Anda di halaman 1dari 75

BAMBANG UNTARA

Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)


RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
PERATURAN BANGUNAN GEDUNG
 Undang – undang No 28 tahun 2002 tentang Bangunan
gedung
 Permen PU 24/2008 tentang pedoman pemeliharaan dan
perawatan bangunan gedung
 Permen PU 25/2007 tentang Pedoman Sertifikat laik fungsi
 Kepmen Permukiman dan Prasarana Wilayah 332/2002
tentang pedoman teknis Pembangunan gedung negara
 Permen PU No 29 /2009 tentang pedoman teknis bangunan
gedung
 Permenkes 24 /2016 tentang Persyaratan teknis Bangunan
dan prasarana
PERATURAN BANGUNAN GEDUNG
 Kepmenneg PU No.10/KPTS/2000 tentang Ketentuan
persyaratan teknis pengamanan thd bahaya
kebakaran pd bangunan gedung dan lingkungan
 Kepmenneg PU No.11/KPTS/2000 tentang Ketentuan
persyaratan teknis manajemen penanggulangan
kebakaran di perkotaan
 Keputusan Direktur Jenderal Perumahan dan
Permukiman Dep. Kimpraswil No. 58/KPTS/DM/2002,
Petunjuk Teknis Rencana Tindakan Darurat
Kebakaran pada Bangunan Gedung
Proses pembangunan
1. Perencanaan
2. Pembangunan
3. Pemanfaatan dan Maentenance
Hal- hal yang dapat menimbulkan masalah pd
Bangunan’
1. Spec : kualitas salah desain
2. Pelaksanaan tdk sesuai standar
3. Perubahan fungsi dan kurang perawatan
PERSYARATAN BANGUNAN
GEDUNG
 UU 28/2002 pasal 7
1. Pesyaratan adimistrasi
• Sertifikat tanah
• Ijin pemanfatan lahan
• IMB
• Sertifikat laik Fungsi (SLF) Permen PU 25 /2007
2. Persyaratan Teknis
• Tata bangunan sesuai Permen PU 06/2007 tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
lingkungan
• Persyaratan Keandalan bangunan gedung
Persyaratan Teknis Keandalan BG

Keselamatan Keselamatan Struktur

Kesehatan Pengamanan
Kebakaran
Kenyamanan

Kemudahan Penangkal Petir

Pengamanan Instalasi
Tenaga Listrik

Bahan Peledak
Keselamatan – struktur

 Setiap BG, Strukurnya harus direncanakan


 Mampu memikul beban sesuai fungsinya
dalam kurun waktu umur teknis yang
ditentukan
 secara daktail, stabil, dan kukuh shg
pada kondisi pembebanan diatas beban
maksimum, apabila terjadi keruntuhan
masih dapat memberi kemudahan untuk
evakuasi pengguna
 mampu memikul semua beban dan/atau
pengaruh luar yang mungkin bekerja
selama umur layanan struktur yang
direncanakan
 Setiap BG pada zona gempa atau zona angin
harus direncana-kan sebagai BG tahan
gempa/angin
 Elemen struktur bangunan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga pada kejadian kebakaran
dalam bangunan, tdk terjadi keruntuhan

1 7
Keselamatan –
struktur
Struktur bangunan yang
terdiri dari elemen struktur
harus dapat bekerja sama
secara keseluruhan menjadi
satu kesatuan untuk mampu
berfungsi menjamin
kekuatan, stabilitas,
kekakuan, keselamatan dan
kenyamanan bangunan
gedung terhadap segala
macam beban dan terhadap
segala bahaya (gempa,
kebakaran, dll.)
Keselamatan –
Pengamanan Kebakaran
 Setiap BG, kecuali Rumah Tinggal
Tunggal, harus dilindungi
terhadap bahaya kebakaran
dengan Sistem Proteksi Pasif dan
Aktif thd Bahaya Kebakaran
 Penerapan sistem proteksi
pasif/aktif didasarkan pada
fungsi/klasifikasi, luas,
ketinggian, volume, bahan
bangunan terpasang, dan/atau
jumlah penghuni BG.
 Setiap BG dengan
fungsi/klasifikasi, luas,
ketinggian, volume bangunan,
dan/atau jumlah penghuni
tertentu harus memiliki unit
Manajemen Pengamanan
Kebakaran 1 9
TUJUAN KESELAMATAN
KEBAKARAN

