Anda di halaman 1dari 99

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA


DIREKTORAT BINA PENATAAN BANGUNAN

KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG


KEBAKARAN PADA
BANGUNAN GEDUNG
Jakarta, 7 September 2022
OUTLINE

1. PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG

2. KETENTUAN KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG

3. STANDAR TEKNIS KESELAMATAN KEBAKARAN

SISTEM PROTEKSI PASIF


SISTEM PROTEKSI AKTIF

MANAJEMEN KESELAMATAN KEBAKARAN


PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG
TAHAP PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG

STANDAR TEKNIS BANGUNAN GEDUNG

PEMBANGUNAN

PERENCANAAN TEKNIS PELAKSANAAN KONSTRUKSI PEMANFAATAN PEMBONGKARAN

PBG SLF-1 SLF-n RTB

• Pemeriksaan dokumen • Inspeksi oleh Penilik Pemda. • Setiap 5 tahun.


rencana teknis oleh TPA. • Pemeriksaan kelaikan fungsi • Pemeriksaan kelaikan fungsi
• Penerbitan PBG oleh Pemda. oleh MK. oleh Pengkaji Teknis.
• Penerbitan SLF oleh Pemda • Perpanjangan SLF dari
Pemda.

PP No. 16 Tahun 2021 Bab V. Penyelenggaraan Bangunan Gedung


PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG
PENGATURAN STANDAR TEKNIS DALAM PP NO. 16 TAHUN 2021

PBG dilakukan untuk membangun


Bangunan Gedung atau prasarana PENGENDALIAN DAN JAMINAN MUTU
Bangunan Gedung baru, mengubah,
memperluas, mengurangi, dan/atau
Building
merawat Bangunan Gedung atau prasarana PBG SLF Code
Bangunan Gedung.
BUILDING PERMIT OCCUPANCY PERMIT
SLF harus diperoleh oleh Pemilik sebelum
PENGENDALIAN MUTU (QC) PENJAMIN MUTU (QA)
Bangunan Gedung dapat dimanfaatkan.

Standar Teknis Perencanaan dan Perancangan PERATURAN KEANDALAN


Bangunan Gedung: DAN BANGUNAN
STANDAR GEDUNG
a. Ketentuan Tata Bangunan
b. Ketentuan Keandalan Bangunan Gedung
c. Ketentuan Bangunan Gedung di atas dan/atau
di dalam tanah, dan/atau air
d. Ketentuan Desain Prototipe/Purwarupa
KETENTUAN KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG
PP NO. 16 TAHUN 2021 PASAL 28

KESELAMATAN 1. Beban Muatan Pasal 30

4K
2. Bahaya Kebakaran 1. Setiap Bangunan Gedung harus dilindungi dengan
KESEHATAN 3. Bahaya Petir dan Kelistrikan sistem proteksi bahaya kebakaran.
2. Sistem proteksi bahaya kebakaran bertujuan untuk
melindungi Pengguna dan harta benda dari bahaya
KENYAMANAN
1. Sistem Penghawaan serta kerusakan fisik pada saat terjadi kebakaran.
2. Sistem Pencahayaan 3. Sistem proteksi bahaya kebakaran harus dapat
KEMUDAHAN memberikan waktu kepada Pengguna dan/atau
3. Sistem Pengelolaan Air
4. Sistem Pengelolaan Sampah Pengunjung untuk menyelamatkan diri pada saat
5. Penggunaan Bahan terjadi kebakaran.
4. Sistem proteksi bahaya kebakaran harus
mempertimbangkan efisiensi waktu, mutu, dan biaya
1. Ruang Gerak pada tahap Perawatan dan pemulihan setelah terjadi
2. Kondisi Udara dalam Ruang kebakaran.
3. Pandangan dari dan ke Dalam
4. Bangunan Gedung Tingkat Getaran
dan Kebisingan Pasal 31 Ayat (1)
Ketentuan kemampuan Bangunan Gedung terhadap
bahaya kebakaran meliputi ketentuan teknis
1. Hubungan ke, dari, dan di dalam mengenai:
Bangunan Gedung 1. Sistem Proteksi Aktif
2. Kelengkapan Prasarana dan Sarana 2. Sistem Proteksi Pasif
pemanfaatan 3. Manajemen Kebakaran
KETENTUAN KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG
CONTOH PERMASALAHAN KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG

Kualitas air tidak sesuai baku


Struktur bangunan yang ambruk Kebakaran akibat tersambar petir dan korsleting listik Ruang kelas yang kurang pencahayaan mutu

Ramp yang terlalu curam dan tangga yang terlalu Lebar koridor menuju toilet Kapasitas lift yang tidak memenuhi Tumpukan sampah di fasilitas
tinggi difabel terlalu kecil kebutuhan cerobong sampah Rusun
KETENTUAN KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG
KASUS KEBAKARAN BANGUNAN GEDUNG

Kebakaran Pusdiklat PU Bandung, 2021 Kebakaran Kantor Kejagung, 2021 Kebakaran Gedung Cyber Jakarta, 2021

Kebakaran Tunjungan Plaza, 2022 Kebakaran Rusun Tanah Tinggi Jakarta, 2021 Kebakaran Universitas Brawijaya Malang, 2021
STANDAR TEKNIS KESELAMATAN KEBAKARAN
q Permen
PP NO.29/PRT/M/2006
16 TAHUN 2021
q Permen
PermenPU26/PRT/M/2008
No. 20 Tahun 2009
UUqNo.
UU2828Tahun 2002
Th 2002 PPq
NO.
PP1636TAHUN 2021
Th 2005 q Permen
PermenPU20/PRT/M/2009
No. 26 Tahun 2008
q Permen PU No. 2910/KPTS/2000
KepMenegPU Tahun 2006

