Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pesatnya pertumbuhan pembangunan di Indonesia memacu para insinyur sipil untuk
lebih berkarya membuat bangunan yang aman, nyaman dan berestetika. Sebelum
periode 90’an para insinyur sipil membuat bangunan dengan dimensi besar, tujuannya
adalah agar bangunan aman dari beban yang bekerja pada struktur. Tetapi pada saat ini
para insinyur sipil sudah mulai memperkecil dimensi bangunan tetapi dengan tidak
mengindahkan aturan-aturan yang berlaku dalam mendesain suatu bangunan.
Sebuah struktur bangunan haruslah kuat untuk menahan tekanan fisik yang ada. Besar
dan arah tekanan yang ada sangat beragam, tergantung dari jenis material, sistem
struktur uang digunakan, fungsi bangunan, posisi bangunan dan juga ketinggian
bangunan. Terlebih karena ketinggian struktur, maka struktur bangunan tersebut
haruslah mampu menahan gaya-gaya arah horizontal (gaya lateral) yang terdiri dari
beban-beban angin dan gempa. Karena gaya-gaya lateral tersebut dapat menghasilkan
suatu deformasi struktur yang sangat besar, yang akhirnya menyebabkan terjadinya
ketidakstabilan struktur.
Tinjauan dasar dalam merencanakan struktur adalah menjamin kestabilan pada segala
kondisi pembebanan yang mungkin terjadi. Struktur akan mengalami perubahan bentuk
tertentu apabila dibebani. Pada struktur yang stabil, deformasi akibat beban pada
umumnya kecil dan gaya internal yang timbul di dalam struktur mempunyai
kecenderungan mengembalikan bentuk struktur semula apabila beban dihilangkan.
Pada struktur yang tidak stabil, deformasi akibat beban pada umumnya mengakibatkan
kecenderungan untuk terus bertambah selama struktur tersebut dibebani. Struktur yang
tidak stabil tidak memberikan gaya-gaya internal yang mempunyai kecenderungan
untuk terus bertambah selama struktur tersebut dibebani. Struktur yang tidak stabil akan
mudah mengalami runtuh (collapse).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka ditentukan rumusan masalah sebagai
berikut :
 Apa pengertian dari bangunan bertingkat dan bangunan bertingkat rendah?
 Apa saja jenis bangunan bertingkat rendah?
 Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam perancangan sebuah bangunan?
 Aspek apa saja yang terdapat dalam perencanaan dan perancangan bangunan bertingkat
rendah?
 Bagaimana sistem konstruksi rangka bangunan gedung bertingkat rendah?
 Bagaimana metode bangunan tempat tinggal bertingkat rendah?
 Alat berat apa saja yang biasa digunakan dalam pembangunan low rise building?

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 1


1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui perilaku struktur bangunan pada
struktur bangunan tingkat rendah ( low rise building ).
1.4. Metodologi Penulisan
Metode penulisan yang kami gunakan ialah metode deskriptif sebab kami mengambil
data dari beberapa literatur dari beberapa waktu tertentu.
1.5. Sistematika Penulisan

a. BAB I / PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian tentang Latar Belakang Masalah yang mendasari pentingnya
diadakan penelitian, identifikasi, pembatasan dan perumusan Masalah Penelitian,
Maksud dan Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian yang diharapkan, dan Hipotesis
yang diajukan serta Sistematika Penulisan.
b. BAB II / LANDASAN TEORI
Bab ini berisi Tinjauan teori yang mendiskripsikan pengertian, langkah-langkah low
rise building.
c. BAB III / PEMBAHASAN
Bab ini berisi mengenai permasalahan yang terjadi dalam pembangunan low rise
building yang dilakukan dengan cara menganalisis jurnal-jurnal.
d. BAB IV/PENUTUP
Dalam bab ini menampilkan kesimpulan tentang Hasil analisa yang kami buat dengan
membandingkan jurnal yang kami dapatkan.

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Definisi
2.1.1. Pengertian Bangunan Bertingkat

Bangunan bertingkat adalah bangunan yang mempunyai lebih dari satu lantai
secara vertikal. Bangunan bertingkat dibangun berdasarkan keterbatasan tanah
dan tingginya tingkat permintaan ruang untuk berbagai macam kegiatan.
Bangunan bertingkat.
Pada bangunan bertingkat harus dilakukan analisis pembebanan dan mekanika
gayanya, sehingga dapat diperoleh dimensi struktur yang andal dan
proporsional yaitu dengan melakukan penyelidikan tanah ( soil investigation )
sonding investigation dan boring investigation serta untuk mengetahui sifat-
sifat karakteristik lapisan tanah terutama karakteristik mekanik kekuatan geser
tanah bawah permukaan untuk menentukan jenis fondasi dan perhitungan daya
dukung fondasi.

Bangunan bertingkat dibagi atas:


 Berdasarkan persyaratan teknis struktur bangunan, yaitu bangunan
bertingkat rendah (low rise building) dengan ketinggian 10 meter dan
bangunan bertingkat tinggi (high rise building) dengan ketinggian lebih
dari 10 meter.
Bangunan dengan ketinggian di atas 40 meter digolongkan ke dalam
bangunan tinggi karena perhitungan strukturnya lebih kompleks
walaupun tidak bertingkat
 Berdasarkan jumlah lantai, yaitu bangunan bertingkat rendah / low rise
building (2 - 4 lantai), bangunan berlantai banyak / high rise building (5
- 10 lantai), dan bangunan pencakar tinggi.
Pembagian bangunan bertingkat ini di samping didasarkan pada sistem struktur
juga persyaratan sistem lain yang harus dipenuhi dalam bangunan seperti
pertimbangan aksesibilitas, mekanikal, ataupun elektrikal.
2.1.2. Pengertian Bangunan Bertingkat Rendah

 Low rise building adalah bangunan bertingkat rendah dengan ketinggian


10 meter atau mempunyai jumlah lantai 2 sampai 4 lantai.

