Anda di halaman 1dari 83

Tk.

Ahli
Tk. Ahli Madya
Tk. Dasar II Pratama
Tk. Dasar I

PETGAS REGU KOORDINATOR.


PERAN PENANGGUNG
PENANGGULANGAN. UNIT
JAWAB
KEBAKARAN KEBAKARAN PENANGGULANGAN.
TEKNIK K3
KEBAKARAN
PENANGGULANGAN.
KEBAKARAN
1. Mengidentifikasi dan melaporkan tentang
adanya faktor yang dapat menimbulkan bahaya
kebakaran
2. Melakukan pemeliharaan sarana proteksi
kebakaran
3. Memberi penyuluhan tentang penanggulangan
kebakaran pada tahapawal
4. Membantu menyusun buku Rencana Tanggap
Darurat kebakaran
5. Memadamkan kebakaran
6. Mengarahkan evakuasi orang dan barang
6. Mengadakan koordinasidengan instansi terkait
7. Memeberikan P3K
8. Mengamankan seluruh lokasi tempat kerja
9. Melakukan koordinasi seluruh Petugas Kebakaran
PASAL3 (1) SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA
1.MENCEGAH DAN MENGURANGI KECELAKAAN
2.MENCEGAH, MENGURANGI DAN MEMADAMKAN KEBAKARAN
3.MENCEGAH DAN MENGURANGI BAHAYA PELEDAKAN
4.MEMBERI KESEMPATAN ATAU JALAN MENYELAMATKAN DIRI PADA WAKTU
KEBAKARAN ATAU KEJADIAN2 LAIN YANG BERBAHAYA
5.MEMBERI PERTOLONGAN PADA KECELAKAAN
6.MEMBERI APD PADA PARA PEKERJA
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA RI
NO. : KEP-186/MEN/1999
TENTANG UNIT PENANGGULANGAN
KEBAKARAN DI TEMPAT KERJA

Pasal 2 (1)
PENGURUS ATAU PENGUSAHA wajib
Pasal 2 (ayat 2)

Kewajiban mencegah, mengurangi dan memdamkan kebakaran di


tempat kerja sebagaimana dimaksud pasal 1, meliputi :

a. Pengendalian setiap bentuk energi


b. Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran
dan sarana evakuasi.
c. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas
d. Pembentukan Unit Penanggulnagan Kebakaran di
tempat kerja
e. Penyelenggaraan Latihan dan Gladi Penanggulangan
kebakaran secara berkala.
f. Memiliki Buku Rencana Penanggulngan Keadaan
Darurat Kebakaran, bagi tempat kerja yang memperkerjakan lebih
dari 50 orang tenaga kerja dan atau tempat kerja yang berpotensi
bahaya kebakaran sedang dan berat.
ADALAH FIRE ALARM DEVICE
ATAU SYSTEM, FIRE
EXTINGUISHING ATAU SYSTEM,
ATAU KOMBINASI KEDUANYA
YANG DI DESIGN UNTUK

MENDETEKSI
MENGENDALIKAN
DAN MEMADAMKAN
KEBAKARAN
1. ACTIVE FIRE
PROTECTION SYSTEM
(Sistem Perlindungan Kebakaran Aktif)

2. PASSIVE FIRE
PROTECTION SYSTEM
(Sistem Perlindungan Kebakaran Pasif)
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF ADALAH
MERUPAKAN BAGIAN INTEGRAL DARI SISTEM
PROTEKSI KEBAKARAN YANG MELIPUTI DETEKSI,
PEMADAMAN DAN LATIHAN
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF
ADALAH ALAT ATAU INSTALASI YANG SIAP
DIGUANAKAN UNTUK MENDETEKSI DAN ATAU
UNTUK MEMADAMKAN KEBAKARAN
ACTIVE FIRE
PROTECTION SYSTEM
(Sistem Perlindungan Kebakaran Aktif)

Untuk mengidentifikasi keberadaan


api dengan memetakan berbagai
indicator-indicator (temperature,
kenaikan panas, asap atau nyala)
ACTIVE FIRE
PROTECTION SYSTEM
(Sistem Perlindungan Kebakaran Aktif)

