Anda di halaman 1dari 138

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi sudah
berkembang pesat seiring dengan bertambahnya zaman.
Hal tersebut dimaksudkan untuk mempermudah dalam
melaksanakan kegiatan dan pekerjaan sehari–
hari.Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa
dituntut untuk membekali diri dengan kemampuan
akademis untuk bisa menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sudah berkembang pada saat ini.
Kemampuan akademis juga membutuhkan
kemampuan praktis untuk mengaplikasikan kemampuan
akademis secara langsung di lapangan pada suatu
proyek kontruksi.Proyek kontruksi bangunan ada
beberapa jenis dalam ilmu ketekniksipilan, seperti
perencanaan, pengawasan, dan pelaksanaan.
Dalam rangka pengembangan ilmu
ketekniksipilan, maka mahasiswa Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya
mewajibkan dalam studinya untuk melaksanaan dua kali
Praktik Kerja Lapangan (PKL)sebagai penerapan ilmu
yang telah diperoleh dibangku kuliah secara langsung
dilapangan.PKL 1 dikhususkan untuk perencanaan
proyek di kantor konsultan sedangkan PKL 2
dikhususkan untuk pelaksanaan proyek dengan
kontraktor dilapangan. Praktik Kerja Lapangan (PKL)
merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus
ditempuh sebagai syarat untuk menyelesaikan Program
Studi S1 Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Surabaya.
1
2

PKL 2 ini dkhususkan untuk pelaksanaan proyek


dengan kontraktordilapangan seperti pelaksanaan
pondasi, kolom, balok, plat lantai, dinding geser, dan lain
lain, dengan syarat proyek pada suatu PT. atau CV.
dengan besar proyek minimum berlantai dua yang
mempunyai luas 1.000 m2 sesuai yang tercantum dalam
Buku Panduan Praktik Industri/ Praktik Kerja Lapangan
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya.
Kegiatan PKL2 adalah ikut melaksanakan serta
mengamati pekerjaan proyek dilapangan dari berbagai
bidang. Antara lain, penjadwalan pekerjaan, persiapan
alat serta bahan material,pelaksanaan pekerjaan,
pemasangan, pembongkaran, dan perawatan. Kegiatan
dilakukan selamakurang lebih 60 hari dilapangan, mulai
tanggal 9 Juni 2015 sampai dengan tanggal 30 Oktober
2015.
Proyek pembangunan Tunjungan Plaza VI yang
dikerjakan kontraktor PT. PP (persero)terdiri dari tiga
gedung, yaitu: podium yang digunakan sebagai tempat
parkir kendaraan, condotel digunakan sebagai hotel atau
apartemen, dan office digunakan sebagai perkantoran.
Pada kegiatan PKL 2 ini difokuskan pada pembangunan
gedung office dengan luas lantai dasar ±1.500 m2 dan
akan dibangun 39 lantai.
Pekerjaan proyek yang dilaksanakan dalam
laporan PKL 2 ini adalah pekerjaan dinding geser (shear
wall) gedung office pada pembangunan Tunjungan Plaza
VI Surabaya, mulai dari data data yang sudah
direncanakan, persiapan bahan material, pembesian,
pemasangan bakesting, pengecoran, hingga perawatan
dinding geser tersebut.
3

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari PKL 2 bagi


mahasiswapada proyek pembangunan gedung office
Tunjungan Plaza VI Surabaya adalah sebagai
berikut:

a. Mahasiswa dapat mengetahui manajemen proyek


kontruksi dan struktur organisasi yang ada
didalam proyek tersebut.
b. Mahasiswa dapat mempelajari masalah yang
timbul didalam proyek dan mengetahui solusi
yang diambil.
c. Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan
keterampilan dan pengalaman dalam rangka
membekali diri sebelum ke dunia kerja.
2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari PKL 2bagi


mahasiswa pada proyek pembangunan gedung
office Tunjungan Plaza VI Surabaya adalah sebagai
berikut:

a. Mahasiswa dapat mengetahui spesifikasi dinding


geser serta mengerti dalam membaca gambar
rencana.
b. Mahasiswa dapat mengetahui tahapan dalam
pelaksanaan pekerjaan dinding geser (shear wall)
di lapangan seperti penulangan, bakesting, dan
pengecoran.
c. Mahasiswa mengetahui jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan
dinding geser (shear wall) di lapangan.
4

d. Mahasiswa mengetahui pelaksanaan K3 dalam


pekerjaan kontruksi khususnya pekerjaan
dinding geser (shear wall).

C. Manfaat

Manfaat yang diperoleh setelah melaksanakan PKL 2


bagi mahasiswa dan lembaga pendidikan adalah sebagai
berikut:

1. Bagi mahasiswa
Bagi mahasiswa manfaat yang diperoleh adalah dapat
menempuh mata kuliah wajib yaitu PKL 2 sebagai
salah satu syarat kelulusan, dapat pengalaman yang
lebih di lapangan dalam proyek pembangunan yang
cukup luas serta tinggi, dan dapat memiliki jaringan
kerja yang lebih luas untuk bekal dalam dunia
pekerjaan.
2. Bagi lembaga pendidikan
Bagi lembaga pendidikan (program studi, jurusan,
dan fakultas) manfaat yang diperoleh setelah
penyusunan laporan ini adalah selain sebagai
referensi wacana baca di perpustakaan juga
bermanfaat dalam menhasilkan lulusan yang memiliki
kemampuan sesuai bidangnya khususnya
ketekniksipilan untuk berkembang dan mampu
bersaing secara terampil dan kreatif di dunia kerja.
3. Bagi masyarakat umum
Bagi masyarakat umum manfaat yang diperoleh
setelah penyusunan laporan ini adalah sebagai salah
satu bahan referensi tambahan yang dapat digunakan
dalam pelaksanaan pembangunan gedung khususnya
pelaksanaan pekerjaan dinding geser (shear wall) yang
5

merupakan salah satu stuktur pada gedung tingkat


tinggi.

D. Ruang lingkup
Ruang lingkup penyusunan laporan ini berdasarkan
pengamatan di lapangan selama kurang lebih tiga bulan,
yaitu:
1. Pemahaman pelaksanaan proyek secara langsung
pada pembangunan proyek yang sedang berjalan.
2. Pengamatan dan pemahaman pelaksanaan kegiatan
padapembangunan proyek, seperti :
a. Pemahaman gambar site plan perencanaan dan
detail struktur proyek
b. Pemahaman pelaksanaan pekerjaan
pembangunan proyek di lapangan
c. Pemahaman pelaksanaan surveyor pengukur
d. Pemahaman pelaksanaan teknik dalam proyek
e. Prosedur pengontrolan kualitas dalam proyek
Pengamatan pada unsur – unsur yang terkait dalam
proses pelaksanaan pembangunan proyek.
E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penyusunan


laporan ini adalah sebagai berikut :

1. Metode Interview

Dalam metode ini cara pengumpulan data


dengan cara wawancara secara langsung dengan
kontraktor perusahaan dan sub pelaksana lapangan
baik dalam hal proses pelaksanaan lapangan dan hal
– hal lain yang berkaitan dengan proses
pembangunan proyek.
6

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah proses


pengumpulan data dengan cara mempelajari hasil
pengamatan, mempelajari metode-metode yang
digunakan, mempelajari gambar bestek,
mempelajari jadwal pelaksanaan proyek yang
sedang dilaksanakan..

3. Metode Praktis

Artinya kita ikut juga dalam pelaksanaan


pembangunan proyek secara langsung mulai dari
tahap persiapan hingga tahap akhir (finishing) dan
perawatan.
7

F. Alur Penyusunan Laporan

Alur penyusunan laporan PKL II ini ditunjukkan


pada diagram 1.1 sebagai berikut:

Pelaksanaan Lapangan

Pengumpulan Data

LIteratur
Data Literatur Data
DataProyek
Proyek

Analisa Data
Analisa Data

Penyusunan Laporan

Diagram 1.1. Alur Penyusunan Laporan


8

G. Gambaran Umum Proyek Dan Latar Belakang Proyek


1. Gambaran Umum Proyek

Tunjungan Plaza merupakan suatu komplek


gedung tempat perbelanjaan, perkantoran, dan hotel
yang sudah dikenal banyak orang didaerah
Surabaya karena bangunannya yang begitu besar
dan mewah. Tunjungan Plaza ini terletak di daerah
jalan Embong Malang. Komplek Tunjungan Plaza
terus diperluas dengan dibangunnya Tujungan
Plaza 6 yang terdiri dari tiga bangunan, yaitu
Podium, Condotel, dan Office yang terletak di
daerah Jl.Embong Malang No. 25-31 Surabaya.

Dalam tahapan pembangunan Tunjungan Plaza


6 dibagi menjadi tiga bagian pembangunan. Podium
yang dibangun untuk tempat parkir kendaraan
dengan rencana 14 lantai, Condotel yang dibangun
untuk tempat penginapan seperti hotel dengan
rencana 51 lantai, dan Office yang dibangun untuk
perkantoran dengan rencana 39 lantai.

2. Latar Belakang Proyek


Bertambahnya kepadatan penduduk dan
sedikitnya lahan kosong khususnya daerah
perkotaan Surabaya, menyebabkan bertambahnya
kebutuhan keseharian dalam segi pekerjaan, tempat
tinggal, dan lain-lain. Untuk mengatasi salah satu
masalah tersebut PT. Pakuwon Jati, tbk berencana
memperluas komplek Tunjungan Plaza dengan
membangun Tunjungan Plaza 6 yang terbagi
menjadi tiga bangunan.
9

Tunjungan Plaza 6 ini nantinya diharapkan


dapat mencukupi kebutuhan penduduk perkotaan
dari segi perbelanjaan, penginapan, perkantoran,
dan juga tempat parkir kendaraan. Dan juga sebagai
contoh untuk pembangunan daerah lain yang
mengalami hal serupa dalam mengatasi masalah
tersebut agar kebutuhan penduduk sekitar dapat
terpenuhi dan dalam meningkatkan perekonomian
daerah tersebut.
3. Tujuan
Tujuan pekerjaan ini adalah untuk
melaksanakan pembangunan secara detail dan
berkualitas serta perawatanya. Pembangunan
yang luas dan tinggi ini membutuhkan kontraktor
yang profesional dan handal untuk bisa
melaksanakan pembangunan ini karena harus
mengatur jumlah sumber daya manusia, jadwal
target pekerjaan, dan memperhatikan keselamatan
kerja.
4. Lokasi

Pembangunan Tunjungan Plaza 6 ini dibangun


di daerah komplek Tunjungan Plaza yang terletak
pada Jalan Embong Malang No. 25-31 Surabaya.
Lokasi proyek dapat dilihat pada gambar1.1 berikut
ini:
10

Gambar. 1.1. Peta Lokasi Pembangunan Tunjungan Plaza 6

5. Uraian Dan Spesifikasi Proyek


a. Nama Proyek : Pembangunan Tunjungan Plaza 6
b. Detail Bangunan :
CONDOTEL
1. Total lantai : Lower Ground, Upper Ground, 51
lantai, Lower Roof, Roof, Upper Roof
2. Total tinggi gedung : 198,200 m ( elv. +208,700)
3. Jenis pondasi : Bore pile dan pondasi raft
OFFICE
1. Total lantai : Lower Ground, Upper Ground, 39
lantai, Lower Roof, Roof, Upper Roof
2. Total tinggi gedung : 171,7 m ( elv. = 182,200)
3. Jenis pondasi : Bore pile dan pondasi raft
4. Pembahasan laporan : Pekerjaan dinding geser
pada lantai 3 dan lantai 4
PODIUM
1. Total lantai : Lantai Basement, Lower Ground,
Upper Ground, 14 lantai
2. Total tinggi gedung : 58,200 m ( elv. +68,700)
11

3. Jenis pondasi : Pile cap


c. Lokasi : Jl. Embong Malang No. 25-31 Surabaya
d. Pemilik Proyek : PT. Pakuwon Jati, tbk
e. Kontraktor : PT. PP (persero), tbk

Lokasi lingkup pekerjaan dapat dilihat pada gambar 1.2. berikut


ini :

Gambar. 1.2. Detail lingkup lokasi pekerjaan Tunjungan Plaza 6


12

Halaman ini sengaja dikosongkan


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pelaksanaan Proyek Konstruksi Bangunan

Proyek adalah aktivitas sementara dari personil, material,


serta saranauntuk menjadikan/mewujudkan sasaran-sasaran
(goals) proyek dalam kurun waktu tertentu yang kemudian
berakhir (PT. PP, 2003).

Konstruksi bangunan terdiri dari dua suku kata yaitu


konstruksi (construction) yang berarti membangun, sedangkan
bangunan yang berarti suatu benda yang dibangun atau
didirikan untuk kepentingan manusia dengan tujuan, baiay dan
waktu tertentu. (Artawan. 2014: 12).

Menurut Asroni (2010: 30) menyatakan bahwa bangunan


dikelompokkan kedalam 4 kelompok yaiitu :
1. Bangunan Gedung yaitu: kantor, rumah sakit, hotel,
rumah dan lain-lain.
2. Bangunan Transportasi yaitu: jalan, jembatan, rel
kereta api, terminal, pelabuhan, lapangan terbang dan
sebagainya.
3. Bangunan Air yaitu: bendungan, saluran irigasi,
saluran drainase, bangunan bagi, gorong-gorong dan
sebagainya.
4. Bangunan Khusus yaitu: anjungan lepas pantai,
menara jaringan listrisk tegangan tinggi, menara
pemancar radio, TV dan sebagainya.
Pada bab ini, hanya akan dibahas bangunan gedung. Dari
penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
konstruksi bangunan adalah kegiatan pembangunan yang harus

13
14

dilaksanakan dan diselesaikan berdasarkan rencana dan


kebijaksanaan yang telah dirumuskan sesuai anggaran dan
jadwal.

B. Unsur-unsur Pelaksanaan Proyek Konstruksi

Unsur pelaksanaan proyek merupakan faktor utama dalam


merealisasikan kegiatan-kegiatan pembangunan yang ada di
suatu proyek. Orang/badan yang membiayai, merencanakan dan
melaksanakan bangunan tersebut disebut unsur-unsur
pelaksanaan proyek konstruksi (Ervianto, 2005). Unsur-unsur
pelaksana pembangunan yang terlibat dalam kegiatan
pembangunan yaitu : owner, konsultan rencana (struktur dan
arsitek), kontraktor/pemborong, dan konsultan pengawas.

Owner

Konsultan Perencana Konsultan Pengawas Kontraktor

1. Pemilik Proyek (owner)

Pemilik proyek atau pemberi tugas adalah orang atau badan


yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan kepada pihak
penyedia jasa dan yang membayar biaya pekerjaan tersebut
(Ervianto, 2005). Pemberi tugas dalam surat perjanjian
pemborongan adalah sebagai pihak pertama dan dapat
mengambil keputusan sepihak untuk mengambil alih pekerjaan
yang dilakukan,dengan cara menulis surat kepada kontraktor
apabila terjadi hal-hal diluar kontrak yang ditetapkan dalam
undang-undang didalam surat perjanjian kerja (SPK). Pemberi
15

tugas juga berwenang untuk memberitahukan hasil lelang secara


tertulis kepada kontraktor.

Menurut Ervianto (2005) tugas dan wewenang pemilik proyek


adalah :
1. Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
2. Meminta laporan secara perodik mengenai pelaksanaan
pekerjaan yang telah dilakukan oleh penyedia jasa.
3. Memberikan fasilitas baik sarana dan prasarana yang
dibutuhkan oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran
pekerjaan.
4. Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan
pekerjaan.
5. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada
pihak penyedia jasa sejumlah biaya yang diperlukan
untuk mewujudkan sebuah bangunan.
6. Ikut mengawasi jalanya pelaksanaan pekerjaan yang
direncanakan dengan cara menempatkan atau menunjuk
suatu badan atau orang untuk bertindak atas nama
pemilik.
7. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).
8. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai
dilaksanakan oleh penyedia jasa jika produknya telah
sesuai dengan apa yang dikehendaki.
9. Memberikan hasil lelang secara tertulis kepada masing
masing kontraktor.
10. Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan
cara memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor
jika telah terjadi hal-hal di luar kontrak yang ditetapkan.
16

2. Konsultan Perencana

Konsultan perencana adalah suatu badan hukum atau


perorangan yang diberi tugas oleh pemberi tugas untuk
merencanakan dan mendesain bangunan sesuai dengan
keinginan pemilik proyek. Selain itu juga memberikan saran dan
pertimbangan akan segala sesuatu yang berhubungan dengan
perkembangan proyek tersebut. Perencana juga bertugas untuk
memberikan jawaban dan penjelasan atas hal-hal yang kurang
jelas terhadap gambar rencana dan rencana kerja dan syarat-
syarat. Perencana juga harus membuat gambar revisi bila terjadi
perubahan-perubahan rencana dalam proyek. Pekerjaan
perencanaan meliputi perencanaan arsitektur, struktur,
mekanikal dan elektrikal, anggaran biaya serta memberikan saran
yang diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan (Ervianto,
2005).
Tugas dan kewajiban konsultan perencana adalah :
1. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari
gambar rencana, rencana kerja, syarat-syarat, dan
hitungan struktur, rencana anggaran biaya
2. Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pemilik
proyek, konsultan supervisi, dan kontraktor tentang
pelaksanaan pekerjaan
3. Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan
perencanaan
4. Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek
5. Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor
tentang hal-hal yang kurang jelas dalam gambar
rencana,mrencana kerja, dan syarat-syarat.
17

3. Kontraktor

Kontraktor adalah orang atau badan hukum yang menerima


pekerjaan dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan biaya yang telah ditetapkan berdasarkan gambar
rencana, peraturan, dan syarat-syarat yang telah ditetapkan
(Ervianto, 2005).
Tugas dan wewenang kontraktor :
1. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana,
peraturan, syarat-syarat, risalah penjelasan pekerjaan,
yang ditetapkan oleh pemilik proyek
2. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan
oleh konsultan manajemen konstruksi.
3. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian,
minggunan, dan bulanan kepada konsultan manajemen
konstruksi.
4. Menyediakan alat keselamatan kerja dan keamanan di
lokasi proyek
5. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah
diselesaikan sesuai dengan ketetapan yang berlaku.

4. Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas adalah suatu badan hukum atau


perorangan baik swasta atau instansi pemerintah yang berfungsi
sebagai badan yang bertugas mengawasi dan mengontrol
jalannya proyek agar mencapai hasil kerja yang optimal menurut
persyaratan yang ada (Ervianto, 2005).
Tugas konsultan pengawas antara lain :
1. Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang
telah ditetapkan.
18

2.Membimbing dan mengadakan pengawasan secara


periodik dalam pelaksanaan pekerjaan.
3. Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.
4. Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi
serta aliran informasi antar berbagai bidang agar
pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar.
5. Menghidari kesalahan yang mungkin terjadi sedini
mungkin serta menghindari pembengkakan biaya.
6. Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di
lapangan agar dicapai hasil akhir sesuai dengan yang
diharapkan dengan kuwalitas, kuwantitas serta waktu
pelaksanaan yang ditetapkan.
7. Menerima atau menolak material/peralatan yang
didatangkan kontraktor.
8. Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari
peraturan yang berlaku.
9. Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian,
mingguan, bulanan).
10. Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan
tambah atau berkurangnya pekerjaan.
C. Beton

Beton atau concrete berasal dari bahasa latin “concretus” yang


berarti tumbuh bersama” suatu pengertian yang menggambarkan
“penyatuan partikel-partikel lepas menjadi suatu massa yang
utuh” (Raina, V.K., 1989).
Campuran antara semen portland atau semen hidraulik
yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa
bahan tambahan yang membentuk masa padat (SNI - 03 - 2847 –
2002)
19

1. Beton struktural

Semua beton yang digunakan untuk tujuan struktural


termasuk beton polos dan bertulang. Dinding struktural ialah
dinding yang diproporsikan untuk menahan kombinasi geser,
momen, dan gaya aksial. Dinding struktur yang ditetapkan
sebagai bagian sistem penahan gaya gempa. (SNI 2847:2013).

Beton bertulang adalah beton yang terdiri dari beton dan


baja. Sifat dari kedua bahan ini dapat diketahui dari “teknologi
beton”. (Kusuma, 1998: 13)

2. Syarat-syarat teknik dalam melaksanakan beton bertulang


(SNI 2847 – 2013)

1. SNI 2847 – 2013 / 5.7 Persiapan peralatan dan tempat


pengecoran

5.7.1 Persiapan sebelum pengecoran beton harus meliputi


hal berikut:
(a) Semua peralatan untuk pencampuran dan pengangkutan
beton harus bersih;
(b) Semua sampah atau kotoran harus dibersihkan dari
cetakan yang akan diisi beton;
(c) Cetakan harus dilapisi dengan benar;
(d) Bagian dinding bata pengisi yang akan bersentuhan
dengan beton harus dibasahi
secara cukup;
(e) Tulangan harus benar-benar bersih dari lapisan yang
berbahaya;
(f) Air harus dikeringkan dari tempat pengecoran sebelum
beton dicor kecuali bila tremie digunakan atau kecuali bila
sebaliknya diizinkan oleh petugas bangunan;
20

(g) Semua material halus (laitance) dan material lunak


lainnya harus dibersihkan dari permukaan beton sebelum
beton tambahan dicor terhadap beton yang mengeras.

2. SNI 2847 – 2013 / 5.8 Pencampuran

5.8.1 Semua bahan beton harus dicampur sampai


menghasilkan distribusi bahan yang seragam dan harus
dituangkan seluruhnya sebelum alat pencampur diisi
kembali.

5.8.2 Beton siap pakai (ready-mixed) harus dicampur dan


diantarkan sesuai dengan persyaratan ASTM C94M atau
ASTM C685M.

5.8.3 Beton yang dicampur di lapangan (job-mixed) harus


dicampur sesuai dengan (a) sampai (e):
(a) Pencampuran harus dilakukan dalam alat pencampur
adukan dengan jenis yang telah disetujui;
(b) Alat pencampur harus diputar dengan kecepatan yang
direkomendasikanoleh pabrik pembuatnya;
(c) Pencampuran harus dilakukan secara terus-menerus
selama sekurang-kurangnya 1½ menit setelah semua bahan
berada dalam wadah pencampur, kecuali bila dapat
diperlihatkan bahwa waktu yang lebih singkat dapat
memenuhi persyaratan uji keseragaman campuran ASTM
C94M;
(d) Penanganan, pengadukan, dan pencampuran bahan
harus memenuhi ketentuan yang sesuai dari ASTM C94M;
(e) Catatan rinci harus disimpan untuk mengidentifikasi:
(1) jumlah adukan yang dihasilkan;
(2) proporsi bahan yang digunakan;
(3) perkiraan lokasi pengecoran akhir pada struktur;
21

(4) waktu dan tanggal pencampuran dan pengecoran.

3. SNI 2847 – 2013 /5.9 Pengantaran (Conveying)

5.9.1 Beton harus diantarkan dari alat pencampur ke tempat


pengecoran akhir dengan metoda yang mencegah
pemisahan (segregasi) atau tercecernya bahan.

5.9.2 Peralatan pengantar harus mampu mengantarkan


beton ke tempat pengecoran tanpa pemisahan bahan dan
tanpa sela yang dapat mengakibatkan hilangnya plastisitas
campuran.

4. SNI 2847 – 2013 / 5.10 Pengecoran

5.10.1 Beton harus dicor sedekat mungkin pada posisi


akhirnya untuk menghindari terjadinya segregasi akibat
penanganan kembali atau segregasi akibat pengaliran.

5.10.2 Pengecoran beton harus dilakukan dengan kecepatan


sedemikian hingga beton selama pengecoran tersebut, tetap
dalam keadaan plastis dan dengan mudah dapat mengisi
ruang di antara tulangan.

5.10.3 Beton yang telah mengeras sebagian atau telah


terkontaminasi oleh bahan lain tidak boleh dicor pada
struktur.

5.10.4 Beton yang ditambah air lagi atau beton yang telah
dicampur ulang setelah pengikatan awal tidak boleh
digunakan kecuali bila disetujui oleh insinyur profesional
bersertifikat.
22

5.10.5 Setelah dimulainya pengecoran, maka pengecoran


tersebut harus dilakukan secara menerus hingga mengisi
secara penuh panel atau penampang sampai batasnya, atau
sambungan yang ditetapkan sebagaimana yang diizinkan
atau dilarang oleh 6.4.

5.10.6 Permukaan atas cetakan vertikal secara umum harus


datar.

5.10.7 Jika diperlukan siar pelaksanaan, maka sambungan


harus dibuat sesuai dengan 6.4.

5.10.8 Semua beton harus dipadatkan secara menyeluruh


dengan menggunakan peralatan yang sesuai selama
pengecoran dan harus diupayakan mengisi sekeliling
tulangan dan seluruh celah dan masuk ke semua sudut
cetakan.

5. SNI 2847 – 2013 / 6.4 Joint konstruksi

6.4.1 Permukaan beton pada joint konstruksi harus


dibersihkan dan material halus (laitance) dihilangkan.

6.4.2 Sesaat sebelum beton baru dicor, semua joint


konstruksi harus dibasahi dan air yang tergenang harus
dihilangkan.

6.4.3 Joint konstruksi harus dibuat dan ditempatkan


sedemikian hingga tidak mengurangi kekuatan struktur.
Perangkat untuk menyalurkan geser dan gaya-gaya lain
melalui joint konstruksi harus didesain. Lihat 11.7.9.
23

6.4.4 Joint konstruksi pada lantai harus ditempatkan dalam


daerah sepertiga bentang tengah slab, balok, dan gelagar.

6.4.5 Joint konstruksi pada gelagar harus digeser sejarak


minimum sebesar dua kali lebar balok yang memotongnya.

6.4.6 Balok, gelagar, atau slab yang ditumpu oleh kolom atau
dinding tidak boleh dicor atau dipasang hingga beton pada
komponen struktur tumpuan vertikal tidak lagi bersifat
plastis.

6.4.7 Balok, gelagar, haun (haunches), panel drop (drop


panels), dan kap geser (shear caps), dan kapital kolom
(capitals) harus dicor monolit sebagai bagian dari sistem
slab,kecuali bila ditunjukkan lain dalam dokumen kontrak.

6. SNI 2847 – 2013 / 7 Detail tulangan

7.1 Kait standar


Istilah “kait standar” seperti digunakan dalam
Standar ini harus berarti salah satu berikut ini:
7.1.1 Bengkokan 180 derajat ditambah perpanjangan 4db,
tapi tidak kurang dari 65 mm, pada ujung bebas batang
tulangan.

7.1.2 Bengkokan 90 derajat ditambah perpanjangan 12db


pada ujung bebas batang tulangan.

7.1.3 Untuk sengkang dan kait pengikat:


(a) Batang tulangan D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90
derajat ditambah perpanjangan 6db pada ujung bebas batang
tulangan; atau
24

(b) Batang tulangan D-19, D-22, dan D-25, bengkokan 90


derajat ditambah perpanjangan 12db pada ujung bebas
batang tulangan; atau
(c) Batang tulangan D-25 dan yang lebih kecil, bengkokan
135 derajat ditambah perpanjangan 6db pada ujung bebas
batang tulangan.

7.1.4 Kait gempa seperti didefinisikan dalam 2.2.

7.2 Diameter bengkokan minimum


7.2.1 Diameter bengkokan yang diukur pada bagian dalam
batang tulangan, selain dari untuk sengkang dan pengikat
dengan ukuran D-10 hingga D-16, tidak boleh kurang dari
nilai dalam Tabel 7.2. untuk batang tulangan D-16 dan yang
lebih kecil. Untuk batang tulangan yang lebih besardari D-
16, diameter bengkokan harus sesuai dengan Tabel 7.2.

7.2.3 Diameter dalam bengkokan pada tulangan kawat las


untuk sengkang dan pengikat tidak boleh kurang dari 4db
untuk kawat ulir yang lebih besar dari D-7 dan 2db untuk
semua kawat lainnya. Bengkokan dengan diameter dalam
kurang dari 8db tidak boleh berada kurang dari 4db dari
persilangan las yang terdekat.
Tabel 2.1 Diameter minimum bengkokan

(Sumber: SNI 2847-2013)


25

7.3 Pembengkokan
7.3.1 Semua tulangan harus dibengkokkan dalam keadaan
dingin, kecuali bila diizinkan lain oleh insinyur profesional
bersertifikat.
7.3.2 Tulangan yang sebagian sudah tertanam di dalam
beton tidak boleh dibengkokkan di lapangan, kecuali seperti
yang ditunjukkan dalam dokumen kontrak, atau diizinkan
oleh insinyur profesional bersertifikat.

7.4 Kondisi permukaan tulangan


7.4.1 Pada saat beton dicor, tulangan harus bebas dari
lumpur, minyak, atau pelapis bukan logam lainnya yang
dapat menurunkan lekatan. Pelapis epoksi tulangan baja
yang sesuai dengan standar yang dirujuk dalam 3.5.3.8 dan
3.5.3.9 diizinkan.

7.4.2 Kecuali untuk baja prategang, tulangan baja dengan


karat, lapisan permukaan hasil oksidasi akibat pemanasan
(mill scale), atau kombinasi keduanya, harus dianggap
memenuhi syarat, asalkan dimensi minimum (termasuk
tinggi ulir) dan berat benda uji yang disikat dengan tangan
menggunakan kawat baja memenuhi spesifikasi ASTM yang
sesuai yang dirujuk dalam 3.5.

7.5 Penempatan tulangan


7.5.1 Tulangan, termasuk tendon, dan selongsong pasca tarik
harus ditempatkan secara akurat dan ditumpu secukupnya
sebelum beton dicor, dan harus diamankan terhadap
perpindahan dalam toleransi yang diizinkan dalam 7.5.2.

7.5.2 Kecuali selain disyaratkan oleh insinyur profesional


bersertifikat, tulangan, termasuk tendon, dan selongsong
26

pasca tarik harus ditempatkan dalam toleransi dalam 7.5.2.1


dan 7.5.2.2.
7.5.2.1 Toleransi untuk d dan untuk selimut beton minimum
pada komponen struktur lentur, dinding, dan komponen
struktur tekan harus sebagai berikut:
Tabel 2.2 Toleransi untuk selimut beton

(Sumber: SNI 2847-2013)

kecuali bahwa ketentuan toleransi untuk jarak bersih ke sisi


bawah (soffits) harus minus 6mm. Sebagai tambahan,
toleransi untuk selimut tidak boleh melampaui minus 1/3
selimut beton yang disyaratkan dalam dokumen kontrak.

7.5.2.2 Toleransi untuk lokasi longitudinal bengkokan dan


ujung tulangan harus sebesar ±50 mm, kecuali toleransi
harus sebesar ±13 mm pada ujung tak menerus brakit dan
korbel, dan ±25 mm pada ujung tak menerus komponen
struktur lainnya. Toleransi untuk selimut beton dari 7.5.2.1
berlaku juga pada ujung tak menerus komponen struktur.

7.5.3 Jaring kawat yang dilas (dengan ukuran kawat tidak


lebih besar dari M-6 ulir atau polos) yang digunakan dalam
slab dengan bentang yang tidak melampaui 3 m diizinkan
untuk dilengkungkan dari titik dekat sisi atas slab melewati
tumpuan hingga titik dekat sisi bawah slab di tengah
bentang, asalkan tulangan tersebut menerus atau diangkur
dengan aman pada tumpuan.
27

7.5.4 Pengelasan batang tulangan yang bersilangan tidak


diizinkan untuk penyatuan tulangan kecuali bila diizinkan
oleh insinyur profesional bersertifikat.

7.6 Batas spasi untuk tulangan


7.6.1 Spasi bersih minimum antara batang tulangan yang
sejajar dalam suatu lapis harus sebesar db, tetapi tidak
kurang dari 25 mm. Lihat juga 3.3.2.

7.6.2 Bila tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua


lapis atau lebih, tulangan pada lapis atas harus diletakkan
tepat di atas tulangan di bawahnya dengan spasi bersih
antar lapis tidak boleh kurang dari 25 mm.

7.6.3 Pada komponen struktur tekan bertulangan spiral atau


pengikat, jarak bersih antar tulangan longitudinal tidak
boleh kurang dari 1,5db atau kurang dari 40 mm. Lihat juga
3.3.2.

7.6.4 Batasan jarak bersih antar batang tulangan harus juga


berlaku pada jarak bersih antara sambungan lewatan
bersentuhan dan sambungan lewatan batang tulangan yang
berdekatan.

7.6.5 Pada dinding dan slab selain dari konstruksi balok jois
beton, tulangan lentur utama harus berspasi tidak lebih jauh
dari tiga kali tebal dinding atau slab, ataupun tidak lebih
jauh
dari 450 mm.
28

3. Dinding Geser (Shear Wall)


a. Pengertian

Dinding geser adalah dinding yang berfungsi menahan


gaya gaya lateral akibat angin, gempa dan lainnya. Bentuk
dan penempatan dinding geser juga akan menyumbang
penambahan kekuatan terhadap momen guling, gaya geser
lantai, torsi lantai. Dinding geser beton bertulang berangkai
adalah suatu sub sistem struktur gedung yang fungsi
utamanya adalah untuk memikul beban geser akibat
pengaruh gempa rencana, yang terdiri dari dua buah atau
lebih dinding geser, dimana masing masing momen lelehnya
dapat mengalami peningkatan hampir sepenuhnya akibat
pengerasan regangan (SNI 03-1726-2002)

b. Fungsi

Fungsi dinding geser ada dua, yaitu kekuatan dan


kekakuan, artinya:

1. Kekuatan
a. Dinding geser harus memberikan kekuatan lateral yang
diperlukan untuk melawan kekuatan gempa horizontal
b. Ketika dinding geser cukup kuat, maka gaya horizontal
akan ditransfer keelemen berikutnya dalam jalur beban
dibawah mereka, seperti dinding geser lainya, lantai,
pondasi dinding, lembaran atau footings.
2. Kekakuan
a. Dinding geser juga memberikan kekakuan lateral untuk
mencegah atap atau lantai diatas dari sisi goyangan
yang berlebihan.
b. Ketika dinding geser cukup kaku, maka dapat
mencegah pergerakan lantai atau atap disaat gempa.
29

c. Bangunan cukup kaku biasanya akan mengurangi


kerusakan kurang nonstruktural.

c. Macam-macam

Dinding geser merupakan struktur vertikal yang


digunakan pada bangunan tingkat tinggi. Fungsi utama dari
dinding geser adalah menahan beban lateral seperti gaya
gempa dan angin. Berdasarkan letak dan fungsinya, dinding
geser di klasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Bearing Walls
Merupakan dinding geser yang juga mendukung sebagian
besar beban gravitasi. Tembok apartemen yang berdekatan.

Gambar. 2.1. Bearing Walls


2. Frame Walls
Merupakan dinding geser yang menahan beban lateral,
dimana beban gravitasi berasal dari frame beton bertulang.
Tembok dibangun di antara baris kolom.

Gambar. 2.2. Frame Walls


3. Core Walls
Merupakan dinding geser yang terletak di dalam wilayah
inti pusat dalam gedung, yang biasanya diisi tangga atau
30

poros lift. Dinding ini terletak pada inti pusat bangunan


yang memiliki fungsi ganda, sehingga menjadi pilihan
ekonomis pada pembangunan gedung tinggi.