 Perancangan struktur dan konstruksi bangunan bertingkat rendah adalah


proses merancang bangunan yang tidak hanya berhubungan dengan
permasalahan struktur saja namun juga aspek bangunan yang lain yang
harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Rancangan bangunan
yang berhasil adalah rancangan yang dapat mengoptimalkan perpaduan

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 3


kepentingan pada bangunan, sehingga pertimbangan-pertimbangan
desain harus dipadukan dengan seluruh kepentingan bangunan itu.
Struktur dalam arsitektur bukanlah pembatas tetapi fasilitas

2.2. Jenis Bangunan Bertingkat Rendah

 Konstruksi rangka kayu pra-cetak


Bangunan sebagian besar dibuat dari kayu, mereka dibuat di pabrik dan
kemudian dirakit dengan cepat di lokasi.

Keuntungan:
Tampilan gaya modern, tingkat efisiensi termal yang tinggi, umumnya
lebih aman di lokasi karena lebih sedikit waktu bekerja di ketinggian,
tidak tahan cuaca karena dibangun di pabrik.
Kekurangan:
Dapat sulit untuk diperpanjang, dibangun di atas, butuh ruang untuk
derek.

 Bingkai baja
Baja semakin banyak digunakan dalam konstruksi, dan jauh lebih umum
pada bangunan tempat tinggal. Baja biasanya dikombinasikan dengan
lantai beton atau dinding bata. Baja adalah elemen pendukung utama
struktur.

Keuntungan:
Area terbuka yang luas dapat dibuat karena kemampuan dukung beban
baja, cepat untuk ereksi setelah baja telah dibuat sebelumnya.
Kekurangan:
Diperlukan tingkat akurasi yang tinggi.

 Bingkai Portal
Ini umumnya bangunan yang lebih besar yang menyediakan ruang
terbuka yang besar, baja dibuat di pabrik kemudian dikunci bersama di
lokasi. Baja dipindahkan ke tempatnya dengan derek.

Keuntungan:
Ruang internal yang besar, cepat untuk dibangun, mudah diperpanjang,
rasio tinggi dan kekuatan yang baik, perlu fondasi yang lebih ringan
daripada batu bata dan balok, bahan bisa didaur ulang.
Kekurangan:
Perlu dirawat karena karat, perlu lapisan pelindung api, mahal untuk
ditekuk, perlu perawatan seperti pengecatan ulang.

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 4


 Bingkai Beton
Beton sangat kuat dalam kompresi, sehingga bangunan yang lebih besar
dapat dibangun dengan cara ini. Penambahan baja membuat beton lebih
kuat. Beton dapat dilemparkan ke dalam cetakan atau bekisting di situs,
yang membutuhkan sekitar 5 hari untuk disembuhkan. Itu juga bisa
menjadi situs pra-buang lalu bergabung bersama di situs.

Keuntungan:
Tahan api yang baik, dapat dibentuk menjadi bentuk apa saja, kekuatan
tekan yang baik, tidak ada penyelesaian yang diperlukan, dapat dibalut,
konstruksi pra-cetak lebih cepat.
Kekurangan:
Membutuhkan dukungan bekisting awal, perlu derek, tidak kuat pada
ketegangan, butuh tenaga kerja yang terampil.

 Bantalan Beban dan Bantalan Non Beban


Bantalan beban mengacu pada kemampuan dinding untuk mendukung
atap atau lantai di atasnya. Bantalan tanpa beban mengacu pada dinding
yang memisahkan ruangan, juga dikenal sebagai dinding partisi.
Konstruksi rangka kayu dapat menggunakan panel kayu yang ditutup
dengan lembaran kayu lapis ke lembaran untuk mendukung struktur
utama bangunan, ini kemudian dibalut dengan batu bata di bagian luar
bangunan untuk mencapai pemeriksaan cuaca.

 Bangunan Bertingkat Tunggal


Tempat komersial sering dibuat dari rangka baja, ini memberikan
jangkat titik rel dan lintas rel penopang aluminium yang biasanya
memiliki pinggiran untuk memberikan stabilitas ekstra. Bangunan ini
membutuhkan isolasi dalam jumlah besar karena bahan utama yang
digunakan memiliki kualitas insolasi yang sangat buruk. Bagian bawah
bangunan biasanya terbuat dari balok.

 Bangunan Bertingkat Rendah


Bangunan komersial setinggi tiga lantai. Mereka menggunakan baja
untuk mendapatkan ruang terbuka yang besar secara internal, ini dapat
dengan mudah disesuaikan untuk penggunaan yang berbeda, atau
direnovasi ketika klien baru masuk.
Keuntungan: Mudah beradaptasi secara internal, banyak kaca
memungkinkan cahaya alami.

 Perumahan
Terutama dibangun menggunakan bata dan blok, dengan atap batu tulis
atau ubin. Terkadang disebut sebagai bangunan tradisional.

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 5


 Atap
Atap Pitched biasanya ditopang oleh gulungan atap, dibalut dengan
kertas atap dan ubin atau reng.

Keuntungan:
Bentuk alami membantu menumpahkan air, memberikan ruang loteng
Kekurangan:
Membuat bangunan lebih tinggi, dapat menghambat perencanaan

Atap Flat Bentang pendek dapat didukung oleh kayu, bentang panjang
membutuhkan baja.

Keuntungan:
Mudah dibangun, dapat memberikan area out-door ekstra di pengaturan
perkotaan
Kekurangan:
Sering bocor, tidak ada ruang penyimpanan loteng.

 Rumah Susun
Beberapa tempat tinggal di satu gedung, biasanya dengan pintu masuk
dan lorong bersama. Rumah susun dapat dibangun dengan
menggunakan metode tradisional atau beton, terutama ketika tingginya
lebih dari 3 lantai.

Keuntungan: Menyediakan perumahan yang terjangkau


Kekurangan: Perjalanan suara antar apartemen

 Gudang
Biasanya dibangun menggunakan bingkai portal untuk memungkinkan
ruang terbuka yang besar secara internal.

Keuntungan:
Cepat dan mudah dibangun, tata letak internal mudah diadaptasi.
Kekurangan:
Sulit dipanaskan, tidak mudah beradaptasi.

 Eceran
Termasuk toko, pusat perbelanjaan, dan pusat perbelanjaan luar kota.
Berbagai metode konstruksi digunakan, tetapi baja biasanya digunakan
untuk membuat ruang tengah yang besar sehingga dinding pendukung
internal tidak diperlukan.
Akan sering menggunakan plafon palsu untuk memungkinkan saluran
untuk berbagai layanan dengan mudah disalurkan di sekitar bangunan.
Langit-langit yang lebih tinggi memungkinkan lebih banyak udara
bersirkulasi dan membantu mencegah udara menjadi basi.

