Anda di halaman 1dari 7

EVALUASI DAN PEMELIHARAAN KONSTRUKSI

EVALUASI KONSTRUKSI RUMAH

Disusun oleh:

Yayang Stifany 5183250013

Dosen Pengampu:

Ahmad Andi Solahuddin, S.T., M.T.

Dr. Kinanti Wijaya, M. Sc.

REGULER A

S-1 TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan
tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan atau di dalam tanah dan / atau
air yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian, atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus
(Permen PU Nomor 30/PRT/M/2006).

Pada umumnya usia suatu bangunan diperhitungkan 120 tahun. Oleh karena itu, pekerjaan
pemeliharaan sangat penting dan harus dilakukan.Aspek-aspek dalam pemeliharaan bangunan
memiliki banyak manfaat.Terdapat beberapa sesi pemeliharaan bangunan yang memungkinkan
bangunan selalu tampilsehat dan nyaman untuk dihuni atau digunakan.
Pada Proses pembangunan gedung membutuhkan banyak biaya serta komponen-komponen
yang dibangun. Komponen-komponen yang dimaksud adalah komponen struktur, arsitektur,
maupun mekanikal elektrikal. Bangunan gedung perlu dilakukan pengecekan dan perawatan
secara berkala dari pihak pengelola agar bangunan gedung tersebut memenuhi syarat administrasi
dan teknis sehingga gedung layak fungsi.

Pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan gedung


beserta prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu laik fungsi. Perawatan bangunan
gedung adalah kegiatan memperbaiki atau mengganti bagian bangunan gedung, komponen,bahan
bangunan, dan atau prasarana dan sarana agar bangunan tetap layak fungsi. (PERMEN PU
24/PRT/M2008). Hestin (2010) membagi jenis pemeliharaan menjadi dua. Yaitu pemeliharaan
terencana dan pemeliharaan tidak terencana.

Bangunan memang tidak sekadar fisik yang terlihat dari luar, tetapi juga merupakan sosok
yang harus kita jaga dan rawat dengan baik sebagaimana menjaga tubuh kita sehari-hari. Adanya
perawatan dengan konsep jelas dan terencana membuat nilai bangunan tidak akan pudar ditelan
zaman, tetapi justru akan semakin menaikkan citra dan menambah nilai investatidariwaktu ke
waktu.
Tujuan

Tujuan dari penelitian ini meliputi:

1. Mengetahui kondisi fisik bagunan rumah.


2. Menentukan prioritas pemeliharaan dan perawatan struktur rumah.
B. Manfaat
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, antara lain:

1. Menjadi bahan evaluasi tentang ketepatan manajemen pemeliharaan Rumah


Masing-masing
2. Sebagai panduan pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan rumah pada umumnya.
3. Sebagai informasi bagi peneliti lain yang bermaksud mengadakan penelitian
mengenai manajemen pemeliharaan pada Rumah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jenis Kerusakan Bangunan


Pada penelitian ini digunakan panduan untuk mengidentifikasi kerusakan gedung yang
ada. Menurut Ditjen Cipta Karya (2006) mengklasifikasikan kerusakan yang ada dibagi menjadi
4 (empat) kondisi, yaitu :
a. Kerusakan Ringan Non Struktur
b. Rusak Ringan (Rr)
c. Rusak Sedang (Rs)
d. Rusak Berat (Rb)
Batasan mengenai kriteria kerusakan tersebut didefinisikan sebagai berikut:
1. Kerusakan ringan non struktur
Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan non struktur apabila terjadi hal-hal
sebagai berikut:
a. retak halus (lebar celah lebih dari 0,075 cm) pada plesteran,
b. serpihan plesteran berjatuhan,
c. mencakup luas yang terbatas.
Tindakan : Tindakan yang perlu dilakukan adalah perbaikan (repair) secara arsitektur
tanpa mengkosongkan bangunan.
2. Kerusakan ringan struktur Rusak ringan
kerusakan pada komponen bangunan struktur yang tidak mengurangi fungsi layan suatu
gedung (kekuatan, kekakuan, dan daktilitas) struktur secara keseluruhan. Suatu bangunan
dikategorikan mengalami kerusakan struktur tingkat ringan apabila terjadi hal-hal berikut:
a. Retak kecil (lebar celah antara 0,075 hingga 0,6 cm) pada dinding,
b. Plester berjatuhan,
c. Mencakup luas yang besar,
d. Kerusakan bagian-bagian non struktur seperti cerobong, lisplang, dsb
e. Kemampuan struktur untuk memikul beban tidak banyak berkurang,
f. Laik fungsi / huni.
Tindakan : tindakan yang perlu dilakukan adalah perbaikan (repair) yang bersifat
arsitektur agar daya tahan bangunan tetap terpelihara. Perbaikan dengan kerusakan
ringan pada struktur dapat dilakukan tanpa mengkosongkan bangunan.
3. Rusak Sedang Rusak sedang
Tingkat kerusakan pada komponen struktur yang dapat mengurangi kekuatan, tetapi
kapasitas layan secara umum dalam kondisi aman. Suatu bangunan dikategorikan
mengalami kerusakan struktur tingkat sedang apabila terjadi hal-hal berikut:
a. Retak besar (lebar celah lebih besar dari 0,6 cm) pada dinding,
b. Retak menyebar luas di banyak tempat, seperti dinding pemikul beban, kolom,
cerobong miring, dan runtuh,
c. Kemampuan struktur untuk memikul beban sudah berkurang sebagian,
d. Laik fungsi/huni
Tindakan : tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi kerusakan struktur tingkat
sedang adalah memperbaiki bagian struktur dan perkuatan untuk menahan gempa dan
perbaikan secara arsitektur. Selama proses perbaikan berlangsung, bangunan
dikosongkan dan dapat dihuni kembali setelah proses perbaikan selesai
4. Rusak berat
kerusakan pada komponen struktur yang dapat mengurangi kekuatannya sehingga kapasitas
layan struktur sebagian atau seluruh bangunan dalam kondisi tidak aman. Suatu truktur
dikatakan mengalami kerusakan tingkat berat apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:
a. Dinding pemikul beban terbelah dan runtuh,
b. Bangunan terpisah akibat kegagalan unsur-unsur pengikat,
c. 50 % (lima puluh persen) elemen bangunan mengalami kerusakan,
d. Tidak laik fungsi/huni
Tindakan : merubuhkan bangunan atau dilakukan restorasi dan perkuatan secara menyeluruh
sebelum bangunan dihuni kembali. Dalam kondisi bangunan mengalami kerusakan struktru
tingkat berat, bangunan menjadi sangat berbahaya sehingga harus dikosongkan.
5. Kerusakan total
Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan total apabila terjadi hal-hal berikut:
a. Bangunan roboh seluruhnya (>65%),
b. Sebagian besar komponen utama struktur mengalami kerusakan,
c. Tidak laik fungsi/huni
Tindakan : merubuhkan bangunan, membersihkan lokasi, dan mendirikan bangunan
baru.
B. Jenis Perawatan
1. REHABILITASI Memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian dengan maksud
menggunakan sesuai dengan fungsi tertentu yang tetap, baik arsitektur maupun struktur
bangunan gedung tetap dipertahankan seperti semula, sedang utilitas dapat berubah.
2. RENOVASI Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud
menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah, baik arsitektur, struktur
maupun utilitas bangunannya
3. RESTORASI Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud
menggunakan untuk fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah dengan tetap
mempertahankan arsitektur bangunannya sedangkan struktur dan utilitas bangunannya dapat
berubah

C. Contoh kerusakan pada bangunan


1. Dinding Retak
Kerusakan ringan struktur Rusak ringan kerusakan pada komponen bangunan struktur
yang tidak mengurangi fungsi layan suatu gedung (kekuatan, kekakuan, dan daktilitas)
struktur secara keseluruhan.
Tindakan yang perlu dilakukan adalah perbaikan (repair) yang bersifat arsitektur agar
daya tahan bangunan tetap terpelihara. Perbaikan dengan kerusakan ringan pada struktur
dapat dilakukan tanpa mengkosongkan bangunan.
BAB III
KESIMPULAN
Pemeliharaan bangunan berfungsi menjaga keandalan bangunan beserta prasarana dan
sarananya agar bangunan selalu layak fungsi(preventive maintenance). Sedangkan perawatan
bangunan adalah kegiatan memperbaiki dan atau mengganti bagian bangunan gedung,
komponen, bahan bangunan, dan atau prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap layak
fungsi (currative maintenance). Dan factor – factor kerusakan pada bangunan antara lain:

1. Konstruksi yang kualitasnya tidak bagus,,


2. Kecelakaan,
3. Usia Bangunan,dan
4. Kondisi Alam.

Anda mungkin juga menyukai