Anda di halaman 1dari 13

Proyek Pembongkaran Gedung PT.

Waskita Karya

Kelompok 4 :

Adella Ridha Juliana 4218217034

Bayu Kharisman 42182170

Dita Riskyani 4218217023

Hesti Yuniastuti 4218217037

Usi Fauziah 4218217036

Dosen Pembimbing :

Ir. Agus Hardjanta Ds, CES

Universitas Pancasila

Jurusan Teknik Sipil


BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dunia konstruksi setiap tahunnya mengalami perkembangan baik dalam metode
pelasanaan ataupun material bahan konstruksi. Pembangunan infrastruktur dan bangunan
gedung massif dilakukan di kota-kota besar. Selain untuk pemenuhan sarana dan
prasarana, pembangunan dilakukan untuk parameter kemajuan suatu Negara.
Banyaknya pembangunan tidak berbanding lurus dengan lahan yang tersedia. Lahan
yang tersedia semakin lama semakin berkurang, namun pembangunan (khususnya gedung)
masih terus dilaksanakan sehingga keterbatasan lahan menjadi hambatan yang perlu
diperhatikan sebelum membangun suatu bangunan.
Untuk itu, karena keterbatasan lahan yang tersedia juga telah tercapainya umur
bangunan atau sebab-sebab lainnya dalam dunia konstruksi dikenal dengan istilah
pembongkaran gedung. Berdasarkan undang-undang No. 28 Tahun 2002 Pembongkaran
Gedung ialah kegiatan membongkar atau merobohkan seluruh atau sebagian bangunan
gedung, komponen, bnahan bangunan, dan atau sarana dan prasarana lainnya.
Pembongkaran bangunan gedung meliputi kegiatan penetapan pembongkaran dan
pelaksanaan pembongkaran bangunan gedung, yang dilakukan dengan mengikuti kaidah-
kaidah pembongkaran secara umum serta memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan hal tersebut, bangunan gedung PT. Waskita Karya yang terletak pada
wilayah padat bangunan akan dibongkar dengan alasan umur bangunan dan pembaharuan
fungsi bangunan yang akan dilakukan dengan metode pembongkaran bangunan gedung
yang tepat.

1.2. Maksud dan Tujuan


1. Kondisi bangunan Gedung PT. Waskita Karya yang sudah melampaui umur rencana
sehingga perlu dilakukan pembongkaran.
2. Akan dibangun kembali Gedung PT. Waskita Karya dengan pembaharuan fasilitas
dilokasi yang sama.
BAB II

TEORI PELAKSANAAN PEMBONGKARAN

2.1. Pengantar
Berdasarkan Undang-undang No.28 Tahun 2002 Pembongkaran Gedung adalah kegiatan
membongkar atau merobohkan seluruh atau sebagian bangunan gedung, komponen, bahan
bangunan, dan/atau prasarana dan sarananya. Pembongkaran bangunan gedung meliputi
kegiatan penetapan pembongkaran dan pelaksanaan pembongkaran bangunan gedung,
yang dilakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah pembongkaran secara umum serta
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.2. Identifikasi Pembongkaran
Beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai acuan pembongkaran suatu bangunan
sebagai berikut :
2.2.1. Tidak layak fungsi dan tidak dapat diperbaiki
Kriteria tidak laik fungsi ini salah satunya dapat dilihat atau dinilai dari ada atau tidaknya
Sertifikat Laik Fungsi (SLF) sebagaimana yang telah di atur dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 25 Tahun 2007 Tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan
Gedung. Beberapa syarat teknis untuk mendapatkan SLF adalah sebagai berikut:
 Bangunan Gedung memiliki konstruksi, peralatan serta perlengkapan mekanikal
elektrikal sesuai dengan standar yang telah ditetapkan;
 Memperhatikan aspek keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan pada
struktur, peralatan dan perlengkapan bangunan gedung.

Adapun kriteria bangunan tidak dapat diperbaiki apabila bangunan tersebut jika
diperbaiki memerlukan pembiayaan yang lebih tinggi dan tidak dapat memeberikan manfaat
sebesar biaya yang telah dikeluarkan untuk melakukan perbaikan.

