USULAN PENELITIAN
Oleh:
Glen Ridho Aryadiansyah
173020262
LEMBAR PENGESAHAN
USULAN PENELITIAN
Oleh:
Glen Ridho Aryadiansyah
173020262
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
Es Krim”.
Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini tentunya banyak pihak yang telah
memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu, tak lupa penulis
4. Ir. Yusep Ikrawan, M. Sc. Ph. D., selaku Ketua Program Studi Teknologi
6. Teman dekat semasa kuliah penulis Prayoga Bagas K., Azis Syahril A.S.,
M. Rizki Ardian, Irma Sonia, Maghfirani, Nida Afifah, Fanisa E., Natasha
8. Seluruh staff dosen dan staff tata usaha di jurusan Teknologi Pangan
Universitas Pasundan.
Akhir kata, penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................viii
I PENDAHULUAN................................................................................................1
II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................14
2.5.3. Soda......................................................................................................32
2.5.4. Garam...................................................................................................32
2.5.5. Air.........................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................47
LAMPIRAN..........................................................................................................53
v
DAFTAR TABEL
8. Jadwal Penelitian........................................................................................46
DAFTAR GAMBAR
1. Tepung Terigu.................................................................................................15
2. Tanaman Hanjeli.............................................................................................20
3. Minyak Kelapa................................................................................................31
4. Baking Soda....................................................................................................32
5. Garam..............................................................................................................33
6. Air...................................................................................................................34
DAFTAR LAMPIRAN
Bab ini akan menguraikan tentang: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi
Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)
Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu dan Tempat
Penelitian.
Es krim merupakan makanan semi padat yang disimpan pada suhu rendah dan
akan mencair pada su hu ruang. Saat ini inovasi dalam menikmati es krim banyak
berkembang yaitu penggunaan cone (kerucut es krim), cup, dan stik yang
merupakan tempat es krim yang banyak digemari oleh masyarakat karena praktis,
wadah es krim, umumnya cone es krim ini berbentuk kerucut seperti corong,
dengan diameter 3-4 cm, tebal 0,6-0,7 cm, tinggi 11 cm, berat 5 gram, dan
cone es krim antara lain kurang renyah, dan daya tahan terhadap es krim yang
daya tahan cone terhadap es krim menjadi 27 menit (Permana dkk. 2012)
tahan cone terhadap es krim menjadi 26,7 menit (Prayoga dkk. 2015).
Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini ditambahkan bahan yang dapat
1
2
memperbaiki karakteristik cone es krim yang memiliki mutu baik seperti tidak
cepat layuh dan dapat menampung es krim dalam waktu yang lama.
Cara untuk meningkatkan daya tahan cone yaitu dengan penambahan bahan
yang memiliki daya ikat air tinggi dalam pembentukan gel. Salah satu zat gizi
yang dapat mengikat air dan pembentuk gel yaitu pati. Pati merupakan sumber
utama penghasil energi dari pangan yang dikonsumsi oleh manusia. Sumber-
sumber pati di dunia berasal dari tanaman sereal, legume, umbi-umbian, serta
beberapa dari tanaman palm seperti sagu. Pati juga merupakan salah satu
pengembangan granula pati juga disebabkan masuknya air ke dalam granula dan
untuk mempertahankan struktur dan integritas granula pati. Jumlah fraksi amilosa-
amilopektin sangat berpengaruh pada proses gelatinisasi pati. pH, konsentrasi pati,
Cone es krim terbuat dari bahan dasar tepung terigu ataupun tepung sagu.
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kualitas wafer, yaitu penggunaan
Tepung terigu adalah tepung yang dibuat dengan bahan dasar biji gandum.
Gandum yang digunakan untuk pembuatan tepung terigu adalah biji gandum yang
berasal dari tanaman gandum dengan jenis Triticum vulgare. Tepung terigu
Kandungan zat gizi terbesar yang berada di dalam tepung terigu adalah
karbohidrat dalam bentuk pati. Kualitas dari tepung terigu dipengaruhi oleh
beberapa hal antara lain adalah kadar air, kadar abu, water absorption, developing
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS), impor gandum dan meslin Indonesia
mencapai 4,359 juta ton dengan nilai USD 1,647 miliar di sepanjang Januari-Mei
pengganti tepung terigu antara lain adalah: Penelitian yang telah dilakukan
Saraswati, dkk pada tahun 2019 pada penelitian Pengaruh Perbandingan Tepung
Hanjeli (Coix lacryma-Jobi, L.) dengan Buah Salak Kering (Salacca edulis
50% tepung hanjeli dengan 50% buah salak kering menghasilkan snack bar
dengan karakteristik terbaik yaitu: kadar air 18,43%, kadar abu 1,82%, kadar
lemak 16,63%, kadar protein 7,84%, kadar karbohidrat 55,29%, kadar serat kasar
4
3,14%, total kalori 402,10 kkal/100gram, warna disukai, aroma sangat disukai,
tekstur agak rapuh dan disukai, rasa disukai serta penerimaan keseluruhan
disukai.
pangan, padahal hanjeli memiliki potensi untuk diolah menjadi produk pangan
dengan kandungan gizi yang cukup tinggi. Hanjeli memiliki tekstur yang kenyal
namun tidak lengket sehingga dapat menjadi pangan alternatif sebagai salah satu
tinggi, dimana dalam 100 gram hanjeli terkandung karbohidrat sebesar 76,4%,
protein 14,1%, lemak 7.9%, vitamin B1 0,48 mg, kalsium 54 mg dan serat 0,9%.
Hanjeli dipercaya sebagai bahan obat herbal yang memiliki berbagai khasiat
Menurut Gesha (2020), panen biji hanjeli pada bulan Juli 2019 telah
menghasilkan sekitar 7,5-8 ton biji hanjeli dengan produktivitas sekitar 0.3-0.5
ton/ Ha. Saat ini sentra produksi hanjeli ada di Jawa Barat antara lain di Punclut,
yang tinggi. Bila dibandingkan dengan gandum, biji hanjeli memilki jumlah fosfor
5
dan besi yang lebih tinggi, kandungan lemak dua kali lipat lebih banyak, dan
sebagai berikut:
perbandingan tepung hanjeli (Coixlacryma-jobi L.) dan tepung terigu yang tepat
pengolahan pangan.
6
krim.
masyarakat khususnya.
6. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan informasi dan acuan untuk
awal produk yang dibuat, penggantian jenis gula tidak secara signifikan
dapat menurunkan rasa manis dan kemampuan wafer untuk dibentuk, tetapi
produk masih dapat dibentuk menjadi wadah. Oleh karena itu, formula yang
bahwa resep wafer dengan kandungan gula tinggi (> 60% dari bobot tepung)
dapat menghasilkan jenis wafer yang fleksibel ketika dalam kondisi panas tepat
yaitu margarin, minyak kelapa, dan minyak sawit pada formulasi kedua.
