Anda di halaman 1dari 82

SAPTA NORMA DESAIN SISTEM

PROTEKSI KEBAKARAN YANG HANDAL


DAN BERKELANJUTAN UNTUK
BANGUNAN GEDUNG DAN INDUSTRI
NOMENKLATUR
◼ Sapta artinya tujuh sedang Norma adalah
ketentuan atau prinsip (norms) yang menjadi
kesepakatan dalam melaksanakan sesuatu.
◼ SAPTA NORMA DESAIN SISTEM PROTEKSI
KEBAKARAN berarti tujuh norma / ketentuan
atau prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam
merancang sistem proteksi kebakaran pada
bangunan gedung / industri dalam rangka me-
wujudkan bangunan gedung / industri yang
aman kebakaran, handal dan berkelanjutan*
◼ Sapta Norma Desain bisa dikatakan sebagai
suatu filosofi desain aman kebakaran*.
LINGKUP SAPTA NORMA
DESAIN BER BASIS POTENSI BAHAYA

DESIGN TO BUILD AND TO MAINTAIN

SAPTA BIDANG EMPAT FIRE SAFETY


NORMA
DESAIN
SISTEM SISTEM / BHN RAMAH LINGKUNGAN
PROTEKSI
KEBAKARAN
TUNTUTAN FITUR BANGUNAN HIJAU

MENGACU PADA CODE & STANDAR

MEMILIKI SERTIFIKAT LAIK FUNGSI


1. DESAIN BASIS POTENSI BAHAYA

◼ DESAIN SISTEM
PROTEKSI HARUS
DIDASARKAN PADA
ANTISIPASI POTENSI
BAHAYA KEBAKARAN
YANG PALING PARAH
YANG BISATERJADI DI
BANGUNAN / INDUSTRI

FIRE RISK ASSESSMENT HARUS DILAKUKAN


KEBAKARAN GEDUNG TINGGI

Celulosic fire
KEBAKARAN APARTEMEN
BERTINGKAT
KEBAKARAN PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK TMSK KEBAKARAN CELLULOSIK
KEBAKARAN DI BANGUNAN
INDUSTRI

Hydrocarbon fire
KEBAKARAN BANGUNAN INDUSTRI
CELLULOSIC
KURVA ISO : TEMPERATUR - WAKTU KEBAKARAN
2. DESIGN TO BUILD AND TO
MAINTAIN.

◼ DESAIN UNTUK
MEMBANGUN /
MEMASANG PERLU
DISERTAI DENGAN
DESAIN UNTUK
MEMELIHARA SISTEM
/ PERALATAN YANG
DIBANGUN ATAU
DIPASANG
Inspeksi peralatan proteksi kebakaran
3. TETRAHEDRON KESELAMATAN
KEBAKARAN
◼ SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN HARUS
MENCAKUP SARANA JALAN KELUAR,
SISTEM PROTEKSI PASIF, SISTEM
PROTEKSI AKTIF DAN FIRE SAFETY
MANAGEMENT (FSM)
SARANA JALAN KELUAR
TANGGA KEBAKARAN
SISTEM PROTEKSI PASIF
KABEL KABEL DI BERI COATING SUPAYA TAHAN API
SISTEM SPRINKLER OTOMATIS
PERALATAN SISTEM HIDRAN KEBAKARAN
RUANG POMPA HYDRANT
MESIN GENSET
4. TUNTUTAN SISTEM DAN BAHAN
PEMADAM RAMAH LINGKUNGAN

◼ TUNTUTAN
PEMAKAIAN SISTEM
DAN BAHAN RAMAH
LINGKUNGAN UNTUK
RUANG RUANG
SPESIFIK MISALNYA
RUANG KOMPUTER,
KONTROL DAN DATA
PROCESSING