Gambar. 2.3. Core Walls


Dalam merencanakan dinding geser, perlu
diperhatikan bahwa dinding geser yang berfungsi untuk
menahan gaya lateral yang besar akibat beban gempa tidak
boleh runtuh akibat gaya lateral, karena apabila dinding
geser runtuh karena gaya lateral maka keseluruhan struktur
bangunan akan runtuh karena tidak ada elemen struktur
yang mampu menahan gaya lateral. Oleh karena itu, dinding
geser harus didesain untuk mampu menahan gaya lateral
yang mungkin terjadi akibat beban gempa, dimana
berdasarkan SNI 03-2847-2013 pasal 14.5.3.1, tebal minimum
dinding geser (td) tidak boleh kurang dari 100 mm.

d. Pelaksanaan Pekerjaan Dinding Geser

1. Survey / Marking
Survei Pemetaan merupakan sebuah ilmu, seni dan
teknologi untuk menentuan posisi relatif, suatu titik di atas,
atau di bawah permukaan bumi. Dalam arti yang lebih
umum, survey (geomatik) dapat didefenisikan; sebuah
disiplin ilmu yang meliputi semua metode untuk mengukur
dan mengumpulkan informasi tentang fisik bumi dan
lingkungan dan pengolahan informasi.
31

Untuk mendapatkan hasil yang tepat dalammelaksanakan


pekerjaan, maka suvey merupakan hal yang penting guna
merintis jalan untuk memulai pekerjaan dalam
proyek.Mengingat pentingnya survey, maka harus selalu
dipilirkan cara agar dapat memberikan pedoman ( as – as ),
sehingga setiap pekerja dilapangan mudah membacanya.
Untuk hal tersebut perlu adanya perencanaan yang matang.
Penempatan Bench Mark (BM) pada level ± 0.00 m harus
bebas dari terganggunya BM tersebut, dan diletakkan diluar
bangunan

Gambar. 2.4. Pemindahan Titik Ukur Survey/Marking


(Sumber: jurnal For Work/Bekesting pada bangunan gedung
bertingkat, UNDIP)
32

2. Bekesting Shear Wall


Bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan
untuk menahan beton selama beton dituang dan
dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan, maka
berikut ini adalah jenis-jenis bekisting.
Berbagai jenis cetakan khusus, yaitu:
a. Climbing Formwork
Formwork jenis ini biasanya digunakan untuk
struktur beton dinding yang cukup tinggi (misalnya
shear wall), dimana penyokong/support mengalami
berbagai macam kendala jika diberikan dari lantai
dasar atau berasal dari struktur lain.Pemindahan
Climbing Formwork pada arah vertikal guna
pengecoran dinding yang terletak diatasnya dilayani
oleh Tower Crane. Guna menyatukan climbing
Formwork dengan komponen bangunan yang sedang
dibentuk maka digunakan angker baut yang sengaja
ditanam pada saat pengecora. Posisi angker ini
diletakkan pada tempat yang sesuai dengan posisi
pada climbing formwork. Beberapa macam bentuk
angker yang mungkin digunakan adalah sebagai
berikut:

Tahap pelaksanaan pengecoran mengunakan


climbing formwork ini adalah sebagai berikut:
1. Dinding bagian bawah dicor dengan mengunakan
cetakan dinding biasa, tetapi angker baut untuk
climbing formwork dipasang pada posisi yang sesuai
dengan letak angker yang berada pada cetakan.
2. climbing formwork satu sisi dipasang pada angker
baut yang sudah dicor dan dilakukan penyetelan.
33

3. Pasang besi tulangan dinding blockout yang


diperlukan pada angker baut.
4. climbing formwork sisi lain dipasang pada angker
baut untuk pelaksanaan berikutnya.
5. Setelah pengecoran selesai climbing formwork dilepas
ikatanya dari angker baut dan ditahan oleh tower
crane untuk dipindah keatas pada tahap berikutnya.

Gambar 2.5. Penempatan angker pada dinding


(Sumber: Wulfram I. Efrianto, 2007)

Gambar 2.6. Pengaplikasian climbing


formwork(Sumber: Wulfram I. Efrianto, 2007)
34

b. Slip Form
Slip formdalah formwork yang dikerjakan
vertikal keatas dengan jack bersamaan dengan
proses pengecoran. Jack bertumpu pada batang baja
bulat atau pipa baja yang tertanam dalam beton.
Jack/dongkrak dapat dioperasikan secara manual,
elektrik atau hidrolik. Penggunaan slipform pada
umumnya diaplikasikan untuk pelaksanaan
pengecoran struktur beton silo, pier, menara, dan
cerobong.
Tahap pelaksanaan slipform adalah sebagai
berikut :
1. Bagian bawah pada dinding dicor seperlunya
untuk dipergunakan sebagai pedoman as dan
menanam jack rod sejak dari dasar dinding.
2. Seluruh permukaan formwork yang berhubungan
langsung dengan beton, diolesi minyak formwork.
3. Slipform distel dan bertumpu pada jack rod
(setelah pemasangan tulangan dari blackout yang
dipasang).
4. Setelah semuanya diperiksa maka pengecoran
dapat dimulai dengan bantuan alat, misal concrete
pump. Bila pekerjaan telah dimulai, supply beton
dan besi harus dijamin lancar.
5. Selama proses pengecoran, slipform digerakkan ke
atas dengan jack dengan kecepatan 15-30 cm/jam.
6. Pekerja di working platform bawah memeriksa dan
memperbaiki permukaan beton yang baru.
35

Gambar 2.7. Tampak samping slip form(Sumber:


Wulfram I. Efrianto, 2007)

c. Auto Jump From


Formwork ini merupakan pengembangan dari
climbing formwork, dimana formwork ini dapat
bergerak keatas sendiri tanpa bantuan tower crane.
Seperti slipform jenis ini juga merupakan satu-
kesatuan struktur yang lengkap. Auto jump form
biasanya digunakan untuk pengecoran core wall
beton bertingkat.
sistem ini digunakan di Indonesia untuk pertama
kalinya pada tahun 1992 pada proyel Puri Exim di
Jakarta. Cara kerja auto jump form secara garis besar
adalah sebagai berikut:
1. Sebelum pemasangan perlu perencanaan
tentang jumlah hidrolis jack (kapasitas tertentu)
yang diperlukan serta letak jack dan pocket.
2. Perakitan seluruh komponen auto jump form di
lapangan.
3. Kaki dinding beton dicor seperlunhya dengan
mengunakan cetakan beton biasa. Disamping
36

untuk pedoman pengecoran berikutnya dan


penyetelan formwork, juga untuk menyediakan
pocket untuk keperluan operasional.
4. Seluruh struktur formwork distel dan bertumpu
pada pocket melalui shear key.
5. Salah satu panel (tetap) pada dinding distel
pada kedudukanya (panel tersebut telah
dilengkapi dengan shear key pocket.
6. Pemasangan besi tulangan, blackout sehingga
tertutup dan distel serta dipasangi form ties.
7. Pengecoran dinding dimulai setelah melakukan
pemeriksaan keseluruhan.
8. Setelah 6 jam panel lama tetap direnggangkan
dan panel geser dibuka dengan cara menggeser.
9. Setelah struktur formwork diangkat dengan
tumpuan dipindah pada kaki jack road dengan
hidrolis jack keatas sampai mencapai pocket di
atas.
10. Tumpuan struktur formwork dipindahkan ke
pocket dengan shear key, dst.

Gambar 2.8.Auto Jump Form (Sumber: Wulfram I.


Efrianto, 2007)
37

3. Slump Test
Nilai slump juga dipakai sebagai salah satu penentu
kekuatan beton. Nilai slump yang terlalu besar menghasilkan
beton yang kurang baik, nilai slump yang terlalu kecil
menghasikan beton yang sukar dikerjakan. Maksud
pemeriksaan nilai slump adalah untuk mengukur konsistensi
campuran adukan beton secara pendekatan (tidak tepat).
Pengujian slump ini dilakukan dengan alat berbentuk
kerucut terpancung, yang diameter atasnya 10 cm dan
diameter bawahnya 20 cm dan tinggi 30 cm, dilengkapi
dengan kuping untuk mengangkat beton segar dan tongkat
pemadat diameter 16 mm sepanjang minimal 60 cm
(Mulyono, 2004).
Besarnya nilai slump bergantung pada:
a. Jenis dan banyaknya semen portland.
b. Jumlah air campuran.
c. Gradasi bahan batuan.

Gambar 2.9. Cetakan Uji Slump (Sumber: SNI 1972:2008)


38

Untuk mencegah adukan beton yang terlalu kental atau


terlalu encer, dianjurkan untuk mengunakan nilai-nilai
slump yang terletak dalam batas-batas yang ditujukan pada
tabel bawah ini:

Tabel 2.3. Nilai-nilai slump untuk berbagai pekerjaan

(Sumber: PBBI 1971 N.1.-2 halaman 38)

D. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam


pelaksanaan suatu proyek karena pengaruhnya yang cukup
besar terhadap biaya dan waktu penyelesaian suatu pekerjaan
proyek. Namun perlu diperhatikan juga bahwa manusia
merupakan sumber daya yang komplek dan sulit diprediksi
sehingga diperlukan adanya usaha dan pemikiran lebih
mendalam dalam pengelolaan tenaga kerja.

Dalam hal ini tenaga kerja yaitu semua orang yang terlibat
dalam pelaksanaan suatu proyek, baik dari yang ahli/
profesional sampai tenaga kerja pemborong/ buruh.
Penempatan tenaga kerja harus disesuaikan antara keahlian
tertentu sehingga pekerjaan yang dihasilkan manjadi efisien
39

dan efektif. Dalam pelaksanaan pekerjaan, tenaga kerja dibagi


beberapa bagian sebagai berikut.

1. Tenaga kerja ahli, adalah pegawai yang ditempatkan dalam


pekerjaan proyek yang sedang berlangsung. Jenis tenaga
kerja ini memegang peranan yang penting terhadap sistem
koordinasi dan sistem manajemen dengan tenaga kerja
lainnya untuk menghasilkan prestasi yang baik dalam
melaksanakan pekerjaan. Meliputi tenaga pelaksana yang
tingkat pendidikannya sarjana, sarjana muda dan memiliki
pengalaman dibidang masing-masing.
2. Mandor, dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis
dalam taraf tertentu, misalnya: dapat membaca gambar
konstruksi, dapat membuat perhitungan ringan, dapat
membedakan kualitas bahan bangunan yang akan
digunakan, menangani pekerjaan acuan, pembesian,
pengecoran, dan mengawasi pekerjaan tenaga kerja
bawahannya.
3. Tenaga tukang, harus ahli dalam bidangnya berdasarkan
pengalaman dan cara kerja yang sederhana. Tukang dalam
proyek ’tempat penulis kerja praktek’ dibagi menjadi lima
bagian yaitu tukang besi (rebarman), tukang batu (mason),
tukang kayu (carpenter), tukang las, dan tukang listrik
(ME). Tukang besi mengurusi segala macam kegiatan yang
berhubungan degan pembesian/pemasangan tulangan,
tukang batu bertugas dalam pengecoran dan pembuatan
lantai kerja, tukang kayu bertugas untuk mengurusi segala
macam pekerjaan yang berhubungan dengan kayu baik
bekesting hingga servis lainnya.
40

E. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan faktor


yang paling penting dalam pencapaian sasaran tujuan proyek.
Hasil yang maksimal dalam kinerja biaya, mutu dan waktu
tiada artinya bila tingkat keselamatan kerja terabaikan.
Indikatornya dapat berupa tingkat kecelakaan kerja yang tinggi,
seperti banyak tenaga kerja yang meninggal, cacat permanen
serta instalasi proyek yang rusak, selain kerugian materi yang
besar (Husen, 2009).
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Per.01/Men/1980 : Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per.01/Men/1980 menyebutkan, kenyataan
menunjukkan banyak terjadi kecelakaan, akibat belum
ditanganinya pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) secara mantap dan menyeluruh pada pekerjaan konstruksi
bangunan, sehingga perlu diadakan upaya untuk membina
norma perlindungan kerjanya. Dengan semakin meningkatnya
pembangunan dengan penggunaan teknologi modern, harus
diimbangi pula dengan upaya keselamatan tenaga kerja atau
orang lain yang berada di tempat kerja. Sebagai pelaksanaan
Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja,
dipandang perlu untuk menetapkan ketentuan-ketentuan yang
mengatur mengenai keselamatan dan kesehatan kerja pada
pekerjaan Konstruksi Bangunan.
Alat Pelindung Diri selanjutnya disebut APD adalah
seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk
melindungi seluruh dan atau sebagian tubuh dari adanya
kemungkinan potensi bahaya dan kecelakaan kerja (Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor Per.08/ MEN/ VII/2010).
41

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN PRATIK INDUSTRI DAN


PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan


1. Organisasi dan Manajemen Industri
a. Organisasi proyek
Organisasi proyek pada dasarnya adalah
kelompok yang terdiri dari orang-orang secara
bersama-sama membentuk struktur sistematis yang
mengatur perilaku anggota-anggotanya dalam rangka
mencapai tujuan yang telah digariskan bersama
dalam suatu proyek.Berikut ini dijelaskan mengenai
komponen struktur organisasi.

Owner

PT. Pakuwon Jati, Tbk

Konsultan Perencana Konsultan Pengawas Kontraktor


PT. HAERTE (HRT) CV. Manajemen PT. PP
WIDYAKONSULTAN Konsultan Umum
T (MKU)

Gambar 3.1. Hubungan antara pihak-pihak yang terkait


dalam proyek (sumber: PT.PP)

Bagan alir struktur organisasi diatas adalah


pihak-pihak yang berhubungan dalam pelaksanaan
42

proyek pembangunan Tujungan Plaza 6 yang


memiliki tugas seperti berikut :

1. Pemilik Proyek ( Owner )


Pemilik proyek disebut juga pemberi tugas
adalah seseorang atau instansi baik pemerintah
maupun swasta yang memiliki proyek atau
pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain
yang mampu melaksanakannya sesuai dengan
prjanjian kontrak kerja. Pemilik proyek
pembangunan Tunjungan Plaza 6 ini adalah PT.
Pakuwon JATI, Tbk.
Untuk merealisasikan proyek, pemilik proyek
mempunyai kewajiban pokok yaitu menyediakan
dana untuk membiayai proyek. Berikut oenjelasan
mengenai tugas dan wewenang owner dalam
pelaksanaan proyek konetruksi bangunan.
Tugas pemilik proyek atau owner :
a. Menyediakan biaya perencanaan dan
pelaksanaan pekerjaan proyek
b. Mengadakan kegiatan administrasi proyek
c. Memberikan tugas kepada kontraktor atau
melaksanakan pekerjaan proyek
d. Meminta pertanggung jawaban kepada
konsultan pengawasan atau manajemen
konstruksi (MK)
e. Menerima proyek yang sudah selesai
dikerjakan oleh kontraktor.
Sedangkan wewenang pemilik proyek atau
owner adalah :
a. Membuat surat perintah kerja (SPK)
b. Mengesahkan atau menolak perubahan yang
telah direncanakan.
43

c. Meminta pertanggungjawaban kepada para


pelaksana proyek atas hasil pekerjaan
konstruksi.
d. Memutuskan hubungan kerja dengan pihak
pelaksana proyek yang tidak dapat
melaksanakan pekerjaaan sesuai dengan isi
surat perjanjian kontrak.

2. Konsultan Perencana (consultan / designer )


Konsultan perencana adalah pihak yang ditunjuk
oleh pemilik proyel untuk melaksanakan pekerjaan
perencanaan, perencana dapat berupa perorangan
atau badan usaha baik pemerintah maupun
swasta.Konsultan Perencana pada proyek
pembangunan Tunjungan Plaza 6 adalah PT.
HAERTE (HRT) WIDYA KONSULTANT. Tugas
dan wewenangnya adalah sebagai berikut :
Tugas dari konsultan perencanaan :
a. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan
dengan keinginan pemilik bangunan.
b. Membuat gambar kerja pelaksanaan.
c. Membuat Rencana Kerja dan Syarat-syarat
pelaksanaan pembangunan (RKS) sebagai
pedoman pelaksanaan.
d. Membuat rencana anggaran biaya bangunan.
e. Memproyeksikan keinginan-keinginan atau ide-
ide pemilik ke dalam desain bangunan.
f. Melakukan perubahan desain bila terjadi
penyimpangan pelaksanaan pekerjaan
dilapangan yang tidak memungkinkan desain
terwujud di wujudkan.
44

g. Mempertanggungjawabkan desain dan


perhitungan struktur jika terjadi kegagalan
kontruksi.
Sedangkan wewenang kosultan perencana adalah :

a. Mempertahankan desain dalam hal adanya


pihak-pihak pelaksana bangunan yang
melaksanakan pekerjaan tidak sesuai dengan
rencana.
b. Menentukan warna dan jenis material yang
akan digunakan dalam pelaksanaan
pembangunan.

3. Konsultan Pengawas ( direksi/supervisr)


Konsultan pengawas adalah badan usaha atau
perorangan yang ditunjukan oleh pemilik proyek
untuk melaksankan pekerjaan pengawasan.Yang
menjadi konsultan pengawas pada proyek ini
adalah CV. Manajemen Konsultan Umum (MKU).
Dengan tugas dan wewenang sebagai berikut :
Tugas konsultan pengawas adalah :
a. Menyelenggarakan administrasi umum
mengenai pelaksanaan kontrak kerja.
b. Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam
perjalan pelaksanaan proyek
c. Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek
untuk dapat dilihat oleh pemilik proyek.
d. Konsultan pengawas memberikan saran atau
pertimbangan kepada pemilik proyek maupun
kontraktor dalam proyek pelaksanaan
pekerjaan
45

e. Mengoreksi dan menyetujui gambar shop


drawing yang diajukan kontraktor sebagai
pedoman pelaksanaan pembangunan proyek.
f. Memilih dan memberikan persetujuan
mengenai tipe dan merek yang diusulkan oleh
kontraktor agar sesuai dengan harapan pemilik
proyek namun tetap berpedoman dengan
kontrak kerja konstruksi yang suah dibuat
sebelumnya.

4. Kontraktor
Kontraktor pelaksana adalah orang atau
badan usaha yang bergerak dibidang jasa
pembangunan dan melaksanakan pembangunan
sehingga proyek tersebut dapat terwujud sesuai
rencana. PT. Pembangunan Perumahan berperan
sebagai kontraktor proyek pembangunan
Tunjungan Plaza 6Surabaya yangmemiliki
wewenang sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab atas keseluruhan
pelaksanaan proyek di lapangan,
b. Menyediakan material, tenaga kerja dan
peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan di
lapangan,
c. Memulai proyek setelah menerima Surat
Perintah Kerja (SPK),
d. Memberikan usulan perubahan pekerjaan di
lapangan kepada pihak pengawas selama
diperlukan,
e. Mengatur dan mengkoordinir semua
pelaksanaan di lapangan sehingga dapat
disesuaikan dengan kontrak.
46

Penjelasan di atas adalah sistem


organisasi proyek secara umum yang kami amati
dan kami ikuti selama kami melaksanakan
Praktik Kerja Lapangan pada proyek
pembangunan Tunjungan Plaza 6
Surabaya.Berikut adalah struktur organisasiPT.
Pembangunan Perumahan (PP) dalam proyek
gedung Tunjungan Plaza 6Surabaya yang
bertindak sebagai kontraktor. Serta terdapat juga
penjelasan peran serta tugas dari masing-masing
komponen dari struktur organisasi yang terbentu
dari PT. Pembangunan Perumahan (PP) pada
saat menangani proyek pembangunan
Tunjungan Plaza 6 Surabaya.penjelasan serta
struktur organisasinya dapat dilihat seperti pada
Tabel di bawah ini.