Berdasarkan formulasi jenis minyak diperoleh bahwa formula minyak kelapa dan
minyak sawit memberikan rasa yang lebih manis dibandingkan dengan margarin
secara bersamaan menutupi rasa manis sebagai dampak dari penggunaan gula
dalam jumlah besar. Rasa manis tidak diinginkan pada produk, sedangkan rasa
manis dan asin yang dihasilkan pada formula margarin masih dapat
dikombinasikan dengan produk manis dan asin. Oleh karena itu, jenis komponen
kombinasi tepung terigu dengan tepung lain sebesar 3:1. Jenis tepung yang
tapioka, dan tepung beras. Secara keseluruhan, tekstur wafer yang dihasilkan
menjadi lebih renyah dan rapuh dibandingkan dengan penggunaan tepung terigu
cair dan tidak sama sekali. Penggunaan bahan susu cair pada formula berarti
8
menambah jumlah bahan yang digunakan pada formula. Akan tetapi, semakin
sedikit jenis bahan yang digunakan, semakin mudah pengadaan dan penyimpanan
bahan selama hal tersebut sesuai dengan karakteristik produk yang diinginkan
(Munawar, 2014).
signifikan menghasilkan batter yang lebih cair dan tekstur wafer yang sedikit
lebih rapuh dibandingkan tanpa penggunaan susu cair (Munawar, 2014). Hal ini
sesuai dengan Manley (2000) bahwa semakin kental batter wafer semakin berat
mempengaruhi beberapa hal pada produksi wafer, salah satunya adalah warna
produk akhir yang tidak merata. Pada saat batter yang kental dialirkan ke atas plat
besi pemanggang wafer, batter akan sulit mengalir sehingga memerlukan waktu
yang cukup lama hingga diperoleh sejumlah batter untuk memenuhi 1 unit wadah.
Bagian batter yang terlebih dahulu kontak dengan panas pada permukaan
warna produk yang tidak merata. Oleh karena itu, formula yang terpilih adalah
Pada mesin manual diperoleh pemanggangan pada suhu 150oC selama 4 menit
sedangkan pada mesin khusus diperoleh pemanggangan pada suhu 150oC selama
1,5 menit. Setelah pemanggangan, produk diistirahatkan selama 5 menit agar suhu
produk stabil yang disebut dengan cooling. Terdapat aspek yang sangat
formula edible dishware yang terbaik adalah formula berbasis wafer untuk skala
industri dengan komposisi bahan terigu protein rendah, minyak kelapa, lesitin
kedelai cair, garam, baking soda, dan air. Formula wafer skala industri ini
menghasilkan karakteristik batter yang cair, wafer dengan rasa hambar, tekstur
renyah dan kuat, serta tidak berminyak. Teknologi produksi edible dishware
terdiri atas pencampuran secara all-in menggunakan air dingin bersuhu ±17ºC
mesin khusus pada suhu 150°C selama 4 menit, dan cooling selama 5 menit.
per unit 8 gram menyumbang energi sebesar 1,5% dari AKG dan berkontribusi
0,1%; 1,4%; dan 2,2% terhadap standar AKG rata-rata. Pengujian ketahanan
menunjukkan batas waktu maksimal produk kontak dengan udara adalah 90 menit
dengan kadar air kritis produk masih dapat diterima oleh panelis adalah sebesar
4,3776% (b/b).
pada bahan. Gelatinisasi dipengaruhi oleh waktu dan suhu (Yamamoto, 2004).
Pada penelitian Aprilliani (2010), tepung yang digunakan untuk pembuatan cone
es krim yaitu tepung terigu dan tepung sagu. Kandungan amilopektin pada sagu
tepung karagenan teradap karakteristik mutu dan daya tahan cone es krim
daya tahan cone terhadap es krim dengan hasil terbaik pada perlakuan 3% tepung
karagenan yaitu selama 12 menit 31 detik dan nilai kekerasan 2,47 mm/10dt.
memiliki kadar protein 5,47%; kadar lemak 5,37%; kadar air 6,80%; kadar abu
2,21%; dan kadar karbohidrat 85,67% serta kadar serat makanan 8,94%.
Process for Sorgum Ice-Cream Cone, cone es krim berbasis sorghum memiliki
hasil terbaik yang diproduksi dari percobaan penggantian tepung terigu 100%
dengan tepung sorghum utuh (tidak diayak) sebanyak 200g, pati jagung 60g, dan
air 350ml dengan menggunakan mesin pembuat cone pada suhu 200˚C yang
mampu menyimpan es krim selama 22 menit dan tetap segar sampai setidaknya
20 menit.
Semakin tinggi penambahan tepung tulang ikan, maka semakin sedikit kandungan
tepung terigu yang ditambahkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Matz, 1987),
Tingkat kerenyahan suatu bahan pangan merupakan salah satu sifat fisik dari
bahan pangan yang menjadi parameter utama dalam penentuan kualitas dan
dari atribut tekstur yang menunjukkan reaksi produk terhadap tekanan. Secara
keseluruhan, tekstur dihasilkan dari kombinasi karakteristik fisik dan kesan dari
Begitu pula pada wafer, tekstur yang renyah dan rasa yang hambar adalah
ekspektasi yang perlu dipenuhi oleh produk. Menurut Leatherhead Food Research
Association (1993) dalam Carpenter et al. (2000), penerimaan atribut rasa dan
aroma yang rendah sebagai efek dari flavor yang buruk (misalnya hangus) pada
produk renyah dapat dikurangi apabila penerimaan tekstur baik. Hal ini
disebabkan karena kesan suara (tekstur) yang dihasilkan dari produk renyah lebih
karakteristik fisik, kimia, dan sensori wafer. Penelitian tersebut dilakukan pada
enam tingkat substitusi oat bran pada tepung terigu protein rendah yang
digunakan (0%; 5%; 10%; 15%; 20%; dan 25%). Berdasarkan penelitian tersebut
diketahui bahwa semakin banyak oat bran yang disubstitusikan maka wafer akan
semakin keras dan tidak renyah. Warna wafer yang disubstitusi oleh oat akan
lebih gelap dan lebih ke arah coklat-kemerahan. Karakteristik kimiawi air, abu,
lemak, dan protein wafer oat bran akan cenderung meningkat namun serat larut
akan turun. Wafer oat bran yang paling diterima konsumen adalah wafer oat bran
12
10% dengan kadar air 3,01±0,13%, kadar abu 1,28±0,08%, kadar lemak
akan terjadi pengembangan volume adonan, enzim dan karamelisasi. Pada proses
perekat (sifat amilopektin), hal ini membuat struktur biskuit menjadi lebih kokoh.
akan berikatan satu sama lain seta berikatan dengan molekul amilopektin pada
bagian luar granula, sehingga kembali terbentuk butir pati yang membengkak dan
menghasilkan retrogrades yang kuat dan tahan terhadap enzim. Pada makanan
(Winarno,2004).