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 6


Perlengkapan internal dapat dengan mudah disesuaikan untuk
merombak toko.

 Kantor
Ini akan sering memaksimalkan cahaya eksternal, sehingga sejumlah
besar kaca sering digunakan. Sering dibuat dengan menggunakan beton
dan baja untuk memungkinkan bukaan terbuka internal yang besar yang
dapat dengan mudah diadaptasi ketika kebutuhan klien berubah.

2.3. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Perancangan Bangunan

a. Estetika
Dasar keindahan dan keserasian bangunan yang akan memberikan
kebanggaan pada pemiliknya.
b. Fungsional
Disesuaikan dengan pemanfaatan dan penggunaan sehingga
memberikan rasa nyaman.
c. Struktural
Struktur yang kuat dan mantap sehingga memberikan rasa aman untuk
tinggal di dalamnya.
d. Ekonomis
Pendemensian (ukuran struktur) yang proporsional dan pemakaian
bahan yang sesuai sehingga bangunan awet mempunyai umur yang
panjang, pemeliharaan yang mudah.
2.4. Aspek-aspek Perencanaan dan Perancangan Bangunan Bertingkat Rendah
2.4.1. Sistem Struktur

Aspek struktur bangunan adalah aspek yang mulanya didasarkan pada kekuatan
dan stabilitas bangunan. Aspek struktur bangunan meliputi pemilihan jenis
sistem struktur dan konfigurasinya, serta bagaimana sistem ini dapat
membentuk ruang, karena di dalam bangunan gedung struktur bertugas
mewadahi fungsi ruang dan fungsi sistem. Sistem struktur di bagi menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil yang disebut dengan elemen struktur, antara
lain; elemen rangka atap, rangka utama, dan fondasi.

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 7


Sebuah bangunan dua lantai dapat menggunakan alternatif sistem sistem
struktur kayu, baka, ataupun beton bertulang. Jika salah satu dipergunakan
maka sifat-sifat sistem dan bahan berlaku menurut kelebihan dan
kekurangannya. Contoh jika diinginkan bangunan yang aman dari api, maka
sistem struktur beton bertulang lebih di utamakan. Jika bangunan dimaksudkan
untuk lebih aman dari gempa, maka sistem struktur kayu dan baja akan dipilih.
Demikian juga dengan pertimbangan-pertimbangan lain yang berkaitan dengan
sifat sistem struktur beton bertulang yang kaku (rigid), sementara kayu
fleksibel.
2.4.2. Konstruksi

Konstruksi adalah bentuk rangkaian atau kedudukan baik dari antar atau inter
elemen struktur. Konstruksi ini memperjelas perancangan bangunan. Wujud
perancangan konstruksi dalam bangunan gedung adalah gambar-gambar detail
yang menunjukkan secara teknis bagian-bagian dan kedudukannya serta
keterangan-keterangannya. Karena bersifat menjelaskan dari solusi desain,
maka rancangan konstruksi sebuah bangunan akan terikat dengan bangunan
secara khusus dan tidak dapat disamakan dengan bangunan lain. Satu konstruksi
dalam perancangan struktur akan menjelaskan bagaimana pertimbangan-
pertimbangan terhadap aspek lain juga diperhatikan, misalnya penggunaan
bahan, ukuran, kedudukan, cara pengerjaan, finishing dan sebagainya. Tanpa
gambar konstruksi yang jelas bangunan tidak dapat didirikan dengan benar dari
berbagai aspek.
2.4.3. Bahan Bangunan
Bahan bangunan adalah aspek pokok berkaitan dengan pemakaiannya dalam
struktur ataupun konstruksi serta sifat-sifat fisik yang akan diberikan pada
bangunan. Pemakaian bahan tertentu akan mempengaruhi setiap aspek lain
dalam perancangan. Karena pemakaian bahan tertentu akan mengakibatkan
kriteria-kriteria lain pada bangunan (konstruksi, harga, tekstur, warna,
kekuatan, keawetan dan sebagainya), maka pemakaian bahan bangunan juga
dapat sangat menentukan desain bangunan secara luas.

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 8


2.4.4. Fungsi Bangunan
Fungsi bangunan adalah aspek yang akan diwadahi dalam struktur, sehingga
pembahasannya wajib dilakukan untuk mengetahui persyaratan-persyaratan
tertentu yang harus dipenuhi oleh ruang. Karena menentukan ruang maka
struktur dan konstruksi yang dibentuk oleh bangunan harus memperhatikan
persyaratan ruang. Bangunan tidak akan berhasil mewadahi fungsi jika kegiatan
di dalamnya tidak difasilitasi oleh ruang. Fasilitas-fasilitas ini akan berupa
sistem-sistem utilitas pada bangunan yang sangat tergantung dengan faktor-
faktor lain yang telah disebut di atas.
2.4.5. Site / Lokasi Bangunan

Site atau lokasi juga akan berpengaruh terhadap aspek lain karena memberikan
informasi mengenai kondisi lingkungan beserta aspek yang terkait semacam
iklim mikro lingkungan, keadaan tanah termasuk kekuatan dan topografinya,
ketersediaan bahan bangunan, ketetanggaan dengan bangunan lain dan
sebagainya. Informasi pada site ini juga sangat menentukan tindakan-tindakan
yang akan diambil dalam perancangan struktur. Bentuk bangunan seperti apa,
sistem struktur yang mana yang sesuai, pemakaian bahan yang bagaimana yang
tepat dan bagaimana bentukan bersikap dengan bangunan di sekitarnya baik
untuk kepentingan bangunan itu sendiri atau kepentingan lingkungan sekitar,
akan sangat mempengaruhi perancangan struktur.
2.4.6. Sistem-sistem Bangunan