Perencanaan Tapak u/ Proteksi


Kebakaran

Sarana Jalan Ke Luar

Ketahanan Api dan Stabilitas


Proteksi Kebakaran
Kompartemenisasi dan Pemisahan
Pasif
Proteksi Terhadap Bukaan

Alat Pemadam Api Ringan APAR SNI SNI


Deteksi dan Alarm Kebakaran TERKAIT
Terkait
Sistem Proteksi Proteksi Kebakaran Hidran Bangunan
Kebakaran BG Aktif Sprinkler Otomatik
Sistem Pemadam Khusus
Sistem Pengendalian Asap
Lif Kebakaran

Manajemen Rencana Pengamanan Kebakaran


Pengamanan Rencana Tindak Darurat
Kebakaran MPK Kebakaran
STANDAR TEKNIS KESELAMATAN KEBAKARAN

Pada Permen PU 26/PRT/M/2008 tersebut diatur ketentuan meliputi :


• ketentuan umum;
• akses dan pasokan air untuk pemadaman kebakaran;
• sarana penyelamatan;
• sistem proteksi kebakaran pasif;
• sistem proteksi kebakaran aktif;
• utilitas bangunan gedung;
• pencegahan kebakaran pada bangunan gedung;
• pengelolaan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung; dan
• pengawasan dan pengendalian
STANDAR TEKNIS KESELAMATAN KEBAKARAN

Persyaratan Dasar Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung (NFPA Life Safety Code):
1. Menyediakan keselamatan yang memadai dengan tidak bergantung pada perlindungan tunggal apa pun.
2. Menyediakan tingkat keselamatan jiwa yang tepat dengan mempertimbangkan ukuran, bentuk, dan sifat hunian.
3. Menyediakan susunan cadangan atau redundansi jalan keluar.
4. Menjamin jalur jalan keluar bersih, tidak terhalang, dan tidak terkunci.
5. Menjamin jalur eksit dan jalan keluar ditandai dengan jelas untuk menghindari kebingungan dan memberikan tanda
yang diperlukan untuk penggunaan yang efektif.
6. Menyediakan pencahayaan yang memadai.
7. Menjamin respons penghuni yang cepat dengan menyediakan peringatan dini kebakaran.
8. Menjamin bahwa sistem yang diperlukan memfasilitasi dan meningkatkan kesadaran terhadap situasi.
9. Menjamin pelindung yang sesuai untuk bukaan vertikal.
10. Menjamin kepatuhan terhadap standar instalasi yang berlaku.
11. Mempertahankan semua fitur yang diperlukan berfungsi dalam urutan kerja yang benar.
STANDAR TEKNIS KESELAMATAN KEBAKARAN

TRIANGLES OF FIRE

HEAT HUMAN
LIVES

FUEL OXYGEN PROPERTY ENVIRONMENT


Triangle of fire F.S.M Fire Protection
Triangle

ACTIVE PASSIVE
system system
Firesafety Triangle
STANDAR TEKNIS KESELAMATAN KEBAKARAN

LINGKUP KESELAMATAN KEBAKARAN BANGUNAN GEDUNG


SISTEM
PROTEKSI PASIF
ACUAN NORMATIF
a. UU No. 28 Tahun 2006 tentang Bangunan Gedung
b. PP No. 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksana UU No. 28 Tahun 2006 tentang Bangunan Gedung
c. Permen PU No. 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
d. SNI 03-1735-2000 tentang Tata cara perencanaan akses bangunan dan akses lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada
bangunan gedung
e. SNI 03-1736-2000 tentang Tata cara perencanaan sistem proteksi pasif untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah
dan gedung
f. SIN 03-1746-200 Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada
bangunan gedung.
g. SNI 03-6462-2000 tentang Tata cara pemasangan damper kebakaran
h. SNI 03-6574-2001 tentang Tata Cara Perancangan Pencahayaan Darurat, Tanda arah dan Sistem Peringatan Bahaya pada Bangunan
Gedung
SISTEM
PROTEKSI PASIF

Perencanaan Sistem Proteksi Sarana Jalan


Tapak Pasif Bangunan Keluar
SISTEM PROTEKSI PASIF
A. PERENCANAAN TAPAK

1. Akses Bangunan dan Lingkungan


2. Hidran Halaman
3. Tandon Air

Perencanaan tapak bangunan terkait akses dan pasokan air kebakaran. Perencanaan tapak
adalah perencanaan yang mengatur tapak (site) bangunan, meliputi tata letak dan orientasi
bangunan, jarak antar bangunan, penempatan hidran halaman, penyediaan ruang-ruang
terbuka dan sebagainya dalam rangka mencegah dan meminimasi bahaya kebakaran
SISTEM PROTEKSI PASIF
A. PERENCANAAN TAPAK

Permen PU 26/2008 mensyaratkan


1. dalam lingkungan bangunan harus ada jalan lingkungan dan jarak antar
bangunan yang memungkinkan dilangsungkannya operasi pemadaman kebakaran
bantuan dari luar bangunan (misal dari institusi pemadam kebakaran atau mobil
pemadam perusahaan)
2. adanya akses petugas pemadam kebakaran ke lingkungan bangunan, mencakup
adanya akses kendaraan pemadam kebakaran, akses ke bangunan gedung
(adanya sambungan Siamesse, akses ke gedung dan jalan akses pemadaman,
hidran halaman, pasokan air yang mencukupi.
3. adanya akses petugas pemadam kebakaran ke bangunan gedung sehingga dapat
beroperasi memadamkan kebakran dengan aman di dalam bangunan
SISTEM PROTEKSI PASIF
A. PERENCANAAN TAPAK

