Ahli
Tk. Ahli Madya
Tk. Dasar II Pratama
Tk. Dasar I
Pasal 2 (1)
PENGURUS ATAU PENGUSAHA wajib
Pasal 2 (ayat 2)
MENDETEKSI
MENGENDALIKAN
DAN MEMADAMKAN
KEBAKARAN
1. ACTIVE FIRE
PROTECTION SYSTEM
(Sistem Perlindungan Kebakaran Aktif)
2. PASSIVE FIRE
PROTECTION SYSTEM
(Sistem Perlindungan Kebakaran Pasif)
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF ADALAH
MERUPAKAN BAGIAN INTEGRAL DARI SISTEM
PROTEKSI KEBAKARAN YANG MELIPUTI DETEKSI,
PEMADAMAN DAN LATIHAN
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF
ADALAH ALAT ATAU INSTALASI YANG SIAP
DIGUANAKAN UNTUK MENDETEKSI DAN ATAU
UNTUK MEMADAMKAN KEBAKARAN
ACTIVE FIRE
PROTECTION SYSTEM
(Sistem Perlindungan Kebakaran Aktif)
IONIZATION
OPTIC
ULTRA VIOLET
(INFRA RED)
PUSH BUTTON
TITIK PANGGIL PULL DOWN
MANUAL BREAK GLASS
ZONA DETECTION
Nyala 20 titik Menteri PU No. 378/KPTS/1987,
Panas 40 titik
Asap 20 titik
Seperti :
Ruang Genset,
Basement,
Dapur-Dapur Foodcourt,
Gudang beratap asbes,
Bengkel las dan sejenisnya.
ROR bekerja berdasarkan kenaikan temperatur
secara cepat di satu ruangan kendati masih berupa
hembusan panas. Umumnya pada titik 55oC - 63oC
sensor ini sudah aktif dan membunyikan alarm bell
kebakaran.
PEMASANGAN ROR :
ruangan kantor,
kamar hotel,
rumah sakit,
ruang server,
ruang arsip,
gudang pabrik dan lainnya.
Smoke Detector mendeteksi asap
yang masuk ke dalamnya. Asap
memiliki partikel-partikel yang kian
lama semakin memenuhi ruangan
smoke (smoke chamber) seiring
dengan meningkatnya intensitas
kebakaran. Jika kepadatan asap ini
(smoke density) telah melewati
ambang batas (threshold), maka
rangkaian elektronik di dalamnya
akan aktif.
1.Utk ketinggian langit2 3 m sampai dengan 9 m
harus mengikuti ketentuan table pengali tersebut
diatas
2.Pada setiap lantai dengan luas 92 M2 dan
ketinggian langit-langit 3m, harus dipasang 1 buah
detector asap
3.Setiap kelompok atau zone harus dibatasi tidak
lebih dari 20 buat detector asap yang dapat
melindungi 2000 M2 luas lantai
2.1. Ionisation Smoke
Detector
yang bekerjanya berdasarkan tumbukan
partikel asap dengan unsur radioaktif
Amerecium-241 di dalam ruang detector
(smoke chamber).
Pasal 2
Peraturan ini berlaku untuk perencanaan,
pemasangan, pemeliharaan, dan pengujian
instalasi alarm kebakaran automatik di tempat
kerja.
1. Sistem Konvensional.
Sistem konvensional hanya menginformasikan
deteksi berasal dari Zone atau Loop, tanpa bisa
memastikan detector mana yang mendeteksi,
sebab 1 Loop atau Zone bisa terdiri dari 5
bahkan 10 detector, bahkan terkadang lebih.
2. Sistem Addressable
Sistem Addressable
kebanyakan digunakan untuk instalasi Fire
Alarm di gedung bertingkat, semisal hotel,
perkantoran, mall dan sejenisnya.
