Anda di halaman 1dari 17

SI-4115 Perancangan Bangunan Gedung

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan dibidang konstruksi dapat dilihat melalui teknologi dan pengetahuan
konstruksi yang berkembang pesat terutama dalam hal desain dan perencanaan
struktur bangunan yang optimal. Setiap perencanaan bangunan yang optimal
memerlukan desain struktur yang memperhatikan berbagai faktor dan selalu
berpedoman pada peraturan yang telah ditetapkan. Desain yang berpedoman
kepada standar yang berlaku disebut sebagai CBD (Code Based Design).
Kesesuaian desain bangunan terutama untuk bangunan tinggi dan bangunan tahan
gempa di Indonesia diatur dalam peraturan SNI 1726-2012.

Pada pembangunan gedung kuliah umum 2 (dua) pada kampus Institut Teknologi
Sumatera terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu dari segi
arsitektural, struktural dan pemanfaatan bangunan. Pada perencanaan gedung,
baik bertingkat ataupun tidak, harus memperhatikan kekuatan, kenyamanan,
keekonomisan, dan pengaruh terhadap lingkungan. Aspek-aspek tersebut harus
direncanakan dan diperhitungkan secara matang. Faktor yang mempengaruhi
kekuatan konstruksi adalah beban-beban yang akan dipikul seperti beban mati,
beban hidup, beban angin, dan beban gempa. Optimasi merupakan suatu proses
merancang sesuatu secara optimal dapat juga diartikan sebagai bentuk
mengoptimalkan sesuatu hal yang sudah ada sehingga mencapai nilai efektif.

Dalam merancang dan mendesain sesuatu bangunan diperlukan tahap optimasi


agar bangunan dapat dimanfaatkan secara efisien, oleh karena itu perlu
dilakukannya tahap optimasi bangunan pada gedung kuliah umum 2 (dua) Institut
Teknologi Sumatera berdasarkan kaidah- kaidah perencanaan yang berurutan
sesuai peraturan yang berlaku.
SI-4115 Perancangan Bangunan Gedung

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada laporan ini sebagai berikut:

1. Bagaimana langkah-langkah dalam melakukan pemodelan struktur


bangunan gedung mengunakan program sap 2000 V 21.0 sesuai dengan SNI
1727:2020?
2. Bagaimana langkah-langkah dalam melakukan optimasi bangunan gedung
untuk mendapatkan hasil pekerjaan struktur yang ideal?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan pada laporan ini sebagai berikut:

1. Melakukan pemodelan struktur bangunan dengan menggunakan sap 2000 V


21.0. sesuai dengan sni 1727:2020.
2. Melakukan optimasi bangunan untuk mendapatkan hasil pekerjaan struktur
yang ideal.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada laporan pembangunan gedung Kuliah Umum 2 (dua) Institut
Teknologi Sumatera, Lampung Selatan yaitu melakukan optimasi bangunan
gedung berupa kolom, mutu beton dan mutu baja beton dengan memodelkan
struktur gedung dengan bantuan program SAP 2000 V 21.0.

1.5 Sasaran
Adapun sasaran dari optimasi bangunan gedung kuliah umum 2 (dua) yaitu
merancang suatu bangunan sehingga memilki nilai efektif yang dicapai sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

1.6. Sistematika laporan

Laporan Kerja Praktik ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:


1. BAB I PENDAHULUAN
Pada bab I berisi tentang pemaparan latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, Batasan masalah, sasaran dan sistematika laporan.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
SI-4115 Perancangan Bangunan Gedung

Pada bab II berisi tentang referensi dan spesifikasi yang dipakai pada
laporan tugas besar perancangan bangunan gedung.
3. BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN
Pada bab III berisi tentang diagram alir proses pengerjaan laporan tugas
besar perancangan bangunan gedung.
4. BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab IV berisi tentang pembahasan pengerjaan laporan tugas besar
perancangan bangunan gedung.
5. BAB V PENUTUP
Pada bab V berisikan kesimpulan dan saran laporan tugas besar perancangan
bangunan gedung.
SI-4115 Perancangan Bangunan Gedung

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perbaikan Bangunan Gedung

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 28 tahun 2002 tentang


bangunan gedung. Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan
konstruksi yang menyatu dengan tanah, sebagian atau seluruhnya berada diatas
dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia
melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, dan kegiatan
khusus.

