Anda di halaman 1dari 65

SISTEM INSTALASI ALARM DAN

PEMADAM KEBAKARAN
 Bahwa Pengurus/ pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran, latihan penanggulanggan kebakaran di tempat
kerja.
 Kewajiban mencegah, megurangi dan memadamkan kebakaran di tempat
kerja, meliputi:
 Pengendalian setiap bentuk energi;
 Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana
evakuasi;
 Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
 Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja;
 Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara
berkala;
 Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi
tempat
– kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga kerja
dan
– atau tempat kerja yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.

Refer : Kepmenaker 186/1999


Sistem proteksi kebakaran aktif
Sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri atas sistem
pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem
pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan slang
kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia,
seperti APAR dan pemadam khusus.

Sistem proteksi kebakaran pasif


Sistem proteksi kebakaran yang terbentuk atau terbangun melalui
pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan,
kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat
ketahanan terhadap api, serta perlindungan terhadap bukaan

Ref : Per Men P.U. No.26/PRT/M/2008


Tentang Persyaratan Tehnis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungannya
Adalah komponen dan sub-sub komponen yang
dirangkai dengan suatu tujuan memberi
peringatan dini baik kepada penghuni maupun
kepada petugas, bila di suatu area tertentu adanya
indikasi kebakaran atau terjadi kebakaran.

Suatu Sistem yang memiliki fungsi untuk mendeteksi


secara dini adanya suatu kebakaran awal.
Instalasi Alarm Kebakaran Automatic
Sistem atau rangkaian alarm kebakaran yang menggunakan detektor asap,
panas, nyala api dan titik panggil secara manual serta perlengkapan lainnya
yang dipasang pada sistem alarm kebakaran

Fire Alarm dikenal memiliki 2 (dua) sistem, yaitu:


1. Sistem Konvensional.
2. Sistem Addressable.

Pada sistem konvensional, setiap detector hanya berupa kontak listrik biasa,
tidak mengirimkan ID Alamat yang khusus, yaitu yang menggunakan kabel isi
dua untuk hubungan antar detector ke detector dan ke Panel.

Titik akhir tarikan kabel disebut dengan istilah End-of-Line (EOL). Di titik
inilah detector fire terakhir dipasang dan di sini pulalah satu loop dinyatakan
berakhir (stop).
Sistem Addressable (Alamat)
Pada sistem ini setiap detector memiliki alamat sendiri-
sendiri untuk menyatakan identitas ID dirinya. Jadi titik
kebakaran sudah diketahui dengan pasti, karena panel bisa
menginformasikan deteksi berasal dari detector yang mana.
Sedangkan sistem konvensional hanya menginformasikan
deteksi berasal dari Zone atau Loop, tanpa bisa memastikan
detector mana yang mendeteksi.
•ULTRA VIOLET
Nyala
•INFRA RED

Panas •FIXED TEMPERATURE


•RATE OF RISE

Asap •IONIZATION
•OPTIC

Manual •Push bottom


•Full down
•break glass
JENIS DAN TIPE DETEKTOR

1). Detektor Asap (smoke detector)


Detektor yang bekerjanya berdasarkan terjadinya akumulasi asap
dalam jumlah tertentu.

Ada 2 tipe detektor asap (smoke detector)


a)Detektor asap Photo-elektrik
Contoh bentuk smoke detektor Optik

b)Detektor asap Ionisasi

Contoh bentuk smoke detektor Ionisasi


Jenis Smoke Detector:
a. Photoelectric Type Smoke Detector (Optical) yang bekerjanya berdasarkan
pembiasan cahaya lampu LED di dalam ruang detector oleh adanya asap yang masuk
dengan kepadatan tertentu.

Saat kepadatan asap (smoke density) sudah memenuhi ambang batas (threshold),
rangkaian elektronik yang terdapat didalam smoke detector akan aktif. Karena berisi
rangkaian elektronik smoke detector membutuhkan tegangan. Dari sifatnya, smoke
detector photoelectric tidak terlalu sensitif terhadap api atau asap kecil sehingga jarang
terjadi false alarm.