 Keselamatan jiwa manusia


(life-safety)
 Perlindungan harta benda
(property-safety)
 Kelangsungan proses dan kerja
(process-safety)
 Keselamatan lingkungan
(environmental-safety)
Sistem Proteksi Pasif

Sistem proteksi pasif adalah


suatu sistem proteksi
kebakaran pada bangunan
gedung yang berbasis pada
disain struktur dan arsitektur
sehingga bangunan gedung
itu sendiri secara struktural
stabil dalam waktu tertentu
dan dapat menghambat
penjalaran api serta panas
bila terjadi kebakaran.
Sistem Proteksi Pasif

Pengamanan terhadap bahaya


kebakaran dilakukan dengan sistem
proteksi pasif sebagaimana dimaksud
meliputi kemampuan stabilitas
struktur dan elemennya, konstruksi
tahan api, kompartemenisasi dan
pemisahan, serta proteksi pada
bukaan yang ada untuk menahan dan
membatasi kecepatan menjalarnya api
dan asapkebakaran.
Sistem Proteksi Aktif

• Setiap bangunan gedung, kecuali


rumah tinggal tunggal, harus
dilengkapi dengan sistem proteksi
aktif yang merupakan proteksi
terhadap harta milik terhadap bahaya
kebakaran berbasis pada penyediaan
peralatan yang dapat bekerja baik
secara otomatis maupun secara
manual, digunakan oleh penghuni
atau petugas pemadam dalam
melaksanakan operasi pemadaman.
Hydran dan Fire alarm
Hydran dan Fire alarm
Hydran dan Fire alarm
Fire Alarm
Keselamatan – Penangkal
Petir
 Setiap BG yang berdasarkan
letak, sifat geografis, bentuk
dan penggunaannya berisiko
terkena sambaran petir harus
dilengkapi instalasi penangkal
petir
 Sistem Penangkal/Proteksi
Petir harus dapat mengurangi
secara nyata risiko kerusakan
yang disebabkan sambaran
petir terhadap bangunan
gedung yang diproteksinya

1 36
Keselamatan –
Instalasi Tenaga
Listrik

 Setiap BG yang Dilengkapi


dengan Instalasi Tenaga
Listrik termasuk Sumber
daya Listriknya harus dijamin
aman, andal, dan akrab
lingkungan

1 37
Keselamatan –
Bahan Peledak
 Setiap BG untuk
kepentingan umum, atau
BG fungsi khusus, harus
dilengkapi dengan sistem
pengamanan yang
memadai untuk mencegah
terjadinya keruntuhan
struktur dan/atau
kebakaran akibat
bencana bahan peledak
dan sejenisnya

1 38
Keselamatan Sistem penghawaan

Kesehatan
Sistem pencahayaan
Kenyamanan

Kemudahan Sistem sanitasi

Penggunaan bahan
Sistem Penghawaan
 Merupakan kebutuhan sirkulasi dan pertukaran udara yang harus
disediakan pada bangunan gedung melalui bukaan dan / atau
ventilasi alami dan / atau ventilasi buatan.
 Bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan,
pendidikan dan bangunan pelayanan umum lainnya harus
mempunyai bukaan untuk ventilasi alami.
 Setiap bangunan gedung harus mempunyai ventilasi alami
dan/atau ventilasi mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya.
 Bangunan gedung tempat tinggal harus mempunyai bukaan
permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan
permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami.
 Bangunan gedung pelayanan kesehatan, khususnya ruang
perawatan, harus mempunyai bukaan permanen, kisi-kisi pada
pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka
untuk kepentingan ventilasi alami.
 Bangunan gedung pendidikan, khususnya ruang kelas, harus
mempunyai bukaan permanen, kisi-kisi pada jendela dan pintu
dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan
ventilasi alami.
40
Sistem Pencahayaan
 Kebutuhan pencahayaan disediakan melalui pencahayaan alami
dan / atau pencahayaan buatan.
 Bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan,
pendidikan dan bangunan pelayan umum lainnya harus
mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami.
 Setiap bangunan gedung harus mempunyai pencahayaan yang
cukup sesuai dengan fungsinya, yang dapat dipenuhi baik melalui
pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan.
Pencahayaan alami harus memenuhi ketentuan:
 pemanfaatan pencahayaan alami harus diupayakan optimal;
 kebutuhan pencahayaan alami disesuaikan dengan fungsi
bangunan gedung dan fungsi masing-masing ruang di dalam
bangunan gedung;
 bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan, dan
pendidikan harus mempunyai dinding dan/atau atap tembus
cahaya buntuk kepentingan pencahayaan alami. Bukaan tersebut
dapat ditutup dengan bahan yang tembus cahaya; dan
 silau sebagai akibat pencahayaan alami perlu dikendalikan agar
tidak mengganggu tingkat iluminasi yang dipersyaratkan sesuai
fungsi ruang dalam bangunan gedung.

41
INDEX PENCAHAYAAN MENURUT JENIS RUANGAN ATAU
UNIT
1. Ruang pasien : - saat tidak tidur 100 – 200 Lux
-saat tidur Maksimal 50 Lux
Warna cahaya sedang
2. Ruang Operasi Umum 300 – 500 Lux
3. Meja Operasi 10.000 – 20.000 Lux Warna cahaya
sejuk
atausedang tanpa bayangan
4. Anestesi, pemulihan 300 -500 Lux
5. Endoscopy, lab 75 – 100 Lux
6. Sinar X Minimal 60 Lux
7. Koridor Minimal 100 Lux
8. Tangga Minimal 100 Lux Malam hari
10. Ruang alat/gudang Minimal 200 Lux
11. Farmasi Minimal 200 Lux
12. Dapur Minimal 200 Lux
13. Ruang Cuci Minimal 100 Lux
14. Toilet Minimal 100 Lux
15. Ruang Isolasi khusus Penyakit Tetanus 0,1 –
0,5 Lux Warna cahaya biru
16. Ruang luka bakar 100 – 200 Lux
Sistem Sanitasi
 Sistem sanitasi harus disediakan di dalam dan di luar bangunan
gedung untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor
dan / atau air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan.
 Sistem sanitasi pada bangunan gedung dan lingkungannya harus
dipasang sehingga mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaannya,
tidak membahayakan serta tidak menggangu lingkungan sekitar.
 Setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sistem plambing,
yang meliputi sistem air bersih, sistem air kotor, air kotoran dan/atau
air limbah, alat plambing yang memadai, serta sistem pengolahan air
limbah.
 Sistem plambing harus direncanakan dan dipasang sedemikian rupa
sehingga mudah dalam operasional dan pemeliharaannya, tidak
mencemari lingkungan, serta diperhitungkan sesuai dengan fungsi
bangunan gedung.
 Ketentuan tatacara perencanaan dan pemasangan sistem plambing
pada bangunan gedung mengikuti pedoman dan standar teknis yang
berlaku.

44
Sistem Sanitasi
 Setiap bangunan gedung dan pekarangannya harus dilengkapi
dengan sistem saluran air hujan.
 Air hujan harus dialirkan ke sumur resapan dan dialirkan ke
jaringan
 drainase kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kecuali
untuk daerah tertentu.
 Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab-sebab
lain yang dapat diterima, maka harus dilakukan cara-cara lain
yang dibenarkan oleh instansi yang berwenang.
 Sistem saluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah
terjadinya endapan dan penyumbatan pada saluran.
 Ketentuan tatacara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem saluran air hujan pada bangunan gedung
mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.
 Setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan fasilitas
penampungan dan/atau pengolahan sampah yang memadai,
sehingga tidak mengganggu keselamatan, kesehatan dan
kenyamanan bagi penghuni, masyarakat dan lingkungan
sekitarnya.
 Ketentuan tata cara perencanaan, pemasangan, dan pengelolaan
fasilitas persampahan pada bangunan gedung mengikuti
pedoman dan standar teknis yang berlaku.

45
Penggunaan Bahan
Penggunaan bahan bangunan gedung harus aman bagi kesehatan pengguna
bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan.
Penggunaan bahan bangunan dalam pembangunan dan pemanfaatan
bangunan gedung harus:
 menjamin kesehatan, keselamatan pengguna bangunan gedung dan tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan;
 menjamin keandalan bangunan gedung sesuai umur layanan teknis yang
direncanakan;
 menjamin ketahanan bahan bangunan terhadap kerusakan yang
diakibatkan oleh cuaca, serangga perusak dan/atau jamur; dan
 mewujudkan bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan
lingkungannya;
Pemanfaatan dan penggunaan bahan bangunan lokal dianjurkan sesuai
dengan kebutuhan dan memperhatikan kelestarian lingkungan.
Penggunaan bahan bangunan untuk fungsi dan klasifikasi bangunan gedung
tertentu termasuk bahan bangunan tahan api harus melalui pengujian.
Bahan bangunan prefabrikasi harus dirancang sehingga memiliki sistem
sambungan yang baik dan andal, serta mampu bertahan terhadap gaya
angkat pada saat pemasangan.
Ketentuan mengenai penggunaan bahan bangunan mengikuti pedoman dan
standar teknis yang berlaku.
46
Persyaratan Teknis Keandalan BG

Kenyamanan ruang
Keselamatan gerak dan hubungan
antar ruang
Kesehatan
Kondisi udara
Kenyamanan
Kenyamanan pandangan

Kemudahan Tingkat getaran


&kebisingan
Kenyamanan ruang gerak
Merupakan tingkat kenyamanan yang
diperoleh dari dimensi ruang dan tata
letak ruang yang memberikan
kenyamanan bergerak dalam
ruangan.
Kenyamanan hubungan antar ruang
Merupakan tingkat kenyamanan
yang diperoleh dari tata letak
ruang dan sirkulasi antar ruang
dalam bangunan gedung untuk
terselenggaranya fungsi bangunan
gedung.
Kenyamanan kondisi udara dalam ruang
Merupakan tingkat kenyamanan yang
diperoleh dari temperatur dan kelembaban di
dalam ruang untuk terselenggaranya fungsi
bangunan gedung.
Kenyamanan pandangan
Merupakan kondisi dimana hak
pribadi orang dalam melaksanakan
kegiatan di dalam bangunan
gedungnya tidak terganggu dari
bangunan gedung lain di sekitarnya.
Kenyamanan tingkat getaran
dan kebisingan
Merupakan tingkat
kenyamanan yang
ditentukan oleh suatu
keadaan yang tidak
mengakibatkan pengguna
dan fungsi bangunan
gedung terganggu oleh
getaran dan / atau
kebisingan yang timbul
baik dari dalam bangunan
gedung maupun
lingkungannya.
Persyaratan Teknis Keandalan BG

KEMUDAHAN HUBUNGAN
Keselamatan HORIZONTAL

Kesehatan
KEMUDAHAN HUBUNGAN
VERTIKAL
Kenyamanan
(Pasal 26)
AKSES EVAKUASI DALAM
KEADAAN DARURAT
KEBAKARAN

Kemudahan FASILITAS & AKSESIBILITAS


PENANDA BAGI PENYANDANG
CACAT FASILITAS &
AKSESIBILITAS PENANDA
BAGI PENYANDANG CACAT
PERSYARATAN –
KEMUDAHAN

 KEMUDAHAN HUBUNGAN KE, DARI DAN DI


DALAM BANGUNAN: FASILITAS &
AKSESIBILITAS YG MUDAH, AMAN DAN
NYAMAN TERMASUK BAGI PENYANDANG
CACAT DAN LANJUT USIA

 KELENGKAPAN PRASARANA & SARANA:


RUANG IBADAH, RUANG GANTI, RUANGAN
BAYI, TOILET, TEMPAT PARKIR, TEMPAT
SAMPAH, FASILITAS KOMUNIKASI DAN
INFORMASI

1 54
KETENTUAN MENGENAI
HUBUNGAN KE, DARI, DI DALAM
BANGUNAN
 Kemudahan hubungan horizontal
antar ruang dalam bangunan gedung
sebagaimana merupakan keharusan
BANGUNAN GEDUNG UNTUK
MENYEDIAKAN PINTU DAN / ATAU
KORIDOR ANTAR RUANG
 Penyediaan mengenai jumlah, ukuran
dan konstruksi teknis pintu dan
koridor DISESUAIAKAN DENGAN
FUNGSI RUANG BANGUNAN GEDUNG
 HARUS MENYEDIAKAN AKSES MASUK /
KELUAR UTAMA YG MEMADAI SESUAI
DENGAN FUNGSINYA
 Arah bukaan daun pintu dalam suatu
ruangan dipertimbangkan
BERDASARKAN FUNGSI RUANG DAN
ASPEK KESELAMATAN
55
 Kemudahan hubungan vertical
dalam bangunan gedung termasuk,
sarana TRANSFORMASI VERTIKAL
berupa penyediaan tangga, ram, dan
sejenisnya serta lift dan / atau
tangga berjalandalam bangunan
gedung denganmempertimbangkan
kemudahan, keamanan,
keselamatan, dan
kesehatanpengguna.
 BANGUNAN GEDUNG DENGAN JMLH
LANTAI LEBIH DARI 5 HARUS
DILENGKAPI DG SARANA TRANSPORTASI
VERTIKAL (LIF) YG DIPASANG SESUAI
KEBUTUHAN DAN FUNGSI BANGUNAN
GEDUNG.
AKSES EVAKUASI DALAM KEADAAN DARURAT

 PENYEDIAAN AKSES EVAKUASI HRS DAPAT DICAPAI DG MUDAH &


DILENGKAPI DG PETUNJUK ARAH YG JELAS
 PENYEDIAAN SARANA JALAN KELUAR, TANDA ARAH & SISTEM
PERINGATAN BAHAYA DISESUAIAKAN DG FUNGSI,
KLASIFIKASI, JUMLAH DAN KONDISI PENGGUNA BANGUNAN
GEDUNG SERTA JARAK PENCAPAIAN KETEMPAT YG AMAN
 SARANA JALAN KELUAR YG MELIPUTI PENCAPAIAN KE AKSES EKSIT,
EKSIT & PELEPASAN EKSIT HARUS DILENGKAPI DG TANDA ARAH YG
MUDAH DIBACA & JELAS
 PEMILIHAN JENIS, JUMLAH & LETAK SISTEM PERINGATAN BAHAYA
DLM BANGUNAN GEDUNG BERDASARKAN FUNGSI BANGUNAN
GEDUNG & MENGACU PD STANDAR TEKNIS YG BERLAKU
 KETENTUAN LEBIH LANJUT TENTANG PERANCANGAN, PEMASANGAN
& PEMELIHARAAN SARANA JALAN KELUAR, TANDA ARAH & SISTEM
PERINGATAN BAHAYA MENGIKUTI PEDOMAN & STANDAR TEKNIS YG
BERLAKU
PENYEDIAAN FASILITAS & AKSESIBILITAS BAGI
PENYANDANG CACAT DAN LANJUT USIA

FASILITAS & AKSESIBILITAS


PENANDA BAGI
PENYANDANG CACAT
SEBAGAIMANA DIMAKSUD
MELIPUTI :

TOILET, TEMPAT PARKIR,


TELEPON UMUM, RAMP,
JALUR PEMANDU & RAMBU
• SEMUA PRASARANA & SARANA
DLM BANGUNAN GEDUNG
HARUS SELALU DIPELIHARA &
DIRAWAT AGAR SELALU LAIK
FUNGSI
• KETENTUAN LEBIH LANJUT
MENGENAI JENIS, JUMLAH,
UKURAN & PENEMPATAN
PRASARANA & SARANA
BANGUNAN GEDUNG
MENGIKUTI KETENTUAN DLM
PEDOMAN & STANDAR TEKNIS
YG BERLAKU.
Video3.mpg

Anda mungkin juga menyukai