Tabel 3.1. Struktur Organisasi PT. Pembangunan


Perumahan (PP)
47

Berikut adalah penjelasan bagian-bagian dari


struktur organisasi pada PT. PP yang menjadi
kontraktor pada proyek pembangunan Tunjungan
Plaza 6 :
a. Project Manager
Project Manager adalah unit organisasi
kontraktor pelaksana yang berada dilapangan.
Tugas general superintendent adalah :
1. Mengkoordinir seluruh pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.
2. Bertanggung jawab atas seluruh
pelaksanaan proyek dari awal sampai
selesai.
3. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
ketentuan kontrak.
4. Memotivasi seluruh stafnya agar bekerja
sesuai dengan ketentuan dan sesuai
dengan tugasnya masing-masing
b. Deputy Project Manager
Tugas Deputy Project Manager adalah :
1. Bertanggung jawab kepada general
superintendent.
2. Mengambil keputusan yang berkenaan
dengan proyek atas persetujuan general
superintendent
3. Membantu general superintendent dalam
mengkoordinir pelaksanaan proyek dari
awal sampai selesai.
c. Quality Control
Tugas Quality Control adalah :
1. Bertanggung jawab kepada site engineer
48

2. Menyerahkan kepada Site Engineer


himpunan data bulanan pengendalian
mutu paling lambat 14 bulan berikutnya.
Himpunan data harus mencakup semua
tes laboratrium dan lapangan secara jelas
dan terperinci.
3. Melakukan semua analisa semua tes,
termasuk usulan komposisi campuran (job
mix formula) dan justifikasi teknik atas
persetujuan dan enolakan usul tersebut.
4. Memerintahkan kontraktor untuk
membongkar dan memperbaiki kembali
pekerjaan yang kualitasnya tidak sesuai
dengan ketentuan.
5. Menolak material dan peralatan kontraktor
yang tidak memenuhi syarat dan
ketentuan yang berlaku.
6. Memeriksakan hasil pekerjaan dari
kontraktor apakah sesuai mutu dan
kualitas yang ditentukan.
d. Site Engineering Manager (SEM)
Tugas Site Engineer Manager adlah :
1. Bertanggung jawab atas urusan teknis
yang ada di lapangan.
2. Memberikan cara-cara penyelesaian atas
usul-usul perubahan desai dari lapangan
berdasarkan persetujuan pihak pemberi
perintah kerja, sedemikian rupa sehingga
tidak menghambat kemajuan pelaksanaan
di lapangan.
49

3. Melakukan pengawasan terhadap hasil


kerja apakah sesuai dengan dokumen
kontrak.
e. Site Operational Manager
Site Operational Manager mempunyai
wewenang dan tanggung jawab
mengenaimasalah-masalah teknis di lapangan
serta mengkoordinasikan pekerjaan-pekerjaan
kepada Supervisor.Site Operational Manager
memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
1. Memahami gambar desain dan spesifikasi
sebagai pedoman di lapangan.
2. Merencanakan keselamatan dan kesehatan
kerja di proyek.
3. Membuat rencana kerja mingguan.
4. Membuat ijin pelaksanaan.
5. Melakukan penilaian kinerja mandor per
tahap pekerjaan.
6. Membuat rencana perlindungan pekerjaan.
7. Mengadakan Rapat Koordinasi Mingguan
dengan sub dan mandor, dan memberi
pengarahan kepada mandor.
8. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
program yang telah dibuat.
9. Menyiapkan tenaga kerja sesuai jadwal
dan mengatur tugas-tugasnya setiap hari
di lapangan.
10. Mengadakan pemeriksaan dan
pengukuran hasil pekerjaan.
11. Membuat laporan harian tentang
pelaksanaan kegiatan di lapangan.
50

f. Site Administrasi Manager


Tugas Site Adm. Manager adalah :
1. Bertanggung jawab atas penyelenggaraan
administrasi di lapangan.
2. Membuat laporan keuangan mengenai
seluruh pengeluaran proyek.
3. Membuat secara rinci pembukuan
keuangan proyek
4. Memeriksa pembukuan arsip-arsip selama
pelaksanaan proyek.
g. SOM ME
Merupakan tenaga kerja yang mengkoordinir
berbagai pekerjaan yang berhubungan dengan
pekerjaan kelistrikan di lapangan dan
bertanggung jawab kepada Project Production
Manageratas kemajuan pelaksanaan pekerjaan.
h. Quality Surveyor
Quantity Surveyor bertugas menghitung
volume dan kebutuhan material bangunan
yang digunakan untuk melaksanakan
pekerjaan proyek pembangunan baik
itu gedung maupun infrastruktur.

i. Planning and Schedulling


Tugas Planning & Schedulling adalah membuat
skedul implementasi dari network planning
serta mengontrol waktu pelaksanaan
pekerjaan agar progres yang ditentukan dapat
tercapai dan proyek dapat selesai tepat pada
waktunya.
j. APK
Admisnistrasi Procurement adalah coordinator
dari semua aktivitas yang berhubungan
51

dengan pembelian produk dan kebutuhan


pelayanan untuk menyempurnakan misi dari
sebuah proyek.Admisnistrasi Procurement
membawahi bagian logistic dan gudang.
k. Drafter
Tugas Drafter adalah menggambar dan
mengkoreksi dari gambar perencanaan
sehingga menjadi shop drawing yang
disesuaikan dengan keadaan lapangan saat
pelaksaan pekerjaan.
l. Motor Logistik Handling
Tugas Motor Logistik Handling adalah
mengendalikan semua bahan atau material
serta peralatan yang masuk atau keluar
proyek serta mendata semua barang yang
masuk dan keluar.Disamping itu tugasnya
yaitu mengkoordinir pendistribusian material
pada lapangan saat pelaksanaan pekerjaan
berlangsung.
m. GSP
Merupakan tenaga kerja yang mengkoordinir
berbagai pekerjaan yang berhubungan dengan
pekerjaan struktur dan arsitektur di lapangan
dan bertanggung jawab kepada Project
Production Manageratas kemajuan pelaksanaan
pekerjaan. Tugas Supervisor diantaranya
mengkoordinir pekerja dan mengawasi
pelaksanaan pekerjaan sehari – hari serta
menetapkan jenis dan bagian – bagian
pekerjaan untuk setiap mandor.
n. Surveyor
Tugas dari Surveyor adalah:
52

1. Menentukan titik-titik batas area proyek.


2. Menentukan elevasi kedalaman galian
pondasi dan basement.
3. Menentukan titik as bangunan untuk
mencari lokasi titik tiang pancang dan pile
cap.
4. Pengecekan kedataran elevasi balok agar
sesuai dengan gambar rencana.
5. Pengecekan ketegakan kolom dengan
menggunakan waterpass atau benang ukur
yang diberi bandul.
b. Sistem Perencanaan
1. Tahap Persiapan
a. Tahap Konseptual
Kegiatan utama dalam tahap konseptual adalah
melakukan studi kelayakan terhadap analisis
pendahuluan dari gagasan yang telah disusun
atau dirumuskan. Dalam melakukan studi
kelayakan maka dilakukan pengkajian beberapa
aspek atau poin penting diantaranya sebagai
berikut :
1. Tujuan Proyek Dibangun
Proyek pembangunan Tunjungan Plaza 6
dibangun dari lanjutan dari Tunjungan
Plaza 1,2,3,4 dan 5. Yang difungsikan
sebagai hunian modern berkelas di
surabaya dengan berbagai fasilitas.
Dimana ada mall serta apartemen.
2. Letak Bangunan
Letak bangunan yang strategis menjadikan
keuntungan tersendiri dibangunnya
Tunjungan Plaza 6 ini. Dimana Tunjungan
53

Plaza 6 ini merupakan proyek mall,


kondotel serta office yang ditempatkan
jantung atau pusat tengah kota Surabaya.
Letaknya yaitu di Jl. Embong Malang 25-31
Surabaya.
3. Syarat-syarat dan Perijinan Bangunan
Syrat-syarat dan perijinan bangunan pada
proyek ini sudah sepenuhnya ditangani
oleh pihak PT. Pakuwon Jati, Tbk sebagai
owner, dan pihak kontraktor PT. PP.
4. Dampak adanya Proyek terhadap
Lingkungan
Dampak yang terjadi pada lingkungan
sekitar proyek yaitu terjadinya kemacetan
jika pada saat kendaraan proyek yang akan
masuk terlalu banyak melebihi kapasitas
mengingat jalur akses kendaraan proyek
pada wilayah proyek sendiri sangat
minim. Maka sering terjadi kendaraan
proyek yang akan masuk loksi proyek
mengantri terlebih dahulu didepan pintu
masuk proyek sehingga mengganggu lalu
lintas sekitar Jl. Embong Malang.
Disamping itu terjadi polusi bunyi yang
sering muncul ketika pelaksanaan
pekerjaan sedang berlangsung.
5. Tenaga Kerja
Semua tenaga kerja pada proyek ini
sepenuhnya disediakan oleh PT.
Pembangunan Perumahan (PP) sendiri.
b. Tahap Definisi atau tahap Perencanaan dan
Pemantapan (PP)
54

Pada tahap ini dilakukan pengkajian


yang lebih mendalam mengenai keterkaitan
antara gagasan dan peluang yang tersedia
agar dapat ditarik kesimpulan yang mantap
untuk menanamkan investasi atau
melaksanakan proyek. Kegiatan utama
dalam tahap ini adalah :

1. Melanjutkan analisis terhap hasil – hasil


kegiatan tahap konseptual dalam arti lebih
mendalam dan terperinci sehingga
kesimpulanya cukup mantap untuk
dipakai sebagai dasar pengambilan
keputusan perihal kelangsungan investasi
atau proyek.
2. Menyiapkan perangkat seperti data kriteria
dan spesifikasi teknik engineering dan
komersial yang selanjutnya dipakai untuk
menyiapkan dokumen tender dan kontrak.
3. Menyusun perencanaan dan membuat
keputusan strategis, yaitu berkaitan
dengan garis besar penyelenggaraan
proyek seperti jenis kontrak, filosofi
desain, komposisi pendanaan, dan lain –
lain.
4. Memilih peserta proyek yang terdiri dari
para kontraktor calon peserta tender.
Hasil yang diperoleh dari tahap Definisi (PP)
adalah dokumen kontrak tender yang terdiri
dari :

1. Gambar – gambar rencana dan detail


arsitektural dan struktur
55

2. Spesifikasi teknis dan administrasi


3. Waktu pelaksanaan
4. Daftar volume pekerjaan (bill of quality)
5. Rencana anggran biaya (RAB)
2. Tahap Implementasi
Komponen kegiatan utama dalam tahap ini
berbeda – beda untuk setiap macam proyek, tetapi
secara umum kegiatan utama dalam tahap ini
dapat dibagi sebagai berikut :

1. Mengkaji lingkup kerja proyek dan membuat


program implementasi
2. Melaksanakan pekerjaan desain engineering
terinci ( tahap drawing), pengadaan material
dan peralatan, pabrikasi, instalasi (konstruksi).
3. Melakukan perencanaan dan pengendalian
biaya, waktu dan mutu.
4. Menutup proyek, termasuk kegiatan inspeksi
akhir, uji coba, starat – up dan praoperasi.
5. Menyerahkan hasil proyek kepada pemilik.
6. Menyelesaikan masalah asuransi, klaim dan
keuntungan proyek.
Untuk menghasilkan suatu perencanaan
dan perancangan yang optimal, maka prosesnya
dilakukan melalui tahap – tahap tertentu.Tahapan
tersebut secara terperinci sangat bergantung dari
besar kecilnya suatu proyek. Tetapi secara umum,
tahap – tahap perencanaan proyek tadi tidak
terlepas dari langkah – langkah berikut :

a. Pemberi tugas (owner), menyampaikan


maksudnya kepada konsultan perencana.
56

b. Konsultan perencana menerima maksud


tersebut, menyusun program kebutuhan
owner, melakukan studi literatur, survey
lapangan dan menganalisanya.
c. Bertitik tolak dari hasil analisa tersebut,
kemudian diajukan usulan gambar –
gambar skematik (denah, tampak dan
potongan) atau studi maket serta taksiran
biaya secara global.
d. Setelah mendapat persetujuan owner
dengan segala penambahan dan
pengurangan, barulah gambar – gambar
tersebut dikembangkan menjadi gambar-
gambar pelaksanaan.
57

c. Pemesanan Barang dan Jasa

Gambar 3.2. Bagan Alir Pemesanan Barang dan Jasa


pada proyek Pembangunan Tunjungan Plaza 6
Surabaya

d. Pengawasan Produksi
proses pengawasan dan pengendalian proyek
dapat diuraikan menjadi langkah-langkah sebagai
berikut:

1. Menentukan sasaran.
2. Menentukan standart dan criteria sebagai acuan
dalam rangka mencapai sasaran.
58

3. Merancang atau menyusun system informasi,


pemantauan, dan laporan hasil pelaksanaan
pekerjaan.
4. Mengumpulkan data info hasil implementasi
(pelaksanaan dari apa yang telah direncanakan).
5. Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
perencanaan.
6. Mengkaji dan menganalisa hasil pekerjaan
dengan standart, criteria, dan sasaran yang telah
ditentukan.
langkah berikutnya adalah mengidentifikasi
unsur-unsur pengawasan dan pengendalian yang
juga merupakan sasaran proyek yaitu:

1. Pengawasan dan pengendalian biaya proyek


(cost control).

2. Pengawasan dan pengendalian mutu proyek


(quality control).

3. Pengawasan dan pengendalian waktu proyek


(time control)

e. Sistem Kendali Mutu


Dalam pengendalian mutu yang ada di
dalam pembangunan Tunjungan Plaza 6 ini yang
terpenting adalah pengendalian mutu pada pekerjaan
struktur seperti pekerjaan beton, pekerjaan pembesian
sampai pekerjaan bekisting.Karena merupakan inti
dari sebuah pembangunan bangunan.Pengendalian
mutu dilakukan dari mulai bahan, material serta
pelaksanaan pekerjaannya sendiri.
59

2. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan


a. Identitas Proyek
Nama Proyek : Proyek Tunjungan Plaza 6
Surabaya
Lokasi : Jl. Embong Malang No. 25-
31, Surabaya
Owner : PT. PAKUWON JATI , Tbk
Perencana Struktur : PT. HAERTE (HRT) WIDYA
KONSULTAN
Perencanaan arsitektur : PT. DP. ARCHITECTS PTE
LTD
Lokal Arsitektur : BLUELANTZ
ME : PT. BECA ENGINEERING
NZ LTD
PT.BIMATEKNO
KARYATAMAKONSULTA
N
Quantity Surveyor : PT. RIDER LEVETT
BUCKNALL
Konsultan Façade : PAUL ADAM FAÇADE
Interior Design : GENIUS LOCI PTE LTD
Waktu Pelaksanaan : 1060(Seribu Enam Puluh)
hari ( 1 September 2014 – 31
Juli 2017)
Proyek Tunjungan Plaza 6 ini terdiri dari 3 gedung
yaitu Condotel, Office, dan Podium. Berikut adalah
informasi dari ketiga bangunan tersebut :

1. Condotel
Total lantai : Lower Ground, Upper
Ground, 51 lantai, Lower
Roof, Roof, Upper Roof
60

Total tinggi gedung : 198,200 m ( elv. +208,700)

Pondasi : Bore pile Ø 880 mm


sebanyak 375 pile dan
pondasi raft 3,00 m

Kualitas beton : Fc’ 25 Mpa,30 Mpa, Fc’ 35


Mpa,40 Mpa, Fc’ 45 Mpa,50
Mpa.

Kualitas besi :Reinforcement BJTD – Fy


5000 kg/cm2,

2. Office
Total lantai : Lower Ground, Upper
Ground, 39 lantai, Lower
Roof, Roof, Upper Roof

Total tinggi gedung : 171,7 m ( elv. = 182,200)

Pondasi : Bore pile Ø 880 mm


sebanyak 269 pile dan
pondasi raft 3,00 m

Kualitas beton : Fc’ 25 Mpa,30 Mpa, Fc’ 35


Mpa,40 Mpa, Fc’ 45 Mpa,50
Mpa.

Kualitas besi : Reinforcement BJTD – Fy


5000 kg/cm2,

3. Podium
Total lantai : Lantai Basement, Lower
Ground, Upper Ground, 14
lantai
61

Total tinggi gedung : 58,200 m ( elv. +68,700)

Pondasi : PC pile Ø 500 mm, pile cap

Kualitas beton : BO, Fc’ 35 Mpa, Fc’ 30 Mpa,


Fc’ 45 Mpa.

Kualitas besi : Reinforcement BJTD – Fy


5000 kg/cm2,

b. Lokasi proyek
Lokasi proyek pembangunan Tunjungan
Plaza 6 yaitu di Jl. Embong Malang No. 25-31
Surabaya.Tepat bersebelahan dengan Hotel Seraton
Surabaya.Untuk lebih jelasnya dibawah ini adalah site
plan dari lokasi Proyek Tunjungan Plaza 6.

