TINJAUAN PUSTAKA
4
susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang
pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk
menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan
bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode ini juga
menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan
pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang
beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif
sebagaimana yang dipersentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat.
5
4. Expectations, artinya untuk tujuan pengambilan keputusan,
struktur hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak
dipenuhi maka si pengambil keputusan tidak memakai seluruh
kriteria dan atau objektif yang tersedia atau diperlukan sehingga
keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.
6
2.2.2. Kegiatan penatagunaan lahan;
7
3. Melindungi sumber air dengan lebih mengutamakan kegiatan
rekayasa sosial, peraturan Perundang-undangan, monitoring
kualitas air dan kegiatan vegetatif.
4. Mengembangkan budaya pemanfaatan air yang efisien.
5. Mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang berada pada
sumber sumber air.
6. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan konservasi
SDA.
a) Tekanan Penduduk,
b) Sistem Budidaya Pertanian,
8
- Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri
Kehutanan, dan Menteri Pekerjaan Umum No. 19 Tahun 1984
Tahun 1984 – No: 059/Kpts/1984 tanggal 4 April 1984, tentang
Penanganan Konservasi Tanah dalam Rangka Pengamanan
Daerah Aliran Sungai Prioritas,
- Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Hutan,
- Undang-Undang Kehutanan, khususnya pasal-pasal yang terkait
dengan konservasi seperti seperti bagian keempat dan kelima UU
tersebut. Bagian keempat memuat tentang Rehabilitasi dan
Reklamasi, sedangkan bagian kelima memuat tentang
perlindungan hutan dan konservasi alam. Pasal 50 secara khusus
mengatur tentang konservasi sumber-sumber air, yakni waduk /
danau, mata air, kiri kanan tepi sungai di daerah rawa, kiri kanan
tepi sungai, kiri kanan tepi anak sungai, tepi jurang, pasang surut.
- Pohon dari Mata Air, Tepi Jurang, Waduk/Danau, Sungai dan Anak
Sungai, Hutan Cadangan dan Hutan Lainnya,
- Keputusan-Keputusan Dirjen RLPS yang terkait dengan
Konservasi lahan kritis.
-
2.3. Kawasan Konservasi SDA
9
2. meningkatkan, memulihkan dan mempertahankan daya dukung,
daya tampung dan fungsi DAS untuk ketersediaan air guna
memenuhi kebutuhan yang berkelanjutan.
3. memulihkan dan mempertahankan kualitas air guna memenuhi
kebutuhan yang berkelanjutan.
10
daerah tangkapan Wilayah Sungai Kepulauan Bangka
Tengah
b) Pengawetan Air
(1) Peningkatan Pemanfaatan air permukaan dengan cara
antara lain:
11
(3) Peningkatan efesiensi penggunaan air irigasi antara lain
dengan pengurangan tinggi penggenangan atau pemberian
air, mengurangi kebocoran saluran irigasi dan galengan,
pergiliran pemberian air, dan pemberian air secara terputus.
Dua aktivitas terakhir ini harus disertai dengan peraturan
pengawasan yang kletat dan tegas.
c) Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian
Pencemaran Air
(1) Pengelolaan kali bersih dengan kontrol yang ketat terhadap
pembuangan limbah domestik secara individu atau
terpusat.
(2) Pengendalian / Pengawasan limbah industri
(3) Pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk
industri
(4) Pengelolaan limbah industri secara terpadu.
(5) Pengelolaan sampah domestik secara terpadu.
(6) Pengelolaan limbah cair domestik secara terpadu.
(7) Sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat sepanjang
bantaran sungai.
(8) Pelaksanaan audit lingkungan,
Tabel 2.1. Berikut ini memuat rencana Kawasani konservasi SDA di KOLONG.
Bangka Tengah
12
3 Pertanaman campuran, termasuk - Di luar kawasan hutan / lahan
pergiliran tanaman , tumpang gilir pertanian
dan tumpang sari - Lereng 0 – 15 %
- Kedalaman tanah minimum 30 - > 60 %
- Fungsi lahan : Budidaya tahunan /
semusim
4 Penanaman menurut kontur, Strip, - Di luar kawasan hutan / lahan
dan penanaman lorong pertanian
- Lereng kecil dari 40 %
- Kedalaman tanah minimum > 15 cm
- Fungsi lahan : Budidaya tahunan /
semusim
5 Manajemen bahan organik - Di luar kawasan hutan / lahan
termasuk mulsa, pencampuran pertanian
kompos, pupuk kandang, pupuk - Lereng kecil dari 60 %
hijau dan sisa tanaman - Kedalaman tanah minimum 15 cm
- Fungsi lahan : Budidaya tahunan /
semusim
13
tanaman industri, perkebunan dan - Lereng kecil 60 %
kebun - Kedalaman tanah minimum 15 cm
- Fungsi lahan : Budidaya
10 Teras gulud, termasuk Pematang - Di lahan pertanian/kawasan budidaya
Kontur - Lereng 15 - 60 %
- Kedalaman tanah minimum > 30 %
- Fungsi lahan : lindung dan budidaya
tahunan / semusim
11 Teras Bangku, termasuk teras - Di lahan pertanian/kawasan budidaya
bangku datar, teras bangku miring - Lereng 10 - 60 %
dan teras kebun - Kedalaman tanah minimum > 30 %
- Fungsi lahan : lindung dan budidaya
tahunan / semusim
Sumber air mengandung arti tempat atau wadah air alami dan atau buatan yang
terdapat pada, diatas, ataupun dibawah permukaan tanah. Sumber air memiliki
fungsi sosial, lingkungan dan ekonomi bagi kehidupan manusia yang perlu
dipelihara keselarasannya. Pengelolaan sumber daya air sampai saat ini belum
memberikan kejelasan dalam hal proporsi antar fungsi sumber daya air,
sehingga pendayagunaan lebih lanjut dari sumberdaya air dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan fungsi yang menjurus pada kerusakan atau menjadi
bencana dikemudian hari dari sumber air.
