T E N TAN G :
KAWASAN TANPA ROKOK
DI RSUD HARAPAN INSAN SENDAWAR
KABUPATEN KUTAI BARAT
TAHUN 2015
Menimbang : a. Bahwa rokok mengandung zat psikoaktif membahayakan yang dapat menimbulkan
adiksi serta menurunkan derajat kesehatan manusia dan asap rokok tidak hanya
membahayakan kesehatan perokok aktif tetapi juga menimbulkan pencemaran
udara yang membahayakan kesehatan orang lain;
b. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 115 ayat (2) Undang-undang nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan mewajibkan pemerintah daerah untuk mewujudkan kawasan
tanpa rokok, sehingga perlu diatur dengan peraturan Direktur RSUD Harapan Insan
Sendawar ;
MEMUTUSKAN
Dalam peraturan Direktur RSUD Harapan Insan Sendawar ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah provinsi kalimantan timur area RSUD harapan insan sendawar.
2. Pejabat, pegawai / staf ( baik PNS dan TKK ) dilingkungan RSUD harapan insan sendawar.
3. Seluruh pengunjung / pasien yang berkunjung kelingkungan RSUD harapan insan sendawar.
4. Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termaksud cerutu atau bentuk lainnya yang
dihasilkan dari tanaman nicotiana tubacum, nicotiana rustica dan spesies lainnya atau
sintetisnya yang mengandung nikotin, tar dan zat adiktif dengan atau tanpa bahan tambahan.
5. Kawasan tanpa rokok, yang selanjutnya disingkat KTR, adalah ruangan atau area yang
dinyatakan dilarang untuk kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan / atau
mempromosikan produk tembakau.
6. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan , tertutup atau terbuka , bergerak atau tetap
dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha.
7. Pimpinan dan / atau penanggung jawaban atas sebuah tempat atau ruang kegiatan.
8. Satuan kerja perangkat daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah unit kerja pemerintah
daerah yang mempunyai tugas mengelola anggaran dan barang daerah.
BAB II
AZAS, TUJUAN DAN PRINSIP
Pasal 2
Azas peraturan Direktur RSUD Harapan Insan Sendawar ini adalah untuk melindungi hak asasi
manusia dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya melalui pengendalian terhadap
bahaya asap rokok.
Pasal 3
Pasal 5
Kawasan tanpa rokok meliputi :
a. Perkantoran ( Administrasi ), Medik, Keperawatan dan Tehnik
b. Pendaftaran atau Ruang tunggu
c. Poli klinik
d. Ruang OK, Ruang ICU , Laboratorium
e. Apotik, Radiologi,VK. Fisiotherapy
f. Rawat inap kelas 1,2,3,4 , Anak
g. VIP
h. Instalasi GIZI, Loundry , IPAL , IPS
i. PMI , UGD
Pasal 6
(1) Kawasan tanpa rokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a,sampai dengan
huruf i . merupakan kawasan yang bebas dari asap rokok hingga batas pagar terluar.
(2) Kawasan tanpa rokok sebagimana mestinya di maksud merupakan kawasan yang
bebas
dari asap rokok hingga batas kucuran air dari atap paling luar.
BAB IV
KEWAJIBAN DAN LARANGAN
Pasal 7
Pasal 8
Setiap pempinan atau penanggung jawab KTR sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a, huruf b,
huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h dan huruf i wajib untuk :
a. Melakukan pengawasan Internal pada tempat dan/atau lokasi yang menjadi tanggung
jawabnya.
b. Melarang setiap orang yang merokok diKTR yang menjadi tanggung jawabnya.
c. Menyingkirkan asbak atau sejenisnya pada tempat dan/ atau lokasi yang menjadi
tanggung jawabnya.
d. Memasang tanda -tanda dilarang merokok sesuai persyaratan disemua pintu masuk
utama dan ditempat-tempat yang dipandang perlu dan mudah terbaca dan/atau
terdengar baik.
BAB V
PERAN SERTA MASYRAKAT
Pasal 9
Pasal 10
(1) Setiap orang dapat ikut serta memberikan bimbingan dan penyuluhan dan dampak
rokok bagi kesehatan keluarga dan / atau lingkungannya.
(2) Setiap warga masyarakat berkewajiban ikut serta memelihara dan meningkatkan
kualitas udara yang sehat dan bersih serta bebeas dari asap rokok.
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
(1) Pembinaan KTR dilaksanakan oleh KTU, Kabid Medik, Kabid Tehnik, Kasi
keperawatan, sesuai dengan tempat yang dinyatakan sebagai KTR.
(2) Bidang yang melayani promosi yang lebih aktif dalam menjelaskan, membina dan
mengawasi.
(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan Sekertaris RSUD dan
bagian promosi.
Pasal 12
Pasal 13
Sekertaris dan kepala bidang bersama-sama masyarakat dan/atau badan/ atau lembaga dan/atau
organisasi ke Masyarakat, melakukan pengawasan pelaksanaan KTR.
Pasal 16
(1) Pengawasan KTR dilaksanakan oleh Sekertaris dan kepala bidang yang mempunyai
tugas pokok dan fungsi sesuai dengan tempat yang dinyatakan sebagai KTR.
(2) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dilaporkan oleh masing-
masing bidang sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing kepada Direktur melalui
Sekertaris setiap 1 ( satu ) bulan sekali.
(3) Apabila dari hasil pengawasan terdapat atau diduga terjadi pelanggaran ketentuan
sebagaimana diatur dalam peraturan Direktur ini, maka Penyidik Pegawai Negeri Sipil (
PPNS ) dapat mengambil tindakan sesuai dengan peraturan perundnang-undangan.
Pasal 17
(1) Pengelola, pimpinan dan / atau penanggung jawab KTR wajib melakukan inspeksi dan
pengawasan diKTR yang menjadi tanggung jawabnya.
(2) Pengelola, pemimpin dan / atau penanggung jawab KTR harus melaporkan hasil
Inspeksi adan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada SKPD terkait
setiap 1 (satu) bulan sekali.
Pasal 18
(1) Sekertaris dan kepala bidang wajib melakukan inspeksi dan pengawasan ke seluruh
gedung wilayah kerjanya.
(2) Stap selanjutnya melaporkan hasil inspeksi dan pengawasan kepada Direktur.
BAB VII
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 1
(1) Pimpinan atau penanggung jawab KTR dapat dikenakan sanksi berupa Sanksi dua
Rp.50.000 untuk pegawai / Staf yang merokok;
(2) Tata cara pemberian sanksi administratif di KTR:
a. Direktur yang membuat peraturan.
b. Apabila dalam 1 ( satu ) bulan sejak peringatan tertulis diberikan penanggung jawab
tercantum dalam peringatan tertulis, maka kepada pimpinan / penanggungjawab
kawasan dimaksud diberikan sanksi.
(3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diberikan oleh Direktur atau
pejabat yang berwenang.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 20
Ditetapkan : Di Sendawar
Pada tanggal : 04 Juni 2015
Dra.Yohana
NIP : 19600525 199403 2 003