Anda di halaman 1dari 28

PERATURAN

KESELAMATAN
KEBAKARAN
1. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang
“Bangunan Gedung”

2. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005


tentang “Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun
2002 Tentang Bangunan Gedung”
4. Permen PU Nomor 26 /PRT/M/2008
tentang “Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran
Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan “.

5. Permen PU Nomor 20/PRT/M/2009


tentang “Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan
Kebakaran di Perkotaan”.

6. Perda Nomor 8 Tahun 2008 tentang


‘’Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran’’.
Pasal 17
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002

“Persyaratan keselamatan bangunan gedung


meliputi persyaratan kemampuan bangunan
gedung untuk mendukung beban muatan, serta
kemampuan bangunan gedung dalam mencegah
dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya
petir”
Permen PU Nomor 26/KPTS/2008
Tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan

1. Peraturan Menteri ini dimaksudkan untuk menjadi acuan bagi


penyelenggara bangunan gedung dalam mewujudkan
penyelenggaraan bangunan gedung yang aman terhadap bahaya
kebakaran.

2. Peraturan Menteri ini bertujuan untuk terselenggaranya fungsi


bangunan gedung dan lingkungan yang aman bagi manusia, harta
benda, khususnya dari bahaya kebakaran, sehingga tidak
mengakibatkan terjadinya gangguan kesejahteraan sosial.

3. Lingkup peraturan menteri ini meliputi sistem proteksi kebakaran


pada bangunan gedung dan lingkungannya mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan pembangunan sampai pada tahap
pemanfaatan, sehingga bangunan gedung senantiasa andal dan
berkualitas sesuai dengan fungsinya.
• Perda DKI No. 8 Tahun 2008 tentang: “pencegahan
dan penanggulangan bahaya kebakaran”

• Perda DKI No. 7 tahun 2010 tentang: “Bangunan


gedung”
 Pergub DKI No. 92 Tahun 2014 tentang:
“Persyaratan teknis dan tata cara pemasangan sistem pipa tegak
Dan slang kebakaran serta hidran halaman”

 Pergub No. 200 Tahun 2015 tentang: ” Akses Pemadam Kebakaran”

 Pergub No. 250 Tahun 2015 tentang: “ Persyaratan teknis dan tata cara
pemasangan Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran”

 Pergub No. 143 Tahun 2016 tentang: “ MKKG dan MKKL”


Bangunan gedung wajib dilengkapi :

 Sarana penyelamatan jiwa


 Akses pemadam kebakaran
 Sistem proteksi kebakaran
 Manajemen keselamatan kebakaran
Gedung/ MKKL

Pasal 7
Sarana
Penyelamatan
Jiwa

Sarana Jalan Keluar


Pencahayaan darurat tanda jalan
Ke luar
Petunjuk arah Jalan Keluar
Komunikasi Darurat
Pengendali Asap
Tempat Berhimpun Sementara
Tempat Evakuasi
Akses
Pemadam Kebakaran

Akses mencapai bangunan


Gedung ;

Akses masuk ke dalam


bangunan gedung

Area operasional
Proteksi Kebakaran

Bahan bangunan gedung

Konstruksi bagunan gedung

Proteksi pasif
Kompartemenisasi dan pemisahan

Penutup pada bukaan

Alat Pemadam Api Ringan Pencahayaan darurat

Sistem deteksi dan Alarm kebakaran


Penunjuk arah darurat
Sistem Pipa tegak dan selang kebakaran
Serta hidran halaman Sistem pasokan daya listrik
Proteksi aktif darurat
Sistem springkler otomatis ;
Pusat penendali kebakaran
Sistem pengendali asap

Lift kebakaran Instalasi pemdam khusus


PENGENDALIAN KESELAMATAN KEBAKARAN PADA
BANGUNAN BARU, DINAS :
*Memberikan masukan pada tahap:
perencanaan dan melakukan pemeriksaan pada tahap
perancangan, pelaksanaan, dan penggunaan bangunan gedung baru
(pasal 44)

*Tahap perencanaan :
Memberikan masukan teknis kepada perangkat daerah yang tugas
pokok dan fungsinya bertanggung jawab dalam bidang ketatakotaan
mengenai akses mobil pemadam, sumber air untuk pemadaman, pos
pemadam kebakaran untuk dijadikan acuan pemberian perizinan
blok plan
(pasal 45)
PENGENDALIAN KESELAMATAN KEBAKARAN PADA BANGUNAN BARU
Pada tahap perancangan memberikan masukan kepada
perangkat daerah yang tugas pokok dan fungsinya
bertanggung jawab dalam bidang penataan dan pengawasan
bangunan melalui keanggotaannya pada Tim Ahli Bangunan
Gedung (TABG) yang meliputi hal-hal sebagai berikut
(pasal 46):
a. sarana penyelamatan
b. akses pemadam;
c. konsep proteksi pasif dan aktif;
d. konsep manajemen penyelamatan.
Pada tahap pelaksanaan pembangunan gedung baru Dinas
melaksanakan pengawasan berkala sesuai tugas pokok dan
fungsi dan/atau pengawasan bersama perangkat daerah yang
tugas pokok dan fungsinya bertanggung jawab dalam bidang
penataan dan pengawasan bangunan dan/atau Tim Ahli
Bangunan Gedung (TABG) untuk memeriksa kesesuaian
antara gambar-gambar instalasi bangunan yang merupakan
lampiran Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dengan
pelaksanaan di lapangan.
Apabila ada ketidaksesuaian antara gambar-gambar instalasi
bangunan dengan pelaksanaan pembangunan di lapangan, Dinas
memberikan peringatan kepada pemilik bangunan dan/atau
pemborong untuk menyesuaikan dengan IMB.
Pada saat bangunan gedung akan digunakan, dilakukan
pemeriksaan terhadap kinerja sistem proteksi kebakaran
terpasang, akses pemadam kebakaran dan sarana
penyelamatan jiwa.