14
meningkatkan transparasi dan akuntabilitas dari suatu pengelolaan sumber air
adalah dengan merumuskan, menentukan dan menetapkan ”Zona pemanfaatan
sumber air” sebagai suatu unit terkecil didalam pengelolaan sumber air.
Di sisi lain, pengelolaan sumber daya air lebih bersandar pada nilai ekonomi akan
cenderung lebih memihak kepada pemilik modal serta dapat mengabaikan fungsi
sosial sumber daya air. Untuk mengantisipati terjadinya hal tersebut akan
diperlukan penetapan peruntukan air pada sumber air.
15
3. Penggunaan sumber daya air
4. Pengembangan Sumber daya air
5. Pengusahaan Sumber daya air
16
B. Peruntukan Air pada Sumber Air
1. Peruntukan air pada sumber air ditentukan berdasarkan
klasifikasi atau penggolongan mutu air yang dietapkan,
2. dalam menetapkan rencana peruntukan air pada sumber air
perlu melakukan pengumpulan data dan informasi
mengenai :
Daya dukung sumber air
Perhitungan dan proyeksi kebutuhan air
Rencana tata ruang wilayah
Pemanfaatan air yang sudah ada,
3. Penetapan rencana peruntukan air pada sumber air,
dikoordinasikan melalui wadah koordinasi sumber daya air
pada wilayah sungai yang bersangkutan
4. Pedoman dan petunjuk teknis penetapan peruntukan air
ditetapkan oleh menteri
17
infrastruktur / irigasi yang ada masih bersifat semi
teknis
Menjaga kelangsungan penyediaan air untuk pemakai air
lainnya yang sudah ada;
Memperhatikan penyediaan air untuk kebutuhan pokok
sehari-hari penduduk yang berdomisili dekat dengan
sumber air dan / atau di sekitar jaringan pembawa air.
2. Peyediaan air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari
dan irigasi bagi pertanian rakyat dan sistem irigasi yang
sudah ada merupakan priotitas utama penyediaan sumber
daya air di atas semua kebutuhan,
3. dalam hal terjadinya situasi kekeringan yang ekstrim sehingga
timbul konflik kepentingan antara pemenuhan kebutuhan
pokok sehari-hari dan pemenuhan kebutuhan air irigasi untuk
pertanian rakyat, prioritas penyediaan air ditempatkan pada
pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari.
4. Prioritas penyediaan sumber daya air untuk kebutuhan air
lainnya ditetapkan berdasarkan hasil penetapan zona
pemanfaatan sumber air, peruntukan air, kebutuhan air pada
wilayah sungai yang bersangkutan dan disesuaikan kondisi
setempat.
5. Rencana penyediaan sumber daya air yang berasal dari
cekungan air tanah disesuaikan dengan kapasitas cekungan
air tanah yang bersangkutan.
6. Rencana penyediaan sumber daya air yang terdiri dari air
tahunan dan rencana penyediaan sumber daya air rinci,
Rencana penyediaan sumber daya air tahunan dissusun
sesuai dengan:
18
Urutan prioritas penyediaan sumber daya air pada DAS
yang bersangkutan,
1. Umur/usia Kolong
Indikasi kolong terpilih hendaknya kolong yang berumur lebih dari 20 tahun.
Kondisi biogeofisik kolong ini sudah semakin normal seperti layaknya sebuah
danau atau kolam tua. Keanekaragaman hayati kolong ini (plankton, ikan, dan
19
organisme akuatik lainnya) sudah menyerupai perairan tergenang alami. Air di
kolong ini sudah dapat dimanfaatkan masyarakat bagi kehidupan sehari-hari.
Kolong yang terpilih hendaknya kolong yang secara operasional sudah tidak ada
ada aktifitas penambangan atau dengan kata lain status operasionalnya sudah
tidak aktif. Ini menjadi penting mengingat sangatlah tidak mungkin melakukan
pengembangan wisata apabila status operasionalnya masih aktif.
1. Perlindungan Kekeringan
20
Kolong terpilih hendakmya memiliki kondisi air yang tidak mudah kering
walaupun dalam kondisi kemarau panjang.
6. Perlindungan/Peleestarian
Kolong yang terpilih hendaknya tidak berada dalam kawasan Hutan Lindung
Kabupaten Bangka Tengah. Batas dan luasan kawasan Hutan Lindung Kabupaten
Bangka Tengah didasarkan pada SK. Menhut No. 357/Menhut-II/2004. Ini menjadi
penting untuk dipahami mengingat dalam arahan pengendalian ruang RTRW
Kabupaten Bangka Tengah ( 2011 – 2031) jelas disebutkan bahwa dalam hutan
lindung tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang berpotensi mengurangi
luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi
21