Perbandingan Tepung Hanjeli (Coix lacryma-Jobi, L.) Dengan Buah Salak Kering
perbandingan tepung hanjeli (50%) dengan kancang bogor (50%) buah salak
kering menghasilkan snack bar dengan karakteristik terbaik yaitu: kadar air
13
18,43%, kadar abu 1,82%, kadar lemak 16,63%, kadar protein 7,84%, kadar
karbohidrat 55,29%, kadar serat kasar 3,14%, total kalori 402,10 kkal/100gram,
warna disukai, aroma sangat disukai, tekstur agak rapuh dan disukai, rasa disukai
terhadap kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar karbohidrat,
kadar serat kasar, warna (uji hedonik), aroma (uji hedonik), tekstur (uji hedonik
dan skoring), rasa (uji hedonik) serta penerimaan keseluruhan (uji hedonik) snack
bar.
Hasil analisis Duke (1983) menunjukkan bahwa kandungan gizi biji hanjeli
lokal per 100g, mengandung 380 kalori; 12,2 g air; 15,4 g protein; 6,2 g lemak;
sebesar 76,4%, protein 14,1%, lemak 7,9%, vitamin B1 0,48 mg, kalsium
54 mg dan serat 0,9%. Selain itu, kandungan protein, lemak dan vitamin
B1 hanjeli lebih tinggi bila dibandingkan dengan beras, jagung, millet dan
Hanjeli didapatkan hasil perbandingan tepung hanjeli (50%) dengan tepung terigu
14
disukai, aroma sangat disukai, tekstur renyah dan disukai, serta rasa yang gurih
tepung hanjeli dengan tepung terigu berpengaruh terhadap warna, aroma, tekstur,
dan rasa cookies hanjeli. Namun jika produk digunakan sebagai makanan
fungsional, maka kadar kalsium yang paling tinggi ada di imbangan 10% : 90%
sehingga perlu dibuat formula yang perlu memperbaiki warna cookies hanjeli.
Waktu penelitian yaitu bulan Maret 2023 hingga April 2023. Penelitian
Universitas Pasundan, Jalan Dr. Setiabudi No. 193, Bandung dan Gedung TIP lt.2
Bab ini akan menguraikan tentang: (2.1) Tepung Terigu, (2.2) Biji Hanjeli
Cone Es Krim, (2.5) Bahan Penunjang dan (2.6) Rancangan Acak Kelompok
(RAK).
produk yang memiliki kadar air rendah sehingga daya awetnya pun tinggi. Proses
penggilingan bahan disebabkan oleh bahan yang ditekan dengan gaya mekanis
Tepung adalah bentuk hasil pengolahan bahan dengan cara pengilingan atau
penepungan. Tepung memiliki kadar air yang rendah, hal tersebut berpengaruh
terhadap keawetan tepung. Jumlah air yang terkandung dalam tepung dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain sifat dan jenis atau asal bahan baku pembuatan
tepung, perlakuan yang telah dialami oleh tepung, kelembaban udara, tempat
Tepung dibuat dari berbagai jenis bahan nabati, yaitu dari bangsa padi-
padian, umbi-umbian, akar-akaran, atau sayuran yang memiliki zat tepung atau
kanji. Contoh tepung nabati adalah tepung terigu yang berasal dari gandum,
tepung tapioka yang berasal dari singkong, tepung maizena yang berasal dari
jagung, dan tepung ketan yang berasal dari beras ketan. Tepung juga dapat dibuat
14
15
Tepung dapat digolongkan menjadi dua yaitu tepung tunggal dan tepung
komposit. Tepung komposit adalah tepung yang dibuat berasal dari dua atau
bahan yang sesuai sebagai produk olahan yang bersifat fungsional tertentu
pasaran adalah tepung terigu, karena selain mudah di cari yaitu karena harganya
juga terjangkau.
Tepung terigu adalah suatu bubuk halus yang berasal dari bulir/biji
gandum yang dihaluskan, tepung terigu biasa digunakan untuk bahan dasar
pembuatan mie, kue, dan roti. Tepung terigu yang datang biasanya diproses
proses pencucian pemutihan (bleaching) maka jadilah tepung yang halus dan
Tepung terigu adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari bulir
gandum dan digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mie, dan roti. Kata
terigu dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Portugis, “trigo”, yang berarti
(2011), gandum yang telah diolah menjadi tepung terigu dapat digolongkan
yaitu:
serap air tinggi, elastis, serta mudah digiling.Jenis tepung ini cocok untuk
Tepung ini memiliki daya serap rendah, sukar diuleni, dan daya
yang tidak larut dalam air. Tepung terigu juga mengandung protein dalam bentuk
gluten, yang menentukan kekenyalan makanan yang terbuat dari bahan terigu.
17
(APTINDO, 2012). Komposisi kimia tepung terigu per 100 gram bahan dapat
Komponen Jumlah
Kalori (kal) 332
Protein (g) 9.61
Lemak (g) 1.95
Karbohidrat (g) 74.48
Kalsium (mg) 33
Fosfor (mg) 323
Besi (mg) 3.71
Vitamin A (IU) 9
Vitamin C (mg) 0
Air (g) 12.42
Tepung terigu adalah butiran halus yang terbuat dari gandum atau biji
bijian seperti jagung, oats, nasi dan rye. Konsumsi tepung tersebar luas dimulai
dari Timur Tengah sekitar 10.000 tahun yang lalu, saat pertanian dimulai.Disaat
struktur dan jumlah produk yang banyak pada hasil produksi kue, termasuk roti-
sepenuhnya pada produk yang disebut tepung serbaguna, tapi professional baker
gandum, dan kondisi pertumbuhan gandum. Hal yang paling penting untuk
diketahui oleh seorang baker adalah ada beberapa gandum yang keras (hard) dan
ada beberapa gandum yang lunak (soft). Gandum yang keras (hard) mengandung
jumlah protein yang lebih banyak yang bersama-sama membentuk gluten ketika
Menurut Wayne Gisslen (2012), Strong flour terbuat dari gandum yang
keras (hard wheat), mengandung protein yang lebih tinggi dan digunakan untuk
membuat roti dan produk yang menggunakan ragi lainnya.Weak flour terbuat dari
gandum yang lunak (soft wheat) mengandung protein yang lebih rendah dan
Asal usul tanaman ini tidak diketahui secara pasti namun tanaman ini
tersebar luas di Asia Selatan dan Asia Timur yang menyebar ke Cina, Mesir,
Amerika, Venezuela, Australia, Malaysia, dan Papua (Plants For A Future, 2000).
Hanjeli yang berasal dari Asia Tenggara ini sudah berkembang di beberapa negara
seperti Malaysia dan Filipina. Dalam bahasa Latin lacyrma berarti air mata lalu di
Indonesia, Coix lacryma-jobi dikenal dengan berbagai sebutan antara lain Hanjeli,
Hajeli, Jelai, Jali, Japen, Jaten, Singkoru, Batu, Kemangge, Bukehang dan
Hanjeli adalah nama populer di daerah Sunda (Jawa Barat) untuk tanaman
yang bernama ilmiah Coix lacryma-jobi ini terdapat beberapa literatur menulisnya
Jawa Timur adalah jali atau jali-jali. Jali memiliki nama yang bermacam-macam
seperti dalam bahasa Inggris disebut Job’s Tear (Tetesan Air Mata Ayub) dilihat
dari biji jali yang bulat menyerupai tetesan air mengilhami masyarakat Inggris
menjuluki jali sebagai nama Job (Nabi Ayyub a.s) yang luar biasa kesabarannya
Malaysia dikenal dengan Mayuen dan di Arab terkenal sebutan Damu Ayub.