AKSES LINGKUNGAN

• Dalam 17 menit, sebuah kebakaran ruangan dapat mencapai terbakar penuh (fully developed) dengan
potensi penyebaran kebakaran ke seluruh bangunan menjadi sangat besar.
• Berarti: Bangunan gedung A harus mampu mandiri memadamkan kebakaran dalam tahap awal, baik
dengan sarana tabung APAR, sprinkler, maupun hidran.
SISTEM PROTEKSI PASIF
A. PERENCANAAN TAPAK
AKSES LINGKUNGAN
SISTEM PROTEKSI PASIF
A. PERENCANAAN TAPAK

HIDRAN HALAMAN

Tiap bagian dari jalur untuk akses


mobil pemadam di lahan bangunan
gedung harus dalam jarak bebas
hambatan 50m dari hidran kota. Bila
hidran kota tidak tersedia, maka harus
disediakan hidran halaman (lihat
gambar 2,3.5.2)

KUTIPAN PERMEN PUR 26/2008


SISTEM PROTEKSI PASIF
A. PERENCANAAN TAPAK

HIDRAN HALAMAN
SISTEM PROTEKSI PASIF
A. PERENCANAAN TAPAK

HIDRAN HALAMAN

1. Perlu diperhatikan aksesibilitas saat darurat


kebakaran, dengan menjaga jalur akses dan
penandaan serta pencatatan kondisi tandon (log
book).
2. Sumber, kapasitas, debit
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN

1. Ketahanan Api dan Stabilitas


2. Kompartemenisasi
3. Proteksi Bukaan

Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang


terbentuk atau terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan
komponen struktur bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan
berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api, serta perlindungan terhadap
bukaan.
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN
Terkait sistem proteksi pasif ini Permen 26/2006 telah mengatur mengenai:
• Jenis konstruksi
• Pasangan konstruksi tahan api
• Pintu dan jendela tahan api
• Bahan pelapis interior
• Kelengkapan, perabot, dekorasi, dan bahan pelapis yang diberi perlakuan (agar
memenuhi persyaratan keselamatan jiwa)
• Penghalang api (termasuk ketentuan proteksi pada bukaan)
• Partisi penghalang asap (termasuk ketentuan proteksi pada bukaan).
• Penghalang asap (termasuk ketentuan proteksi pada bukaan).
• Atrium.
Mohon dirujuk Permen 26/2006 dalam menilai bangunan dengan modul SLF untuk sistem
pasif.
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN

Tipe-tipe konstruksi
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN
Kurva Uji Ketahanan Api
ASTM E911

ISO 834
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN

Pada saat inspeksi perlu memperhatikan:


• Zona risiko terkait fungsi bangunan
• Pengaruh ketinggian terhadap risiko hunian
• Fungsi lain misal hunian kantor dan ruko.
• Fungsi utilitas dan ruang parkir
• Apakah terpisah atau dapat dikelompokkan menjadi satu
karena lokasi yang berdekatan, misal pada basemen, dsb.
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN

ILUSTRASI
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN
ATRIUM

KUTIPAN PERMEN PUR 26/2008


SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN
ATRIUM

KUTIPAN PERMEN PUR 26/2008


SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN

Bagaimana jika bangunan


kompleks/tidak standar?

Memenuhi fire safety kah bangunan beratrium ini?

Jawaban membutuhkan analisis berbasis kinerja


dengan dukungan pemodelan dan simulasi kebakaran
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN
KESELAMATAN KEBAKARAN BERBASIS KINERJA
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN
KESELAMATAN KEBAKARAN BERBASIS KINERJA
RSET vs ASET
Filosofi desain proteksi
kebakaran berbasis kinerja
Bentuk dan bahan boleh
seindah-indahnya (non
konvensional) tapi dengan
simulasi harus terbuktikan
bahwa keselamatan dipenuhi

Perhitungan dan Simulasi Kebakaran dan Api


di Balai Sains Bangunan
SISTEM PROTEKSI PASIF
B. SISTEM PROTEKSI PASIF BANGUNAN
KESELAMATAN KEBAKARAN BERBASIS KINERJA FIRE SIMULATION

ASET
Available Safe Egress Time
> RSET
Required Safe Egress Time

Fire Simulation Evacuation Simulation


EVACUATION SIMULATION
SISTEM PROTEKSI PASIF
C. SARANA JALAN KELUAR

1. Akses Eksit
2. Eksit
3. Pelepasan Eksit

Harus MENCUKUPI dan ANDAL


SISTEM PROTEKSI PASIF
C. SARANA JALAN KELUAR
SISTEM PROTEKSI PASIF
C. SARANA JALAN KELUAR
Pengertian dan Komponen Sarana Penyelamatan

• Sarana penyelamatan adalah sarana yang dipersiapkan untuk dipergunakan


oleh penghuni maupun petugas pemadam kebakaran dalam upaya
penyelamatan jiwa manusia maupun harta benda bila terjadi kebakaran pada
suatu bangunan gedung dan lingkungan
• Sarana penyelamatan menurut Permen PU 26/PRT/M/2008 yang mengacu
NFPA 101 Life Safety Code, mencakup eksit, akses eksit koridor, keandalan
sarana jalan keluar, pintu, ruang terlindung dan proteksi tangga, jalan
terusan eksit, kapasitas, jumlah, susunan, eksit pelepasan, iluminasi,
pencahayaan darurat, penandaan, dan sarana penyelamatan sekunder
SISTEM PROTEKSI PASIF
C. SARANA JALAN KELUAR
SNI 03-1748-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya
kebakaran pada bangunan gedung disusun merujuk ch 5 Means of Egress dari NFPA 101 edisi 1996.

