ABSTRAK
Pemerintah Kabupaten Semarang memiliki 492 jaringan irigasi sederhana. Agar keberlanjutan fungsi
jaringan irigasi dapat dipertahankan dan ditingkatkan, dilakukan evaluasi penilaian kinerja sistem irigasi dengan
berpedoman pada Perturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 12/PRT/M/2015.
Permasalahannya pedoman tersebut hanya untuk jaringan irigasi teknis, pedoman evaluasi untuk jaringan irigasi
sederhana masih belum ada.
Metode penelitian dilakukan dengan cara penelusuran pada 25 jaringan irigasi di Kecamatan Susukan
untuk mendapatkan data kondisi prasarana fisik, wawancara untuk mendapatkan data produktifitas tanam, sarana
penunjang, organisasi personalia, dokumentasi dan P3A, serta kuisioner untuk mendapatkan nilai derajat
kepentingan antar kriteria. Dari data yang diperoleh, dibuat kriteria evaluasi penilaian kinerja sistem irigasi
jaringan irigasi sederhana. Hasil evaluasi penilaian kinerja sistem irigasi di Kecamatan Susukan Kabupaten
Semarang didapatkan kisaran nilai bobot 69,21%, yang berarti Indeks kinerjanya Kurang dan Perlu Perhatian.
Dengan menggunakan analytical hierarchy process (AHP) yang diawali penyusunan struktur hirarki
dilanjutkan perhitungan bobot tiap-tiap kriteria dan alternatif, didapat urutan skala prioritas pemeliharaan :
pertama DI. Kedung Asem dan kedua DI. Kedung Bunder. Dan urutan skala prioritas rehabilitasi: pertama DI.
Sitaman dan kedua DI. Dungjati.
ABSTRACT
The Government Semarang Regency has 492 non technical irrigation network. so that the sustainability
of irrigation network functions can be maintained and improved, the evaluation of performance appraisal of
irrigation systems, which are based on the Regulation of the Minister of Public Works and Public Housing No.
12 / PRT / M / 2015. The problem, the evaluation guidelines only for Technical Irrigation network, Guidelines
for evaluation non-technical Irrigation network still nothing.
This research was done by a search on 25 irrigation network, in District Susukan to obtain data
conditions of physical infrastructure, interviews to obtain data cropping productivity, supporting facilities,
personnel organization, documentation and water user farmer association, and a questionnaire to obtain the
degree of interest among criteria. From the data obtained, then made evaluation criteria irrigation system
performance assessment for non-technical irrigation network. The results of the evaluation of the performance
assessment of irrigation systems in District Susukan Semarang Regency, get a range of weight value 69.21%,
which means performance index less and Attention.
By using the analytical hierarchy process (AHP), which initiated the preparation of a hierarchical
structure, continued weight calculation of each criteria and alternatives, so he found the scale priorities of
maintenance: first Irrigation area Kedung Asem and the second Irrigation area Kedung Bunder. And the scale
priorities Rehabilitation: first Irrigation area Dungjati and second Irrigation area Sitaman.
menempatkan perkumpulan petani pemakai air Hierarchy Process sehingga didapat urutan skala
(P3A) sebagai pengambil dan pelaku utama dalam prioritas pemeliharaan dan rehabilitasi.
pengelolaan irigasi diwilayahnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
Kabupaten Semarang memiliki 675 Daerah 1. Mengetahui kriteria pemantauan dan evaluasi
irigasi dengan luas total 32.952 Ha. Secara umum pinilaian kinerja sistem irigasi untuk irigasi
kondisi fisik jaringan irigasinya 25,10% kondisinya sederhana di Kecamatan Susukan Kabupaten
baik, 28,24% kondisinya rusak ringan, 31,66% Semarang.
kondisinya rusak sedang dan 15,00% kondisinya 2. Mengetahui nilai bobot dan indeks kinerja
rusak berat ( DPU, 2015). sistem irigasi di Kecamatan Susukan Kabupaten
Petugas lapangan yang merupakan ujung Semarang
tombak pelaksana teknis OP irigasi yang terdiri dari 3. Mengetahui skala prioritas penanganan jaringan
Koordinator Wilayah (setingkat kepala UPT), irigasi yang perlu ditingkatkan kinerjanya.