Kadang-kadang biji hanjeli disebut juga sebagai Chinese pearl barley (Gandum
dari padi. Selain itu, hanjeli memiliki kandungan protein, lemak dan vitamin B1.
Tanaman hanjeli merupakan salah satu bahan pangan alternatif (non beras) yang
sangat penting, karena tanaman ini mempunyai nilai gizi yang baik, mudah
kebanjiran serta memiliki adaptasi yang luas pada berbagai kondisi lingkungan
(Nurmala, 2007).
besar, tinggi 1-3 m, akarnya kasar dan sulit dicabut. Letak daunnya berseling,
helaian daun berbentuk pita, ukuran daun 8-100 × 1,-5 cm, ujung daun runcing,
pangkalnya memeluk batang, tepinya rata. Bunga keluar dari ketiak daun dan
ujung percabangan, berbentuk bulir. Buahnya berbentuk buah batu, bulat lonjong,
20
pada varietas mayuen berwarna putih/biru-ungu dan berkulit keras apabila sudah
tua.
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Subdivisio : Spermatophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Coix
Menurut Yulianto (2006) hanjeli dapat dijadikan bahan baku kue brownis
dan kue-kue lainnya, sesudah diolah terlebih dahulu menjadi tepung, meskipun
lemak.
Pertanian (2007), bahwa sumber bahan pangan yang baik adalah: i) tersedia dalam
jumlah dan jenis yang cukup untuk seluruh penduduk, ii) distribusi pangan lancar
dan merata, dan iii) konsumsi pangan setiap individu yang memenuhi kecukupan
gizi dan kaidah kesehatan, maka hanjeli cukup layak untuk dijadikan salah satu
sorgum, milet dan barley. Kadar lemak hanjeli lebih tinggi (7,9 persen)
dibandingkan jagung (4,9 persen), beras (2,1 persen), sorgum (4,2 persen), dan
barley (2,4 persen). Hal ini sesuai dengan pendapat Grubben dan Partohardjono
(1996), bahwa kandungan lemak biji hanjeli paling tinggi yaitu dapat mencapai
7,9 persen. Meskipun biji hanjeli mengandung kadar karbohidrat lebih rendah
dibandingkan serealia lainnya, akan tetapi kandungan protein, lemak, dan vitamin
goreng nabati non kolesterol seperti minyak zaitun atau sebagai minuman
probiotik (susu asam) atau yoghurt. Secara lengkap, nilai gizi serealia ini dapat
hanjeli lokal per 100g, mengandung 380 kalori; 12,2 g air; 15,4 g protein; 6,2 g
Asam-asam amino yang terdapat dalam biji hanjeli terdiri atas asam amino
tirosin, arginin, histidin, asam glutamate, lisin dan leusin. Pada tepung hanjeli
tidak terdapat gluten, sehingga tidak akan terjadi pengembangan adonan seperti
halnya pada tepung terigu (Grubben dan Partohardjono, 1996). Selain kaya akan
protein biji hanjeli juga mengandung asam lemak essensial, asam lemak miristat
dan palmitat. Asam lemak esensial terdiri atas 45-55 persen asam oleat, dan asam
mudah dicampur, ditambah zat gizi, dibentuk, dan lebih cepat dimasak sesuai
dengan kehidupan modern yang serba praktis (Winarno, 2004). Kekuatan tepung
mendekati tepung terigu yang sebesar 13 (g/g) (Kutschera, 2012). Selain itu,
kandungan pada tepung hanjeli secara umum telah memenuhi persyaratan mutu
dari tepung terigu. Kandungan lemak dan kalsium pada tepung hanjeli cukup
tinggi, yakni 4,6 gram lemak dan 54 mg kalsium per 100 gram tepung hanjeli
(Kurniasih, 2016).
dijadikan tepung. Tepung dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku atau campuran
dalam proses produksi berbagai produk pangan. Pembuatan tepung hanjeli dapat
Tepung hanjeli merupakan produk tepung dari biji hanjeli yang diproses
mirip seperti tepung terigu. Tepung hanjeli ini memiliki kandungan kalsium yang
cukup tinggi yaitu dalam 1 porsi cookies hanjeli dapat menyumbangakan kalsium
mengacu pada Fitriyani dan Romadini (2013), yang dimodifikasi pada proses
24
pencucian dan pengeringan. Biji hanjeli dengan ukuran yang kecil dicuci bersih
menggunakan air mengalir. Biji ditiriskan dibawah sinar matahari selama ±10
menggunakan ayakan 80 mesh. Secara lengkap, nilai proksimat dapat dilihat pada
tabel 3.
memiliki sifat fungsional yang lebih rendah dibanding terigu. Salah satu cara
Beberapa bahan tambahan pangan yang dapat digunakan adalah seperti emulsifier,
disubstitusikan dalam tepung terigu untuk membuat berbagai produk olahan. Hal
ini karena tepung jali memilki pH antara 4,75 - 5,75 yang hampir sama dengan
25
tepung terigu dan mengandung 19,97% amilosa yang hampir sama dengan tepung
terigu (19,91%).
berasal dari bahan baku lokal biji hanjeli yang diberikan modifikasi proses secara
fisik atau kimiawi atau enzimatis atau penambahan bahan tambahan pangan atau
Lukie,2022).
proses diversifikasi pangan lokal karena memiliki daya simpan yang lebih lama
dan proses pengiriman juga akan lebih mudah. Berdasarkan hasil percobaan di
jika dibandingkan dengan serealia lainnya, dan kadar kalsium lebih tinggi
dibandingkan beras, jagung dan sorgum (Westphal, 1996). Oleh karena itu, hanjeli
dapat dimanfaatkan sebagai sumber minyak goreng nabati non kolesterol seperti
minyak zaitun atau sebagai minuman probiotik (susu asam) atau yoghurt
(Nurmala, 2011).
dijadikan substitusi tepung terigu sebanyak 30% dalam pembuatan mie instan.
Selain itu, berdasarkan penelitian Kutschera (2012), tepung hanjeli juga dapat
dijadikan substitusi tepung terigu sebanyak 15% dalam pembuatan butter cake.
Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Aini (2016), menyatakan bahwa
26
tepung hanjeli dapat digunakan sebanyak 50% untuk dijadikan cookies hanjeli.
Tepung hanjeli juga dapat dijadikan snack bar seperti yang telah dilakukan oleh
sebanyak 50% dari buah salak kering, dapat dijadikan snack bar.
diaplikasikan pada berbagai pangan olahan sebagai bahan pengganti tepung terigu
seperti cookies, biskuit, brownies, bihun, cake, dan produk pangan olahan lainnya.