Bangunan digunakan untuk mendukung tercapainya tujuan pembangun dan juga


terlaksananya fungsi penggunaan bangunan secara optimal. Bangunan diharapkan
dapat bersifat fleksibel terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi
dalam pemakai atau pengguna bangunan. Karena itulah perbaikan bangunan
merupakan bagian dari tujuan dan fungsi pengguna atau pemakai bangunan.
Tujuan dari perbaikan gedung adalah untuk mengupayakan tercapainya umur
pakai rencana bahan, kosntruksi bangunan atau meningkatkan fungsi serta
kekuatan bangunan .

Perbaikan bangunan gedung adalah salah satu usaha untuk mengembalikan


kemampuan dan penampilan suatu bangunan yang telah mengalami kerusakan ke
kondisi normal atau mendekati normal, sehingga bangunan tersebut akan mampu
mendukung beban yang bekerja sesuai rencana awal dengan tingkat keamanan
dan kenyamanan yang diharapkan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pemilihan teknik perbaikan, yaitu :

1. Perbandingan biaya terhadap keutamaan struktur.


2. Ketersediaan tenaga kerja.
3. Jangka waktu pekerjaan.
4. Fungsi dan estetika bangunan yang ada.
5. Tingkat pengawasan mutu.
6. Kecukupan kekakuan, kekuatan, dan daktilitas.
SI-4115 Perancangan Bangunan Gedung

7. Kapasitas pondasi yang masih mencukupi.


8. Perbaikan material dan teknologi yang tesedia.
(Thermou dan Elnashai , 2002).

2.2 Faktor Penyebab Kerusakan Gedung

Faktor Usia Bangunan

Seiring bertambahnya usia gedung, bangunan tersebut kehilangan kualitas dan


ketahanannya terhadap beban atau pengaruh eksternal jika tidak diberikan
perawatan rutin selama masa layannya. Singkatnya, dapat dikatakan bahwa
kerusakan bangunan tergantung pada cuaca. Penurunan kualitas gedung
dapat disebabkan oleh pengaruh gaya yang bekerja dari luar atau di dalam
komponen itu sendiri. Setiap komponen diketahui bekerja dengan gaya internal
seperti momen, tegangan, dan regangan yang terjadi secara terus menerus
sepanjang umur bangunan.Pengaruh gaya internal dapat menyebabkan creep.
Getaran konstan dapat melelahkan bahan bangunan. Pengaruh eksternal, baik
fisik maupun non fisik, dapat mempengaruhi kualitas bangunan, yaitu gesekan
atau goncangan. Efek gesekan konstan dapat menyebabkan keausan komponen.
Pengaruh radiasi matahari dan hujan, yang secara alternatif dapat menyebabkan
proses dekarbonasi pada material gedung, yang menyebabkan penurunan kualitas
bangunan. Pengaruh gaya gempa dapat menyebabkan kerusakan pada komponen
struktural dan non-struktural.

Faktor Kualitas Material

Suatu gedung terbentuk dan terdiri dari berbagai macam dan jenis material, bisa
berupa material alami atau material buatan, sehingga kualitas akhir dari suatu
gedung akan sangat ditentukan oleh kualitas dari masing-masing material yang
digunakan. Pemilihan kualitas material gedung yang dipakai harus
ditentukan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu apakah gedung dengan
bangunan sementara atau permanen, atau bangunan gedung dengan tujuan
spesifik tertentu seperti tahan terhadap zat reaktif, tahan terhadap kebakaran,
tahan radiasi dan lain sebagainya.
SI-4115 Perancangan Bangunan Gedung

Faktor Hujan

Menurut hasil penelitian bahwa air adalah musuh utama terhadap kerusakan
gedung. Air bisa berasal dari hujan atau air instalasi gedung. Bagian gedung yang
sering rusak karena air hujan adalah kebocoran atap dan talang, rembesan atap
plat betob, dindinf luar kotor dan ambang bawah kusen luar lapuk karena air hujan
dll.

Faktor Angin

Angin adalah gaya yang ditimbulkan karena perbedaan tekanan udara. Pengaruh
angina terhadap gedung bisa berupa gaya tekan atau gaya tarik. Secara umum di
Indonesia tidak terjadi gaya angina yang sangat besar karena terjadinya taufan
atau tornado. Angina dengan teknan tinggi hanya terjadi secara sporatis
dibeberapa daerah seperti angina claret tahun, angin bahorok, angin kumbang, dan
angin puyuh. Pengaruh angin kencang terhadap bangunan gedung seperti
menerbangkan gentung atau atap seng. Pada serangan angin yang tidak terlalu
kencang dalam jangka panjang sering menimbulkan pembesaran lubang pengikat
hingga terjadi pelepasan