Means of egress dalam NFPA diartikan sebagai sarana jalan keluar dalam NFPA terdiri atas exit access (akses eksit), exit
(eksit), exit discharge (pelepasan eksit, SNI 03-1748-2000 mencoba mengartikannya sebagai eksit pelepasan). Melihat
definisi asal dari NFPA tentang kekhasan konstruksi suatu eksit, maka seharusnya istilah eksit pelepasan dalam SNI
diganti menjadi pelepasan eksit.

[D. P. Nolan P.E., PhD, Encyclopedia of Fire Protection, edisi 2, [Ron Cote P.E., dkk., Life Safety Code
Thomson-Delmar Learning, 2006] Handbook, edisi 12, NFPA, 2011]
SISTEM PROTEKSI PASIF
C. SARANA JALAN KELUAR
Permen PU No. 26/PRT/M/2008 Persyaratan Teknis Sistem
Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan menggunakan istilah baru sarana
penyelamatan dengan isi ketentuan adalah butir-butir
sarana jalan keluar sesuai SNI 03-1748-2000 dengan
melengkapi kekurangan yang ada merujuk Ch. 5 Means of
egress. Istilah yang digunakan tetap istilah sarana jalan
keluar (nama judul adalah sarana penyelamatan
sedangkan uraian dibawahnya adalah uraian dan istilah
sarana jalan ke luar mengutip SNI tetapi dengan tidak
menyertakan definisi sarana jalan keluar), sehingga
keutuhan pengertian hilang.
SISTEM PROTEKSI PASIF
C. SARANA JALAN KELUAR
SISTEM PROTEKSI PASIF
C. SARANA JALAN KELUAR
SISTEM PROTEKSI PASIF
C. SARANA JALAN KELUAR
SISTEM PROTEKSI AKTIF
ACUAN NORMATIF
a. UU No. 28 Tahun 2006 tentang Bangunan Gedung
b. PP No. 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksana UU No. 28 Tahun 2006 tentang Bangunan Gedung
c. Permen PU No. 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
d. SNI 03-6570-2001 Instalasi Pompa Yang Dipasang Tetap Untuk Proteksi Kebakaran (acuan NFPA 20, 1999).
e. SNI 03-1745-2000 Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada
Bangunan Gedung (acuan NFPA 14, 1996)
f. SNI 03-3989- 2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem springkler otomatik untuk pencegahan bahaya kebakaran pada
bangunan gedung.
g. SNI 03-3985-2000 Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan
bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
h. SNI 03-3987-1995 Tata cara perencanaan dan pemasangan alat pemadam api ringan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada
bangunan rumah dan gedung
i. SNI 03-7018-2004 Sistem pasokan daya listrik darurat dan siaga
j. SNI 03-6571-2001 Sistem pengendalian asap kebakaran pada bangunan gedung
SISTEM PROTEKSI AKTIF

Sistem Deteksi Sistem Springkler Sistem Pipa Tegak Sistem Persediaan


dan Alarm Otomatik dan Slang Kebakaran Air Kebakaran

Sistem Pompa Alat Pemadam Sistem Pemadaman Sistem Presurisasi/ Sistem Daya
Kebakaran Api Portable Khusus Pengendalian Asap Darurat
SISTEM PROTEKSI AKTIF
A. SISTEM DETEKSI DAN ALARM

Lingkup Pemeriksaan:
• Pemeriksaan Dokumen: spesifikasi teknis terkait sistem
deteksi dan alarm: misal data uji komisioning dan
persetujuan DISKAR, data log book operasional dan
pemeliharaan.
• Pemeriksaan Visual: kondisi visual terkait sistem deteksi dan
alarm. Apakah sistem sepenuhnya terpasang baik.
• Pengukuran Lapangan: kondisi lapangan terkait sistem
deteksi dan alarm. Pengecekan kondisi eksisting,
pengamatan kerusakan.
SISTEM PROTEKSI AKTIF
A. SISTEM DETEKSI DAN ALARM
SISTEM PROTEKSI AKTIF
A. SISTEM DETEKSI DAN ALARM
SISTEM PROTEKSI AKTIF
A. SISTEM DETEKSI DAN ALARM

JENIS DETECTOR
SISTEM PROTEKSI AKTIF
A. SISTEM DETEKSI DAN ALARM
SISTEM PROTEKSI AKTIF
A. SISTEM DETEKSI DAN ALARM
SISTEM PROTEKSI AKTIF
B. SISTEM SPRINGKLER OTOMATIK
Lingkup Pemeriksaan:
• Pemeriksaan Dokumen: spesifikasi teknis terkait sistem springkler otomatik:
misal data uji komisioning dan persetujuan DISKAR, data log book operasional
dan pemeliharaan. Apakah bangunan terproteksi seluruhnya oleh springkler?
Ataukah terdapat titik titik tertentu ada unit hunian yang tidak terproteksi
sehingga memerlukan perhatian khusus? Adakah logbook terkait operasional
dan pemeliharaan sistem springkler dan menjaga ketersediaan kebutuhan
cadangan kepala springkler.
• Pemeriksaan Visual: kondisi visual terkait sistem springkler otomatik. Apakah
sistem sepenuhnya terpasang baik. Apakah head springkler pada posisi masih
ditutup?
• Pengukuran Lapangan: kondisi lapangan terkait sistem springkler otomatik.
Pengecekan kondisi eksisting, pengamatan kerusakan.
SISTEM PROTEKSI AKTIF
B. SISTEM SPRINGKLER OTOMATIK
SISTEM PROTEKSI AKTIF
B. SISTEM SPRINGKLER OTOMATIK
SISTEM PROTEKSI AKTIF
B. SISTEM SPRINGKLER OTOMATIK