2.2.2. Dapat menimbulkan bahaya dalam pemanfaatan gedung atau dampak terhadap
lingkungan
Pada bagian ini yang dimaksud bangunan memiliki dampak yang membahayakan baik
terhadap pengguna maupun terhadap lingkungan apabila ketika suatu bangunan tersebut
dimanfaatkan dapat menimbulkan kerugian dari segi pengguna bisa jadi abngunan tersebut
memilki konstruksi yang kurang kuat sehingga sewaktu-waktu dapat mencelakakan yang
mengakibatkan cidera pada pengguna, sedangkan dampak terhadap lingkungan lebih
disebabkan karena fungsi dari suatu bangunan tersebut, sebagai contoh apabila terdapat
bangunan yang memiliki fungsi sebagai bangunan industri yang berada pada kawasan
persawahan, sehingga hasil dari kegiatan yang berada di dalam bangunan gedung tersebut
dapat mencemari lingkungan sekitar.
2.2.3. Tidak memiliki izin mendirikan bangunan (IMB)
IMB merupakan salah satu syarat penting berdiriya suatu bangunan, apabila bangunan
tersebut tidak memilki IMB maka dapat diragukan dari segi legalitas berdirinya suatu
bangunan tersebut.
2.2.4. Sebab-sebab lainnya
Sebab-sebab lainnya dapat dipengaruhi oleh factor internal ataupun eksternal
seperti pergantian kepemilikan gedung, pergantian alih fungsi lahan dan lain
sebagainya.

2.3. Metode PEmbongkaran


2.3.1. Metode Pembongkaran dengan “Metode Tradisional”.
 Alat yang digunakan adalah ekskavator, tank dan alat berat lainnya.
 Alat perusak utama ditempel alat berat, seperti palu, pengeruk dan penghancur.
 Beberapa alat berat sudah dilengkapi dengan 'senjata' untuk menghancurkan
beton keras, baja dan campuran material bangunan. Namun penggunaan alat
berat membutuhkan skill tinggi dan perhitungan cermat. Bila sembarangan,
bangunan yang roboh bisa menimpa ekskvator tersebut.
2.3.2. Metode Pembongkaran dengan “Menghancurkan dari Atap”.
 Metode ini banyak digunakan di negara Cina (RRC) dan sekarang sudah
dgunakan juga di Australia, dl.
 Alat yang digunakan adalah ekskavator yang ditaruh dan dioperasikan di atas
bangunan / atap.
 Satu-persatu lantai diratakan sampai selesai lantai terakhir.
 Penggunaan dan pengoperasian alat berat membutuhkan skill tinggi dan
perhitungan cermat karena kesalahan sedikit bisa berakibat fatal, eksavator
tersebut akan jatuh ke bawah.
2.3.3. Metode pembongkaran dengan “Cara Meledakkan Gedung”.
 Teknik ini dipakai di perkotaan dengan jarak antar bangunan yang dekat
 Meletakkan sejumlah peledak di titik-titik penting dalam struktur bangunan.
 Butuh perhitungan yang matang terkait posisi bahan peledak, jenis bahan
peledak dan waktu ledakan.
 Tujuannya agar sisa bangunan yang jatuh mengarah ke area aman sesuai
rencana yang matang.
2.3.4. Metode pembongkaran dengan “Metode Bandul”.
 Alat berat sudah dilengkapi dengan 'senjata' untuk menghancurkan beton
keras, baja dan campuran material bangunan.
 Crane akan berfungsi semacam pengayun untuk menggerakkan bola besi saat
menghancurkan tembok. Bola besi tersebut memiliki berat sekitar 6 ton dan
mampu menghancurkan apa pun di struktur bangunan.
 Operator yang mengatur crane dan bola besi harus berpengalaman tak boleh
sembarangan. Sangat penting untuk memperhatikan waktu dan kualitas ayunan
supaya pembongkaran berjalan efektif.
 Saat ini, cara bola besi ini mulai ditinggalkan karena kerap menimbulkan bunyi
yang bising, getaran dan debu yang pekat.
2.3.5. Metoda pembongkaran dengan “Digerogoti dari Dalam”.
 Lebih halus dan ramah lingkungan dalam membongkar gedung ditunjukkan oleh
sebuah perusahaan Jepang Taisei saat membongkar The Grand Prince Hotel
Akasaka di Tokyo, Jepang. Gedung hotel yang awalnya setinggi 40 lantai itu
berkurang setengahnya dalam waktu setahun.
 Tanpa perlu suara bising dan sampah material yang berlebihan. Tak hanya itu,
TECOREP juga mendaur ulang energi yang ada pada bangunan-bangunan
tersebut.
 Caranya :

o Para pekerja mengaplikasikan balok baja di lantai teratas. Mereka


menggunakan 15 jack hidrolik dan beberapa teknologi lain sehingga bisa
mengenyahkan 1 lantai sekaligus dalam 1 waktu

o Menggunakan prinsip katrol, sampah materialnya didaur ulang menjadi


energi listrik untuk penerangan dan sistem ventilasi.

o Dengan adanya baja di bagian atas gedung, bisa mengurangi bising dan
debu secara signifikan. Polusi debu berkurang hingga 90%, sehingga
dampak buruk terhadap lingkungan sangat kecil
BAB III

DATA TEKNIS

Nama Gedung : Gedung PT. Waskita Karya

Lokasi : Jalan MT Haryono Kav No.10 Cawang, Jakarta Timur

Luas Gedung :

Tinggi Gedung : 12 lantai

Struktur Gedung :

a. Pondasi : tiang pancang spun pile) dia. 50


b. 0020aKolom, Balok, Lantai : Beton Bertulang
c. Dinding Precast
d. Plafon : Beton Ekspos
e. Rangka Atap : Baja
BAB IV

PEMBAHASAN
4.1. Analisis
1. Daerah sekitar Gedung banyak terdapat bangunan Gedung perkantoran dan
pemukiman.
2. Gedung terletak dipinggir jalan Arteri.