Faktor Gempa

Besar kecilnya energy gempa yang diterima bangunan sangat tergantung pada
kedalaman pusat gempa, media tanah yang dilalui, jarak pusat gempa terhadap
bangunan. Getaran gelombang gempa yang sangat berbahaya adalah gelombang
pendek, gaya gempa diasumsikan akan bekerja mendatar pada setiap elevasi lantai
bangunan, dan biasa disebut gaya lateral. Secara teknis getaran gempa yang
sampai pada bangunan diterjemahkan sebagai parameter waktu getar, kecepatan
dan percepatan. Besarnya parameter gempa yang diterima bangunan ditentukan
oleh kondisi tanah dan kualitas bangunan itu sendiri.

Faktor Tanah

Tanah memiliki sifat yang dapat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, dan
tidak jarang bahkan di situs kecil, perilaku tanah bisa berbeda. Perbedaan sifat
SI-4115 Perancangan Bangunan Gedung

tanah disebabkan oleh mekanisme pembentukan yang kompleks dan belum


diketahui secara pasti. Oleh karena itu, penelitian intensif diperlukan jika akan
dibangun, terutama untuk bangunan permanen. Jika pemilihan pondasi bangunan
tidak sesuai dengan kondisi tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan,
maka penurunan dapat terjadi pada bangunan. Penurunan bangunan dapat terjadi
dalam waktu singkat atau lama. Kondisi yang paling berbahaya adalah ketika
terjadi penurunan yang tidak merata yang mengakibatkan penambahan tegangan
pada komponen gedung.

2.3 Beban Yang Bekerja Pada Gedung

Beban Mati

Beban mati merupakan beban yang berasal dari berat sendiri yang bersifat tetap,
termasuk dinding dan sekat pemisah, kolom, balok, lantai, atap, penyelesaian,
mesin dan peralatan yamg merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung.
Terdapat 2 jenis beban mati, antara lain:

1. Beban Mati Utama

Beban mati utama adalah seluruh beban yang diterima oleh bangunan dalam
jangka waktu panjang, sehingga secara dominan dipengaruhi oleh gaya tarik-
menarik bumi (gravitasi). Besaran beban gravitasi ditentukan oleh berat spesifik
bahan bangunan yang digunakan.

2. Beban Mati Tambahan

Beban mati tambahan adalah beban yang diakibatkan oleh penutup lantai seperti
plesteran, keramik, marmer, plafond, dan lain-lain

Beban Hidup

Beban hidup merupakan beban yang berasal dari manusia dan berbagai barang
peralatan. Beban hidup ini akan berbeda pada setiap ruangan, dan ditentukan
berdasarkan fungsi ruangan itu. Namun dalam perencanaan, dengan alasan
penyederhanaan, besaran beban hidup ditentukan berdasarkan fungsi dominan
bangunan yang dibedakan antara lain sebagai berikut :
SI-4115 Perancangan Bangunan Gedung

1. Bangunan hunian
2. Bangunan sekolah
3. Bangunan perkantoran
4. Bangunan ruang pertemuan

Beban hidup nominal yang bekerja pada struktur gedung merupakan beban yang
terjadi akibat penghunian atau penggunaan gedung tersebut, baik akibat beban
yang berasal dari orang maupun dari barang yang dipindahkan atau mesin dan
peralatan serta komponen yang tidak merupakan bagian yang tetap dari gedung,
yang nilai seluruhnya adalah rupa. Pada umumnya probabilitas beban tersebut
untuk dilampaui adalah dalam kurun waktu umur gedung 50 tahun dan ditetapkan
sebesar 10%. Namun demikian, beban hidup rencana yang biasa ditetapkan dalam
standar pembebanan struktur gedung, dapat dianggap sebagai beban hidup
nominal (SNI-1726-2002).

Beban Angin

Beban angin yaitu semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung

yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara (kg/m2). Struktur yang ada
pada lintasan angin akan menyebabkan angin berbelok atau dapat berhenti.
Sebagai akibatnya, energi kinetik angin akan berubah bentuk menjadi energi
potensial yang berupa tekanan atau isapan pada struktur. Beban Angin ditentukan
dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (hisapan), yang
bekerja tegak lurus pada bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positif dan
negatif yang dinyatakan dalam kg/m2 ini ditentukan dengan mengalikan tekanan
tiup dengan koefisien-koefisien angin.