1. Sistem bahaya kebakaran ringan


Kepadatan pancaran 2.25 mm/menit, daerah kerja maksimum 84 m2, adapun jenis hunian kebakaran ringan antara
lain seperti bangunan perkantoran, perumahan, pendidikan, perhotelan, rumah sakit dan lain-lain.

2. Sistem bahaya kebakaran sedang


Kepadatan pancaran 5 mm/menit, daerah kerja maksimum 72 – 360 m2, seperti : pabrik susu, elektronika,
pengalengan, tekstil, rokok, keremik, pengolahan logam, bengkel mobil dan lain-lain.

3. Sistem bahaya kebakaran berat


Kepadatan pancaran 7.5 – 12.5 mm/menit, daerah kerja maksimum 260 m2, sedangkan bahaya pada gudang
penimbunan tinggi kepadatan yang direncanakan 7.5 – 30 mm/menit. Daerah kerja maksimum yang diperkirakan 260
– 300 m2 dengan kepadatan pancaran yang direncanakan untuk bahaya pada gedung penimbunan tinggi tergantung
pada sifat bahaya barang yang disimpan, adapun yang termasuk jenis hunian kebakaran ini adalah industri berat
seperti : pabrik kimia, korek api, bahan peledak, karet busa, kilang minyak, dan lain-lain.
SISTEM PROTEKSI AKTIF
B. SISTEM SPRINGKLER OTOMATIK

Contoh kasus yang sering muncul:


Proteksi springkler pada ruang basmen parkir di samakan dengan
proteksi unit hunian padahal beban api yang berbeda. Perlu dilakukan
retrofit penambahan pipa untuk menaikkan head springkler yang saat
ini mencapai sekitar 700-800 mm dari langit-langit menjadi hanya 300
mm dari langit-langit. Perbedaan jarak dapat membentuk suatu delay
waktu respons dari sistem springkler yang signifikan dikaitkan
pertumbuhan bahaya.
SISTEM PROTEKSI AKTIF
C. PIPA TEGAK DAN SLANG KEBAKARAN

Lingkup Pemeriksaan:
• Pemeriksaan Dokumen: spesifikasi teknis terkait sistem pipa tegak
dan slang kebakaran: misal data uji komisioning dan persetujuan
DISKAR, data log book operasional dan pemeliharaan.
• Pemeriksaan Visual: kondisi visual terkait sistem pipa tegak dan
slang kebakaran. Apakah sistem sepenuhnya terpasang baik.
• Pengukuran Lapangan: kondisi lapangan terkait pipa tegak dan
slang kebakaran. Pengecekan kondisi eksisting, pengamatan
kerusakan.
SISTEM PROTEKSI AKTIF
C. PIPA TEGAK DAN SLANG KEBAKARAN
SISTEM PROTEKSI AKTIF
C. PIPA TEGAK DAN SLANG KEBAKARAN

SISTEM ZONA TUNGGAL SISTEM DUA ZONA TIPIKAL


SISTEM PROTEKSI AKTIF
C. PIPA TEGAK DAN SLANG KEBAKARAN

PENGUJIAN HIDRAN KEBAKARAN GEDUNG


Menurut PerMen PU NO. 24 dan 26/PRT/M/2008 dan SNI 03-1745-2000 :
SISTEM PROTEKSI AKTIF
C. PIPA TEGAK DAN SLANG KEBAKARAN
PENGUJIAN HIDRAN KEBAKARAN GEDUNG
Menurut PerMen PU NO. 24 dan 26/PRT/M/2008 dan SNI 03-1745-2000 :

Tes slang, nozel dan rak slang:


q Dari NFPA 25 di-acu lagi ke NFPA 1962

Tes pressure regulating devices:


q Acuan NFPA 25: full flow test setiap 5 tahun, dan partial flow test setiap tahun

Tes aliran:
q Pada titik hidran terjauh secara hidrolik, ukur tekanan dan debit untuk verifikasi bahwa pasokan air
masih menyediakan tekanan rancangan pada debit yang dipersyaratkan

Tes hidrostatik:
q Hanya untuk hidran jenis pipa kering
q Untuk jenis pipa basah, kalau ada perbaikan atau penambahan pada sistem
SISTEM PROTEKSI AKTIF
D. SISTEM PERSEDIAAN AIR KEBAKARAN

Lingkup Pemeriksaan:
• Pemeriksaan Dokumen: spesifikasi teknis terkait sistem
persediaan air kebakaran: misal data uji komisioning dan
persetujuan DISKAR, data log book operasional dan pemeliharaan.
Catat volume dan prediksi waktu layanan kebakaran
• Pemeriksaan Visual: kondisi visual terkait sistem persediaan air
kebakaran. Apakah sistem sepenuhnya terpasang baik.
• Pengukuran Lapangan: kondisi lapangan terkait sistem persediaan
air kebakaran. Pengecekan kondisi eksisting, pengamatan
kerusakan.
SISTEM PROTEKSI AKTIF
D. SISTEM PERSEDIAAN AIR KEBAKARAN
SISTEM PROTEKSI AKTIF
D. SISTEM PERSEDIAAN AIR KEBAKARAN