Berperan aktif untuk memadamkan


atau mengendalikan kebakaran
2. SYSTEM PROTEKSI
KEBAKARAN PASSIVE
(PASSIVE FIRE PROTECTION SYSTEM)
Peraturan Menteri PU No.26 Tahun 2008

Suatu teknik design tempat kerja untuk


membatasi atau menghambat penyebaran
api, panas dan gas baik secara vertikal
maupun horizontal dengan mengatur jarak
antara bangunan, memasang dinding
pembatas yang tahan api, menutup setiap
bukaan dengan media yang tahan api atau
dengan mekanisme tertentu
UNTUK MENGAKTIFKANNYA MEMERLUKAN BEBERAPA
BENTUK RESPONSE

ALAT INI SELALU HIDUP DAN TIDAK PERLU DI AKTIFKAN


UNTUK MELAKUKAN PERANNYA SEBAGAI ALAT
PROTEKSI KEBAKARAN, KARENA MATERIALNYA
DISERTAKAN SEBAGAI BAGIAN TATANAN BANGUNAN.
CONTOH : PINTU DARURAT DIBUAT DARI YANG TAHAN
API
Adalah alat untuk mendeteksi potensi-
potensi kebakaran seperti gumpalan asap
(smoke detector), temperatur tinggi (heat
detector), dan adanya nyala akibat
kebakaran (flame detector).
GAS
FIXED TEMPERATURE
RATE OF RISE

IONIZATION
OPTIC

ULTRA VIOLET
(INFRA RED)

PUSH BUTTON
TITIK PANGGIL PULL DOWN
MANUAL BREAK GLASS
ZONA DETECTION
Nyala 20 titik Menteri PU No. 378/KPTS/1987,

Panas 40 titik

Asap 20 titik

•ZONE 3 Luas tiap zone deteksi


•ZONE 2 - ruang tanpa sekat mak. 2000 m2
•ZONE 1 - terdapat sekat mak. 1000 m2
Pemasangan Heat Detector dan Smoke Detector
harus berdasarkan peraturan yang berlaku,
yang dalam hal ini adalah Peraturan Menteri PU
No. 378/KPTS/1987,

Pemasangan Heat Detector

1.Pada satu kelompok Detector tidak boleh


dipasang lebih dari 40 detektor panas
2.Utk setiap ruangan dengan luas 49 M2 dan tinggi
langit-langit 3 m, hrs dipasang 1 alat detector
panas
3.Jarak antar detektor panas tidak lebih dari 7 m
utk ruangan efektif dan tidak boleh lebih 10 untuk
ruangan sirkulasi
Fixed Temperature Heat Detector baru mendeteksi
pada derajat panas yang langsung tinggi. Oleh karena
itu cocok ditempatkan pada area yang lingkungannya
memang sudah agak-agak "panas",

Seperti :
Ruang Genset,
Basement,
Dapur-Dapur Foodcourt,
Gudang beratap asbes,
Bengkel las dan sejenisnya.
ROR bekerja berdasarkan kenaikan temperatur
secara cepat di satu ruangan kendati masih berupa
hembusan panas. Umumnya pada titik 55oC - 63oC
sensor ini sudah aktif dan membunyikan alarm bell
kebakaran.

PEMASANGAN ROR :
ruangan kantor,
kamar hotel,
rumah sakit,
ruang server,
ruang arsip,
gudang pabrik dan lainnya.
Smoke Detector mendeteksi asap
yang masuk ke dalamnya. Asap
memiliki partikel-partikel yang kian
lama semakin memenuhi ruangan
smoke (smoke chamber) seiring
dengan meningkatnya intensitas
kebakaran. Jika kepadatan asap ini
(smoke density) telah melewati
ambang batas (threshold), maka
rangkaian elektronik di dalamnya
akan aktif.
1.Utk ketinggian langit2 3 m sampai dengan 9 m
harus mengikuti ketentuan table pengali tersebut
diatas
2.Pada setiap lantai dengan luas 92 M2 dan
ketinggian langit-langit 3m, harus dipasang 1 buah
detector asap
3.Setiap kelompok atau zone harus dibatasi tidak
lebih dari 20 buat detector asap yang dapat
melindungi 2000 M2 luas lantai
 
2.1. Ionisation Smoke
Detector 
yang bekerjanya berdasarkan tumbukan
partikel asap dengan unsur radioaktif
Amerecium-241 di dalam ruang detector
(smoke chamber). 