Adapun berbagai jenis tanaman palawija lainnya sudah sangat biasa dimanfaatkan
Wafer merupakan produk makanan kering yang terbuat dari adonan cair
bila dipatahkan (SNI 01-2973- 1992). Wafer tergolong biskuit yang sangat tipis
dengan ketebalan lebih kecil dari 1 mm hingga 4 mm, mempunyai tekstur lembut
dan renyah, serta mempunyai permukaan halus yang ukuran dan detailnya
dibentuk sesuai cetakan (Macrae, 1993). Bahan adonan wafer terdiri atas gula,
jenis, yaitu biskuit keras, crackers, wafer, dan cookies. Cone masuk ke dalam
klasifikasi wafer. Wafer adalah sejenis biskuit yang tipis, dengan ketebalan antara
1 hingga 4 mm, wafer mempunyai struktur lembut dan renyah ketika digigit.
27
Produk wafer berbeda dengan produk biskuit lainnya baik dalam bentuk maupun
pengolahannya. Wafer dibuat dari campuran likuid yang terdiri atas tepung, air,
bahan pengembang dan sejumlah kecil bahan lain yang disebut dengan batter dan
proses pemanggangan yang sangat cepat (Almond, 1991). Wafer cone es krim
digunakan wadah atau tempat memakan es krim yang biasanya dibentuk seperti
corong atau bentuk mangkuk. Penyajian es krim salah satunya yaitu dengan
menggunakan cone es yang telah berkembang sejak tahun 1904 sampai dengan
saat ini karena penyajian es krim menjadi praktis dan menarik (Prayoga, 2015).
Kandungan gizi pada cone dapat dibandingkan dengan SNI 2973-2011 tentang
mutu biskuit sehingga didapatkan gambaran nilai gizi cone dengan produk pangan
standar seperti biskuit. Syarat untuk memenuhi kriteria biskuit yang baik di
a. Persiapan
b. Pencampuran
c. Pecetakan
adonan.
d. Pemanggangan
produk yang ringan, porous, dan mudah dicerna. Proses utama dalam
kualitas cone, kualitas cone dapat dibandingkan pada proses pembuatan biskuit.
1. Pemilihan bahan
tersebut. Pemilihan ubi ungu yang diolah menjadi tepung sebagai bahan
utama pembuatan cone es krim harus menggunakan ubi ungu yang masih
yang rendah karena bila menggunakan tepung terigu tinggi protein akan
2. Ukuran bahan
yang tidak tepat akan menghasilkan kualitas biskuit yang tidak seragam
dan berbeda-beda.
bersih dan tidak sering diaduk karena akan mempengaruhi hasil akhir
4. Pemanggangan
memiliki pintu yang tertutup rapat agar suhu panas dari oven tidak
melalui proses RBD (APCC, 2006). Menurut Weiss (1983), minyak kelapa
jenuh dominan yaitu asam laurat sebesar 48,2%. Adanya rantai asam lemak
berubah wujud dari padat menjadi cair dan sebaliknya dengan titik leleh pada
suhu 23˚C sampai 26˚C. Akan tetapi, rantai asam lemak yang pendek
adanya kandungan uap air atau secara cepat dengan keberadaan enzim lipase.
Menurut Manley (2000), minyak yang digunakan pada produksi wafer yang
hambar harus memiliki rasa dan aroma yang masih baik serta bebas dari
ketengikan (rancidity).
adalah kandungan asam lemak bebas maksimal 0,10% (sebagai asam oleat atau
pembagian kelas mutu minyak kelapa menurut Asian Pacific Coconut Community
(APCC) (2006), minyak kelapa yang digunakan tergolong ke dalam grade I yaitu
minyak yang sudah dimurnikan dan dihilangkan baunya dengan kandungan asam
lemak bebas maksimal 0,10% (asam laurat). Spesifikasi minyak kelapa disusun
sebagai emulsifier dengan kode bahan tambahan E322. Menurut Manley (2000),
Lesitin yang digunakan adalah lesitin cair dari kedelai dengan spesifikasi
2.5.3. Soda
Soda atau dikenal dengan istilah baking soda memiliki rumus kimia
kimiawi yang tergolong murah dan dapat diperoleh dengan label food grade.
mempengaruhi pH bahkan flavor akhir. Kelas mutu baking soda dapat dibedakan
berdasarkan ukuran partikel. Semakin kasar ukuran partikel, maka semakin lama
cokelat gelap (Manley 2000). Tidak ada spesifikasi khusus yang disyaratkan
untuk baking soda. Spesifikasi umum mengacu pada COA baking soda.
2.5.4. Garam
Garam (Natrium Klorida) merupakan suatu zat asam basa yang digunakan
dalam makanan sebagai pemberi rasa asin. Natrium dan klorida dapat membantu
Gambar 5. Garam.
34
tidak baik dan tidak meningkat secara signifikan seiring dengan peningkatan
temperatur. Akan tetapi, kestabilan larutan garam pada konsentrasi jenuh sangat
baik (Manley 2000). Spesifikasi umum lain mengacu pada SNI-3556-2010 garam
konsumsi beryodium.
2.5.5. Air
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan yang sangat mendasar bagi
bertahan hidup. Namun tidak semua air baku dapat digunakan manusia untuk
memenuhi kebutuhan air minum, hanya air baku yang memenuhi persyaratan
kualitas air minum yang dapat digunakan untuk air minum (Meidhitasari, 2007).
Gambar 6. Air.
Air yang layak minum harus memenuhi baku mutu air minum seperti yang
dan Escherichia Coli (E.Coli) pada air minum sedikitpun. Kualitas air ditentukan
35
juga berdasarkan sifat fisik, sifat kimiawi dan sifat mikrobiologi. Sifat fisik yaitu
tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan tidak keruh. Sifat kimiawi yaitu
bukan tepung secara seragam, membasahi, dan mengembangkan pati. Lemak dan
1992). Lemak yang ada antara lain margarine, minyak tumbuhan, mentega dan
memberikan respon atau hasil yang berbeda. Misalkan, pada pengamatan yang
dilakukan pada hari tertentu atau pengamatan yang menggunakan alat tertentu
pada hari yang berbeda atau penggunaan alat berbeda. Oleh karena itu,
bersumber pada sumber yang dikenali tersebut dapat diukur dan dikeluarkan dari
galat percobaan. Pada saat yang berbeda, antara rata-rata perlakuan tidak lagi
(Steel, 1993).
36
maupun tidak dilakukan pengelompokan maka sama saja. Sehingga pada data
kelompok, sehingga beda yang teramati sebagian besar disebabkan oleh perlakuan
(Gaspersz,1991).