Light-emitting Diode (LED)


Jenis Smoke Detector:
b. Ionisation Smoke Detector yang bekerjanya berdasarkan tumbukan partikel asap
dengan unsur radioaktif amercium di dalam ruang detector (smoke chamber).

Amerisium adalah unsur kimia sintetik dalam sistem periodik unsur yang memiliki lambang Am dan nomor atom
95. Nama elemen ini diambil dari nama negara Amerika sementara penggunaanya antara lain adalah sebagai
detektor asap. Saat ada asap masuk melalui celah depan, asap akan bereaksi dengan Amerisium dan
menimbulkan arus listrik dan alarm akan menyala.
JENIS DAN TIPE DETEKTOR
2). Detektor Panas (heat detector)
Detektor yang bekerjanya berdasarkan pengaruh panas
(temperatur) tertentu

a. Detektor Panas Rate Of Rise (ROR)


Mampu mendekteksi dengan cepat terhadap kenaikan suhu 12-15OC dalam
1 menitnya. ROR banyak digunakan karena detector ini bekerja
berdasarkan kenaikan temperatur secara cepat di satu ruangan kendati
masih berupa hembusan panas. Umumnya pada titik 55 OC - 63 OC sensor
ini sudah aktif dan membunyikan alarm bell kebakaran.
PENGINDRA PANAS TYPE PENGEMBANGAN SUHU
(Rate Of Rise Heat Detector)
• Deteksi ini memiliki komponen:
Ruang deteksi yang dilengkapi membran (diafragma)
sebagai pendorong titik kontak tsb.

• Prinsip kerja deteksi ini bila disuatu ruangan terjadi


kebakaran sehingga terjadi perubahan suhu yg
cepat antara 70 – 100 / detik dan pemuaian udara
diruang tertutup tersebut mengakibatkan membran
terdorong naik dan dgn terdorongnya membran
sekaligus mendorong mechanical contact menjadi
aktif dan alarm berbunyi.

Biasanya alat ini digunakan sebagai alat deteksi


panas biasa untuk ruangan2 kantor, hotel, pusat
perbelanjaan dan lain2.
JENIS DAN TIPE DETEKTOR

b. Heat Detector Fixed Temperature


Berbeda dengan ROR, maka Fix Temperature baru mendeteksi pada derajat panas
yang langsung tinggi. Oleh karena itu cocok ditempatkan pada area yang
lingkungannya memang sudah agak-agak "panas", seperti: ruang genset, basement,
dsb.
JENIS DAN TIPE DETEKTOR

Detektor Nyala Api (Flame detector)


Flame detector merupakan alat optik yang digunakan untuk mendeteksi nyala
api. Prinsip kerja dari alat ini adalah mendeteksi radiasi infra-red atau ultraviolet
dari api yang menyala. Flame Detektor umumnya akan merespon jauh lebih
cepat misalnya terjadi kebakaran yang diakibatkan oleh gas dan cairan yang
mudah dibakar.
JENIS DAN TIPE DETEKTOR

Detektor Gas
Jenis detektor ini akan mendeteksi adanya kebocoran gas. Alat ini bisa mendeteksi
dua jenis gas, yaitu:
• LPG (Liquefied Petroleum Gas)
• LNG (Liquefied Natural Gas)
Perbedaan LPG dengan LNG adalah: LPG lebih berat daripada udara, sehingga
apabila bocor, gas akan turun mendekati lantai (tidak terbang ke udara).
Sedangkan LNG lebih ringan daripada udara, sehingga jika terjadi kebocoran,
maka gasnya akan terbang ke udara. Perbedaan sifat gas inilah yang menentukan
posisi detektor yang akan ditempatkan.
Conventional Fire Alarm Control Panel