TUNTUTAN BAHAN PENGGANTI HALON


INERGEN SYSTEM
FM-200 SUPRESSION SYSTEM
SISTEM KABUT AIR (WATER MIST)
5. PEMENUHAN PERATURAN DAN
STANDAR TEKNIK

◼ DESAIN SISTEM
PROTEKSI KEBAKARAN
HARUS MENGACU
KEPADA PERATURAN /
FIRE CODE DAN
STANDAR-STANDAR
YANG BERLAKU BAIK
NASIONAL (SNI) MAUPUN
INTERNASIONAL / NFPA
MODEL STPI UNTUK PENGECEKAN EKSISTENSI NSPM / NSPK
6. FITUR BANGUNAN HIJAU

◼ TUNTUTAN PERSYARATAN
HIJAU SAAT INI SEPERTI
EFISIENSI PEMAKAIAN
ENERGI, KEBERLANJUTAN
DAN RAMAH LINGKUNGAN
PERLU DIPERHITUNGKAN
DLM MENDUKUNG ASPEK
KESELAMATAN, KESEHATAN
DAN LINGKUNGAN (SAFETY,
HEALTH & ENVIRONMENT)

SYARAT MUTLAK BANGUNAN HIJAU ADALAH AMAN GEMPA DAN KEBAKARAN


UU BANGUNAN GEDUNG NO 28/2002
7. PEMENUHAN SERTIFIKAT LAIK
FUNGSI (SLF)

◼ PERLUNYA
KEPEMILIKAN
SERTIFIKAT LAIK
FUNGSI (SLF)
SEBAGAI INDIKATOR
ASPEK KESELAMATAN
DAN KELAIKAN
BANGUNAN
PERLU PEMIKIRAN
❑ Belum semua daerah / kota memiliki
Perda pencegahan & penanggula-
ngan kebakaran.
❑ Belum semua kota besar memiliki
Rencana Induk Sistem Proteksi
Kebakaran (RISPK)
❑ Litbang masalah kebencanaan tmsk
kebakaran masih perlu dikembang-
kan di Indonesia
❑ Standar - standar /SNI kebakaran
perlu updating / revisi (terakhir 2000)
PEMERIKSAAN SISTEM DETEKSI
DAN ALARM KEBAKARAN

Edi Parwoko_DamkarDKI
❑ UNDANG UNDANG No. 28 Thn 2002 :
Bangunan Gedung;
❑ PERATURAN MENTERI PU No. 24/PRT/2008 :
Tentang Pedoman Pemeliharaan Dan Perawatan Bangunan Gedung
❑ PERATURAN MENTERI PU No 26/PRT/M/2008 :
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung dan
Lingkungan;
❑ KEPMENAKER No 186 /1999 :
UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI TEMPAT KERJA;
❑ PERDA DKI No.8 Tahun 2008
Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran
❑ PERGUB DKI No. 250 TAHUN 2015
Persyaratan teknis dan tata cara pemasangan Sistem deteksi dan alarm
kebakaran
 Standar Nasional Indonesia
 Standar Internasional

Edi Parwoko_DamkarDKI
 TUGAS PEMERIKSAAN

✓ pemilik dan pengguna bangunan gedung mempunyai


kewajiban melaksanakan pemeriksaan secara berkala atas
kelaikan fungsi bangunan gedung. (UUBG 28/2002)

PERDA DKI NO. 8/2008

1. Untuk mengetahui kondisi keselamatan kebakaran pada


bangunan gedung eksisting berfungsi dengan baik, harus
dilakukan pemeriksaan secara berkala oleh pemilik,
pengguna dan/atau badan pengelola bangunan gedung
dengan menunjuk pengkaji teknis.

2. Hasil pemeriksaan berkala yang dilakukan oleh pengkaji


teknis dilaporkan oleh pemilik, pengguna dan/atau badan
pengelola bangunan gedung kepada Dinas setiap tahun.

3. Apabila dipandang perlu, berdasarkan laporan pemilik,


pengguna dan/atau badan pengelola bangunan, Dinas dapat
melakukan pemeriksaan ke lapangan.

4. Dinas dapat melakukan pemeriksaan sewaktu-waktu dengan


atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pemilik,
pengguna dan/atau badan pengelola bangunan
Edi Parwoko_DamkarDKI
LINGKUP PEMERIKSAAN

▪ Sarana penyelamatan jiwa


▪ Akses pemadam kebakaran
▪ Sistem proteksi kebakaran
▪ Manajemen keselamatan
kebakaran Gedung (MKKG)

Edi Parwoko_DamkarDKI
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF

1. FUNGSI DETEKSI DINI

Fixed temperatur Flame Detector


Smoke Detector Heat Detector

2. FUNGSI PEMADAMAN KEBAKARAN

Hidran kebakaran Sprinkler APAR Instalasi pemadam khusus

Edi Parwoko_DamkarDKI
KINERJA PROTEKSI KEBAKARAN
Peralatan Pendekteksi dan Pemadam Kebakaran sesuai tahapan kondisi

• Detektor Asap • Detektor Asap


• Beam Detektor • Beam Detektor
• Detektor panas • Detektor panas
• Flame Fetektor
Mulai menimbulkan Asap

Peningkatan temperatur

PENYALAAN AWAL
Aktifitas menimbulkan

menimbulkan Bara

TITIK PENYALAAN

PENYALAAN TOTAL
( Flash Point)

PERTUMBUHAN
panas

PENURUNAN
• APAR • APAR • Springkler
• Total flooding • Total flooding • Hidran
• Local aplication • Local aplication
• Unit Pemadam
• Foam system
• Springkler • Proteksi Pasif
• Hidran

Edi Parwoko_DamkarDKI
T.A.B = Tidak Ada Batas
M = Manual
• SNI 04-0225-2000,
AS = Detektor asap berdiri sendiri (single station smoke detector) • Permen PU 26/2008,
O = Otomatik Edi Parwoko_DamkarDKI • Pergub DKI 250/2015
SISTEM DETEKSI DAN ALARM KEBAKARAN
Ruang lingkup pemeriksaan dan Pengujian sistem deteksi dan Alarm Kebakaran
Panel kontrol Alarm

Detektor pengkabelan
otmatis dan
Tombol manual

Alat yang berbunyi Interkoneksi


(audible)
- Bell Alarm

Alat yang tampak


(visible)
- Lampu indikasi
Alarm
Sistem tata suara
- Pengumuman
tanda bahaya

Edi Parwoko_DamkarDKI
SKEMA SISTEM DETEKSI DAN ALARM KEBAKARAN

Panel Kontrol Alarm Deteksi Automatis

Tombol Manual

Flow switch

Audible Visual
Announciator

Input
Output
Pressurized fan Lift Automatic Door Interkoneksi
Edi Parwoko_DamkarDKI Air Handling Unit
PUSAT PENGENDALI KEBAKARAN

1. Panel Kontrol Alarm Kebakaran harus ditempatkan di ruang pusat


pengendali kebakaran.
2. Ruang pusat pengendali kebakaran harus mempunyai ketahanan
ditempatkan pada lantai dasar.
3. Lantai dasar adalah lantai yang sejajar dengan jalan raya atau
sambungan pemadam kebakaran (siamesse connection).

Pusat Pengendali Kebakaran Panel Kontrol Alarm

FCC MCFA

Edi Parwoko_DamkarDKI
ALARM KEBAKARAN MANUAL

• Pengujian Kinerja Sistem


• Letak dan ketinggian pemasangan
-Tinggi 110 sd 137 cm dari lantai
• Jarak antar titik
- jarak 30 – 60 meter

Metode pemeriksaan
dan pengujian
- Menggunakan kunci
- Ditekan
- ditarik

Edi Parwoko_DamkarDKI
ALARM KEBAKARAN MANUAL

• Bunyi/suara yang identik dengan tanda


bahaya.
• Tingkat suara minimal 15 dBA diatas suara
rata-rata ambien

• Sebagai tanda bahaya secara visual/cahaya


• Kedipan cahaya pada Alarm Visual 1 - 2 kali per detik
• Penempatan segaris dengan alarm suara/bell
Edi Parwoko_DamkarDKI
DETEKTOR PANAS