PERHITUNGAN VOLUME

Contoh perhitungan volume dan prediksi waktu layanan kebakaran. Misal volume
reservoar total 1200 m3 dengan persediaan untuk pemadam kebakaran 600 m3. Berarti
persediaan untuk kebakaran adalah 600.000 liter atau (di kali 0,264) setara dengan
158.503 galon. Volume ini setara dengan cadangan untuk operasi pemadaman kebakaran
sekitar 79 menit untuk 500 gpm. Dengan demikian cukup memenuhi ketentuan kebutuhan
minimum 45 menit.
SISTEM PROTEKSI AKTIF
E. SISTEM POMPA PEMADAM KEBAKARAN

Lingkup Pemeriksaan:
• Pemeriksaan Dokumen: spesifikasi teknis terkait sistem pompa kebakaran: misal data
uji komisioning dan persetujuan DISKAR, data log book operasional dan pemeliharaan.
Benarkah yang terpasang pompa kebakaran? Periksa spesifikasi teknis termasuk kurva
pompa. Sudahkan teruji komisioning oleh DISKAR?
• Pemeriksaan Visual: kondisi visual terkait sistem pompa kebakaran. Apakah sistem
sepenuhnya terpasang baik. Apakah sistem kondisi ON atau OFF?
• Pengukuran Lapangan: kondisi lapangan terkait sistem pompa kebakaran. Pengecekan
kondisi eksisting, pengamatan kerusakan. Ukur aksesibilitas dan dimensi ruang pompa
dan perhatikan apakah memungkinkan sistem pemipaan memenuhi ketentuan untuk
pengukuran. Persoalan adalah pada keberfungsian.
SISTEM PROTEKSI AKTIF
E. SISTEM POMPA PEMADAM KEBAKARAN

Periksa selama inspeksi


gedung posisi pompa
utama dan pompa
diesel terlihat OFF, atau
AUTO.
SISTEM PROTEKSI AKTIF
E. SISTEM POMPA PEMADAM KEBAKARAN
SISTEM PROTEKSI AKTIF
E. SISTEM POMPA PEMADAM KEBAKARAN

PENGUJIAN POMPA KEBAKARAN


Menurut PerMen PU NO. 24 & 26/PRT/M/2008 dan SNI 03-6570-2001

75
SISTEM PROTEKSI AKTIF
E. SISTEM POMPA PEMADAM KEBAKARAN

KECUKUPAN KEBUTUHAN FEAD TEKANAN POMPA

Tekanan terukur dalam sejumlah satuan kg/cm2, kPa dan inHg.


Konversi:
1 bar = 1 kg/cm2. (asumsi dari nilai lebih eksaknya adalah 1 bar = 1,0197162
kg/cm2).
Asumsi penurunan tekanan yang dijinkan IFSA (International Fie Service Training
Association) sekitar 0,095 bar tiap meter ketinggian.

Contoh perhitungan:
Kebutuhan tekanan untuk seluruh ketinggian bangunan gedung yang terdiri 12 lantai setinggi 46,1 m
dan elevasi antara ruang pompa dengan lantai dasar gedung sekitar 5 m yang berarti memiliki sekitar
kebutuhan head tekanan total sekitar 52 m adalah total dibutuhkan tekanan 4,94 bar atau 4,94
kg/cm2.

76
SISTEM PROTEKSI AKTIF
E. SISTEM POMPA PEMADAM KEBAKARAN

Komposisi Sistem Pompa, Catu Daya, dan Pemipaan

Contoh :
 Pompa jockey (dalam kg/cm2) standby 9, start 8, stop 10.
 Pompa utama (dalam kg/cm2) standby 9 start 6, stop manual.
 Pompa diesel (dalam kg/cm2) standby 9 start 4, stop manual.

Data Jockey Pump Pompa Utama Pompa Cadangan


Grundfos/
Merk/ Type Patterson/ sentrifugal Patterson
sentrifugal
Kapasitas 400 gpm 1.250 gpm 1.250 gpm
Total Head 65 m 110 m 110 m
Penggerak Listrik Listrik Listrik
Total Daya 12 Kw/ 380 V 1.250 Kw 1.250 Kw
Putaran 2.900 rpm 2.950 rpm 2.950 rpm
SISTEM PROTEKSI AKTIF
F. ALAT PEMADAM API PORTABEL

Lingkup Pemeriksaan:
• Pemeriksaan Dokumen: spesifikasi teknis terkait alat pemadam api portabel, data uji
komisioning dan persetujuan DISKAR, data log book operasional dan pemeliharaan.
Apakah ada catatan prosedur dan manual operasi penggunaan dan pemeliharaan
APAR. Jika belum perlu pembuatan logbook.
• Pemeriksaan Visual: kondisi visual terkait alat pemadam api portabel. Apakah sistem
sepenuhnya terpasang baik. Periksa jenis dan jumlah APAR sesuai dengan kelas
bahaya dan tingkat bahaya kebakaran hunian. Periksa kondisi tekanan dan masa
kedaluwarsa APAR.
• Pengukuran Lapangan: kondisi lapangan terkait alat pemadam api portabel.
Pengecekan kondisi eksisting, pengamatan kerusakan.
SISTEM PROTEKSI AKTIF
F. ALAT PEMADAM API PORTABEL