Embong Malang

Gambar 3.3. Keymap Proyek Tunjungan Plaza 6


Surabaya
62

Gambar 3.4. Lingkup Pekerjaan Proyek Tunjungan


Plaza 6 Surabaya
c. Waktu dan Jadwal kegiatan
Waktu pelaksanaan dari proyek pembangunan
Tunjungan Plaza 6 Surabaya oleh PT. Pempangunan
Perumahan (PP) dilaksanakan pada 1 September 2014
sampai dengan 31 Juli 2017. Sedangkan Mahasiswa
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan II dilaksanakan
mulai tanggal 9 Juni 2015 sampai dengan 30Oktober
2015.
d. Keterlibatan Mahasiswa
1. Mekanisme Perencanaan Pekerjaan
Bagian terpenting dari suatu pelaksanaan
pekerjaan adalah bagaimana mekanisme
perencanaan tersebut sebelum dimulainya
pekerjaan.Membuat mekanisme pekerjaan sebelum
63

dimulainya pekerjaan bertujuan untuk


memperlancar dan mengurangi resiko kesalahan
pada saat pelaksaan pekerjaan agar hasil sesuai
dengan yang ditargetkan. Keterlibatan mahasiswa
dalam mengikuti mekanisme perencanaan yang
sudah direncanakan oleh pihak kontraktor adalah
sebagai berikut :
a. Mengikuti survey awal sebelum pekerjaan
dimulai. Seperti penentuan elevasi, penentuan
titik kolom dan shear wall.
b. Menghitung volume pekerjaan tiap harinya
c. Menghitung kebutuhan besi,beton,bekesting
pada pekerjaan balok,plat, dan kolom
d. Mapping pekerjaan setiap harinya
e. Melaporkan progres pekerjaan setiap harinya
f. Memeriksa pekerjaan lapangan sesuai dengan
gambar atau tidak
g. Mengikuti survey akhir setelah pekerjaan
selesai untuk mengecek terjadi kesalahan atau
tidak
2. Spesifikasi Produk
Dalam pelaksanaan proyek
pembangunan Tunjungan Plaza 6 Surabaya di Jl.
Embong Malang Surabaya oleh PT. Pembangunan
Perumahan (PP) mahasiswa mengamati spesifikasi
produk yang dihasilkan pada saat pelaksanaan
lapangan. Dikarenakan waktu Praktik Kerja
Lapangan yang terbatas dan pembangunan yang
sudah berjalan sebelumnya, oleh karena itu
mahasiswa fokus mengikuti pengamatan pada
pelaksanaan pekerjaan struktur saja.Diantaranya
pekerjaan Pelat, balok, kolom, dan dinding
64

geser.Dibawah ini adalah beberapa spesifikasi


pelat, balok, kolom, dan dinding geser.yang
dihasilkan pada pembangunan proyek Tunjungan
Plaza 6 Surabaya.
Pekerjaan dinidng geser yang dikerjaan
pada proyek Pembangunan Plaza 6 surabaya
diantaranya sebagai berikut :

Tabel 3.2. Daftar Jenis Dinding GeserProyek


Tunjungan Plaza 6 Surabaya

Kode Kolom Dimensi (mm)


WA T = 800
WB T = 700
WC1 T = 450
WC2 T = 650
WC2A T = 450
WD T = 400
WE T = 550

Pekerjaan Kolom yang dikerjaan pada


proyek Pembangunan Plaza 6 surabaya
diantaranya sebagai berikut :

Tabel 3.3. Daftar Jenis KolomProyek Tunjungan


Plaza 6 Surabaya

Kode Kolom Dimensi (mm)


C1 Ø 1600
C2 Ø 1900
C3 Ø 1600
65

C4 Ø 2500
CL 200 x 400
CL1 150 x 500
Pada daftar kolom di atas kami tidak
hanya mendaftar jenis kolom apa saja yang
terdapat pada pengerjaan proyek Tunjungan Plaza
6 melainkan juga ikut membantu menghitung
kebutuhan kolom tersebut. Di mana satiap
perhitungan kolom tersebut menghasilkan
kebutuhan besi, kebutuhan bekisting serta
kebutuhan beton secara keseluruhan atau global.
Dalam hal ini kami sebagai mahasiswa PKL
mendapat ijin dari pihak QS (Quantity Surve)
untuk membantu merekapitulasi kebutuhan
tersebut pada setiap bangunan dari lantai terendah
sampai tertinggi
Pekerjaan Balok yang dikerjaan pada
proyek Pembangunan Plaza 6 surabaya
diantaranya sebagai berikut :

Tabel 3.4. Daftar Jenis Balok Proyek Tunjungan


Plaza 6 Surabaya

Type Dimension (m)


G148 1.40 0.80
G129 1.20 0.90
G108 1.00 0.80
G722 0.70 1.10
G78 0.70 0.80
G6A8 0.65 0.80
G610 0.60 1.00
66

G68~610 0.60 0.80~1.00


G68 0.60 0.80
G58 0.50 0.80
G58 (PC) 0.50 0.80
G56~58 0.50 0.60~0.80
G4A8 0.45 0.80
G4A7 0.45 0.70
G4A6~4A8 0.45 0.60~0.80
G4A6 0.45 0.60
G48 0.40 0.80
G46 0.40 0.60
B5A8 (PC) 0.55 0.80
B5A6 0.55 0.60
B58 (PC) 0.50 0.80
B56 0.50 0.60
B48 0.40 0.80
B37 0.30 0.70
B36 0.30 0.60
B35 0.30 0.50
B2A6 0.25 0.60
B2A5 0.25 0.50
B2A4 0.25 0.40
B26 0.20 0.60
B25 0.20 0.50
B24 0.20 0.40
B1A7 0.15 0.70
B1A4 0.15 0.40
B1A3 0.15 0.30
S13 T= 0.13
S15 T= 0.15
67

Sama halnya dengan pekerjan balok kami


diharuskan untuk belajar serta mengetahui
kebutuhan setiap baloknya. Seperti kebutuhan
besi, kebutuhan beton serta kebutuhan bekisting
dalam hitungan global per lantai.Setelah
menghitung dan merekapitulasi semua kebutuhan
maka dilanjutkan ke lapangan untuk mengecek
sesuai atau tidaknya hitungan dengan kondisi
lapangan yang sebenarnya. Jika terjadi
ketidaksesuaian maka kami berhak
memberitahukan kepada pihak QS terlebih dahulu
kemudian akan dilanjutkan kepada pihak QC
sampai adanya penangan yang lebih lanjut
terhadap kesalahan tersebut.

3. Kebutuhan Sumber Daya


Keterlibatan mahasiswa dalam hal kebutuhan
sumber daya adalah mahasiswa mencatat nama
dan fungsi peralatan serta jumlah pekerja yang
bekerja pada proyek Tunjungan Plaza 6 Surabaya.
Kebutuhan sumber daya meliputi modal, sarana
dan peralatan, material dan pekerja.
a. Modal
Modal yang digunakan dalam
pembangunan proyek Tunjungan Plaza 6
Surabaya ini adalah milik perusahaan swasta.
Perusahaan swasta tersebut merupakan owner
dari proyek ini yaitu PT. Pakuwon Jati, Tbk.
Modal tersebut sebesar ± Rp. 250.000.000.000,-.
b. Sarana dan peralatan
1. Backhoe atau Excavator
68

Alat berat ini dimanfaatkan dalam


proyek bangunan gedung bertingkat tinggi.
Fungsi dari excavator adalah untuk
mendukung penggalian dan sekaligus
pengerukan tanah. Setiap proyek
pembangunan yang berkaitan dengan tanah
akan membutuhkan penggunaan dari alat
berat ini. Seperti yang kami amati pada
proyek pembangunan Tunjungan Plaza 6
menggunakan alat ini untuk mempermudah
pengerjaan pekerjaan tanah. Dan disini kami
mengerti bagaimana cara alat ini bekerja di
lapangan.

Gambar 3.5. Exavator(Sumber: dokumen pribadi)

2. Tower Crane atau TC


Di setiap proyek pembangunan
gedung bertingkat tinggi, keberadaan alat
tower crane tidak bisa dipisahkan.Karena
memang fungsi alat ini sangat mendukung
dalam pelaksanaan pembagunan gedung
69

tinggi.fungsi penting dari alat ini adalah


untuk mendukung pengangkutan berbagai
material yang dibutuhkan, dari bawah
menuju ke bagian atas, atau proses sebaliknya.
Sebagai contoh diterapkan ketika melakukan
tipe pekerjaan seperti pengecoran.
Fungsi penting lainnya dari alat crane
tower ini adalah untuk mobilisasi dari besi
tulangan ke daerah pekerjaan.Pemakaian
crane tower itu harus direncanakan dengan
seksama.Hal ini berkaitan dengan
penempatan crane tower, pondasi crane tower
dan pengaturan jadwal pemakaian alat
ini.Dengan begitu crane tower bisa berfungsi
dengan optimal.
Pengamatan kami pada Proyek
Pembangunan Tunjungan Plaza 6 Surabaya
sendiri menggunakan 3 Unit Tower Crane
yang ditempatkan sedemekian rupa sehingga
memudahkan dalam pendistribusiam logistik
atau material yang tidak terjangkau dengan
tenaga pekerja. Di bawah ini adalah Tower
Crane dari proyek Tunjungan Plaza 6
Surabaya.
70

Gambar 3.6.Tower Crane(Sumber: dokumen pribadi)

3. Mixer Truck
Kendaraan proyek ini akan selalu berlalu
lintas keluar masuk proyek dikarenakan
karena kendaraan ini mengangkut campuran
beton yang dihasilkan bathcing plan ke tempat
pengecoran atau proyek. Pengamatan kami
pada proyek pembangunan Tunjungan Plaza
6 Surabaya menggunaka campuran beton
produksi dari Merak Jaya Beton. Truck ini
dilengkapo molen dengan kapasitas((±6,5-7
m3)tetapi karena akses yang kurang memadai
tidak semuanya mixer truck yang masuk
proyek lancar. Hal itu disebabkan sempitnya
atau terbatasnya akses masuk kendaraan di
proyek.Mixer Truck yang biasa beroperasi
pada proyek Tunjungan Plaza 6 dapat dilihat
seperti pada Gambar berikut ini:
71

Gambar 3.7.Mixer Truck(Sumber: dokumen pribadi)

4. Concrete Pumps

Pada pengamatan kami pada


pembangunan Proyek Tunjungan Plaza 6
Concrete Pump digunakan pada saat
pengecoran yang campuran betonnya tidak
memungkinkan untuk diangkut dengan
Bucket.Dikarenakan kapasitas Bucket yang
terbatas maka Concrete Pump sangat berperan
penting disini guna memompa agar campuran
beton dapat sampai ditempat yang
ditujukan.Concrete Pumps dibedakan menjadi
dua jenis yaitu mobile concrete pumps dan
concrete pumps, tetapi pada proyek Tunjungan
Plaza 6 menggunakan concrete pumps yang
biasa dikarenakan akses lokasi yang tidak
memungkinkan untuk memakai mobile
concrete pumps. Dibawah ini adalah concrete
pumps yang biasa dioperasikan pada
pelaksanaan pekerjaan pengecoran.
72

Gambar 3.8.Concrete Pumps(Sumber: dokumen pribadi)

5. Bucket
Pada pengamatan kami pada Proyek
Pembangunan Tunjungan Plaza 6 alat ini
digunakan untu mengangkut campuran beton
yang dihasilkan oleh mixer truck ke tempat
pengecoran. Alat ini digunakan jika tempat
pengecoran tidak dapat dijangkau oleh
concrete pumps atau terlalu tinggi. Pada proyek
pembangunan Tunjungan Plaza 6 Surabaya
alat ini sering kali digunakan pada
pengecoran kolom dan shearwall karena
mempunyai elevasi yang tinggi untuk
dijangkau

Gambar 3.9.Bucket(Sumber: dokumen pribadi)


73

6. Vibrator

Pada pengamatan kami yang dilakukan


di lapangan pada saat pembangunan
Tunjungan Plaza 6 vibrator merupakan alat
untk memadatkan beton cor pada waktu
pengecoran berlangsung. Dengan
menggunakan alat vibrator, matrerial-material
seperti agregat kerikil/koral dapat masuk dan
merata ke semua bagian beton cor, sehingga
hasilnya akan padat, rata, dan tidak berongga.
Vibrator dapat dilihat pada gambar 3.10
dibawah ini.

Gambar 3,10. Vibrator(Sumber: dokumen pribadi)

7. Bar Cutter (Mesin Pemotong Besi)

Pada pengamatan kami di


lapangan alat ini digunakan untuk memotong
besi pada pekerjaan penulangan pembesian
kususnya besi yang memiliki diameter besar.
Dapat dilihat dari gambar di bawah ini :
74

Gambar 3.11. Bar Cutter(Sumber: dokumen pribadi)

8. Bar Bender
Berdasarkan pengamatan yang
kami lakukan alat ini digunakan untuk
membengkokkan bengsi sesuai dengan
permintaan atau sesuai dengan gambar. Alat
ini hanya digunakan pada besi yang
berdiamter besar seperti D 19, D 20, D 22, D
25. Dibawah ini adalah gambar mengenai
pembengkokanbesi berdiameter besar :

Gambar 3.12.bar bender(Sumber: dokumen pribadi)


75

9. Mesin Bor
Pada pengamatan kami, seperti halnya bor
kebanyakan alat ini digunakan untuk
mengebor guna membuat lubang kecil
memanjang pada besi, baja dan kayu dan
dapat dilihat seperti pada Gambar 3.13.berikut
ini:

Gambar 3.13. Mesin Bor(Sumber: dokumen pribadi)

10. Theodolit
Berdasarkan pengalaman kami
saat mengikuti pelaksanaan pekerjaan
survey atau pengukuran di lapangan
Theodolit merupakan alat yang
terpenting pada pelaksaan survey ketika
melaksanakan pengukuran elevasi.
Karena Theodolit merupakan alat
pengukuran yang digunakan untuk
pengukuran elevasi, enentuan titik
kolom, pengecekan kembali hasil
pekerjaan. Adanya alat ini akan
membatu pelaksanaan pekerjaan karena
alat ini dipergunakan sebagai langkah
76

awal dalam membangun sebuah


bangunan gedung. Dibawah ini adalah
gambar theodolit yang digunakan pada
proyek Pembangunan Tunjungan Plaza 6
:

Gambar 3.14.Theodolit(Sumber: dokumen pribadi)

11. Bak Ukur


Seperti halnya theodolit menurut
pengamatan kami bak ukur dan Theodolit
merupakan pasangan alat yang tidak
bisa dipisahkan karena saling alat ini
saling bergantung satu sama lain. Bak
ukur adalah alat untuk menentukan
bacaan saat penembakan dengan
menggunakan Theodolit.Karena pada bak
ukur terdapat deretan angka yang kana
menunjukkkan elevasi pada saat
penembakan. Dibawah ini adalah
gambar dari bak ukut yang diperguakan
pada proyek pembangunan Tunjungan
Plaza 6 Surabaya
77

Gambar 3.15. Bak Ukur (Sumber: dokumen pribadi)

12. Waterpass
Ketika kami mengikuti pelaksana
survey kami mengetahui bahwa
Waterpass adalah suatu alat untuk
mengetahui kemiringan suatu biadang
pekerjaan pada saat pengukuran
elevasi.Dibawah ini adalah waterpass saat
digunakan pada proyek Tunjungan Plaza
6 Surabaya.

Gambar 3,16. Waterpass(Sumber: dokumen pribadi)

13. Sipat
Pengamatan kami di lapangan
menemukan alat yang baru kami
lihat.Karena sebelumnya pada mata kuliah
78

Ilmu Ukur Tanah yang kami dapat di


kamous tidak pernah mengerti alat kecil
satu ini. Meskipun alat ini terlihat sepele
namun fungsinya sangat membantu pada
pelaksanaan pekerjaan yang lain. Dimana
fungsinya sebagai pengganti penggaris
saat memberi tanda pada dinding atau
kolom yang ditembak elevasinya.Dibawah
ini sipat yang digunakan oleh proyek
pembangunan Tunjungn Plaza 6 Surabaya.

Gambar 3.17. Sipat(Sumber: dokumen pribadi)

14. Palu dan Tang


Ini adalah pengamatan kami terhadap
benda terkecil yang fungsinya tidak
kalah penting dengan alat-alat yang lain.
Palu dan tang sudah kerap dijumpai
pada saat pekerjaan pembangunan
proyek gedung. Dibawah ini adalah
gambar palu dan tang :
79

Gambar 3.18.palu dan tang(Sumber: dokumen pribadi)

15. Gergaji/Pemotong
Gergaji atau pemotong dibedakan
menjadi dua jenis yaitu gergaji yang
menggunakan mesin dan gergaji
manual.Pada pengamatan kami, proyek
pembangunan Tunjungan Plaza 6 ini
menggunakan kedua gergaji tersebut.
Berikut dibaha ini adalah gambar dari
gergaji yang ada di proyek tunjungan
Plaza 6 Surabaya :

Gambar 3.19.gergaji mesin(Sumber: dokumen pribadi)


80

Gambar 3.20.gergaji manual(Sumber: dokumen pribadi)

16. Meteran
Dalam suatu pengukuran hal
yang tidak kalah penting adalah meteran
yang selalu menjadi acuan hitung untuk
mengukur sesuatu. Begitu juga pada
semua pekerjaan yang kami amati pada
saat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan
di Proyek Pembangunan Tunjungan Plaza
6 semua pelaksana lapangan pasti akan
memiliki alat kecil ini sebagai pegangan
mereka untuk memperkecil kesalahan
yang dilakukan oleh pekerja-pekerja.

Gambar 3.21.meteran(Sumber: dokumen pribadi)


81

17. Scaffolding
Seperti yang kami amati pada
proyek pembangunan tunjungan Plaza 6
ini scaffolding menggunakan sitem PCH.
Scaffolding berfungsi untuk menahan
beban diatasnya pada saat pengecoran
dan mempertahankan bentuk pada
balok,kolom dan plat. Scaffoling yang
digunakan pada proyek pembangunan
Tunjungan Plaza 6 dapat dilihat seperti
pada Gambar 3.23 berikut ini:

Gambar 3.22.Scaffolding(Sumber: dokumen pribadi)

18. Bekisting Knock Down


Bekisting ini berfungsi sebagai
cetakan pada pekerjaan kolom. Seperti
pengamatan kami bekisting knock down
digunakan pada proyek pembangunan
Tunjungan Plaza 6 dan terlihat seperti di
bawah ini.
82

Gambar 3.23.bekistingKnock Down(Sumber: dokumen pribadi)

19. Truck
Truck merupakan bagian yang tidak
kalah penting, karena truck yang
mengangkut bahan atau material tersebut
kedalam proyek. Pada pengamatan kami
diDibawah ini adalah apangan truck yang
sering beroperasi pada proyek
pembangunan Tunjungna Plaza 6 terlihat
seperti dibawah ini.

Gambar 3.24.Truck (Sumber: dokumen pribadi)


83

c. Bahan/ Material
Pada pengamatan yang kami lakukan terhadap
bahan / material kami selalu mengecek setiap
harinya material masuk dan keluar yang
dikeluarkan oleh pihak logistik.Karena itu
merupakan salah satu tugas Quality Control (QC).
Selama satu minggu kami mengikuti petugas
Quality Control (QC) dan melaksanakan sebagian
tugas-tugasnya seperti berikut :
1. Semen Mortar
Jenis semen mortar yang dipakai
harus menuhi ketentuan-ketentuan dan
syarat-syarat yang telah
ditentukan.Dalam pelaksanaan pekerjaan
diharuskan memakai semen satu merk.
Untuk penyimpanannya dalam gudang
harus ditempatkan diatas lantai
panggung minimal 20 cm. Pada proyek
pembangunan Marvell Mall dan Hotel
semen yang digunakan bermerek Mortar
Utama dalam bentuk zak seperti pada
gambar 3.26. di bawah ini

Gambar 3.26. Semen Motar(Sumber: dokumen


pribadi)
84

2. Agregar Halus dan Kasar


Agregrat halus adalah psir,
pada umumnya dalam pengerjaan suatu
pekerjaan ada dua jenis yang digunakan
pasir pasang dan psair beton.Tetapi pada
proyek pembangunan Tunjungan Plaza 6
Surabaya pasir yang digunakan yaitu Pasir
Beton.Pasir yang digunakan tentunya
sesuai dengan pedoman yang tertulis pada
Rencana Kerja dan Syarat-syarat. Adapun
pasir yang digunakan seperti dibawah ini :

Gambar 3.27. Pasir(Sumber: dokumen pribadi)

3. Air
Air yang digunakan untuk
pembuatan dan perawatan beton tidak
boleh mengandung minyak, asam, alkali,
garam-garam, buahan-bahan organik atau
bahan-bahan lain yang dapat merusak
beton atau baja tulangan. Berdasarkan
(PBBI 1971). Dalam percobaan
perbandingan antara kekuatan tekan
mortel semen + pasir dengan memakai air
85

suling. Air tersebut dianggap dapat


dipakai, apanila kekutan tekan model
dengan memakai air itu pada 7 dan 28 hari
paling sedikit 90 dari kekuatan tekan
mortel dengan memakai air suling pada
umur yang sama.

4. Beton

Campuran adukan beton yang


digunakan untuk proyek ini
menggunakan mutu K-250 dan K-300
untuk kolom. Penggunaan beton siap
pakai inidari pihak sub kontraktor
yakniPT.Merak Jaya Beton.

Gambar 3.28. Betoan Ready Mix(Sumber:


dokumen pribadi)

5. Besi Hollow
Besi Hollow disini digunakan
sebagai penyokong pada saat membuat
bekisting pelat dan balok.Di mana besi
86

hollow diletakkan dibah multiplek agar


tidak melendut kebawah sehingga
mengurangi kesalahan yang ada.Berikut
adalah besi hollow yang digunakan pada
proyek pembangunan Tunjungan Plaza 6
Surabaya.

Gambar 3.29. Besi Hollow(Sumber: dokumen


pribadi)

6. Besi Tulangan
Besi tulangan yang digunakan pada
proyek pembangunan Tunjungan Plaza 6
Surabaya ini diantaranya adalah D10, D13,
D16, D19, D22, D24,D26. Penggunaan jenis
besi dan diameternya disesuaikan dengan
gambar perencanaan yang sudah jadi.
Berikut dibawah ini adalah besi D24 yang
ada di proyek Tunjungan Plaza 6 Surabaya:
87

Gambar 3.30. Besi Ulir(Sumber: dokumen pribadi))

7. Kayu Bekisting, papan multiplek

Penggunaan kayu untuk keperluan


bekisting menggunakan kayu meranti
ukuran 6/12 dan 5/7 cm. Kayu ini
digunakan untuk usuk-usuk bekisting dan
penguat bekisting, sedangkan untuk
dinding bekisting digunakan papan
triplek. Syarat kayu untuk bekisting adalah
kayu memiliki permukaan yang halus,
rata, dan tidak bergelombang atau
bengkok seperti pada Gambar 3.21 berikut
ini:

Gambar 3.31. Papan Multiplek dan Kayu(Sumber: dokumen


pribadi)
88

8. Batako

Bahan ini digunakan untuk


dindingseperti pada Gambar 3.22 berikut
ini:

Gambar 3.32. Batako Ringan(Sumber: dokumen pribadi)

9. Beton Decking

Beton decking adalah beton kecil


berukuran setebal selimut beton yang
dilekatkan pada tulangan dengan kawat
bindraad yang berfungsi untuk memberi
tebal selimut danmenjaga posisi besi
penulangan agar tidak menempel pada
bekistingnya. Beton decking yang
digunakan adalah dengan tebal 7cm untuk
pelat lantai basement 2, dan 5cm untuk
pekerjaan beton lainnya (kolom, balok,
pelat, shear wall, ramp).
Beton decking yang digunakan pada
proyek ini dapat dilihat pada gambar 3.27
dibawah ini.
89

Gambar 3.33. Beton Decking(Sumber: dokumen pribadi)

10. Kawat Ayam

Kawat Ayam pada proyek ini


berfungsi untuk menghambat atau
memperlambat pergerakan beton pada saat
pengecoran. Kawat Ayam digunakan
untuk mencegah masuknya beton pada
daerah block out dan menghentikan
pengecoran pada stop cor.Kawat ayam
yang digunakan pada proyek ini dapat
dilihat pada gambar 3.34 di bawah ini.

Gambar 3.34. Kawat Ayam(Sumber: dokumen pribadi)


90

d. Tenaga Kerja

Tukang dan mandor yang bekerja pada


proyek Tunjungan Plaza 6 Surabaya dibagi
menjadi 13 bagian yaitu bagian pembesian,
bekesting, pengecoran, pot. Boredpile/ pancang, pas.
Batako, pas. Hebel, pas. Keramik, anti rayap,
K3+Housekeeping, chemical, waterproofing, bobok,
finishing dan plester aci. Pada masing-masing
bagian terdapat mandor, kepala tukang, dan
tukang. Keterlibatan mahasiswa dalam hal tenaga
kerja yaitu mencatat absensi atau daftar kehadiran
mandor dan pekerja untuk dimasukkan kedalam
laporan harian pekerja. Jumlah dari pekerja pada
bagian masing-masing adalah berikut.
a. Bekisting : Mandor = 1 orang
Kepala Tukang = 1 orang
Tukang = 70 orang
b. Besi : Mandor = 1 orang
Kepala Tukang = 1 orang
Tukang = 72 orang
c. Cor : Mandor = 1 orang
Kepala Tukang = 1 orang
Tukang = 30 orang
d. Pot. Boredpile/ pancang :
Tukang = 4 orang
e. Pas.Batako : Tukang = 4 orang
f. Pas.Hebel : Tukang = 6 orang
g. Anti rayap : Tukang = 2 orang
h. K3+Housekeeping : Tukang = 17 orang
i. Chemical : Tukang = 3 orang
j. Bobok : Tukang = 4 orang
91

k. Finishing Tukang = 11 orang


l. Plester aci Tukang = 4 orang

4. Langkah-langkah Operasi dan Produksi

Pada proses pembangunan ini dimulai pukul


08.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB, dengan jam
istirahat pukul 12.00 WIB sampai dengan 13.00
WIB. Selain jam tersebut juga terdapat jam
tambahan pada malam hari pada saat terdapat
pekerjaan pengecoran. Keterlibatan mahasiswa
dalam hal langkah-langkah operasi dan produksi
adalah mahasiswa mengamati, mencatat serta
memfoto pekerjaan yang sedang berlangsung pada
hari tersebut. Kemudian foto tersebut akan
dimasukkan kedalam progres pekerjaan. Dibawah
ini ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan
pekerjaan :

a. Persiapan

Dalam pekerjaan persiapan ini hal yang


perlu diperhatikan dan dipersiapkan adalah alat
dan bahan yang akan digunakan. Alat dan bahan
harus sesuai dengan spesifikasi yang sudah
direncanakan dan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan. Selain alat dan bahan juga perlu
diadakan pengukuran terlebih dahulu oleh tim
surveyor. Pengukuran tersebut bertujuan agar
segala item pekerjaan sesuai dengan ukuran dan
tata letak yang telah direncanakan berdasarkan
atas gambar kerja
92

Gambar 3.35. Pengukuran oleh tim Surveyor


(Sumber: dokumen pribadi)

b. Pemasangan PCH (Perth Construction


Hire)

Setelah semua alat dan bahan telah


selesai dipersiapkan serta pengukuran telah
dilaksanakan, maka langkah selanjutnya
adalah pemasangan PCH. PCH ini digunakan
untuk menyangga bakesting diatasnya, yang
nantinya berguna sebagai pembentuk dari
struktur yang akan dilaksanakan. Dalam
pemasangan PCH harus disesuaikan dengan
ketinggian yang telah diukur oleh tim
surveyor. Tinggi rendahnya PCH dapat
mempengaruhi ukuran balok dan pelat. Serta
ledger harus terkunci kuat agar standar atau
GSV tidak dapat naik turun dengan
sendirinya. Jarak antar PCH ditentukan dari
dimensi lebar balok tersebut mempunyai lebar
> 50 cm maka jarak antar PCH lebih rapat ± 1
m. Sedankan lebar balok < 50 cm maka jarak
antar PCH lebih rengan ± 1,5 m.
93

Gambar 3.36. Pemasangan PCH (Sumber: dokumen


pribadi)
c. Pemasangan bekisting

Bekisting yang digunakan dalam


proyek pembanguna Tunjungan Plaza 6
Surabaya adalah papan multipleks dengan
tebal 15 mm yang menumpu pada besi hollow
dan PCH sebagai penyangga dibawahnya.
Bekisting kolom yang digunakan adalah
bekisting knockdown plat baja sedangkan
bekisting untuk dinding geser adalah
bekisting shorring sistem PERI. Pemasangan
bekisting ini haruslah rapat dan sesuai dengan
ukuran. Pengaku bekisting berupa paku, suri-
suri dan lain-lain haruslah terpasang dengan
baik. Hal tersebut bertujuan agar dapat
mencegah kebocoran pada bekisting saat
proses pengecoran.
94

Gambar 3.37. Pemasangan bekisting pelat dan balok


(Sumber: dokumen pribadi)

Gambar 3.38. Pemasangan bekisting kolom dan


dinding geser(Sumber: dokumen pribadi)

d. Pembesian

Besi yang digunakan dalam pekerjaan


pembesian adalah besi dengan D10, D13, D16,
D19, D22, dan D25 dengan kualitas besi
Reinforcement BJTD – Fy 5000 kg/cm2.
Sebelum melakukan pembesian, terlebih
dahulu untuk melakukan pemotongan dan
95

pembekokan tulangan. Pemotongan besi


bertujuan agar panjang besi sesuai dengan
panjang pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Dan apabila panjang tersebut kurang
memenuhi maka dilakukan penyambungan
besi. Sedangkan pembengkongan besi
bertujuan untuk pembuatan sengkang.

Gambar 3.39. Proses pembesian(Sumber: dokumen


pribadi)
e. Pengecoran

Pengecoran dilakukan dengan


mengunakan mix beton yang disuplai dari PT.
Merak Jaya Beton dengan mutu beton Fc’ 25
Mpa, 30 Mpa, 35 Mpa, 40 Mpa, 45 Mpa, dan 50
Mpa. Pengecoran dibantu dengan
mengunakan vibrator agar beton dapat
mengisi seluruh ruangan dan tidak terdapat
rongga-rongga udara diantara beton yang
dapat membuat beton keropos. Sebelum
dilakukan pengecora, item pekerjaan yang
akan dicor harus dibersihkan terlebih dahulu
agar tidak terdapat benda asing seperti paku
96

atau barang-barang yang lain yang tidak


diperlukan dalam struktur tersebut. Hal
tersebut bertujuan agar kualitas atau mutu
suatu struktur dapat terjaga. Proses
pembersihan tersebut dibantu dengan
bantuan alat compressor.

Gambar 3.40. Proses pembersihan(Sumber: dokumen


pribadi)
Dalam proyek Tunjungan Plaza 6
Surabaya, proses pengecoran pada pelat dan
balok dilakukan dengan bantuan concrete
pump dan pipa galvanis. Sedangkan
pengecoran kolom dan dinding geser dengan
mengunakan bucket.

Gambar 3.41. Proses pengecoran dinding


geser(Sumber: dokumen pribadi)
97

Gambar 3.42. Proses pengecoran pelat dan balok


(Sumber: dokumen pribadi)

f. Perawatan beton

Setelah pengecoran selesai, amak hal


yang perlu dilakukan ialah merawat beton
dengan baik dan menjaga kelembapan beton
dengan cara curring. Curring dilakukan dalam
waktu selang 8 jam setelah selesai pengecoran.
Waktu yang diperlukan untuk merawat beton
ini adalah selama 7 hari.

Gambar 3.43. Proses curring(Sumber: dokumen pribadi)

g. Pembongkaran bekisting
98

Pembongkaran bekisting dilakukan


apabila beton dalam keadaan sudah kering
dan siap untuk dibongkar. Pada proyek ini
pembongakaran bekisting pelat lantai
dilakukan setelah 7 hari. Selanjutnya
pembongkaran bekisting balok setelah 14 hari.
Dan pada hari ke-28 dilakukan pembongkaran
seluruhnya Diasumsikan bahwa beton telah
mengeras dan semen telah mencapai waktu
ikat awal.

h. Perbaikan dan Perawatan


Masa perbaikan dan perawatan
dilakukan setelah proyek Tunjungan Plaza 6
Surabaya ini selesai seluruhnya selama 365 hari.

5. Standardisasi dan Kendali Mutu (Qualty Control)


Menurut pengamatan kami yang kami
lakukan serta belajar dengan para pegawai yang
bertugas sebagai Quality Control (QC)
standardisasi dan kendali mutu merupakan
suatu kegiatan untuk menjamin penyesuaian
rencana yang telah disusun dengan hasil
pekerjaan di lapangan.Pengendalian mutu pada
suatu proyek bangunan sangatlah penting guna
untuk mengurangi beberapa kesalahan yang
memungkinkan terjadi. Ketika terjadi ketidak
cocokan rencana dengan lapangan maka tim QC
kan melakukan inspeksi atau pengkoreksian
terhadap pekerjaan dan kemudian akan
melaporkan pada pelaksana pada pekerjaan
tersebut dan memerintahkan agar segera
99

memperbaiki hasil pekerjaan yang salah.


Pengendalian mutu tentunya bukan
hanya terletak pada pekerjaan saja tetapi pada
material juga diperlukan standadisasi serta
kendali mutu guna memaksimalkan hasil
pekerjaan nantinya.Pada saat kami mengikuti
Praktik Kerja Lapangan di proyek pembangunan
Tunjungan Plaza 6 ini terdapat beberapa tes
material diantaranya tes mutu beton dan tes
material pembesian.Semua tes dilakukan pada
laboratorium ITS dengan hasil tes sebagai
berikut.

6. Keselamatan Kerja
Dalam pelaksanaan suatu proyek
keselamatan kerja sangat penting. Dalam proyek
ini para staff perusahaan, pekerja, maupun tamu
diwajibkan memakai APD (Alat Pengaman Diri).
Keterlibatan mahasiswa dalam hal keselamatan
kerja adalah mahasiswa diwajibkan memakai
APD serta mentaati rambu-raambu yang
terdapat dalam proyek ini, selain itu mahasiswa
juga ikut memperingatkan apabila terdapat
pekerja yang tidak memakai APD lengkap.
Perlengkapan keselamatan kerja dalam
proyek ini adalah sebagai berikut:
100

a. Safety shoes

Sumber : www.google.com
b. Helm proyek

Sumber : www.google.com
c. Safety belt

Sumber : www.google.com
101

d. Body hardness

Sumber : www.google.com
e. Safety vest

Sumber : www.google.com
f. Masker

Sumber : www.google.com
102

g. P3K

Sumber : www.google.com

7. Kegiatan pasca produksi


Kegiatan pasca produksi/ operasi adalah
bangunan tersebut akan dijadikan pusat
pembelanjaan dan hunian berupa apartemen
yang terletak diatas bangunan mall itu sendiri.

3. Faktor- Faktor Pendukung dan Penghambat


a. Faktor Pendukung
Faktor yang dinilai dapat mendukung Praktek Kerja
Lapangan II, antara lain:

1. Sambutan yang cukup baik ketika menerima


mahasiswa yang sedang melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan II.
2. Para pihak kontraktor memberikan kemudahan
untuk para mahasiswa mengambil gambar-
gambar pelaksanaan secara langsung dilapangan
dan pemberian data-data yang memang
diperlukan oleh mahasiswa.
3. Dengan adanya Praktik Kerja Lapangan,
mahasiswa dapat berhadapan langsung dengan
dunia kerja pada suatu proyek pembangunan.
103

4. Sikap ramah dari para pekerja lapangan


memudahkan mahasiswa untuk bertanya dan
mencari ilmu dengan sebanyak dan sebaik
mungkin
5. Mahasiswa mendapatkan bimbingan atau
pengarahan yang lebih ketika saat praktik di
lapangan maupun di dalam kantor oleh
pelaksana proyek dan pembimbing lapangan.
6. Mahasiswa juga mendapatkan ilmu tentang
survey sebelum dan sesudah pelaksanaan
pekerjaan berlangsung dengan melaksanakan
pekerjaan survey di lokasi proyek pembangunan
proyek Tunjungan Plaza 6 Surabaya.

b. Faktor Penghambat

Faktor yang dinilai dapat menghambat praktek


industri, antara lain:

1. Jalur akses masuk kendaraan proyek sama


dengan jalur akses masuknya pekerja sehingga
rentan terjadi kecelakaan dalam proyek.
2. Minimnya akses proyek dan minimnya lahan
diproyek untuk meletakkan material-material
yang akan digunakan terkadang mengganggu
jalur jalan kaki untuk pekerja sehingga
meningkatkan resiko kecelakaan.
3. Waktu pengecoran lebih sering dilakukan pada
malam hari, sehingga kesempatan tesebut sering
terlewatkan.
4. Bertepatannya dengan jadwal kuliah membuat
mahasiswa melaksanakan Praktik kerja
Lapangan Jauh Lebih Lama dari target.
104

5. Bertepatanya dengan adanya Kuliah Kerja Nyata


(KKN) dan Libur Hari Raya Idul Fitri sehingga
kurang maksimal pengamatan di lapangan dan
pelaksanan praktik bertambah lama.
6. Akses kantor yang menggunakan Lock di pintu
masuk membuat mahasiswa kesulitan untuk
masuk pada saat ada keperluan untuk ke kantor.

c. Inovasi

Pada laporan praktek kerja lapangan ini,


inovasi yang didapat antara lain sebagai berikut :

1. Adanya cara yang praktis dalam perakitan


tulangan dinding geser yaitu dengan
menggunakan cara precast atau tulangan
pracetak.Tulangan dinding geseryang ada pada
teori adalah dirakit dilokasi titik-titik dinding geser
2. Pada saat pembesian dinding geser, sisi yang akan
akan berhubungan dengan balok diisi dengan
gabus. Jadi penulangan balok dilakukan setelah
pengecoran dinding geser dengan menghancurkan
dahulu yang telah diisi gabus, kemudian
pengecoran balok.
3. Pengecoran menggunakan bucket concrete dengan
bantuan tower crane. Pada teori pengecoran
dilakukan menggunakan concrete pump.
105

Gambar 3.44. perakitan tulangan dinding geser secara


precas(Sumber: dokumen pribadi)

Gambar 3.45. Pemasangan gabus pada posisi pemasangan


rencana balok(Sumber: dokumen pribadi)