• BEKERJA PADA SUHU 58 o C


• Lokasi pemasangan : ruang genset, basement, dapur
foodcourt, gudang beratap asbes, bengkel las dan
sejenisnya

RATE OF RISE (ROR) HEAT DETECTOR


• Deteksi ini memiliki komponen ruang deteksi yang
dilengkapi membran (diafragma) sebagai pendorong titik
kontak .
• Kenaikan temperatur 12-15 derajat cekcius per menit
• Lokasi pemasangan : parkir, ruangan kantor, kamar hotel,
rumah sakit, ruang server, ruang arsip, gudang pabrik

• Bagian tengah fixed dan bagian luar ROR


Edi Parwoko_DamkarDKI
DETEKTOR ASAP

Lokasi Pemasangan :
➢ Ruangan yang pada kondisi normal/sehari-hari tidak
ada asap.
➢ Shaft kabel/elektrikal
➢ Ruangan tersembunyi di atas plafon yang memiliki
jarak antara dengan lantai atasnya lebih dari 1 meter;
➢ Lokasi dan Jarak pemasangan secara desain berbasis
kinerja (Performance Base Design).

Edi Parwoko_DamkarDKI
1. Reflective beam detectors
Bekerja dengan menembakkan sinar inframerah dari
pemancar ke reflektor yang diletakkan di ujung lain dari
daerah yang dilindungi, cahaya tersebut kemudian
dipantulkan kembali ke detektor cahaya.
2. Point to point type Beam Detector
Bekerja dengan memiliki pemancar khusus yang terletak di
salah satu sisi daerah dan kemudian memiliki penerima
khusus di ujung lain dari area yang dilindungi.

Edi Parwoko_DamkarDKI
DETEKTOR ASAP PORTABLE

SINGLE STATION SMOKE DETECTOR

• Tanpa instalasi kabel


• Murah
• Sumber daya baterai 9 volt
• Sesuai Peraturan hanya untuk rumah
tinggal 1 – 4 lt.

Edi Parwoko_DamkarDKI
DETEKTOR KEBAKARAN

DETEKTOR NYALA API / FLAME DETECTOR

Flame Detector adalah alat yang sensitif terhadap


radiasi sinar ultraviolet yang ditimbulkan oleh nyala
api. Tetapi detector ini tidak bereaksi pada lampu
ruangan, infra merah atau sumber cahaya lain yang
tidak ada hubungannya dengan nyala api (flame).

Edi Parwoko_DamkarDKI
DETEKTOR GAS
Sesuai dengan namanya detector ini mendeteksi kebocoran gas
yang kerap terjadi di rumah tinggal. Alat ini bisa mendeteksi
dua jenis gas, yaitu:
-LPG (El-pi-ji) : Liquefied Petroleum Gas.
-LNG (El-en-ji): Liquefied Natural Gas.

Edi Parwoko_DamkarDKI
SAKLAR ALIRAN AIR / FLOW SWITCH
• Sebagai pemberikan sinyal ke panel kontrol jika
terdapat aliaran air
• Dipasang setiap lantai
• Delay maksimum 90 detik

Edi Parwoko_DamkarDKI
 Kabel tahan api 2 jam pada suhu 750 0C
 Pipa pembungkus kabel berwarna merah

SISTEM KOMUNIKASI SUARA DARURAT

◼ Sistem komunikasi internal (Interkom, telepon


darurat)
◼ Speaker pada sistem komunikasi darurat
(announcement) dipasang pada setiap lantai,
setiap ruangan, tangga kebakaran, lif.

Edi Parwoko_DamkarDKI
ON
AHU AHU
Pressurized fan LIft
Pressurized fan
LOCAL
ALARM

announcitor
MCFA

Edi Parwoko_DamkarDKI
ON
ON
AHU AHU
Pressurized fan LIft
Pressurized fan

announcitor
MCFA

GENERAL
ALARM
Edi Parwoko_DamkarDKI
Pengenalan tentang

FIRE SAFETY
berbasis kinerja
INTRODUKSI
A. Engineering dalam Fire Protection Merupakan Kegiatan Menantang

❑ Perancang mempertimbangkan berbagai parameter


-> mulai dari kondisi penghuni (yang dapat diidentifikasi), sampai ke pemilihan
bahan.
❑ Bagi bangunan yang jelas (ukuran, bentuk dan
penggunaan)
-> standar ketentuan preskriptif, dapat memberikan panduan yang memadai.
❑ Bagi bangunan yang lebih kompleks atau terdapat proses
yang kompleks atau mengandung potensi kerugian
-> standar / ketentuan preskriptif, tidak selalu memenuhi kebutuhan/ harapan
pemilik, perancang atau pengawas bangunan
Contoh:
Bangunan bervolume besar (mall, Stadion)
Bangunan dengan proses yang berbeda
Bangunan berpotensi kerugian besar (pembangkit tenaga listrik, sarana
telekomunikasi

❑ Kriteria perancangan jalan keluar (berbasis hunian) dapat


tidak tepat, jika diaplikasi pada ruang dengan konfigurasi
jarak tempuh yang berganti-ganti
❑ Proses proses yang rentan bagi keselamatan jiwa –
seringkali tidak dimuat dalam peraturan
B. Konsep Fire Safety Performance – Based adalah (alternatif) kegiatan
Merancang Fire Protection pada suatu tingkat kinerja yang disepakati.

Disain didasarkan pada:

Kesepakatan mengenai tujuan Fire Safety, kerugian


obyektif dan disain obyektif

Evaluasi deterministik dan probabilistik atas asal mula


api kebakaran, pertumbuhan dan penyebarannya

Sifat-sifat fisika dan kimia api kebakaran tersebut dan


apa yang mendorong kebakaran

Penaksiran kuantitatif atas efektifitas disain alternatif


terhadap kerugian obyektif dan kinerja obyektif
( Bandingkan dengan penerapan persyaratan
preskriptif -> didasarkan pada kelas hunian
semata atau kelas bahaya/risiko.)
METODA BASIS KINERJA

TUJUAN UTAMA

◼ MENCEGAH TIMBULNYA KEBAKARAN ATAU


MEMPERLAMBAT TUMBUH DAN MENYEBARNYA
KEBAKARAN
- Membatasi pemakaian bahan mudah terbakar
- Menerapkan sistem kompartementasi
- Menyediakan sarana pemadaman

◼ MELINDUNGI PENGHUNI BANGUNAN TERHADAP


BAHAYA API DAN ASAP KEBAKARAN
- Menjamin kehandalan sistem pendeteksian dini
- Menyediakan jalur penyelamatan yang aman
- Menyediakan daerah-daerah pengungsian bila
diperlukan
TUJUAN UTAMA

◼ MEMINIMASI KERUSAKAN AKIBAT KEBAKARAN


◆ Membentuk konstruksi pemisah untuk meminimasi
dampak
◆ Mempertahankan ketahanan komponen struktur
terhadap kebakaran
◆ Menjamin tetap beroperasinya sarana penting

◼ MENUNJANG OPERASI PEMADAMAN


◆ Memiliki sarana untuk menidentifikasi lokasi
kebakaran
◆ Memiliki jalur komunikasi aman dengan daerah-
daerah pengungsian
◆ Menyediakan akses, komunikasi, kendali dan
cadangan air untuk petugas pemadam kebakaran
PERBEDAAN ANTARA PERATURAN DENGAN
POLA PRESKRIPTIF DAN BASIS KINERJA
(PRESKRIPTIF v/s PERFORMANCE)

JENIS PERATURAN KEUNTUNGAN KELEMAHAN


➢Dapat dilakukan penilaian ❑Persyaratan dicantumkan tanpa
langsung mengenai menyebutkan tujuan yang ingin dicapai
Peraturan kesesuaian persyaratan ❑Struktur penentuan yang kompleks