Beban Gempa

Beban Gempa yaitu segala beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung yang
menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa tersebut. Pada saat
bangunan bergetar, timbul gaya-gaya pada struktur bangunan karena adanya
kecenderungan massa bangunan untuk mempertahankan dirinya dari gerakan.
Gaya yang timbul ini disebut inersia. Besar gaya-gaya tersebut bergantung pada
banyak faktor. Massa bangunan merupakan faktor yang paling utama karena gaya
SI-4115 Perancangan Bangunan Gedung

tersebut melibatkan inersia. Faktor lain adalah bagaimana massa tersebut


terdistribusi, kekakuan struktur, kekakuan tanah, jenis fondasi, adanya
mekanisme redaman pada bangunan, dan tentu saja perilaku dan besar getaran itu
sendiri. Dalam hal pembebanan gempa, penentuan lokasi akan berpengaruh
terhadap perhitungan beban gempa. Perencanaan struktur gedung di wilayah
gempa 1 dan 6 akan sangat jauh berbeda. Faktor respon gempa ditunjukan pada
gambar 2 SNI-03-1726-2002.Dalam gambar tersebut C adalah faktor respons
gempa dinyatakan dalam percepatan gravitasi dan T adalah waktu getar alami
struktur gedung yang dinyatakan dalam detik. Struktur gedung beraturan dapat
direncanakan terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa
rencana dalam arah masing-masing sumbu utama denah struktur tersebut, berupa
beban gempa nominal statik ekuivalen yang ditetapkan pasal 6 SNI-1726-2002.
Beban gempa di dapat dari hasil perhitungan gaya geser dasar nominal V yang
diperoleh dari rumus:
V = C x I x W/R
Dimana:
V = gaya geser dasar nominal
C = faktor respons gempa
I = faktor keutamaan gedung
W = berat total gedung termasuk beban hidup yang bekerja
R = faktor reduksi gempa

2.4 Elemen Utama Struktur

Elemen-elemen struktur utama, dikelompokan menjadi tiga kelompok utama,


yaitu:
a. Elemen kaku yang umum digunakan: balok, kolom, pelengkung, pelat datar,
pelat berkelengkungan tunggal dan cangkang. Struktur yang dibentuk dengan
cara meletakkan elemen kaku horisontal di atas elemen kaku vertikal. Elemen
horisontal (balok) memikul beban yang bekerja secara transversal dari
panjangnya dan menyalurkan beban tersebut ke elemen vertikal (kolom) yang
menumpunya. Pada suatu bangunan struktur balok dapat merupakan balok
tunggal di atas tumpuan sederhana ataupun balok menerus. Pada umumnya balok
SI-4115 Perancangan Bangunan Gedung

menerus merupakan struktur yang lebih menguntungkan dibanding balok


bentangan tunggal di atas dua tumpuan sederhana.
b. Elemen tidak kaku atau fleksibel: kabel, membran atau bidang berpelengkung
tunggal maupun ganda. Kabel adalah elemen struktur fleksibel. Bentuk struktur
kabel tergantung dari basar dan perilaku beban yang bekerja padanya. Jika pada
bentangan kabel terdapat beban titik eksternal maka bentuk kabel akan berupa
segmen-segmen garis. Jika beban yang dipikul adalah beban terbagi merata,
maka kabel akan berbentuk lengkungan, sedangkan berat sendiri struktur kabel
akan menyebabkan bentuk lengkung yang disebut catenary- curve. Membran
adalah lembaran tipis dan fleksibel. Tenda biasanya dibentuk dari permukaan
membran. Bentuk strukturnya dapat berbentuk sederhana maupun kompleks
dengan menggunakan membran-membran.
c. Elemen-elemen yang merupakan rangkaian dari elemen-elemen tunggal:
rangka, rangka batang, kubah, dan jaring. Pada sistem rangka ini, balok maupun
kolom akan melentur sebagai akibat adanya aksi beban pada struktur. Pada
struktur rangka panjang setiap elemen terbatas, sehingga biasanya akan dibuat
dengan pola berulang. Rangka batang (trusses) adalah struktur yang dibuat dengan
menyusun elemen linier berbentuk batang-batang yang relatif pendek dan lurus
menjadi pola-pola segitiga. Rangka batang yang terdiri atas elemenelemen diskrit
akan melendut secara keseluruhan apabila mengalami pembebanan seperti halnya
balok yang terbebani transversal. Kubah dan cangkang bola merupakan bentuk
struktur berkelengkungan ganda. Bentuk kubah dan cangkang dapat dipandang
sebagai bentuk lengkungan yang diputar. Struktur bantuk kubah dapat juga dibuat
dari elemen-elemen garis, kaku, pendek dengan pola yang berulang, contohnya
adalah kubah geodesik. Jaring adalah permukaan tiga dimensi yang terbuat dari
sekumpulan kabel lengkung yang melintang.