Dalam sistem alarm, panel berfungsi sebagai pusat


pengendali semua sistem dan merupakan inti dari
semua sistem alarm

Panel Fire Alarm memiliki kapasitas zone, misalnya 1 Zone, 5 Zone, 10 dan seterusnya.
Pemilihan kapasitas panel disesuaikan dengan banyaknya lokasi yang akan diproteksi, selain
tentu saja pertimbangan soal harga. Di bagian depannya tertera sederetan lampu indikator
yang menunjukkan aktivitas sistem. Kesalahan sekecil apapun akan terdeteksi oleh panel ini,
diantaranya:
•Indikator Zone yang menunjukkan Lokasi Kebakaran (Fire) dan kabel putus (Zone Fault).
•Indikator Power untuk memastikan bagus tidaknya pasokan listrik pada sistem.
•Indikator Battery untuk memastikan kondisi baterai masih penuh atau sudah lemah.
•Indikator Attention untuk mengingatkan operator akan adanya posisi switch yang salah.
•Indikator Accumulation untuk menandakan bahwa sesaat lagi akan terjadi deteksi dan
sederetan indikator lainnya.
"Tiga Serangkai" dalam sistem Fire Alarm terdiri dari:
1. Manual Call Point.
2. Indicator Lamp.
3. Fire Bell.
Manual Call Point (MCP)
Fungsi alat ini adalah untuk mengaktifkan sirine tanda kebakaran
(Fire Bell) secara manual dengan cara memecahkan kaca atau
plastik transparan di bagian tengahnya. Istilah lain untuk alat ini
adalah Emergency Break Glass.

Untuk menguji fungsi alat ini tidak perlu dengan memecahkan kaca,
karena sudah tersedia tongkat atau kunci khusus, sehingga saklar
bisa tertekan tanpa harus memecahkan kaca. Kaca yang telanjur
retak atau pecah bisa diganti dengan yang baru.
Contoh Manual Call Point
Indicator Lamp
Indicator lamp adalah lampu yang berfungsi sebagai
pertanda aktif-tidaknya sistem Fire Alarm atau sebagai
pertanda adanya kebakaran.

Jadi apabila demikian, maka yang dimaksud dengan Indicator Lamp pada Fire
Alarm adalah lampu yang menunjukkan adanya power pada panel ataupun
menunjukkan trouble dan atau adanya kebakaran.

Di dalamnya hanya berupa lampu bohlam (bulb) berdaya 30V/2W atau lampu
LED berarus rendah. Oleh karena itu, dalam sistem yang normal (tidak pada
saat kebakaran) seyogianya lampu ini menyala (On). Sebaliknya apabila lampu
mati, ya tentu saja ada trouble pada power. Pada beberapa merk, indikasi
kebakaran dinyatakan dengan lampu indikator yang berkedip-kedip
Fire Bell
Fire Bell akan membunyikan bunyi alarm kebakaran yang khas. Suaranya
cukup nyaring dalam jarak yang relatif jauh. Tegangan output yang keluar
dari panel Fire Alarm adalah 24VDC, sehingga jenis Fire Bell 24VDC-lah yang
banyak dipakai saat ini, sekalipun versi 12VDC juga tersedia. Perlu
diperhatikan dalam pemasangan Fire Bell (pada tipe Gong) adalah kedudukan
piringan bell terhadap batang pemukul piringan jangan sampai salah. Jika
tidak pas, maka bunyi bell menjadi tidak nyaring.
Konfigurasi Fire Alarm System
Konfigurasi Fire Alarm System terbagi beberapa bagian, yaitu :
Panel Induk Fire Alarm (Main Control Fire Alarm – MCFA)
Peralatan Pendeteksian (Detector dan Flow Switch Devices)
Peralatan Tanda Bahaya (Signaling Devices)
Jaringan Instalasi yang menghubungkan seluruh peralatan
pendeteksian dan peralatan tanda bahaya ke panel induk (MCFA)