Mantri Irigasi, Petugas Operasi Bendung, Petugas Irigasi berfungsi mendukung produktivitas
Pintu Air dan pekerja saluran semakin tahun usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian
jumlahnya semakin berkurang disebabkan purna dalam rangka ketahanan pangan nasional dan
tugas dan sampai sekarang belum ada upaya dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani, yang
payung hukum yang jelas untuk perekrutan diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.
petugas/pegawai baru pengganti petugas lapangan Untuk mewujudkan keberlanjutan sistem
yang sudah purna tugas (DPU, 2015). irigasi dilakukan dengan pengembangan dan
Sumber pendanaan untuk pengelolaan pengelolaan sistem irigasi, yaitu dengan
jaringan irigasi selama ini berasal dari Dana pembangunan jaringan irigasi baru dan/atau
Alokasi Khusus (DAK), APBD Kabupaten peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada dan
Semarang, Bantuan Provinsi Jawa Tengah, dan melakukan kegiatan yang meliputi operasi,
dana hibah Program WISMP (water irrigation pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi di
system management project). Akan tetapi daerah irigasi.
pendanaannya masih kurang cukup untuk Pengembangan dan Pengelolaan sistem
meningkatkan kondisi irigasi agar dapat mencapai irigasi dilaksanakan oleh Pemerintah dengan
kondisi baik lebih dari 70%. Oleh sebab itu dalam melibatkan semua pihak yang berkepentingan
rangka mendukung ketahanan pangan nasional dan dengan mengutamakan kepentingan dan peran serta
kedaulatan pangan, Pemerintah Kabupaten masyarakat petani. Hal ini bertujuan untuk
Semarang perlu acuan skala prioritas pemeliharaan mewujudkan kemanfaatan air dalam bidang
dan rehabilitasi jaringan irigasi, sehingga kegiatan pertanian yang diselenggarakan secara partisipatif,
yang dilaksanakan dapat meningkatkan kinerja terpadu, berwawasan lingkungan hidup,
sistem irigasi di Kabupaten Semarang walaupun transparan, akuntabel, dan berkeadilan.
pendanaanya terbatas (DPU, 2015). Untuk mewujudkan tertib pengelolaan
Dari uraian diatas, maka dapat dirumuskan jaringan irigasi yang dibangun pemerintah
masalah sebagai berikut : dibentuk kelembagaan pengelolaan irigasi.
1. Bagaimanakah kriteria pemantauan dan evaluasi Kelembagaan pengelolaan irigasi tersebut meliputi
penilaian kinerja sistem irigasi untuk irigasi instansi pemerintah yang membidangi irigasi,
sederhana di Kabupaten Semarang ? perkumpulan petani pemakai air, dan komisi irigasi.
2. Berapakah range nilai bobot dan indeks kinerja Sebagaimana terdapat dalam Peraturan
sistem irigasi sederhana di Kecamatan Susukan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Kabupaten Semarang ? Nomor 12/PRT/M/2015 Tentang Eksploitasi dan
3. Jaringan irigasi manakah yang mendapat Pemeliharaan Jaringan Irigasi, Kriteria Penilaian
prioritas penanganan ? Kinerja Sistem Irigasi, ditetapkan 6 aspek dan
Rencana pemecahan rumusan masalah diatas indikatornya serta bobot penilaian setiap
adalah : sebagaimana dalam Tabel 1.
1. Melakukan survey lapangan dan wawancara
dengan responden untuk pengisian kuisioner, Tabel 1. Enam aspek penilaian dan bobotnya
kemudian membuat kriteria pemantauan dan No Aspek / Indikator Bobot
evaluasi penilaian kinerja sistem irigasi untuk jumlah 100
irigasi sederhana yang akan digunakan untuk 1. Aspek kondisi prasarana fisik 45
penilaian kinerja sistem irigasi sederhana, 2. Aspek produktivitas tanam 15
2. Melakukan penilaian kinerja sistem irigasi 3. Aspek sarana penunjang 10
sehingga didapatkan indeks kinerja sistem 4. Aspek organisasi personalia 15
irigasi, kemudian direkomendasikan jaringan 5. Aspek dokumentasi 5
irigasi yang dipelihara dan yang direhabilitasi, 6. Aspek kondisi P3A 10
3. Menyusun struktur hirarki pemeliharaan dan
rehabilitasi kemudian Melakukan Analysis
Penilaian kondisi jaringan irigasi sederhana logikanya jelas. AHP memberikan suatu dasar
dilakukan dengan menghitung kondisi bangunan pendekatan dalam pengambilan keputusan secara
utama dan saluran pembawa dengan metode rasional dan intuitif untuk memperoleh yang terbaik
perhitungan sebagai berikut: dari sejumlah alternatif yang dievaluasi dengan
Kondisi Jaringan Irigasi dihitung dengan multi kriteria (Saaty, 2008.).
menggunakan persamaan (1). Alasan penggunaan Analytical Hierarchy
Process (AHP) untuk pemecahan masalah adalah
(Dewi, E.M. & Heru, P.H.P. 2015):
(1) − Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi
dengan: dari kriteria yang dipilih, sampai pada
KJ = Kondisi Jaringan (%), subkriteria yang paling dalam.
