sistem keamanan. Memahami dan mematuhi persyaratan ini adalah kunci
untuk menjaga keamanan, efisiensi operasional, dan keberlanjutan dari bangunan
industri dan komersial.
Penerapan prinsip-prinsip ini dijelaskan sebagai upaya untuk meningkatkan
efisiensi operasional, dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya seperti
energi dan air, serta meningkatkan keamanan bagi pekerja dan pengunjung. Selain
itu, keberlanjutan lingkungan juga menjadi fokus, dengan mencari cara untuk
mengurangi dampak lingkungan dari bangunan-bangunan tersebut, misalnya
dengan penggunaan teknologi hijau dan bahan ramah lingkungan.
Dalam keseluruhan, makalah ini menggarisbawahi pentingnya pemahaman yang
mendalam tentang fungsi dan persyaratan teknis bangunan industri dan komersial.
Dengan mematuhi prinsip-prinsip ini, kita dapat menciptakan bangunan yang
lebih efisien, aman, dan berkelanjutan, yang pada gilirannya akan mendukung
perkembangan ekonomi dan teknologi yang berkelanjutan.

23

Anda mungkin juga menyukai