DETEKTOR AUDIBLE ALARM

INPUT
Nyala

Panas VISIBLE ALARM

Asap
OUTPUT HYDRANT

ANN
MCFA
Alat ini adalah pusat dari Fire
Alarm System yang dapat
mengontrol bekerjanya seluruh
bagian detector dan manual
station juga memberikan
instruksi pada alarm bell,
lacation indicator lamp apabila
terjadi indikasi kebakaran.
Biasanya alat ini dipasang
pada ruang operation atau
control room dimana terdapat
pengawasan 24 jam.
Fasilitas yang dimiliki MCFA
 Power indicator lamp :
Untuk mengetahui kondisi catu daya pada
panel
 Fire Alarm Station :
Untuk mengetahui sinyal yang diterima
dari berasal dari Manual push Button.
 Intercom :
Untuk melakukan komunikasi dengan
Annunciator atau Fire Alarm Station
 Disconnection :
untuk menunjukkan adanya kabel instalasi
yang putus pada jaringan detector.
Lanjutan........
 Accumulation :
Untuk mengetahui adanya alarm Palsu.
 Fuse Disconnection :
Untuk mengetahui adanya fuse yang
putus pada panel akibat gangguan yang
terjadi pada sistem.
 Silence :
Saklar ini berfungsi untuk mematikan
alarm bell.
 General alarm :
Untuk mengaktifkan bell pada seluruh
area gedung apabila keadaan darurat.
 Battery Check :
Untuk mengetahui kondisi battery back
up pada panel.
 Reset :
Untuk mengembalikan panel pada
keadaan normal.
Alat ini adalah bagian/tambahan dari
Control Panel Fire Alarm System yang
fungsinya sebagai monitor/pengamat
tambahan hanya tidak dapat berbuat aktif
seperti Control Panel. Alat ini juga
dilengkapi dengan Alarm Bell dan
telephone jack.
Biasanya alat ini dipakai apabila
dibutuhkan pengamat tambahan
diruangan lain seperti ruang General
Manager pada suatu hotel.
Alat ini bekerja apabila tombol mechanic yang dilapis
oleh plastic ditekan yang mengakibatkan mechanical
contact menjadi aktif.
Biasanya alat ini digunakan pada ruang2 umum/public
area sebagai alat diteksi manual dan untuk Manual Alarm
Station dilengkapi dengan telephone jack untuk
emergency communication.

Alat ini bekerja apabila Main Control Fire Alarm


menjadi aktif (Control Panel akan mensupply
tegangan DC 24 volt ke Alarm Bell).
Biasanya alat ini juga digunakan pada ruang
umum sebagai pemberi isyarat apabila terjadi
kebakaran (untuk evakuasi).
Alarm Bell.
Alat ini bekerja apabila
Main Control Fire Alarm menjadi aktif (Control Panel akan
mensupply tegangan DC 24 volt ke Alarm Bell).

Biasanya alat ini juga digunakan pada ruang umum sebagai


pemberi isyarat apabila terjadi kebakaran (untuk evakuasi).
Instalasi alarm kebakaran automatik harus dilakukan
pemeliharaan & pengujian berkala secara mingguan, bulanan dan
tahunan.
Pemeliharaan dan pengujian mingguan meliputi :
•Membunyikan alarm secara simulasi,
•Memeriksa kerja lonceng (alarm), memeriksa tegangan dan
keadaan baterai,
•Memeriksa seluruh sistem alarm,
•dan mencatat hasil pemeliharaan serta pengujain di buku
catatan.

Ref. PerMenaker No. 02/1983


Instalasi alarm kebakaran automatik harus dilakukan
pemeliharaan & pengujian berkala secara mingguan, bulanan
dan tahunan.
Pemeliharaan dan pengujian bulanan meliputi :
•Mencipatakan kebakaran simulasi,
•Memeriksa lampu-lampu indikator,
•Memeriksa fasilitas penyedia sumber tenaga darurat, mencoba
dengan kondisi gangguan terhadap sistem,
•Memeriksa kondisi dan kebersihan panel indikator dan
mencatatnya.
Instalasi alarm kebakaran automatik harus dilakukan
pemeliharaan & pengujian berkala secara mingguan, bulanan dan
tahunan.
Pemeliharaan dan pengujian tahunan meliputi :
•Memeriksa tegangan instalasi,
•Memeriksa kondisi dan keberhasilan seluruh detektor serta
menguji sekurang-sekurangnya 20% detektor dari setiap
kelompok instalasi.
Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran
Ujicoba secara berkala :
Pengujian Detektor :
• Aktivasi detektor yang terpasang sesuai jenisnya
– Detektor panas dengan heat detector tester atau hot gun hair dryer
– Detektor asap dengan smoke detector tester atau asap rokok
• Catat waktu yang dibutuhkan dari aktivasi detektor sampai berbunyinya bel alarm
dan menyalanya strobe light
Pengujian Titik Panggil Manual
• Aktivasi titik panggil manual yang terpasang sesuai jenisnya
− Push bottom dengan menekan tombol tekan
− Break glass dengan menggunakan kunci khusus untuk pengujian
• Catat waktu yang dibutuhkan dari aktivasi titik panggil manual sampai berbunyinya
bel alarm dan menyalanya strobe light
Pengujian Bel Alarm Dan Strobe Light
 Periksa apakah bel alarm dan stobe light bekerja setiap kali dilakukan pengujian alarm
Test Simulasi ALARM SYSTEM

•Tekan Tombol “ FIRE TEST “ keposisi “ TEST “


•Tekan Tombol “ TEST SWITCH “
•Tekan Tombol “ AUTO RESET “.
•Tekan Tombol “ AREA BELL “ ke posisi “ OFF “
•Tekan Tombol Kecil yang berada disamping kiri lampu Zone Incator
•Lampu Zone yang berwarna HIJAU pada zone yang bersangkutan
MENYALA.
•Lampu berwarna MERAH yang bertuliskan FIRE ALARM “ MENYALA “
•Alarm Sounder di MCFA berbunyi.
•Lepaskan kembali Tombol Test.
•Keadaan kembali Normal.
Smoke Detector Tester

Insert tube into Adapter.

Rotate arrow on top of


can’s nozzle to point to
center of tube’s opening.

Spray Smoke Detector


Tester at smoke detector
for one to two seconds.
Testing Duct Mounted Smoke Detectors
Extension Devices are made of sturdy aluminum and non-conductive fiberglass

Snap can into clamp on


Remove rubber Smoke Detector Tester
cap from bottom Extension Head. (Smoke
of Extension Detector Tester is shown
head (N-30) with 1490 Adapter installed
on can.)

Connect first Extension Arm (N-59) Align arrow forward on


to Extension Head (N-30) or (PH) can’s activating nozzle.
by screwing poles together
clockwise until tight.
See table below for Extension
Devices required for indicated
testing elevations.

Aim at smoke detector


and press down on
activation trigger.
Connect additional Extension
Arms, as needed, to first
Entension Arm after removing
the rubber cap
HEAT DETECTOR TESTER

Place one or two Heat Pads, depending on


the type of heat detector, into Adapter Tray
and secure with rubber bands. Dome type
and some thermister type do not require an
Adapter Tray; they need only one Heat Pad.

Fill Syringe with 2 tsp of water.


Use 1 tsp of water per Heat
Pad. Re-wet after Heat
Pad cools.

Wait 60 seconds and raise assembly making


sure Heat Pads make contact with the
detector’s sensor. Alarm should occur
within 15 seconds.
Contoh Hot gun hair dryers
CONTOH
AREA ZONING AREA ZONING

PRESS. FAN A.H.U LIFT

SECURITY ACCESS
FIRE SPRINKLER MANUAL
STATION

AREA ZONING AREA ZONING

JUMLAH ADDRESS YANG DIPERGUNAKAN


TERGANTUNG KAPASITAS ADDRESS DALAM LOOP

AREA ZONING
AREA ZONING

MANUAL
STATION A.H.U

FIRE PUMPS ADDRESSABLE


CONTROL PANEL

ANUNCIATOR ANUNCIATOR

SECURITY ACCESS
FIRE SPRINKLER

AREA ZONING AREA ZONING

CONTOH PEMBAGIAN ZONING UNTUK SETIAP LANTAI GEDUNG


PT. XXXXX
Ref. Permenaker 02/1983
Ref. Permenaker 02/1983
“Fire Extinguishers”
ALAT PEMADAM API RINGAN
PENGERTIAN
Suatu alat pemadam kebakaran yang dapat
dijinjing/di bawa, dioperasikan oleh satu orang,
berdiri sendiri, mempunyai berat antara 0,5 kg -16
kg dan digunakan pada pemadaman api awal.
• Dapat Dioperasikan Satu Orang
• Untuk Pemadaman Pada Mula Kebakaran
• Sebatas Volume Api Kecil

Harus siap pakai pada waktunya


• mudah dilihat dan mudah diambil
• kondisi baik
• setiap orang dapat mengoperasikan
dengan benar, tidak membahayakan
dirinya.

Referensi : Pert. Menaker No Per-04/Men/1980


Pemasangan dan Penempatan APAR

• Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan


harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat
dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta
dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan,
• Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan
harus sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran,
• Penempatan antara alat pemadam api yang satu dengan
lainnya atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh
melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai
pengawas atau ahli keselamatan Kerja.
• Pada ketinggian 15 – 120 cm
• Pada suhu antara 40 C – 490 C
• Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya
berwarna merah

Referensi Permenaker No : 04/MEN/1980


Jenis Alat Pemadam Api Ringan terdiri
Jenis cairan (air);
Jenis busa;
Jenis tepung kering;
Jenis gas (hydrocarbon berhalogen dan sebagainya);

Bagian-bagian
APAR
Prinsip Pengoperasian APAR
yaitu P-A-S-S:

P A Pull : tarik atau cabut pin


pengaman APAR
Aim : arahkan nozzle atau
selang ke sumber api

S S Squeeze : tekan handle


dari APAR
Sweep : kibas-kibas
arahkan semprotan ke
api
A. Kebakaran bahan padat kecuali logam (Golongan A);
B. Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar (Golongan B);
C. Kebakaran instalasi listrik bertegangan (Golongan C);
A. Kebakaran logam (Golongan D)

Referensi Permenaker No : 04/MEN/1980


Bahwa setiap Alat Pemadam Api Ringan harus diperiksa 2 (dua)
kali dalam setahun, yaitu:
• Pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan;
• Pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan

Jika perlengkapan alat pemadam api ringan rusak atau cacat saat
ditemui dalam pemeriksaan, maka segera diperbaiki atau diganti
dengan alat pemadam api ringan yang baik.
Setiap alat pemadam api ringan dilakukan percobaan secara
berkala dengan jangka waktu tidak lebih dari 5 tahun

Ref : Permenaker 04/1980 – Pasal 11


Pemeriksaan dalam jangka 6 ( enam ) bulan meliputi dengan cara
Berisi atau tidaknya tabung, berkurang atau tidaknya tekanan dalam tabung,
rusak atau tidaknya segi pengaman tabung (safety pin),
Bagian-bagian luar tabung tidak boleh cacat termasuk handle dan label harus
selalu dalam keadaan baik,
Mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar yang terpasang tidak boleh
retak, atau menunjukan tanda – tanda rusak,
Untuk alat pemadam api ringan cairan atau asam soda, diperiksa dengan
cara mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan asam keras diluar
tabung, apabila reaksinya cukup kuat, maka alat pemadam api ringan
tersebut dapat dipasang Kembali,
Untuk alat pemadam api ringan jenis busa diperiksa dengan cara
mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan aluminium sulfat diluar
tabung, apabila cukup kuat, maka alat pemadam api ringan tersebut dapat
dipasang Kembali,
Ref : Permenaker 04/1980 – Pasal 11
Pemeriksaan dalam jangka 6 ( enam ) bulan meliputi dengan cara
Untuk alat pemadam api ringan hydrocarbon berhalogen kecuali jenis
tetrachlorida diperiksa dengan cara menimbang, jika beratnya sesuai
dengan aslinya dapat dipasang Kembali,
Untuk alat pemadam api jenis carbon tetrachlorida diperiksa dengan cara
melihat isi cairan didalam tabung dan jika memenuhi syarat dapat dipasang
Kembali,
Untuk alat pemadam api jenis carbon dioxida (CO2) harus diperiksa dengan
cara menimbang serta mencocokkan beratnya dengan berat yang tertera
pada alat pemadam api tersebut, apabila terdapat kekurangan berat
sebesar 10% tabung pemadam api itu harus diisi kembali sesuai dengan
berat yang ditentukan.

Ref : Permenaker 04/1980 – Pasal 11


Pemeriksaan dalam jangka 12 ( dua belas ) bulan meliputi dengan cara :
Untuk alat pemadam api jenis cairan dan busa dilakukan pemeriksaan
dengan membuka tutup kepala secara hati-hati dan dijaga supaya tabung
dalam posisi berdiri tegak, kemudian diteliti sebagai berikut :
Isi alat pemadam api harus sampai batas permukaan yang telah ditentukan,
Pipa pelepas isi yang berada dalam tabung dan saringan tidak boleh
tersumbat
Ulir tutup kepala tidak boleh cacat atau rusak, dan saluran
penyemprotan tidak boleh tersumbat,
Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak dengan
bebas, mempunyai rusuk atau sisi yang tajam dan bak gesket atau paking
harus masih dalam keadaan baik,
Gelang tutup kepala harus masih dalam keadaan baik,

Ref : Permenaker 04/1980 – Pasal 11


Pemeriksaan dalam jangka 12 ( dua belas ) bulan meliputi dengan cara :
 Bagian dalam dan alat pemadam api tidak boleh berlubang atau
cacat karena karat,
 Untuk jenis cairan busa yang dicampur sebelum dimasukkan
larutannya harus dalam keadaan baik,
 Lapisan pelindung dari tabung gas bertekanan harus dalam keadaan baik,
 Tabung gas bertekanan harus berisi penuh sesuai dengan kapasitasnya.
Untuk alat pemadam api jenis busa harus tahan terhadap tekanan coba
sebesar 20 Kg per CM2.

Ref : Permenaker 04/1980 – Pasal 11


Untuk alat pemadam api ringan jenis tepung kering (Dry Chemical) dilakukan
pemeriksaan dengan membuka tutup kepala secara hati-hati dan dijaga
supaya tabung dalam posisi berdiri tegak dan kemudian diteliti menurut ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
Isi tabung harus sesuai dengan berat yang telah ditentukan dan tepung keringnya
dalam keadaan tercurah bebas tidak berbutir,
Ulir tutup kepala tidak boleh rusak dan saluran keluar tidak boleh
tersumbat,
Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak dengan bebas,
mempunyai rusuk dan sisi yang tajam,
Gelang tutup kepala harus dalam keadaan baik,
Bagian dalam dan tabung tidak boleh berlubang-lubang atau cacat karena karat,
Lapisan pelindung dari tabung gas bertekanan harus dalam keadaan baik,
Tabung gas bertekanan harus terisi penuh, sesuai dengan kapasitasnya
yang diperiksa dengan cara menimbang.

Ref : Permenaker 04/1980 – Pasal 11


Contoh Checklist pengecekan APAR
REFERENSI DASAR PENGADAAN DAN PEMASANGAN
PERALATAN PENCEGAH DAN PEMADAM KEBAKARAN
1. Undang Undang Bangunan Gedung No.28 Tahun 2002
2. Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatam Kerja
3. Per Men P.U. No.26/PRT/M/2008 Tentang Persyaratan Tehnis Sistem
Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungannya
3. Permenaker 04/MEN/1980, tentang Alat Pemadam Api Ringan.
4. Permenaker 02/MEN/1983, tentang Instalasi Alarm Kebakaran
Automatik.
5. Instruksi Menaker No. 11/M/BW/1997 Tentang Pengawasan Khusus K3
Penanggulangan Kebakaran
6. SNI 03-3988-1885 Pengujian Kemampuan Pemadaman dan Penilaian
APAR
7. SNI 03-3985-2000 Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian
sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan gedung.

Anda mungkin juga menyukai