Smoke Ionisasi cocok untuk mendeteksi


asap dari kobaran api yang cepat (fast
flaming fires), tetapi jenis ini lebih mudah
terkena false alarm, karena sensitivitasnya
yang tinggi. Oleh karenanya lebih cocok
untuk ruang keluarga dan ruangan tidur
Smoke Detector
Jenis IONISASI
2.2. Photoelectric
Smoke Detector (Optical)
yang bekerjanya berdasarkan pembiasan
cahaya lampu LED di dalam ruang detector
oleh adanya asap yang masuk dengan
kepadatan tertentu.
 

Smoke Optical (Photoelectric) lebih baik untuk


mendeteksi asap dari kobaran api kecil,
sehingga cocok untuk di hallway (lorong) dan
tempat-tempat rata. Jenis ini lebih tahan
terhadap false alarm dan karenanya boleh
diletakkan di dekat dapur. 
Detektor nyala akan memberikan tanggapan
terhadap energi radiasi di dalam atau di luar
batas penglihatan manusia. Ia peka terhadap
nyala bara api, arang atau nyala api kebakaran.

Alat ini bekerja apabila terdapat api sehingga sinar ultra


violet /infra red yang dipancarkan dapat ditangkap oleh
deteksi ultra violet /infra red mengakibatkan rangkaian
electronik contact menjadi aktif.
Alat ini digunakan untuk deteksi ruangan yang agak besar /
tinggi atau ruangan yang menyimpan barang2 yang mudah
terbakar seperti gudang mesiu, minyak, bahan kimia.
APLIKASI FLAME DETECTOR

Rumah yang memiliki plafon tinggi: aula, gudang, galeri.


Tempat yang mudah terbakar: gudang kimia, pompa bensin,
pabrik, ruangan mesin, ruang panel listrik.
Ruang komputer, lorong-lorong dan sebagainya.

Penempatan detector harus bebas dari objek yang


menghalangi, tidak dekat dengan lampu mercury,
lampu halogen dan lampu untuk sterilisasi. Juga
hindari tempat-tempat yang sering terjadi percikan
api (spark), seperti di bengkel-bengkel las atau
bengkel kerja yang mengoperasikan gerinda
ULTRA VIOLET FLAME DETECTOR BEKERJA MERESPON
SPEKTRUM GELOMBANG ULTRA VIOLET LEBIH KECIL
DARI 4000 AMSTRONG. SINAR MATAHARI DAN JUGA
SINAR LAS MEMBERIKAN STIMULUS TERHADAP DETECTOR
JENIS FLAME DETECTOR
ADALAH DETEKTOR YANG
BEKERJANYA BERDASARKAN
KENAIKAN KONSENTRASI GAS
YANG TIMBUL AKIBAT
KEBAKARAN ATAU GAS-GAS LAIN
YANG MUDAH TERBAKAR
SMOKE FLAME GAS
HEAT DETECTOR
DETECTOR DETECTOR DETECTOR
FIXET
KOM & ROR
TEMP DET R. Peralatan
bangunan R. Trans
R. Perjamuan Gudang
R. Resepsionis formator/
Garasi Mobil material
R. Tamu Diesel
Restoran yang mudah
R. Ruang Mesin
Ruang Sidang terbakar
R. Lift Ruangan yg
Kamar Tidur R. Pompa berisi bhn
R. Generator & Ruang
Dapur R. AC yg mdh
Transformator kontrol
Tangga, koridor, menimbul
Laboratorium instalasi
Lobby, aula, kan gas yg
Kimia peralatan
gudang mdh terba
Studio TV vital
Perpustakaan kar
R.PABX
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA RI
NO. PER-02/MEN/1983
TENTANG
INSTALASI ALARM KEBAKARAN OTOMATIK

Pasal 2
Peraturan ini berlaku untuk perencanaan,
pemasangan, pemeliharaan, dan pengujian
instalasi alarm kebakaran automatik di tempat
kerja.