Gambar 3.46. Pengecoran mengunakan bucket (Sumber: dokumen


pribadi)
106

B. Pembahasan

Pembahasan praktik kerja lapangan II pada laporan ini


adalah tentang pelaksanaan pekerjaan shear wall yang
dikhususkan pada lantai 3 gedung office. dalam hal ini
mahasiswa diharapkan mengerti dan memahami tentang
pelaksanaan pekerjaan dilapangan. Dalam hal ini, mahasiswa
dapat mengerti bagaimana realisasi pekerjaan shear wall yang
merupakan hasil dari perencanaan yang tertuang dalam gembar
bestek dan rencana kerja dan syarat (RKS). Selain itu, mahasiswa
diharapkan juga mengerti bagaimana sisrtem kerja dan
koordinasi dalam proyek dilapangan seperti apa aja masalah-
masalah yang terjadi serta bagaimana penyelesaianya.
Hal lain yaitu, dengan melihat langsung pelaksanaan dan
keadaan dilapangan, mahasiswa akan mampu berpikir kritis,
logis, dan praktis. 3 cara berpikir tersebut akan muncul ketika
mahasiswa melihat kondisi dilapangan dengan teori yang
diajarkan dalam bangku kuliah. Kritis, mahasiswa dapat
menanyakan apa yang belum dimengerti atau belum dipelajari
dibangku kuliah. Logis, mahasiswa akan berpikir apa yang ada
dilapangan secara nyata. Dan praktis, mahasiswa akan mencoba
menuangkan hasil berpikir kritis dan logis tadi dalam sebuah
pekerjaan.
107

Diagram Alur Pekerjaan Shear Wall

Membaca gambar perencanaan shear wall (shop drawing)

Persiapan alat, material dan tenaga

Marking posisi shear wall

Fabrikasi besi Fabrikasi bekisting

Pemasangan besi shear wall

tidak
Cek penulangan

ya

Pemasangan bekisting
tidak
Cek posisi beksiting

ya

Pembersihan lokasi

Pengecoran shear wall

Perawatan shear wall

Selesai
108

1. Spesifikasi dinding geser (Shear Wall)

Dalam pelaksanaan struktur shear wall,


diperlukan pemahaman danmengetahui gambar
perencanaanya. Sesuai dengan fungsinya, shear wall pada
gedung ini mempunyai beberapa type. Pada setiap lantai
terdapat struktur shear wall agar gedung lebih kokoh.
Adapun dimensi dan penulanganya sebagai berikut :

Tabel 3.5. Daftar Jenis Dinding Geser Gedung


Officelantai 3 Proyek Tunjungan Plaza 6 Surabaya

Kode Kolom Dimensi (mm)


WA T = 800
WB T = 700
WC1 T = 450
WC2 T = 650
WC2A T = 450
WD T = 400
WE T = 550

Gambar Denah Shear Wall lantai 3 (Sumber : doc. PT PP)


109

a. Shear Wall Type WA

- Tebal : 800 mm

- Meter tulangan utama : D25 - 125

- Sengkang tumpuan : D13 - 100

- Gambar :

Gambar Denah Shear Wall type WA (Sumber : doc. PT PP)

b. Shear Wall Type WB

- Tebal : 700 mm

- Meter tulangan utama : D25 - 150

- Sengkang tumpuan : D13 - 100

- Gambar :

Gambar Denah Shear Wall type WB (Sumber : doc. PT PP)


110

c. Shear Wall Type WC1

- Tebal : 450 mm

- Meter tulangan utama : D19 - 125

- Sengkang tumpuan : D13 - 100

- Gambar :

Gambar Denah Shear Wall type WC1 (Sumber : doc. PT PP)

d. Shear Wall Type WC2

- Tebal : 650 mm

- Meter tulangan utama : D25 - 125

- Sengkang tumpuan : D13 - 100

- Gambar :

Gambar Denah Shear Wall type WC2 (Sumber : doc. PT PP)


111

e. Shear Wall Type WC2A

- Tebal : 450mm

- Meter tulangan utama : D19 - 125

- Sengkang tumpuan : D13 - 100

- Gambar :

Gambar Denah Shear Wall type WC2A (Sumber : doc. PT PP)

f. Shear Wall Type WD

- Tebal : 400 mm

- Meter tulangan utama : D19 - 350

- Sengkang tumpuan : D13 - 100

- Gambar :

Gambar Denah Shear Wall type WD (Sumber : doc. PT PP)


112

g. Shear Wall Type WE

- Tebal : 550 mm

- Meter tulangan utama : D25 - 350

- Sengkang tumpuan : D13 - 100

- Gambar :

Gambar Denah Shear Wall type WE (Sumber : doc. PT PP)

2. Langkah Pekerjaan Shear Wall

a. Cara Penentuan As Dinding Geser

Titik-titik as dinding geser ditentukan dan


diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan
alat ukur Total Station. Titik as dinding geser harus
ditentukan secara akurat karena sangat menentukan
hasil pekerjaan selanjutnya. Jika terjadi kesalahan
dalam penentuan titik as, maka letak as dinding
geser akan berubah dengan dinding geser dibawahnya
atau diatasnya.
Karena pentingnya keakuratan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, maka dalam menentukan
titik as untuk dinding geser di setiap lantai bangunan
dilakukan dengan :
1. Membuat patokan marking di bagian pagar
113

keliling bangunan yang dibuat dari awal


pelaksanaan pekerjaan, marking ini digunakan
untuk menentukan titik-titik as dalam pekerjaan
struktur, tidak hanya untuk pekerjaan dinding
geser saja.
2. Membuat Lot, yaitu berupa lubang persegi pada
lantai bangunan yang berukuran sekitar 20 x 20
cm. Pekerjaan ini dilakukan sebelum lantai dicor.
Letak Lot tetap pada satu garis vertikal dari lantai
basement sampai berikutnya, sebagai acuan titik
as untuk marking pada setiap lantai bangunan
sehingga sejajar.
3. Dari titik lot tersebut bisa digunakan sebagai
patokan untuk mengukur letak/ posisi dinding
geser pada lantai 3 sesuai dengan posisi yang ada
di gambar rencana, sehingga posisi letak dinding
geser tepat dan tetap pada posisinya tidak
tergeser. Pengukuran ini dilakukan sebelum
pembesian selesai agar sesuai dan dilakukan
setelah pengecoran sebagai pengecekan
ketepatan posisi dinding geser tersebut.

Gambar 3.47. Penembakan/ pengukuran mengunakan


114

Total Station sebelum dan sesudah pengecoran(Sumber:


dokumen pribadi)

Gambar 3.48. Hasil marking dari pengukuran(Sumber:


dokumen pribadi)

b. Penulangan dinding geser

Dalam pekerjaan pembesian dinding geser


tulangan harus sesuai dengan gambar kerja (Shop
Drawing) dan tinggi tulangan juga harus sesuai dengan
gambar kerja (Shop Drawing).Pabrikasi dinding geser
dilakukan dilapangan atau tempat kerja (work
shop).Tulangan utama dan sengkang dirakit dengan
menggunakan kawat besi (bendrat).
Penulangan dinding geser pada proyek ini
menggunakan sistem tulangan precast atau pracetak.
Biasanya istilah pracetak dipergunakan untuk
pekerjaan struktur beton tetapi pada proyek ini
dipergunakan untuk struktur tulangan
beton.Penulangan ini digunakan untuk mempercepat
waktu pekerjaan dilapangan selain itu memanfaatkan
alat berat yang ada yaitu tower crane.
115

Contoh pelaksanaan pada dinding geser yang


dipergunakan pada lantai 3tipe WA dengan mutu
beton 50 Mpa untuk tebal dinding geser (800 cm),
sengkang D13-100 (Tumpuan) & D25-125 (Lapangan),
untuk pembengkokan tulangan sengkang 12d dari
tulangan sengkang dan overlapsambungan yang dipakai
adalah 40d dari tulangan..

Proses pekerjaan penulangan dinding geser


adalah sebagai berikut:

1. Memotong besi dan meletakkan hasil


pemotongan sesuai dengan tipenya diatas tanah
yang sudah diberi alas. Pemotongan besi
digunakan alat pemotong bar cutter. Cara
memotong, besi tulangan diberi tanda potong
kemudian di letakkan pada bar cutter dan
kemudian dipotong.Bar cutter yaitu alat
pemotong baja tulangan sesuai ukuran yang
diinginkan. Pada proyek ini digunakan bar cutter
listrik. Keuntungan dari bar cutter listrik
dibandingkan bar cutter manual adalah bar cutter
listrik dapat memotong besi tulangan dengan
diameter besar dan dengan mutu baja cukup
tinggi, disamping itu juga dapat mempersingkat
waktu pengerjaan.
2. Pembengkokan besi sesuai tipe pada gambar
kerja. Pembengkokan besi dengan menggunakan
alat pembengkokbar bander. Bar Bender adalah
alat yang digunakan untuk membengkokkan
baja tulangan dalam berbagai macam sudut
sesuai dengan perencanaan. Cara kerja alat ini
adalah baja yang akan dibengkokkan
116

dimasukkan di antara poros tekan dan poros


pembengkok kemudian diatur sudutnya sesuai
dengan sudut bengkok yang diinginkan dan
panjang pembengkokkannya. Ujung tulangan
pada poros pembengkok dipegang dengan kunci
pembengkok. Kemudian pedal ditekan sehingga
roda pembengkok akan berputar sesuai dengan
sudut dan pembengkokkan yang diinginkan. Bar
bender dapat mengatur sudut pembengkokan
tulangan dengan mudah dan rapi.
Sedangkan untuk pembengkokan
tulangan harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :

a. Bengkokan 180o ditambah perpanjangan 4d


tapi tidak kurang dari 65 mm, pada ujung
bebas kait.
b. Bengkokan 90o ditambah perpanjangan 12d
pada ujung bebas kait.
c. Untuk sengkang dengan kait pengikat :
 Batang D-16 dan yang lebih kecil,
bengkokan 90o ditambah perpanjangan
6d pada ujung bebas kait, atau
 Batang D-19, D-22, dan D-25,D-29
bengkokan 90o ditambah perpanjangan
12d pada ujung bebas kait, atau
 Batang D-25 dan yang lebih kecil,
bengkokan 135o ditambah perpanjangan
6d pada ujung bebas kait.
Pada proyek ini besi yang di bengkok untuk
tulangan sengkang adalah besi D13, dan panjang
bengkokkan 125 mm. Dsisni dapat dilihat bahwa
ketentuan pembengkokan pada proyek ini sesuai
117

dengan SNI 2847-2013 Tata Cara Perhitungan


Struktur Beton Bangunan Gedung bahwa Batang
D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90o
ditambah perpanjangan 6d pada ujung bebas kait
yaitu 6d=6*13 = 78 mm = 7,8 cm dan Semua
batang tulangan non-prategang harus diikat
dengan sengkang dan sengkang ikat lateral,
paling sedikit ukuran D-13 untuk tulangan
longitudinal lebih kecil dari D-32, dan paling
tidak D-13 untuk tulangan D-36, D-44, D-56, dan
bundel tulangan longitudinal.Hal ini dapat
dikatakan baik karena sudah sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI 2847-2013) Tata
Cara Perhitungan Struktur Beton Bangunan
Gedung.

3. Pembuatan begel/sengkang menggunakan bar


bander sesuai gambar kerja.
4. Perangkaian/pembesian dinding geser,
dikerjakan setelah pekerjaan tipe pembesian
selesai dan dirakit dilokasi pembesian atau
disebut tulangan pracetak. Perakitan Penulangan
dinding geser pracetakdapat dilihat seperti pada
gambar 3.51.
5. Pengangkatan rangkaian tulangan menuju lokasi
sambungan dinding geser menggunakan tower
crane. Pengangkatan rangkaian tulangan menuju
lokasi dapat dilihat seperti pada gambar 3.52.
6. Pemasangan rangkaian tulangan dinding geser
dan penyambungan dinding geser untuk dinding
geser lantai 3, sambungan dinding geser ini
memakai overlap 100 cm karena memakai acuan
standar 40 D yaitu 40 D = 40 * 25 mm =1000 mm
118

= 100 cm. Disini dapat dilihan bahwa overlap


sambungan sudah baik karena sesuai standar
SNI 2847-2013. Apabila dimensi besi yang
digunakan lebih dari D19 mm harus ditentukan
jarak sambungan overlap dengan nilai 40d dan
apabila diameter besi lebih dari D19 jarak overlap
adalah 60d.

Gambar 3.49. Pemotongan besi (Sumber: dokumen pribadi)

Gambar 3.50. pembengkokan besi / bar bender(Sumber:


dokumen pribadi)
119

Gambar 3.51. Pekerjaan tulangan precas(Sumber: dokumen


pribadi)

Gambar 3.52. pengangkutan tulangan precas (Sumber:


dokumen pribadi)

Pekerjaan penulangan dinding geser secara


keseluruhan sudah sesuai dengan gambar rencana, baik
strukturnya maupun jenis besi (besi ulir D25 untuk
tulangan utama dan D13 untuk tulangan sengkang)
untuk overlap yaitu 40d.
Di lapangan para pekerja memasang beton
deking yang dikelilingi besi dinding geser dengan jarak
maximum 2 cm lalu membersihkan kotoran dan sisa
kawat sebelum ditutup bekisting.
120

c. Pekerjaan bekisting

Pada pekerjaan bekisting ada 4 pekerjaan yang


dilakukan yaitu persiapan, fabrikasi, pemindahan
bekisting, dan pemasangan bekisting. Adapun diagram
alur pekerjaan bekisting dan penjelasanya adalah sebagai
berikut :

Adapun cara pelaksanaan dalam pemasangan bekisting


sebagai berikut:
1. Persiapan gambar, bahan, alat, dan tenaga kerja.
2. Beksiting
Bekisting yang dipakai adalah bekisting
Climbing Formwork yang biasanya digunakan
untuk struktur beton dinding yang cukup tinggi
(misalnya shear wall).
3. Pemindahan bekisting ke lokasi.
Pemindahan bekisting Climbing Formwork ini
mengunakan bantuan alat towe crane, hingga lantai
terakhir. Pada pekerjaan ini membutuhkan 4 pekerja,
3 pekerja bertugas memposisikan bekisting dan satu
pekerja bertugas mengikat sabuk yang berguna
mengikat besi pada pengait crane.
4. Pemasangan beksiting
Pemasangan bekisting dilakukan pada sisi luar
shear wall terlebih dahulu baru kemudian
pemasngan bekisting pada sisi dalam. Dan juga,
pengaitan bekisting shear wall dilakukan pada bagian
bawah dahulu.
Pemasangan dua sisi bekisting shear wall ini
mengunakan wing nut sebagai sebagai pengikat dan
sapot sebagai penahan. Wing nut dipasang dengan
cara masuk dari sisi dalam bekisting kesisi luar
121

melalui pipa kecil atau angker yang sudah


disiapkan, kemudian dijepit diantara climbing
formwork kemudian dirapatkan dratnya. Sedangkan
bodem di letakkan pada bagian bawah, tengah dan
atas bekesting shear wall dan ditahankan scafolding
yang ada di sisi dalam shear wall.

Gambar 3.53. Pemasangan bakesting Shear


Wall(Sumber: dokumen pribadi)

5. Pengecekan

Pengecekan bekisting shear wall di lakukan saat


pekerjaan pemasangan berlangsung maupun selesai.
Pengecekan dilakukan oleh pelaksana dari
kontraktor pelaksana dan pengawas dari konsultan
pengawas, serta 2 surveyor. Adapun hal hal yang
dicek yaitu posisi vertical dan horizontal bekisting,
kerapatan bekisting dan dimensi bekisting.
122

d. Pekerjaan pengecoran

Pada pekerjaan pengecoran ada 3 pekerjaan yang


dilakukan yaitu persiapan pembersihan lokasi,
pengecekan serta perbaikan, dan kemudian pengecoran.
Adapun diagram alur pekerjaan pengecoran dan
penjelasan sebagai berikut:

1. Persiapan gambar, bahan, alat dan tenaga kerja


2. Pembersihan lokasi
Hal yang dilakukan dalam pekerjaan
pembesian lokasi yaitu pembersihan lokasi dari
sisa potongan atau serpihan kayu, dari kawat
bendrat serta kotoran sisa makan pekerja.
Yang bisa dilakukan dalam pembersihan yaitu
mengambil dengan tangan, jika kotoran itu
serpihan besi atau potongan besi bisa mengunakan
magnet untuk mengambilnya dan apabila kotoran
tidak dapat terjangkau maka dapat dilakukan
penyemprotan mengunakan air dengan water
pressure.
3. Pengecekan dan perbaikan
Pengecekan kebersihan dilakukan pelaksana
hanya sebatas melihat kebersihan lokasi, jika masih
ada kotoran pengawas akan memangil atau
menegur pelaksana untuk membersihkannya.
Selain mengecek kebersihan, pengawas juga
mengecek ulang penulangan dan bekisting, dan
jika tidak sesuai, maka pengawas menegur
pelaksana untuk menyesuaikanya.
4. Pengecoran
Dalam pekerjaan pengecoran, ada beberapa
tahap yaitu:
123

a. Siapkan alat pengetesan silinder benda uji dan


tes slump dengan kerucut abrams.
b. Beton ready mix didatangkan dari batching
plant PT. Merak Jaya Beton dengan mutu yang
telah disyaratkan yaiutu fc 50 untuk
pengecoran dinding geser lantai 3 office.
c. Beton dituangkan ke dalam gerobak,
kemudian dilakukan pengujian slump. Nilai
slump yang dipakai adalah 10 ± 2 cm. Pada
proyek ini rata-rata tes slump 11 cm, dimana
11 cm masuk kriteria Nilai slump 8-12 cm.
d. Setelah nilai slump memenuhi persyaratan,
maka beton readymix dari concrete mixer truck
dituang ke dalam concrete bucket, kemudian
concrete bucket tersebut diangkat dengan tower
crane menuju ke lokasi pengecoran. Pada saat
pemindahan, concrete bucket ditutup/dikunci
agar tidak tumpah.
e. Di lokasi pengecoran, tutup concrete bucket
dibuka, dan beton dituang ke dalam bekisting
melalui pipa tremie.
f. Tinggi jatuh penuangan beton disyaratkan
sesuai dengan yang telah ditentukan (≤ 1,50
m) usahakan sedekat mungkin antara pipa
tremie dengan permukaan beton lama. hal ini
dilakukan untuk menghindari agregat kasar
terlepas dari adukan beton.
g. Proses pengecoran dilakukan tiap
layer/bertahap, tahap pertama adalah setinggi
±1,5 m, setelah itu dilanjutkan ke tahap kedua
setinggi elevasi yang telah ditentukan.
124

h. Padatkan beton dengan menggunakan concrete


vibrator Pada saat proses pemadatan, concrete
vibrator diusahakan tidak berinteraksi
langsung dengan bekisting dan tulangan.
i. Pengecoran dinding geser hanya dapat
dilaksanakan per satu lantai, hal ini dilakukan
karena adanya pengecoran slab setelah
pengecoran dinding geser per satu lantai.
Jadi pekerjaan pengecoran beton pada proyek ini
sudah baik karena memenuhi persyaratan pekerjaan
pengecoran yang ada.