III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai tentang: (3.1) Bahan dan alat, (3.2) Metode
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah tepung terigu dan tepung
hanjeli (42%), minyak kelapa (0.4%), lesitin kedelai cair (0.02%), soda (0.2%),
garam (0.2%), air (57,36%), HCl, indikator phenoftalin, NaOH 30%, aquadest,
H2So4 6 N, reagen luff school, amylum 1%, Na2S2O3 0,1 N, NaOH 1N, Etanol
mixer, cetakan cone es krim “Sokany Ice Cone Maker”, kaca arloji, oven,
timbangan analitik, Erlenmeyer, labu takar, pipet 10 ml, biuret, statip, stopwatch,
hanjeli (Coix lacryma-jobi L), yaitu dilakuakan analisis kimia meliputi analisis
kadar air metode gravimetri (AOAC, 2005), kadar pati metode Luff Schoorl
37
38
(AOAC, 2005), kadar amilosa dan amilopektin (Apriyantono dan dkk, 1989),
metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 1 faktor dengan 5
metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 1 faktor dengan 5
Yij = µ + τi + βj + εij
Keterangan :
Kelompok 1
p5 p4 p2 p1 p3
Kelompok 2
p2 p4 p3 p5 p1
Kelompok 3
p5 p2 p3 p1 p4
Kelompok 4
p3 p1 p4 p2 p5
Kelompok 5
p3 p5 p2 p4 p1
percobaan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dapat dilihat pada tabel 6.
Jumlah Kuadrat
Sumber Derajat F Tabel
kuadrat Tengah F Hitung
Variansi Bebas (db) 5%
(JK) (KT)
Kelompok r–1 JKK KTK
Perlakuan t–1 JKP KTP KTP/KTG
Galat (r – 1)(t – 1) JKG KTG
Total rt – 1 JKT
2. Hipotesis ditolak, jika F hitung ≤ F tabel pada taraf 5%, jika perbandingan
1995).
1. Respon Kimia
cone es krim adalah analisis kadar air dengan metode gravimetri (AOAC,
2. Respon Fisik
3. Respon Organoleptik
42
krim dengan menggunakan uji hedonik terhadap sifat sensoris dari bahan
yang diuji, yaitu warna, aroma, rasa, dan tekstur. Uji hedonik adalah
dilakukan oleh 30 panelis. Kriteria skala hedonik dapat dilihat pada Tabel
7 berikut:
tepung hanjeli (1:1, 2:1, 3:1, 1:0; 0:1) dan bahan penunjang lainnya seperti
minyak kelapa, lesitin kedelai cair, soda, garam, dan air dingin ± 17˚C.
2. Pencampuran
43
yaitu tepung terigu, tepung hanjeli, minyak kelapa, lesitin kedelai cair,
±6 menit.
3. Tempering
sempurna.
4. Pencetakan
5. Pemanggangan
maker. Alat ini memiliki pengatur panas otomatis yang bekerja pada suhu
yang matang secara merata, telah cukup renyah, bewarna kecoklatan dan
berbentuk kerucut.
6. Pembentukan
44
7. Tempering II
8. Pengamatan Produk
dengan metode gravimetri dan kadar pati metode Luff Schoorl . Respon
fisik yaitu analisis rendemen, dan uji waktu ketahanan cone terhadap es
krim serta respon organoleptik dengan 4 atribut mutu yaitu warna, rasa,
Tempering I
t = ± 30 menit
Pencetakan
Pemanggangan
t = ± 1 menit, T = 209˚C
Pembentukan
Tempering II
Kemasan t = 3 menit
Wafer Cone Es
Krim
Pengamatan Produk
Respon Fisik
Respon Kimia Respon Organoleptik
(Rendemen, dan Uji Waktu
(Kadar Air, Kadar Pati) (Warna, Rasa, Aroma, Tekstur)
Ketahanan Cone Terhadap Es Krim)
Bulan
No. Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Diskusi mengenai topik dan judul penelitian
2. Penyusunan proposal
3. Persiapan pemesanan bahan baku
4. Penelitian
5. Pengumpulan data
6. Pengolahan data
7. Penulisan Laporan Hasil
8. Bimbingan ke pembimbing I
9. Bimbingan ke pembimbing II
10. Pengajuan Sidang
11. Sidang TA
Table 8.Jadwal Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Syifa Nurul. 2016. Pengaruh Substitusi Tepung Hanjeli (Coix lacryma-
jobi L.) Terhadap Sifat Organoleptik Cookies Hanjeli. Politeknik
Kesehatan KEMENKES Bandung.
Almond, N., MH. Gordon, P. Reardon, dan P. Wade. 1991. Biscuits, Cookies and
Crackers Volume 3 Composite Product. England: Elsevier Science
Publisher Ltd.
AOAC. 1984. Official methods of analysis. 12th Edition. Association of Official
Analytical Chemists. Washington D. C., USA.
AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of Association of Official Analytical
Chemist. AOAC International. Virginia USA.
AOAC. 2005. Official methods of analysis of the Association of Analytical
Chemist. Virginia USA : Association of Official Analytical Chemist, Inc.
AOAC. 2010. Official Methods of Analysis of The Association of The Official
Analytical Chemist. Washington D. C., USA.
Asian Pacific Coconut Community [APCC]. 2006. Coconut Statistical Year
Book. Jakarta (ID): APCC.
Apriyantono, A., Dedi Fardiaz, Ni Luh Puspitasari, Sedarnawati, Slamet
Budiyanto. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Bogor: IPB
Badan Standardisasi Nasional [BSN]. 1995. SNI-3741-1995 Minyak Goreng.
Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.
Badan Standardisasi Nasional [BSN]. 2006. Petunjuk Pengujian Organoleptik
dan atau Sensori. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.
Badan Standardisasi Nasional [BSN]. 2010. SNI-3556-2010 Garam Konsumsi
Beryodium. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.
Badan Standardisasi Nasional [BSN]. 2011. Biskuit SNI 2973- 2011. Jakarta
(ID): BSN.
Bogasari. 2011. Seputar Tepung Terigu. http://www.bogasari.com/tentangkami/
seputar-tepung-terigu.aspx. (Diakses 13 Oktober 2022)
Chaisiricharoenkul, Jiraporn., Tongta, Sunanta., Intarapichet, Kanok-Orn. 2011.
Structure and Chemical and Physicochemical Properties of Jobs’s tear
47
48
Herlina, Mina. 2017. Pengaruh Substitusi Tepung Kulit Pisang Kepok (Musa
paradisiaca f.) pada Tepung Terigu Terhadap Karakteristik Cone
Wafer Es Krim. Universitas Pasundan, Bandung.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Volume II. Yayasan Sarana
Wana Jaya : Diedarkan oleh Koperasi Karyawan, Badan Litbang
Kehutanan, Jakarta.
Hussain, S., F. M.Anjum, M. S. Butt, M. I. Khan dan A. Asghar. 2006. Physical
and Sensoric Attributes of Flaxseed Flour Supplemented Cookies.
Journal Biological Turki, 30, 87-92.
Insiah, Halimatul. 2019. Pengembangan Produk Cone Es Krim Berbahan
Dasar Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) (Kajian Subtitusi Tepung
Ubi Jalar Ungu Dan Waktu Pemanggangan). Sarjana thesis, Universitas
Brawijaya. Malang.
Kencana, M. R. Bayu. 2022. Indonesia Impor 4,3 Juta Ton Gandum per
Januari - Mei 2022, dari Negara Mana Saja?. Liputan 6.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/5039917/indonesia-impor-43-juta-to
n-gandum-per-januari-mei-2022-dari-negara-mana-saja. (Diakses 30
Januari 2023)
Kigozi, J., Y. Byaruhanga, A. Kaaya and N. Banadda. 2011. Development of the
Production Process for Shorgum Ice-Cream Cone. Journal of Food
Technology. 9 (6) : 143- 149.