11/15/22 Created by ganjar budiarto 51


• Instalasi Alarm Kebakaraan Automatik
adalah sistem atau rangkaian alarm
kebakaran yang menggunakan detektor
panas, detektor asap, detektor nyala api
dan titik panggil secara manual serta
perlengkapan lainnya yang dipasang pada
sistem alarm kebakaran;
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA RI NO. PER-02/MEN/1983
TUJUAN PEMASANGAN
FIRE ALARM SYSTEM

PEMASANGAN INSTALASI ALARM


KEBAKARAN OTOMATIK BERTUJUAN
UNTUK MENDETEKSI KEBAKARAN
SEAWAL MUNGKIN, SEHINGGA
TINDAKAN PENANGGULANGAN DAPAT
DILAKSANAKAN DENGAN SEGERA
Memberitahu/peringatan (Early Warning) dan
menemukan (Detection) gejala kebakaran
secara dini/awal melalui peralatan
detector, bell alarm/sistem audio, sistem
lampu, manual station dan sebagainya yang
bekerja secara otomatis maupun manual
dengan sistem catu daya listrik arus
lemah, sehingga adanya gejala kebakaran
dapat diketahui oleh penghuni
1. Sistem Konvensional.
2. Sistem Addressable.

1. Sistem Konvensional.
Sistem konvensional hanya menginformasikan
deteksi berasal dari Zone atau Loop, tanpa bisa
memastikan detector mana yang mendeteksi,
sebab 1 Loop atau Zone bisa terdiri dari 5
bahkan 10 detector, bahkan terkadang lebih.
2. Sistem Addressable

Pada sistem Addressable bahwa setiap


detector memiliki alamat sendiri-sendiri
untuk menyatakan identitas dirinya.
Jadi titik kebakaran sudah diketahui dengan
pasti, karena panel bisa menginformasikan
deteksi berasal dari detector yang mana

Sistem Addressable
kebanyakan digunakan untuk instalasi Fire
Alarm di gedung bertingkat, semisal hotel,
perkantoran, mall dan sejenisnya.
TAHAP I TAHAP II TAHAP III
(INPUT) (PROSES) (OUTPUT)

TAHAP I
ADA MASUKAN (INPUT) YANG DITERIMA OLEH
PERALATAN SEPERTI DETECTOR, DEVICE,
MANUAL CALL POINT DAN BREAK GLASS

TAHAP II
MASUKAN (INPUT) DIOLAH (PROSES) YANG DILAKSANAKAN
DIDALAM CONTROL PANEL

TAHAP III
HASIL PROSES (OUTPUT) TERSEBUT DIKELUARKAN YANG
DIWUJUDKAN DALAM BENTUK SUARA BELL ALARM, LAMPU
INDICATOR DAN TERMINAL RELAY
AUTOMATIC DETECTORS
INPUT BELL

LAMP
OUTPUT
AUDIBLE

INDIKATOR
HYDRANT
CONTROL PANEL VISIBLE
FIRE ALARM
Audible
Detector

Visible

TPM

HYDRANT

61
AWSS
UTILITAS ADALAH PERLENGKAPAN DALAM BANGUNAN
DIGUNAKAN UNTUK MENUNJANG TERCAPAINYA UNSUR
KENYAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN, KOMUNIKASI DAN
MOBILITAS DALAM BANGUAN/TEMPAT KERJA

1.UTILITAS PENCEGAHAN KEBAKARAN


1.1. Alaram Kebakaran
1.2. Alat Pemadam Api Ringan
1.3. Fire Hydrant System
1.4. Automatic Water Sprinkler System
1.5. Pipa Tegak (Riser)
1.6. Sumber Daya Listrik Darurat
1.7. Penangkal Petir
2. UTILITAS PENYELAMATAN
2.1. Tangga Darurat
2.2. Koridor
2.3. Pintu Darurat Kebakaran
2.4. Lift Kebakaran (fire Lift)
2.5. Emergency Lighting
2.6. Helipad
2.7. Sistem Pengendalian Asap
2.8. Komunikasi Darurat

3. UTILITAS UMUM BANGUNAN


3.1. Instalasi Listrik & Penangkal Petir
3.2. Instalasi Tata Udara (AC dan Ventilasi)
3.3. Instalasi Plumbing
3.4. Instalasi Lift & Escalator
3.5. Instalasi Komunikasi