Kbu = Kondisi bangunan utama (%), − Memperhitungkan validitas sampai dengan
Ksbw = Kondisi saluran pembawa (%), batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria
dan alternatif yang dipilih oleh pengambil
Kondisi bangunan utama dihitung dengan keputusan.
menggunakan persamaan (2). − Memperhitungkan daya tahan output analisis
sensitivitas pengambilan keputusan.
Kbu = Pembobotan dilakukan dengan metode
(2) multi kriteria, yaitu dengan penilaian matriks
dengan: perbandingan berpasangan (pairwise comparison
Kbu = Kondisi bangunan utama matrix) berdasar metode Analytical Hierarchy
Kb(bu)1 = Kondisi rerata bang. utama 1 Process (AHP). Input utamanya persepsi manusia.
Kb(bu)2 = Kondisi rerata bang. utama 2 Naluri manusia dapat mengestimasi besaran
Kb(bu)n = Kondisi rerata bang. utama (n) sederhana melalui inderanya. AHP merupakan
n = Jumlah bangunan utama suatu metode yang digunakan dalam proses
pengambilan keputusan suatu masalah-masalah
Kondisi Saluran pembawa dihitung dengan kompleks seperti permasalahan perencanaan,
menggunakan persamaan (3). penentuan alternatif, penyusunan prioritas,
pemilihan kebijaksanaan, alokasi sumber,
Ksbw = penentuan kebutuhan, peramalan kebutuhan
perencanaan performance, optimasi, dan
(3) pemecahan konflik (Saaty, 2008). Suatu masalah
dengan: dikatakan kompleks jika struktur permasalahan
Ksbw = Kondisi saluran pembawa tersebut tidak jelas dan tidak tersedianya data dan
K(sbw)1 =Kondisi rerata sal. pembawa 1 informasi statistik yang akurat, sehingga input yang
K(sbw)n =Kondisi rerata sal. pembawa (n) n digunakan untuk menyelesaikan masalah ini adalah
= Jumlah saluran pembawa intuisi manusia. Namun intuisi ini harus datang dari
orang-orang yang memahami dengan benar
Setelah dilakukan penilaian berdasarkan masalah yang ingin dipecahkan (orang yang
pengamatan di lapangan, maka ditentukanlah indek expert).
kinerja sistem irigasi berdasarkan jumlah kumulatif Saaty (2008) menetapkan skala kuantitatif 1
perkalian nilai dan bobot tiap-tiap aspek/indikator (satu) sampai dengan 9 (sembilan) untuk menilai
sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen
dan Perumahan Rakyat Nomor 12/PRT/M/2015 terhadap yang lain, seperti ditunjukkan pada Tabel
Tentang Eksplotasi dan Pemeliharaan Jaringan 3.
Irigasi, sebagaimana pada Tabel 2. Tabel 3. Skala Penilaian Perbandingan Pasangan
Analytical Hierarchy Process (AHP)
Tabel 2. Indeks Kinerja Sistem Irigasi Intensitas
No Nilai bobot Indeks Kinerja Keterangan
Kepentingan
1 Antara 80 – 100 Sangat Baik 1 Kedua elemen sama penting
2 Antara 70 – 79 Baik Elemen yang satu sedikit lebih
3 Antara 55 – 69 Kurang dan perlu 3 penting daripada elemen yang
perhatian lainnya
4 < 54 Jelek dan perlu Elemen yang satu lebih penting
perhatian 5
daripada elemen yang lainnya
Satu elemen jelas lebih penting
Analytical Hierarchi Process (AHP) adalah 7
daripada elemen lainnya
metode yang sistematik untuk membandingkan Satu elemen mutlak lebih
sejumlah sasaran ataupun alternatif, karena struktur 9
penting daripada elemen lainnya
j. Keenam, dilakukan penilaian aspek kondisi P3A p. Diperoleh urutan skala prioritas pemeliharaan
yang mencakup indikator: dan urutan skala prioritas rehabilitasi hasil akhir
‐ Status Badan Hukum GP3A penelitian ini.