Persyaratan ruang yang harus dipenuhi dalam bangunan harus diwujudkan ke


dalam sistem-sistem bangunan atau utilitas. Sistem-sistem meliputi antara lain
pengudaraan, pencahayaan, distribusi air bersih dan sanitasinya dan sebagainya,
akan menuntut bentukan-bentukan dan fasilitas struktur dan konstruksi tertentu
untuk dapat terjaminnya proses kerja sistem tersebut. Oleh karena itu bentukan
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 9
struktur dan konstruksi beserta ruang yang terbentuk di dalamnya akan sangat
ditentukan oleh pencapaian sistem tertentu dalam bangunan. Strategi
pencapaian ini tentu saja tidak akan sama untuk setiap bangunan karena pada
bangunan yang berbeda banyak aspek berbeda pula yang saling mempengaruhi
sehingga desain sistem dan kaitannya dengan struktur dan konstruksi ini dalam
perancangan bangunan memang harus dilihat secara spesifik.
2.4.7. Ekonomi Bangunan
Mulai dari aspek ketersediaan dana yang dibutuhkan untuk perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan pembangunan hingga perawatan.. Secara umum
pada tahap perencanaan, semakin tinggi tingkat persyaratan ruang yang
berkaitan dengan bentuk, fungsi dan sistem akan menyebabkan waktu yang
relatif lama pada tahap perencanaan dan perancangan. Namun tingginya bIaya
perencanaan dan perancangan atas waktu ini harus diimbangi dengan rendahnya
proses pembangunan hingga pemeliharaan bangunan.
2.5. Sistem Konstruksi Rangka Bangunan Gedung Bertingkat Rendah
Rangka bangunan adalah bagian bangunan yang struktur utama pendukung berat
bangunan dan beban luar yang bekerja padanya.

Sistem Rangka:
a. Rangka bangunan untuk bangunan tingkat rendah / bertingkat sederhana
umumnya menggunakan struktur rangka portal.
b. Rangka bangunan untuk menerima beban / menahan beban, sedangkan dinding
hanya sebagai penyekat / pengisi.
c. Kolom portal harus menerus tidak boleh digeser untuk penyaluran sampai ke
fondasi dan ke tanah.
Rangka portal untuk bangunan bertingkat rendah:
a. Bahan yang digunakan adalah konstruksi beton bertulang
b. Beton kuat menahan gaya tekan
c. Tulangan baja untuk menahan gaya tarik
d. Beton bertulang sebagai konstruksi tahan gempa, tahan api, tidak perlu perawatan
/ awet
Beban-beban yang perlu diperhatikan:
a. Beban mati
b. Beban hidup
c. Beban angin
d. Beban gempa
e. Beban khusus
Bahan-bahan membuat struktur portal bangunan bertingkat:
a. Baja
b. Beton bertulang insitu
c. Beton pra-tegang
1
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
0
d. Pasangan bata bertulang
e. Komposit ( gabungan baja dan beton / bahan lain )
f. Kayu
Perbandingan antara struktur fleksibilitas dan kaku:
Struktur fleksibel:
Keuntungan:
a. Cocok untuk daerah yang mempunyai waktu getar pendek dan bangunan dengan
waktu getar panjang
b. Mudah untuk mencapai ductility yang tinggi
c. Analisa strukturnya mudah
Kerugian:
a. Responnya besar bila di bangun di daerah yang waktu getarnya panjang ( long
peroid )
b. Kerangka beton bertulang sulit untuk penulangannya
c. Bagian-bagian non-struktur sulit untuk penyelesaian detailnya
Struktur kaku:
Keuntungan:
a. Cocok untuk daerah lapangan pembangunan yang panjang getarannya
b. Penulangan betonnya mudah ( dengan shear wall )
c. Bagian non-struktur detailnya mudah
Kerugian:
a. Respon tinggi di daerah / tanah yang waktu getar pendek
b. Ductilitynya sulit dihitung / diketahui
c. Analisanya tidak begitu mudah
Bangunan tahan gempa dan sering dilanda gempa:
a. Tidak harus memperbesar dimensi dari elemen struktur
b. Di beri perkuatan batang-batang pada struktur portal ( bracing frame sturcture )

2.6. Metode Bangunan Tempat Tinggal Bertingkat Rendah


Metode bangunan tempat tinggal bertingkat rendah di Inggris.
Bangunan tempat tinggal bertingkat rendah termasuk bangunan terkecil yang
diproduksi dalam jumlah besar. Rumah terpisah satu keluarga, misalnya, berada dalam
jangkauan walk-up dari satu hingga tiga lantai dan biasanya memenuhi kebutuhan
pengguna mereka dengan sekitar 90 hingga 180 meter persegi (sekitar 1.000 hingga
2.000 kaki persegi) ruang lantai tertutup. Contoh lain termasuk rumah baris perkotaan
dan bangunan apartemen walk-up. Biasanya bentuk-bentuk ini memiliki biaya unit
yang relatif rendah karena daya beli pemiliknya yang terbatas. Permintaan untuk tipe

1
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
1
perumahan ini memiliki distribusi geografis yang luas, dan oleh karena itu sebagian
besar dibangun oleh kontraktor lokal kecil yang menggunakan mesin yang relatif
sedikit (kebanyakan untuk pemindahan bumi) dan sejumlah besar tenaga kerja manual
di lokasi pembangunan.
a. Dasar/fondasi
Semua fondasi harus mentransmisikan muatan bangunan ke lapisan bumi yang stabil.
Ada dua kriteria stabilitas: pertama, tanah di bawah fondasi harus dapat menerima
beban yang dikenakan tanpa lebih dari 2,5 cm (satu inci) pemukiman dan, kedua,
pemukiman harus seragam di bawah seluruh bangunan. Penting juga bahwa dasar
fondasi berada di bawah tingkat beku musim dingin maksimum. Sistem fondasi untuk
bangunan tempat tinggal bertingkat rendah cocok untuk beban ringannya; hampir
semua didukung pada pijakan penyebaran, yang terdiri dari dua jenis — pijakan kontinu
yang mendukung dinding dan pijakan pada terisolasi yang mendukung beban
terkonsentrasi. Pijakan itu sendiri biasanya terbuat dari beton yang dituangkan langsung
pada tanah yang tidak terganggu hingga kedalaman minimum sekitar 30 sentimeter (12
inci). Jika fondasi beton kontinu tipikal digunakan, mereka biasanya mendukung
dinding fondasi yang bertindak baik sebagai dinding penahan untuk membentuk ruang
bawah tanah atau sebagai dinding es dengan tanah di kedua sisi. Dinding fondasi dapat
dibangun dari beton bertulang atau pasangan bata, khususnya balok beton. Blok beton
berukuran standar lebih besar dari batu bata dan berlubang, membentuk kisi-kisi bidang
vertikal. Mereka adalah bentuk batu yang paling murah — menggunakan bahan yang
murah tapi kuat — dan ukurannya yang besar menghemat tenaga yang dibutuhkan
untuk meletakkannya. Penampilan dan sifat pelapukannya lebih rendah daripada batu
bata yang dipecat, tetapi mereka memuaskan untuk dinding fondasi. Di beberapa tempat
dinding fondasi kayu dan pijakan tersebar digunakan. Penggalian untuk fondasi adalah
operasi yang paling sangat mekanis dalam tipe bangunan ini; hampir sepenuhnya
dilakukan dengan buldoser dan backhoe.
b. Sistem Struktural
 Bingkai kayu
Bangunan berbingkai, struktur di mana berat dibawa oleh kerangka atau kerangka kerja,
sebagai lawan didukung oleh dinding. Faktor penting dalam bangunan berbingkai
adalah kekuatan bingkai. Rumah-rumah berbingkai kayu atau setengah kayu adalah
umum di Eropa abad pertengahan. Dalam jenis ini bingkai diisi dengan pial dan
melumaskan atau batu bata. Struktur rangka kayu ringan modern, rumah rangka balon
dengan kelongsong kayu, ditemukan di Chicago dan membantu memungkinkan
penyelesaian cepat Amerika Serikat bagian barat. Baja dan beton bertulang adalah
bahan yang paling umum dalam struktur kontemporer besar.
 Dinding batu
Dinding bata struktural juga digunakan dalam jenis bangunan ini, terutama pada
bangunan bertingkat, di mana mereka menawarkan kapasitas penahan beban yang lebih
besar dan tahan api. Bata dan blok beton adalah bahan utama, bata disukai untuk
permukaan eksterior karena penampilan dan daya tahannya. Dinding bata padat jarang

1
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
2
digunakan, karena biaya tenaga kerja dan material yang lebih tinggi; dinding komposit
dari batu bata dan balok atau balok saja sudah biasa. Dinding rongga digunakan di iklim
yang lebih dingin; dalam hal ini, dua sumbu (lapisan vertikal) dari batu dibangun di
kedua sisi lapisan isolasi yang kaku. Konstruksi lantai kayu dan atap, mirip dengan
pembingkaian balon, digunakan untuk konstruksi pasangan bata; dan ada juga beberapa
penggunaan panel beton berlubang pra-cetak, yang tahan api dan dapat menjangkau
hingga sembilan meter (30 kaki).
c. Sistem kandang
Sistem kandang untuk tipe bangunan ini beragam. Untuk atap, sirap kayu
tradisional atau, lebih umum, sirap aspal digunakan, seperti genteng tanah liat semi
silindrik dan atap logam jahitan berdiri. Air hujan dari atap biasanya terperangkap di
selokan logam dan diarahkan ke eksterior yang dibuang ke blok percikan atau ke
saluran pembuangan bawah tanah yang terhubung ke saluran pembuangan besar.
Permukaan dinding bangunan hunian bertingkat rendah dilapisi dengan
berbagai bahan yang berbeda. Elemen kayu tradisional seperti herpes zoster dan shiplap
horizontal, atau papan berdinding papan, digunakan pada rangka kayu ringan seperti
papan vertikal lidah-dan-alur dan papan serta reng. Siding aluminium dan vinil telah
diadaptasi dari bentuk kayu ini. Veneer bata dan batu juga diterapkan di atas kayu dan
berlabuh dengan pengencang logam. Plester semen, atau plesteran, adalah bahan
tradisional lain yang digunakan untuk membungkus struktur kayu dan batu, dan aplikasi
semi liquidnya memungkinkan bentuk plastisitas yang luar biasa. Perkembangan yang
lebih baru adalah semen resin sintetis yang sangat tipis yang diaplikasikan langsung ke
permukaan insulasi busa plastik yang kaku.
Insulasi, yang memperlambat laju perpindahan panas melalui penutup, biasanya
diterapkan pada semua permukaan bangunan luar yang terpapar udara. Ada dua jenis
utama isolasi, kaku dan tidak dingin. Isolasi kaku terutama busa plastik (udara mati
dalam sel busa adalah insulator sejati), yang ketebalannya bervariasi dari 2,5 hingga
lima sentimeter (satu hingga dua inci). Mereka termasuk styrofoam, terutama
digunakan di bawah kelas di belakang dinding es karena ketahanan api yang rendah;
busa uretan; busa isosianurat, yang memiliki ketahanan api terbaik; dan gelas busa.
Insulasi non-dingin biasanya terbuat dari serat — serat gelas menjadi yang paling
umum — sering kali dengan kertas yang didukung foil di satu sisi. Insulasi serat dibuat
dengan ketebalan hingga 23 sentimeter (9,25 inci). Efektivitas bahan insulasi diukur
dalam hal laju perpindahan panasnya, atau nilai U, sering dinyatakan sebagai jumlah
BTU yang melewati unit bahan insulasi tertentu setiap jam pada perbedaan suhu yang
dinyatakan di seluruh material. Nilai U rendah menunjukkan sifat isolasi material yang
baik. Nilai-U adalah fungsi kebalikan dari ketebalan, sehingga ada batas efektivitas
biaya untuk meningkatkan jumlah isolasi pada permukaan. Panel insulasi yang kaku
diaplikasikan pada selubung dinding vertikal dan material permukaan diikat melalui
insulasi, atau diaplikasikan pada geladak atap horisontal. Serat kaca biasanya
diterapkan di ruang antara kancing dinding dan antara balok atap atau akord bawah
rangka atap.
d. Interior selesai
1
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
3
Hasil akhir interior dan sistem pembagian ruang menentukan ruang hidup di
dalam bangunan tempat tinggal dengan berbagai bahan alami dan sintetis. Dinding
selesai yang paling banyak digunakan adalah papan gipsum, bentuk plester basah
tradisional prefabrikasi. Plester gipsum basah dilemparkan di antara permukaan kertas
untuk membentuk panel besar yang dipaku pada kerangka kayu atau logam ringan.
Sambungan antar panel diisi dengan senyawa resin yang keras, memberikan permukaan
mulus yang memiliki ketahanan terhadap api. Papan gipsum membentuk substrat di
mana sejumlah bahan lain, termasuk kayu lapis tipis yang dilapisi kayu dan kain vinil,
dapat diaplikasikan dengan perekat. Di area basah seperti dapur dan kamar mandi,
papan gipsum tahan air digunakan, kadang-kadang dengan penambahan ubin keramik
yang diaplikasikan perekat.
e. Pipa saluran air
Sistem pasokan air domestik untuk bangunan hunian bertingkat rendah
memiliki dua sumber, baik sistem distribusi air kota atau, jika tidak tersedia, sumur
yang dibor ke akuifer bawah tanah yang bebas dari kontaminasi. Air diambil dari sumur
dengan pompa listrik submersible kecil, yang diturunkan melalui selubung sumur ke
pasokan. Pipa pasokan air bawah tanah eksterior biasanya terbuat dari besi dengan
sambungan berulir untuk menahan tekanan yang diterapkan pada fluida, yang biasanya
cukup untuk menaikkannya empat lantai. Di dalam gedung, pipa tembaga dengan
koneksi solder digunakan untuk distribusi karena ketahanan korosi dan kemudahan
fabrikasi; di beberapa daerah pipa plastik juga digunakan.
Sistem drainase untuk menghilangkan air limbah terbuat dari pipa besi-cor
dengan sambungan berulir atau sambungan bel-dan-keran yang disegel dengan timah
cair atau dengan pipa plastik dengan sambungan las-pelarut. Pipa limbah dari setiap
perlengkapan pipa dilengkapi dengan kurva terbalik setengah lingkaran, atau
perangkap, yang tetap terus diisi dengan air dan mencegah bau dari sistem drainase
keluar ke ruang yang ditempati.
f. Pemanasan dan pendinginan
Sistem pengontrol suasana di bangunan hunian bertingkat rendah menggunakan
gas alam, bahan bakar minyak, atau kumparan hambatan listrik sebagai sumber panas
sentral; biasanya panas yang dihasilkan didistribusikan ke ruang-ruang yang ditempati
oleh media fluida, baik udara atau air. Kumparan hambatan listrik juga digunakan untuk
memanaskan ruang hidup langsung dengan energi radiasi. Distribusi udara paksa
memindahkan udara yang menahan panas melalui sistem seperti treel dari saluran
lembaran logam galvanis dari penampang bulat atau persegi panjang; kipas bertenaga
listrik memberikan perbedaan tekanan untuk mendorong udara dari sumber panas (atau
tungku) ke ruang tamu, di mana ia dikeluarkan dari panggangan yang terletak di dinding
atau lantai.
Jenis pemanasan ruang yang semakin banyak digunakan di bangunan
perumahan adalah radiasi matahari pasif. Pada hari-hari musim dingin yang cerah,
jendela-jendela yang menghadap ke selatan membiarkan sejumlah besar energi, sering
kali cukup untuk memanaskan seluruh bangunan.

1
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
4
Pendinginan atmosfer di bangunan tempat tinggal bertingkat rendah sering
dilakukan secara lokal dengan unit pendingin udara, yang menembus dinding eksterior
ruang yang akan didinginkan; ini memungkinkan asupan udara segar bila diinginkan
dan pengeluaran panas dipompa dari ruang ke udara eksterior.
g. Sistem kelistrikan
Sistem kelistrikan pada bangunan tempat tinggal disuplai dari jaringan listrik
utilitas publik, mulai dari trafo step-down dekat bangunan yang mengurangi voltase
saluran tinggi ke level yang lebih aman.
2.7. Alat Berat pembangunan Low Rise Building
1. Loader
Loader memiliki bucket besar yang mengarah ke depan dan menggunakan roda
ban sehingga pergerakannya lebih mudah dalam proyek gedung loader berguna
untuk mengolah lahan yang akan didirikan bangunan gedung itu sendiri.
meliputi memindahkan tanah, pengurukan, dll.
2. Excavator
Excavator memiliki bucket yang bisa digunakan untuk menggali, menggunakan
roda besi sehingga baik untuk pergerakan di atas medan tanah yang cukup berat.
Dalam proyek gedung, Excavator berguna untuk menggali tanah dan
memindahkannya, penggalian bassement, dsb.
3. Truck mixer
Truck mixer memiliki tabung yang dapat berputar yang berguna untuk
membawa beton segar dengan roda ban. Truck mixer dalam proyek gedung
berguna untuk mengangkut beton segar dari batching plant menuju lokasi
proyek
4. Scrapper
Scrapper memiliki bagian yang berfungsi untuk mengikis tanah. dalam proyek
gedung scrapper berguna untuk memotong lereng tanggul, meratakan lahan,dsb.
5. Front Shovel
Shovel memiliki bucket di depan yang berfungsi untuk menggali. Shovel dalam
proyek gedung berguna untuk penggalian, penimbunan material dll.

1
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Analisa Jurnal 1


a. Judul
“Low Rise Apartment di Tangerang Selatan dengan Pendekatan Social
Sustainable Architecture”
b. Pengarang
Billy Gerrardus Santo
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44 Yogyakarta
Email: billygerrardus.x@gmail.com

c. Tahun penerbitan (tidak tertera)

d. Latar belakang dan metode jurnal


Kota Tangerang Selatan sebagai salah satu kota satelit Ibukota berkembang
dengan sangat pesat. Permintaan properti terus meningkat baik untuk dihuni,
maupun untuk investasi. Kecenderungan untuk tinggal di rumah (landed /
detached house) yang masih mendominasi berdampak pada kecenderungan
developer dan investor untuk membangun perumahan dalam berbagai skala.
Tanpa antisipasi terhadap pembangunan rumah secara terus menerus, kota
didominasi oleh masyarakat ekonomi kelas atas saja, kesenjangan sosial-ekonomi
semakin melebar, hingga pudarnya nilai-nilai dasar seperti kepedulian kepada
sesama dan lingkungan. Walaupun kecenderungan untuk beralih ke hunian
vertikal masih rendah, perlu ada solusi antisipatif untuk mendorong terbentuknya
Kota Tangerang sebagai kota yang livable bagi berbagai lapisan masyarakat.
Di samping mendorong peralihan dari landed house ke hunian vertikal, masalah
interaksi sosial menjadi krusial ketika pembangunan properti hunian berlomba-
lomba untuk memberikan hunian mewah dengan desain yang menjunjung tinggi
gaya hidup individualistis. Social sustainability dalam skala hunian belum
mendapat perhatian secara khusus. Padahal, menurut Jane Jacobs, built
environment bukanlah sebatas artefak statis, namun sebuah sistem urban dengan
penghuni yang mempengaruhi satu sama lain, serta berevolusi secara kompleks
dan dinamis sejalan dengan atribut fisik container tersebut. Oleh karena itu,
rumusan masalah yang diangkat adalah: Bagaimana wujud rancangan bangunan
Low Rise Apartment di Tangerang Selatan yang dapat menciptakan interaksi

1
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
6
sosial melalui pengolahan tata ruang dalam dan tata ruang luar berdasarkan
pendekatan social sustainable architecture?
Melalui Low Rise Apartment di Tangerang Selatan, apartemen yang nyaman,
aman dan menjunjung tinggi interaksi sosial dihadirkan dengan pendekatan
padatiga poin utama, yaitu sense of community, sense of nature, dan sense of
safety. Ketiga poin yang dilandasi oleh teori social sustainable architecture dan
proxemic theory ini menjadi dasar pemilihan strategi desain untuk membentuk
ruang-ruang potensial yang merangsang munculnya interaksi sosial pada berbagai
skala. Sebagai miniatur livable city, Low Rise Apartment di Tangerang Selatan
dirancang untuk memiliki ruang-ruang sociopetal yang aktif, didukung oleh
berbagai katalis interaksi sosial seperti pet & gardening dan green urban lifestyle.

e. Pembahasan Jurnal
Low Rise Apartment merupakan suatu bangunan yang terdiri dari beberapa unit
hunian yang disusun bertingkat dengan akses dan fasilitas bersama dengan jumlah
lantai dibawah enam lantai.
Standar-Standar Perancangan Low Rise Apartment
Dalam merancang sebuah bangunan apartemen, terdapat banyak hal yang harus
diperhatikan. Menurut Apartment Design Guide5 oleh Department of Planning
and Environment New South Wales, terdapat empat tahap yang harus ditempuh
hingga perancangan bangunan apartemen dapat dilakukan. Tahap tersebut antara
lain: identifikasi konteks (identifying the context), pengembangan kontrol
(developing the controls), pengembangan pada skala tapak (siting
thedevelopment), dan desain bangunan (designing the building)
Mengacu pada cara pembangunan menuju pertumbuhan ekonomi yang efisien,
produktif dan merata, maka pembangunan ruang hunian baiknya berada di
kecamatan Setu atau Serpong, di mana di kedua area ini memiliki kepadatan yang
paling rendah dibanding dengan area lainnya.
Analisis perencanaan dan perancangan
Menurut Joo Hwa Bay (2006), dalam sebuah rancangan dengan pendekatan
environmental & social sustainable architecture, kualitas lingkungan
(environment) memiliki peran yang signifikan dalam membentuk kualitas
kehidupan sosial di dalamnya. Dalam proses menyelesaikan isu-isu hunian
bertingkat yang telah dibahas oleh Gifford (2007), solusi pada kelima isu dapat
dikategorikan dalam tiga poin utama; social solutions, natural solutions dan safety
solutions. Melalui kategorisasi tersebut, masing-masing isu dianalisis untuk
kemudian diselesaikan melalui solusi desain. Secara umum, masing-masing poin
tersebut dapat diselesaikan dengan meningkatkan sense of community, sense of
nature dan sense of safety.
3.2. Analisa Jurnal 2
a. Judul
“Analisis Pushover pada Struktur Gedung Bertingkat Tipe Podium”
b. Pengarang

1
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
7
Sudarman H. Manalip, Reky S. Windah, Servie O. Dapas Fakultas Teknik,
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi
email: sudarman_c@yahoo.com

c. Tahun Penerbitan
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.4,April 2014 (201-213) ISSN: 2337-6732

d. Latar belakang dan metode jurnal


Di Indonesia, tantangan yang dihadapi dalam konstruksi gedung bertingkat adalah
adanya risiko akibat gempa bumi. Salah satu metode untuk analisis beban gempa
adalah analisis pushover. Analisis pushover merupakan prosedur analisis untuk
mengetahui perilaku keruntuhan suatu bangunan terhadap gempa.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui berapa besar gaya maksimum yang
ditahan oleh struktur, level kinerja, dan pola keruntuhan struktur gedung
bertingkat tipe podium, akibat beban gempa. Pemodelan struktur yang dibuat
berupa bangunan non podium, podium I, podium II, podium III, dan podium IV.
Struktur bangunan dari beton bertulang, berlantai 12, tinggi tiap lantai 4 meter,
dan jarak antara bentang 6 meter. Standar analisis mengacu pada tata cara
perencanaan ketahanan gempa untuk gedung SNI 1726:2012, ATC 40 dan FEMA
356. Analisis struktur dilakukan dengan menggunakan software SAP2000.
Penelitian ini menghasilkan, gaya geser dasar maksimum yang menentukan dari
kelima tipe gedung yang terbesar, yaitu gedung non podium 2165 ton dengan
perpindahan maksimum 0,97m, dan yang terkecil adalah gedung podium III yaitu
1614 ton, dengan perpindahan maksimum 0,63 m. Level kinerja berdasarkan ATC
40 masuk dalam kategori Immediate Occupancy, berdasarkan FEMA 356 masuk
kategori level B, dan berdasarkan SNI 1726:2012 memenuhi batasan simpangan
antar lantai. Pola keruntuhan gedung sesuai dengan prinsip kolom kuat balok
lemah

e. Pembahasan jurnal
Struktur bangunan tipe podium (set back), adalah bangunan apabila bagian atas
bangunan yang bersangkutan menjorok ke dalam. Bangunan tipe podium baik
dalam satu arah maupun dua arah merupakan termasuk dalam bangunan i reguler,
karena pusat massa tidak berimpit secara vertikal. Massa dan kekakuan baik ke
arah horizontal maupun ke arah vertikal tidak terdistribusi secara merata. Problem
yang akan terjadi pada daerah peralihan kekakuan dari kekakuan yang besar pada
bagian bawah ke kekakuan yang relatif lebih kecil pada bagian atas.
Untuk bangunan tipe podium atau set back telah diisyaratkan dalam SNI
1726:2012.Bangunan tipe podium dalam SNI didefinisikan sebagai tidak-
beraturan geometri vertikal
Perencanaan Bangunan Tahan Gempa Berbasis Kinerja, Performance levels
berdasarkan FEMA273/356 berturut–turut dari respons yang paling kecil, terdiri
atas:

1
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
8
 Fully Operational (FO), adalah kondisi yang mana bangunan tetap dapat
beroperasi langsung setelah gempa terjadi (operational state)
 Immediatety Occupancy (IO) adalah suatu kondisi yang mana struktur
secara umum masih aman untuk kegiatan operasional segera setelah
gempa terjadi (damage state)
 Life Safety (LS) adalah suatu kondisi yang mana struktur bangunan
mengalami kerusakan sedang (damage skale), sehingga diperlukan
perbaikan, namun bangunan masih stabil dan mampu melindungi
pemakai dengan baik.
 Collapse Prevention (CP) adalah suatu kondisi yang mana struktur
bangunan mengalami kerusakan parah (severe), tetapi masih tetap
berdiri, tidak roboh atau runtuh
Analisa Statik Nonlinear Pushover
Analisis statis beban dorong (pushover) adalah suatu analisis non linier statis di
mana pengaruh gempa rencana terhadap struktur bangunan gedung dianggap
sebagai beban statis yang menangkap pada pusat massa masing–masing lantai,
yang nilainya ditingkatkan secara berangsur–angsur sampai melampaui
pembebanan yang menyebabkan terjadinya pelelehan (sendi plastis) pertama di
dalam struktur bangunan gedung, kemudian dengan peningkatan beban lebih
lanjut mengalami perubahan bentuk pasca-elastik yang besar sampai mencapai
target peralihan yang diharapkan atau sampai mencapai kondisi plastik
Tujuan analisa pushover adalah untuk memperkirakan gaya maksimum dan
deformasi yang terjadi serta untuk memperoleh informasi bagian mana saja
yang kritis.
Metode koefisien perpindahan FEMA 356 Metode Koefisien
Perpindahan (Method Displacement Coefficient) FEMA 356merupakan metode
utama yang terdapat dalam FEMA 273/356 untuk prosedur statis non linier yang
dikeluarkan oleh Federal Emergency Management Agency (FEMA) tahun
2000.Penyelesaian dilakukan dengan memodifikasi respons elastis linier dari
sistem SDOF ekuivalen dengan faktor koefisien C0, C1, C2, dan C3sehingga
diperoleh perpindahan global maksimum (elastis dan in elastis) yang disebut
target perpindahan, δT .
Metode Spektrum Kapasitas ATC 40 Dalam metode spektrum kapasitas
proses dimulai dengan menghasilkan kurva hubungan gaya perpindahan yang
memperhitungkan kondisi in elastis struktur. Proses tersebut sama dengan
metode koefisien perpindahan, kecuali bahwa hasilnya diplotkan dalam format
Acceleration Displacement Response Spectrum(ADRS).
Properti Sendi Plastis Struktur gedung apabila menerima gempa pada
tingkatan atau kondisi tertentu, akan terjadi sendi plastis (hinge) pada balok
pada gedung tersebut. Sendi plastis merupakan bentuk ketidakmampuan elemen
struktur balok dan kolom menahan gaya dalam.

1
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
9
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan dan saran jurnal 2


Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan dari pemodelan struktur tipe non podium, podium
I, podium II, podium III, dan podium IV, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Gaya geser dasar maksimum yang menentukan dari kelima tipe gedung yang
terbesar, yaitu gedung non podium 2165 ton dengan perpindahan maksimum 0,97 m,
dan yang terkecil adalah gedung podium III yaitu 1614ton, dengan perpindahan
maksimum 0,63 m.
2. Secara keseluruhan target perpindahan berdasarkan FEMA 356 mendapatkan hasil
yang terbesar untuk semua tipe gedung dibanding dengan ATC 40 yang mendapatkan
hasil terkecil.
3. Level kinerja berdasarkan FEMA 356 masuk kategori B, yaitu menunjukkan batas
linear yang kemudian akan diikuti dengan terjadinya pelelehan pada struktur
4. Level kinerja berdasarkan ATC 40 yaitu Immediate Occupancy untuk semua tipe
gedung, yang artinya suatu kondisi yang mana struktur secara umum masih aman untuk
kegiatan operasional segera setelah gempa terjadi (damage state)
5. Distribusi sendi plastis sesuai yang diharapkan, yaitu sesuai dengan sistem kolom
kuat balok lemah, karena terjadi keruntuhan pada balok dulu, kemudian diikuti pada
kolom.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan membandingkan hasil analisis pushover
dengan metode analisis riwayat waktu, untuk mengetahui keakuratan hasil analisis
terhadap perilaku struktur akibat gempa.

2
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
0
2. Memperhatikan parameter–parameter yang akan digunakan dalam proses analisis
pushover dengan bantuan program SAP2000, agar hasil analisis akurat dan sesuai
dengan kondisi yang terjadi akibat gempa.
3. Perlu dicoba dengan variasi pemodelan yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Website:
https://www.britannica.com/technology/construction/Concrete
https://www.slideshare.net/VersaApriana/struktur-bangunanbertingkat
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125233-R210853-Perilaku%20struktur-
Pendahuluan.pdf
https://www.britannica.com/technology/construction/Low-rise-residential-
buildings#ref60162
https://www.academia.edu/6427863/PENGANTAR_BANGUNAN_BERTINGKAT_
1_PENDAHULUAN
https://www.slideshare.net/artiamitrapersada/ebook-merancang-bangunan-gedung-
bertingkat-rendah
http://reycomciptasemesta.com/5-alat-berat-yang-biasa-digunakan-untuk-konstruksi-
bangunan/

2
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
1

Anda mungkin juga menyukai