• Alat pemadam yang dapat dilayani oleh satu orang, yang beratnya maksimal 16 kg yang
dipergunakan pada awal terjadinya kebakaran (Permenaker No 04/MEN/1980).
• Persyaratan : Harus siap dipakai pada waktunya,Mudah dilihat dan diambil, Kondisi Baik, dan
Semua orang harus bisa menggunakannya tanpa membahayakan dirinya.
SISTEM PROTEKSI AKTIF
F. ALAT PEMADAM API PORTABEL
JENIS MEDIA PEMADAM KEBAKARAN DAN APLIKASINYA

Jenis media pemadam


Jenis kebakaran Tipe basah Tipe kering
Clean
Air Busa Powder Agent
Bahan spt (kayu, kertas, kain dsb. VVV V VV V*)
Klas A
Bahan berharga XX XX VV**) VVV
Bahan cair XXX VVV VV V*)
Klas B
Bahan gas X X VV V *)

Klas C Panel listrik, XXX XXX VV VVV

Klas D Kalium, litium, magnesium XXX XXX Khusus XXX

Keterangan :
VVV : Sangat efektif X : Tidak tepat
VV : Dapat digunakan XX : Merusak
V : Kurang tepat / tidak dianjurkan XXX : Berbahaya
*) : Tidak efisien **) : Kotor / korosif
SISTEM PROTEKSI AKTIF
G. SISTEM PEMADAMAN KHUSUS

• Pemeriksaan Dokumen: spesifikasi teknis terkait sistem pemadam khusus.


Periksa adakah ruangan yang memerlukan sistem pemadaman khusus
(misal ruang server, ruang dapur, dsb). Periksa kesesuaian antara bahan
pemadam yang disediakan dengan jenis bahaya yang ada. Apakah bahan
yang dipergunakan termasuk clean agent material (NFPA 2001 edisi
terbaru).
• Pemeriksaan Visual: kondisi visual terkait sistem pemadam khusus.
• Pengukuran Lapangan: kondisi lapangan terkait sistem pemadam khusus.
SISTEM PROTEKSI AKTIF
G. SISTEM PEMADAMAN KHUSUS
SISTEM PROTEKSI AKTIF
G. SISTEM PEMADAMAN KHUSUS
SISTEM PROTEKSI AKTIF
H. SISTEM PRESURISASI TANGGA/PENGENDALIAN ASAP

• Pemeriksaan Dokumen: spesifikasi teknis terkait sistem presurisasi


tangga/pengendalian asap. Periksa jenis sistem pengendalian asap yang
ada. Apakah presurisasi, alami, pengendalian atrium. Apakah kelengkapan
sistem memenuhi. Apakah ada log book?
• Pemeriksaan Visual: kondisi visual terkait sistem presurisasi
tangga/pengendalian asap.
• Pengukuran Lapangan: kondisi lapangan terkait sistem presurisasi
tangga/pengendalian asap. Uji kinerja: tekanan, aliran, tingkat bising.
SISTEM PROTEKSI AKTIF
H. SISTEM PRESURISASI TANGGA/PENGENDALIAN ASAP
SISTEM PROTEKSI AKTIF
H. SISTEM PRESURISASI TANGGA/PENGENDALIAN ASAP
SISTEM PROTEKSI AKTIF
H. SISTEM PRESURISASI TANGGA/PENGENDALIAN ASAP

KETENTUAN SISTEM PRESURISASI TANGGA

Ketentuan minimum yang dipersyaratkan standar adalah bahwa:


Tekanan minimum di dalam sumur tangga harus lebih tinggi 20 Pa dan
maksimum 30 atau 40 Pa. Pintu tangga harus sudah bisa membuka dan
menutup seluruhnya (kondisi saat pengukuran masih belum terpasang benar
seluruhnya), gaya membuka pintu maksimum 110 N (menurut AS/NZS) atau
130 N menurut SNI yang mengacu NFPA, yang berarti gaya terukur dalam kg
maksimum 11,2 kg atau 13,25 kg.
Hal lain yang diukur adalah kondisi dinamika tekanan saat membuka dan
menutup pintu, kecepatan aliran udara pada pintu, dan bising maksimum
dengan ketentuan saat seluruh pintu eksit ditutup tekanan maksimum di
tangga eksit 80 dBA, dan 65 dBA di ruang hunian.
SISTEM PROTEKSI AKTIF
H. SISTEM PRESURISASI TANGGA/PENGENDALIAN ASAP
SISTEM PROTEKSI AKTIF
I. SISTEM DAYA DARURAT

• Pemeriksaan Dokumen: spesifikasi teknis terkait


sistem daya darurat. Periksa kelas bangunan,
ketersediaan genset, kelas genset, kapasitas,
spesifikasi ruang genset, ketersediaan ventilasi,
sistem proteksi?
• Pemeriksaan Visual: kondisi visual terkait sistem
daya darurat.
• Pengukuran Lapangan: kondisi lapangan terkait
sistem daya darurat.
MANAJEMEN
KESELAMATAN KEBAKARAN

ACUAN NORMATIF
a. UU No. 28 Tahun 2006 tentang Bangunan Gedung
b. PP No. 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksana UU No. 28 Tahun 2006 tentang Bangunan Gedung
c. Permen PU No. 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
d. Permen PU 20/PRT/M/2009 tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan
MANAJEMEN KESELAMATAN KEBAKARAN

CAKUPAN YANG DIPERIKSA

Adanya organisasi penanggulangan kebakaran. Pada prinsipnya organisasi ini


perlu dibentuk dan dapat diterapkan pada sistem dan personil yang sudah ada
pada bangunan gedung tersebut

Adanya rencana pengamanan kebakaran (fire safety plan) yang mecakup rencana
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran, rencana tindak darurat kebakaran,
rencana ketatagrahaan (house keeping). Adanya dokumen rencana tindak
darurat kebakaran (fire emergency plan).