4.2. Pemilihan Metode Pembongkaran


Dari analisis diatas, pembongkaran dilakukan di malam hari agar mengurangi dampak
yang terjadi polusi udara, suara) maka dipilih metode pembongkaran yang digunakan
adalah “Metode tradisional” dengan menggunakan alat excavator dengan mengganti kuku
bucket menjadi breaker dengan menggunakan lengan excavator yang Panjang long arm)

4.3. Urutan pelaksanaan


Urutan pelaksanaan pekerjaan pembongkaran bangunan gedung yaitu :
4.3.1. Pekerjaan Persiapan
a. Perizinan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kebersihan dan
Pertamanan, Dinas Penataan Kota
b. Sosialisasi ke masyarakat sekitar
c. Menentukan posisi utilitas yang akan terkena dampak pembongkaran
d. Menentukan lokasi pembuangan hasil pembongkaran
e. Koordinasi dengan instansi terkait yang berhubungan dengan utilitas
f. Mempelajari as built drawing gambar realisasi)
g. Membuat schedule pembongkaran
h. Membuat pagar pengaman sementara diarea pembongkaran beserta police line
4.3.2. Pekerjaan Mobilisasi
Waktu mobilisasi alat didatangkan setelah perizinan oleh pemerintah setempat
disetujui.
a. Jenis Alat Berat dan operator :
 Excavator long arm breaker
 Service crane kapasitas 50 ton
 Dump truck kapasitas 24 ton
 Water tank kapasitas 1000 liter
b. Man Power / tukang
4.3.3. Metode pelaksanaan
a. Sebelum dilakukan pembongkaran, memastikan Gedung dalam keadaan kosong
b. Melakukan pengecekan MEP dan dipastikan listrik dalam kondisi mati.
c. Membongkar material yang masih bisa digunakan kembali berdasarkan yang ada
di as built drawing oleh man power/ tukang yang menggunakan alat bantu.
Contoh hasil bongkaran material :
 Pintu dan kusen
 Jendela + kaca
 Sanitary
 Electrical
 Dll
d. Pembongkaran dengan excavator long arm dimulai dari atas dengan
menempatkan 4 unit excavator di setiap sisi Gedung
e. Pembongkaran dilakukan bertahap :
 Tahap pertama dilakukan pembongkaran pada lantai atas yaitu pada
rangka atap baja yang dipotong menggunakan welder dan hasil dari
pemotongan baja tersebut diangkat dengan service crane dan
ditempatkan di stockyard.
 Tahap kedua, pembongkaran struktur berupa dinding, kolom, balok,
beton lantai 4 sisi oleh excavator dari luar sisi bangunan bergerak menuju
ke tengah. Puing tiap hasil bongkaran langsung diangkut ke dump truck
dan puing dibuang ke tempat yang telah ditentukan.
 Tahap seterusnya dilakukan pembongkaran dengan cara yang sama
hingga lantai paling bawah.
f. Ketika proses pembongkaran selalu melakukan penyiraman air di sekitar lokasi
dengan menggunakan water tank agar mengurangi polusi udara.
g. Setelah permukaan rata dilakukan pembersihan area dari sisa puing bongkaran.

4.4. Waktu Pelaksanaan Pembongkaran

4.5. Rencana Agggaran Biaya


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil Analisa di lapangan, pembongkaran untuk bangunan Gedung PT Waskita Karya
dapat disimpulkan :
1. Pembongkaran menggunakan metode Tradisional dengan alat excavator long arm.
2. Waktu pembongkaran dilakukan selama 5 bulan
3. Rencana anggaran biaya yang diperlukan sebesar ……………………….

5.2. Saran
1. Karena lokasi Gedung terletak di dekat jalan arteri dan Gedung perkantoran maka
sebaiknya pembongkaran dilakukan pada malam hari.
2. Dalam pemilihan metode pembongkaran yang tepat maka sebaiknya dilakukan
dengan melihat kondisi Gedung dan sekitarnya
DAFTAR PUSTAKA

Tambun, Ronald, 2017, Modul Pembongkaran Bangunan Gedung, bpsdm.pu.go.id

Anda mungkin juga menyukai