‐ Kondisi Perkembangan Kelembagaan GP3A
‐ Frekuensi rapat/pertemuan Ulu-ulu/P3A
Desa/GP3A dengan Perwakilan HASIL DAN PEMBAHASAN
Balai/Ranting Pengairan Dari hasil survey dan kuisioner serta
‐ Aktifitas P3A dalam mengikuti penelusuran berpedoman pada Peraturan Menteri Pekerjaan
jaringan irigasi Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
‐ Partisipasi P3A dalam perbaikan jaringan 12/PRT/M/2015, didapatkan Kriteria Pemantauan
irigasi dan Bencana alam dan Evaluasi Penilaian Kinerja Sistem Irigasi
‐ Iuran P3A untuk perbaikan jaringan irigasi Sederhana yang berbeda dengan irigasi Teknis
tersier sebagaimana pada Tabel 4.
‐ Partisipasi P3A dalam perencanaan Pola dan
Rencana Tata Tanam dan Alokasi Air Tabel 4. Perbedaan komponen dan bobot
Irigasi. Bobot (%)
Aspek Prasarana fisik
Penilaian aspek kondisi P3A dilakukan dengan Teknis Sederha
cara wawancara. Wawancara menggunakan na
pertanyaan pada blangko Pedoman Penilaian
Bangunan Utama 13 21
Sistem Kinerja Irigasi.
k. Penilaian kriteria baik, rusak ringan, rusak A Bendung 4 17
sedang dan rusak berat pada aspek prasarana - Mercu/tubuh 0,8 8
fisik, aspek produktivitas tanam, sarana bendung
penunjang, organisasi personalia, dokumentasi - Sayap 0,6 3
dan P3A menggunakan Pedoman Penilaian - Lantai Bendung 0,8 6
Jaringan Irigasi dari Dinas PSDA Provinsi Jawa
Tengah, 2010. - Tanggul Penutup 0,8 -
l. Hasil dari Penilaian didapatkan nilai bobot dan - Jembatan 0,2 -
indek Kinerja Sistem Irigasi. Kemudian - Papan Operasi 0,4 -
berdasarkan indeks kinerja sistem irigasi - Mistar Ukur 0,2 -
tersebut direkomendasikan daerah irigasi yang
- Pagar pengaman 0,2 -
perlu kegiatan pemeliharaan dan daerah irigasi
yang perlu kegiatan rehabilitasi. B Pintu Bendung 7 4
m. Dari nilai bobot kinerja irigasi tersebut - Pintu (fas.) 3,5 2
ditambah dengan kriteria teknis lainnya (Luas Pengambilan
areal, status irigasi, Kondisi medan, jarak dari - Pintu (fas.) penguras 3,5 2
kantor UPT) dilakukan penyusunan skala C Kantong Lumpur 2 -
prioritas pemeliharaan dan rehabilitasi Daerah
Irigasi dengan metode AHP. Saluran Pembawa 10 15
n. Membuat hirarki pemeliharaan dan hirarki - Kapasitas Sal. Cukup 5 7
rehabilitasi jaringan irigasi - Tinggi tanggul cukup 2 5
o. Melakukan pembobotan kriteria pemeliharaan - Perbaikan sal. selesai 3 3
dan rehabilitasi jaringan irigasi. Pembobotan
Bangunan pada sal. 9 -
berdasarkan tingkat kepentingan fungsi masing-
Pembawa
masing. Penentuan bobot menggunakan metode
matriks perbandingan Pembobotan diterima - Bang. pengatur 2 -
bila perbandingan dalam matriks perbandingan berfungsi
dilakukan secara konsisten, yang di ukur - Pengukuran Q sesuai 2,5 -
berdasarkan nilai CR. Matriks perbandingan renc.
diterima jika CR<0,1. Apabila CR ≥ 0,1 maka - Bang. Pelengkap 2 -
perbandingan diubah hingga memenuhi kriteria berfungsi
CR<0,1. Setelah diperoleh hasil dari - Perbaikan bang. 2,5 -
pembobotan fungsional elemen kemudian Selesai
dihitung bobot komponen global berdasarkan
Sal. Pembuang & 4 -
kriteria yang dipertimbangkan, yaitu dengan
bangunannya
perkalian matriks bobot elemen dengan matriks
bobot kriteria.