Adanya dokumentasi implementasi manajemen proteksi kebakaran yang


mencakup pelatihan personil, fire drill, sosialisasi, dan audit kebakaran.
91
MANAJEMEN KESELAMATAN KEBAKARAN
BEBAN API
Hasil Sementara:
Kategori beban api per m2 unit hunian:
1. Sampai 20 kg ekivalen kayu
2. Lebih dari 20 sampai 30 kg ekivalen
kayu
3. Lebih dari 30 sampai 40 kg ekivalen
kayu
4. Lebih dari 40 kg ekivalen kayu

Catatan:
• Beban api hingga 49 kg ekivalen kayu
standar ketahanan api 1 jam.
• Beban api hingga 73 kg ekivalen kayu,
standar ketahanan api 1,5 jam.
MANAJEMEN KESELAMATAN KEBAKARAN

• PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG.


Kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,
serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran.

• PEMANFAATAN BANGUNAN
Kegiatan memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan,
termasuk kegiatan pemeliharaan, perawatan dan pemeriksaan secara berkala

• PEMELIHARAAN
Kegiatan menjaga keandalan bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar selalu
laik fungsi.

• PERAWATAN
Kegiatan memperbaiki dan atau mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan
bangunan, dan atau prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap laik fungsi.
MANAJEMEN KESELAMATAN KEBAKARAN
BUILDING MAINTENANCE
DALAM TAHAP PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG

SLF-n
PENDATAAN / PENDAFTARAN TIDAK

YA PERUBAHAN
FUNGSI/BENTUK

YA/
YA LULUS
SLF-1

LAPORAN TIDAK TIDAK


KAJIAN RTB
IMB PEMERIKSAAN
TEKNIS
BERKALA

PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMELIHARAAN PERAWATAN PEMERIKSAAN


BERKALA
PEMBONGKARAN

PEMBANGUNAN PEMANFAATAN

TIDAK KAJIAN
IDENTIFIKASI

YA

PELESTARIAN

PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG

PENYEDIA JASA
MANAJEMEN KESELAMATAN KEBAKARAN

KETERKAITAN PENYELENGGARAAN BANGUNAN


PRA KONSTRUKSI KONSTRUKSI PASCA KONSTRUKSI

KEGIATAN UTAMA: KEGIATAN UATAMA: KEGIATAN UTAMA:

- PERENCANAAN - PELAKSANAAN - PEMELIHARAAN


- PERANCANGAN - PENGAWASAN - PERAWATAN
- PEMERIKSAAN BERKALA

PRODUKYANG DIHASILKAN: PRODUK YANG DIHASILKAN: PRODUK YANG DIHASILKAN:


- GAMBAR PELAKSANAAN
- GAMBAR RENCANA - TATA CARA PENGAWASAN - MANUAL PEMELIHARAAN
- DOKUMEN KONTRAK: - TATA CARA KENDALI MUTU - MANUAL PERAWATAN
* PERSYARATAN TEKNIS - AS BUILT DRAWINGS - MANUAL PENGOPERASIAN
* JADWAL KERJA - TECHNICAL AUDIT - MANUAL PEMERIKSAAN
* RANCANGAN BIAYA - DRAFT MAINTENANCE

IJIN PELAKSANAAN/
IJIN MENDIRIKAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI
BANGUNAN

KEGAGALAN KEGAGALAN KEGAGALAN


RENCANA/RANCANGAN KONSTRUKSI BANGUNAN
MANAJEMEN KESELAMATAN KEBAKARAN

LINGKUP PEMELIHARAAN DAN


Arsitektur
PERAWATAN
Struktur

Rehabilitasi
Mekanikal

PEMELIHARAAN PERAWATAN Renovasi


Elektrikal
Restorasi
Tata Ruang Luar

Tata Grha

Pemeriksaan Berkala
Permen PU 16/PRT/M/2010
MANAJEMEN KESELAMATAN KEBAKARAN
BULDING OPERATION & MAINTENANCE

Permen PU no. 24/2008


- KOMPONEN ARSITEKTURAL
- KOMPONEN STRUKTURAL
- KOMPONEN MEKANIKAL
PEMELIHARAAN/ - KOMPONEN ELEKTRIKAL
PERAWATAN - KOMPONEN TATA RUANG LUAR
- TATA GRHA
(BUILDING MAINTENANCE)

Permen PU no. 16/2010

PENGOPERASIAN PEMERIKSAAN BERKALA PERMEN PU 25/PRT/M/2007


(BUILDING OPERATION) (PERIODICAL SERTIFIKAT LAIK FUNGSI
INSPECTION) (SLF)

- PERSYARATAN KESELAMATAN
- PERSYARATAN KESEHATAN
- PERSYARATAN KENYAMANAN
- PERSYARATAN KEMUDAHAN
STUDI TERKAIT

Buku Referensi

https://ciptakarya.pu.go.id/satu
pintu/balaisains/download/Buk
u_Keselamatan_Kebakaran_Rus
un_jan2021.pdf
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai