PEMBANGUNAN
4K
2. Bahaya Kebakaran 1. Setiap Bangunan Gedung harus dilindungi dengan
KESEHATAN 3. Bahaya Petir dan Kelistrikan sistem proteksi bahaya kebakaran.
2. Sistem proteksi bahaya kebakaran bertujuan untuk
melindungi Pengguna dan harta benda dari bahaya
KENYAMANAN
1. Sistem Penghawaan serta kerusakan fisik pada saat terjadi kebakaran.
2. Sistem Pencahayaan 3. Sistem proteksi bahaya kebakaran harus dapat
KEMUDAHAN memberikan waktu kepada Pengguna dan/atau
3. Sistem Pengelolaan Air
4. Sistem Pengelolaan Sampah Pengunjung untuk menyelamatkan diri pada saat
5. Penggunaan Bahan terjadi kebakaran.
4. Sistem proteksi bahaya kebakaran harus
mempertimbangkan efisiensi waktu, mutu, dan biaya
1. Ruang Gerak pada tahap Perawatan dan pemulihan setelah terjadi
2. Kondisi Udara dalam Ruang kebakaran.
3. Pandangan dari dan ke Dalam
4. Bangunan Gedung Tingkat Getaran
dan Kebisingan Pasal 31 Ayat (1)
Ketentuan kemampuan Bangunan Gedung terhadap
bahaya kebakaran meliputi ketentuan teknis
1. Hubungan ke, dari, dan di dalam mengenai:
Bangunan Gedung 1. Sistem Proteksi Aktif
2. Kelengkapan Prasarana dan Sarana 2. Sistem Proteksi Pasif
pemanfaatan 3. Manajemen Kebakaran
KETENTUAN KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG
CONTOH PERMASALAHAN KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG
Ramp yang terlalu curam dan tangga yang terlalu Lebar koridor menuju toilet Kapasitas lift yang tidak memenuhi Tumpukan sampah di fasilitas
tinggi difabel terlalu kecil kebutuhan cerobong sampah Rusun
KETENTUAN KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG
KASUS KEBAKARAN BANGUNAN GEDUNG
Kebakaran Pusdiklat PU Bandung, 2021 Kebakaran Kantor Kejagung, 2021 Kebakaran Gedung Cyber Jakarta, 2021
Kebakaran Tunjungan Plaza, 2022 Kebakaran Rusun Tanah Tinggi Jakarta, 2021 Kebakaran Universitas Brawijaya Malang, 2021
STANDAR TEKNIS KESELAMATAN KEBAKARAN
q Permen
PP NO.29/PRT/M/2006
16 TAHUN 2021
q Permen
PermenPU26/PRT/M/2008
No. 20 Tahun 2009
UUqNo.
UU2828Tahun 2002
Th 2002 PPq
NO.
PP1636TAHUN 2021
Th 2005 q Permen
PermenPU20/PRT/M/2009
No. 26 Tahun 2008
q Permen PU No. 2910/KPTS/2000
KepMenegPU Tahun 2006
Persyaratan Dasar Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung (NFPA Life Safety Code):
1. Menyediakan keselamatan yang memadai dengan tidak bergantung pada perlindungan tunggal apa pun.
2. Menyediakan tingkat keselamatan jiwa yang tepat dengan mempertimbangkan ukuran, bentuk, dan sifat hunian.
3. Menyediakan susunan cadangan atau redundansi jalan keluar.
4. Menjamin jalur jalan keluar bersih, tidak terhalang, dan tidak terkunci.
5. Menjamin jalur eksit dan jalan keluar ditandai dengan jelas untuk menghindari kebingungan dan memberikan tanda
yang diperlukan untuk penggunaan yang efektif.
6. Menyediakan pencahayaan yang memadai.
7. Menjamin respons penghuni yang cepat dengan menyediakan peringatan dini kebakaran.
8. Menjamin bahwa sistem yang diperlukan memfasilitasi dan meningkatkan kesadaran terhadap situasi.
9. Menjamin pelindung yang sesuai untuk bukaan vertikal.
10. Menjamin kepatuhan terhadap standar instalasi yang berlaku.
11. Mempertahankan semua fitur yang diperlukan berfungsi dalam urutan kerja yang benar.
STANDAR TEKNIS KESELAMATAN KEBAKARAN
TRIANGLES OF FIRE
HEAT HUMAN
LIVES
ACTIVE PASSIVE
system system
Firesafety Triangle
STANDAR TEKNIS KESELAMATAN KEBAKARAN
Perencanaan tapak bangunan terkait akses dan pasokan air kebakaran. Perencanaan tapak
adalah perencanaan yang mengatur tapak (site) bangunan, meliputi tata letak dan orientasi
bangunan, jarak antar bangunan, penempatan hidran halaman, penyediaan ruang-ruang
terbuka dan sebagainya dalam rangka mencegah dan meminimasi bahaya kebakaran
SISTEM PROTEKSI PASIF
A. PERENCANAAN TAPAK
AKSES LINGKUNGAN
• Dalam 17 menit, sebuah kebakaran ruangan dapat mencapai terbakar penuh (fully developed) dengan
potensi penyebaran kebakaran ke seluruh bangunan menjadi sangat besar.
• Berarti: Bangunan gedung A harus mampu mandiri memadamkan kebakaran dalam tahap awal, baik
dengan sarana tabung APAR, sprinkler, maupun hidran.
SISTEM PROTEKSI PASIF
A. PERENCANAAN TAPAK
AKSES LINGKUNGAN
SISTEM PROTEKSI PASIF
A. PERENCANAAN TAPAK
HIDRAN HALAMAN
HIDRAN HALAMAN
SISTEM PROTEKSI PASIF
A. PERENCANAAN TAPAK
HIDRAN HALAMAN
Tipe-tipe konstruksi
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN
Kurva Uji Ketahanan Api
ASTM E911
ISO 834
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN
ILUSTRASI
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN
ATRIUM
ASET
Available Safe Egress Time
> RSET
Required Safe Egress Time
1. Akses Eksit
2. Eksit
3. Pelepasan Eksit
Means of egress dalam NFPA diartikan sebagai sarana jalan keluar dalam NFPA terdiri atas exit access (akses eksit), exit
(eksit), exit discharge (pelepasan eksit, SNI 03-1748-2000 mencoba mengartikannya sebagai eksit pelepasan). Melihat
definisi asal dari NFPA tentang kekhasan konstruksi suatu eksit, maka seharusnya istilah eksit pelepasan dalam SNI
diganti menjadi pelepasan eksit.
[D. P. Nolan P.E., PhD, Encyclopedia of Fire Protection, edisi 2, [Ron Cote P.E., dkk., Life Safety Code
Thomson-Delmar Learning, 2006] Handbook, edisi 12, NFPA, 2011]
SISTEM PROTEKSI PASIF
C. SARANA JALAN KELUAR
Permen PU No. 26/PRT/M/2008 Persyaratan Teknis Sistem
Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan menggunakan istilah baru sarana
penyelamatan dengan isi ketentuan adalah butir-butir
sarana jalan keluar sesuai SNI 03-1748-2000 dengan
melengkapi kekurangan yang ada merujuk Ch. 5 Means of
egress. Istilah yang digunakan tetap istilah sarana jalan
keluar (nama judul adalah sarana penyelamatan
sedangkan uraian dibawahnya adalah uraian dan istilah
sarana jalan ke luar mengutip SNI tetapi dengan tidak
menyertakan definisi sarana jalan keluar), sehingga
keutuhan pengertian hilang.
SISTEM PROTEKSI PASIF
C. SARANA JALAN KELUAR
SISTEM PROTEKSI PASIF
C. SARANA JALAN KELUAR
SISTEM PROTEKSI PASIF
C. SARANA JALAN KELUAR
SISTEM PROTEKSI AKTIF
ACUAN NORMATIF
a. UU No. 28 Tahun 2006 tentang Bangunan Gedung
b. PP No. 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksana UU No. 28 Tahun 2006 tentang Bangunan Gedung
c. Permen PU No. 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
d. SNI 03-6570-2001 Instalasi Pompa Yang Dipasang Tetap Untuk Proteksi Kebakaran (acuan NFPA 20, 1999).
e. SNI 03-1745-2000 Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada
Bangunan Gedung (acuan NFPA 14, 1996)
f. SNI 03-3989- 2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem springkler otomatik untuk pencegahan bahaya kebakaran pada
bangunan gedung.
g. SNI 03-3985-2000 Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan
bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
h. SNI 03-3987-1995 Tata cara perencanaan dan pemasangan alat pemadam api ringan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada
bangunan rumah dan gedung
i. SNI 03-7018-2004 Sistem pasokan daya listrik darurat dan siaga
j. SNI 03-6571-2001 Sistem pengendalian asap kebakaran pada bangunan gedung
SISTEM PROTEKSI AKTIF
Sistem Pompa Alat Pemadam Sistem Pemadaman Sistem Presurisasi/ Sistem Daya
Kebakaran Api Portable Khusus Pengendalian Asap Darurat
SISTEM PROTEKSI AKTIF
A. SISTEM DETEKSI DAN ALARM
Lingkup Pemeriksaan:
• Pemeriksaan Dokumen: spesifikasi teknis terkait sistem
deteksi dan alarm: misal data uji komisioning dan
persetujuan DISKAR, data log book operasional dan
pemeliharaan.
• Pemeriksaan Visual: kondisi visual terkait sistem deteksi dan
alarm. Apakah sistem sepenuhnya terpasang baik.
• Pengukuran Lapangan: kondisi lapangan terkait sistem
deteksi dan alarm. Pengecekan kondisi eksisting,
pengamatan kerusakan.
SISTEM PROTEKSI AKTIF
A. SISTEM DETEKSI DAN ALARM
SISTEM PROTEKSI AKTIF
A. SISTEM DETEKSI DAN ALARM
SISTEM PROTEKSI AKTIF
A. SISTEM DETEKSI DAN ALARM
JENIS DETECTOR
SISTEM PROTEKSI AKTIF
A. SISTEM DETEKSI DAN ALARM
SISTEM PROTEKSI AKTIF
A. SISTEM DETEKSI DAN ALARM
SISTEM PROTEKSI AKTIF
B. SISTEM SPRINGKLER OTOMATIK
Lingkup Pemeriksaan:
• Pemeriksaan Dokumen: spesifikasi teknis terkait sistem springkler otomatik:
misal data uji komisioning dan persetujuan DISKAR, data log book operasional
dan pemeliharaan. Apakah bangunan terproteksi seluruhnya oleh springkler?
Ataukah terdapat titik titik tertentu ada unit hunian yang tidak terproteksi
sehingga memerlukan perhatian khusus? Adakah logbook terkait operasional
dan pemeliharaan sistem springkler dan menjaga ketersediaan kebutuhan
cadangan kepala springkler.
• Pemeriksaan Visual: kondisi visual terkait sistem springkler otomatik. Apakah
sistem sepenuhnya terpasang baik. Apakah head springkler pada posisi masih
ditutup?
• Pengukuran Lapangan: kondisi lapangan terkait sistem springkler otomatik.
Pengecekan kondisi eksisting, pengamatan kerusakan.
SISTEM PROTEKSI AKTIF
B. SISTEM SPRINGKLER OTOMATIK
SISTEM PROTEKSI AKTIF
B. SISTEM SPRINGKLER OTOMATIK
SISTEM PROTEKSI AKTIF
B. SISTEM SPRINGKLER OTOMATIK
Lingkup Pemeriksaan:
• Pemeriksaan Dokumen: spesifikasi teknis terkait sistem pipa tegak
dan slang kebakaran: misal data uji komisioning dan persetujuan
DISKAR, data log book operasional dan pemeliharaan.
• Pemeriksaan Visual: kondisi visual terkait sistem pipa tegak dan
slang kebakaran. Apakah sistem sepenuhnya terpasang baik.
• Pengukuran Lapangan: kondisi lapangan terkait pipa tegak dan
slang kebakaran. Pengecekan kondisi eksisting, pengamatan
kerusakan.
SISTEM PROTEKSI AKTIF
C. PIPA TEGAK DAN SLANG KEBAKARAN
SISTEM PROTEKSI AKTIF
C. PIPA TEGAK DAN SLANG KEBAKARAN
Tes aliran:
q Pada titik hidran terjauh secara hidrolik, ukur tekanan dan debit untuk verifikasi bahwa pasokan air
masih menyediakan tekanan rancangan pada debit yang dipersyaratkan
Tes hidrostatik:
q Hanya untuk hidran jenis pipa kering
q Untuk jenis pipa basah, kalau ada perbaikan atau penambahan pada sistem
SISTEM PROTEKSI AKTIF
D. SISTEM PERSEDIAAN AIR KEBAKARAN
Lingkup Pemeriksaan:
• Pemeriksaan Dokumen: spesifikasi teknis terkait sistem
persediaan air kebakaran: misal data uji komisioning dan
persetujuan DISKAR, data log book operasional dan pemeliharaan.
Catat volume dan prediksi waktu layanan kebakaran
• Pemeriksaan Visual: kondisi visual terkait sistem persediaan air
kebakaran. Apakah sistem sepenuhnya terpasang baik.
• Pengukuran Lapangan: kondisi lapangan terkait sistem persediaan
air kebakaran. Pengecekan kondisi eksisting, pengamatan
kerusakan.
SISTEM PROTEKSI AKTIF
D. SISTEM PERSEDIAAN AIR KEBAKARAN
SISTEM PROTEKSI AKTIF
D. SISTEM PERSEDIAAN AIR KEBAKARAN
PERHITUNGAN VOLUME
Contoh perhitungan volume dan prediksi waktu layanan kebakaran. Misal volume
reservoar total 1200 m3 dengan persediaan untuk pemadam kebakaran 600 m3. Berarti
persediaan untuk kebakaran adalah 600.000 liter atau (di kali 0,264) setara dengan
158.503 galon. Volume ini setara dengan cadangan untuk operasi pemadaman kebakaran
sekitar 79 menit untuk 500 gpm. Dengan demikian cukup memenuhi ketentuan kebutuhan
minimum 45 menit.
SISTEM PROTEKSI AKTIF
E. SISTEM POMPA PEMADAM KEBAKARAN
Lingkup Pemeriksaan:
• Pemeriksaan Dokumen: spesifikasi teknis terkait sistem pompa kebakaran: misal data
uji komisioning dan persetujuan DISKAR, data log book operasional dan pemeliharaan.
Benarkah yang terpasang pompa kebakaran? Periksa spesifikasi teknis termasuk kurva
pompa. Sudahkan teruji komisioning oleh DISKAR?
• Pemeriksaan Visual: kondisi visual terkait sistem pompa kebakaran. Apakah sistem
sepenuhnya terpasang baik. Apakah sistem kondisi ON atau OFF?
• Pengukuran Lapangan: kondisi lapangan terkait sistem pompa kebakaran. Pengecekan
kondisi eksisting, pengamatan kerusakan. Ukur aksesibilitas dan dimensi ruang pompa
dan perhatikan apakah memungkinkan sistem pemipaan memenuhi ketentuan untuk
pengukuran. Persoalan adalah pada keberfungsian.
SISTEM PROTEKSI AKTIF
E. SISTEM POMPA PEMADAM KEBAKARAN
75
SISTEM PROTEKSI AKTIF
E. SISTEM POMPA PEMADAM KEBAKARAN
Contoh perhitungan:
Kebutuhan tekanan untuk seluruh ketinggian bangunan gedung yang terdiri 12 lantai setinggi 46,1 m
dan elevasi antara ruang pompa dengan lantai dasar gedung sekitar 5 m yang berarti memiliki sekitar
kebutuhan head tekanan total sekitar 52 m adalah total dibutuhkan tekanan 4,94 bar atau 4,94
kg/cm2.
76
SISTEM PROTEKSI AKTIF
E. SISTEM POMPA PEMADAM KEBAKARAN
Contoh :
Pompa jockey (dalam kg/cm2) standby 9, start 8, stop 10.
Pompa utama (dalam kg/cm2) standby 9 start 6, stop manual.
Pompa diesel (dalam kg/cm2) standby 9 start 4, stop manual.
Lingkup Pemeriksaan:
• Pemeriksaan Dokumen: spesifikasi teknis terkait alat pemadam api portabel, data uji
komisioning dan persetujuan DISKAR, data log book operasional dan pemeliharaan.
Apakah ada catatan prosedur dan manual operasi penggunaan dan pemeliharaan
APAR. Jika belum perlu pembuatan logbook.
• Pemeriksaan Visual: kondisi visual terkait alat pemadam api portabel. Apakah sistem
sepenuhnya terpasang baik. Periksa jenis dan jumlah APAR sesuai dengan kelas
bahaya dan tingkat bahaya kebakaran hunian. Periksa kondisi tekanan dan masa
kedaluwarsa APAR.
• Pengukuran Lapangan: kondisi lapangan terkait alat pemadam api portabel.
Pengecekan kondisi eksisting, pengamatan kerusakan.
SISTEM PROTEKSI AKTIF
F. ALAT PEMADAM API PORTABEL
• Alat pemadam yang dapat dilayani oleh satu orang, yang beratnya maksimal 16 kg yang
dipergunakan pada awal terjadinya kebakaran (Permenaker No 04/MEN/1980).
• Persyaratan : Harus siap dipakai pada waktunya,Mudah dilihat dan diambil, Kondisi Baik, dan
Semua orang harus bisa menggunakannya tanpa membahayakan dirinya.
SISTEM PROTEKSI AKTIF
F. ALAT PEMADAM API PORTABEL
JENIS MEDIA PEMADAM KEBAKARAN DAN APLIKASINYA
Keterangan :
VVV : Sangat efektif X : Tidak tepat
VV : Dapat digunakan XX : Merusak
V : Kurang tepat / tidak dianjurkan XXX : Berbahaya
*) : Tidak efisien **) : Kotor / korosif
SISTEM PROTEKSI AKTIF
G. SISTEM PEMADAMAN KHUSUS
ACUAN NORMATIF
a. UU No. 28 Tahun 2006 tentang Bangunan Gedung
b. PP No. 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksana UU No. 28 Tahun 2006 tentang Bangunan Gedung
c. Permen PU No. 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
d. Permen PU 20/PRT/M/2009 tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan
MANAJEMEN KESELAMATAN KEBAKARAN
Adanya rencana pengamanan kebakaran (fire safety plan) yang mecakup rencana
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran, rencana tindak darurat kebakaran,
rencana ketatagrahaan (house keeping). Adanya dokumen rencana tindak
darurat kebakaran (fire emergency plan).
Catatan:
• Beban api hingga 49 kg ekivalen kayu
standar ketahanan api 1 jam.
• Beban api hingga 73 kg ekivalen kayu,
standar ketahanan api 1,5 jam.
MANAJEMEN KESELAMATAN KEBAKARAN
• PEMANFAATAN BANGUNAN
Kegiatan memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan,
termasuk kegiatan pemeliharaan, perawatan dan pemeriksaan secara berkala
• PEMELIHARAAN
Kegiatan menjaga keandalan bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar selalu
laik fungsi.
• PERAWATAN
Kegiatan memperbaiki dan atau mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan
bangunan, dan atau prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap laik fungsi.
MANAJEMEN KESELAMATAN KEBAKARAN
BUILDING MAINTENANCE
DALAM TAHAP PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG
SLF-n
PENDATAAN / PENDAFTARAN TIDAK
YA PERUBAHAN
FUNGSI/BENTUK
YA/
YA LULUS
SLF-1
PEMBANGUNAN PEMANFAATAN
TIDAK KAJIAN
IDENTIFIKASI
YA
PELESTARIAN
PENYEDIA JASA
MANAJEMEN KESELAMATAN KEBAKARAN
IJIN PELAKSANAAN/
IJIN MENDIRIKAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI
BANGUNAN
Rehabilitasi
Mekanikal
Tata Grha
Pemeriksaan Berkala
Permen PU 16/PRT/M/2010
MANAJEMEN KESELAMATAN KEBAKARAN
BULDING OPERATION & MAINTENANCE
- PERSYARATAN KESELAMATAN
- PERSYARATAN KESEHATAN
- PERSYARATAN KENYAMANAN
- PERSYARATAN KEMUDAHAN
STUDI TERKAIT
Buku Referensi
https://ciptakarya.pu.go.id/satu
pintu/balaisains/download/Buk
u_Keselamatan_Kebakaran_Rus
un_jan2021.pdf
TERIMA KASIH