Kurniasih, R. (2016). Formulasi Daya Terima Kandungan Gizi dan Kapasitas
Antioksidan Pasta Jali (Coix Lacryma-jobi Linn) Dengan Penambahan
Ekstrak Torbangun. [skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kusnandar, Viva Budy. Beberapa Negara Hentikan Ekspor Gandum, Ini
Impor Gandum Indonesia Januari-Mei 2022. https://d
ataboks.katadata.co.id/ datapublish/2022/08/05/beberapa-negara-hentikan-
ekspor-gandum-ini-im por-gandum-indonesia-januari-mei-2022 . (Diakses
30 September 2022)
Kutschera, M., & Krasaekoopt, W. (2012). The Use of Job's Tear (Coix lacryma-
jobi L.) Flour to Substitute Cake Flour in Butter Cake. Technical Report
Faculty of Biotechnology, Assumption University, Bangkok, Thailand,
233-238.
Lau K. 2003. Jobs Tears Oil. http://www.parmrgh.co.uk/M377/zopints/disc377
/000368.html. (Diakses 30 September 2022)
Macrae, R., Robinson, R.K., dan Sadler, J. 1993. Encyclopedia of Food Science,
Food Technology and Nutrition. Academic Press, New York.
Manley D. 2000. Technology of Biscuits, Crackers and Cookies. Ed ke-3.
Cambridge (GB): Woodhead Publ.
50
Matz SA. 1992. Bakery Technology and Engineering. Ed ke-3. New York (US):
Van Nostrand Reinhold/AVI.
Matz SA, Matz TD. 1978. Cookie dan Cracker Technology. Ed ke-2. Westport
(US): AVI Publ.
Meidhitasari, Vidyaningtyas. 2007. Evaluasi dan Modifikasi Instalasi
Pengolahan Air Minum Miniplan Dago Pakar. Tugas Akhir S1, Prodi
Teknik Lingkungan. Bandung: ITB.
Mentari, S. I. 2015. Perbedaan Penggunaan Tepung Ubi Ungu terhadap
Kualitas Organoleptik dan Kandungan Gizi Biskuit. Fakultas Teknik.
Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Montgomery, D.C. dan Peck, E.A. 2006. Introduction a Linier Regression
Analisis. New York: John Wiley & Sons Inc.
Mrr. Lukie T, CC Nurwitri, Titi R, Sri R, dan Rosy H. 2022. Karakteristik Fisik
dan Kimia Tepung Hanjeli (Coix lacryma-jobi L.) yang dimodifikasi
dengan NA2S2O5 dan aplikasinya pada Cupcake. Jurnal Sains Terapan
: Wahana Informasi dan Alih Teknologi Pertanian Vol. 12 (1) : 21 – 31.
Muchtadi, T.R., Sugiyono. 2014. Prinsip dan Proses Teknologi Pangan.
Alfabeta, Bandung.
Munawar, Lupita Maulida. 2014. Pengembangan Produk Edible Dishware.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Nuraeni, Elsa. 2019. Optimasi Formula Cookies Berbasis Tepung Hanjeli
(Coix lacryma–jobi L.) dengan menggunakan Design Expert Metoda
D-Optimal [Tugas Akhir]. Univesitas Pasundan, Bandung.
Nurmala, T. 2011. Potensi dan Prospek Pengembangan Hanjeli (Coix lacrima
joi L.) sebagai Pangan Bergizi Kaya Lemak untuk Mendukung
Diversifikasi Pangan Menuju Ketahanan Pangan Mandiri. Artikel
Pangan Vol. 20 No. 1 Maret 2011 hal. 41-48.
Nurmala, T dan A.W. Irwan. 2007. Pangan Alternatif Berbasis Serealia Minor.
Giratuna. Bandung.
Permana, A. J., Evi L., dan Iskandar. 2012. Fortifikasi Tepung Cangkang
Udang sebagai Sumber Kalsium Terhadap Tingkat Kesukaan Cone
Es Krim. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3 (4): 29-39.
Prasetyo, H. A. 2020. Karakteristik Roti dari Tepung Terigu dan Tepung
Komposit dari Tepung Terigu dengan Tepung Fermentasi Umbi Jalar
Oranye. . Medan: Seminar Nasional Teknologi Komputer & Sains
(SAINTEKS).
Prayoga, R., Suardi L., dan Sumarto. 2015. Studi Penerimaan Kosumen
Terhadap Cone Es Krim dengan Penambahan Tepung Cangkang
51
East Asia no. 7 Bamboos. In Kew Bulletin (Vol. 51, Issue 2).
https://doi.org/10.2307/4119344 . (Diakses 2 Oktober 2022)
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Yasin. A. N. H., Ruru. M. S., Jibril. N. M., Sakinah. N, Manoppo. A. A. 2014.
Pembentukan Gel. Laporan Praktikum Aplikasi Perubahan Kimia
Pangan. Makassar.
Yulianto Fiky, Yustanto, A. Suprapto. 2006. Pengembangan Plasma Nuftah
Hanjeli (Coix lacryma-jobi) Sebagai Pangan Potensial Berbasis
Tepung di Pluncut Kabupaten Bandung. Laporan PKM UNPAD.
LAMPIRAN
Kaca arloji lalu diangkat dan disimpan dalam desikator selama 5 menit sampai
kaca arloji tidak terasa panas. Kemudian ditimbang dan dicatat beratnya. Setelah
itu, sampel sebanyak 2 gram dimasukan kedalam kaca arloji dan dikeringkan
dalam oven pada suhu 105ºC sampai beratnya konstan (perubahan berat tidak
lebih dari 0,003 gram). Kaca arloji lalu diangkat, disimpan dalam desikator, dan
(W 1−W 2)
Ka= X 100 %
(W 1−W 0)
Keterangan :
53
54
Tujuan :
Untuk menentukan jumlah atau kadar pati yang terkandung dalam suatu
Prinsip :
membentuk endapan Cu2O pada pemanasan dalam waktu tertentu, kelebihan Cu2+
kanji/amilum.