4. MEMILIKI PERSONEEL YANG MAMPU


MENGOPERAIKAN SECARA MAXIMAL SARANA
PROTEKSI KEBAKARN
INSTALASI ALARM KEBAKARAN OTOMATIK
PERMENAKER PER 02/MEN/1983

DETECTOR ALARM

AC

LIFT

ANN PRESS
FAN
MCFA PEMADAM
1. Detector

1.1. Heat Detector


1.2. Smoke detector
1.3. Flame Detector
1.4. Combination Detector
1.5. Manual Station
BREAK GLASS ATAU TITIK
PANGGIL MANUAL ATAU
TOMBOL PECAH KACA
ADALAH ALAT YANG BEKERJA
SECARA MANUAL DAN
ALARMNYA TIDAK DAPAT
DIOPERASIKAN SEPANJANG
KACA PENGHALANGNYA
BELUM DIPECAHKAN
 MANUAL ALARM POINT PERANGKAT INI
BERUPA SWITCH YANG MENJADI ON BILA
DITEKAN OLEH SESEORANG YANG INGIN
MEMBERITAHU LANGSUNG KE SENTRAL,
BAHWA ADA BAHAYA API KEBAKARAN DI
AREA SEKITAR MANUAL ALARM POINT.
MANUAL ALARM POINT TERDIRI DARI :
 A. TARIK
 B. TEKAN
 TOMBOL PECAH (BREAK GLASS)
ADALAH SUATU PANEL
INDIKATOR KEBAKARAN
DUPLIKAT YANG HANYA
BERFUNGSI MEMBERI
PETUNJUK SAJA DAN
TIDAK DILENGKAPI
DENGAN PERLATAN
LAINNYA
MASTER CONTROL
FIRE ALARM PANEL (MCFA)
ADALAH SUATU PANEL CONTROL UTAMA YANG
DILENGKAPI DENGAN INDIKATOR BESERTA
PERALATANNYA
yang berfungsi untuk mengendalikan dan
merespon system detektor yang sudah
terpasang. Master Control Fire Alarm
kecerdasanya sangat di butuhkan dalam
mengidentifikasi munculnya resiko
kebakaran, analisa dan respon yang tepat
sangat di butuhkan bagi perlindungan
sebuah industri dan bangunan gedung
yang memiliki resiko kebakaran 
1. FASILITAS KELOMPOK APARM (INDICATOR ZONE)
2. SAKELAR RESET ALARAM
3. PEMANCAR BERITA KEBAKARAN
4. FASILITAS PENGUJIAN & PEMELIHARAAN
5. FASILITAS PENGUJIAN BATTERY DENGAN VOLTMETER,
DAN AMPERE METER
6. SAKELAR PENGUJI BATTERY
7. INDIKATOR ADANYA TEGANGAN LISTRIK
8. SAKELAR YANG DILAYANI SECARA MANUAL SERTA LAMPU
PERINGATAN UNTUK MEMISAHKAN LONCENG DAN
PERALATAN KONTROL JARAK JAUH (REMOTE CONTROL)
DARI BAHAN YANG TIDAK DAPAT TERBAKAR DAN
RUANGAN PETUNJUK ALARM YANG DAPAT DIDENGAR.
9. SAKELAR PETUNJUK BUNYI UNTUK KESALAHAN
RANGKAIAN
Dalam sistem alarm, panel berfungsi sebagai pusat
pengendali semua sistem dan merupakan inti dari
semua sistem alarm. Oleh sebab itu, maka lokasi
penempatannya harus direncanakan dengan baik,
terlebih lagi pada sistem Fire Alarm. Syarat utamanya
adalah tempatkan panel sejauh mungkin dari lokasi
yang berpotensial menimbulkan kebakaran dan jauh
dari campur tangan orang yang tidak berhak
PANEL CONTROL harus ditempatkan dalam bangunan pada
tempat yang aman, mudah terlihat dan mudah dicapai dari
ruangan masuk utama dan harus mempunyai ruang bebas 1
(satu) m di depannya.

Apabila PANEL CONTROL di disain untuk dapat melakukan


pemeliharaan dari belakang panil, maka harus diadakan
ruangan bebas 1 (satu) m.

Apabila PANEL CONTROL ditempatkan dibelakang pintu,


maka pintu tersebut harus diberi tanda dan tidak boleh
dikunci
Indikator Zone
yang menunjukkan Lokasi Kebakaran (Fire) dan kabel putus (Zone Fault).

Indikator Power 
untuk memastikan bagus tidaknya pasokan listrik pada sistem.

Indikator Battery
untuk memastikan kondisi baterai masih penuh atau sudah lemah.

Indikator Attention
 untuk mengingatkan operator akan adanya posisi switch yang salah.

Indikator Accumulation 
untuk menandakan bahwa sesaat lagi akan terjadi deteksi dan sederetan
indikator lainnya. 
2. Alat Pemberitahuan
2.1. Alarm Bell, Sirine
2.2. Tilpon, Audio/Sound System
2.3. Panel Control
2.4. Annunsiator
2.5. Lampu Tanda Bahaya
ALARM BELL BERFUNGSI UNTUK MEMBERIKAN
PERINGATAN DINI BAGI SELURUH PENGHUNI GEDUNG
KARENA ITU DIPERLUKAN UKURAN FISIK DAN KEKUATAN
SUARA YANG MEMADAI UNTUK MEMENUHI FUNGSI
TERSEBUT. UKURAN FISIK UMUMNYA BERDIAMETER 6
INCH. KEKUATAN SUARA (SOUND PRESSURE LEVEL =
SPL) SEKITAR 87 Db SAMPAI 90 Db BEKERJA DENGAN 24
VDC DARI SENTRAL DALAM MENILAI MUTU ALARM BELL
DIPERHATIKAN MENGENAI ALARM CURRENT (mA) DAN
SOUND PRESSURE LEVEL (SPL) DALAM Db. PATUT
DIPERHATIKAN BAHWA PARTISI RUANGAN BAIK KAYU,
BATA NAUPUN BETON AKAN MENGAKIBATKAN REDAMAN
TERTENTU PADA LEVEL SUARA BELL.
Sirene, pengaum atau sejenisnya dapat dipakai sebagai pengganti
lonceng atas persetujuan Direktur atau pejabat yang ditunjuk.
Lonceng harus dari jenis bergetar dan bekerjanya dengan sumber
tenaga baterai.
Lonceng harus dipasang dengan sebuah genta yang berdiameter
sekurang-kurangnya 150 (seratus lima puluh) mm;
Gangguan pada sirkit lonceng tidak boleh mempengaruhi
berfungsinya alarm.
Sirkit lonceng harus diamankan dengan sebuah pengaman arus
lebih yang sesuai.
Lonceng yang dipasang di luar bangunan harus dari jenis
konstruksi yang tahan cuaca.
Pada lonceng harus ditulis “KEBAKARAN” dengan warna kontras
dan tinggi hurufnya tidak kurang dari 25 (dua puluh lima) mm.
 Manual Call Point (MCP) 
Fungsi alat ini adalah untuk mengaktifkan sirine tanda kebakaran (Fire
Bell) secara manual dengan cara
memecahkankaca atau plastik transparan di bagian tengahnya.
Istilah lain untuk alat ini adalah Emergency Break Glass. 

PENEMPATAN
 
-sering terlihat oleh banyak orang, 
-terlewati oleh orang saat berlarian ke luar bangunan, 
-mudah dijangkau. 

Petugas penguji dapat melakukan komunikasi dengan penjaga di


Panel Control Room dengan memasukkan handset telepon ke dalam
jack pada MCP. Seketika itu juga telepon di panel akan aktif,sehingga
kedua orang ini bisa saling berkomunikasi. 
 
INDIKATOR LAMP ADALAH LAMPU
YANG BERFUNGSI SEBAGAI TANDA
AKTIF/TIDAKNYA SISTEM FIRE ALARM
ATAU SEBAGAI TANDA ADANYA
KEBAKARAN
1.BELL ALARM
2.BREAK GLASS
3.LAMP INDICATOR
3. Rangkaian Peralatan yang
Dikendalikan oleh Fire Alarm System

3.1. Mematikan System AC


3.2. Menutup Pintu Penahan Asap
3.3. Pressurized Fan ON
3.4. Fire Hydrant ON
3.5. Fire Special Extingihsing ON

Anda mungkin juga menyukai