2.5 Klasifikasi Struktur

Klasifikasi struktur berguna sebagai engetahuan tentang kriteria dan kemungkinan


hubungan dari bentuk- bentuk menjadi dasar struktur bangunan. Metode umum
yang sering digunakan adalah mengklasifikasikan elemen struktur dan sistemnya
menurut bentuk dan sifat fisik dasar dari suatu konstruksi.
SI-4115 Perancangan Bangunan Gedung

Berdasarkan Geometri dan Bentuk Dasarnya

Klasifikasi struktur berdasarkan geometri dan bentuk dasarnya terdiri dari elemen
garis dan elemen permukaan.
a. Elemen garis adalah elemen yang panjang dan langsing dengan potongan
melintang nya lebih kecil dibandingkan ukuran panjangnya. Elemen garis dapat
dibedakan menjadi elemen lurus dan elemen lengkung.
b. Elemen permukaan adalah elemen yang ketebalannya lebih kecil dari pada
ukuran panjangnya. Elemen datar dapat berupa datar atau lengkung.Elemen
lengkung bisa berupa lengkung tunggal atau lengkung ganda.

Berdasarkan Karakteristik Kekakuan Elemen

Klasifikasi struktur berdasarkan karakteristik kekakuan elemen terdiri dari


elemen kaku dan elemen tidak kaku.
a. Elemen kaku, biasanya sebagai elemen yang tidak mengalami perubahan
bentuk yang cukup besar apabila mengalami tekanan beban.
b. Elemen tidak kaku atau fleksibel, misalnya kabel yang berubah menjadi bentuk
tertentu pada suatu kondisi pembebanannya.Struktur fleksibel akan
mempertahankan keutuhan fisik nya meskipun bentuknya berubah-ubah.

Berdasarkan Susunan Elemen

Klasifikasi struktur berdasarkan susunan elemen terbagi menjadi:


a. Sistem satu arah, dengan mekanime transfer beban dari struktur untuk
menyalurkan ketanah merupakan aksi satu arah saja. Sebuah balok yang
terbentang pada dua titik tumpuan adalh contoh sistem satu arah.
b. Sistem dua arah dengan system bersilang yang terletak diantara dua titik
tumpuan dan tidak terletak diatas garis yang sama.

Berdasarkan Material Pembentuknya

Klasifikasi struktur berdasarkan material pembentuknya di bedakan menjadi:


a. Struktur kayu
b. Struktur baja
c. Struktur beton
SI-4115 Perancangan Bangunan Gedung
SI-4115 Perancangan Bangunan Gedung

BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1. Metode Pelaksanaan

Berikut merupakan diagram alir dari metode pelaksanaan laporan tugas besar
perancangan bangunan gedung yang dapat dilihat pada gambar 3.1 diagram alir
metoda pelaksanaa tugas besar.

Mulai

Membaca detail gambar / Soft Drawing

Pemodelan struktur dengan SAP 2000 V 21.0

Menganalisa

Optimasi

Pemodelan Akhir

Kesimpulan dan saran

Selesai
Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Pelaksanaan Tugas Besar
SI-4115 Perancangan Bangunan Gedung

3.2. Denah Gedung

Berikut merupakan denah gedung kuliah umum 2 (dua) diantaranya yaitu denah
gedung lantai 1, lantai 2, lantai 3, lantai 4, denah rooftopdan denah atap.

Gambar 3.1. Denah Lantai 1

Gambar 3.2. Denah Lantai 2


SI-4115 Perancangan Bangunan Gedung

Gambar 3.3. Denah Lantai 3

Gambar 3.4. Denah Lantai 4


SI-4115 Perancangan Bangunan Gedung

Gambar 3.5. Denah Rooftop

Gambar 3.6. Denah Atap


SI-4115 Perancangan Bangunan Gedung

3.3. Denah Balok dan Kolom

Berikut merupakan denah kolom dan balok pada gedung kuliah umum 2 (dua)
diantaranya yaitu denah balok lantai 2,3,4 dan denah kolom lantai 1,2,3.

Gambar 3.7. Denah Balok Lantai 2,3,4

Gambar 3.8. Denah Kolom Lantai 1,2,3

Anda mungkin juga menyukai