Perbedaan tersebut terjadi karena terdapat
perbedaan mendasar karakteristik antara jaringan
sebagai dasar penilaian kinerja sistem irigasi di Andi Dananta Ar, 2011, Irigasi Partisipatif:
Kabupaten Semarang. Membangun Irigasi yang Berpihak Kepada
2. Pemerintah Kabupaten Semarang perlu Petani, Kompasiana, Jakarta.
melakukan kegiatan penilaian kinerja sistem http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/
irigasi setiap tahun, agar dapat diketahui indeks 2011/05/03/irigasi-parsitipatif-membangun-
kinerja sistem irigasinya di tiap-tiap Daerah irigasi-yang-berpihak-kepada-petani/.
irigasi. Anonim, 2013, Pedoman Penilaian Kondisi
3. Indeks kinerja sistem irigasi, hendaknya Fisik Jaringan Irigasi di Provinsi Jawa
dijadikan dasar utama untuk merencanakan Tengah, Dinas Pengelolaan Sumber Daya
kegiatan pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan Air Provinsi Jawa Tengah, Semarang.
irigasi di Kabupaten Semarang. Anonim, 2013, Pedoman Pemantauan dan
4. Dalam hal peningkatan kinerja sistem irigasi, Evaluasi Kinerja Sistem Irigasi, Dinas
selain aspek prasarana fisik yang ditingkatkan Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa
kondisinya, aspek lainya juga perlu Tengah, Semarang.
didingkatkan, seperti pemberdayaan Kementrian PU, 2007. Indeks Kinerja Sistem
Perkumpulan Petani Pemakai Air, organisasi Irigasi. Dit.Irigasi Rawa, Direktorat
personalia dan sarana penunjang. Karena aspek- Jenderal Pengairan.
aspek tersebut akan saling mendukung dan Kementrian PU, 2011. Pedoman Umum (Kajian
mempengaruhi tingkat indeks kinerja sistem Akademik), Direktorat Irigasi dan Rawa,
irigasi. Ditjen PU.
5. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan Kementrian PU, 2013. Standar Perencanaan
rehabilitasi jaringan irigasi hendaknya Irigasi, Kriteria Perencanaan Bagian
direalisasikan sesuai dengan urutan prioritasnya. Bangunan Utama (Head Works) KP-02,
Direktorat Irigasi dan Rawa, Direktorat
UCAPAN TERIMA KASIH Jenderal Sumber Daya Air.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya Dewi, E.M. & Heru, P.H.P. 2015. Penentuan
disampaikan kepada semua pihak yang turut Prioritas Penanganan Daerah Irigasi di
membantu penyelesaian penelitian ini: Kawasan Terdampak Banjir Lahar Dingin
1. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Gunung Merapi di Kabupaten Magelang.
Manusia Kementerian Pekerjaan Umum dan Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B
Perumahan Rakyat yang berkontribusi dalam SAPPK V4N1.
biaya pendidikan dan penelitian ini. DPU Kab. Semarang, 2015. Laporan Keterangan
2. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pertanggungjawaban Dinas Pekerjaan
Semarang yang telah memberikan ijin Tugas Umum Kabupaten Semarang Tahun 2014.
Belajar di Fakultas Teknik Universitas Sebelas Januari 2015
Maret. Mulyadi, 2014. Analisis Pilar Modernisasi Irigasi
3. Kepala Bidang Sumber Daya Air dan ESDM Dengan Pendekatan AHP Pada DI
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Semarang Barugbug Jawa Barat. Jurnal Teknik Sipil
yang telah memberikan ide dan topik serta vol. 21 No. 3 Desember 2014.
memfasilitasi pelaksanaan penelitian ini. Ni Putu, E. L. D. 2014. Prioritas Rehabilitasi
4. Koordinator Wilayah (Kepala UPT) Tengaran Jaringan Drainase di Kota Denpasar.
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Semarang Media Bina Ilmiah. Volume 8 No. 3. Juni
yang telah menyiapkan data-data sekunder 2014.
penelitian ini. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
5. Mantri pengairan Kecamatan Susukan yang 12/PRT/M/2015, Tentang Pedoman
telah mendampingi saat survey data primer, Eksploitasi dan Pemeliharaan jaringan
wawancara dan konsusltasi penggalian data irigasi, Jakarta.
penelitian ini. Saaty, T.L. 2008, Decision making with the
Analytic Hierarchy Process, International
DAFTAR PUSTAKA Journal Services Sciences, Vol. 1, No. 1,
Agus, D.T. 2012. Penentuan prioritas program pp.83–98.
pengembangan Kelembagaan dan Supriyono, 2011. Studi Penentuan Skala Prioritas
pengelolaaan irigasi di Indonesia. Fakultas Berdasarkan Kinerja Jaringan Irigasi
Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Batujai, GDE Bongoh dan Sedimen di
Gunadarma. Kabupaten Lombok Tengah. Jurnal
Agus Dharma, Perkembangan Kebijakan Sumber Pengairan. UB.AC.ID
Daya Air dan Pengaruhnya terhadap Suryadi, K., dan Ramdhani,A., 2002, Sistem
Pengelolaan Irigasi, Jakarta. Pendukung Keputusan, Cetakan keempat,
http://staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/. CV. Remaja Rosdakarya, Bandung.