Prosedur :
kedalam Erlenmeyer 500 ml, lalu ditambahkan dengan 200 ml aquadest dan 15 ml
HCl pekat. Lalu panaskan selama 2,5 jam (jaga volume total tetap 200 ml dengan
dinginkan di air mengalir tambahan indikator phenoftalin dan NaOH 30% hingga
warna merah muda (jika berlebihan NaOH dinetralkan dengan asam asetat
(HAc)). Kemudian pindahkan dalam labu takar 500 ml dan tanda bataskan dalam
school. Refluks selama 15 menit, lalu didinginkan di air mengalir. Setelah dingin
55
Rumus :
( Vb−Vs ) x N Na2 S 2O 3
ml Na2S2O3 =
0,1
mg glukosa x FP x 0,9
Kadar Pati ( % bb ) = x100%
Ws x 1000
Perhitungan redemen:
berat akhir(gram)
Rendemen (%) = x100
berat awal (gram)
56
memberi es krim pada cone. Kemudian waktu ketahanan cone dihitung dengan
menggunakan stopwatch. Setiap perubahan yang terjadi pada cone diamati dan
dicatat sampai cone tersebut lembek dan bocor. Tujuan dari pengujian ketahahan
cone es krim adalah untuk mengetahui perbedaan dan lamanya cone yang dapat
Ditimbang berat cawan petri kosong, timbang 0,1 gram sampel (A) lalu
pada penangas air dengan suhu 85ºC selama 30 menit dengan pengadukan
kontinyu selama 10 detik setelah 1, 15, 25 menit. Sampel yang telah dipanaskan
endapannya (D). Supernatan diletakkan dalam cawan petri yang telah diketahui
beratnya (B). Cawan petri dikeringkan pada oven dengan suhu 105ºC sampai
berat konstan, kemudian ditimbang (C). Swelling power merupakan rasio antara
berat endapan yang tertinggal dalam tabung sentrifuge dengan berat kering
sampel. Indeks kelarutan dalam air (IKA) merupakan presentasi bobot sampel
( C−B)
% Indeks Kelarutan dalam air= x 100 %
A
Keterangan:
A = Berat sampel
B = Berat cawan petri konstan
C = Berat supernatant + cawan petri konstan (setelah pengeringan)
D = Berat endapan
dengan menggunakan metode uji skala hedonik kepada 30 panelis. Berikut format
pengujian organoleptik.
58
59
etanol 95% dan 9 mL NaOH 1 N). Lalu campuran ini dipanaskan dalam air
mendidih selama ±10 menit sampai semua bahan terlarut, lalu didiamkan
larutan asam asetat 1 N masing – masing sebanyak 0,2, 0,4, 0,6, 0,8, 1 mL.
Lalu ditambahkan 1 mL larutan iodin (0,2 gram iod dan 2 gram KI dalam 100
mL air). Lalu ditambahkan aquades hingga tanda tera, dikocok agar dapat
dengan Spektrofotometer pada panjang gelombang 610 nm. Lalu data yang
Analisis sampel
Sebanyak 100 mg sampel ditimbang dan dimasukan kedalam labu takar
Larutan dipanaskan dalam water bath selama ±10 menit (sampai pati
larutan sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL yang
60
tanda tera, lalu dikocok dan diamkan selama 20 menit. Larutan sampel
610 nm. Selain itu, dibuat juga larutan blanko dengan cara mencapurkan
semua bahan kecuali sampel. Kadar amilosa diukur dengan cara sebagai
berikut:
C x Fp x V
Kadar Amilosa (%) = x 100%
W
Keteranngan :
Fp = Faktor pengenceran
Kadar amilopektin diperoleh dari selisih antara kadar pati dengan amilosa
pada sampel.
61
Kebutuhan Sampel
Analisis
(gram)
Kadar Air 2
Kadar Pati 2
Amilosa dan Amilopektin 0,1
Kelarutan 0,1
Total Kebutuhan Sampel Penelitian
4,2 gram
Pendahuluan
Allowance 10% 4,62 ~ 5 gram
b. Penelitian Utama
Table 10. Kebutuhan Sampel Uji Organoleptik Penelitian Utama
∑ Panelis 30 Orang
∑ Sampel 5 Sampel
W Sampel 5 gram
∑ Ulangan 5 kali ulangan
Total Kebutuhan Sampel Penelitian Utama 3.750 gram
Allowance 10% 4.125 gram
Total = jumlah panelis x jumlah sampel x berat sampel x jumlah ulangan
= 30 orang x 5 sampel x 5 gram x 5 kali ulangan
= 3.750 gram
Allowance 10% = (10% x 3750 gram) + 3750 gram = 4.125 gram
62
Formulasi (1:1)
Bahan
% Gram
Tepung Hanjeli (Coixlacryma-jobi L.) 21 63
Tepung Terigu 21 63
Minyak Kelapa 0,4 1,2
Garam 0,02 0,06
Soda 0.2 0,6
Lesitin Cair 0,02 0,06
Air 57,36 172,08
Total 100 300
b. Formula sampel p2
Table 14. Formula Sampel p2
Formulasi (2:1)
Bahan
% Gram
Tepung Hanjeli (Coixlacryma-jobi L.) 28 84
Tepung Terigu 14 42
Minyak Kelapa 0,4 1,2
Garam 0,02 0,06
Soda 0.2 0,6
Lesitin Cair 0,02 0,06
Air 57,36 172,08
Total 100 300
c. Formula sampel p3
Table 15. Formula Sampel p3
Formulasi (3:1)
Bahan
% Gram
Tepung Hanjeli (Coixlacryma-jobi L.) 31,5 94,5
Tepung Terigu 10,5 31,5
Minyak Kelapa 0,4 1,2
Garam 0,02 0,06
Soda 0.2 0,6
Lesitin Cair 0,02 0,06
Air 57,36 172,08
Total 100 300
64
d. Formula sampel p4
Table 16. Formula Sampel p4
Formulasi (1:0)
Bahan
% Gram
Tepung Hanjeli (Coixlacryma-jobi L.) 42 126
Minyak Kelapa 0,4 1,2
Garam 0,02 0,06
Soda 0.2 0,6
Lesitin Cair 0,02 0,06
Air 57,36 172,08
Total 100 300
e. Formula sampel p5
Table 17. Formula Sampel p5
Formulasi (0:1)
Bahan
% Gram
Tepung Terigu 42 126
Minyak Kelapa 0,4 1,2
Garam 0,02 0,06
Soda 0.2 0,6
Lesitin Cair 0,02 0,06
Air 57,36 172,08
Total 100 300
Komposisi
Harga Jumlah Biaya Bahan
Bahan Formula
(Rp) (gram) Baku (Rp)
(gram)
Tepung Hanjeli
140.000 1.000 2055 420.000
(Coixlacryma-jobi L.)
Tepung Terigu 16.000 1.000 1450 32.000
Minyak Kelapa 40.000 250 33 40.000
Garam 3.000 250 2 3.000
Soda 14.150 227 17 14.150
Lesitin Cair 29.000 500 2 29.000
Air 7.000 1.000 4750 35.000
Total 553.150
66
Harga Total
Bahan Kebutuhan
(Rp) (Rp)
Sokany Ice Cone Maker 1 pcs 450.000 450.000
Termometer Alkohol 1 pcs 30.000 30.000
Total 480.000
Harga Total
Jenis Pengujian Jumlah Sampel
(Rp) (Rp)
Kadar Air 3.000 26 78.000
Kadar Pati 50.000 26 1.300.000
Amilosa dan Amilopektin 100.000 1 100.000
Kelarutan 5.000 1 5.000
Total 1.483.000
67
Lampiran 11. Daftar Spesifikasi Bahan Baku Produk Wafer Cone Hanjeli.
Tepung Terigu
Table 24.Syarat Mutu Tepung Terigu.