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan memenuhi persyaratan,


Dinas memberikan persetujuan berupa surat persetujuan sebagai
dasar untuk penerbitan Sertifikat Laik Fungsi.
1) Untuk mengetahui kondisi keselamatan kebakaran pada
bangunan gedung eksisting berfungsi dengan baik, harus
dilakukan pemeriksaan secara berkala oleh pemilik,
pengguna dan/atau badan pengelola bangunan gedung
dengan menunjuk teknis pengkaji
2) Melaporkan hasil pemeriksaan kepada Dinas
3) Dinas melakukan verifikasi/pemeriksaan ulang.
4) Pemeriksaan sewaktu-waktu dapat dilakukan dengan atau
tanpa pemberitahuan.
STATUS KESELAMATAN KEBAKARAN
GEDUNG TINGGI (SKKGT) TAHUN 2013-2017
URAIAN JUMLAH

BANGUNAN GEDUNG TERPERIKSA (2013-2017)

BANGUNAN GEDUNG YANG MEMENUHI


1.A 563
PERSYARATAN

BANGUNAN GEDUNG YANG TIDAK


1.B 221
MEMENUHI PERSYARATAN

1.B.1 PENGAWASAN/PEMBINAAN 305


1.B.2 PERINGATAN (SP1) 27
1.B.3 PERINGATAN (SP2) 3
1.B.4 PERINGATAN (SP3) 2

JUMLAH BANGUNAN GEDUNG 784


PROSEDURAL PENINDAKAN
PELANGGARAN PERDA NOMOR 8 TAHUN 2008
TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

LAPORAN HASIL PELANGGARAN


PEMERIKSAAN BERKALA/ Memiliki Sistem Proteksi DENGAN
PELANGGGARAN SEWAKTU-WAKTU Kebakaran Terpasang Tetapi SANKSI
DENGAN SANKSI Tidak Memiliki Sistem SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
PIDANA
Tdk Lengkap atau Sistem ADMINISTRASI
Proteksi Kebakaran Terpasang PADA BANGUNAN GEDUNG Kinerja Tidk Berfungsi

NOMOR8/2008
PENEGAKANPERDA
PROSES OLEHTIM
KORWAS PPNS
PROSES PPNS /

PERINGATAN KE 1
Harus Melengkapi/
PERINGATAN KE 2
Memperbaiki Sistem
Dilakukan Pemasangan Papan Proteksi Kebakaran
Peringatan Pada Pintu Masuk dan Lamanya
Lobby Bangunan Gedung; dan Perbaikannya Dilihat
Perbaikan Tetap Dilaksanakan Dari Tingkat Kesulitan
SANKSI Serta Diumumkan Kepada Teknis
KURUNGAN 3 Masyarakat Melalui Media Cetak
BULAN ATAU / Elektronika
DENDA
PENGADILAN
SEBANYAK-
NEGERI
BANYAKNYA SANKSI ADMINISTRASI
Rp.50.000.000,- SECARA TERTULIS OLEH
PERINGATAN KE 3 KADIS GULKAR DAN
Menunda/Mencabut atau PENYELAMATAN
Tidak Mengeluarkan PROV DKI JAKARTA
Persetujuan Rekomendasi PERINGATAN KE 4
Memerintahkan Menutup
dan/atau Melarang Penggunaan
Bangunan Gedung Seluruhnya
atau Sebagian Dengan
Berkoordinasi Bersama Instansi
Terkait.
SOP (Standard Operating Procedure) Penindakan
Penegakan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008
SOP (Standard Operating Procedure) Penindakan
Penegakan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008

II. Sanksi Pidana


- Sanksi pidana adalah sanksi yang dikenakan
terhadap setiap orang dan/atau badan hukum yang
tidak memiliki sistem proteksi kebakaran, sarana
penyelematan jiwa, akses pemadam kebakaran dan
manajemen keselamatan kebakaran gedung (MKKG) ;
- Sanksi pidana dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negei Sipil
(PPNS) terhadap pelanggar untuk ditindak lanjuti ke
pengadilan dengan memberitahukan kepada Kordinator
Pengawas PPNS Polda Metro Jaya;
- Adapun sanksi pidana diancam pidana kurungan paling
lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak
Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah)”.
SANKSI KUHP
Pasal 187
Barang siapa dengan sengaja menimbulkan kebakaran,
ledakan atau banjir, diancam:

1.dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika


karena perbuatan tersebut di atas timbul bahaya umum
bagi barang;
2.dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun, jika
karena perbuatan tersebut di atas timbul bahaya bagi
nyawa orang lain;
3.dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu
tertentu paling lama dua puluh tahun, jika karena
perbuatan tersebut di atas timbul bahaya bagi nyawa orang
lain dan mengakibatkan orang mati.

Anda mungkin juga menyukai