Preskriptif yang ditetapkan ❑Tidak ada peningkatan kearah disain

➢Tidak ada persyaratan yang yang tepat biaya (cost efective)


menuntut penerapan ❑Kecil peluang untuk inovasi

teknologi tinggi ❑Anggapan seolah hanya ada satu cara

dalam mencapai level keamanan yang


dikehendaki
➢ Penetapan sasaran ❑Kesukaran dalam menentukan level
keamanan yang jelas & keamanan yang kuantitatif (kriteria
Peraturan upaya pencapaian kinerja)
Basis Kinerja sasaran tersebut ❑Menentukan pendidikan /keahlian

diserahkan pada tertentu untuk peningkatan pemahaman


perencana / disigner terutama pada tahap-tahap awal
penerapannya
PERBEDAAN ANTARA PERATURAN DENGAN
POLA PRESKRIPTIF DAN BASIS KINERJA
(PRESKRIPTIF v/s PERFORMANCE)
JENIS PERATURAN KEUNTUNGAN KELEMAHAN
➢ Dapat menerima solusi-solusi desain ❑Kesulitan dalam mengevaluasi kesesuaian
inovatif yang memenuhi persyaratan dengan persyaratan yang ditetapkan
Peraturan kinerja ❑Memerlukan model simulasi komputer untuk
➢Menjamin ketepatan biaya dan
Basis Kinerja mengevaluasi kinerja sistem atau
fleksibilitas dalam desain
rancangan sistem yang diajukan
➢Memperlancar harmonisasi peraturan

internasional
➢Menunjang penerapan atau teknik-teknik
baru dalam desain
➢Substansi peraturan jadi lebih sederhana
dan ringkas
PERFORMANCE BASED CODE OF FIRE SAFETY

EKIVALENSI TERHADAP PERATURAN SEBELUMNYA

Perhitungan untuk menetapkan ekivalensi dengan persyaratan


sebagaimana tersebut dalam Peraturan Bangunan (Building Code)
dengan mengambil kasus penentuan sistem Evakuasi Yang Aman,
memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Tetapkan Kriteria yang diperbolehkan


2. Pilih model simulasi kebakaran yang cocok
3. Tentukan kebakaran rancangan (Design Fire)
4. Lakukan perhitungan evakuasi
5. Tinjau hal-hal yang berkaitan dengan ketidak
pastian, misal dengan analisis sensitifitas
6. Lakukan pengecekan akhir
LANGKAH-LANGKAH POKOK
DALAM PENGEMBANGAN PENDEKATAN BASIS
KINERJA

1. Identifikasi tujuan yang ingin dicapai


2. Penyusunan perangkat engineering yang
ada
3. Peningkatan perangkat engineering sesuai
keperluan
4. Dokumen teknis yang disetujui
5. Pedoman teknis / Codes of Practice
6. Kualitas data
7. Kualitas pelaksanaan
8. Pemberlakuan secara konsisten
9. Pelaksanaan sanksi
LANGKAH UTAMA PERANCANGAN
BERBASIS KINERJA

Prioritas

MENGIDENTIFIKASI Sasaran
DAN
MENETAPKAN
Fire Protection

Pada Proyek
PROSES PERANCANGAN
FIRE PROTECTION BERBASIS KINERJA
Terdiri dari 7 tahap:
(untuk membantu perancangan dalam mengidentifikasi Loss Objective dari client)

P Step I : Evaluate Design Situation


h
a Step II : Define Client Loss Objective
s
e Step III : Quantity Loss Objective as Design Objective
1
Step IVa: Develop Scenarios (Possible Design Fires)

No
Do Scenario Exceed? Performance Criteria

P Yes
h Step IVb: Select Design Fire (s)
a
s Step V : Develop and Evaluate Trial Fire Protection Design
e
2 Step VI : Select and Document Final Design

Step VII : Prepare Equipment and Instalation Specifications


TERIMA KASIH

Contact Nara Sumber


E-mail : suprapto@puskim.pu.go.id
Hp : 0813 2264 1633

Anda mungkin juga menyukai