TAHAP I TAHAP II TAHAP III
(INPUT) (PROSES) (OUTPUT)
TAHAP I
ADA MASUKAN (INPUT) YANG DITERIMA OLEH
PERALATAN SEPERTI DETECTOR, DEVICE,
MANUAL CALL POINT DAN BREAK GLASS
TAHAP II
MASUKAN (INPUT) DIOLAH (PROSES) YANG DILAKSANAKAN
DIDALAM CONTROL PANEL
TAHAP III
HASIL PROSES (OUTPUT) TERSEBUT DIKELUARKAN YANG
DIWUJUDKAN DALAM BENTUK SUARA BELL ALARM, LAMPU
INDICATOR DAN TERMINAL RELAY
AUTOMATIC DETECTORS
INPUT BELL
LAMP
OUTPUT
AUDIBLE
INDIKATOR
HYDRANT
CONTROL PANEL VISIBLE
FIRE ALARM
Audible
Detector
Visible
TPM
HYDRANT
61
AWSS
UTILITAS ADALAH PERLENGKAPAN DALAM BANGUNAN
DIGUNAKAN UNTUK MENUNJANG TERCAPAINYA UNSUR
KENYAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN, KOMUNIKASI DAN
MOBILITAS DALAM BANGUAN/TEMPAT KERJA
DETECTOR ALARM
AC
LIFT
ANN PRESS
FAN
MCFA PEMADAM
1. Detector
Indikator Power
untuk memastikan bagus tidaknya pasokan listrik pada sistem.
Indikator Battery
untuk memastikan kondisi baterai masih penuh atau sudah lemah.
Indikator Attention
untuk mengingatkan operator akan adanya posisi switch yang salah.
Indikator Accumulation
untuk menandakan bahwa sesaat lagi akan terjadi deteksi dan sederetan
indikator lainnya.
2. Alat Pemberitahuan
2.1. Alarm Bell, Sirine
2.2. Tilpon, Audio/Sound System
2.3. Panel Control
2.4. Annunsiator
2.5. Lampu Tanda Bahaya
ALARM BELL BERFUNGSI UNTUK MEMBERIKAN
PERINGATAN DINI BAGI SELURUH PENGHUNI GEDUNG
KARENA ITU DIPERLUKAN UKURAN FISIK DAN KEKUATAN
SUARA YANG MEMADAI UNTUK MEMENUHI FUNGSI
TERSEBUT. UKURAN FISIK UMUMNYA BERDIAMETER 6
INCH. KEKUATAN SUARA (SOUND PRESSURE LEVEL =
SPL) SEKITAR 87 Db SAMPAI 90 Db BEKERJA DENGAN 24
VDC DARI SENTRAL DALAM MENILAI MUTU ALARM BELL
DIPERHATIKAN MENGENAI ALARM CURRENT (mA) DAN
SOUND PRESSURE LEVEL (SPL) DALAM Db. PATUT
DIPERHATIKAN BAHWA PARTISI RUANGAN BAIK KAYU,
BATA NAUPUN BETON AKAN MENGAKIBATKAN REDAMAN
TERTENTU PADA LEVEL SUARA BELL.
Sirene, pengaum atau sejenisnya dapat dipakai sebagai pengganti
lonceng atas persetujuan Direktur atau pejabat yang ditunjuk.
Lonceng harus dari jenis bergetar dan bekerjanya dengan sumber
tenaga baterai.
Lonceng harus dipasang dengan sebuah genta yang berdiameter
sekurang-kurangnya 150 (seratus lima puluh) mm;
Gangguan pada sirkit lonceng tidak boleh mempengaruhi
berfungsinya alarm.
Sirkit lonceng harus diamankan dengan sebuah pengaman arus
lebih yang sesuai.
Lonceng yang dipasang di luar bangunan harus dari jenis
konstruksi yang tahan cuaca.
Pada lonceng harus ditulis “KEBAKARAN” dengan warna kontras
dan tinggi hurufnya tidak kurang dari 25 (dua puluh lima) mm.
Manual Call Point (MCP)
Fungsi alat ini adalah untuk mengaktifkan sirine tanda kebakaran (Fire
Bell) secara manual dengan cara
memecahkankaca atau plastik transparan di bagian tengahnya.
Istilah lain untuk alat ini adalah Emergency Break Glass.
PENEMPATAN
-sering terlihat oleh banyak orang,
-terlewati oleh orang saat berlarian ke luar bangunan,
-mudah dijangkau.