Gambar. 3.54. Proses pengecoran mengunakan bucket


(Sumber: dokumen pribadi)

e. Pekerjaan pembongkaran bekisting

Pekerjaan pembongkaran bekisting shear wall


dilakukan sehari setelah pengecoran dan kondisi paling
ekstrim adalah 6 jam setelah pengecoran. Dengan asumsi
bahwa beton telah mengeras dan telah mencapai waktu
ikat awal.
125

Pembongkaran pada proyek ini dilakukan hanya 8-10


jam setelah dilakukan pengecoran.Dimana pada
umumnya bekisting dilepas 1 hari setelah dilakukan
pengecoran.Ini menunjukkan kualitas beton yang
digunakan cukup tinggi yaitu fc.50 dan setting time beton
yaitu 8 jam.Pembongkaran bekisting dilakukan secara
hati-hati agar terhindar dari kerusakan pada shear wall.
Bekisting yang telah dilepas tersebut dilepas perbagian/
persisi. Proses pembongkaran bekisting shear wall
merupakan tahap terakhir dari pekerjaan shear wall,
berikut langkah-langkahnya.

1. Pertama mengendorkan dan melepas semua


baut/wing nut yang terdapat pada bekisting.
Pembongkaran bekisting shear wall dapat
dilaksanakan pada umumnya setelah 24 jam, namun
bisa juga 8 jam setelah pengecoran dengan tenaga
manusia.

2. Langkah kedua adalah mengendorkan atau melepas


kicker brace dan secara bersamaan bekisting shear
wall akan lepas dengan sendirinya dari muka beton.

3. Jika sudah terlepas langkah selanjutnya melepaskan


salah satu bagian bekisting yang diangkat
menggunakan tower crane.

4. Kemudian bekisting dinding geser tersebut diangkat


dan dipindahkan ke tempat yang telah disediakan
dengan bantuan alat tower crane, untuk dilakukan
pembersihan dan pengolesan dengan oil form.
126

Pekerjaan pembongkaran bekisting pada proyek


ini cukup baik karena bekisting dilepas sesuai setting time
beton yaitu 8-10 jam. Proses pembongkaran diawasi oleh
mandor agar pekerja tidak lalai.setelah bekisting dilepas
bekisting dipindahkan ke tempat perawatan untuk diberi
oil form atau minyak. Meski struktur dibuat dengan
sistem dan konsep yang sesempurna mungkin, namun
adakalanya dinding geser yang sudah dibuat setelah
pelepasan bekisting mengalami kerusakan, kerusakan-
kerusakan ringan pada dinding geser dapat diperbaiki
dengan menambal retakan yang terjadi dengan semen
portland. Jadi pekerjaan pembongkaran bekisting pada
proyek pembangunan Tunjungan Plaza 6 ini sudah baik
karena memenuhi persyaratan yang ada.

f. Pekerjaan perawatan

Selama waktu pengerasan, beton harus


dihindarkan dari pengeringan langsung akibat sinar
matahari dan melindunginya dengan menyiram air
karena beton kehilangan zat cair yang banyak pada awal
pengerasan beton yang akan mempengaruhi proses
peningkatan awal beton, penguapan air dari beton pada
saat pengerasan beton pada hari pertama, perbedaan
temperatur dalam beton, yang akan mengakibatkan
retak-retak pada beton. Sebaiknya pengecoran dilakukan
pada malam hari agar tidak terkena sinar matahari
langsung, namun jika memungkinkan dilaksanakan pada
siang hari dengan mempertimbangkan suhu cuacanya.
Pada proyek ini perawatan dilakukan setelah
pembongkaran bekisting, yaitu dengan membasahi
permukaan dinding geser dengan air proses ini
berlangsung 20 hari.
127

Pada pembangunan mall dan hotel ini tidak


dilakukan karena seluruh pekerja difokuskan pada
pabrikasi, penyetelan bekisting dan pengecoran.
Pekerjaan perawatan dinding geser dengan cara memoles
permukaan dinding geser dengan cairan khusus curing
atau sika ketika bekisting diepas. Perawatan yang
dilakukan hanya menambal bagian-bagian dinding geser
yang retak selain itu penambalan retak-retak kecil
dilakukan pada saat finishing. Perawatan beton pada
proyek ini cukup baik pada beton perawatan plat dan
balok tetapi untuk kolom dan dinding geser perawatan
kurang diperhatikan karena hanya dilakukan pemolesan
permukaan dengan cairan sika saja.Jadi pekerjaan
perawatan dinding geser pada proyek pembangunan
Tunjungan Plaza 6 ini cukup baik karena dilakukan
perawatan dinding geser sesuai dengan ketentuan/
proyek.

3. Sumber Daya Dalam Pelaksanaan Dinding Geser

Dalam Pelaksanaan Shear Wall pada lantai 3 ini


membutuhkan jumlah tenaga kerja sebagai berikut:
1. Pekerjaan Penentuan as/letak
a. Pelaksana : 1 orang
b. Surveyor : 2 orang
2. Pekerjaan Bekesting
a. Pelaksana : 1 orang
b. Pengawas : 1 orang
c. Mandor : 1 orang
d. Tukang : 8-10 orang (pemasangan bekisting)
e. Operator TC : 1 orang
128

3. Pekerjaan Pembesian
a. Pelaksana : 1 orang
b. Pengawas : 1 orang
c. Mandor : 1 orang
d. Tukang : 8-10 orang (pembesian)
e. Operator TC : 1 orang
4. Pekerjaan Pengecoran
a. Pelaksana : 1 orang
b. Pengawas : 1 orang
c. Mandor : 1 orang
d. Tukang : 4 orang
e. Operator TC : 1 orang
5. Pembongkaran Bekesting
a. Pelaksana : 1 orang
b. Pengawas : 1 orang
c. Mandor : 1 orang
d. Tukang : 4 orang
e. Operator TC : 1 orang
6. Pekerjaan Perawatan
a. Tukang : 4 orang

4. Pelaksanaan K3 Pekerjaan Dinding Geser

Demi menjaga kesehatan serta keselamatan kerja,


kontraktor PT. PP mewajibkan pekerja maupun tamu
yang memasuki proyek Tunjungan Plaza 6 untuk
memakai alat pelindung diri (APD). Pada tahap
pelaksanaan dinding geser seluruh pekerja wajib
memakai APD seperti sepatu safety, helm proyek, serta
sarung tangan. Sedangkan pada pelaksanaan yang
mengharuskan pekerja untuk naik pada posisi lebih
tinggi, para pekerja memakai tambahan alat pelindung
129

diri yaitu body hardness atau safety belt seperti gambar


dibawah ini

Gambar 3.55. Pemakaian alat pelindung diri (APD) pada


pelaksanaan dinding geser (Sumber: dokumen pribadi)

Sering kali para pekerja mengabaikan pemakaian


APD, namun dari pihak kontraktor terus mengingatkan
serta menindaklanjuti mereka yang tidak memakai APD
tersebut.

5. Analisis Pekerjaan Proyek di Lapangan dengan Teori

Analisis pekerjaan proyek antara di lapangan dan


secara teori memiliki beberapa perbedaan dan kesamaan
yang sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan di
SNI, pelaksanaan di lapangan cenderung lebih praktis
dan dilaksanakan secara terstruktur tanpa harus
merugikan pihak manapun, namun dalam proyek
pembangunan Tunjungan Plaza 6 gedung office ini
dalam hal pekerjaan secara teori maupun dilapangan
telah terlaksana dengan baik, dan telah seusai dengan
peraturan-peraturan yang ada, berikut perbandingan
anatara pekerjaan proyek secara teori dan di lapangan.
130

Tabel 3.6. kesesuaian teori dengan lapangan

No. Perbandingan

Teori

Pembesian:

- Untuk sengkang dengan kait pengikat :


Batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90 o
ditambah perpanjangan 6d pada ujung bebas kait,
- Apabila dimensi besi yang digunakan lebih dari
D19 mm harus ditentukan jarak sambungan
overlap dengan nilai 40d(SNI 2847-2013)
Pelaksanaan di lapangan
1.
Pada proyek ini besi yang di bengkok untuk
tulangan sengkang adalah besi D13, dan panjang
bengkokkan 125 mmyaitu 6d=6*13 = 78 mm = 7,8
cm.

Pemasangan rangkaian tulangan dinding geser


dan penyambungan dinding geser untuk dinding
geser lantai 3, sambungan dinding geser ini
memakai overlap 100 cm karena memakai acuan
standar 40 D yaitu 40 D = 40 * 25 mm =1000 mm =
100 cm.(SESUAI)

Teori

Bekisting:

2. Pemindahan Climbing Formwork pada arah vertikal


guna pengecoran dinding yang terletak diatasnya
dilayani oleh Tower Crane. Guna menyatukan
climbing Formwork dengan komponen bangunan
yang sedang dibentuk maka digunakan angker
baut yang sengaja ditanam pada saat pengecora.
131

Posisi angker ini diletakkan pada tempat yang


sesuai dengan posisi pada climbing formwork.

(Ervianto, Wulfram I. “Manajemen


ProyekKonstruksi”, Andi Yogyakarta, 2000)

Pelaksanaan di lapangan

Pemindahan bekisting dari area fabrikasi ke area


lokasi perakitan tulangan ini mengunakan bantuan
alat tower crane.

Pemasangan bekisting dilakukan pada sisi luar


shear wall terlebih dahulu baru kemudian
pemasngan bekisting pada sisi dalam. Dan juga,
pengaitan bekisting shear wall dilakukan pada
bagian bawah dahulu.

Pemasangan dua sisi bekisting shear wall ini


mengunakan wing nut sebagai sebagai pengikat
dan sapot sebagai penahan. Wing nut dipasang
dengan cara masuk dari sisi dalam bekisting kesisi
luar melalui pipa kecil yang sudah disiapkan,
kemudian dijepit diantara besi hollow kemudian
dirapatkan dratnya. (SESUAI)

Teori

Pengecoran

5.7.1 Persiapan sebelum pengecoran beton harus


3.
meliputi hal berikut:

(a) Semua peralatan untuk pencampuran dan


pengangkutan beton harus bersih;

(b) Semua sampah atau kotoran harus


132

dibersihkan dari cetakan yang akan diisi beton;

5.8.2 Beton siap pakai (ready-mixed) harus


dicampur dan diantarkan sesuai dengan
persyaratan ASTM C94M atau ASTM C685M.

5.10.1 Beton harus dicor sedekat mungkin pada


posisi akhirnya untuk menghindari terjadinya
segregasi akibat penanganan kembali atau
segregasi akibat pengaliran. (SNI 2847-2013)

Pelaksanaan di lapangan

Hal yang dilakukan dalam pekerjaan pembesian


lokasi yaitu pembersihan lokasi dari sisa potongan
atau serpihan kayu, dari kawat bendrat serta
kotoran sisa makan pekerja dengan cara
mengambil dengan tangan, jika kotoran itu
serpihan besi atau potongan besi bisa mengunakan
magnet untuk mengambilnya dan apabila kotoran
tidak dapat terjangkau maka dapat dilakukan
penyemprotan mengunakan air dengan water
pressure. (SESUAI)

Pada pekerjaan pengecoran, ada 3 kegiatan utama


yaitu pemindahan concrete dari mixer ke bucket
dan dari bucket ke lokasi, pengerojokan concrete
kedalam bekisting shear wall, dan pemadatan.
(TIDAK SESUAI)

Teori

Perawatan
4.
5.11.1 Beton (selain beton kekuatan awal tinggi)
harus dirawat pada suhu di atas 10 oC dan dalam
kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama
7 hari setelah pengecoran, kecuali jika dirawat
133

sesuai dengan 5.11.3.

5.11.2 Beton kekuatan awal tinggi harus dirawat


pada suhu di atas 10oC dan dalam kondisi lembab
untuk sekurang-kurangnya selama 3 hari pertama
kecuali jika dirawat sesuai dengan 5.11.3.

(SNI 2847-2013)

Pelaksanaan di lapangan

Setelah pembongkaran bekisting, harus dilakukan


perawatan beton (curing), yaitu dengan cara
memoles permukaan dinding geser dengan cairan
khusus curing atau sika ketika bekisting
diepas(SESUAI)

Teori

Penyimpanan bahan – bahan

3.7.1 Material sementisius dan agregat harus


disimpan sedemikian rupa untuk mencegah
kerusakan, atau intrusi material yang mengganggu.

3.7.2 Setiap material yang telah terganggu atau


terkontaminasi tidak boleh digunakan untuk
5. pembuatan beton. (SNI 2847-2013)

Pelaksanaan di Lapangan

Dalam proses kerja di proyek Tunjungan Plaza 6


gedung office, besi yang akan digunakan dalam
pembuatan dinding geser tidak disimpan ditempat
yang dapat melindungi dari terik matahari dan
hujan. Besi hanya diletakkan diluar tanpa adanya
atap, hal ini dapat mengakibatkan besi menjadi
korosi.(TIDAK SESUAI)
134

Teori

1). Untuk Test Slump dalam Pengecoran kolom,


Balok, Pelat, dan Dinding harus memenuhi syarat
maksimum 15,0 cm dan minimum 7,5 cm

(Sumber: PBBI 1971 N.1.-2 halaman 38)


6.
Pelaksanaan di Lapangan

Dalam proses kerja di proyek Tunjungan Plaza 6


gedung office, slump test yang dilaksanakan pada
pengecoran dinding geser, kolom, balok, dan pelat
lantai didapatkan hasil yaitu ± 11,0 cm.

(SESUAI)

Pada tabel kesesuaian teori dengan lapangan,


terdapat dua pekerjaan yang tidak sesuai dengan teori,
yaitu :

a. Pada pekerjaan pengecoran dinding geser di lapangan


mengunakan alat bantu bucket dengan alasan
dikarenakan lebih praktis, karena sulit menjangkau
posisi pengecoran jika memakai alat yang lain seperti
concrete pump

b. Tidak adanya tempat penyimpanan material besi


khususnya pada proyek gedung office, dikarenakan
lahan yang sempit serta metode pembesian dengan
cara fabrikasi sehingga cepat dan langsung
dipasangkan pada posisi yang sudah ditentukan.
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Hasil Praktek Industri untuk pengamatan
pelaksanaan pekerjaan dinding geser selama 60 hari di
lapangan mulai tanggal 9 Juni 2015 s/d 30 Oktober 2015
pada proyek Pembangunan Office Tunjungan Plaza 6
Surabaya yang berlokasi di Jalan Embong Malang No. 25-
31 Surabaya, dapat saya ambil kesimpulan sebagai
berikut:

1. Pekerjaan dinding geser pada lantai 3 gedung


office Tunjungan Plaza 6 Surabaya terdiri dari 7
tipe dengan tebal yang berbeda-beda, yaitu:
WA=800 mm, WB=700 mm, WC1=450 mm,
WC2=650 mm, WC2A= 450 mm, WD=400 mm, dan
WE=550 mm.

2. Tahapan dalam pelaksanaan dinding geser (Shear


Wall) pada pembangunan gedung office Tunjungan
Plaza 6 terdiri dari: Penentuan as/letak dinding
geser, pembesian/pekerjaan penulangan dinding
geser, pekerjaan pemasangan bekesting,
pengecoran, pembongkaran bekesting, dan
perawatan.

3. Jumlah sumber daya manusia (tenaga kerja) yang


dibutuhkan dalam pekerjaan dinding geser (Shear
Wall) adalah sebagai berikut: Pekerjaan penentuan
as/letak 2 orang, pekerjaan bekesting 10 orang,
135
136

pekerjaan pembesian 10 orang, pekerjaan


pengecoran 4 orang, pembongkaran bekesting 4
orang, dan pekerjaan perawatan 4 orang. Dalam
setiap pekerjaan terdapat 1 orang pelaksana serta 1
orang pengawas.

4. Penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)


dalam pelaksanaan dinding geser (shear Wall)
pembangunan gedung office Tunjungan Plaza 6
yaitu dengan mewajibkan semua pekerja
mengunakan sarung tangan, masker, helm proyek,
dan sepatu safety sebagai alat pelindung diri.
Sedangkan dalam pelaksanaan pekerjaan di
ketinggian para pekerja diwajibkan mengunakan
safety belt dan body hardness.

B. Saran
Dari kegiatan pengamatan pelaksanaan proyek,
berikut saran yang dapat disampaikan:

1. Pengawasan pada tenaga kerja perlu lebih mendapat


perhatian dalam pemakaian alat-alat keselamatan.
Hal ini sejalan dengan program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) yang dilaksanakan pada
proyek. Hal ini perlu ditingkatkan karena banyaknya
pekerja yang mengabaikan.

2. Selalu melakukan pengecekan dan pengawasan


terhadap suatu pekerjaan agar tidak terjadi
kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan dan
mengurangi kualitas pelaksanaan proyek seperti
pada pengecekan pelaksanaan pekerjaan pembesian
tulangan dinding geser.
137

3. Untuk mahasiswa yang akan melakukan praktik


kerja lapangan, sebaiknya melakukan persiapan yang
matang terlebih dahulu, misalnya lebih mempelajari
jenis pekerjaan apa yang akan diamati dilapangan.

4. Kerjasama tim dalam proyek khususnya pihak


kontraktor dan sub kontraktor harus lebih solidlagi
dan masing-masing pihak dapat menjalankan tugas,
tanggung jawab, serta wewenang yang lebih baik
lagi.
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat
kami sampaikan berdasarkan pengalaman pelaksanaan
Praktek Industri pada proyek pembangunan Gedung
Office Tunjungan Plaza 6 Surabaya selama60 hari di
lapangan, semoga bermanfaat dan menjadi pengalaman
tambahan sebelum terjun ke dunia kerja yang nyata.
138

Halaman ini sengaja dikosongkan

Anda mungkin juga menyukai